133
PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM) Oleh ROHANA NIM 14.2300.027 PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE 2019

PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF

DI BNI PAREPARE

(ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

Oleh

ROHANA

NIM 14.2300.027

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PAREPARE

2019

Page 2: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF

DI BNI PAREPARE

(ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

Oleh

ROHANA

NIM 14.2300.027

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

pada Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Institut Agama Islam Negeri Parepare

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PAREPARE

2019

Page 3: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF

DI BNI PAREPARE

(ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Program Studi

Perbankan Syariah

Disusun dan diajukan oleh

ROHANA

NIM 14.2300.027

Kepada

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PAREPARE

2019

Page 4: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 5: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 6: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 7: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

vi

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Alhamdulillah segala puja dan puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat

Allah Subhana Wata’ala, Shalawat dan salam senantiasa mengalir kepada manusia

terbaik, manusia pilihan kekasih Sang Maha Pengasih, Nabi mulia Muhammad

Sallallahu ‘Alahi Wasallam. beserta para keluarga dan sahabatnya. Sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyekesaikan studi

dan memperoleh gelar sarjana ekonomi (S.E) pada jurusan syariah dan hukum

ekonomi Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare, penulis menyadari

bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang lahir

dari keterbatasan penulis maka untuk itu segala kritik dan saran sangat penulis

harapkan.

Sebagai rasa syukur yang tiada hentinya maka penulis mengucapkan terima

kasih yang setulus-tulusnya kepada Ayahanda Pawajangi dan Ibunda tercinta

Rahmani selama ini telah memberikan pembinaan dan berkah doa tulusnya, penulis

mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ahmad Sultra Rustan, M.Si selaku Rektor IAIN Parepare yang telah

bekerja keras mengelola pendidikan di IAIN Parepare.

2. Bapak Dr. Muhammad Kamal Zubair, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis atas pengabdiannya telah menciptakan suasana pendidikan yang positif bagi

mahasiswa.

Page 8: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

vii

3. Bapak Drs. Moh. Yasin Soumena, M.Pd. selaku Pembimbing I dan ibu Syahriyah

Semaun, S.E., M.M selaku Pembimbing II, atas segala bantuan dan bimbingan

yang telah diberikan, penulis ucapkan banyak terimakasih.

4. Ibu An Ras Tri Astuti, M.E. selaku penasehat prodi Perbankan Syariah serta bapak

dan ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.

5. Saudara(i) seperjuangan pada prodi Perbankan Syariah angk.2014. Yang sangat

spesial untuk Fadhliyah Ulfah, Marhumi Amir, Sumarni dan Reski Wahyuni yang

sama-sama berjuang.

6. Teman-teman dari KPM Buntu mondong Risnawati, Fauziah Kamal, Rasmiani,

NurYastad Fajrah, Irsyam bin Syamsul, dan Sapri Y. Dan yang spesial untuk

teman sekamar saya yang mulai dari semester 1 sampai selesai yaitu Yuliana yang

sama-sama berjuang memperoleh gelar sarjana.

7. Kepada bank BNI yang telah mengizinkan saya untuk meneliti disana dan semua

karyawan yang telah senantiasa membantu.

Penulis tidak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah memberikan bantuan dan motivasi, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Semoga Allah swt. berkenan menilai segala kebajikan sebagai amal jariah dan

memberikan rahmat serta pahala-Nya.

Akhirnya, penulis menyampaikan kiranya pembaca berkenan memberikan

saran konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini.

Page 9: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

viii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswi yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ROHANA

Nomor Induk Mahasiswa : 14.2300.027

Tempat/Tgl. Lahir : Teppo, 8 Maret 1996

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Program studi : Syariah dan Ekonomi Islam

Judul Skripsi :

Perilaku Nasabah tentang Kredit Konsumtif di BNI

Parepare (Analisis Etika Bisnis Islam)

Menyatakan dengan sesungguhnya adan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar

merupakan hasil karya saya sendiri. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa

merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau di buat oleh orang lain, sebagian atau

seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang di peroleh karenanya batal demi hukum.

\

Page 10: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

ix

ABSTRAK

ROHANA, Perilaku Nasabah Tentang Kredit Konsumtif Di BNI Parepare (Analisis Etika Bisnis Islam) (dibimbing oleh Moh. Yasin Soumena dan Syahriyah Semaun)

Kredit konsumtif adalah kredit untuk kebutuhan pribadi, kredit konsumtif ada yang beranggapan antara positif dan negatif. Nasabah yang beranggapan positif menurutnya produk konsumtif ini sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan pribadinya, yaitu adanya peminjaman dana, sedangkan nasabah yang beranggapan negatif menurutnya mengurangi kesempatan menabung dan dapat menyebabkan kehidupan boros bila berlebihan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku nasabah dalam penggunaan kredit konsumtif. Jenis Penelitian ini adalah kualitatif dalam mengumpulkan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Proses Pinjaman pada Kredit Konsumtif di Bank BNI di Kota Parepare yang pertama melakukan penyelidikan berkas sertifikat jaminan, Wawancara tahap I, meninjau kelapangan, Wawancara tahap II perbaikan berkas-berkas, Keputusan kredit mencakup jumlah uang yang diterima, jangka waktu kredit, biaya-biaya yang dibayar, akad kredit antar bank melalui notaries, proses realisasi kredit, selanjutnya tahap terakhir yaitu penyaluran kredit kepada debitur. (2) Perilaku Nasabah Dalam Penggunaan Kredit Konsumtif di Bank BNI di Kota Parepare menunjukkan bahwa nasabah menggunakan kredit konsumtif tersebut untuk kebutuhan pribadi. Setelah kebutuhan rumah pribadi terpenuhi terdapat juga nasabah yang memanfatkan untuk penghasilan. Etika bisnis Islam dilihat dari Kesatuan, Keseimbangan, Kehendak Bebas, Tanggung Jawab, Kebenaran.

Kata kunci: Perilaku, Kredit konsumtif, Etika

Page 11: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN KOMISI PEMBIMBING .......................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................................... viii

ABSTRAK ................................................................................................................. ix

DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................... 7

1.4 Kegunaan penelitian ................................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................................. 8

2.2 Tinjauan Teoritis ..................................................................................... 10

2.2.1 Perilaku ........................................................................................ 10

2.2.2 Kredit ........................................................................................... 24

Page 12: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

xi

2.2.3 Etika Bisnis Islam ........................................................................ 35

2.3 Tinjauan Konseptual ............................................................................... 42

2.4 Bagan Kerangka Pikir ............................................................................. 44

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 47

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................... 48

3.3 Fokus Penelitian ...................................................................................... 48

3.4 Jenis dan Sumber Data yang digunakan .................................................. 48

3.5 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 49

3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 51

4.2 Proses Pinjaman pada Kredit Konsumtif di Bank BNI di Kota

Parepare ................................................................................................... 52

4.3 Perilaku Nasabah Dalam Penggunaan Kredit Konsumtif

di Bank BNI di Kota Parepare................................................................ 75

BAB V PENUTUP

4.4 Kesimpulan.............................................................................................. 89

4.5 Saran ........................................................................................................ 89

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 13: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

xii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Tabel Halaman

4.1 Tabel Persyaratan Dokumen Permohonan kredit 64

4.2 Tabel pengetahuan nasabah dalam penggunaan

kredit konsumtif

78

4.3 Tabel perilaku atau tindakan nasabah dalam

penggunaan kredit konsumtif

83

4.4 Tabel pengetahuan dan perilaku nasabah dalam

penggunaan kredit

84

Page 14: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

xiii

DAFTAR GAMBAR

No. Tabel Judul Gambar Halaman

2.1 Bagan Kerangka Fikir 46

4.1 Gambar Simulasi Pengajuan Kredit 66

Page 15: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lamp. Judul Lampiran

1 Pedoman wawancara

2 Surat Keterangan Wawancara

3 Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari IAIN Parepare

4 Surat Izin Melaksanakan Penelitian dari Pemerintahan Daerah

5 Dokumentasi

6 Biografi Penulis

Page 16: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari hampir setiap orang tahu apa yang disebut bank,

dan orang dapat menunjukkan mana bank dan mana bukan bank. Tapi apa yang

dimaksud dengan bank dan apa yang menjadi tanda bahwa sesuatu itu adalah bank?

Berbagai penulis buku perbankan tidak selalu sama dalam memberikan arti atau

definisi bank. Hal i5ni disamping karena perbedaan situasi dan kondisi dari suatu

negara, juga karena bank merupakan perusahaan yang dinamis, sehingga gambaran

tentang bank pada masa yang lalu dengan masa sekarang mengalami perubahan.1

Bank bagi masyarakat yang hidup di negara-negara maju, seperti negara-negara

Eropa, Amerika, dan Jepang, sudah merupakan suatu kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi. Bank merupakan mitra dalam rangka memenuhi semua kebutuhan

keuangan mereka sehari-hari. Bank dijadikan sebagai tempat untuk melakukan

berbagai transaksi yang berhubungan dengan keuangan seperti tempat mengamankan

uang, melakukan investasi, pengiriman uang, melakukan pembayaran, atau

melakukan penagihan.

Bagi suatu negara, bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu

negara. Karena itu, peranan perbankan sangat memengaruhi kegiatan ekonomi suatu

negara. Dengan kata lain, kemajuan suatu bank di suatu negara dapat pula dijadikan

ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara, maka

semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Artinya,

keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya.

1Prathama Rahardja, Uang dan Perbankan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1987) h.64-65

Page 17: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

2

Bank Negara Indonesia (BNI) adalah sebuah institusi bank milik pemerintah.

Dalam hal ini adalah perusahaan BUMN, di Indonesia. Dalam struktur manajemen

organisasi. Bank Negara Indonesia (BNI) adalah bank komersial tertua dalam sejarah

Republik Indonesia. Bank ini didirikan pada tanggal 5 juli tahun 1946. Saat ini BNI

mempunyai 914 kantor cabang di Indonesia dan 5 di luar negeri. BNI juga

mempunyai unit perbankan syariah, namun sejak 2010 telah spin off (memisahkan

diri), yang dinamakan BNI Syariah.2

Dua fungsi utama dari perbankan terutama dari Bank Negara Indonesia (BNI)

yaitu pengumpulan dana dan penyaluran dana. Penyaluran dana yang terdapat di bank

konvensional dengan yang terdapat di bank syariah mempunyai perbedaan yang

esensial, baik dalam hal nama, akad, maupun transaksinya. Dalam perbankan

konvensional penyaluran dana ini dikenal dengan nama kredit sedangkan diperbankan

syariah adalah pembiayaan.

Bank Negara Indonesia (BNI) Kantor Cabang Parepare sebagai salah satu

pelaku usaha dalam industri perbankan tidak lepas dari fenomena perubahan yang

timbul dari intensitas persaingan untuk mendapatkan hati pelanggan (nasabah)

mereka. Saat ini perilaku nasabah bank di Kota Parepare makin tidak mudah untuk

ditebak, ada nasabah yang menginginkan suku bunga yang rendah (contoh pinjaman)

atau suku bunga yang tinggi (contoh tabungan, giro dan deposito), biaya administrasi

yang rendah dan ada pula nasabah yang menginginkan transaksi keuangan yang

cepat, efisien, nyaman, dan mudah dalam pengaksesannya, kapanpun, dan

dimanapun. Industri perbankan saat ini telah menyadari bahwa nasabah saat ini tidak

hanya mempertimbangkan faktor bunga atau kecanggihan dan kelengkapan fitur dari

2Wkipedia, Bank Negara Indonesia, http://id.m.wikipedia.org/wiki/bank_Negara_Indonesia

(2 September 2018)

Page 18: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

3

suatu produk perbankan, tetapi saat ini yang dicari oleh nasabah adalah nilai (value)

yang akan didapatkan dari apa yang ditawarkan oleh pihak bank, sehingga pada

akhirnya akan bersedia untuk menjadi nasabah yang loyal.3 Beragamnya jenis usaha,

menyebabkan beragam pula kebutuhan akan dana. Kebutuhan dana yang beragam

menyebabkan jenis kredit juga menjadi beragam. Hal ini disesuaikan dengan

kebuthan dana yang diinginkan nasabah. Dalam prakteknya kredit yang diberikan

bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis.

Salah satu diantaranya adalah kredit konsumtif.

Kredit konsumtif yang digunakan untuk kebutuhan sendiri bersama

keluarganya, seperti kredit rumah atau mobil yang akan digunakan sendiri bersama

keluarganya. jenis kredit konsumtif misalnya : kredit pemilikan rumah, kredit kredit

pemilikan kendaraan, kartu kredit (credit card), kredit konsumtif lainnya. Dalam hal

ini kegiatan untuk pemberian kredit konsumtif harus ditinjau dengan baik karena

pemberian kredit ini juga berpengaruh terhadap pendapatan bank jika permintaan

kredit terus meningkat itu kabar baik bagi bank tersebut, tetapi jika permintaan kredit

menurun harus ditinjau kembali masalah apa yang timbul sehingga menyebabkan

permintaan kredit itu sendiri menjadi menurun.

Pada umumnya, bank konvensional membatasi pemberian kredit untuk

pemenuhan barang tertentu yang dapat disertai dangan bukti kepemilikan yang sah,

seperti rumah dan kendaraan bermotor, yang kemudian menjadi barang jaminan

utama (main collateral). Adapun untuk pemenuhan kebutuhan jasa, bank meminta

jaminan berupa barang lain yang dapat diikat sebagai collateral. Sumber pembayaran

kembali atas pembiayaan tersebut berasal dari sumber pendapatan lain dan bukan dari

3Observasi di BNI KCU Parepare, pada tanggal 11 Mei 2018.

Page 19: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

4

eksploitasi barang yang dibiayai dari fasilitas ini.4 Sebelum kredit diberikan untuk

meyakinkan bank bahwa si nasabah benar-benar dapat dipercaya maka, bank terlebih

dulu mengadakan analisis kredit’ analisis kredit mencakup latar belakang nasabah

atau perusahaan prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta fakto-faktor lainnya,

tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar

aman.5

Etika bisnis Islam mengajarkan bahwa di dalam melaksanakan prinsip ekonomi

Islam hendaknya setiap manusia memiliki nilai-nilai, jujur, amanah, adil, profesional,

saling bekerjasama, sabar, dan tabah. Sesuai dengan misi yang diemban ekonomi

Islam, yakni turut berperan dan menjunjung pembangunan ekonomi bangsa Indonesia

terutama melalui upaya pengawasan takaran dan timbangan.6

Serangkaian penemuan-penemuan baru, perubahan-perubahan organisasi bisnis,

perdagangan seluruh dunia, apalagi dengan semakin merekbaknya bisnis didunia

maya atau yang dikenal dengan e-Business atau e-Commerce, tidak hanya merubah

cara-cara dalam memperoleh penghasilan, tetapi secara radikal mengubah seluruh

cara hidup bahkan mengubah cara berpikir khususnya karena berkembangnya

kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan secara signifikan. Perubahan-perubahan besar

dalam jalan hidup telah meningkatkan pengembangan teori-teori praktis yang

menyangkut fungsi inti dan organisasi-organisasi bisnis. Dengan fakta ini, etika bisnis

merupakan salah satu dari disiplin ilmu yang berhubungan dengan persoalan-

persoalan bisnis di atas dalam berbagai konteksnya.

4Muhammad Syafi’i I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Cet.I (jakarta: Gema

Insani Press, 2001), h.168 5Kasmir ,Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, Cet. 6, (Jakarta PT RajaGrafindo Persada.

2002) h.93 6 Suhesti, “Analisis Bisnis Islam Terhadap Pengawasan takaran dan timbangan (Studi Pasar

Lakessi Kota Parepare)” (Skripsi Sarjana; Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam : Parepare, 2017), h. 1

Page 20: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

5

Etika bisnis menawarkan seperangkat nilai-nilai bisnis, agar dapat

menjembatani persoalan-persoalan diatas dengan perubahan-perubahannya tanpa

menyimpang dari makna hakikat kehidupan. Makna hakikat kehidupan hidup bukan

semata-mata melakukan pemenuhan atas kebutuhan-kebutuhan hidup melainkan

pencarian, pemaknaan dan pengabdian bagi keberlangsungan dan kesejahteraan

kehidupan individual dan sosial baik di dunia maupun kehidupan setelah kematian.

Dalam konteks bisnis perusahaan, penerapannya etika bisnis dihadapkan

dengan masalah-masalah yan meliputi; proses, people, dan teknologi. Pada tataran

prosesnya, etika bisnis berhadapan dengan masalah-masalah klasik seperti cash flow,

personal network, quality, competition,dan endurance. Pada people etika bisnis

dihadapkan dengan persoalan kualiti SDM yang belum memadai, motivasi

enterpreneur dan keinginan masuk “cepat sukses”. Demikian pula dala etika bisnis

berhadapan dengan tuntunan teknologi, yang mensyaratkan keserba-cepatan dan

efisiensi total dalam sistem kerja untuk mencapai suatu maksud dalam bisnis.7

Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang diharapkan dapat meningkatkan

pengelolaan dari masyarakat dan disalurkan untuk kepentingan masyarakat khusunya

masyarakat di Kota Parepare. Dalam hal ini Bank BNI Kantor Cabang Parepare

memberikan fasilitas pelayanan kredit dan fasilitas layanan yang dibutuhkan oleh

masyarakat. Khususnya dalam pelayanan kredit konsumtif yang dipergunakan untuk

kebutuhan sehari-hari atau pemenuhan kebutuhan konsumtif nasabah dan

keluarganya, seperti kredit pemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor, kredit

keperluan multiguna yang akan digunakan sendiri bersama keluarganya, dalam kredit

ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan. Sedangkan menurut bank

7 Muhammad, Etika Bisnis Islam (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi

Manajemen perusahaan YKPN, 2004), h. 157

Page 21: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

6

itu sendiri kredit konsumtif adalah pinjaman dana yang diberikan pegawai yang

berpenghasilan atau gaji tetap.

Pemberian kredit konsumtif ini lebih banyak di ambil oleh pegawai negeri

(PNS/CPNS) baik yang bekerja di Dinas Pendidikan dan Olahraga, Dinas

Pertambangan dan Energi, Dinas Pertanian maupun lainnya. Dalam hal ini bank BNI

KCU Parepare selaku Kreditur harus menganalisa serta berhati-hati dalam pemberian

kredit kepada Debitur supaya tidak terjadi hal yang tidak di inginkan di kemudian

hari. Tapi terkadang masyarakat di kota Parepare lebih dominan ke kredit produktif

atau dengan kredit usaha rakyat (KUR) yang bisa dipakai untuk usaha dan biasa juga

dipakai untuk pribadi karna dia beranggapan bahwa kredit konsumtif itu lebih boros.

Perilaku nasabah di kota Parepare yang ingin mengambil produk konsumtif untuk

kepentingan pribadinya seperti kredit rumah, kendaraan bermotor, mobil dan lain-

lainnya. Dalam hal ini nasabah harus memberikan jaminan kepada pihak bank sesuai

ketentuan yang telah disepakati, nasabah wajib menandatangani berbagai surat seperti

akta pemberian hak tanggungan dan perjanjian kredit dan perjanjian surat lainnya

yang terkait. Dalam hal ini ada yang beranggapan antara positif dan negatif tentang

produk konsumtif. Nasabah yang beranggapan positif menurutnya produk konsumtif

ini sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan pribadinya, yaitu adanya

peminjaman dana, sedangkan nasabah yang beranggapan negatif menurutnya

mengurangi kesempatan menabung dan dapat menyebabkan kehidupan boros bila

berlebihan.

