59
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Perusahaan – perusahaan besar pada umumnya memiliki tiga fungsi utama yang saling berhubungan secara integral antara satu dengan yang lainnya. Ketiga fungsi utama itu adalah Pemasaran, Keuangan/Akuntansi, dan Produksi/Operasi. Fungsi Pemasaran untuk menghasilkan permintaan, atau paling tidak menerima pemesanan untuk sebuah barang atau jasa (tidak akan ada aktivitas jika tidak ada penjualan). Keuangan/Akuntansi untuk mengawasi sehat atau tidaknya sebuah organisasi, membayar tagihan, dan mengumpulkan uang, serta Produksi/Operasi berkaitan dengan seluruh aktivitas produksi barang dan jasa. (Heizer & Render, 2011). Roberta S. Russell dan Bernard W. Taylor III (2011) mendefinisikan operasi sebagai berikut : 8

07 BAB II Antioksidan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Farmasi

Citation preview

Page 1: 07 BAB II Antioksidan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi

Perusahaan – perusahaan besar pada umumnya memiliki tiga fungsi utama

yang saling berhubungan secara integral antara satu dengan yang lainnya. Ketiga

fungsi utama itu adalah Pemasaran, Keuangan/Akuntansi, dan Produksi/Operasi.

Fungsi Pemasaran untuk menghasilkan permintaan, atau paling tidak menerima

pemesanan untuk sebuah barang atau jasa (tidak akan ada aktivitas jika tidak ada

penjualan). Keuangan/Akuntansi untuk mengawasi sehat atau tidaknya sebuah

organisasi, membayar tagihan, dan mengumpulkan uang, serta Produksi/Operasi

berkaitan dengan seluruh aktivitas produksi barang dan jasa. (Heizer & Render,

2011).

Roberta S. Russell dan Bernard W. Taylor III (2011) mendefinisikan

operasi sebagai berikut :

“Operations is a transformations process, inputs (such as

materials, machines, labor, management, and capital) are transformed

into outputs (goods and sevices).”

Sedangkan manajemen operasi didefinisikan :

“Operations management, is the design and operation of production

system.”

8

Page 2: 07 BAB II Antioksidan

Sedangkan pakar manajemen operasi lainnya, Jay Heizer dan Barry

Render (2011), memberikan definisi dari manajemen operasi sebagai berikut :

“Operations management (OM) is the set of activities that creates

values in the form of goods and services by transforming inputs into

outputs.”

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa manajemen

operasi merupakan suatu kegiatan untuk mentransformasi masukan – masukan

menjadi keluaran – keluaran berupa produk yang mempunyai nilai tambah, baik

itu berupa barang atau jasa.

Fungsi operasi merupakan bagian yang membutuhkan pendanaan terbesar

dalam suatu organisasi, di mana persentase terbesar dari pendapatan suatu

perusahaan dipergunakan untuk fungsi manajemen operasi. Dengan demikian,

melalui manajemen operasi, maka sebuah perusahaan memiliki kemungkinan

yang cukup besar untuk meningkatkan keuntungan serta layanannya.

Dalam hal ini terdapat 10 fungsi operasi yang merupakan keputusan

strategis pada manajemen operasi (Heizer & Render, 2011), yaitu :

1. Desain produk dan jasa : barang/jasa apa yang akan dibuat, bagaimana

membuat desainnya

2. Manajemen mutu : bagaimana kita mendefinisikan kualitas, siapa yang

bertanggung jawab terhadap kualitas

3. Proses dan desain kapasitas : Proses dan kapasitas yang dibutuhkan oleh

produk

4. Penetapan lokasi : di mana lokasi ditetapkan, apa kriterianya

9

Page 3: 07 BAB II Antioksidan

5. Tata letak fasilitas : bagaimana menata seluruh fasilitas, berapa luas yang

dibutuhkan

6. Sumber daya manusia dan desain pekerjaan: bagaimana memberikan suasana

kerja yang mendukung

7. Manajemen rantai pasokan : keputusan membuat atau membeli, menetapkan

pemasok

8. Manajemen persediaan : berapa tingkat persediaan yang harus ada

9. Penjadwalan intermediet dan jangka pendek : pekerjaan apa yang akan

dilakukan selanjutnya

10. Pemeliharaan : siapa yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan, kapan

kita melakukan pemeliharaan

Semua keputusan di atas bersifat sangat strategis dan memberi kontribusi yang

tinggi bagi keunggulan bersaing suatu produk. Dalam penelitian ini akan diteliti

perihal strategi ke-8 yaitu manajemen persediaan.

