7
Pengkajian dan Pemeriksaan Fisik pada Mata, Teling, Hidung, Lidah, dan Kulit A. MATA Mata merah tidak begitu mengganggu penglihatan karena yang terinfeksi bakteri/virus hanya konjungtivanya saja, tidak sampai kornea. Konjungtiva dibagi menjadi 2: - Konjungtiva palpebral - Konjungtiva bulbis Mata dapat melihat dengan jelas jika bayangan dapat difokuskan tepat pada retina. Agar dapat melihat dengan jelas, bayangan harus bisa membangkitkan rangsangan pada retina. Gangguan pada mata dapat disebabkan oleh: 1. Gangguan di depan retina ( gangguan pada media refrakta) Media refrakta adalah bagian yang dipakai untuk membentuk bayangan yang jelas pada retina. Media refrakta terdiri atas: a. Kornea Jika terdapat gangguan pada kornea, misal keratitis (radang pada kornea yang dapat menyebabkan kekeruhan pada kornea) maka dapat mengganggu peglihatan. b. Humor aquos Jika pada humor aquos terdapat darah, maka cahaya tidak dapat dihantarkan dengan baik. c. Lensa kristalina Kekeruhan pada lensa dapat mengganggu penglihatan. d. Corpus vitreum Kekeruhan pada corpus vitreum juga dapat mengganggu penglihatan. 2. Gangguan pada retina Misal: - Retinitis

Pemeriksaan Fisik Sistem Indera

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pemeriksaan Fisik Sistem Indera

Pengkajian dan Pemeriksaan Fisik pada

Mata, Teling, Hidung, Lidah, dan Kulit

A. MATA Mata merah tidak begitu mengganggu penglihatan karena yang terinfeksi bakteri/virus

hanya konjungtivanya saja, tidak sampai kornea. Konjungtiva dibagi menjadi 2:

- Konjungtiva palpebral

- Konjungtiva bulbis Mata dapat melihat dengan jelas jika bayangan dapat difokuskan tepat pada retina. Agar dapat melihat dengan jelas, bayangan harus bisa membangkitkan rangsangan pada

retina. Gangguan pada mata dapat disebabkan oleh:

1. Gangguan di depan retina ( gangguan pada media refrakta)Media refrakta adalah bagian yang dipakai untuk membentuk bayangan yang jelas

pada retina. Media refrakta terdiri atas:a. Kornea

Jika terdapat gangguan pada kornea, misal keratitis (radang pada kornea yang dapat menyebabkan kekeruhan pada kornea) maka dapat mengganggu peglihatan.

b. Humor aquosJika pada humor aquos terdapat darah, maka cahaya tidak dapat dihantarkan dengan baik.

c. Lensa kristalinaKekeruhan pada lensa dapat mengganggu penglihatan.

d. Corpus vitreum Kekeruhan pada corpus vitreum juga dapat mengganggu penglihatan.

2. Gangguan pada retinaMisal:- Retinitis

- Kornea lepas dari dindingnya3. Gangguan pada lintasan penglihatan

Yaitu gangguan hantaran dari reseptor hantaran ke otak.4. Gangguan pada otak/pusat penglihatan

Misal, terdapat tumor pada hipofisis Pemeriksaan mata untuk penglihatan jauh (visus)

1. Membaca deretan huruf pada jarak 6 meter

V = dD

Keterangan :V : visus

Page 2: Pemeriksaan Fisik Sistem Indera

d : jarak terdekat untuk penglihatan jauh = 6 meterD : deretan huruf pada jarak berapa meter yang dapat dilihat dengan jelas. Pada mata normal, D = 6 meter

Visus normal: V = 66

, tanpa akomodasi

Jika V < 66

berarti mata memiliki ketajaman yang kurang baik, umumnya terjadi

karena mata tidak dapat memfokuskan bayangan pada retina sehingga terjadi gangguan pembentukan bayangan.

2. Menghitung jari Jika tidak dapat membaca deretan huruf pada jarak 6 meter maka dilakukan tes

menghitung jari. Menghitung jari normalnya dapat dilakukan pada jarak 60 meter.