1.2 Rumusan Masalah

Page 22: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

7

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan pokok proposal penelitian ini

yaitu “Bagaimana Perilaku Nasabah BNI tentang Kredit Konsumtif di Kota Parepare

apabila di Analisis dalam Etika Bisnis Islam”

Dari masalah pokok tersebut, maka akan dirinci sub masalah dan setiap sub

masalah selalu di analisis dengan etika bisnis Islam sub-sub masalah yang di maksud

adalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana Proses Pinjaman pada Kredit Konsumtif di Bank BNI di Kota

Parepare ?

1.2.2 Bagaimana Perilaku Nasabah Dalam Penggunaan Kredit Konsumtif di Bank

BNI di Kota Parepare ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1.3.1 Mengetahui Proses Pinjaman pada Kredit Konsumtif di Bank BNI di Kota

Parepare.

1.3.2 Mengetahui Perilaku Nasabah Dalam Penggunaan Kredit Konsumtif di Bank

BNI di Kota Parepare.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu:

1.4.1 Bagi masyarakat, dapat dijadikan pedoman dalam mengambil serta

menggunakan kredit konsumtif.

1.4.2 Bagi pembaca, dapat digunakan sebagai acuan perbaikan dan pengembangan

sekaligus menjadi kunci inovasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Page 23: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran berbagai kepustakaan, penulis belum menemukan

penelitian Perilaku Nasabah BNI tentang Kredit Konsumtif di Kota Parepare

(Analisis Etika Bisnis Islam), namun penulis akan memaparkan hasil penelitian

terdahulu yang menjadi pustaka acuan penulis dalam menyusun penelitian ini.

Munawaroh dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Perilaku Nasabah

dalam Pengambilan Keputusan terhadap produk pembiayaan (Studi pada PT. BNI

Syariah Kantor Cabang Tanjung Karang)”, dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,

Universitas Islam Negeri, hasil penelitiannya sangat berpengaruh besar dalam

menentukan perilaku nasabah untuk melakukan pengambilan keputusan terhadap

suatu produk pembiayaan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yaitu

faktor budaya faktor pribadi dan faktor psikologi. Sedangkan untuk faktor sosial

kurang berpengaruh karena setiap nasabah yang melakukan pengambilan keputusan

berdasarkan diri sendiri tidak dipengaruhi oleh kelompok sosial lainnya, dan tidak

berdasarkan peran dan status serta kedudukannya.1

Vicky Kustrihariyanto dalam skripsinya yang berjudul “Pemanfaatan Kredit

Pemilikan Rumah (KPR) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pengetahuan Dan

Perilaku Nasabah Dalam Pemanfaatan Kredit Pemilikan Rumah Di Bank BTN

Surakarta)”, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret

1Munawaroh “Analisis Perilaku Nasabah dalam Pengambilan Keputusan terhadap produk

pembiayaan (Studi pada PT. BNI Syariah Kantor Cabang Tanjung Karang” (Skripsi Sarjana; Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam: Lampung, 2017)

Page 24: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

9

Surakarta. Dapat ditarik kesimpulan bahwa hampir semua nasabah kredit pemilikan

rumah mengetahui dan memahami tentang layanan pemanfaatan kredit pemilikan

rumah dengan tujuan untuk membantu para nasabah yang ingin memiliki rumah akan

tetapi tidak mempunyai uang secara cash dalam jumlah banyak.2

Dimas Aris Sugiyarto dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Pengaruh

Kualitas Pelayanan Terhadap Konsekuensi Perilaku Nasabah Pada pada BPR BKK

Tasikmadu Karanganyar”, Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Menarik kesimpulan bahwa dilihat dari kepercayaan (reliability), respon (responsive),

jaminan (assurance), empati (empathy) dan kenyataan (tangible) terhadap

konsekuensi perilaku nasabah semuanya mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap konsekuensi perilaku nasabah.3

Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat persamaan yang dibahas yakni tentang perilaku. Akan tetapi penelitian yang

akan dilakukan berbeda dengan penelitian terdahulu, yakni penulis lebih

menfokuskan mengenai perilaku nasabah dalam pengambilan kredit konsumtif

kemudian di analisis dari etika bisnis Islam.

2Vicky Kustrihariyanto “Pemanfaatan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) (Studi Deskriptif

Kualitatif Tentang Pengetahuan Dan Perilaku Nasabah Dalam Pemanfaatan Kredit Pemilikan Rumah

Di Bank BTN Surakarta)” (Skripsi Sarjana; Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik: Surakarta, 2008) 3Dimas Aris Sugiyarto “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Konsekuensi

Perilaku Nasabah Pada BPR BKK Tasikmadu Karanganyar” (Skripsi Sarjana; Fakultas Ekonomi:

Surakarta, 2010)

Page 25: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

10

2.2 Tinjauan Teoretis

2.2.1 Perilaku

2.2.1.1 Pengertian Perilaku

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang

bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup

mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berprilaku, karena

mereka mempunya aktifitas masing-masing. Menurut Skiner seorang ahli psikologi,

merumuskan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Oleh karena itu perilaku ini menjadi terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap

organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skiner ini disebut

teori “S-O-R” atau stimulus organisme respon. Skiner membedakan adanya dua

respon. Dalam teori Skiner dibedakan adanya dua respon:4

1. Respondent respons atau flexi, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-

rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing

stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

2. Operant respons atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang ini disebut

reinforcing stimulation atau reinforcer, karena mencakup respon.

Menurut Notoatmodjo dilihat dari bentuk respon stimulus ini maka perilaku dapat

dibedakan menjadi 2 yaitu: 5

4Suhartono “Perilaku Pedagang Kaki Lima (KPL) di Lapangan Lasinrang kota Pinrang

(tinjauan etika bisnis islam)” (Skripsi Sarjana; Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam: Parepare, 2016) h.

8 5 Suhartono, “Perilaku Pedagang Kaki Lima (PKL) Di Lapangan Lasinrang Kota Pinrang

(Tinjauan Etika Bisnis Islam)”, h.9

Page 26: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

11

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus

tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (covert behavior)

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik (practive) yang

dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.

2.2.1.2 Perilaku Manusia

Apakah perilaku manusia ditentukan oleh proses dalam diri manusia tersebut

atau oleh penyebab eksternal? Masalah ini menitikberatkan pada hubungan antara

faktor internal dan eksternal dan kepentingan relatif dari dua faktor tersebut. Seluruh

teori kepribadian setuju bahwa faktor-faktor dalam diri organisme dan kejadian-

kejadian di lingkungan sekitarnya adalah merupakan hal yang penting dalam

menentukan perilaku. Meskipun demikian, masing-masing teori ini berbeda dalam

pemberian bobot terhadap faktor eksternal dan internal. Menurut Freud, kita

dikendalikan oleh kekuatan internal yang terutama bersal dari pikiran tidak sadar

kita.6

Psikologi memandang prilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi yang

dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Pada manusia khususnya dan

pada berbagai spesies hewan umunya memang terdapat bentuk-bentuk perilaku

instinktif (species-specific behavior) yang didasari oleh kodrat untuk

6Daniel Cervone dan Lawrence A. Pervin, Kepribadian Teori dan Penelitian, Ed. Ke-10,

(Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 27

Page 27: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

12

mempertahankan kehidupan. Sepanjang menyangkut pembahasan mengenai

hubungan sikap dan perilaku, bentuk-bentuk perilaku instinktif itu tidak dibicarakan.

Sikap selalu dikaitkan dengan perilaku yang berada dalam batas kewajaran dan

kenormalan yang merupakan respons atau reaksi terhadap stimulus lingkungan sosial.

Salah satu karakteristik reaksi perilaku manusia yang menarik adalah sifat

diferensialnya. Maksudnya, satu stimulus dapat menimbulkan lebih dari satu respons

yang berbeda dan beberapa stimulus yang berbeda dapat saja menimbulkan satu

respons yang sama.7

Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut Abraham

Harold Maslow, manusia memiliki lima kebutuhan dasar, yaitu:

1. Kebutuhan fisiologis/biologis

Adanya kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan tubuh manusia untuk

mempertahankan hidup (makan, air, udara, rumah, pakaian, dll). Menurut teori Engel,

semakin sejahtera seseorang maka semakin kecil presentase pendapatannya untuk

membeli makan.

2. Kebutuhan rasa aman

Merupakan kebutuhan perlindungan bagi fisik manusia. Manusia membutuhan

perlindungan dari ganguan kriminalitas, sehingga ia bisa hidup aman dan nyaman.

Keamanan fisik menyebabkan diperolehnya rasa aman secara psikis karena konsumen

tidak merasa was-was dan khawatir.

7Saifuddin Azwar, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Ed. ke-2, Cet. 1, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 1995), h. 9-10

Page 28: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

13

3. Kebutuhan sosial

Berdasarkan kepada perlunya manusia berhubungan satu sama dengan yang

lainnya, karena sesama individu saling membutuhkan.

4. Kebutuhan ego

Kebutuhan ego yaitu kebutuhan untuk berprestasi sehingga mencapai derajat

yang lebih tinggi dari yang lainnya. Manusia berusaha mencapai prestis, reputasi:

status lebih baik. Ingin dihargai dan menghargai orang lain.

5. Kebutuhan aktualisasi diri

Menjadikan dirinya sebagai orang yang terbaik sesuai dengan potensi dan

kemampuan yang dimilikinya. Misalnya ingin dipuja atau disanjung oleh orang lain,

ingin menonjol dan lebih dari orang lain, lebih dalam karir, usaha, kekayaan, dan

lain-lain. Adalah keinginan untuk bisa menyampaikan ide, gagasan dan sistem nilai

yang diyakininya kepada orang lain.8

Manusia miliki sifat dasar yang tidak pernah merasa puas, karena bagi

manusia kepuasan hanya bersifat sementara. Ketika kebutuhan terpuaskan maka akan

muncul kebutuhan lain yang lebih tinggi nilainya, yang menuntut untuk dipuaskan

dan begitupun seterusnya.

2.2.1.3 Bentuk Perilaku

Secara garis besar bentuk perilaku ada dua macam:

a. Perilaku Pasif (Respons Internal)

8Rini Dwiastuti, dkk, Ilmu Perilaku Konsumen, (Universitas Brawijaya Press: UB Press,

2012), h. 61-62

Page 29: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

14

Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak

dapat diamati secara langsung. Contohnya: berfikir, berfantasi dan berangan-angan.

b. Perilaku Aktif (Respons Eksternal)

Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat

diamati langsung. Contohnya: berfikir, berbelanja dan membaca buku.9

2.2.1.4 Domain Perilaku

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak

mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap

masalah yang dihadapi. Ada empat macam pengetahuan Widodo yaitu:

a. Pengetahuan Faktual (Factual knowledge)

Pengetahuan yang berupa potongan - potongan informasi yang terpisah-pisah

atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan faktual

pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua macam pengetahaun 20

faktual yaitu pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology) mencakup

pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal maupun non

verbal dan pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur (knowledge of specific

details and element) mencakup pengetahuan tentang kejadian, orang, waktu dan

informasi lain yang sifatnya sangat spesifik.

9Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawaran, Cet. 1, (Jakarta: EGM, 2004), h. 15-16

Page 30: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

15

b. Pengetahuan Konseptual

Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dasar

dalam struktur yang lebih besar dan semuanya berfungsi bersama - sama.

Pengetahuan konseptual mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang

implisit maupun eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu

pengetahaun tentang kelasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan

generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan sruktur.

c. Pengetahuan Prosedural

Pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuatu, baik yang bersifat rutin

maupun yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau

tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu.

d. Pengetahuan Metakognitif

Mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan tentang

diri sendiri. Penelitian-penelitian tentang metakognitif menunjukkan bahwa seiring

dengan perkembangannya siswa menjadi semakin sadar akan pikirannya dan semakin

banyak tahu tentang kognisi, dan apabila siswa bisa mencapai hal ini maka mereka

akan lebih baik lagi dalam belajar.

Dimensi proses kognitif dalam taksonomi yang baru yaitu:

1. Menghafal (Remember)

Menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang.

Mengingat merupakan proses kognitif yang paling rendah tingkatannya. Untuk

mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas

mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan

Page 31: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

16

bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam

proses kognitif: mengenali (recognizing) dan mengingat (recalling).

2. Memahami (Understand)

Mengkonstruk makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang

dimiliki, mengaitkan informasi yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki,

atau mengintegrasikan pengetahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam

pemikiran siswa. Karena penyususn skema adalah konsep, maka pengetahuan

konseptual merupakan dasar pemahaman. Kategori memahami mencakup tujuh

proses kognitif: menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying),

mengkelasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi

(inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).

3. Mengaplikasikan (Applying)

Mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau

mengerjakan tugas. Oleh karena itu mengaplikasikan berkaitan erat dengan

pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk

pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif:

menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing).

4. Menganalisis (Analyzing)

Menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsurunsurnya dan

menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut dan struktur

besarnya. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam menganalisis:

membedakan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan

tersirat (attributting).

5. Mengevaluasi

Page 32: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

17

Membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada

dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa (checking)

dan mengritik (critiquing).

6. Membuat (create)

Menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga

macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini, yaitu: membuat

(generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing),Widodo

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden Notoatmodjo

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain:

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain

agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi

pendidikan seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan

pada akhirnya makin banyak pengetahuan yang mereka miliki.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman

dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik

dan psikologis (mental), dimana pada asfek psikologi ini, taraf berpikir seseorang

semakin matang dan dewasa.

Page 33: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

18

4. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

seseuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada

akhirnya diperoleh pengetahuan yang mendalam.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari

dalam dirinya ataupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin saja

menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi

pengetahuan pada individu secara subjektif.

6. Informasi

Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Wahid, 2007)

2. Sikap

Menurut Notoatmodjo, sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Menurut Gerungan, sikap merupakan pendapat maupun pendangan seseorang tentang

suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin terbentuk sebelum

mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek.

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:

1. Menerima (receiving). Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding). Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan atau

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Page 34: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

19

3. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsibility). Bertanggung jawab atas segala sesuatu

yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling

tinggi.

Menurut Ahmadi, sikap dibedakan menjadi :

a. Sikap negatif yaitu : sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak

menyetujui terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada

b. Sikap positif yaitu : sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang

berlaku dimana individu itu berada.

Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi 4 golongan yaitu:

1. Sebagai alat untuk menyesuaikan.

Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang mudah

menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai

penghubung antara orang dengan kelompok atau dengan kelompok lainnya.

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku.

Pertimbangan dan reaksi pada anak, dewasa dan yang sudah lanjut usia tidak

ada. Perangsang pada umumnya tidak diberi perangsang spontan, akan tetapi terdapat

adanya proses secara sadar untuk menilai perangsangan-perangsangan itu.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman.

Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman secara aktif. Artinya

semua berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia

memilih mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua

pengalaman diberi penilaian lalu dipilih.

Page 35: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

20

4. Sebagai pernyataan kepribadian.

Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang ini disebabkan karena sikap tidak

pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat

sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang

tersebut. Jadi sikap merupakan pernyataan pribadi (Notoatmodjo).

Manusia dilahirkan dengan sikap pandangan atau sikap perasaan tertentu, tetapi sikap

terbentuk sepanjang perkembangan. Peranan sikap dalam kehidupan manusia sangat

besar. Bila sudah terbentuk pada diri manusia, maka sikap itu akan turut menentukan

cara tingkahlakunya terhadap objek-objek sikapnya. Adanya sikap akan

menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap objeknya. Sikap dapat

dibedakan menjadi :

a. Sikap Sosial

Suatu sikap sosial yang dinyatakan dalam kegiatan yang sama dan berulang-

ulang terhadap objek sosial. Karena biasanya objek sosial itu dinyatakan tidak hanya

oleh seseorang saja tetapi oleh orang lain yang sekelompok atau masyarakat.

b. Sikap Individu

Sikap individu dimiliki hanya oleh seseorang saja, dimana sikap individual

berkenaan dengan objek perhatian sosial. Sikap individu dibentuk karena sifat pribadi

diri sendiri. Sikap dapat diartikan sebagai suatu bentukkecenderungan untuk

bertingkah laku, dapat diartikan suatu bentuk respon evaluativ yaitu suatu respon

yang sudah dalam pertimbangan oleh individu yang bersangkutan.

Sikap mempunyai beberapa karakteristik yaitu :

1. Selalu ada objeknya

2. Biasanya bersifat evaluative

Page 36: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

21

3. Relatif mantap

4. Dapat dirubah

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian

reaksi terhadap stimulus tertentu. Menurut Allpon (1954), bahwa sikap itu

mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek

3. Kecenderungan untuk bertindak

Ketiga komponen ini akan membentuk sikap yang utuh (Total Attitude), dalam

penentuanberpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap adalah

kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif terhadap orang lain,

objek atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadang-kadang sikap

tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku. Tetapi sikap selalu

tercermin dari perilaku seseorang (Ahmadi, 2003).

Pengukuran sikap dapat dilakuan secara langsung atau tidak langsung, melalui

pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek secara tidak langsung

dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden.

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, baik

yang bersifat intern maupun ekstern sehingga manifestasinya tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup

tersbeut. Sikap secara realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons 32

terhadap stimulus tertentu. Tingkatan sikap adalah menerima, merespons, menghargai

dan bertanggung jawab.

Page 37: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

22

3. Praktik dan Tindakan

Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap suatu perbuatan nyata.

Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimilus dalam bentuk nyata

atau terbuka. Notoatmodjo, Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai

dengan arti rangsangan itu bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi ini

disebut perilaku, bentuk perilaku dapat bersifat sederhana dan kompleks. Dalam

peraturan teoritis, tingkah laku dapat dibedakan atas sikap, di dalam sikap diartikan

sebagai suatu kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi (tingkah laku). Suatu

sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap agar

menjadi suatu tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi

fasilitas yang memungkinkan (Ahmadi)

Menurut Notoatmodjo, tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari tubuh

setelah mendapat rangsangan ataupun adaptasi dari dalam maupun luar tubuh suatu

lingkungan. Tindakan seseorang terhadap stimulus tertentu akan banyak ditentukan

oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Secara

biologis, sikap dapat dicerminkan dalam suatu bentuk tindakan, namun tidak pula

dapat dikatakan bahwa sikap tindakan memiliki hubungan yang sistematis. Respon

terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice),

yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh karena itu

disebut juga over behavior.

Menurut Notoatmodjo, empat tingkatan tindakan adalah :

a. Persepsi (Perception), Mengenal dan memiliki berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang diambil.

Page 38: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

23

b. Respon terpimpin (Guided Response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

urutan yang benar.

c. Mekanisme (Mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu

dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.

d. Adaptasi (Adaptation), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa

mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo, faktor-faktor yang merupakan

penyebab perilaku menurut Green dipengaruhi oleh tiga faktor yaotu faktor

predisposisi seperti pengetahuan, sikap keyakinan, dan nilai, berkanaan dengan

motivasi seseorang bertindak. Faktor pemungkin atau faktor pendukung (enabling)

perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang

memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Terakhir faktor penguat

seperti keluarga, petugas kesehatan dan lain-lain.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya

dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas,

sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung

dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Seperti halnya pengetahuan dan sikap, praktik juga memiliki tingkatan-tingkatan,

yaitu :

a. Persepsi, yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sesuai dengan tindakan

yang akan dilakukan.

