3
Anton A Setyawan-Artikel Ekonomi&Bisnis MEMANJAKAN PERILAKU KONSUMTIF MASYARAKAT SOLO Anton A. Setyawan, SE,MSi Pengamat Ritel dan Dosen Fak. Ekonomi Univ. Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Surakarta 57102 Hp 08156718444 e-mail:[email protected] dan [email protected] Dua tahun terakhir ini, perkembangan ekonomi kota Solo sangat menggembirakan. Dalam kurun waktu tahun 2002 dan tahun 2003, pertumbuhan ekonomi Kota Solo meningkat dari 5,32 persen menjadi 6,46 persen. Kegiatan ekonomi kota Solo didominasi oleh sector perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai 23,07 persen dan industri pengolahan sebesar 29,14 persen. Pertumbuhan sector perdagangan di kota Solo ini ditandai dengan berdirinya pusat-pusat perbelanjaan megah di pusat kota. Tercatat ada beberapa supermarket dan department store besar di Solo. Bahkan belakangan muncul jenis ritel hypermarket (salah satu bentuk ritel) di kota Bengawan tercinta ini. Beberapa supermarket terkemuka di kota Solo seperti Alfa dan Goro Assalam, meskipun sebenarnya berada di wilayah kabupaten Sukoharjo. Department store terkemuka seperti Matahari, Hero dan Luwes grup yang merajai retail di kota ini. Belakangan pembukaan Solo Grand Mall (SGM) dengan Hypermarket dan Matahari sebagai andalan semakin menambah meriahnya sector perdagangan di kota ini. Selain itu beberapa department store, yang sedang dibangun misalnya D’laweyan mall dan Ciputra Sun Mall. Beberapa ritel yang disebutkan diatas menggunakan konsep one stop shopping, yaitu konsumen dipersilakan memilih sendiri apa yang diperlukan karena semua produk tersedia. Dampak ekonomi dari maraknya pembangunan pusat perbelanjaan ini sangat positif. Hal ini akan meramaikan aktivitas ekonomi di kota Solo, yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kota Bengawan ini. Meskipun demikian ada dampak yang tidak diperhitungkan oleh masyarakat Solo karena sifatnya sangat mikro. Dampak mikro tersebut adalah perilaku konsumtif masyarakat Solo, yang bisa jadi mengalami peningkatan karena stimuli secara bertubi-tubi. Stimuli itu berasal dari kampanye iklan melalui diskon yang ditawarkan oleh ritel (supermarket dan department store) atau kampanye iklan lainnya. Kita bisa melihat dari Fak Ekonomi UMS-Maret 2005 1

MEMANJAKAN PERILAKU KONSUMTIF MASYARAKAT SOLO

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Consumer Behavior

Citation preview

Page 1: MEMANJAKAN PERILAKU KONSUMTIF MASYARAKAT SOLO

Anton A Setyawan-Artikel Ekonomi&Bisnis

MEMANJAKAN PERILAKU KONSUMTIF MASYARAKAT SOLO

Anton A. Setyawan, SE,MSi

Pengamat Ritel dan Dosen Fak. Ekonomi Univ. Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Surakarta 57102 Hp 08156718444

e-mail:[email protected] dan [email protected]

Dua tahun terakhir ini, perkembangan ekonomi kota Solo sangat menggembirakan. Dalam kurun waktu tahun 2002 dan tahun 2003, pertumbuhan ekonomi Kota Solo meningkat dari 5,32 persen menjadi 6,46 persen. Kegiatan ekonomi kota Solo didominasi oleh sector perdagangan, hotel dan restoran yang mencapai 23,07 persen dan industri pengolahan sebesar 29,14 persen. Pertumbuhan sector perdagangan di kota Solo ini ditandai dengan berdirinya pusat-pusat perbelanjaan megah di pusat kota. Tercatat ada beberapa supermarket dan department store besar di Solo. Bahkan belakangan muncul jenis ritel hypermarket (salah satu bentuk ritel) di kota Bengawan tercinta ini. Beberapa supermarket terkemuka di kota Solo seperti Alfa dan Goro Assalam, meskipun sebenarnya berada di wilayah kabupaten Sukoharjo. Department store terkemuka seperti Matahari, Hero dan Luwes grup yang merajai retail di kota ini. Belakangan pembukaan Solo Grand Mall (SGM) dengan Hypermarket dan Matahari sebagai andalan semakin menambah meriahnya sector perdagangan di kota ini. Selain itu beberapa department store, yang sedang dibangun misalnya D’laweyan mall dan Ciputra Sun Mall. Beberapa ritel yang disebutkan diatas menggunakan konsep one stop shopping, yaitu konsumen dipersilakan memilih sendiri apa yang diperlukan karena semua produk tersedia.