2.1.2 Pengertian Manajemen Persediaan

Menurut Charles T. Hongren (2012) dikatakan bahwa :

“Inventory management is the planning, coordinating, and

controlling activities related to the flow of inventory into, through and out

of an organization.”

Fungsi persediaan merupakan salah satu fungsi manajemen operasi yang

memiliki nilai strategis, karena merupakan bagian integral dalam setiap kegiatan

operasi.

10

Page 4: 07 BAB II Antioksidan

Masalah persediaan dapat memberi implikasi yang serius bagi fungsi

finansial, operasi, dan pemasaran. Pengaruh finansial ada pada likuiditas dan

return on investment (ROI), terhadap produksi melalui efisiensi dan pembiayaan

operasional dan pengaruh terhadap pemasaran melalui tingkat penjualan dan

kepuasan pelanggan.

Penanganan persediaan menjadi isu penting karena seringkali investasi

persediaan menjadi asset perusahaan terbesar sehingga ada upaya untuk menekan

besarnya persediaan agar dapat menurunkan biaya. Tetapi di lain pihak, proses

produksi dapat berhenti dan pelanggan kecewa, jika ada suatu komponen material

yang stock-out. Hanya melalui manajemen material yang baik keseimbangan

antara investasi persediaan dengan layanan pelanggan dapat diperoleh.

2.1.3 Fungsi Persediaan

Kebutuhan akan barang persediaan timbul karena ada kesulitan untuk

menyelaraskan dengan tepat antara suplai dengan kebutuhan. Kecepatan suplai

seringkali berbeda dengan kecepatan pemakaian sehingga diperlukan adanya

persediaan (Tersine R.J., 1994). Persediaan dapat memberi beberapa fungsi yang

akan menambah fleksibilitas operasional perusahaan, yaitu :

1. Faktor waktu

Terdapat waktu yang cukup panjang untuk produksi maupun distribusi

sebelum produk tiba di konsumen. Adanya persediaan dapat

menurunkan lead time dalam memenuhi permintaan. Keuntungan

dapat diperbesar dengan memiliki produk yang selalu tersedia.

11

Page 5: 07 BAB II Antioksidan

2. Faktor diskontinuitas

Persediaan memberikan fungsi ‘decoupling’ yang memungkinkan

perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung

pada supplier. Dengan adanya persediaan, masalah diskontinu produk

(bahan baku, bahan setengah jadi, dan produk jadi) tidak seketika

menjadi masalah namun perusahaan tetap dapat melakukan

aktivitasnya pada tingkatan yang masih wajar sambil tersedia waktu

untuk mengatasi masalah yang terjadi.

3. Faktor ketidakpastian

Disini dipertimbangkan berbagai faktor yang tidak terduga sebelumnya

yang dapat mempengaruhi rencana awal perusahaan. Termasuk

kesalahan dalam perkiraan kebutuhan, hasil produksi yang bervariasi,

kerusakan peralatan, bencana alam, kerusuhan, penundaan pengapalan,

dan kondisi cuaca yang berubah. Dengan adanya persediaan,

perusahaan tetap terlindungi dari berbagai peristiwa yang tidak

terantisipasi sebelumnya.

4. Faktor ekonomi

Pemesanan dalam jumlah yang lebih besar akan lebih ekonomis

daripada berkali-kali dalam jumlah kecil.

2.1.4 Tujuan Persediaan

Tujuan utama persediaan adalah untuk melepaskan berbagai fase operasi.

Persediaan bahan baku melepaskan seorang pengusaha manufaktur dari

12

Page 6: 07 BAB II Antioksidan

penjualnya; persediaan barang dalam proses melepaskan berbagai tahap fabrikasi

satu sama lain; dan persediaan barang jadi melepaskan seorang pengusaha

manufaktur dari pelanggannya. Menurut Heizer & Render (2011), persediaan

memiliki beberapa fungsi, diantaranya :

1. Untuk memisahkan setiap bagian dalam proses produksi

2. Untuk menghindari perusahaan dari fluktuasi permintaan dan

menyediakan stok barang untuk konsumen.