Page 39: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

24

b. Respons terpimpin, yaitu individu dapat melakukan sesuatu dengan urutan

yang benar sesuai contoh.

c. Mekanisme, individu dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis

atau sudah menjadi kebiasaan.

d. Adaptasi, adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dan dimodifikasi

tanpa mengurangi kebenaran.

2.2.1.5 Perilaku Nasabah

Perilaku nasabah adalah untuk membantu para menajer dalam pengambilan

keputusan pembelian, memberikan pengetahuan kepada para peneliti pemasaran

dengan dasar pengetahuan analisis nasabah, membantu pemerintah dalam pembuatan

undang-undang perlindungan konsumen, dan membantu nasabah dalam pembuatan

keputusan pembelian yang baik.10

2.2.2 Kredit

2.2.2.1 Pengertian kredit

Dalam pengertian sederhana kredit merupakan penyaluran dana dari pihak

pemilik dana kepada pihak yang memerlukan dana. Penyaluran dana tersebut

didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna

dana. Dalam bahasa Latin, kredit berasal dari kata “credere” yang artinya percaya.

Artinya pihak yang memberikan kredit percaya kepada pihak yang menerima kredit,

bahwa kredit yang diberikan pasti akan terbayar. Di lain pihak, penerima kredit

10Agus Siswoyo, Analisa Pasar dan Perilaku Nasabah Bank Syariah,

http://agussiswo.com/ekonomi-islam/analisa-pasar-dan-perilaku-nasabah-bank-syariah/ (9 Agustus

2018)

Page 40: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

25

mendapat kepercayaan dari pihak yang memberi pinjaman, sehingga pihak peminjam

berkewajiban untuk mengembalikan kredit yang telah diterimanya.

Beberapa ahli menerjemahkan kredit sebagai berikut : 11

1. Menurut Amir R. Batubara kredit itu adalah suatu pemberian prestasi yang balas

prestasinya (kontra prestasi) akan terjadi pada suatu waktu dihari yang akan

datang.

2. Menurut Rolling G. Thomas “In a general sense credit is based on confidence in

the Debtors ability to make a money payment at some future time”Apabila kita

definisikan secara bebas, kredit dalam pengertian umum merupakan kepercayaan

atas kemanpuan pihak debitur (penerima kredit) untuk membayar sejumlah uang

pada masa yang akan datang.

3. Dalam undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998, Kredit adalah penyediaan

uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain

yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu

tertentu dengan pemberian bunga. Kredit ini, merupakan penyaluran dana yang

dilakukan oleh bank konvensional kepada nasabah (debitur).

2.2.2.2 Unsur-unsur Kredit

Dalam kata kredit mengandung berbagai maksud. Atau dengan kata lain dalam

kata kredit terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu. Sehingga jika kita

bicara kredit, maka termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung

didalamnya.

11Ismail, Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi, Cet. I (Jakarta: Kencana, 2010),

h. 93-94

Page 41: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

26

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit

adalah sebagai berikut

1. Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit

yang diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa) benar-benar diterima

kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit.

2. Kesepakatan, di samping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur

kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini

dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak

menandatangani hak dan kewajibanya masing-masing.

3. Jangka waktu, setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu,

jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

4. Risiko, akibatnya adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan

memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu kredit.

5. Balas jasa, bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas

pemberian suatu kredit. Dalam bank konvensional balas jasa kita kenal dengan

nama bunga.12

2.2.2.3 Jenis-jenis Kredit

Kredit yang diberikan bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat untuk

masyarakat terdiri dari berbagai jenis, secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat

dari berbagai segi antara lain

1. Dilihat dari Segi Kegunaan

12Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Ed. Revisi (Jakarta : PT RajaGrafindo persada, 2014) h.

114-115

Page 42: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

27

a. Kredit investasi biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau

membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh

kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin

yang pemakaiannya untuk satu periode yang relatif lebih lama.

b. Kredit modal kerja: digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam

operasinya. Sebagai contoh kredit modal kerja yang diberikan untuk membeli

bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan

dengan proses produksi perusahaan.

2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit

a. Kredit produktif: kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau

produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau

jasa. Sebagai contoh kredit untuk membangung pabrik yang nantinya akan

menghasilkan barang, kredit, pertanian akan menghasilkan produk pertanian

atau kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri

lainnya.

b. Kredit konsumtif: kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi.

Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan,

karena digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai

contoh kredit perumahan, kredit mobil pribadi, kredit peralatan rumah tangga

dan kredit konsumtif lainnya.

c. Kredit perdagangan: kredit yang digunakan untuk perdagangan, biasanya

untuk membeli barang dagangan yang pembarannya diharapkan dari hasil

penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada suplier

Page 43: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

28

atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar.

Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor impor.

3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu

a. Kredit jangka pendek: merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang

dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan

modal kerja. Contohnya untuk peternakan, misalnya kredit peternakan ayam

atau pertanian misalnya tanaman padi atau palawija. Kredit jangka menengah:

jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun,

biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian tanaman

buah-buahan seperti jeruk, atau peternakan kambing.

b. Kredit jangka panjang: merupakan kredit yang masa pengembalian paling

panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembalian diatas 3 tahun atau 5

tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan

karet, kelapa sawit, atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit

perusahaan

4. Dilihat dari Segi Jaminan

a. Kredit dengan jaminan: kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan

tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau bukan berwujud atau jamian

orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan

yang diberikan calon debitur.

b. Kredit tanpa jaminan: merupakam kredit yang diberikan tanpa jaminan barang

atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha

dan karakter serta loyalitas atau nama baik calon debitur selama ini.

5. Dilihat dari Segi Sektor Usaha

Page 44: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

29

a. Kredit pertanian: merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan

atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau

jangka panjang.

b. Kredit peternakan: dalam hal ini untuk jangka pendek, misalnya peternakan

ayam dan jangka panjang kambing atau sapi.

c. Kredit industri: yaitu kredit untuk membiayai industri kecil, menengah atau

besar.

d. Kredit pertambangan: jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam

jangka panjang seperti tambang emas, minyak atau timah. Kredit pendidikan:

merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana

pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.

e. Kredit profesi: diberikan kepada profesional sepert dosen, dokter atau

pengacara.

f. Kredit perumahan: yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau

pembelian perumahan.13

2.2.2.4 Fungsi Kredit

Pada dasarnya fungsi kredit ialah merupakan pelayanan kepada masyarakat

dalam memenuhi kebutuhannya untuk meningkatkan usahanya. Masyarakat disini

merupakan individu, pengusaha, lembaga, dan badan usaha yang membutuhkan dana.

Kredit berfungsi membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya melalui

penyaluran dana yang diberikan oleh bank.

Fungsi kredit secara terperinci adalah sebagai berikut:

13Thamrin Abdullah, dan Francis Tantri, Bank dan Lembaga Keuangan, Cet.II (Jakarta : PT

RajaGrafindo Persada, 2013), h.169

Page 45: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

30

1. Kredit dapat meningkatkan arus tukar-menukar barang dan jasa.

Kredit dapat meningkatkan arus tukar barang, hal ini seandainya belum tersedia

uang sebagai alatpembayran, maka kredit akan membantu melancarkan lalu lintas

pertukaran barang dan jasa.

2. Kredit merupakan alat alat yang dipakai untuk menafaatkan idle fund

Didalam kehidupan ekonomi, ada beberapa pihak yang kelebihan dana, dan ada

beberapa pihak yang kekurangan dana. Kredit merupakan satu cara untuk mengatasi

gap tersebut. Salah satu kelebihan dana tidak dapat memanfaatkan dana tersebut

sehingga dananya menjadi idle, sementara ada pihak yang mempunyai usaha akan

tetapi tidak mempunyai dana yang cukup untuk mengembangkan usahanya, sehingga

memerlukan dana. Dana yang berasal dari golongan yang kelebihan dana, apabila

dipinjamkan kepada pihak yang kekurangan dana, maka akan efektif, karena dana

tersebut dimanfaatkan oleh pihak yang membutuhkan dana.

3. Kredit dapat menciptakan alat pembayaran yang baru

Sebagai contoh adalah kredit rekening koran yang diberikan oleh bank kepada

usahawan. Pada dasarnya pada saat bank telah melakukan perjanjian kredit rekening

koran, pada saat itu debitur sudah memiliki hak untuk menarik dana tersebut secara

tunai dari rekening gironya. Kredit ini bisa dianggap adanya alat pembayaran yang

baru.

4. Kredit sebagai alat pengendali harga

Pemberian kredit ekspansif akan mendorong meningkatnya jumlah uang yang

beredar, dan peningkatan peredaran uang tersebut akan mendorong kenaikan harga.

Page 46: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

31

Sebaliknya, pembatasan kredit, akan berpengaruh pada jumlah uang yang beredar,

dan keterbatasan uang yang beredar di masyarakat memiliki dampak pada penurunan

harga.

5. Kredit dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang ada

Apabila bank memberikan kredit produktif, yaitu kredit modal kerja atau

investasi, maka pemberian kredit tersebut akan memiliki dampak pada kenaikan

makro ekonomi. Hal ini, disebabkan karena pihak pengusaha akan memproduksi

barang, mengolah bahan baku menjadi barang jadi, meningkatkan volume

perdagangan, dan lain-lain. Semua itu akan mempunyai dampak pada kenaikan

potensi ekonomi.14

2.2.2.5 Kredit menurut sifat penggunaan

1. Kredit Konsumtif

Kredit konsumtif adalah salah satu jasa yang diberikan bank dalam bentuk

kredit yang di tujukan untuk membiayai kebutuhan nasabah terutama yang

berhubungan kegiatan komsumsi, misalnya: pembelian motor, mobil dan barang

elektronik yang bertujuan untuk pemakaian pribadi.15

a. Jenis-jenis Kredit Konsumtif

1. Kredit Kredit Pemilikan (KPR)

KPR boleh dibilng produk kredit yang paling populer disamping kredit motor

dan kartu kredit. KPR memungkinkan masyarakat untuk memilih tempat tinggal

walaupun belum memiliki dana yang cukup untuk membeli rumah ataupun apartemen

14Thamrin Abdullah, dan Dr. Francis Tantri, Bank dan Lembaga Keuangan, Cet.II, h. 96-97 15Jukut Kangkung, Kredit Konsumtif,http://www.Scribd.com/document/262527388/Kredit-

Konsumtif (30 Agustus 2018)

Page 47: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

32

secara tunai. Penghitungan cicilan bulanan KPR bisa menggunakanmodel kalkulasi

bunga kredit flat, efektif, maupun anuitas. Sedangkan jangka waktu cicilan KPR

biasanya berkisar antara 10-20 tahun dengan cicilan bulanan secara otomatis dari

rekening (autodebet) maupun secara manual. Jangka waktu yang panjang dan fungsi

rumah yang bisa merangkap sebagai investasi properti membuat KPR sangat

digemari. Apalagi, KPR di sejumlah perumahan tertentu mendapatkan subsidi

pemerintah, sehingga membuat minat masyarakat terhadap KPR cukup tinggi.

2. Kredit Non-KPR

Kredit non-KPR merupakan pinjaman yang disalurkan pada individual untuk

pembeli barang-barang komsumsi selain rumah. Termasuk dalam kategori ini adalah

kredit bermotor, kredit pembelian gadget, dan lain sebagainya. Berbeda dengan

jangka pangjang waktu KPR yang sangat panjang, jangka waktu kredit non-KPR

umunya pendek, berkisar mulai dari beberapa bulan saja hingga sekitar 2 tahun.

Tetapi persyaratan kredit komsumsi non-KPR relatif lebih mudah dibanding kredit

non-KPR relatif lebih mudah dibanding kredit KPR maupun kredit usaha. Pengajuan

dan persetujuan krdit bisa hanya memakan waktu dalam beberapa hari saja. Bunga

kredit bisa fixed maupun floating, dengan rancangan besar uang muka dan cicilan

bulanan sudah ditentukan dimuka16

2. Kredit Produktif

Kredit ini ditujukan untuk keperluan produksi dalam arti luas, sebagaimana

telah disinggung terdahulu dalam fungsi kredit, maka melalui kredit produktif inilah

suatu unility uang dan barang dapat terlihat dengan nyata. Tegasnya kredit produktif

16A Muttaqiena, Mengenal macam-macam Kredit Konsumsi dan kredit Usaha,

https:///www.seputarforex.com (31 Agustus 2018)

Page 48: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

33

digunakan untuk peningkatan usaha baik usaha-usaha produksi, perdagangan maupun

investasi. Berbagai ragam jenis kredit yang dibahas berikut ini adalah merupakan

kredit yang bersifat produktif.17

2.2.2.6 Prosedur Pemberian Kredit

Sebelum debitur memperoleh kredit terlebih dahulu harus melalui tahap-

tahapan penilaian mulai dari pengajuan proposal kredit dan dokumen-dokumen yang

diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis kredit sampai dengan kredit

dikucurkan. Tahap-tahapan dalam memberikan kredit ini kita kenal nama prosedur

pemberian kredit. Tujuan prosedur pemberian kredit adalah untuk memastikan

kelayakan suatu kredit, diterima atau ditolak. Dalam menentukan kelayakan suatu

kredit maka dalam setiap tahap selalu dilakukan penilaian yang mendalam. Apabila

dalam penilaian mungkin ada kekurangan maka pihak Bank dapat meminta kembali

ke nasabah atau bahkan langsung ditolak.

Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum

antar bank yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi

perbedaan mungkin hanya terletak persyaratan dan ukuran-ukuran penilaian yang

ditetapkan oleh bank dengan pertimbangan masing-masing. Dalam praktiknya

prosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman

perseorangan dengan pinjaman oleh suatu badan hukum, kemudian dapat pula

ditinjau dari segi tujuannya apakah untuk konsumtif atau produktif.18

17Muchdarsyah Sinungan, Mnajemen Dana Bank Cet.2 (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1993), h.

212 18 Kasmir, Manajemen Perbankan, Ed.1. Cet.4, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003) h.

95-96

Page 49: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

34

2.2.2.7 Tinjauan Umum tentang Kredit menurut Islam (Qard)

Kredit atau qard dalam yurisprudensi Islam adalah tanggungan harus dibayar

oleh debitur kepada kreditur sesuai dengan pokok pinjaman pada tempo tertentu. Dan

masalah ini termasuk bagian dari jelajah permasalah ekonomi. Ibnu khaldun (732-

208), dalam teori produksinya, menyampaikan bahwa manusia adalah binatang

ekonomi.19 Jika manusia ingin hidup dan mencari nafkah, manusia harus makan.

Manusia untuk bisa makan, ia harus bekerja yang bermanfaat bagi dirinya.

1. Pengertian Qard

Secara harfiah, qard berarti bagian, bagian harta yang diberikan kepada orang

lain, atau dalam kamus al-Mufid, qard memiliki makna pinjaman atau hutang. Secara

istilah, qard merupakan akad peminjam harta kepada orang lain dengan adanya

kembalian semisal.20Dalam literatur fiqh Salaf ash Shalih, qard dikategorikan dalam

aqd tathawwui atau akad saling bantu-membantu dan bukan transaksi komersial.21

Menurut ahli fikih/ulama: hutang/pinjaman adalah transaksi antara dua pihak,

yang satu menyerahkan uangnya kepada yang lain secara sukarela untuk

dikembalikan lagi kepadanya oleh pihak kedua dengan hal yang serupa. Atau

seseorang menyerahkan uang kepada pihak yang lainuntuk dimanfaatkan dan

kemudian orang ini mengembalikan penggantinya.22 Dalam definisi tersebut terdapat

kalimat ”untuk mengembalikan dalam hal yang serupa” dan kedua

menyatakan´”mengembalikkan penggantinya” sedangkan sudah dimaklumi bahwa

19 Andiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Cet. II, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2004), h.359 20 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h.

254-257 21Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Cet. VIII, (Beirut: Darul Kitab al-Arabi, 1987), h. 163 22Abu Sura’i Abdul Hadi, Bunga Bank Dalam Islam, (Surabaya: Al-Iklas, 1993) h.125

Page 50: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

35

uang atau harta itu serupa. Dan biasanya hutang itu berupa uang atau barang-barang

yang serupa.

2.2.3 Etika Bisnis Islam

2.2.3.1 Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa Yunani “Ethos’ berarti adat istiadat atau kebiasaan.

Hal ini berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan

hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke

orang lain atau dari satu generasi yang lainnya.23 Etika dapat diartikan sebagai sikap

untuk memahami opsi-opsi yang harus diambil di antara sekian banyak pilihan

tindakan yang ada. Etika tidaklah ditafsir sebagai sesuatu yang merampas kabebasan

manusia dalam berbuat.24

Etika dalam al-Qur’an belum memperlihatkan sebagai suatu struktur yang

berdiri sendiri dan terpisah dari struktur lainnya, sebagaimana terpahami dari ilmu

akhlak struktur etika dalam al-Qur’an lebih banyak menjelaskan tentang nilai-nilai

kebaikan dan kebenaran baik pada tataran niat atau ide hingga perilaku dan perangai.

Hal ini lebih tegas lagi bila dilihat dari penggambarang sikap dan perilaku Nabi

Muhammad SAW yang disebut al-Qur’an sebagai yang memiliki akhlak yang agung.

Keberadaan nilai-nilai ini bersifat terbuka, menjelajah memasuki semua lini bidang

kehidupan.

Dengan demikian etika bisnis dalam al-Qur’an dari sudut pandang ini, tidak

hanya dapat dilihat dari aspek etika secara parsial, karena bisnis-pun dalam

23Agus Arijanto, Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis Cara Cerdas dalam Memahami Konsep dan

Faktor-faktor Etika Bisnis dengan Beberapa Contoh Praktis, Cet. 1, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2011) h. 5 24Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2007), h. 12

Page 51: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

36

pandangan al-Qur’an telah menyatu dengan nilai-nilai etika itu sendiri. Al-Qur’an

secara jelas menggambarkan perilaku-perilaku bisnis yang tidak etis, yang dapat

ditelusuri dari muara kebatilan dalam bisnis.25

2.2.3.2 Sistem Etika Islam

Berdasarkan pembahasan diatas, sejumlah parameter kunci sistem etika Islam

telah terungkap, dan dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Berbagai tindakan ataupun keputusan disebut etis tergantung pada niat

individu yang melakukannya. Allah Maha Kuasa dan mengetahui apapun

niat kita sepenuhnya dan secara sempurnah.

2. Niat baik diikuti tindakan yang baik akan dihitung sebagai ibadah. Niat

yang halal tidak dapat mengubah tindakan yang haram menjadi halal.

3. Islam memberikan kebebasan kepada individu untuk percaya dan

bertindak berdasarkan apapun keinginanya, namun tidak dalam hal

tanggungjawab dan keadilan.

4. Percaya kepada Allah SWT menberi individu kebebasan sepenuhnya dari

hal apapun atau siapapun kecuali Allah.

5. Keputusan yang menguntungkan kelompok mayoritas ataupun minoritas

tidak secara langsung berarti bersifat etis dalam dirinya. Etika bukanlah

permainan mengenai jumlah.

6. Islam mempergunakan pendekatan terbuka terhadap etika, bukan sebagai

sistem yang tertutup, dan berorientasi-diri sendiri. Egoisme tidak

mendapattempat dalam ajaran Islam.

