15
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Gambaran Umum Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kebonsari Kecamatan Jambangan yang terletak di Jl Kebonsari Manunggal No. 30-32 Surabaya. Puskesmas ini mempunyai 3 puskesmas pembantu. Fasilitas yang telah tersedia terdapat Balai Pengobatan (BP), Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), Poli Gigi, Konsultasi Gizi, Apotek, Laboratorium. Jumlah tenaga kesehatan di puskesmas ini ada 54 orang, meliputi 5 dokter umum, 1 dokter gigi, 9 perawat, 6 bidan, 3 ahli kesehatan masyarakat, 3 analis kesehatan, 20 pekarya kesehatan, 1 sopir ambulance,1 administrasi, 2 linmas dan 3 cleaning service. Batas - batas wilayahnya meliputi: sebelah utara : Kecamatan Ketintang, sebelah selatan : Kecamatan Taman, Sidoarjo, sebelah timur : Kecamatan Gayungan, dan sebelah barat : Sungai Brantas. 48

07. BAB 5

  • Upload
    zhe-zha

  • View
    18

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 07. BAB 5

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kebonsari Kecamatan Jambangan

yang terletak di Jl Kebonsari Manunggal No. 30-32 Surabaya. Puskesmas ini

mempunyai 3 puskesmas pembantu. Fasilitas yang telah tersedia terdapat Balai

Pengobatan (BP), Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA), Poli Gigi, Konsultasi

Gizi, Apotek, Laboratorium. Jumlah tenaga kesehatan di puskesmas ini ada 54

orang, meliputi 5 dokter umum, 1 dokter gigi, 9 perawat, 6 bidan, 3 ahli kesehatan

masyarakat, 3 analis kesehatan, 20 pekarya kesehatan, 1 sopir ambulance,1

administrasi, 2 linmas dan 3 cleaning service. Batas -batas wilayahnya meliputi:

sebelah utara : Kecamatan Ketintang, sebelah selatan : Kecamatan Taman,

Sidoarjo, sebelah timur : Kecamatan Gayungan, dan sebelah barat : Sungai

Brantas.

5.1.2 Data Umum

Data umum pada penelitian ini meliputi karakteristik 32 ibu bayi yang

bersedia untuk diteliti, bisa membaca dan menulis, ada saat pengambilan data, ibu

dengan bayi berusia 6-12 bulan yang tidak memiliki alergi yang dapat

menyebabkan ISPA dan sudah mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dengan

umurnya di Puskesmas Kebonsari Kecamatan Jambangan yakni meliputi jenis

kelamin bayi, usia bayi, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, status gizi bayi, serta

penghasilan keluarga per bulan.

48

Page 2: 07. BAB 5

49

1. Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian, setengah (50%) bayi di Puskesmas Kebonsari

berjenis kelamin laki-laki dan setengah (50%) lainnya berjenis kelamin

perempuan. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin Bayi Di Puskesmas Kebonsari Kecamatan Jambangan Tanggal 1 – 7 Juni 2012

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)1. Laki – laki 16 502. Perempuan 16 50

Total 32 100

2. Usia bayi

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil, hampir setengah (31,3%) bayi di

Puskesmas Kebonsari berusia 7 – 8 bulan dan hampir setengah (31,3%) lainnya

berusia 9-10 bulan. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Usia Bayi Di Puskesmas Kebonsari Kecamatan Jambangan Tanggal 1 – 7 Juni 2012

No. Usia Frekuensi Persentase (%)1. ≥ 6 bulan 5 15,62. 7 – 8 bulan 10 31,33. 9 – 10 bulan 10 31,34. 11 – 12 bulan 7 21,8

Total 32 100

3. Pekerjaan ibu

Hasil penelitian menunjukkan, hampir setengah (40,6%) dari ibu bayi di

Puskesmas Kebonsari merupakan ibu rumah tangga dan hampir setengah (40,6%)

lainnya adalah pegawai swasta. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.3.

