Naskah Drama Pemain 8 Orang

  • Upload
    pu-tri

  • View
    5.106

  • Download
    14

Embed Size (px)

Citation preview

Naskah Drama Pemain 8 orang (banyak) MELATI DITAPAL BATAS Artikel - Lain-lain MELATI DITAPAL BATAS

I.

SUGUHAN PELAKU

:

- Budi - Tina - Pak Darma - Pak Burban - Partono -Wardi -Ahmad - Opsir Belanda

II.

L O K A S I

: :

Tepian kota pejuang di Jawa Barat Berdasarkan lagu " Melati Di Tapal Batas " dan Gugur Bunga "

III. ADAPTASI "

IV. KARYA V.

:

YADI SAYADI

JALAN CERITA SEBAGAI BERIKUT :

BABAK I (PERTAMA)

Pondok kecil itu cuma dihuni oleh dua orang. Pak Darma yang buta dan anak tunggalnya Budi. Menjelang magrib, dimana cahaya matahari senja memancar indah, sehingga sebagian cahayanya menyelinap ke dalam pondok itu melalui jendela sorong, Budi sedang bergelut dalam pembicaraan serius dengan orang tuanya.

Pak Darma

:

(yang duduk di atas bale-bale sambil merokok kawung) Budi, aku sebenarnya mengharapkan agar kau segera mendapatkan teman hidup. Keadaanku yang begini memerlukan perawatan dari anak mantuku.

Budi

:

(yang duduk khusu di sisi bapaknya) Saya mengerti perasaan Bapak, tetapi keadaan belum mengijinkan Pak.

Pak Darma Budi

: :

Maksudmu ? Haruskah saya bersuka-suka, di tengah mendesingnya pelurupeluru maut dan di tengah pedihnya rintihan rakyat yang tertindas Pak ? Jadi kau akan tetap bergelut dengan maut itu ? " Benar Pak : Budi, aku adalah manusia korban perjuangan. Beginilah jadinya. Haruskah aku mendengar kau menjadi korban keganasan itu kembali? Tetapi ini semua adalah panggilan Pak, dan kewajiban bagi semua putra-putra bangsa. Aku mengerti, bahkan akupun berbuat serupa itu. Tetapi aku menghendaki ketenangan dan perlindungan dari Kau. Aku yang sudah cacat ini tak dapat berdaya apa-apa. (terdiam, berdiri dan mondar-mandir penuh kebingungan, napasnya mendengus-dengus penuh arti ) Hemm ,....,... bingung aku : Tetapi semuanya tak kupaksakan Budi. Itu terserah pertimbanganmu. : (masih berdiri) Baik Pak, Saya berjanji, saya akan turuti kehendak Bapak, setelah semuanya beres. Syukur. Aku mengharap semoga kau berhasil, dan apakah Tina sudah kau hubungi? (tersentak) Tina ?....mengapa Bapak sebut-sebut Tina ?

Pak Darma Budi Pak Darma

: :

Budi Pak Darma

: :

Budi

:

Pak Darma Budi Pak Darma Budi

: :

Pak Darma Budi Pak Darma Budi

: : : :

Bukankah selama ini kau berhubungan dengan Tina ? Mungkin Tina ya. Tetapi ayahnya Pak. Ayahnya orang terpandang dan punya kedudukan. Aku dan ibumu dahulu sama halnya. Ibumu anak seorang regen yang terpandang. Tetapi cinta tak mengenal itu. Sudahlah Pak, tak usah pusingkan itu. Oh .. ya .. sudah waktunya saya harus berangkat. (mendekati ayahnya dan memegang kedua tangannya). Kau akan berangkat sekarang ? Ya Pak. Teman-teman sudah menanti tentunya. : : : Baiklah. Hati-hati dalam bertindak, waspada dan teliti dalam gerakan yang kau lakukan. Terima kasih Pak, dan panggil saja Achmad kalau ada perlu apa-apa. Saya pergi dulu Pak. " ( mencium tangan bapaknya ). ( memegang kepala anaknya ) Selamat berjuang pahlawanku Tunaikan darma baktimu pada negara. Terima kasih Pak. Saya pergi. ( Melangkah pasti ). (Orang tua itu tengadah, seakan memandang sesuatu dengan matanya yang buta. Mulutnya komat-kamit, setelah selesai dia kembali seperti sikap semula, tangannya meraba-raba kendi yang ada disisinya kemudian meraih dan mengantarkannya kemulutnya, beberap teguk air masuk kedalam pertutnya, dengan menghembuskan napasnya dalam-dalam seakan melontarkan segala ganjalan dalam hatinya. )

