Naskah Drama b.indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Naskah Drama Reuni [gubahan dari cerpen yang berjudul sama, Reuni, karya Jujur Prananto] Di kompleks pekuburan. Orang-orang sedang berziarah di depan kuburan yang lain, sedang Kemal berdiri tak jauh dari sana. Terdengar telepon genggam berbunyi. Kemal buru-buru mengambilnya dari saku celana. Kemal(daniel) Yana(deby) Kemal(daniel) Yana(deby) Kemal(daniel) Yana(deby) Kemal(daniel) Yana(deby) Kemal(daniel) Yana(deby) Kemal(daniel) Yana(deby) Kemal(daniel) : Halo?....Halo??? : Betul ini Kemal? : Ya, saya sendiri. : Ini Yana. Di mana kamu?? : Di Bantul. : Bantul mana? : Yogya. : Lho, Pak Firman kan sudah kita kirim ke sana? : Bukan urusan proyek. Aku berziarah. : My God...! Berziarah??? : Memang kenapa? : Tidak apa-apa. Asal jangan lupa undangan makan di Mercantile Club. : Nanti malam aku sudah di Jakarta lagi.

Terdengar Yana(deby) tertawa.

Sambungan telepon diputus. Kemal kebingungan mencari letak kuburan eyang kakung di kompleks pemakaman itu. Peta kompleks makam yang dibawanya tertinggal di pesawat. Kemal ingat asal mula kejadian sehingga dia berada di Bantul, di kompleks pemakaman. Ibunyalah, yang sudah tiga bulan dirawat di rumah sakit, yang menyuruhnya untuk ke Bantul. Ibu : Ibu dapat surat dari saudara kita di Bantul. Dia mengabarkan bahwa kuburan kakek tidak lama lagi bakal runtuh karena pondasinya amblas. Ibu ingin salah satu di antara kalian pergi untuk menengok makam kakek. Kemal beserta saudara-saudaranya juga cucu ibu diminta ibu untuk mau menengok kuburan kakek. Pada mulanya semua tidak ada yang tanggap. Namun, akhirnya Kemal dan saudarasaudaranya memutuskan untuk mengabulkan permintaan ibu. Saudara 1(indah) : Kita harus berusaha untuk memenuhi keinginan ibu. Saudara 2(susi) : Aku setuju. Ibu sudah tua, umurnya sudah hampir delapan puluh, mungkin saja ini adalah permintaannya yang terakhir. Kemal(daniel) : Hush, kamu jangan bicara sembarangan.

Cucu 1 Cucu 1

: Lalu, sekarang apa yang harus kita lakukan? : Siapa yang akan pergi, yang pasti jangan aku?

Saudara 1(indah) : Harus ada yang pergi ke Bantul, menengok makam eyang kakung. Saudara 2(susi) : Aku juga nggak bisa. Saudara 1(indah) : Ya..ya kalian memang super sibuk...dan aku juga. Aku nggak bisa meninggalkan pekerjaanku di sini. Do you know? Cucu 1 : Lantas siapa??

Semua sibuk berpikir termasuk Kemal. Sekali-kali terlihat dahinya berkerut. Akhirnya.... Saudara 2(susi) : Aha...aku ingat sekarang. Haha...kita dapat orang yang cocok untuk pergi ke sana? Semua mata tertuju pada Saudara 2. Yang dilihat terus saja tersenyum. Saudara 1(indah) : Siapa maksudmu? Cepat katakan! Jangan senyum-senyum saja. Kemal(daniel) : Iya, cepat katakan. i dont have much time, man. Saudara 2(susi) : Tenang semua, kau juga tenang Kemal. Kemal, kau kan punya proyek cottage di pantai selatan Parangtritis. Tentu kau banyak menghabiskan waktumu di sana untuk mengurus bisnismu itu. Benar kan? Kemal(daniel) : Ya tentu saja. Aku harus mengawasi proyekku itu. Lalu, apa hubungannya dengan semua ini? Saudara 1(indah) : Kemal..Kemal, kau tidak bodoh kan? Jangan pura-pura nggak tahu. Kaulah orang yang tepat untuk menjalankan amanat ibu, menengok makam eyang kakung. Kemal(daniel) : Aku?? Saudara 1(indah) : Ya, kamu. Mumpung kau di sana, tentu nggak repot-repot pergi jauhjauh. Kan masih dalam satu provinsi? Saudara 2(susi) : Sepertinya semua sepakat kaulah yang pergi.