3. Memberikan keuntungan dalam quantity discount, karena persediaan

dalam jumlah besar dapat mengurangi harga pokok barang atau

pengiriman.

4. Menghindari inflasi dari perubahan kenaikan harga.

2.1.5 Jenis – Jenis Persediaan

Setiap jenis persediaan memiliki karakteristik tersendiri dan cara

pengelolaan yang berbeda.

(1) Persediaan bahan baku (raw material), yaitu persediaan barang –

barang yang dibeli dari supplier untuk digunakan sebagai input pada

proses produksi menjadi produk jadi.

(2) Persediaan barang setengah jadi/barang dalam proses, yaitu persediaan

yang masih berada dalam proses produksi dan diperlukan karena

adanya waktu siklus yang dibutuhkan untuk pembuatan produk dan

pemeriksaan kualitas. Lebih pendek waktu siklus, jumlah persediaan

dapat dikurangi.

13

Page 7: 07 BAB II Antioksidan

(3) Persediaan bahan pembantu/penolong, yaitu persediaan yang juga

menjadi kebutuhan perusahaan tetapi bukan merupakan bagian dari

produk jadi. Contoh : alat tulis kantor, alat kebersihan, perlengkapan

pemeliharaan.

(4) Persediaan barang jadi, yaitu produk akhir yang disediakan untuk

dijual, didistribusikan, atau disimpan.

(Tersine, 1994).

2.1.6 Jenis Perusahaan beserta Masalah Persediaan

Tipe perusahaan yang berbeda mempunyai aturan persediaan yang

berlainan (Tersine, 1994), diantaranya :

(1) Pengecer (retailer)

Sistem ritel adalah perusahaan yang menyediakan konsumen dengan

barang dan jasa. Persediaan dibeli dalam bentuk yang dapat dijual dan

dapat digunakan tanpa proses atau konversi selanjutnya. Sistem ini

menyediakan produk fisik yang diperoleh dari pedagang besar

(wholesaler) atau langsung dari pabriknyasebagai contoh, toko yang

menjual pakaian, bahan makanan, perangkat keras, dan jenis produk

lainnya. Mereka memiliki masalah persediaan yang berhubungan

dengan supply dan produk jadi. Tipe perusahaan yang berada dalam

kelompok ini diantaranya rumah sakit, institusi keuangan, dan

perguruan tinggi.

14

Page 8: 07 BAB II Antioksidan

(2) Distributor

Pedangang besar (wholesaler) atau distributor terdiri atas perusahaan

yang membeli dalam jumlah banyak dari pabrik pembuat barang untuk

dididtribusikan kepada retailer. Perusahaan ini tidak selalu

menyediakan barang untuk konsumen, tetapi menyalurkan barangnya

kepada retailer dalam jumlah yang lebih kecil. Dengan demikian,

pedagang besar (wholesaler) atau distributor memiliki masalah

persediaan yang dibatasi oleh supply dan barang jadi.

(3) Perusahaan manufaktur

Dalam sistem ini, bahan baku yang dibeli akan masuk dalam proses

produksi dan diubah menjadi produk jadi. Sistem ini memiliki masalah

persediaan yang jauh lebih sulit dan rumit. Keempat jenis persediaan

mulai dari bahan baku, bahan penolong, barang setengah jadi dan

barang jadi ada dalam sistem ini.

2.1.7 Klasifikasi Masalah Persediaan

Masalah persediaan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara,

diantaranya (Tersine, 1994) :

(1) Berdasarkan pengulangan order

a. Order tunggal, yaitu order yang hanya dilakukan satu kali saja,

contoh pembelian bahan bangunan untuk renovasi.

b. Order berulang, yaitu di mana pembelian dilakukan secara

berulang/periodik berdasarkan prosedur yang berlaku.

15

Page 9: 07 BAB II Antioksidan

(2) Berdasarkan sumber pasokan/suplai

a. Pasokan dalam (inside supply), yaitu produk yang diperlukan

dibuat sendiri.

b. Pasokan luar (outside supply), yaitu barang diperoleh dari pemasok

yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku.