25 Muhammad, Etika Bisnis Islami (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi

Manajemen perusahaan YKPN, 2004), h. 40

Page 52: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

37

7. Keputusan etis harus didasarkan pada pembacaan secara bersama-sama

antara al-Qur’an dan alam semesta.

8. Tidak seperti sistem etika yang diyakini banyak agama lain, Islam

mendorong umat manusia untuk melaksanakan tazkiyah melalui

partisipasi aktif dalam kehidupan ini. Dengan berperilaku secara etis

ditengah godaan ujian dunnya, kaum Muslim harus mampu membuktikan

ketaatanya kepada Allah SWT.26

Etika dalam pemikiran Islam dimasukkan dalam filsafat praktis (al hikmah al

amaliyah) bersama politik dan ekonomi. Berbicara tentang bagaimana seharusnya

Etika vs Moral. Moral = nilai baik dan buruk dari setiap perbuatan manusia, Etika =

ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk. Dalam disiplin filsafat, etika sering

disamakan dengan Filsafat Moral.27

2.2.3.3 Pengertian Bisnis Islam

Bisnis adalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan

atau memberikan manfaat. Menurut arti dasarnya, bisnis memiliki makna sebagai

“the buying and selling of good and service.” Bisnis berlangsung karena adanya

kebergantungan antarindividu, adanya peluang internasional, usaha untuk

mempertahankan dan meningkatkan standar hidup, dan lain sebagainya. Bisnis juga

dipahami dengan suatu kegiatan usaha individu (privat) yang terorganisasi atau

melembaga, untuk menghasilkan ddan menjual barang atau jasa guna mendapatkan

keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis dilakukan dengan tujuan

untuk mendapatkan keuntungan (profit), mempertahankan kelangsungan hidup

26Muhammad,, Etika Bisnis Islam, h. 52 27Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2007), h. 35

Page 53: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

38

perusahaan, pertumbuhan sosial, dan tanggung jawab sosial. Dari sekian banyak

tujuan yang ada dalam bisnis, profit memegang peranan yang sangat berarti dan

banyak dijadikan alasan tunggal di dalam memulai bisnis.28

Bisnis dalam Al-Qur’an dijelaskan melalui kata tijarah, yang mencakup dua

makna, yaitu: pertama, perniagaan secara umum yang mencakup perniagaan antara

manusia dengan Allah. Ketika seseorang memilih petunjuk dari Allah, mencintai

Allah dan rasul-Nya, berjuang di jalan-Nya dengan harta dan jiwa, membaca kitab

Allah, mendirikan shalat, menafkahkan sebagian rezekinya, maka itu sebaik-baiknya

perniagaan antara manusia dengan Allah.29

2.2.3.4 Prinsip-prinsip Etika Bisnis Islam

Ada beberapa prinsip-prinsip yang terdapat dalam etika bisnis Islam yaitu:

1. Kesatuan (Unity)

Alam semestas, termasuk manusia adalah milik Allah yang memiliki

kemahakuasaan (kedaulatan) sempurna atas makhluk-makhluk-Nya. Konsep tauhid

(dimensi vertical) berarti Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa menetapkan batas-

batas tertentu atas perilaku manusia sebagai khalifah untuk memberikan manfaat pada

individu tanpa mengorbankan hak-hak individu lainnya.

Hal ini berarti pranata sosial, politik, agama, moral dan hukum yang mengikat

masyarakat berikut institusionalnya disusun sedemikian rupa dan dalam sebuah unit

bersistem terpadu untuk mengarahkan setiap individu manusia, sehingga mereka

28Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis Dalam Islam, Cet. 1 (Jakarta: Kencana, 2013), h.3-4 29Ika Yunia Fauzia, Etika Bisnis Dalam Islam, Cet. 1, h.7

Page 54: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

39

dapat secara baik melaksanakan, mengontrol, serta mengawasi aturan-aturan

tersebut.30

2. Keseimbangan (Equilibrium)

Dalam beraktivitas didunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk

berbuat adil, tak terkecuali kepada pihak yang tidak disukai. Pengertian adil dalam

Islam diarahkan agar hak orang lain, hak alam semesta dan hak Allah dan Rasulnya

berlaku sebagai stakeholder dari perilaku adil seseorang. Semua hak-hak tersebut

harus ditempatkan sebagaimana mestinya (sesuai aturan syariah). Tidak

mengakomodir salah satu hak diatas, dapat menempatkan seseorang tersebut pada

kedzaliman. Karenanya orang yang adil akal lebih dekat kepada ketakwaan.

Konsep equilibrium juga dapat dipahami bahwa keseimbangan hidup di dunia

Dan akhirat harus diusung oleh seorang pebisnis muslim. Oleh karenanya, konsep

keseimbangan berarti menyerukan kepada para pengusaha muslim untuk bisa

merealisasikan tindakan-tindakan (dalam bisnis) yang dapat menempatkan dirinya

dan orang lain dalam kesejahteraan duniawi dan keselamatan akhirat.31

3. Kehendak Bebas (Free will)

Berdasarkan prinsip ini, manusia memiliki kebebasan untuk membuat kontrak

dan menepatinya atau mengingkarinya. Seorang muslim yang telah meyerahkan

hidupnya pada kehendak Allah swt., akan menepatinya semua kontrak yang telah

dibuatnya. Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis Islam, tetapi

kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka

30Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Kencana, 2007), h. 89 31Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, h. 91-92

Page 55: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

40

lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk

aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya. Kecenderungan

manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas

dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakatnya

melalui zakat, infaq dan sedekah.

Memang manusia disebut sebagai makhluk yang punya kebebasan. Artinya,

manusia itu bebas bila ia dapat menentukan sendiri tujuan-tujuan dan apa yang

dilakukannya, dapat memilih antara probabilitas-probabilitas yang ada dan tidak

dipaksa oleh seseorang, negara, atau kekuasaan apa pun. Pembatasan ruang gerak

yang ada yaitu dengan peraturan dan norma hendaknya dipahami sebagai sesuatu

yang memelihara kebebasan yang telah dianugerahkan kepada manusia itu

sebenarnya. Karena semua menyadari bahwa keterbatasan jenis kelamin, kesukuan,

keterbatasan asal keturunan, keterbatasan indra manusia, dan lain-lain merupakan

keterbatasan yang itu merupakan kodrat yang fitri.32

Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis Islam, tetapi

kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka

lebar. Tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk

aktif berkarya dan bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya. Kecenderungan

manusia untuk terus-menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas

dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap masyarakat melalui

zakat infak, dan sedekah. Keseimbangan antara kepentingan individu dan kolektif

32Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, h. 12

Page 56: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

41

inilah menjadi pendorong bagi bergeraknya roda perekonomian tanpa merusak sistem

sosial yang ada.33

4. Tanggung Jawab (Responsbility)

Tanggung jawab muslim sempurna ini tentu saja didasarkan atas cakupan

kebebasan untuk memilih keyakinan dan berakhir dengan keputusan yang paling

tegas yang perlu diambilnya. Karena kebebasan itu merupakan kembaran dan

tanggung jawab, maka bila yang disebut belakangan itu semakin ditekankan berarti

pada saat yang sama yang disebut pertama pun mesti mendapatkan tekanan lebih

besar.

Perspektif Islam menekankan bahwa individulah yang penting dan bukan

komunitas, masyarakat, ataupun bangsa. Individu tidak dimaksudkan untuk melayani

masyarakat melainkan masyarakatlah yang benar-benar harus melayani individu.

Tidak ada satu komunitas atau bangsa pun bertanggung jawab di depan Allah sebagai

kelompok; setiap anggota masyarakat bertanggung jawab di depan-Nya secara

individual. Alasan yang bebas dan tertinggi dari adanya sistem sosial adalah

kesejahteraan dan kebahagian masyaraka. Dari sinilah ukuran yang benar dari suatu

sistem sosial yang baik adalah bayas yang membantu para anggota masyarakat untuk

mengembangkan kepribadian mereka dan meningkatkan kemampuan personal

mereka.34

5. Kebenaran (Truth): Kebajikan dan Kejujuran

Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari

kesalahan, mangandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Dalam konteks

33Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, h. 96 34Faisal Badroen, dkk, Etika Bisnis dalam Islam, h. 101

Page 57: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

42

bisnis kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku benar yang meliputi

proses akad (transaksi) proses mencari atau memperoleh komoditas pengembangan

maupun dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan. Dengan prinsip

kebenaran ini maka etiak bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap

kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi, kerjasama

atau perjanjian dalam bisnis.

Kebajika (Ihsan) atau kebaikan terhadap orang lain didefinisikan sebagai

“tindakan yang menguntungkan orang lain lebih dibanding orang yang melakukan

tindakan tersebut dan dilakukan tanpa kewajiban apapun.” Kebaikan sangat didorong

di dalam Islam.35

2.3 Tinjauan Konseptual (Penjelasan Judul)

Untuk memperjelas maksud dari judul tersebut maka perlu adanya penguraian

definisi operasional untuk mengetahui konsep dasar atau batasan dalam penelitian ini

sehingga dapat menjadi suatu interprestasi dasar dalam pengembangan penelitian.

2.3.1 Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis,

tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan lain sebagainya.36

Bardasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud adalah perilaku yaitu

suatu tindakan yang berhubungan dengan kegiatan nasabah dalam mengambil kredit

konsumtif.

35Muhammad,, Etika Bisnis Islam, (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi

Manajemen Perusahaan YKPN, 2004), h. 59 36 Notoadmodjo, Ilmu Perilaku Kesehatan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 37

Page 58: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

43

2.3.2 Nasabah

Nasabah adalah orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi

pelanggang bank (dalam hal keuangan).37

Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang dimaksud yaitu masyarakat yang

mengambil kredit konsumtif di Bank BNI KCU Parepare.

2.3.3 Bank

Bank adalah badan usaha di bidang keuangan yang menarik dan megeluarkan

uang masyarakat, terutama memberikan kredit dan jasa lalu lintas pembayaran dan

peredaran uang.38

Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud yaitu Bank BNI KCU

Parepare dalam mengeluarkan kredit konsumtifnya.

2.3.4 Kredit Konsumtif

Kredit konsumtif adalah kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara

pribadi dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan

karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.39

Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud yaitu kredit yang

dipakai untuk pribadi seperti kredit kendaraan yang digunakan masyarakat kota

Parepare.

37 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi

Keempat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 952 38Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi

Keempat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 135 39Fachrez, Analisa Pemberian Kredit Konsumtif pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang

Mataram, https:///www.scribd.com (9 Agustus 2018)

Page 59: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

44

2.3.5 Etika Bisnis Islami

Etika bisnis Islam adalah suatu hal yang dilakukan secara benar dan baik,

tidak melakukan suatu keburukan, melakukan hak kewajiban sesuai dengan penuh

tanggung jawab. Sedangkan dalam Islam, etika adalah akhlak seorang muslim dalam

melakukan semua kegiatan termasuk dalam bisnis.40

Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud yaitu kegiatan kredit

yang sesuai dengan akhlak sesuai dengan kaidah-kaidah Islam. Jadi, berdasarkan

pengertian-pengertian tersebut maka yang dimaksud dalam judul “Perilaku Nasabah

tentang Kredit Konsumtif Di BNI Parepare. (Analisis Etika Bisnis Islam)” adalah

meneliti tentang bagaimana perilaku nasabah bank BNI KCU Parepare dalam

pengambilan kredit konsumtif kemudian ditinjau dari etika bisnis Islam.

2.4 Bagan Kerangka Pikir

Kerangka pikir ini bertujuan sebagai landasan sistematis berpikir dan mengukur

masalah-masalah yang di bahas dalam proposal penelitian ini. Memperoleh informasi

tentang bagaimana Perilaku Nasabah BNI Tentang Kredit Konsumtif di Parepare.

Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang

bersangkutan, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai tumbuh-

tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu mempunyai perilaku, jika dilihat dari

dunia perbankan Perilaku nasabah adalah untuk membantu para menejer dalam

pengambilan keputusan pembelian atau pengambilan kredit, memberikan

pengetahuan kepada para peneliti pemasaran dengan dasar pengetahuan analisis

40Iqbal, “Peran PT. Timor Otsuki Mutiara dalam Pemberdayaan Masyarakat Dusun

Labuange Kabupaten Barru (Perspektif Etika Bisnis Islam)” (Skripsi Sarjana; Prodi Hukum Ekonomi

Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN): Parepare, 2017)

Page 60: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

45

nasabah. Menurut Skiner seorang ahli psikologi, merumuskan respon atau reaksi

seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini

menjadi terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme tersebut

merespon, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau stimulus organisme

respon. Skiner membedakan adanya dua respon yaitu :

1. Respondent respons atau flexi, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-

rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut electing

stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

2. Operant respons atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang ini disebut

reinforcing stimulation atau reinforcer, karena mencakup respon.

Etika bisnis Islam dilihat dari prinsip-prinsipnya yaitu pertama: Kesatuan

(unity) Hal ini berarti pranata sosial, politik, agama, moral dan hukum yang mengikat

masyarakat berikut institusionalnya disusun sedemikian rupa dan dalam sebuah unit

bersistem terpadu untuk mengarahkan setiap individu manusia, sehingga mereka

dapat secara baik melaksanakan, mengontrol, serta mengawasi aturan-aturan tersebut,

kedua: Keseimbangan (Equilibrium) Konsep equilibrium juga dapat dipahami bahwa

keseimbangan hidup di dunia dan di akhirat harus diusung oleh seorang pebisnis

muslim, ketiga: Kehendak bebas (Free will) Berdasarkan prinsip ini, manusia

memiliki kebebasan untuk membuat kontrak dan menepatinya atau mengingkarinya,

keempat: Tanggung jawab (Responsbility) Tanggung jawab muslim sempurna ini

tentu saja didasarkan atas cakupan kebebasan untuk memilih keyakinan dan berakhir

dengan keputusan yang paling tegas yang perlu diambilnya, kelima: Kebenaran

Page 61: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

46

(Truth) Kebenaran dalam konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan

dari kesalahan, mangandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penelitian ini, maka

peneliti membuat suatu bagan dari kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Fikir

Perilaku Nasabah Konsumtif

Stimulus Organisme

(Nasabah

Respon

Etika Bisnis Islam

1. Kesatuan (Unity)

2. Keseimbangan (Equilibrium)

3. Kehendak Bebas (Free Will)

4. Tanggung Jawab (Responsibility)

5. Kebenaran (Truth)

Page 62: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

47

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini merujuk pada Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Makalah dan Skripsi) yang diterbitkan STAIN Parepare,

tanpa mengabaikan buku-buku metodologi lainnya. Metodologi penelitian dalam

buku tersebut, mencakup beberapa bagian, yakni jenis penelitian, lokasi dan waktu

penelitian, fokus penelitian, jenis dan sumber data yang digunakan, teknik

pengumpulan data dan teknik analisis data.1

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini berjenis kualitatif, ada banyak sekali jenis-jenis penelitian

kualitatif, tapi sebelum kita membahasnya terlebih dulu kita mengenal penelitian

kualitatif, pertama kita akan membahas pengertian penelitian kualitatif. Penelitian

kualitatif merupakan landasan dari sebuah teori dimanfaatkan untuk pemandu agar

fokus dari penelitian sesuai dengan fakta yang ada di lapangan. Selain itu landasan

teori sangat beranfaat untuk membantu memberikan gambaran umum mengenai latar

belakang terjadinya penelitian dan sebagai bahan pembahasan dari hasil penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yaitu untuk menganalisis

dan membuktikan apakah teori sesuai kejadian yang ada di lapangan, penulis

menganalisis ”Perilaku Nasabah BNI Tentang Kredit Konsumtif di Parepare (Analisis

Etika Bisnis Islam).

1Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Makalah dan Skripsi) Edisi Revisi

(Parepare: STAIN Parepare, 2013), h. 30

Page 63: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

48

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Bank yang akan diteliti adalah Bank BNI KCU Parepare yang beralamat di Jln

Jl. Veteran No.41 Parepare, selama +2 bulan.

3.3 Fokus Penelitian

Agar pembahasan ini tidak meluas, maka penulis perlu membatasi

permasalahan yang akan dipaparkan. Adapun fokus penelitian ini tertuju pada

bagaimana perilaku nasabah tentang kredit konsumtif di Bank Negara Indonesia

(BNI) di Kota Parepare.

3.4 Jenis dan Sumber Data yang digunakan

3.4.1 Data Primer

Data Primer adalah data yang belum tersedia dan harus diperoleh dari sumber

data aslinya.2 Data ini langsung dari pengalaman atau terjun langsung ke lapangan

yang didapatkan secara langsung dari pelaksanaan bank dan nasabah atau anggota

yang merasakan manfaat dari adanya pelaksanaan ini yang diwawancarai disini yaitu

nasabah dan karyawan bank BNI.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan sebagai penunjang data primer,

seperti arsip-arsip dari bank itu sendiri, buku, koran, karya tulis, situs internet dan lain

sebagainya yang dapat menunjang keakuratan data primer.

2Simamora, Panduan Riset Perilaku Konsumen, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama:

2002), h. 25

Page 64: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

49

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Observasi (Pengamatan)

Observasi merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian kualitatif.

Dengan observasi, Penelitian dapat mendokumentasikan dan merefleksikan secara

sistematis terhadap kegiatan dan interaksi subjek Penelitian. Semua yang dilihat dan

didengar asalkan sesuai dengan nama penelitian, semuanya dicatat dalam kegiatan

observasi yang terencana secara fleksibel dan terbuka.3 Ada beberapa bentuk

observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi

partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan obsevasi kelompok, peneliti akan

melakukan observasi tidak berstruktur. Pada observasi ini peneliti memilih obserasi

tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide

observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan

daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek tersebut atau datang langsung ke

bank itu sendiri.

3.5.2 Wawancara (Interview)

Wawancara atau Interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara

dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan

pedoman wawancara. Inti dari metode wawancara ini bahwa di setiap penggunaan

metode ini selalu ada beberapa pewawancara, responden, materi wawancara dan

pedoman wawancara (yang terakhir ini tidak mesti ada).4 penulis akan mewawancarai

nasabah dan pegawai khusus kredit pada bank tersebut.

3 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Indah, 2008) h.93 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), h. 126

Page 65: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

50

3.5.3 Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang, dan peneliti

akan mendokumentasi dengan gambar-gambar pada peristiwa tersebut.

3.6 Teknik Analisis Data

Salah satu sifat desain penelitian kualitatif adalah analisa berarti bahwa

penelitian ini terbuka bagi perubahan, perbaikan dan penyempurnaan berdasarkan

data yang baru masuk.5

Tahap ini merupakan salah satu tahap terpenting dalam penelitian. Analisa

yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif kualitatif, yakni

analisa yang mengedepankan penggambaran obyek peneletian secara mendetail,

Teori yang menjadi dasar pijakan dalam penelitian akan dikaitkan secara simultan

dengan data lapangan. Dengan demikian, analisa ini akan menghasilkan sebuah

kesimpulan hasil interpretasi.6

5 S. Nasution, penelian naturalisti kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1996), h.29 6 Masri Singaribun, dan Sofyan Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES, 1987),

h.254

Page 66: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

51

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk atau BNI menjadi bank pertama

milik negara yang lahir setelah kemerdekaan Indonesia. Didirikan pada tanggal 5 Juli

1946, Lahir pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, BNI sempat

berfungsi sebagai bank sentral dan bank umum sebagaimana tertuang dalam

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2/1946, sebelum akhirnya

beroperasi sebagai bank komersial sejak tahun 1955. Oeang Republik Indonesia atau

ORI sebagai alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia

pada tanggal 30 Oktober 1946 dicetak dan diedarkan oleh Bank Negara Indonesia.