Semua mengangguk tanda setuju. Kemal pun akhirnya menerima tugasnya ini. Kemal(daniel) : Okey...okey....Aku yang pergi.

Setelah ibu tahu bahwa Kemal yang akan pergi ke Bantul, ibu berpesan padanya.

Ibu kakek. Kemal(daniel) Ibu Kemal(daniel)

: Jangan suruh orang lain, Nak. Harus kamu sendiri yang melihat makam : Baik, Bu. : Kalau ada yang perlu diperbaiki, perbaiki saja. Kita harus merawat : Iya, Bu.

makam kakek kita Nak, Ki Purwosutedjo.

Kemal masih kebingungan menentukan mana makam leluhurnya itu. Ia memeriksa satu demi satu kuburan hingga ia mendapati dengan yang paling layak disebut rusak. Akhirnya, ia menentukan bahwa itulah kuburan eyang kakungnya. Seorang pria tua mendekat padanya. Nency, pria yang memelihara kuburan di kompleks tersebut. Nency(penjaga kuburan) : Belum membawa bunga, Den? Kemal menggeleng pendek.

Nency(penjaga kuburan) : Kalau menghendaki, saya bisa membelikannya ke pasar?

Kemal mengeluarkan dompet, mengambil dua lembar ribuan, dan memberikannya pada pria tua itu.

Nency(penjaga kuburan) : Sebentar, Den. Pasarnya tidak jauh. Kemal(daniel) Kemal(daniel) : Saya tidak mau bunga. : Untuk bapak saja. Nency(penjaga kuburan) : Uang ini....?

Sejenak Nency mematung dan hendak mengatakan sesuatu kepada Kemal. Namun, perhatiannya juga Kemal segera beralih ke suara mobil yang mendekati gerbang. Sepasang suami istri turun dari sedan Volvo 960 bernomor Jakarta. Suami membawa sebuah tustel berlensa besar, sementara istrinya menjinjing tas plastik berisi bunga. Mereka berdua berjalan ke arah Kemal. Nency kembali meneruskan pekerjaannya mencabut rumput.

Tn.Pramono(jefry) Ny.Pramono(indah) Kemal(daniel) Tn.Pramono(jefry) Ny.Pramono(indah) Tn.Pramono(jefry) Kemal(daniel) Tn.Pramono(jefry) Kemal(daniel)

: Betul yang ini, Mam? : Rasa-rasanya ya. (melihat pada Kemal sembari tersenyum) Anda : Mmm...ya. : Betul ini kuburan Ki Purwosutedjo? : Atmowidagdo...? : Kok Atmowidagdo? Atmowilogo. : Oh betul! Saya sering dengar nama itu. : Syukurlah. Sudah empat belas tahun kami tidak kemari, hingga agak : Saya yang berterima kasih, sebab saya tadi juga belum begitu yakin

juga menziarahi makam ini?