(3) Berdasarkan kebutuhan pemakaian barang

a. Berkaitan dengan jumlah :

i. Kebutuhan barang konstan per periode waktu/deterministik.

ii. Kebutuhan barang tidak tetap (probabilistik) : bervariasi,

terdistribusi normal, Poisson atau eksponensial.

b. Berkaitan dengan sifat ketergantungan barang :

i. Kebutuhan barang independen : kebutuhan tidak tergantung

kepada barang lainnya, biasanya produk akhir adalah barang

independen.

ii. Kebutuhan barang yang tergantung pada barang lainnya, pada

umumnya bahan baku, komponen dan sub-assembly merupakan

barang yang saling bergantung.

(4) Berdasarkan lead time

a. lead time konstan

b. lead time bervariasi : ditentukan secara empiris

16

Page 10: 07 BAB II Antioksidan

(5) berdasarkan sistem pencatatan persediaan

a. Sistem Perpetual

Pencatatan transaksi persediaan dilakukan secara kontinyu setiap

saat terjadi transaksi. Order dilakukan setiap kali posisi persediaan

mencapai reorder point, dalam hal ini record harus terjaga pada

seluruh transaksi persediaan.

b. Sistem Periodik

Pencatatan dan penghitungan persediaan dilakukan secara periodik,

diikuti dengan pembuatan order.

(6) Berdasarkan sistem pengendalian persediaan

a. Sistem P

Pemesanan persediaan dilakukan secara periodik, berdasarkan

suatu daur waktu tertentu.

b. Sistem Q

Pemesanan persediaan dilakukan dalam jumlah tetap pada saat

persediaan telah mencapai titik pemesanan kembali.

(7) Berdasarkan sifat pemesanan

a. Sistem MRP (Material Requirement Plannung)

Order persediaan dilakukan untuk memenuhi rencana produksi

yang telah ditetapkan.

b. Sistem DRP (Distribution Requirements Planning)

Order persediaan dilakukan sesuai dengan rencana distribusi yang

telah ditetapkan.

17

Page 11: 07 BAB II Antioksidan

c. Sistem Single Order Quantity

Order dilakukan satu kali sesuai jumlah yang telah ditetapkan.

d. Sistem JIT (Just In Time)

Sistem dimana persediaan tiba pada saat dibutuhkan.

2.1.8 Klasifikasi ABC

Pada umumnya persediaan terdiri atas berbagai jenis barang yang

sangat banyak jumlahnya, di mana setiap jenis barang membutuhkan analisis

tersendiri untuk mengetahui besarnya order size dan order point. Disadari,

bahwa tidak semua jenis barang yang ada dalam persediaan memiliki tingkat

prioritas yang sama. Untuk mengetahui jenis barang mana saja yang perlu

mendapat prioritas, maka digunakan klasifikasi ABC yang dapat

mengklasifikasikan seluruh jenis barang berdasarkan tingkat kepentingannya

(Tersine R.J., 1994).

Pada prakteknya, klasifikasi ABC digunakan secara luas dengan nilai

permintaan dan volume permintaan sebagai kriteria peringkat yang paling umum.

Pendekatan standar dalam aplikasi klasifikasi ABC adalah untuk mengatur

tingkat layanan yang sama untuk semua unit penjaga stok (stock keeping units)

(Teunter, R.H., et. al, 2010). Pada analisis ABC, persediaan dibagi dalam 3

klasifikasi, yaitu :

A. Klasifikasi A :

18

Page 12: 07 BAB II Antioksidan

Barang bernilai tinggi, menyerap penggunaan dana sebesar 80% dari nilai

total persediaan. Bisa jadi hanya 15 – 20% dari seluruh jenis barang

persediaan.

B. Klasifikasi B :

Barang dengan nilai sedang, menyerap penggunaan dana sebesar 15% dari

nilai total persediaan, terdiri atas 20 – 25% jenis barang persediaan.

C. Klasifikasi C :

Barang dengan nilai rendah, menyerap penggunaan dana sebesar 5% dari

nilai total persediaan, terdiri atas 60 – 65% jenis barang persediaan.

Diagram 2.1 Grafik Klasifikasi ABCSumber: Tersine, Richard J., Principles of Inventory and Materials Management, 1994

Prosedur analisis ABC :

- Nilai persediaan dari setiap item barang diperoleh dari kebutuhan

pertahun kali harga per unit.

- Seluruh item persediaan diurutkan berdasarkan nilainya, mulai dari

yang terbesar.