Menyusul penunjukan De Javache Bank yang merupakan warisan dari

Pemerintah Belanda sebagai bank sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi

peran BNI sebagai bank sentral. BNI lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan dan

diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa pada tahun 1950 dengan akses

langsung untuk transaksi luar negeri. Kantor cabang BNI pertama di luar negeri

dibuka di Singapura pada tahun 1955.

Setelah krisis keuangan melanda Asia tahun 1998 yang mengguncang

kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional, BNI melakukan program

restrukturisasi termasuk diantaranya melakukan rebranding untuk membangun &

memperkuat reputasi BNI. Identitas baru ini dengan menempatkan angka „46” di

depan kata „BNI‟. Kata „BNI‟ berwarna tosca yang mencerminkan kekuatan, 56

keunikan, dan kekokohan. Sementara angka „46‟ dalam kotak orange diletakkan

secara diagonal untuk menggambarkan BNI baru yang modern.

Page 67: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

52

4.2 Proses Pinjaman pada Kredit Konsumtif di Bank BNI di Kota Parepare

4.2.1 Proses pemberian pinjaman kredit konsumtif

Sebelum pemberian kredit di berikan maka bank harus merasa yakin terlebih

dahulu bahwa kredit yang diberikan oleh nasabah akan benar-benar akan kembali.

Keyakinan tersebut di peroleh dari hasil penelitian kredit sebelum kredit disalurkan.

Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai prinsip untuk

mendapatkan keyakinan tentang nasabahnya agar tidak terjadi penipuan dalam

berbisnis karna dalam Islam melarang hal tersebut. Adapun hasil wawancara dengan

Jafanussidiq selaku Penyelia Resiko Bisnis Konsumer.

Ketika bank ingin memberikan kredit ke debitur ada yang perlu diperhatikan oleh bank ke calon debitur ini biasa disebut dengan 5C.1

Untuk lebih detailnya ada dibawah ini prinsip-prinsip pemberian kredit dengan

analisis dengan 5C kredit dapat dijelaskan sebagai berikut:2

1. Character (Karakter/watak)

Adapun hasil wawancara dengan Jafanussidiq selaku Penyelia Resiko Bisnis

Konsumer, character yang dinilai bank yaitu:

dilihat dari karakternya seperti dilihat dari ramahnya itu orang, baik, mau bayar utangkah, ini pintar-pintar analisis kredit menilai, tanya-tanya tetangga atau rekan kerjanya.3

Lebih jelasnya sebagai berikut:

Character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur.

Tujuannya adalah hal ini calon debitur. Tujuannya adalah memberikan keyakinan

1Jafanussidiq, wawancara lansung dengan Penyelia Resiko Bisnis Konsumer BNI KCU

Parepare pada Tanggal 12 Januari 2019 2Kotamobaguonline, Prinsip Dalam Pemberian Kredit, https://kotamobaguonline.com (3

Jnuari 2019) 3Jafanussidiq, wawancara lansung dengan Penyelia Resiko Bisnis Konsumer BNI KCU

Parepare pada Tanggal 12 Januari 2019

Page 68: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

53

kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan di berikan kredit

benar-benar dapat di percaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang si

nasabah/calon debitur, baik yang bersifat pribadi seperti cara hidup yang dianutnya,

keadaan keluarga, hobi dan social standingnya. Character merupakan ukuran untuk

menilai “kemauan” nasabah membayar kreditnya. Dengan berbagai cara.

Penilaian pada calon debitur perlu diteliti oleh PT. Bank Negara Indonesia

sebelum kredit tersebut layak diberikan kepada calon debitur tersebut. Untuk menilai

character ini memang sulit, karena setiap manusia memiliki watak yang berbeda

beda. Kreditur (pihak pemberi hutang) dapat meneliti apakah calon debitur termasuk

kedalam daftar orang yang tidak baik atau baik, oleh karena itu para pengelolah kredit

Bank Negara Indonesia harus juga mempunyai keterampilan psikologis praktis untuk

dapat mengenal watak dari calon debiturnya. Adapun cara yang harus dilakukan oleh

Bank Negara Indonesia untuk mengetahui gambaran tentang character dari calon

debitur, diantaranya adalah:

1. Memiliki biodata calon debitur.

2. Mencari informasi melalui tetangga tempat tinggalnya.

3. Meminta informasi kepada karyawan tempat calon debitur bekerja.

4. Meneliti ketekunan dan bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaannya.

5. Meneliti kegiatan calon debitur apakah dia suka ketempat perjudian atau

berfoya-foya.

6. Meminta informasi pada bank sentral.

Setelah mendapatkan data-data tersebut, seorang analisis kredit dapat

menyimpulkan bagaimana watak dan kepribadian dari calon debitur yang

mengajukan permohonan kredit tersebut. Bank Negara Indonesia (BNI) saat ini

Page 69: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

54

belum memiliki kriteria penilaian terhadap watak dan karakter calon debitur secara

spesifik, namun untuk memberikan penilaian layak atau tidaknya calon debitur

memperoleh kesempatan meminjam, PT. Bank Negara Indonesia memberikan

penilaian yang standar “layak atau baik”, setelah dilakukan penelitian tersebut,

kreditur sudah dapat memberikan penilaian, apabila tidak dapat memenuhi syarat

yang telah ditetapkan maka debitur tersebut tidak memiliki kesempatan untuk

meminjam kredit pada Bank Negara Indonesia.

Dalam hal ini bank belum bisa langsung memberikan kredit karena harus

menilai dari sisi kemampuan (capacity) dari calon debitur tersebut, berikut penjelasan

mengenai kemampuan yang harus dimiliki oleh calon debitur.

2. Capacity (kemampuan)

Adapun hasil wawancara dengan Jafanussidiq selaku Penyelia Resiko Bisnis

Konsumer, capacity yang dinilai bank yaitu:

capacity terkait bisa dia bayar angsuran, misalnya mau 1M angsuran 20 jt/bln.4

Lebih jelasnya sebagai berikut:

Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang di

hubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari

laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan

kredit yang di salurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang, semakin

besar kemampuannya untuk membayar kredit.

Setelah menilai dari kemempuan yang dimiliki calon debitur, maka bank berhak

mengambil kesimpulan apakah calon debitur tersebut berhak mendapatkan fasilitas

kredit atau tidak, baik itu dilihat dari history perusahaan selama beroperasi, bila sudah

4Jafanussidiq, wawancara lansung dengan Penyelia Resiko Bisnis Konsumer BNI KCU

Parepare pada Tanggal 12 Januari 2019

Page 70: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

55

memenuhi syarat maka bank harus melihat pada segi penilaian yang lain, yakni

ketersediaan dana yang dimiliki oleh calon debitur tersebut.

3. Capital (Modal)

Adapun hasil wawancara dengan Jafanussidiq selaku Penyelia Resiko Bisnis

Konsumer, capital yang dinilai bank yaitu:

Capital ini mengukur usahanya biasanya dilihat di laba/rugi atau neraca.5

Lebih jelasnya sebagai berikut:

Biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100%, artinya

setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana

dari sumber lainnya atau modal sendiri dengan kata lain, capital adalah untuk

mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadapa usaha yang

akan dibiayai oleh bank. Jika dilihat dari kredit konsumtif bank melihat modalnya

yaitu dilihat dari jaminannya dan pekerjaannya jika dilihat memungkinkan bank akan

mempertimbangkan lebih lanjut.

PT. Bank Negara Indonesia Parepare dalam memberikan penilaian terhadap

calon debitur sangat relative, sebab memang ini merupakan salah satu kelemahanya

karna belum memiliki salah satu standarisasi yang akurat. Namun setelah seorang

analisis menganalisa modal (capital) yang dimiliki, baik itu dari laporan keungan,

kredit-kredit yang harus dilunasi (pinjaman dari pihak bank lain), jika semuanya

sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh bank dan calon debitur tersebut

memiliki modal yang boleh dinilai memadai atau mampu melunasi sesuai dengan

jangka waktu yang telah disepakati dengan pihak bank, maka dari itu Bank Negara

Indonesia harus melihat dari condition of economi.

5 Jafanussidiq, wawancara lansung dengan Penyelia Resiko Bisnis Konsumer BNI KCU

Parepare pada Tanggal 12 Januari 2019

Page 71: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

56

4. Collateral (Jaminan)

Adapun hasil wawancara dengan Jafanussidiq selaku Penyelia Resiko Bisnis

Konsumer, collateral yang dinilai bank yaitu:

Collateral ini jaminan sebagai second way out kalau tidak bisa bayar atau nunggak. Kalau kondisi yang dilihat keadaan prekonomiannya yang sekarang.6

Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:

Merupakan jaminan yang di berikan calon nasabah baik yang bersifat fisik

maupun nonfisik. Jaminan juga harus di teliti keabsahannya sehingga jika terjadi

suatu masalah jaminan yang di titipkan akan dapat si pergunakan secepat mungkin.

Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari risiko kerugian.

Setelah menilai dari keseluruhan aspek diatas, sebelum Bank Negara Indonesia

menyalurkan dana tersebut ada baiknya Bank Negara Indonesia memperhatikan aspek

collateral (jaminan) karena aspek ini merupakan salah satu aspek yang sangat

terpenting yang harus Bank Negara Indonesia nilai, sebab bila si debitur ada

kecurangan dalam pembayaran atau tidak mampu melunasi hutang-hutangnya, Bank

Negara Indonesia berhak menyita jaminan tersebut. Jaminan merupakan syarat utama

yang menentukan disetujui atau ditolaknya permohonan kredit nasabah. Menurut

ketentuan Bank Indonesia bahwa setiap kredit yang disalurkan oleh suatu bank

mempunyai anggunan yang cukup. Oleh karena itu jika terjadi kredit macet maka

jaminan inilah yang digunakan untuk membayar kredit tersebut. Adapun penilaian

yang harus dilakukan oleh Bank Negara Indonesia dalam menilai agunan dari calon

debitur sebagai berikut:

6Jafanussidiq, wawancara lansung dengan Penyelia Resiko Bisnis Konsumer BNI KCU

Parepare pada Tanggal 12 Januari 2019

Page 72: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

57

1. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan, sebab dari kredit

yang disalurkan tadi akan menimbulkan bunga berdasarkan jangka waktu

yang telah disepakati.

2. Jaminan harus diteliti keabsahannya, sehingga bila terjadi masalah, maka

Bank Negara Indonesia bias memperunakannya secepat mungkin.

3. Jaminan harus berupa barang atau surat berharga yang mempunyai nilai nyata.

4. Jaminan merupakan penjamin dari calon debitur karena Bank akan menyita

jaminan jika terjadi kredit macet.

Setelah semua aspek-aspek diatas telah ditelusuri maka Bank Negara Indonesia

sudah dapat menyimpulkan apakah calon debitur tersebut berhak mendapatkan

kepercayaan untuk menikmati fasilitas kredit atau tidak. Berdasarkan penilaian Bank

Negara Indonesia hanya memiliki penilaian atas baik dan buruk atau layak dan tidak

layak.

5. Condition

Adapun hasil wawancara dengan Jafanussidiq selaku Penyelia Resiko Bisnis

Konsumer, condition yang dinilai bank yaitu:

Yang kelima itu kondisi itu misalnya kondisi ekonominya yang akan datang tapi yang paling sangat diperhatikan oleh bank yaitu capacity dan collateral.7

Lebih jelasnya sebagai berikut:

Dalam menilai kredit hendaknya juga di nilai kondisi ekonomi sekarang dan

untuk di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing. Dalam kondisi

perekonomian yang kurang stabil, sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu

7Jafanussidiq, wawancara lansung dengan Penyelia Resiko Bisnis Konsumer BNI KCU

Parepare pada Tanggal 05 Desember 2018.

Page 73: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

58

jangan di berikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya juga dengan

melihat prospek usaha tersebut di masa yang akan datang.

Pada saat pemberian kredit konsumtif nasabah harus mengetahui bagaimana

proses pemberian pinjaman kredit konsumtif yang telah dikeluarkan oleh BNI dimana

prosesnya sebagai berikut:

Prosesnya itu maksimal tiga hari untuk karyawan dan PNS kalau karyawan atau PNS ini dikategorikan fix income kalau dia pengusaha atau wiraswasta ini dikategorikan non fix income ini prosesnya maksimal lima hari kerja.8

Adapun proses pengambilan kredit yang dijelaskan oleh bapak Jafanussidiqs sebagai

berikut:

Kalau proses pengambilannya yang pertama nasabah ke bank untuk mengajukan syarat-syarat berkasnya, lalu kita menyelidiki jaminan si debitur ini apakah asli atau palsu karna biasa kalau sertifikat bisa dibuat-buat saja nah itu kita biasa lansung kelokasi lihat apakah benar-benar ada, setelah itu ketika berkas-berkasnya sudah diperikasi dan jika ada berkas yang kurang maka akan diberitahukan ke debitur ini yang kurang harus di lengkapi lagi dan jikalau berkasnya sudah lengkap maka akan dilakukan kesepakatan pembayaran, angsuran, bunga dan lain-lain yang harus dipenuhi oleh debitur kemudian dilakukan akad atau kesepakatan kepada bank dan debitur dengan melalui notaris.9

Lebih jelasnya dalam proses pengambilan kredit sebagai berikut:10

1. Pengajuan Berkas-berkas

Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan kredit yang di

tuangkan dalam proposal. Kemudian dilampirkan berkas-berkas yang dibutuhkan

oleh bank. Pengajuan proposal kredit hendaknya berisi antara lain:

8 Jafanussidiq, wawancara lansung dengan Penyelia Resiko Bisnis Konsumer BNI KCU

Parepare pada Tanggal 05 Desember 2018. 9Jafanussidiq, wawancara lansung dengan Penyelia Resiko Bisnis Konsumer BNI KCU

Parepare pada Tanggal 13 Januari 2019. 10Asmawati “Proses Pemberian Kredit Konsumtif pada PD. BANK BPR Rokan Hilir Kab.

Rokan Hilir” (Skripsi Minor; Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial: Riau, 2011) h. 33

Page 74: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

59

a. Perusahaan

Latar belakang perusahaan seperti riyawat hidup singkat perusahaan, jenis

bidang usaha, identitas perumahaan,n nama pengurus berikut pengetahuan

dan pendidikannya, perkembangan perusahaan, serta relasinya dengan

pihak-pihak pemerintah dan swasta

b. Maksud dan tujuan

Apakah untuk memperbesar omset penjualan atay meningkatkan kapasitas

produksi atau mendirikan produk baru (perluasan) serta tujuan lainnya.

c. Besarnya kredit dan jangka waktu

Dalam hal ini pemohon menentukan besarnya jumlah kredit yang ingin di

peroleh dan jagnka waktu kreditnya. Penilai kelayakan besarnya kredit dan

jangka waktunya dapat kita lihat dari cash flow serta laporan keuangan 3

tahun

d. Cara pemohon mengembalikan kredit

Dijelaskan secara rinci cara-cara nasabah dalam mengendalikan kreditnya

apakah dari hasil penjualan atau cara lainnya

e. Jaminan kredit

Hal ini merupakan jaminan untuk menutupi segala resiko terhadap

kemungkinan macetnya suatu kredit. Penilaian kredit haruslah teliti jangan

sampai terjadi sangketa, palsu dan sebagainya. Biasanya jaminan di ikat

dengan asuransi tertentu. Selanjutnya proposal ini di lampiri dengan

berkas-berkas yang telah di persyaratkan.

f. Foto copy sertifikat jaminan

Page 75: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

60

2. Penyelidikan berkas sertifikat jaminan

Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah

lengkap sesuai dengan persyaratan dan sudah benar. Jika menurut pihak perbankan

belom lengkap atau cukup maka nasabah diminta untuk segera melengkapinya, dan

apabila sampai batas tertentu nasabah tidak sanggup melengkapi kekurangan tersebut,

maka sebaiknya permohonan kredit tersebut dibatalkan saja.

3. Wawancara tahap I

Merupakan penyidikan kepada calon pinjaman dengan langsung berhadapan

dengan calon debitur, untuk menyakinkan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan

lengkap seperti yang bank inginkan. Wawancara ini juga mengetahui keinginan dan

kebutuhan nasabah yang sebenarnya.

4. On the spot

Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau brebagai

objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan. Kemudian hasil on the spot dicocokan

dengan hasil wawancara I. pada saat hendak melakukan on the spot hendaknya jangan

diberitahu kepada nasabah. Sehingga apa yang kita lihat dilapangan sesuai dengan

kondisi yang sebenarnya.

5. Wawancara tahap II

Merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada

kekurangankekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan. Catatan

yang ada pada permohonan dan pada saat wawancara I dicocokan dengan pada saat

on the spot apakah ada kesesuaian dan mengandung suatu kebenaran.

6. Keputusan kredit

Page 76: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

61

Keputusan kredit dalam hal ini adalah menentukan apakah kredit diberikan

atau ditolak. Jika diterima maka siapkan administrasinya. Biasanya keputusan kredit

mencakup:

a. Jumlah uang yang diterima

b. Jangka waktu kredit

c. Biaya-biaya yang harus dibayar

Keputusan kredit biasanya merupakan keputusan team. Begitu pula bagi kredit

yang ditolak maka hendaknya dikirim surat penolakan dengan alasannya masing-

masing.

7. Penanda tanganan akad kredit/perjanjian lainnya

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari keputusan kredit. Maka sebelum kredit

dicairkan terlebih dahulu nasabah menandatangani akad kredit, mengikat jaminan

dengan hipotik dan surat perjanjian atau pernyataan yang dianggap perlu.

Penandatanganan dilaksanakan:

a. Antar bank dengan debitur sacara langsung

b. Dengan melalui notaries

8. Realisasi kredit

Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang

diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan.

9. Penyaluran/penerikan

Adalah pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai realisasi dari

pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan tujuan kredit yaitu dengan

cara sekaligus atau secara bertahap.

Page 77: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

62

4.2.1 Pemberian Kredit untuk KPR

Di bank BNI produk untuk KPR disebut dengan BNI Griya merupakan

fasilitas pembiayaan konsumtif yang dapat di gunakan untuk tujuan: Pembelian,

Pembangunan, Renovasi, Top Up, Refinancing, atau Take Over properti berupa

rumah tinggal, villa, apartemen, kondominium, rumah toko, rumah kantor, atau tanah

kacling yang besarnya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pemohon.11

Untuk mendeskripsikan jenis kredit kredit konsumtif pada produk BNI Griya,

maka peneliti memaparkan berdasarkan wawancara dengan Jafanussidiq selaku

Penyelia Resiko Bisnis Konsumer.