lupa di mana persisnya letak kuburan yang kami cari ini. Terima kasih lho, Nak. kuburan ini yang saya cari. Ny.Pramono(indah) mengerutkan keningnya. Ny.Pramono(indah) Kemal(daniel) Ny.Pramono(indah) Kemal(daniel) Ny.Pramono(indah) Kemal(daniel) Ny.Pramono(indah) Kemal(daniel) Ny.Pramono(indah) Tn.Pramono(jefry) Kemal(daniel) Tn.Pramono(jefry) Kemal(daniel) Tn.Pramono(jefry) Kemal(daniel) Tn.Pramono(jefry) : Maaf, Anda sendiri dari keluarga....? : Saya cucunya. : Cucu Ki Purwosutedjo? : Ya. : Cucu dari bapak atau ibu? : Dari ibu. : Nanti dulu....nanti dulu.... Kalau boleh tahu nama ibu siapa? : Westi. : Oalaah...jadi ini putranya Mbakyu Westi. Itu lho, Pap. Westi van : Oh ya? Apa kabar bapak? : Bapak sudah meninggal, Oom. : Aduh, maaf, maaf. Kapan meninggalnya? : Sudah lama. Hampir lima tahun ini. : Ya, Tuhan. Berarti kita terakhir bertemu dengan beliau itu tahun : Wah, itu sudah lama sekali, Oom. Sepuluh tahun lebih. : Iya, benar. Waktu itu saya yang dimintai tolong Papa mengurus ke

Purwanggan, de vrouw van Kawilarang.

berapa, ya? Saya ingat betul waktu salah satu putranya ditahan polisi gara-gara ikut tawuran.

kantor polisi. Habis, Papa malah tidak bisa pergi kemana-mana karena darah tingginya mendadak kumat. Memang nakal betul putranya itu. Kemal(daniel) : Itu saya, Oom....

Tn.Pramono(jefry) Kemal(daniel) Tn.Pramono(jefry) Kemal(daniel) Tn.Pramono(jefry) Ny.Pramono(indah) Kemal(daniel) Ny.Pramono(indah) Tn.Pramono(jefry) Kemal(daniel) Tn.Pramono(jefry) Kemal(daniel) Tn.Pramono(jefry) Kemal(daniel) Tn.Pramono(jefry) Kemal(daniel) Tn.Pramono(jefry) Parangtritis, kan? Kemal(daniel) Tn.Pramono(jefry) Kemal(daniel) Tn.Pramono(jefry) Kemal(daniel) Ny.Pramono(indah) Kemal(daniel) bunga. Ny.Pramono(indah)

: Ooo...maaf, maaf. : Maaf, Oom, Tante. Saya rada lupa nama Oom dan Tante. Maklum : Ah...iya, betul juga. Kami juga lupa namamu, Nak. Haha...kami : Kemal, Oom. : Ya...ya...saya ingat sekarang. Kemal. Ya Kemal. : Tante salah-satu saudara sepupu ibumu, Nak. : Ibu pasti senang bila saya bercerita bahwa saya bertemu dengan : Tentu saja. Jangan lupa katakan kepada ibu kalau Tante kangen : Ngomong-ngomong, Nak Kemal sekarang bisnis apa? : Bisnis kecil-kecilan, Oom. : Putra Pak Kawilarang mana ada yang bisnis kecil-kecilan. : Di Kencana Plaza. : Lho, lantai berapa? Saya juga punya kantor di situ. : Lantai empat, Oom. : PT apa sih namanya? : Aditya Santosa Construction. : Masya Allah. Yang punya proyek pembangunan cottage di : Kok tahu, Oom? : Yang bikin pemetaannya kan anak saya. Lita, PT Tanjung Prima. : Lita...insinyur geodesi? : Kenal? : Kenal sekali, Oom. : Kalau begitu main-mainlah ke rumah. Bawa kartu nama, Pap? : Nanti sajalah Tante. Oom dan Tante malah belum jadi menabur : Oh, iya....

Suami-istri itu tertawa berkepanjangan sedangkan Kemal tersenyum dikulum. sudah lama saya tidak bertemu dengan Oom dan Tante. Oom dan Tante Pramono. Kamu, Nak?

Oom dan Tante di sini, di makam eyang kakung, berziarah. banget dengannya ya, Nak.

Berkantornya di mana?