Page 3: 07. BAB 5

50

Tabel 5.3 Distribusi Pekerjaan Ibu Bayi Di Puskesmas Kebonsari Kecamatan Jambangan Tanggal 1 – 7 Juni 2012

No. Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)1. Ibu Rumah Tangga 13 40,62. PNS 2 6,33. Swasta 13 40,64. Wiraswasta 4 12,5

Total 32 100

4. Pendidikan ibu

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil, hampir setengah (46,9%) ibu bayi

di Puskesmas Kebonsari merupakan tamatan SMU/Sederajat dan tidak ada yang

merupakan tamatan SD/sederajat ataupun tidak sekolah. Data selengkapnya dapat

dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi Pendidikan Ibu Bayi Di Puskesmas Kebonsari Kecamatan Jambangan Tanggal 1 – 7 Juni 2012

No. Pendidikan Frekuensi Persentase (%)1. Tidak Sekolah 0 02. SD/Sederajat 0 03. SMP/Sederajat 3 9,44. SMU/Sederajat 15 46,95. Perguruan Tinggi 14 43,7

Total 32 100

5. Status Gizi Bayi

Berdasarkan penelitian, status gizi bayi di Puskesmas Kebonsari sebagian

besar (62,5%) normal. Data selengkapnya pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Status Gizi Bayi Di Puskesmas Kebonsari Kecamatan Jambangan Tanggal 1 – 7 Juni 2012

No Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Kurus (under weight) 7 21,92. Normal 20 62,53. Gemuk (over weight) 5 15,6

Total 32 100

Page 4: 07. BAB 5

51

6. Penghasilan

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil, setengah (50%) dari keluarga bayi

di Puskesmas Kebonsari berpenghasilan Rp 1.000.000–Rp 2.000.000. Data

selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi Penghasilan Keluarga Per Bulan Di Puskesmas Kebonsari Kecamatan Jambangan Tanggal 1 – 7 Juni 2012

No. Penghasilan Frekuensi Persentase (%)1. ≤1.000.000 3 9,42. >1.000.000-2.000.000 16 503. >2.000.000-3.000.000 11 34,44. ≥3.000.000 2 6,2

Total 32 100

5.1.3 Data Khusus

Data khusus meliputi pemberian ASI dan kejadian ISPA.

1. Pemberian ASI

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil, yakni hampir seluruh (81,3%) bayi

tidak diberi ASI eksklusif dan sebagian kecil (18,7%) diberi ASI eksklusif.

Tabel 5.7 Distribusi Pemberian ASI Pada Bayi (6-12 Bulan)Di Puskesmas Kebonsari Kecamatan Jambangan Tanggal 1 – 7 Juni 2012

No.

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. ASI eksklusif 6 18,72. ASI tidak eksklusif 26 81,3

Total 32 100

2. Kejadian ISPA

Berdasarkan penelitian didapatkan hasil, hampir setengah (40,6%) bayi di

Puskesmas Kebonsari sering mengalami ISPA. Data selengkapnya dapat dilihat

pada tabel 5.8.

Page 5: 07. BAB 5

52

Tabel 5.8 Distribusi Kejadian ISPA Pada Bayi (6-12 Bulan)Di Puskesmas Kebonsari Kecamatan Jambangan Tanggal 1 – 7 Juni 2012

No.

Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sering 13 40,62. Kadang-kadang 6 18,83. Jarang 13 40,6

Total 32 100

3. Hubungan Antara Pemberian ASI Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi (6-12

Bulan) Puskesmas Kebonsari Kecamatan Jambangan Surabaya

Pada tabulasi silang pemberian ASI dengan kejadian ISPA pada bayi (6-12

bulan) Puskesmas Kebonsari Kecamatan Jambangan Surabaya didapatkan hasil

dari 6 bayi (6-12 bulan) yang diberi ASI eksklusif, seluruhnya (100%) jarang

terkena ISPA. Sedangkan setengah (50%) dari 26 bayi (6-12 bulan) yang tidak

diberi ASI eksklusif sering terkena ISPA. Untuk data selengkapnya dapat dilihat

pada tabel 5.9.

Tabel 5.9 Tabulasi Silang Pemberian ASI Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi (6-12 Bulan) Di Puskesmas Kebonsari Kecamatan Jambangan Surabaya Tanggal 1-7 Juni 2012.

No Pemberian ASI

kejadian ISPATotal

SeringKadang-kadang

Jarang

n % n % n % n %1.2.