Kredit konsumtif ada BNI Griya, Griya itu kepemilikan rumah (KPR) yang terbagi atas pembangunan/renovasi, pembelian, take over, pengganti biaya yang di keluarkan/revenencing, dan Griya multiguna itu tujuannya untuk keperluannya apa saja misalnya mau menikah. Kelima item itu kredit BNI Griya yang menjadi jaminan yaitu tanah dan bangunan.12

a. Keunggulan

6. Maksimum kredit hingga Rp 5 milliar

7. Jangka waktu kredit hingga 20 tahun

8. Bebas memilih lokasi rumah idaman

b. Syarat dan ketentuan

1. Warna Negara Indonesia

2. Berpenghasilan tetap (fixed income) maupun tidak tetap (non fixed

income)

3. Usia pemohon

4. Usia minimal 21 tahun saat pengajuan

11Situs Resmi BNI www.bni.co.id 12Jafanussidiq, wawancara lansung dengan Penyelia Resiko Bisnis Konsumer BNI KCU

Parepare pada Tanggal 05 Desember 2018

Page 78: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

63

5. Usia maksimal saat kredit lunas (karyawan) 55 tahun atau usia pensiun

dan (wirausaha/pengusaha) 65 tahun

6. Mengisi formulir dan melengkapi persyaratan dokumen

Adapun syarat-syarat pengambilan kredit yg dikatakan oleh bapak Yazer Rasyid

Syarat-syarat yang harus dipenuhi ketika mengambil kredit konsumtif yaitu fotocopy KTP, kartu keluarga, NPWP, buku nikah, SK Karyawan,slip gaji, fotocopy jaminan sertifikat, IMB (Izin Mendirikan Bangunan), pembayaran PBB terakhir.13

Persyaratan dokumen permohonan kredit sebagai berikut:

Jenis Dokumen Pegawai Tetap Profesional Pengusaha/

Wirausaha

FC KTP (Suami Istri) ✓ ✓ ✓

FC Kartu Keluarga ✓ ✓ ✓

FC Surat Nikah (apabila sudah menikah) ✓ ✓ ✓

FC NPWP Pribadi/SPT PPh 21 ✓ ✓ ✓

FC Rek Gaji 3 bln Terakhir ✓

FC Rek Koran 6 bln Terakhir ✓ ✓

Asli Surat Keterangan Kerja & Slip Gaji ✓

FC Ijin Praktek Profesi ✓

FC Legalitas Usaha/ Surat Ijin Usaha/ Surat

Keterangan Usaha (Akte Pendirian/ AD-ART,

SIUP, NPWP, SITU/SKDU & TDP)

Perusahaan dari Pemerintah Daerah Setempat

Pas Foto 4x6 (Pemohon: Suami/Istri ✓ ✓ ✓

13Yazer Rasyid, wawancara langsung dengan nasabah BNI KCU PAREPARE pada Tanggal

05 Desember 2018.

Page 79: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

64

FC Dokumen Jaminan ✓ ✓ ✓

FC Laporan Keuangan 2 Tahun Terakhir ✓

4.1 Tabel Persyaratan dokumen permohonan kredit

c. Proses Pengajuan Kredit Pemilikan Rumah

Proses pengajuan KPR adalah merupakan sebuah gambaran proses mengenai

kredit sebuah rumah yang wajib dilakukan oleh setiap nasabah yang hendak membeli

rumah melalui sistem KPR. Proses kredit tersebut akan dilakukan oleh pihak kreditur

atau pemberi kredit (biasanya dari pihak bank) dengan pihak nasabah yang hendak

mengajukan permohonan pembelian rumah secara kredit KPR.

Pihak developer rumah atau pemilik rumah tidak akan terlibat dalam simulasi

ini. Disebabkan oleh pihak tersebut pada nantinya adalah pihak yang akan

mendapatkan atau menerima pembayaran dari pihak kreditur. Selanjutnya, sesuai

dengan perjanjian yang sudah dibuat, maka pihak nasabah harus membayar kredit.

Simulasi kredit rumah ini akan di buat oleh pihak bank. Dan biasanya akan

berbeda-beda tergantung bank apa yang dipilih sebagai penyedia layanan kredit.

Sehingga bukan hal yang mengherankan apabila kebijakan dan jangka waktu kredit

akan berbeda antara bank yang satu dengan yang lain. Tidak hanya itu, beberapa yang

akan membedakan di antaranya adalah uang muka yang harus dibayarkan, dan juga

berapa bunga (atau lebih cepat metode penerapan bunga macam apa yang akan

ditetapkan). Ini merupakan sebuah informasi penting yang akan dijelaskan dalam

simulasi kredit dan bisa menjadi sebuah gambaran untuk setiap nasabah yang hendak

melakukan kredit rumah.

Page 80: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

65

Untuk mendeskripsikan proses pemberian kredit rumah maka peneliti

memaparkan berdasarkan hasil wawancara dengan Jafanussidiq selaku Penyelia

Resiko Bisnis Konsumer.

Tahapan pertama debitur ketemu dengan petugas bank (sales) si calon debitur, berkas akan dinilai, apraisal untuk jaminan, melakukan daftar ususlan ulang kemudian analisis kredit untuk kemampuan bayar, meninjau rumah yang akan di kreditkan, melakukankan transaksi akad lalu pengarsipan.14

Lebih jelasnya akan dibahas dibawah ini Dalam pengajuan kredit pemelikan

rumah ada beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh nasabah dalam pengajuan

kredit pemilikan rumah antara lain sebagai berikut:

14Jafanussidiq, wawancara lansung dengan Penyelia Resiko Bisnis Konsumer BNI KCU

Parepare pada Tanggal 12 Januari 2019

Page 81: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

66

Simulasi pengajuan kredit sebagai berikut:

4.1 Gambar simulasi pengajuan kredit

Keterangan:

OTS : On The Spot

DUP : Daftar Usulan Pemohon

KPK : Komisis Pemutus Kredit

SP3K : Surat Penegasan Persetujuan Penyediaan Kredit

Nasabah datang ke Bank

Pengenalan produk dan penjelasan syarat dan

ketentuan pengajuan kredit

Nasabah datang kembali membawa

berkas syarat pengajuan kredit

wawancara BI Checking DUP OTS 1 KPK

OTS 2 Tolak Surat penolakan

Tolak

Kredit diterima

SP3K

Produk rumah

Realisasi kredit

Transaksi agunan

Akad Pengarsipan data

Page 82: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

67

4.2.2 Proses pengembalian kredit konsumtif

Adapun proses pada pengembalian kredit konsumtif, nasabah harus

melakukan surat pengajuan pelunasan.

Satu bulan sebelum pelunasan melakukan surat pengajuan pelunasan kredit, apabila disetujui maka saya sebagai debitur harus menyediakan uang sejumlah pelunasan yang telah disepakati.15

Setelah nasabah telah mengurus surat untuk pelunasan nasabah baru bisa

membayar kewajiban kreditnya dan jika nasabat mengalami kredit macet bank akan

menindak lanjuti debitur yang terlambat.

jika nasabah lambat membayar kewajibannya nasabah akan mengalami kredit macet dan akan dilakukan prospek Teguran 1, 2, sampai 3 Penjualan aset/jaminan, dan jika ada nasabah yang lancar membayar kreditnya dengan tidak lambat maka bank akan menawarkan lagi si debitur apakah masih mau menambah kredit lagi.16

Adapun proses penyelesai.an kredit macet sebagai berikut:

Bank sendiri meyakini bahwa debitur yang sudah tidak mempunyai prospek untuk

melaksanakan kewajibannya terkait fasilitas kredit yang diberikan termasuk sudah

memasuki kategori kredit macet. Selain itu, penyelesian kredit yang dilakukan oleh

pihak bank adalah untuk mengamankan bank dari risiko kerugian yang semakin besar

melalui upaya pelunasan kembali atas fasilitas kredit yang diberikan kepada debitur.

Dalam melakukan segala aktifitas terutama dalam bentuk kegiatan usaha

tentunya ada etika yang yang mengatur sehingga dalam kegiatan tersebut dapat

menimbulkan keharmonisan dan kesalarasan antar sesama. Begitu juga dalam dunia

15Yazer Rasyid, wawancara langsung dengan nasabah BNI KCU PAREPARE pada Tanggal

05 Desember 2018. 16Jafanussidiq, wawancara lansung dengan Penyelia Resiko Bisnis Konsumer BNI KCU

Parepare pada Tanggal 05 Desember 2018.

Page 83: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

68

bisnis. Tidak lepas dari etika yaitu etika bisnis. Etika bisnis merupakan aturan yang

mengatur tentang aktifitas bisnis.

Maka di amanah salah satu prinsipnya tentang kebajikan dan kejujuran ini

dalam berbisnis sudah sepantasnya di lakukan oleh para karyawan maupun nasabah,

maka adapun prinsip-prinsip etika bisnis Islam yang harus dijalankan para pebisnis

muslim dalam menjalankan bisnisnya sebagai berikut:

1. Prinsip kesatuan (Unity)

Alam semesta, termasuk manusia adalah milik Allah, yang memiliki

kemahakuasaan (kedaulatan) sempurnah atas mahluk-mahluknya. Konsep tauhid,

yang merupakan suatu dimensi vertikal Islam yang dipahami sebagai suatu ungkapan

perpaduan yang kuat sebab seluruh umat manusia dipersatukan dalam ketaatan

kepada Allah semesta. Dari konsep ini maka Islam menawarkan keterpaduan agama,

ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan.

Konsep tauhid juga dapat diartikan sebagai iman, akidah dan tanggung jawab

terhadap amanah. Hal ini dilakukan oleh nasabah dan karyawan BNI KCU Parepare

ketika karyawan BNI KCU Parepare menawarkan kredit konsumtif kepada nasabah

menunjukkan sikap akidah dengan senantiasa memberikan senyuman dan ramah

dalam meyambut dan menjelaskan produk yang mereka tawarkan kepada nasabah,

dengan sikap keterbukaan terhadap nasabah dan telah melaksanakan tanggung jawab

sepenuhnya kepada nasabah untuk mempermudah dalam memenuhi kebutuhannya

pribadinya dan ketika nasabah mengambil kredit konsumtif mereka juga

menunjukkan sikap yang senang ketika mereka ingin mengajukan kredit, nasabah

yang baik akan bertanggung jawab ketika mengembalikan kredit sehingga kreditnya

dinamakan kredit lancar dan jika nasabah ketika lambat mengembalikan kreditnya

Page 84: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

69

biasa disebut dengan kredit macet dan ketika kreditnya macet terpaksa bank akan

melelang agunan nasabah yang tidak bertanggung jawab atas kewajibannya dalam

membayar kreditnya. Dalam hal ini, maka strategi tersebut sudah dapat dikatakan

mampu memenuhi salah satu prinsip etika bisnis Islam yakni prinsip kesatuan

2. Keseimbangan (Equilibrium)

Keseimbangan atau ‘adl, menggambarkan dimensi horizontal ajaran Islam, dan

berhubungan dengan harmoni segala sesuatu di alam semesta. Islam telah

mengharamkan setiap hubungan bisnis atau usaha yang mengandung kedzaliman dan

mewajibkan terpenuhinya keadilan yang teraplikasikan dalam hubungan usaha dan

kontak-kontrak serta perjanjian bisnis. Dalam beraktifitas di dunia bisnis, Islam

mengharuskan berbuat adil yang diarahkan kepada hak orang lain, hak lingkungan

sosial, hak alam semesta. Jadi, keseimbangan alam dan keseimbangan sosial harus

tetap terjaga bersamaan dengan operasional usaha bisnis.17 Dalam beraktivitas di

dunia kerja maupun di dunia bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil tidak

terkecuali pada pihak yang tidak di sukai. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam

surah Al-Maidah (5): 8

⧫ ❑⧫◆

❑❑ ✓▪❑⬧ ◆→

◆ →⧫⧫

⧫ ❑⬧ ◼⧫

❑➔⬧ ❑ ◆❑➔

⧫ ◆❑

17Nurzamzam “Perilaku Konsumsi Masyarakat Terhadap Eksistensi Mall Of Pinrang

Sejahtera (Analisis Etika Bisnis Islam)” (Skripsi Sarjana; Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam:

Parepare, 2017) h. 66

Page 85: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

70

❑→◆

☺ ❑➔☺➔⬧

Terjemahan:

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.18

Dari ayat diatas sudah jelas bahwa kita dalam segala aktivitas terutama di dunia

bisnis, kita sebagai manusia diajurkan untuk selalu bersikap adil dan Allah maha

mengetahui apa yang kita perbuat.

Dalam hal ini bank BNI KCU Parepare dalam melakukankan penjualan

sebaiknya nasabah datang lansung ke banknya agar diberikan penjelasan mengenai

kualitas produk denga sebenarnya. Selain itu dalam penyerahan produk yang telah di

ambilnya seperti kendaraan perusahaan mengharuskan keryawan melakukan

pemeriksaan kendaraan telebih dahulu bersama dengan nasabah sebelum penyerahan,

untuk menghindari ketidak percayaan nasabah terhadap produk yang diberikan.

Pemasaran yang dilakukankan oleh bank BNI khususnya pihak marketing produk

konsumtif biasanya menggunakan brosur yang di dalamnya di jelaskan mengenai

produk-produk konsumtif yang ditawarkan.

3. Kehendak bebas (Free Will)

Konsep free will merupakan kebebasan yang diberikan kepada manusia untuk

melakukan sesuai apa yang di inginkan tanpa adanya paksaan, akan tetapi manusia

yang baik akan menggunakan kebebasan tersebut dalam rangka tauhid dan

keseimbangan.

18Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2011), h.44

Page 86: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

71

Konsep kehendak ini bebas ini berkedudukan sama dengan konsep kesatuan

dan keseimbangan setiap hal yang dilakukan di dunia kita harus tunduk dengan

aturan-aturan yang ditetapkan Allah Subhana Wata’ala demi kehidupan pribadi dan

kehidupan sosial, agar tidak terjadi konflik dalam diri sendiri dan orang lain.19

PT. BNI KCU Parepare, memberikan kebebasan kepada nasabah untuk

bertanya hal-hal yang belum di mengerti, begitupun juga soal harga nasabah juga

berhak melakukan negosiasi dalam produk yang diambil misalnya kendaraan

bermotor memiliki kebebasan untuk melakukan permintaan harga terlebih dahulu.

Serta dalam proses pembayaran nasabah di berikan kebebasan untuk memilih jangka

waktu pembayaran. Dengan itu bank BNI KCU Parepare mampu menerapkan nilai

etika bisnis Islam berupa kehendak bebas (free will), dengan kata lain mampu

memberikan kenyamanan nasabah untuk menentukan apa yg di inginkan tanpa

adanya tekanan dari pihak lain.

Kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya

yang tidak terbatas maka dalam Islam melarang untuk hidup berlebih-lebihan,

begitupun dengan perilaku nasabah jika mengambil kredit konsumtif jangan

berlebihan dalam megajukan kreditnya, adapun nasabah yang melakukannya nasabah

yang mempunyai hidup yang gensi akan mengambil kredit konsumtif ini, diharapkan

nasabah yang baik akan menggunakan kredit konsumtif ini hanya untuk kebutuhan

yang paling dibutuhkan seperti tempat tinggal.

4. Bertanggung jawab (Responsibilty)

19Nurzamzam “Perilaku Konsumsi Masyarakat Terhadap Eksistensi Mall Of Pinrang

Sejahtera (Analisis Etika Bisnis Islam)” (Skriprsi Sarjana; Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam:

Parepare, 2017) h. 67

Page 87: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

72

Untuk memenuhi konsep keadilan dan kesatuan seperti yang kita lihat dalam

siptaan Allah Subhana Wata’ala manusia harus bertanggungjawab merupakan

terhadap segala tindakannya. Dalam usaha bisnis, konsep tanggungjawab merupakan

niat dan iktikad yang perlu diperhatikan terkait pengelolaan sumber daya alam dan

sumber daya manusia secara makro, maupun dalam menjalankan suatu perusahaan.20

Dalam hal ini bank BNI KCU Parepare ketikan melakukan kesepakatan atau

perjanjian, perusahaan harus semaksimal mungkn untuk menepati janji yang telah

disepakati begitupun juga nasabah, dalam proses penyerahan harus benar-benar

bertanggung jawab atas waktu da tempat yang telah disepakati.

Ketika kesadaran akan rasa tanggung jawab telah tertanam maka kepercayaan

nasabah maupun perusahaan akan mudah di peroleh.

Tetapi masih ada nasabah yang tidak sesuai etika ketika mereka ditagih

Etika nasabah ketika ditagih macam-macam perilakunya ada yang kadang marah-marah, ada yang sembunyi, ada yang nangis, tapi kadang juga ada yang bagus21

Maksud dari wawancara diatas ketika nasabah ditagih berbagai macam

perilakunya kadang baik dalam artian ketika bank mendatangi nasabah, nasabah

tersebut langsung membayar tagihannya tersebut. Kebebasan tanpa batas adalah suatu

hal yang mustahil di lakukan oleh bank karena bank menuntut adanya pertanggug

jawaban. Untuk memenuhi keadilan dan kesatuan. Ini berlaku pada perilaku nasabah

untuk berkewajiban membayar atas apa yang harus dibayar, banyak nasabah yang

bertanggung jawab atas kewajibannya dalam membayar kreditnya tetapi ada juga

20Nurzamzam “Perilaku Konsumsi Masyarakat Terhadap Eksistensi Mall Of Pinrang

Sejahtera (Analisis Etika Bisnis Islam)” (Skripsi Sarjana; Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam:

Parepare, 2017) h. 68 21Yazer Rasyid, wawancara langsung dengan nasabah BNI KCU PAREPARE pada Tanggal

05 Desember 2018

Page 88: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

73

nasabah yang lambat membayar bahkan tidak membayar maka barang yang di

jaminkan sebagai pembayar kreditnya, ini tidak dibolehkan dalam Islam karena setiap

manusia yang telah berbuat janji sebelumnya harus ditunaikan dengan amanah, Allah

Subhana Wata’ala menghendaki setiap umatnya untuk menepati janji yang telah

dibuat dan dinyatakan sebagaimana yang dinyatakan dalam QS. An-Nahl (16): 91

❑➔◆ ➔

⬧ ⧫ ◆ ❑→→⬧

☺ ➔⧫ ❑⬧

⬧◆ ➔ →◼⧫

◼➔⧫ ⧫

❑➔➔⬧

Terjemahannya :

Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu Telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.22

5. Kebajikan dan kejujuran

Kebajikan (ihsan) atau kabaikan terhadap orang lain didefinisikan sebagai

tindakan yang menguntungkan orang lain lebih dibanding orang yang melakukan

tindakan tersebut dan dilakukan tanpa kewajiban apapun. Dengan prinsip kebenaran

ini maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku preventif kemungkinan

adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi, kerjasama atau

perjanjian dalam bisnis.

22Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jawa Barat: PT. Sygma Examedia

arkanleema, 2009), h. 277.

Page 89: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

74

Menurut al-Ghazali terdapat enam bentuk kebajikan.23

a. Jika seseorang membutuhkan sesuatu maka orang lain harus memberikannya

dengan mengambil keuntungan sedikit mungkin. Jika sang pemberi melupakan

keuntungannya, maka hal tersebut lebih baik baginya.

b. Jika seseorang membeli sesuatu dari orang miskin, akan lebih baik baginya

untuk kehilangan sedikit uang dengan membayarnya lebih dari harga

sebenarnya.

c. Dalam mengabulkan hak pembayaran dan pinjaman, seseorang harus bertindak

secara bijaksana dengan memberi waktu yang lebih banyak kepada sang

peminjam untuk pembayaran hutang.

d. Sudah sepantasnya bahwa mereka yang ingin mengembalikan barang-barang

yang sudah di beli seharusnya di perbolehkan untuk melakukannya demi

kebajikan

e. Merupakan tindakan yang baik si peminjam untuk mengembalikan pinjaman

sebelum jatuh tempo, dan tanpa hatus di minta.

f. Ketika menjual barang secara kredit seseorang harus cukup bermurah hati, tidak

memaksa orang untuk membayar ketika orang belum mampu untuk membayar

dalam waktu yang sudah ditetapkan.