Tante Pramono bergegas mengambil bungkusan bunga dari tasnya. Saat itulah pria tua yang

rupanya sedari tadi menguping berjalan mendekat. Oom Pramono menengok, Kemal mendesah kesal. Kemal(daniel) : He wants some money, Oom. Oom Pramono mengambil uang dari dalam sakunya. Namun ternyata si pria tu sudah terlebih dahulu berhenti melangkah. Dengan kepala menunduk, ia berkata. Nency(penjaga kuburan) : Mohon dimaafkan kalau saya mengganggu. Barang sedikit tadi saya mendengar bapak itu sekalian datang kemari bermaksud menziarahi makam Ki Purwosutedjo, keturunan langsung sesepuh trah Atmowilagan. Mohon dimaafkan kalau ternyata keliru. Kemal menarik nafas panjang. Kemal(daniel) : Iya, iya. Kenapa Pak? Nency(penjaga kuburan) : Perkenalkan nama saya Nency, juru kunci makam ini. Kemal mengambil rokok sebatang dan menyulutnya berulang-ulang. Nency(penjaga kuburan) : Sekali lagi mohon dimaafkan, tapi izinkanlah saya menunjukkan letak makam Ki Purwosutedjo yang sebenarnya. Rokok Kemal terlepas dari mulutnya. Tante Pramono spontan menarik tangannya yang siap menabur bunga. Ny.Pramono(indah) sana. Dengan ibu jari tangannya Pak Nency menunjuk ke sebuah cungkup yang terletak cukup jauh dari tempat mereka berada sambil ia sendiri kemudian melangkah mendahului para tamunya. Nency(penjaga kuburan) : Silahkan masuk ke dalam. Di ujung sana bersemayam eyang sepuh Ki Mangundiprodjo, di sampingnya Ki Mangundiprodjo. Makam Ki Purwosutedjo di ujung sana. Sayang sekali keadaanya agak menyedihkan. Sebagian permukaan lantai retak karena pondasinya amblas. Saya sudah berkirim surat ke kakak sepupu saya di Jakarta empat bulan yang lalu, memohon perhatian akan keadaan makam tersebut, namun samapi sekarang belum ada kabar sedikit juga. Kemal(daniel) : Siapa kakak sepupu bapak? Nency(penjaga kuburan) : Mohon dimaafkan kalau keliru. Tapi secara samar-samar saya tadi mendengar bapak-ibu menyebut nama Westi. Itulah kakak sepupu saya. Kemal(daniel) terperanjat. Ny.Pramono(indah) : Jadi....? : Lho! Bukan ini? Nency(penjaga kuburan) : Saya persilahkan bapak-bapak dan ibu melangkah ke sebelah

Nency(penjaga kuburan) : Benar, saya Nency Miring. Memang begitulah saudara-saudara lain menjuluki saya karena dulu pikiran saya memang pernah miring, alias tidak waras. Tapi atas kuasa Gusti Allah Yang Maha Kuasa jugalah pada akhirnya saya bisa sembuh. Dan berkat kemurahan-Nya pula saya masih diberi kekuatan menjadi penjaga makam. Sekali lagi mohon dimaafkan kalau keliru. Tapi secara samar-samar pula tadi saya mendengar bahwa Nak Mas ini adalah putra Mbakyu Westi? Kemal tergagap. Kemal(daniel) : Ya, ya.... Nency(penjaga kuburan) : Ucap syukur pada Gusti Allah Yang Maha Kuasa, putra Mbakyu Westi dikaruniai kesehatan dan kesejahteraan. Semoga begitu pula dengan putra-putrinya yang lain. Kalau Nak Mas datang kemari atas amanah Mbakyu Westi, betapa gembiranya saya sebab tidak lama lagi makam ini tentulah akan kembali tertata rapi. Dan kalau nanti Nak Mas pulang ke Jakarta, sampaikan salam hormat saya pada ibunda.