19

Page 13: 07 BAB II Antioksidan

- Nilai setiap item barang diakumulasikan dan dihitung persentasenya

terhadap nilai keseluruhan persediaan.

- Lakukan klasifikasi ABC berdasarkan jumlah penyerapan dana

terbesar.

Karena kelompok klasifikasi A mempunyai nilai terbesar, kelompok ini

merupakan kelompok terpenting dan memerlukan perhatian terbesar. Perhatian

untuk kelompok C tidak perlu terlalu ketat karena nilainya yang kecil sehingga

pengaruh terhadap keuangan kecil juga. Pemesanan dapat dilakukan untuk sekali

setahun dengan penelaahan tahunan. Kelompok B dapat dievaluasi secara

semiannual. Bilamana tingkat persediaan kelompok A dapat diturunkan, investasi

persediaan akan berkurang dengan nyata. Tabel berikut menggambarkan

perbandingan antara kelompok A, B, dan C.

Tabel 2.1. Perbandingan antara Kelompok A, B, dan C

KlasifikasiDerajat Kendali

Tipe Pencatatan

Besaran Lot

Frekuensi Evaluasi

Jumlah Stok Pengaman

A KetatLengkap

dan AkuratRendah Kontinu Kecil

B Sedang Baik SedangKadang-Kadang

Sedang

C Longgar Sederhana Besar Jarang BesarSumber : Tersine, Richard J. Principles of Inventory and Materials Management, 1994

2.1.9 Klasifikasi VED dan FSN

Cara lain untuk melakukan klasifikasi persediaan yaitu berdasarkan

pada tingkat fungsi VED (Vital, Essential, Desirable) dan frekuensi pemakaian

FSN (Fast moving, Slow moving, Non-moving) (Mukhophadyay, 2003).

20

Page 14: 07 BAB II Antioksidan

Klasifikasi VED mempertimbangkan faktor-faktor kualitatif seperti fungsi dan

efisiensi, dimana :

Vital : Sangat penting, tanpa barang tersebut proses tidak dapat dilaksanakan

Essensial : Penting namun mengurangi efisiensi proses

Desirable : Tidak mempengaruhi proses produksi, tidak secara signifikan

mempengaruhi efisiensi proses

Klasifikasi FSN mempertimbangkan faktor-faktor kuantitatif seperti biaya dan

permintaan, dimana :

Fast moving : Aliran keluar dari penyimpangan dalam suatu periode sangat

cepat

Slow moving : Aliran keluar dari penyimpangan lebih lambat

Non moving : Aliran keluar dari penyimpangan sangat lambat, missal hanya 2-3

kali setahun

2.1.10 Biaya Persediaan

Tujuan dari manajemen persediaan adalah untuk mendapatkan barang

kebutuhan pada tempat dan waktu yang tepat dengan biaya rendah. Biaya

persediaan menurut (Tersine R.J., 1994) :

(1) Harga produk (P)

Harga pembelian per unit bila diperoleh dari sumber luar atau biaya produksi

per unit bila diperoleh secara internal.

(2) Biaya penyimpanan (H)

21

Page 15: 07 BAB II Antioksidan

Semua biaya yang berkait deng investasi persediaan dan pemeliharaannya

selama dalam penyimpanan. Meliputi berbagai hal seperti :

- Biaya modal (opportunity cost of capital) yaitu alternatif pendapatan atas

dana yang diinvestasikan dalam persediaan.

- Fasilitas penyimpanan, meliputi : penerangan, pendingin ruangan, gudang

khusus seperti cold storage

- Pajak persediaan, di mana bertambah banyak persediaan maka semakin

tinggi pajak yang harus dibayar.

- Asuransi persediaan

- Keuangan (obsolence), yaitu barang kehilangan nilai karena tidak sesuai

lagi deng keinginan pelanggan.

- Penyusutan, penurunan jumlah persediaan karena hilang atau dicuri bila

persediaan terlalu banyak dan tidak terkendali.

- Kerusakan karena tejadi perubahan sifat dan tampilan akibat usia atau

degradasi lingkungan.

- Kadaluarsa bila tanggal kadaluarsa dilewati.