Dampak ekonomi dari maraknya pembangunan pusat perbelanjaan ini

sangat positif. Hal ini akan meramaikan aktivitas ekonomi di kota Solo, yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kota Bengawan ini. Meskipun demikian ada dampak yang tidak diperhitungkan oleh masyarakat Solo karena sifatnya sangat mikro. Dampak mikro tersebut adalah perilaku konsumtif masyarakat Solo, yang bisa jadi mengalami peningkatan karena stimuli secara bertubi-tubi. Stimuli itu berasal dari kampanye iklan melalui diskon yang ditawarkan oleh ritel (supermarket dan department store) atau kampanye iklan lainnya. Kita bisa melihat dari

Fak Ekonomi UMS-Maret 2005

1

Page 2: MEMANJAKAN PERILAKU KONSUMTIF MASYARAKAT SOLO

Anton A Setyawan-Artikel Ekonomi&Bisnis

bangunan Solo Grand Mall misalnya. Mal ini adalah yang termegah di kota Solo saat ini. Dengan ratusan toko yang beroperasi secara bersamaan dan fasilitas belanja yang lengkap, konsumen sangat menikmati berbelanja di mal itu. Dalam konteks manajemen pemasaran retail, SGM sudah memberikan total retail experience yang prima bagi konsumennya. Total retail experience adalah semua elemen yang ditawarkan ritel yang mengakibatkan daya tarik konsumen pada saat kontak dengan ritel (Berman dan Evans, 2002). Perilaku Konsumtif dan Globalisasi

Seorang konsumen yang konsumtif adalah konsumen yang irasional.

Artinya konsumen itu melakukan pembelian tidak didasari oleh kebutuhan akan produk, melainkan hanya dorongan impulsive semata. Assael (1998) membagi pembelian impulsive menjadi lima kategori, pertama, impulsive murni, yaitu pembelian yang benar-benar impulsive tanpa kejelasan logika. Kedua,pengaruh stimuli, yaitu konsumen yang melakukan pembelian karena stimuli. Misalnya seorang konsumen yang sebenarnya tidak merencanakan untuk membeli parfum, namun karena melihat parfum dietalase, maka ia membelinya. Ketiga,impulsive yang direncanakan, yaitu seorang konsumen yang masuk toko karena ada diskon, namun tidak merencanakan produk apa yang akan dibeli.

Keempat,pengaruh ingatan, yaitu konsumen yang sebenarnya

memerlukan sebuah item produk, tetapi tidak merencanakan untuk membelinya ketika berkunjung ke toko. Pembelian baru dilakukan pada saat melihat produk itu terpampang di etalase. Kelima,kategori produk direncanakan, yaitu seorang konsumen yang merencanakan untuk membeli sebuah produk kategori (misalnya kertas,handuk dsb), namun tidak merencanakan merek apa yang akan dipilihnya. Dalam sebuah riset, ternyata lebih dari 50 persen pembelian di dalam supermarket dan department store adalah pembelian yang tidak direncanakan. Maraknya pusat perbelanjaan di kota Solo ini semakin mendorong masyarakat untuk menjadi pembeli yang impulsive.

Kota Solo ternyata tidak luput dari pengaruh globalisasi ekonomi.

Sebagai sebuah kota yang terbuka dan menjadi daerah transit, dampak globalisasi sangat terasa dalam aktivitas ekonomi di kota ini. Kita bisa melihat saluran informasi, mulai dari radio, TV, telepon dan internet yang sangat mudah diakses di kota ini. Selain itu, jumlah penduduk sebesar 500

Fak Ekonomi UMS-Maret 2005

2

Page 3: MEMANJAKAN PERILAKU KONSUMTIF MASYARAKAT SOLO

Anton A Setyawan-Artikel Ekonomi&Bisnis

ribu jiwa pada malam hari dan 1,5 juta jiwa pada siang hari merupakan pasar potensial bagi produk-produk global. Maka tidak mengherankan bila selera masyarakat Solo sekarang tidak ubahnya dengan selera masyarakat lain di berbagai belahan bumi.

Perilaku konsumtif dan globalisasi ekonomi sangat terkait. Keduanya

adalah turunan dari kapitalisme yang sangat menghargai materi. Capaian keberhasilan individu dalam ideology kapitalis diukur dari materi. Maka seorang yang dianggap berhasil dalam ideology kapitalis adalah mereka yang kaya secara materi. Hal ini yang kemudian mendorong seseorang untuk berperilaku konsumtif. Menjadi Konsumen yang Rasional

Seorang konsumen yang rasional akan melakukan pembelian

berdasarkan sebuah proses pengambilan keputusan. Konsumen yang rasional akan mempertimbangkan beberapa hal sebelum melakukan pembelian. Konsumen seperti ini bukan merupakan idaman para pemasar, karena memerlukan kerja keras bagi pemasar. Masyarakat Solo saat ini secara tidak sadar sedang digiring ke dalam sebuah jebakan konsumtivisme yang luar biasa karena stimuli bertubi-tubi dari berbagai pusat perbelanjaan. Godaan dari ritel berupa tawaran diskon sampai dengan fasilitas belanja yang lengkap.

Kota Solo saat ini mengalami perkembangan yang pesat. Dalam lima

tahun kedepan aktivitas ekonomi di kota ini juga mengalami peningkatan. Dampaknya, secara ekonomi kesejahteraan masyarakat Solo juga akan meningkat. Namun ada juga yang harus diwaspadai yaitu pergeseran budaya karena globalisasi. Lima sampai sepuluh tahun mendatang masyarakat Solo bisa jadi menjadi lebih konsumtif dari sekarang karena peningkatan daya beli dan tuntutan gaya hidup. Hal ini bukan akhir yang kita inginkan bagi kota Solo dengan budayanya yang luhur. Semoga saja masyarakat Solo tidak berubah jadi konsumtif dan kehilangan identitas sebagai masyarakat dengan budaya adiluhung.

Fak Ekonomi UMS-Maret 2005

3