Pak Darma Budi Pak Darma Budi Pak Darma Budi

: :

:

Pak Darma

:

Yah .... puaslah rasa hatiku. ( setelah meletakkan kendi disisinya kembali, la meraba-raba tempat rokok kawungnya, kemudian dia melintingnya dengan perasaan. ) (yang masuk tiba-tiba dan berdiri di mulut pintu). Selamat sore Pak.

Tina

:

Pak Darma Tina Pak Darma

: : :

Siapa kau ? ( suaranya pelan tapi pasti ). Saya Tina Pak. Oh ... Tina, masuk dan kemari Nak.

Tina Pak Darma Tina Pak Darma Tina Pak Darma Tina Pak Darma

: : : : : : : :

Terima kasih Pak. Kak Budi kemana Pak ? Baru saja pergi, mungkin ke tapal batas. Ah ..... terlambat Tina, boleh bapak berkata-kata denganmu ? Mengapa tidak Pak ? Silakan. Tina, kau tahu keadaan Bapak dan Budi bukan ? Memangnya kenapa Pak ? Yah..... keadaan yang serba sengsara begini, serba susah dan tertekan. Lain halnya dengan orang tuamu. Kaya dan terpandang. Mungkinkah keadaan serupa itu da-pat bertemu dalam satu kedamaian ? Maksud Bapak apakah soal Hubunganmu dengan Budi. Bapak kira tak mungkin terjadi : Pak. Terlepas dari persoalan kaya dan miskinnya, soal cinta adalah mutlak. Dia tak pernah mengenal derajat dan martabat. Benar, tetapi jalan pikiran orang tuamu beda dengan kau Tina. "

Tina Pak Darma Tina Pak Darma Tina Pak Darma Tina Pak Darma Tina Pak Darma

: :

: : : : : : :

Sudahlah Pak, tak usah persoalkan itu. Keyakinan saya cuma satu. Cinta tak pernah mengenal apapun, Baiklah kalau begitu, asalkan jangan sampai membawa akibat yang lebih luas lagi. Saya berusaha mencegahnya Pak. Tina, sebelum bapak mati, ada satu hal yang hendak bapak katakan lagi padamu. Soal apa lagi pak ? Sebentar (Orang tua itu mencoba turun dari tempatnya dan berdiri dengan reakan meraba, dia menuju ke belakang. Tina mengikuti dengan pandangannya. Selang beberapa lama orang tua itu muncuk kembali, tangannya menggenggam bumbung bambu. Setelah duduk kembali ditempatnya, orang tua itu berkata tenang)

Ini, Bungbung ini, jaga baik-baik olehmu. Lenyapnya bungbung ini, berarti lenyaplah kewibawaan negara dan bangsa. Tina Pak Darma Tina Pak Darma Tina : : : : : Apa isi bungbung itu Pak ? Akupun tak tahu. Tetapi kelak kau dan Budi akan tahu setelah kita bebas dan merdeka dari segala penindasan Jadi saya harus ...... Ya, kau harus menjaganya, kau dan Budi (Memberikan bungbung kepada Tina) (Setelah menerimanya) Terima kasih Pak. Saya berjanji akan menjaganya baik-baik.