Manajemen persediaan biasanya menyederhanakan asumsi, bahwa biaya

penyimpanan sebanding dengan kuantitas yang diinvestasikan, pada

umumnya berkisar antara 20 – 40% per tahun. James R. Stock memberi

penjelasan lebih rinci mengenai biaya penyimpanan ini dan mengumpulkan

berbagai publikasi yang sebagian besar memberikan perkiraan biaya

penyimpanan (inventorycarrying costs) sebesar 25%. (Stock, J.R., 2001).

(3) Biaya pemesanan (C)

22

Page 16: 07 BAB II Antioksidan

Meliputi semua pembiayaan yang dikeluarkan untuk setiap pemesanan

barang. Termasuk disini : pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi, upah,

biaya telepon dan surat menyurat, biaya penerimaan barang, biaya

pemeriksaan barang, biaya untuk menindak lanjuti pemesanan. Pada

umumnya biaya pemesanan tidak bertambah bila kuantitas pesanan

bertambah besar.

(4) Biaya kehabisan persediaan (stockout cost)

Biaya yang tinbul bila persediaan tidak mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan. Termasuk disini biaya – biaya karena kehilangan penjualan,

kehilangan pelanggan, biaya pemesanan khusus, biaya ekspedisi, selisih

harga, operasi produksi terhambat, dan tambahan kegiatan manajerial. Pada

prakteknya jenis biaya – biaya ini sulit diukur nilainya.

2.1.11 Model EOQ (Economic Order Quantity)

Menurut Brimberg dan Hurley, 2006; Drezneret al, 1995; Evan dan

Porteus, 1985; Federgruen dan Zheng, 1992; Hadley dan Whitin, 1963; Huang,

2003;. Osteryounget al, 1986, Salameh dan Jaber, 2000; Sana, 2008; Zheng, 1992

dalam Beheshti, H.M. (2010), model manajemen persediaan klasik adalah

kuantitas pesanan ekonomis (EOQ) yang menentukan keseimbangan yang paling

ekonomis antara biaya penyimpanan persediaan dan biaya pemesanan. Model ini

dirancang untuk menentukan kuantitas pesanan ekonomis untuk membeli bahan

atau produk serta kuantitas produksi ekonomi (EPQ) atau ukuran lot untuk

produksi.

23

Page 17: 07 BAB II Antioksidan

Besarnya order dengan total biaya persediaan yang minimal dikenal

sebagai model EOQ. Model persediaan dengan asumsi situasi yang ideal dapat

ditunjukkan dalam gambar berikut ini.

Diagram 2.2 Tingkat Sediaan EOQ (B dibawah dikitSumber : Tersine, Richard J. Principles of Inventory and Materials Management, 1994, hal 93

Di mana :

Q : Besar order

B : Reorder Point

ac = ce : interval antar order

ab = cd = ef : lead time

Saat barang diterima, maka tingkat persediaan ada pada Q (besarnya order).

Jumlah persediaan berkurang pada kecepatan pemakaian yang tetap, ditunjukkan

oleh garis miring. Pada saat tingkat persediaan mencapai titik reorder B, dibuat

pesanan baru sejumlah Q unit. Setelah suatu periode waktu yang tetap, pesanan

24

Page 18: 07 BAB II Antioksidan

akan masuk ke dalam persediaan. Garis vertikal menunjukkan penerimaan suatu

lot order dalam persediaan yang diterima pada saat tingkat persediaan = 0

sehingga jumlah persediaan rata – rata adalah Q/2. Bila kekurangan persediaan

tidak diinginkan, total biaya persediaan per tahun dapat ditunjukkan melalui

gambar berikut.

Diagram 2.3 Biaya persediaan total per tahunSumber : Tersine, Richard J. Principles of Inventory and Materials Management, 1994, hal 94

Dimana :

R = kebutuhan per tahun dalam unit

P = biaya pembelian per barang

C = biaya pemesanan per order

H = PF = biaya penyimpanan per unit per tahun

Q = lot size = jumlah order dalam unit

F = biaya penyimpanan tahunan sebagai fraksi dari biaya per unit

25

Page 19: 07 BAB II Antioksidan

Keseluruhan biaya tahunan = biaya pembelian + biaya pemesanan + biaya

penyimpanan

TC (Q) = PR + CRQ

+ HQ2

…….. (1)

Biaya variabel TVC (total variabel cost) tidak mencakup biaya pembelian :

TVC (Q) = CRQ

+ HQ2

…….. (2)

Biaya minimal lot size (EOQ) diperoeh dari turunan pertama biaya total tahunan

terhadap Q = 0

∂ TC(Q)∂ Q

=H2

−CRQ2 = 0

HQ2 = 2 CR Q* = √ 2 CRH

= EOQ …….. (3)

Melalui model EOQ (Economic Order Quantity) barang dengan biaya per unit

tinggi akan dipesan lebih sering dalam jumlah kecil sementara barang dengan

biaya rendah akan dipesan dalam jumlah besar.