Konsep kebenaran ini tidak jauh dari konsep freewill, yang mana dalam proses

negosiasi tidak adanya pihak yang merasa di rugikan dalam penepatan harga produk.

Karena dalam penetuan harga seperti kredit kendaraan tersebut atas dasar sukarela

tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Selain itu penepatan harga yang dilakukan

bank BNI KCU Parepare sesuai dengan kualitas produk yang di berikan sehingga

23Muhammad, Etika Bisnis Islami (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi

Manajemen perusahaan YKPN, 2004), h. 68

Page 90: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

75

mampu mendapat kepercayaan pelanggan serta membuat pelanggan nyaman akan

setiap proses pelayanan yang dilakukan oleh bank. Prinsip kebenaran ini dalam etika

bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku previntif terhadap kemungkinan adanya

kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi kerjama atau perjanjian dalam

bisnis dalam perilaku nasabah sejauh ini tidak ada yang pernah melakukan transaksi

yang merugikan bank jadi dapat disimpalkan bahwa nasabah amanah dalam proses

transaksi.

Kelima prinsip-prinsip etika bisnis Islam telah memenuhi kriteria bank BNI

KCU Parepare, walaupun bukan bank syariah tetapi bank BNI KCU Parepare sangat

memerhatikan etika bisnis baik kepada nasabah maupun sesama karyawan, karena

dengan etika yang baik dapat memperluas kemajuan bank menjadi lebih baik,

tentunya tidak mudah untuk dilakukan salah satu cara untuk dapat mencapainya

adalah dengan menerapkan etika bisnis yang baik dalam perusahaan.

Prinsip-prinsip etika bisnis Islam diluhat dari nasabahnya perilakunya berbeda-

beda ini wajar karna setiap manusia tidak hidup bersamaan jadi perilaku nasabah ada

yang memenuhi kriteri dalam perilaku etika bisnis Islam dan adapun nasabah yang

melenceng dari etika bisnis Islam.

Bisnis-bisnis yang benar-benar sukses menurut pandangan Al-Qur’an adalah

bisnis yang membawa keuntungan pada pelakunya dalam dua fase kehidupan

manusia, yakni terbatas karena dunia dan tidak terbatas dengan akhirat. Manusia

harus bekerja bukan hanya untuk meraih sukses di dunia ini namun juga untuk

kesuksesan diakhirat. Semua kerja seseorang akan mengalami efek yang demikian

besar pada diri seseorang.

Page 91: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

76

4.3 Perilaku Nasabah Dalam Penggunaan Kredit Konsumtif di Bank BNI di

Kota Parepare

4.3.1 Pengetahuan Nasabah tentang Kredit Konsumtif

Pengetahuan nasabah tentang kredit konsumtif yang akan dibahas dalam

penelitian ini adalah pengetahuan mengenai maksud dan tujuan kredit konsumtif,

pembayaran dan bunga kredit dalam mengambil kredit konsumtif.

4.3.1.1 Maksud dan Tujuan Kredit Konsumtif

Maksud dan tujuan disini adalah apa sebenarnya tujuan adanya kredit

konsumtif. Menurut beberapa sumber maksud dan tujuan diberikannya layanan kredit

sudah jelas, artinya membantu para nasabah yang ingin memenuhi kebutuhan

pribadinya akan tetapi tidak mempunyai uang secara cash dalam jumlah banyak.

Tujuan tersebut agar lebih ditekankan pada kebutuhan pribadi apalagi kebutuhan

primer karena kebutuhan primer merupakan kebutuhan yang sangat penting.

Dalam penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa masyarakat atau

nasabah yang mengambil kredit konsumtif sebenarnya mengetahui tujuan

diberikannya kredit tersebut. Informasi mengenai kredit tersebut diperoleh setiap

nasabah dari berbagai sumber yang berbeda. Seperti diutarakan dalam beberapa

pernyataan informan sebagai berikut :

Pada saat nasabah mengetahui adanya kredit konsumtif, Penyelia Resiko Bisnis

Konsumer kredit konsumtif mengatakan bahwa nasabah sangat senang.

Pada saat nasabah mengetahui adanya kredit konsumtif,wah senang sekali biar hujan linggis diluar dia pasti datang bayangkan saking senangnya apalagi kredit pinjaman kepemilikan Rumah.24

24Vafanussidiq, wawancara lansung dengan Penyelia Resiko Bisnis Konsumer BNI KCU

Parepare pada Tanggal 05 Desember 2018

Page 92: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

77

Perilaku yang dikatakan oleh Jafanussidiq penyelia Resiko Bisnis Konsumer

sesuai dengan yang dikatakan oleh nasabah yang menggunakan kredit konsumtif

yang beranggapan bahwa kredit konsumtif sangat membantu dalam kebutuhan

pribadinya adapun dalam promosinya dalam bentuk brosur, promosi langsung, dan

adapula dari mulut ke mulut. Adapun tanggapan nasabah tentang kredit konsumtif.

Bapak Muhammad Nur seorang karyawan

Membantu mewujudkan keinginan atau cita-cita memenuhi kebutuhan konsumtif seperti rumah mobil dan lain-lain bunganya, juga murah di bank BNI ini.25

Bapak Yazer Rasyid seorang karyawan

Kredit konsumtif itu untuk memenuhi kebutuhan konsumtif untuk kebutuhan gaya hidup, jadi sangat membantu jadi kalau beli rumah duit nggak cukup ya pakai kredit.26

Ibu Nurhaedah seorang wirauswasta

Kredit Konsumtif itu untuk memenuhi kebutuhan pribadi seperti kebutuhan gaya hidup dan sangat membatu.27

Dari wawancara diatas dapat diketahui bahwa beberapa nasabah yang

mengambil kredit konsumtif ini memang mengetahui maksud dan tujuan adanya

kredit konsumtif tersebut. Yaitu agar dapat membantu memenuhi kebutuhan pribadi

apalagi dalam hal kebutuhan untuk tempat tinggal. Mengenai dari mana mendapatkan

informasi yang mereka dapatkan adalah dari marketing, kantor tempat bekerja, dan

langsung melalui Bank. Berkaitan dengan maksud dan tujuan kredit konsumtif

terdapat hal – hal pokok merupakan bentuk kredit dengan jaminan Sertifikat dan IMB

25Muhammad Nur, wawancara langsung dengan Nasabah BNI KCU Parepare pada Tanggal

05 Desember 2018. 26Yazer Rasyid, wawancara langsung dengan Nasabah BNI KCU Parepare pada Tanggal 05

Desember 2018. 27Nurhaedah, wawancara langsung dengan Nasabah BNI KCU Parepare pada Tanggal 17

Januari 2019.

Page 93: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

78

dalam bentuk rumah ( Kepemilikan Rumah ) dan untuk kendaraan surat BPKB yang

diberikan oleh Bank.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa nasabah mengetahui

maksud dan tujuan layanan kredit konsumtif dari Bank BNI. Pada umumnya mereka

mengetahui bahwa layanan kredit konsumtif digunakan untuk pemenuhan kebutuhan

pribadi. Jadi dalam hal ini nasabah perlu mengetahui maksud dan tujuan layanan ini

agar mereka dapat benar – benar memanfaatkan atau menggunakan fasilitas sesuai

dengan tujuannya.

4.3.1.2 Pembayaran dan Bunga Kredit konsumtif

Pembayaran dan bunga kredit ini merupakan beberapa hal yang dirasakan oleh

nasabah yang mengambil kredit ini. Hal ini dapat dirasakan oleh nasabah pribadi pada

saat setiap bulannya harus mengangsur. Ini dapat dilihat dari beberapa wawancara

berikut :

Menurut Bapak Muhammad Faedal mengatakan :

Pembayarannya sih tidak terlalu ribet yah cuman kita kebank saja melapor kepihak bank bilang mau membayar angsuran kredit nah kalau di acc mi sama pimpinan bank baru bisa dibayar dengan rekening yang tercantung melalui debet kalau bunga juga murah disini jadi banyak yang mengajukan.28

Berbeda dengan penuturan Bapak Akkas :

Proses bayarnya tidak susahji yaa kita pergi ke bank bilang saya mau bayar kreditku kalau soal bunga tidak terlalu mengertika kalau begitu. Saya bayar saja berapa-berapa tercantung disitu, tapi saya tidak langsung begitu saja toh saya lihat juga bilang berapa mi saya bayar sebelumnya baru berapa kali maka bayar’i.29

28Muhammad Feadal, wawancara lansung dengan nasabah BNI KCU Parepare pada Tanggal

09 Januari 2019 29Akkas, wawancara lansung dengan nasabah BNI KCU Parepare pada Tanggal 09 Januari

2019

Page 94: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

79

Dari hasil wawancara diatas menurut bapak Muhammad Faedal ketika kita

ingin membayar angsuran kreditnya kita ke bank untuk mengajuakan pelunasan

kredit dan jika sudah di ACCkan oleh bank maka sudah dapat membayar kreditnya,

menurut bapak Akkas beliau merasa tidak tahu mengenai urusan bunga melainkan

beliau mengatakan untuk membayar tidak susah. Dapat disimpulkan bahwa nasabah

kredit konsumtif masih minim mengenai pengetahuan tentang pembayaran dan bunga

hal ini menyebabkan nasabah hanya mengetahui bahwa tiap bulan mengangsur

pembayaran kredit konsumtif hingga lunas.

Untuk selanjutnya pengetahuan nasabah dalam penggunaan kredit konsumtif

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Pengetahuan nasabah dalam penggunaan kredit konsumtif sebagai berikut:

No. Responden Maksud dan tujuan kredit

konsumtif

Pembayaran dan bunga

1 Muhammad

Nur

Kredit pemilikah rumah dan

kendaraan mobil

Bunganya tidak

memberatkan

2 Yazer Rasyid Kredit pemilikan rumah Bunganya murah

3 Nurhaedah Kredit pemilikan rumah Awalnya sih pasti berat tapi

lama-lama tidakmi

4 Muhammad

Faedal

Kredit untuk perbaikan

bangunan

Bunga murah

5 Akkas Kredit perbaikan rumah Masalah bunga saya tidak

terlalu mengerti

6 Juwairiyah

Haris

Kredit perbaikan rumah Tidak sulit

Page 95: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

80

7 Sondok Kredit kendaraan mobil Bagus bunganya murah

4.2 Tabel pengetahuan nasabah dalam penggunaan kredit konsumtif

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan nasabah dalam

pemanfaatan kredit konsumtif meliputi dari mana memperoleh mengenai maksud dan

tujuan, serta pembayaran dan bunga kredit tersebut.

4.3.2 Perilaku Nasabah Dalam Penggunaan Kredit

Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas tentang bagaimana perilaku

nasabah dalam pemanfaatan kredit. Yaitu perilaku dalam proses pengajuan kredit

konsumtif, dan bagaimana tindakan atau perilaku nasabah terhadap produk hasil dari

pemanfaatan kredit konsumtif tersebut.

4.3.2.1 Proses pengajuan kredit konsumtif

Dalam proses pengajuan kredit pemilikan rumah ini yang terlibat adalah

karyawan yang menangani masalah kredit konsumer di Bank BNI mulai pada bagian

Loan Service sampai bagian CWO (penanganan nasabah yang menunggak).

Pengajuan berkas syarat untuk mengambil kredit merupakan tindakan awal ketika

nasabah ingin memiliki sesuatu melalui sistem kredit, berikut ungkapan nasabah

yang sejak awal mengajukan kredit pemilikan rumah oleh Ibu Juwairiyah Haris :

prose pengajuannya mudah sih tergantung kalau banyak yang mau ambil kredit agak lama tapi kalau kontrak sudah ditanda tangani sudah bisa cair kreditnya, begitu ji sebentar ji karna saya ambil dana karna untuk perbaikan rumah saja.30

Menurut bapak Muhammad Sondok :

Ya lumayan gampang itu ji kalau kurang informasiki atau ada berkas yang terlupa ya kerja dua kali lagi misalnya wah ini kurang ini pak sebetulnya eh

30Juwairiyah Haris, wawancara lansung dengan nasabah BNI KCU Parepare pada Tanggal 13

Januari 2019

Page 96: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

81

sebaiknya itu di kompliti sekalian di data persyaratan kadangkan di situ ga ada kan ini apa ini kadang waktu memang perlu ini juga kan pertimbangan.31

Dari pengertian diatas bahwa dirasa pengajuannya sebenarnya mudah namun

dilapangan nasabah harus kembali datang untuk melengkapi persyaratan kredit yang

masih belum lengkap. Padahal dari keinginan nasabah dapat dibuatkan data secara

rinci mengenai hal untuk melengkapi agar nasabah tidak banyak membuang

waktunya. Sementara itu ada juga nasabah Bapak Muhammad Nur yang

mengungkapkan hal berikut ini :

Awalnyakan waktu saya kerja disini sudah saya tahu memang bilang ada kredit begini disini ya karna bunga murah jadi saya ambil prosesnya juga mudah karna saya karyawan disini jadi sudah taumi prosesnya.32

Penuturan yang sama oleh Bapak Yazer Rasyid

Proses pengambilannya mudah, karna kita sebagai karyawan disini, pasti di dahulukanlah sudah tau cara-cara yang harus dilakukan apa, berkasnya sperti apa yaa sudah taulah, jadi prosesnya cepat.33

Dari wawancara diatas dapat diketahui pula bahwa proses pengajuan kredit

pada awal Bank BNI nasabah dengan cepat. Karna beliau berdua adalah nasabah

sekaligus karyawan BNI yang mengajukan kredit konsumtif .

4.3.2.2 Perilaku Penggunaan Kredit Konsumtif

Penggunaan kredit konsumtif disini adalah bagaimana tindakan atau perilaku

nasabah terhadap hasil dari penggunaan atau pemanfaatan kredit tersebut. Apakah

sudah digunakan sesuai dengan adanya subsidi bagi nasabah yang mengambil kredit

tersebut yaitu untuk kebutuhan konsumtif seperti kebutuhan pokok yaitu rumah

31 Sondok, wawancara lansung dengan nasabah BNI KCU Parepare pada Tanggal 13 Januari

2019 32Muhammad Nur, wawancara langsung dengan Nasabah BNI KCU Parepare pada Tanggal

05 Desember 2018. 33Yazer Rasyid, wawancara langsung dengan Nasabah BNI KCU Parepare pada Tanggal 05

Desember 2018.

Page 97: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

82

ataukah untuk dipakai sehari-hari seperti kendaraan atau untuk investasi maupun

yang lain. Hal itu dapat dilihat dalam wawancara berikut ini :

Bapak Muhammad Nur mengatakan :

Saya menggunakan kredit mobil dan rumah ya untuk tempat tinggal saya bersama keluarga kalau mobil di pake untuk pergi-pergi seperti pergi kerja pergi rumah keluarga atau pergi jalan-jalan memudahkanlah kalau ada mobil kalau rumahkan jelas sangat dibutuhkan untuk tempat tinggal.34

Bapak Yazer Rasyid mengungkapkan :

Saya memakai kredit konsumtif itu produk KPR atau kredit pemberian rumah, saya tempati untuk tinggal bersama keluarga saya mulai kredit itu tahun ini 2018 dan waktu pembayaran kredit saya itu selama 10 tahun jangka waktu pengembaliannya.35

Dari beberapa keterangan diatas dapat diketahui bahwa kebanyakan nasabah

kredit pemilikan rumah yang sudah berkeluarga serta memiliki anak menggunakan

rumah sebagai kebutuhan primer untuk menetap dan digunakan untuk beraktifitas.

Sedangkan bagi nasabah yang menggunakan kredit konsumtif untuk perbaikan rumah

tersebut mengungkapkan beberapa informan berikut ini :

Bapak Akkas mengatakan :

Saya punya rumah nak tapi ya perlu diperbaiki kan dulu tidak terlalu tau kredit takut-takut juga pinjam tapi sudah dijelaskan begini-begi jadi baru saya mau pinjam kredit untuk perbaikan rumah yang belum jadi, ya dipakai untuk tempat tinggal supaya lebih bagus lagi dilihat rumah.36

Pendapat yang sama dituturkan oleh Ibu Juwairiyah Haris :

Yaa untuk perbaikan rumah saja yang ditempati tinggal.37

34Muhammad Nur, wawancara langsung dengan Nasabah BNI KCU Parepare pada Tanggal

05 Desember 2018. 35Yazer Rasyid, wawancara langsung dengan Nasabah BNI KCU Parepare pada Tanggal 05

Desember 2018. 36 Akkas, wawancara lansung dengan nasabah BNI KCU Parepare pada Tanggal 09 Januari

2019 37Juwairiyah Haris, wawancara lansung dengan nasabah BNI KCU Parepare pada Tanggal 13

Januari 2019

Page 98: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

83

Jadi seperti bapak Akkas dan ibu Juwairiyah Haris beliau sudah mempunyai

rumah tapi beliau cuman ingin memperbaiki tempat tinggalnya saja. Lain lagi dengan

Bapak Muhammad Faedal dan Bapak Sondok tersebut menceritakan :

Bapak Muhammad Faedal mengatakan :

Saya pinjam dana untuk memperbaiki usaha saya, bisa juga mungkin dibilang investasi karna menghasilkan ya mudah-mudahan bisa bertahan lama.38

Penuturan Bapak Sondok :

Pinjaman saya itu kendaraan mobil, pertamakan saya pakai untuk dipake dikeluarga kalau mau kemana-mana gampang ada kendaraan. Tapi lama-lama dari pada tinggal saja biasa saya rentalkan.39

Dari beberapa wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa nasabah

menggunakan kredit konsumtif tersebut untuk kebutuhan pribadi. Setelah kebutuhan

rumah pribadi terpenuhi terdapat juga nasabah yang memanfatkan untuk penghasilan.

Untuk selanjutnya perilaku atau tindakan nasabah dalam penggunaan kredit

konsumtif dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Perilaku atau tindakan nasabah dalam penggunaan kredit konsumtif sebagai berikut:

No. Responden Proses pengajuan Penggunaan

1 Muhammad Nur Mudah Pembelian rumah dan mobil

2 Yazer Rasyid Mudah prosesnya

juga cepat,

Pembelian rumah

3 Nurhaedah Mudah Pembelian rumah

4 Muhammad Faedal Lumayan Untuk memperbaiki bangunan

usaha

38Muhammad Feadal, wawancara lansung dengan nasabah BNI KCU Parepare pada Tanggal

09 Januari 2019 39Sondok, wawancara lansung dengan nasabah BNI KCU Parepare pada Tanggal 13 Januari

2019

Page 99: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

84

5 Akkas Mudah Untuk memperbaiki rumah

6 Juwairiyah Haris Mudah, tergantung

dari antrian kalau

sedikit yang

mengambil maka

prosesnya cepat

Untuk memperbaiki rumah

7 Sondok Lumayan gampang Pembelian mobil, ketika tidak

dipakai biasa disewakan

4.3 Tabel perilaku atau tindakan nasabah dalam penggunaan kredit konsumtif

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tindakan atau perilaku nasabah

dalam pemanfaatan kredit meliputi tindakan dalam proses pengajuan dan

pemanfaatan atau penggunaan kredit tersebut. Dalam hal penggunaan kredit

konsumtif tersebut, dapat disimpulkan bahwa nasabah mengutamakan sebagai tempat

tinggal . Akan tetapi juga terdapat responden yang mengajukan kredit kendaraan atau

bangunan agar lebih produktif lagi.