(Percakapan mereka terhenti. Tiba-tiba terdengar bedug dilanggar bertalu-talu dan suara adzan berkumandang sayup-sayup) Tina : Baiklah Pak. Hari telah sore saya harus pulang dahulu. (Berdiri mengeluarkan bungku8san dari dalam tasnya) Ini sedikit kue dan rokok untuk Bapak. Pak Darma Tina Pak Darma Tina : : : : Terima Kasih Tina, selamat sore. (Setelah mencium tangan orang tua itu) Saya pulang dulu Pak. Hati-hati di jalan Tina. Terima kasih Pak. (Melangkah keluar)

(Orang tua itu turun kembali dari tempatnya dan pergi kebelakang, beberapa saat keluar kembali, mukanya basah bekas air wudhu. Dibersihkannya bale-bale itu dari sesuatu yang mengganggunya, termasuk kendi dan bungkusan tadi. Kemudian dia berdiri menghadap kiblat. Suaranya terdengar syahdu .... Baru saja hal tersebut berjalan beberapa detik, tiba-tiba muncul tiga orang lelaki, tampangnya angkuh dan sombong. Seorang diantaranya Partono sambil berlagak sombong tertawa terkekehkekeh)

Parto

:

Ha ... ha ... ha ... sikotok berlagak alim !

Mardi Pak Burhan Partono Pak Burhan

: : : :

Sudah sikat saja Ton ! Biar dia minta ampun dulu, sebelum dia modar ! Biar saya cari dokumen itu di dalam Pak Burhan! Bagus. Kau bantu Wardi ! (Partono dan Wardi masuk ke dalam, selang beberapa lama terdengar suara gaduh, dimana terdengar alat-alat dipecahkan dan sesuatu di balik-balikan, sedang Pak Burhan mondar-mandir). (Yang keluar bersama Wardi) Tidak ada Pak : (Melihat Pak Darma yang masih melakukan sholat, tiba-tiba berteriak) Partono. Sibuta itu mengulur waktu, Tarik ! (Melompat dan menjambret Pak Darma serta membantingka ke bale-bale) Tua Bangka, berhenti kau sembahyang! (Sambil terjatuh) Allahu Akbar Hai Darma, kau kenal suaraku Kalau tak salah, Pak Burhan : Bagus, telingamu masih waras. Kau tahu maksud kedatanganku ?

Partono Pak Burhan Partono Pak Darma Pak Burhan Pak Darma Pak Burhan Pak Darma Pak Burhan

:

: : : :

: :

Belum Dengar olehmu baik-baik Pertama kasih tahu anakmu, bahwa aku tak sudi anakku Tina bergaul dengan anakmu. Kedua, tunjukkan dimana kau sembunyikan dokumen-dokumen itu ?

Pak Darma

:

Pak Burhan, tentang hubungan anakku dan Tina aku tak pernah tahu menahu, itu urusan mereka berdua. Sedangkan tentang dokumen, aku tak pernah merasa menyimpannya. Dokumen apa ? Apa katamu ? kau mencoba menutupinya ? Hai kere, sekali lagi jawab, dimana kau simpan dokumen itu ? dimana?

Pak Burhan

:

Pak Darma Pak Burhan

: :

Aku tak tahu (Menempeleng) Setan !, bilang sekali lagi tak tahu. Bilang !

Pak Darma Pak Burhan Partono Pak Darma Partono Pak Burhan Pak Darma : : : : :

:

(Tenang) Walaupun kau apakah aku, aku tak akan berkata sebaliknya Partono, hajar sibuta itu ! Hai kotok, dimana kau simpan itu semua, ha ! Sudah kubilang, aku tak tahu Bangsat ! (Pak Darma dipukuli habis-habisan, mukanya babak belur dan akhirnya tak berdaya sama sekali). Sudah. Biar kita tinggalkan dia, biar dia juga mampus sendiri ! (Mereka pergi).

:

Ya Allah .... berilah hambamu .... ke .... kekuatan .... Bu .... di ..... anakku ..... Budi ..... (Akhirnya ia lemas dan terkulai di lantai)

(Seorang pemuda masuk tenang-tenang. Berdiri di mulut pintu, memandang keadaan Pak Darma, dia melompat mendekatinya ) Achmad : Pak ... Pak Darma ... Pak (Membalikan tubuh orang tua itu) Pak ... Pak Darma ... Pak (Pak Darma tiada bergerak) Ya Allah ... Ya Tuhanku .... Ampunilah segala dosanya. Innalilahi wa ina ilahi rojiun .... (Tertunduk sambil terisak-isak).