Total biaya minimum per tahun dapat diperoleh dengan melihat Diagram 2.3 :

Biaya persediaan total per tahun, di mana pada titik Q* = EOQ akan diperoleh

bahwa :

CRQ +

HQ2 (kedua garis berpotongan)

Sehingga TC(Q*) = PR + HQ2

+ HQ2

26

Page 20: 07 BAB II Antioksidan

TC (Q*) = PR + HQ*

Model EOQ dibuat berdasarkan asumsi berikut :

1. Kecepatan pemakaian diketahui, konstan, dan kontinu

2. Lead time diketahui dan konstan

3. Jumlah lot size masuk ke dalam persediaan pada waktu yang sama

4. Tidak ada kekurangan persediaan (stock-out)

5. Struktur biaya tetap

6. Terdapat ruang, kapasitas, dan modal yang cukup untuk menampung

kuantitas yang ditetapkan

7. Item barang merupakan produk tunggal

2.1.12 Sensitivitas Model EOQ

Aktivitas sensitivitas menunjukkan sejauh mana suatu perubahan atau

kesalahan pada data input (parameter) dapat mempengaruhi keluaran dari

model/formula. Model dinyatakan tidak sensitif bila dapat menerima range nilai

input yang cukup lebar tanpa memberi pengaruh besar terhadap hasil. Sebaliknya,

model disebut sensitif bila suatu perubahan kecil pada input menyebabkan

perubahan nyata pada keluaran (Tersine, R.J., 1994).

Sensitivitas model akan mempengaruhi tingkat presisi dari parameter

yang digunakan dalam suatu model. Model EOQ mengasumsikan, bahwa ketiga

parameter : kebutuhan tahunan (R), biaya pemesanan (C), dan biaya penyimpanan

(H) sudah diketahui dan tanpa variasi. Kesalahan manajemen dalam menentukan

27

Page 21: 07 BAB II Antioksidan

ketiga parameter akan memberi variasi baik pada besarnya EOQ maupun biaya

variabel keseluruhan. Sejauh mana penyimpangan pada parameter mempengaruhi

keluaran pada model EOQ dapat digambarkan melalui tabel berikut :

Tabel 2.2 Pengaruh tingkat kesalahan dari parameter R,C, dan H terhadap TVC (Total Variabel Cost) pada Q* (EOQ)

Faktor kesalahan (X1) Keslalahan TVC (%)0,2 -55,30,4 -36,80,6 -22,50,8 -10,61,0 0,01,2 9,51,4 18,31,6 26,51,8 34,22,0 41,4

Sumber : Tersine, Richard J., Principles of Inventory and Materials Management, 1994

X1 = faktor kesalahan =estimasi /aktual

Tabel tersebut menunjukkan bahwa bilamana pada salah satu parameter terjadi

kesalahan sampai 100%, kesalahan pada TVC (total variabel cost) yang terjadi

hanyalah 41,4%. Perlu diperhatikan disini bahwa estimasi yang lebih kecil dari

actual memberikan tingkat kesalahan yang lebih besar disbanding estimasi yang

terlalu besar.

Hubungan antara faktor kesalahan dengan akibatnya pada TVC dapat dilihat

dengan lebih jelas pada gambar berikut.

28

Page 22: 07 BAB II Antioksidan

Diagram 2.4 Hubungan antara Faktor Kesalahan dengan Biaya KeseluruhanSumber : Tersine, Richard J., Principles of Inventory and Materials Management, 1994 hal 99

Berdasarkan data dan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa model dasar

persediaan tidak terlalu sensitif terhadap kesalahan pada nilai parameter yang

diambil. Variasi yang cukup besar pada parameter kebutuhan dan biaya tidak

memberi banyak variasi terhadap model keluaran. Situasi ini sangat

menguntungkan karena dalam penggunaan model EOQ, sering terjadi

penyimpangan terhadap parameter yang digunakan sebagai estimasi dalam

perhitungan. Baik komponen biaya pemesanan, biaya penyimpangan, maupun

angka kebutuhan per tahun seringkali merupakan angka hasil peramalan atau

estimasi berdasarkan data dan pengalaman yang telah terjadi (Tersine R.J., 1994).