Kemal tergugu namun tetap mengangguk pelan. Sekian tahun kemudian, di pusat makanan dan restoran dalam lingkungan sebuah plaza perbelanjaan terkemuka di Jakarta, Kemal yang saat itu disertai istri dan anaknya berjumpa lagi dengan Oom dan Tante Pramono yang saat itu membawa cucu mereka. Kemal yang menurut Oom Pramono tampak lebih gemuk dan Tante Pramono menurut Kemal tampak lebih langsing. Kemal(daniel) Tn.Pramono(jefry) Kemal(daniel) : Hai, Oom, Tante. Pa kabar? : Alhamdulillah, baik semua. Ini siapa? : Oo...kenalkan, Oom, Tante, ini istri saya. Dan ini anak kami.

Oom Pramono melihat ke arah istri kemal. Sayang, ini Oom dan Tante Pramono. Tante adalah saudara sepupu ibu. Oom dan Tante Pramono kemudian bersalaman dengan istri kemal. Anak Kemal juga turut disalami sembari kepalanya diusap-usap. Ny.Pramono(indah) Tante. Dengan malu-malu, cucu Oom dan Tante Pramono menyalami Kemal dan istrinya. Anak Kemal dan cucu Oom Pramono dipaksa untuk memberi salam yang keduanya enggan untuk berteman. Kemal(daniel) : Ngomong-ngomong kami bertiga mau makan, nih Oom. Gimana kalau kita bergabung saja? : O iya, Nak Kemal. Ini cucu kami. Ayo, Cu, salaman sama Oom dan

Tn.Pramono(jefry) Ny.Pramono(indah) Istri kemal(aknesia) Tn.Pramono(jefry) Ny.Pramono(indah)

: Ide yang bagus. Bagaimana, Mam? : Mama sih setuju saja. Sekalian kita ngobrol-ngobrol. : Sebentar, sayang. : Oo, jadi mau ke restoran McDonald. Ya sudah kita makan di sana : Nggak apa-apa, lagian kita lama nggak makan di sana.

Anak Kemal(daniel) : Mama, ayo ke restoran McDonald... Anak Kemal terus saja menarik-narik tangan istri kemal untuk pergi ke restoran McDonald. saja. Nggak apa-apa kan, Mam? Ketika semua hendak beranjak menuju McDonald, cucu Oom Pramono tidak mau ikut. Dia merajuk hendak makan di restoran Wendys. Cucu pramono(nency): Eyang! Aku mau makan di Wendys. Aku mau makan di sana. Kemal(daniel) Tn.Pramono(jefry) Cucu Pramono Tn.Pramono(jefry) Cucu Pramono : Lho, di Wendys? Gimana nih Oom? Anak saya mau makan di : Haha...mereka kecil-kecil sudah punya keinginan sendiri-sendiri. : Nggak mau, aku mau makan di Wendys. : Eyang mau ngobrol sama Oom Kemal. Nanti kamu bisa maen sama : Nggak!!! McDonald sedang cucu Oom mau makan di Wendys? Cu, kita makan di McDonald saja, ya?

anak Oom Kemal. Gimana? Mau kan? Oom Kemal memandangi Kemal sambil mengangkat bahu. Kemal pun berusaha untuk membujuk anaknya agar mau makan di restoran Wendys. Kemal(daniel) Anak Papa mau kan? Anak Kemal(daniel) : Nggak mau. Aku mau makan di McDonald. Ya kan, Ma? Kemal(daniel) : Nak, Papa mau ngobrol sama Eyang Pramono. Nanti kamu bisa maen dengan cucu Eyang. Mau kan? Anak Kemal(daniel) : Nggak boleh. Pokoknya aku mau makan di McDonald. Semua orang tua langsung angkat tangan karena tidak ada yang mau mengalah di antara mereka berdua. Ny.Pramono(indah) Istri kemal(aknesia) Kemal(daniel) : Anak sekarang memang susah diatur. Zaman sekarang untuk : Kadang-kadang, Tante. Kalau ada maunya minta diturutin. Kalau : Masalah tempat makan saja, seperti sekarang ini, sulit untuk mereka mendidik mereka lumayan sulit. Ya kan, Nak ? nggak orang tua yang susah, mereka menjalankan aksi ngambek. : Kita makan di Wendys saja ya, Nak? Lain kali kita ke McDonald.