Memanfaatkan kredit konsumtif adalah suatu hak yang harus diterima oleh

nasabah yang betul- betul akad kreditnya telah disetujui oleh pihak Bank. Selanjutnya

pengetahuan dan perilaku nasabah dalam penggunaan kredit dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Pengetahuan dan perilaku nasabah dalam penggunaan kredit sebagai berikut:

No. Permasalahan Penjelasan

1 Pengetahuan nasabah tentang kredit konsumtif

a. Maksud dan Tujuan adanya kredit konsumtif menurut beberapa

Page 100: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

85

Tujuan Kredit

Konsumtif

sumber maksud dan tujuan diberikannya layanan

kredit, artinya membantu para nasabah yang ingin

memiliki rumah atau kendaraan atau maupun yang

lainnya bisa mempunyai akan tetapi tidak

mempunyai uang secara cash dalam jumlah banyak.

Tujuan tersebut agar lebih ditekankan pada

kebutuhan primernya misalnya kredit pemilikan

rumah merupakan tempat untuk tinggal dan untuk

melakukan kegiatan lain.

Maksud dan tujuan kredit konsumtif pada nasabah

mempunyai pendapat yang berbeda – beda. Kredit

pemilikan rumah meningkatkan kesejahteraan untuk

kebutuhan perumahan, jadi bila tidak ada fasilitas

KPR mungkin beli rumah untuk masa sekarang jika

tidak melalui kredit akan kesulitan. Dan kebutuhan

dana untuk pembagunan maupun kebutuhan

konsumtif lainnya seperti kredit pemilikan

kendaraan untuk memudahkan kemana saja.

b. Pembayaran dan

Bunga Kredit

Proses pembayaran dan bunga kredit pemilikan

rumah oleh nasabah antara lain proses

pembayarannya mudah nasabah pergi ke bank

mengajukan pembayaran kredit oleh bank ketika

sduah di ACCkan maka sudah dapat membayar

kreditnya melalui nomor rekening yang sudah

Page 101: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

86

tercantung.

Mengenai bunga hal yang dirasakan oleh nasabah

tidak berat karna bunganya murah jika ingin

mengambil kredit di bank BNI jadi banyak yang

ingin mengajukan. Tetapi ada juga yang tidak

mengerti soal bunga di bank BNI jadi diperlukan

untuk pemahaman lebih lanjut lagi untuk nasabah

2 Perilaku Nasabah Dalam Penggunaan Kredit konsumtif

a. Proses pengajuan

kredit konsumtif

Pengajuan kredit merupakan tindakan yang

memudahkan ketika nasabah ingin memiliki rumah

melalui sistem kredit. Seorang nasabah

menyarankan hendaknya ada perlu yang dibenahi.

Antara lain mengenai syarat – syarat harus benar –

benar terdapat di dalam brosur pengajuan. Agar

memberikan layanan yang cepat dimana dalam hal

ini pengajuan kredit nasabah tidak terlalu sering

datang untuk memenuhi persyaratan yang kurang.

Nasabah kredit berpendapat karna beliau seorang

karyawan disana jadi nasabah ini sudah mengetahui

langkah-langkah atau cara-cara untuk mengambil

kredit

b. Perilaku

pemanfaatan kredit

konsumtif

Memiliki rumah melalui sistem kredit termasuk

salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi

untuk ditempati untuk tinggal. Dan nasabah juga

Page 102: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

87

menggunakan kredit sebagai perbaikan rumah yang

sebelumnyanya dipakai, agar lebih baik lagi.

Nasabah yang awalnya memiliki kendaraan hanya

untuk dipakai keluarga saja memiliki pikiran untuk

di sewakan kepada yang ingin memakainya dan

peminjaman dana untuk perbaikan usahanya

kedepan.

4.4 Tabel pengetahuan dan perilaku nasabah dalam penggunaan kredit

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa meskipun nasabah mempunyai

pengetahuan yang baik tentang kredit konsumtif mereka tetap memanfaatkan layanan

tersebut untuk memenuhi dan membantu kebutuhan pribadi melalui kredit konsumtif

dari Bank BNI. Namun semua itu wajar karena nasabah perlu layanan tersebut dan

pihak Bank ikut membantu secara tidak langsung kebutuhan nasabah khususnya

kebutuhan pribadinya.

Islam sebagai pedoman hidup mengatur segenap perilaku manusia dalam

memenuhi kebutuhan pribadinya. Demikian pula masalah konsumsi, Islam mengatur

bagaimana manusia bisa melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa

manusia berguna bagi kemaslahatan hidupnya. Islam telah mengatur jalan hidup

manusia melalui Al-Quran dan Hadist. Supaya manusia di jauhkan dari sifat yang

hina karena perilaku konsumsinya. Perilaku konsumsi yang sesuai dengan ketentuan

Allah dan Rasulullah Sallallahu A’alaihi Wasallam, akan menjamin kehidupan

manusia yang lebih sejahtera.40

40Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam; Suatu Pengantar (Yogyakarta: Ekonomi, 2002), h.

151

Page 103: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

88

Perilaku nasabah dalam memperkaya dalam Islam mempunyai ciri-ciri pertama,

tidak ada perbedaan antara pengeluaran belanja yang bersifat spiritual maupun

duniawi, kedua, konsumsi tidak dibatasi hanya pada kebutuhan efisiensi akan tetapi

mencakuo kesenangan-kesenangan dan bahkan barang-barang mewah yang

dihalalkan. Pada ciri yang pertama merupakan karakteristik dari ajaran Islam itu

sendiri, di mana tidak adanya sekularisasi di dalam kehidupan. Segala yang kita

lalukan di dunia ini merupakan bekal kita di akhirat dan kita akan diminta

pertanggung jawabnya di akhirat.

Beberapa prinsip perilaku konsumsi dalam Islam sebagai berikut:41

1. Dasar pemikiran pola konsumsi dalam Islam adalah hendak mengurangi

kelebihan keinginan biologis yang tumbuh dari faktor-faktor psikis buatan

dengan maksud membebaskan energi manusia untuk tujuan-tujuan spiritual.

2. Anjuran-anjuran Islam mengenai perilaku konsumsi dituntun oleh prinsip

keadilan, prinsip kebersihan, prinsip kesederhanaan, prinsip kemurahan hati dan

prinsip moralitas.

3. Pada umumnya kebutuhan-kebutuhan manusia digolongkan ke dalam tiga hal,

yaitu barang-barang keperluan pokok, barang-barang keperluan kesenangan dan

barang-barang keperluan kemewahan. Dalam tiga pengelompokan ini, Islam

menggariskan prinsip menurut urutan prioritas kebutuhan yang dikenal dalam al-

maqasid al-syari’ah dengan istilah daruriyyah, hajjiyah dan tahsiniyyah.

4. Kunci untuk memahami perilaku konsumsi dalam Islam tidak cukup dengan

hanya mengetahui hal-hal terlarang, tetapi sekaligus harus dengan menyadari

41M. Arif Mufraini, Akuntansi dan Manajemen Zakat-Mengomunikasikan Kesadaran dan

Membangun Jaringan (Cet. ke-1 ; Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), h. 211

Page 104: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

89

konsep dinamik tentang sikap moderat dalam pola konsumsi yang dituntun oleh

sikap yang mementingkan bersama konsumen muslim yang lain.

Dari hal-hal yang diuraikan diatas dapat dijelaskan bahwa prinsip perilaku

konsumsi yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen menurut Islam adalah

barang-barang yang dikonsumsi haruslah halal dan suci menurut syariat. Dalam hal

perilaku atau gaya harus pula dalam batas wajar dalam arti tidak berlebih-lebihan atau

boros meskipun seorang konsumen tergolong hidup kaya atau mampu.

Page 105: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

90

BAB V

PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1.1.1 Proses Pinjaman pada Kredit Konsumtif di Bank BNI di Kota Parepare yang

pertama melakukan penyelidikan berkas sertifikat jaminan, Wawancara tahap

I, meninjau kelapangan, Wawancara tahap II perbaikan berkas-berkas,

Keputusan kredit mencakup jumlah uang yang diterima, jangka waktu kredit,

biaya-biaya yang dibayar, akad kredit antar bank melalui notaries, proses

realisasi kredit, selanjutnya tahap terakhir yaitu penyaluran kredit kepada

debitur. Etika bisnis Islam dilihat dari prinsip-prinsip etika bisnis Islam yaitu

Kesatuan, Keseimbangan, Kehendak Bebas, Tanggung Jawab, Kebenaran.

1.1.2 Perilaku Nasabah Dalam Penggunaan Kredit Konsumtif di Bank BNI di Kota

Parepare menunjukkan bahwa nasabah menggunakan kredit konsumtif

tersebut untuk kebutuhan pribadi. Setelah kebutuhan rumah pribadi terpenuhi

terdapat juga nasabah yang memanfatkan untuk penghasilan. mengenai

perilaku konsumsi dalam Islam dituntun oleh prinsip keadilan, prinsip

kebersihan, prinsip kesederhanaan, prinsip kemurahan hati dan prinsip

moralitas.

1.2 Saran

1.2.1 Penelitian ini bukanlah penelitian yang pertama dilakukan oleh penulis, namun

tidak menutup kemungkinan akan ada peneliti selanjutnya yang mengangkat

Page 106: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

91

tema yang sama. Jadi diharapkan ini menjadi acuan untuk penelitian yang

lebih sempurnah lagi kedepannya.

1.2.2 Bank BNI KCU Parepare sebaiknya meningkatkan pelayanan terhadap para

nasabah agar perilaku nasabah juga baik dengan jalan selalu menberikan

bimbingan intensif terhadap setiap karyawan dan tata kerja yang dilakukan,

sehingga usaha tersebut dapat berjalan dengan baik dan memberikan rasa

nyaman terhadap nasabah bank. Perilaku nasabah sebaiknya diperbaiki dalam

penggunaan kredit jangan terlalu berlebihan dalam penggunaan.

1.2.3 Untuk nasabah diharapkan amanah ketika diberikan tanggung jawab atau janji

harus menepati ketika ketika sudah berjanji dan jangan hidup bermewahan

atau hidup boros contohnya ketika mengambil kredit yang berlebihan sampai

beli saja tapi tidak digunakan.

Page 107: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

92

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Al-Qur’an dan Terjemahan

Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jawa Barat: PT.

Sygma Examedia arkanleema.

Departemen Agama RI. 2011. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung:

Diponegoro.

Sumber Buku

Abdullah, Thamrin. dkk. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan. Cet.II. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Antonio, Muhammad Syafi’i I. 2001. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Cet.I. Jakarta: Gema Insani Press.

Arijanto, Agus, 2011. Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis Cara Cerdas dalam Memahami Konsep dan Faktor-faktor Etika Bisnis dengan Beberapa Contoh Praktis, Cet. 1, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin, 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Ed. ke-2, Cet. 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Badroen, Faisal, dkk. 2007. Etika Bisnis dalam Islam. Jakarta: Kencana.

Basrowi dan Suwandi, 2008 Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Indah.

Cervone, dkk. 2011. Kepribadian Teori dan Penelitian, Ed. Ke-10. Jakarta: Salemba Humanika.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. 2008. Ed. Ke-4. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Djuwaini, Dimyauddin. 2008. Pengantar Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dwiastuti, Rini, dkk. 2012. Ilmu Perilaku Konsumen, Universitas Brawijaya Press: UB Press.

Fauzia, Ika Yunia. 2013. Etika Bisnis Dalam Islam, Cet. 1. Jakarta: Kencana.

Hadi, Abu Sura’i Abdul. 1993. Bunga Bank Dalam Islam. Surabaya: Al-Iklas.

Page 108: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

93

Ismail. 2010. Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi, Cet. I. Jakarta: Kencana.

Karim, Andiwarman Azwar. 2004. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Cet. II. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kasmir. 2002. Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, Cet. 6. Jakarta PT RajaGrafindo Persada.

Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan, Cet. 4. Jakarta PT RajaGrafindo Persada.

Kasmir. 2014. Dasar-dasar Perbankan, Ed. Revisi Jakarta: PT RajaGrafindo persada.

Mufraini, M. Arif. 2006. Akuntansi dan Manajemen Zakat-Mengomunikasikan Kesadaran dan Membangun Jaringan. Cet. ke-1 ; Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Muhammad. 2004. Etika Bisnis Islam. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen perusahaan YKPN.

Nasution, S. 1996. penelian naturalisti kualitatif. Bandung: Tarsito.

Notoadmodjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Penyusun, Tim. 2013. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Makalah dan Skripsi), Edisi Revisi. Parepare: STAIN Parepare.

Rahardja, Prathama. 1987. Uang dan Perbankan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sabiq, Sayyid. 1987. Fiqh Sunnah, Cet. VIII. Beirut: Darul Kitab al-Arabi.

Simamora. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.

Singaribun, Masri dan Sofyan Effendi. 1987. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES.

Sinungan, Muchdarsyah. 1993. Manajemen Dana Bank, Cet.2. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sudarsono, Heri. 2002. Konsep Ekonomi Islam; Suatu Pengantar. Yogyakarta: Ekonomi.

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawaran, Cet. 1. Jakarta: EGM.

Page 109: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

94

Sumber Skripsi

Asmawati. 2011 “Proses Pemberian Kredit Konsumtif pada PD. BANK BPR Rokan Hilir Kab. Rokan Hilir” Skripsi Minor; Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial: Riau.

Iqbal. 2017. “Peran PT. Timor Otsuki Mutiara dalam Pemberdayaan Masyarakat Dusun Labuange Kabupaten Barru (Perspektif Etika Bisnis Islam)”. Skripsi Sarjana; Jurusan Syariah dan Hukum Ekonomi Syariah: Parepare.

Kustrihariyanto, Vicky. 2008 “Pemanfaatan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pengetahuan Dan Perilaku Nasabah Dalam Pemanfaatan Kredit Pemilikan Rumah Di Bank BTN Surakarta)”. Skripsi Sarjana; Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik: Surakarta.

Munawaroh. 2017. “Analisis Perilaku Nasabah dalam Pengambilan Keputusan terhadap produk pembiayaan (Studi pada PT. BNI Syariah Kantor Cabang Tanjung Karang”. Skripsi Sarjana; Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam: Lampung.

Nurzamzam. 2017 “Perilaku Konsumsi Masyarakat Terhadap Eksistensi Mall Of Pinrang Sejahtera (Analisis Etika Bisnis Islam)” Skripsi Sarjana; Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam: Parepare.

Sugiyarto, Dimas Aris. 2010 “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Konsekuensi Perilaku Nasabah Pada BPR BKK Tasikmadu Karanganyar”. Skripsi Sarjana; Fakultas Ekonomi: Surakarta.

Suhartono. 2016. “Perilaku Pedagang Kaki Lima (PKL) Di Lapangan Lasinrang Kota Pinrang (Tinjauan Etika Bisnis Islam)”. Skripsi Sarjana; Syariah dan Ekonomi Islam: Parepare.

Suhesti. 2017. “Analisis Bisnis Islam Terhadap Pengawasan takaran dan timbangan (Studi Pasar Lakessi Kota Parepare)”. Skripsi Sarjana; Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam : Parepare.

Sumber Internet

Fachrez. 2018. Analisa Pemberian Kredit Konsumtif pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Mataram, https:///www.scribd.com (9 Agustus)

Kangkung, Jukut 2018 Kredit Konsumtif. http://www.Scribd.com/document/262527388/KREDIT-KONSUMTIF (30 Agustus)

Kotamobaguonline. 2019. Prinsip Dalam Pemberian Kredit,

https://kotamobaguonline.com (3 Januari)

Page 110: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

95

Muttaqiena, A. 2018. Mengenal macam-macam Kredit Konsumsi dan kredit Usaha, https:///www.seputarforex.com (31 Agustus)

Siswoyo, Agus. 2018. Analisa Pasar dan Perilaku Nasabah Bank Syariah, http://agussiswo.com/ekonomi-islam/analisa-pasar-dan-perilaku-nasabah-bank-syariah/ (9 Agustus).

Wkipedia. 2018. Bank Negara Indonesia, http://id.m.wikipedia.org/wiki/bank-_Negara_Indonesia (2 September)

www.bni.co.id

Page 111: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

LAMPIRAN

Page 112: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

PEDOMAN WAWANCARA

1. Produk konsumtif apa saja yang ada di bank BNI KCU Parepare ?

2. Bagaimana perilaku nasabah ketika mengetahui adanya kredit konsumtif di

bank BNI KCU Parepare ?

3. Bagaimana proses pemberian dan pengembalian kredit konsumtif pada

nasabah ?

4. Bagaimana menurut anda perilaku nasabah ketika anda melakukan penagihan

kepada nasabah tersebut ?

5. Produk konsumtif apa yang anda pakai di bank BNI KCU Parepare ?

6. Apa kelebihan kredit konsumtif di bank BNI KCU Parepare yang anda

rasakan ?

7. Sejak kapan anda menggunakan kredit tersebut ?

8. Apa saja syarat-syarat yang harus di penuhi ketika mengambil produk

konsumtif di bank BNI KCU Parepare ?

9. Bagaimana cara pelunasan kredit konsumtif di bank BNI ?

10. Apa yang anda ketahui tentang kredit konsumtif ?

11. Bagaimana menurut anda dalam pembayaran kredit konsumtif ini atau apakah

bunganya memberatkan ?

Page 113: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 114: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 115: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 116: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 117: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 118: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 119: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 120: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 121: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 122: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 123: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 124: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 125: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 126: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 127: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 128: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 129: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 130: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 131: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 132: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)
Page 133: PERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI ...repository.iainpare.ac.id/1113/1/14.2300.027.pdfPERILAKU NASABAH TENTANG KREDIT KONSUMTIF DI BNI PAREPARE (ANALISIS ETIKA BISNIS ISLAM)

RIWAYAT HIDUP

Rohana lahir pada tanggal 08 Maret 1996, di Teppo

Pinrang. Anak ketiga dari 4 bersaudara, anak dari

Pawajangi (Ayah) dan Rahmani (Ibu). Pernah

bersekolah di TK Dharmawanita Teppo dan lulus

tahun 2002 . SD di Madrasah Ibtidaiyah (MI) DDI

Teppo dan lulus tahun 2008. SMP di Madrasah

Tsanawiyah (MTS) DDI Palirang dan lulus pada

tahun 2011 Dan kemudian melanjutkan sekolah di

SMK Negeri 4 Maccobbu dan lulus tahun 2014.

Kemudian pada tahun yang sama yaitu tahun 2014, melanjutkan pendidikan di

Perguruan Tinggi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare dan mengambil

Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam Program Studi Perbankan Syariah dan menyusun

skripsi dengan judul “Perilaku Nasabah BNI tentang Kredit Konsumtif Di Parepare

(Analisis Etika Bisnis Islam). Penulis melaksanakan Kuliah Pengabdian Masyarakat

(KPM) di Desa Buntu Mondong, Kecamatan Buntu Batu, Kabupaten Enrekang,

Sulawesi Selatan, dan melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di Bank BNI

Parepare.