EksklusifTidak eksklusif

013

050

06

023,1

67

10026,9

626

100100

Jumlah 13 6 13 322 hitung = 10,14 ; df = 2 ; α = 0,05 ; 2 tabel = 5,991

Pada perhitungan Chi Square untuk tabel 5.9, didapatkan 4 sel (66,7%) dari

nilai expected frekuency <5 (lampiran 12). Hal tersebut menunjukkan bahwa chi

Page 6: 07. BAB 5

53

square tidak memenuhi syarat, sehingga tabel harus di mampatkan menjadi 2x2

(tabel 5.10).

Tabel 5.10 Tabulasi Silang Pemberian ASI Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi (6-12 Bulan) Di Puskesmas Kebonsari Kecamatan Jambangan Surabaya Tanggal 1 – 7 Juni 2012 Setelah Pemampatan.

Pemberian ASIKejadian ISPA

JumlahSering Jarang

n % n % n %Eksklusif 0 0 6 100 19 100

Tidak Eksklusif 19 73,1 7 26,9 13 100Jumlah 6 26 32

*Uji Fisher Exact ; α = 0,05 ; P = 0,002Sedangkan untuk tabel di atas terdapat 2 sel yang nilai Expected

frekuencynya < 5, yaitu 3,6 dan 2,4 (lampiran 13). Uji Chi Square juga tidak

memenuhi syarat pada tabel 2x2, maka digunakan uji Fisher untuk menganalisis

tabel diatas dan didapatkan nilai P = 0,002 atau lebih kecil dari nilai α. Sehingga

Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara pemberian ASI dan Kejadian ISPA.

5.2 Pembahasan

1.1.1.Pemberian ASI

Berdasarkan penelitian dari 32 bayi (6-12 bulan) yang telah dilaksanakan di

Puskesmas Kebonsari Kecamatan Jambangan, didapatkan hasil yakni hampir

seluruh bayi (81,3%) tidak diberi ASI eksklusif dan sebagian kecil (18,7%) diberi

ASI eksklusif. Hampir setengah (40,6%) ibu bayi merupakan ibu rumah tangga

yang lebih memiliki waktu luang lebih banyak daripada ibu bayi yang bekerja,

dan seharusnya dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Sebagian besar

(69,2%) bayi yang tidak diberi ASI eksklusif mengkonsumsi susu formula sebagai

pendamping ASI. Hal ini dikarenakan sebagian besar (53,8%) ibu bayi bekerja

sehingga tidak bisa memberi ASI eksklusif, dan hampir setengah (27%)

Page 7: 07. BAB 5

54

dikarenakan sosial budaya dan adat di masyarakat (membuang kolostrum,

perilaku memberi makan seawal mungkin).

Pemberian ASI eksklusif pada bayi di Puskesmas Kebonsari ini sangat jauh

dibandingkan dengan target cakupan ASI eksklusif oleh Depkes RI sebesar 80%

(Hiryani, 2012). Kondisi ini disebabkan oleh informasi yang kurang oleh tenaga

kesehatan terutama petugas puskesmas dalam program KIA tentang pemberian

ASI eksklusif kepada ibu menyusui, baik yang bekerja maupun sebagai ibu

rumah tangga.

Masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa bayi yang baru lahir

perlu diberi madu untuk merangsang lidah bayi, dan menghilangkan rasa amis

pada susu kuning (kolostrum). Sebelum mencapai usia 4 bulan biasanya bayi

diberi makanan tambahan seperti, pisang, nasi tim, bubur dan biskuit. Hal tersebut

sudah merupakan tradisi turun temurun dan anjuran dari orang tua agar bayi tidak

mudah lapar, padahal bayi lahir normal mempunyai sediaan cairan tubuh yang

relatif tinggi, sehingga tidak dianjurkan memberikan cairan selain ASI, meskipun

1 – 2 hari pertama ASI hanya sedikit (Widodo, 2001). Padahal kolostrum

mengandung banyak karbohidrat, protein, antibodi, dan sedikit lemak. Bayi

memiliki sistem pencernaan yang belum matur, dan kolostrum memberinya gizi

dalam konsentrasi tinggi. Kolostrum juga mengandung zat yang mempermudah

bayi buang air besar pertama kali, yang disebut meconium.