mengerti padahal menunya sama saja. Tn. Kemal(daniel) : Anak sekarang sudah tahu segala macam ya gara-gara televisi. Mereka tahu McDonald ya lewat televisi, tahu Wendys juga lewat televisi. Sepertinya televisilah yang punya andil besar dalam membentuk mereka. Kemal(daniel) Ny.Pramono(indah) : Bisa jadi, Oom. Anak kami suka sekali nonton televisi. Susah sekali : Orang tua cucu kami juga begitu, susah mengatur anaknya. Jadi, disuruh mandi, belajar, atau apalah kalau dia sudah duduk di depan televisi. kalau cucu kami nginep di rumah kami, ya sama seperti anak kamu, tidak mau diganggu kalau dia sudah duduk nonton televisi. Anak Kemal(daniel) sudah tidak sabar untuk pergi ke McDonald, begitu juga dengan cucu Pramono, tidak sabar untuk pergi makan ke Wendys Anak Kemal(daniel) : Ayo, Ma. Istri kemal(aknesia) Cucu Pramono Ny.Pramono(indah) Tn.Pramono(jefry) Kemal(daniel) Tn.Pramono(jefry) saja buat ibu. Kemal(daniel) berpandangan dengan istrinya. Kemal(daniel) Tn.Pramono(jefry) Kemal(daniel) Ny.Pramono(indah) Kemal(daniel) Ny.Pramono(indah) Kemal(daniel) Ny.Pramono(indah) : Mmm...ibu sudah meninggal, Oom. : Masya Allah.... Kapan? : Hampir setahun ini. : Pas tujuh belas Agustus, ya? : Ya, Tante. : Benar, Pap! Persis hari itu sebetulnya kita lewat depan rumah Ibu : Ya, Tante. : Kita malah sempat berkomentar, yang lain pasang bendera merah : Sebentar, sayang. Papa sama mama masih ngobrol sama Eyang : Eyang, ayo ke Wendys. Aku dah lapar nih. : Iya, Cu. Sebentar ya? : Mereka sudah tidak sabar lagi rupanya. : Iya...Oom. : Kalau begitu baiklah, Nak Kemal. Kapan-kapan kita ketemu. Salam Pramono. Sabar ya sayang, sebentar lagi.

lho. Yang di jalan Sekolah Duta, kan?

putih, eh, rumah Mbakyu Westi kok pasang bendera kuning. Siapa yang meninggal? pikir kita. Tapi kenapa waktu itu kita tidak mampir ya, Pap? Tn.Pramono(jefry) Ny.Pramono(indah) : Iya. Kenapa ya....? : Kita buru-buru ke airport mau menjemput Rina?

Tn.Pramono(jefry) Ny.Pramono(indah) Tn.Pramono(jefry)

: Itu kan dua tahun yang lalu. : Tahun ini dong, Pap...! : Tapi bukan tujuh belas Agustus.

Kemal dan istrinya kembali berpandangan. Sedang anak Kemal dan cucu Pramono sudah tidak sabar lagi untuk pergi ke restoran pilihan mereka. Ny.Pramono(indah) : Aduh, lupa. Pokoknya buru-buruuu sekali. Lagi pula waktu itu kita nggak tahu, sih. Coba kalau tahu pasti kan mampir. Nak Kemal juga nggak mau kasih kabar. Tahu nomor telepon kita, kan? Catat deh, kalau nanti ada apa-apa. Nggak ada ballpoint, ya? Atau kartu nama Papa saja. Di situ semua nomor kan ada. Hubungi kantor bisa. Di rumah ada dua, tapi yang satu digabung dengan faks. Eh, kartu nama Nak Kemal dong, untuk kita....