V = 6

603. Melihat gerakan tangan

Gerakan tangan normalnya dapat dilihat pada jarak 60x5= 300 m

V= 6

3004. Melihat lampu senter

Jika lampu senter masih diketahui menyala atau tidak, berarti pasien masih dapat melihat cahaya dapat diberikan terapi

V = 6∞

Jika adanya cahaya tidak dapat diketahui berarti retina sudah tidak berfungsi. Memilih lensa koreksi

Pada penderita miopiContoh:

Mata dengan V = 6

30 diberi lensa:

o S+ 0,5 D V = 6

40 (berarti bayangan malah menjauhi retina)

o S- 0,5 D V = 6

20 (berarti lebih baik, tetapi belum mencapai V=

66

)

o S- 0, 75 D V = 6

15 (belum mencapai V=

66

)

o S- 1,0 D V = 612

(belum mencapai V= 66

)

o S- 1,25 D V = 69

(belum mencapai V= 66

)

Page 3: Pemeriksaan Fisik Sistem Indera

o S- 1,5 D V = 6

7,5(belum mencapai V=

66

)

o S- 1,75 D V = 66

o S- 2,0 D V = 66

yang dipilih: lensa speris -1,75 dioptri, karena jika menggunakan lensa S- 2,0 D bayangan di belakan retina, tetapi mata berakomodasi. Sehingga bisa menyebabkan mata cepat lelah.

Memilih lensa koreksi pada penderita miopi dengan menggunakan lensa speris- yang

paling lemah yang dapat menyebabkan V = 66

HipermetropiContoh:

Mata dengan V = 6

30 menggunakan lensa:

o S+ 0,5 D V = 6

20

o S+ 0, 75 D V = 6

15

o S+ 1,0 D V = 612

o S+ 1,25 D V = 69

o S+ 1,5 D V = 66

o S+ 1,75 D V = 66

Dipilih lensa speris positif yang paling kuat yang dapat membuat V = 66

,

yaitu lensa S+ 1,75 D Astigmatis

Contoh: Mata dengan V = 6

30 menggunakan lensa:

o S- 1,5 D V = 69

o S- 1,75 D V = 6

7,5

o S- 2,0 D V = 69

Yang terbaik: V = 6

7,5 , tapi belum bisa mencapai V =

66

Page 4: Pemeriksaan Fisik Sistem Indera

Mungkin ada kelainan astigmatis yang harus dikoreksi dengan lensa silindris.

Lensa silindris yang dapat menyebabkan visus paling dekat dengan V = 66

dilakukan uji astigmatis.Lingkaran dibagi menjadi 12 bagian yang sama dengan mengguanakan

garis (seperti gambar jam). Setiap bagian diberi tiga garis yang mempunyai ketebalan yang menyebabkan minimum sperable 1'.

Misal: Saat melihat angka 10-4bayangan kaburpada meridian 30° belum bisa memfokuskan bayangan tepat pada retina.

Dikoreksi dengan lensa silindris Cyl- 1,75 D axis 30° V=66

Jadi orang tersebut menderita miopi dan astigmatis pada meridian 30° Kemampuan akomodasi mata

Semakin tua, daya akomodasi semakin berkurang. Saat lahir mata dapat berakomodasi hingga 14 dioptri. Usia 60 tahun 0 dioptri.

Sehingga harus menggunakan kacamata baca. Mengetahui kemampuan akomodasi mata:

Contoh: 20 tahun masih dapat melihat lubang jarum pada jarak 15 cm, tetapi jika lebih dari

15 cm bayangan menjadi kabur.

Daya akomodasi = 100

15cm = 7 dioptri

Mata memiliki 3 macam koni untuk warna dasar, yaitu: Koni merah Koni biru Koni hijau

Page 5: Pemeriksaan Fisik Sistem Indera

Jika ketiga koni terangsang dengan intensitas yang sama terlihat warna putihJika tidak ada rangsanan sama sekali hitamJika terangsang dengan intensitas yang berbeda bervariasi, tergantung intensitasnya

Medan penglihatan- Hampir semua dinding belakang mata diisi retina, tetapi ada yang tidak mengandung

reseptor penglihatan, yaitu diskus optikus (noda buta fisiologis).

B. TELINGATelinga normal dapat mendengan pada frekuensi antara 20-20.000 Hz. Ketulian

Test: Dengan mengguanakan garpu tala1. Percobaan Weber.

- Jika terjadi lateralisasi (suara terdengar lebih keras) pada telinga yang sakit tuli bersifat hantaran.

- Jika lateralisasi pada telinga yang sehat tuli saraf2. Percobaan Rinne

Dengan meletakan garpu tala pada tonjolan telinga. Saat suara menghilang, garpu tala dipindah ke depan telinga sehingga mengalami amplifikasi.

C. HIDUNGTes: dengan mencium bau zat tertentu misal, alcohol, amoniak, dll.

D. LIDAH (PENGECAP)Tes: dengan membuat lartan (gula, asam cuka,dsb.) kemudian diteteskan ke lidah.

E. KULITTes: dengan memberikan tanda pada permukaan kulit kemudian diberi rangsangan dengan tusukan jarum, bahan hangat, bahan dingin, maupun rabaan.