1.1.2.Kejadian ISPA

Page 8: 07. BAB 5

55

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, hampir setengah (40,6%)

dari 32 bayi sering mengalami ISPA mulai dari 0 bulan hingga usia bayi sekarang

(6-12 bulan).

ISPA merupakan salah satu penyebab utama rawat inap di fasilitas

pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak di Indonesia, dan

sering berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Episode penyakit

ini pada bayi di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali per tahun (Yamin

dkk, 2007). ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi

pada setiap bagian saluran pernafasan baik atas maupun bawah yang disebabkan

oleh jasad remik atau bakteri, virus maupun riketsin tanpa atau disetai radang dari

parenkim (Vita, 2009). Di Puskesmas Kebonsari Kecamatan Jambangan

Surabaya, ISPA menjadi penyakit yang paling mendominasi untuk bayi usia 6-12

bulan.

1.1.3.Hubungan Antara Pemberian ASI Dengan Kejadian ISPA

Perhitungan Chi Square tidak memenuhi syarat, sehingga tabel harus di

mampatkan menjadi 2x2. Dilakukan pemampatan pada variabel kejadian ISPA,

menjadi 2 kategori yaitu sering untuk kejadian ISPA ≥ 3 kali dan jarang untuk 1-2

kali mulai dari umur 0 bulan – sekarang (6-12 bulan). Setelah itu masih

didapatkan hasil 2 sel yang nilai Expected frekuencynya < 5, yaitu 3,6 dan 2,4. Uji

Chi Square juga tidak memenuhi syarat pada tabel 2x2, maka digunakan uji

Fisher untuk menganalisis dan didapatkan nilai P = 0,002 atau lebih kecil dari

nilai α = 0,05, maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara pemberian ASI

dengan kejadian ISPA. Pada tabulasi silang antara pemberian ASI dan kejadian

Page 9: 07. BAB 5

56

ISPA setelah dimampatkan, 6 bayi yang mendapatkan ASI ekslusif seluruhnya

jarang terkena ISPA, sedangkan dari 26 bayi yang mendapat ASI tidak eksklusif

sebagian besar (73,1%) sering terkena ISPA dengan frekuensi ≥ 3 kali dari umur 0

bulan- sekarang dan hampir setengah (26,9%) jarang terkena.

Sebagian besar penyakit bayi tidak berbahaya dan hanya menyebabkan

ketidaknyamanan sementara, salah satunya adalah ISPA. Bayi termasuk dalam

kelompok yang rentan terhadap berbagai penyakit karena sistem kekebalan tubuh

mereka belum terbangun sempurna, sehingga bakteri maupun virus dengan mudah

menginfeksi (Nuzulul, 2011).

Tumbuh kembang dan daya tahan tubuh bayi lebih baik jika mengonsumsi

ASI (Hendarto, A. & Pringgadini, K, 2009). Hal ini dikarenakan ASI memiliki

lebih dari 4.000 sel leukosit yang terdiri dari tiga jenis, salah satunya Bronchus-

Associated Lymphocyte Tissue (BALT) (Siswanto, 2009). BALT merupakan

antibodi saluran pernapasan, dan IgA sekretori di dalam ASI merupakan

antibakterial dan antivirus terhadap bakteri maupun virus yang dapat menginfeksi

saluran pernapasan (Depkes RI, 2001; Soetjiningsih, 1997).

Penelitian yang dilakukan oleh Endang Setyowati di wilayah kerja

Puskesmas Purwodadi Purworejo Juli 2009, dan Ariefudin di Kecamatan Tegal

Timur Kota Tegal Desember 2009, menyebutkan bahwa pemberian ASI eksklusif

dapat menurunkan frekuensi kejadian ISPA (Setyowati, 2009; Ariefudin, 2010).

Berdasarkan uraian di atas pemberian ASI secara eksklusif dapat

menurunkan kejadian ISPA pada bayi bila ibu menyusui kapanpun meskipun ibu

bekerja. Hal ini berhubungan dengan peranan puskesmas yaitu program KIA

Page 10: 07. BAB 5

57

dalam memberikan penyuluhan kepada ibu menyusui tentang manfaat pemberian

ASI secara eksklusif.