29

Page 23: 07 BAB II Antioksidan

2.1.12 Sistem Telaah Kontinyu (Sistem Q)

Dalam kenyataan praktek, penggunaan model EOQ memiliki

keterbatasan yang disebabkan oleh asumsi permintaan yang konstan (Schroeder,

Roger. G, 2013). Sistem Q memberikan suatu model dimana permintaan yang

fluktuatif dapat dipenuhi. Sistem ini dikenal juga sebagai sistem Fixed Order Size.

Pada sistem ini, posisi persediaan terus menerus dimonitor pada setiap transaksi

dan dibandingkan dengan titik pemesanan ulang (ROP/reorder point). Bilamana

posisi persediaan telah mencapai titik ROP (B), pemesanan ulang dilakukan dalam

jumlah unit Q yang tetap yaitu sebesar nilai EOQ (Economic Order Quantity).

Diagram berikut ini memberikn grafik operasi sistem Q.

Diagram 2.5 Sistem Telaah Kontinyu (Q) kurang Q Q Q di sebelahSumber : Schroeder, Roger G. Manajemen Operasi : Pengambilan Keputusan dalam Suatu Fungsi Operasi, 2000 hal 313Slope : permintaan barang, bervariasi

Q : kuantitas pesanan, tetap

B : titik pemesanan ulang, tetap

30

Page 24: 07 BAB II Antioksidan

Oa, ac, ce : interval waktu antar order, bervariasi

ab=cd=ef=L : tenggang waktu

S : stok pengaman

Parameter utama pada sistem Q adalah Q (jumlah pesanan) dan B (titik

pemesanan ulang). Diasumsikan bahwa Q ditetapkan sama dengan nilai EOQ dan

B adalah jumlah kebutuhan pada masa lead time ditambah stok pengaman.

B = M + S

Dimana :

B = ROP, S = Stok pengaman

M = kebutuhan rata – rata pada masa lead time

Bagaimana cara menentukan stok pengaman akan dibahas pada sub

bab berikutnya. Masalah pada penggunaan sistem ini adalah memerlukan

perhitungan yang kontinyu atas persediaan untuk mengetahui secepatnya kapan

titik pemesanan ulang dicapai. Diperlukan suatu sistem pencatatan yang baik atas

setiap transaksi yang terjadi, kesalahan pada pencatatan transaksi dapat

mengakibatkan masalah besar.

Sistem sesuai untuk dipergunakan pada jenis barang yang bersifat

independen dan memerlukan pengendalian ketat (kelompok A pada klasifikasi

ABC) karena :

(1) Menggunakan jumlah order yang efisien (EOQ)

(2) Jumlah stok pengaman tidak terlalu besar, diperlukan hanya untuk periode

masa lead time.

31

Page 25: 07 BAB II Antioksidan

(3) Sistem relatif tidak sensitif terhadap perubahan parameter – parameter

persediaan. (Tersine, R.J., 1994)

2.1.13 Sistem Telaah Berkala (Sistem P)

Pada sistem P, jumlah persediaan dalam penyimpanan ditinjau ulang

secara berkala pada interval waktu yang tetap, untuk selanjutnya dilakukan

pemesanan sesuai kebutuhan. Dalam hal ini, jumlah order bervariasi pada setiap

periode (Schroeder, Roger G., 2013).

Diagram 2.6 memberikan gambaran mengenai sistem periodik dari

satu jenis persediaan. Tingkat persediaan maksimum T ditetapkan untuk setiap

item persediaan. Kuantitas order adalah tingkat persediaan maksimum dikurangi

posisi persediaan pada tanggal pemesanan. Pada sistem ini periode review tetap,

sementara kuantitas order, kecepatan pemakaian, titik pemesanan kembali (ROP),

dan lead time, bervariasi.

32

Page 26: 07 BAB II Antioksidan

Diagram 2.6 Sistem Telaah Berkala (P) T grs pts2Sumber : Schroeder, Roger G. Manajemen Operasi : Pengambilan Keputusan dalam Suatu Fungsi Operasi, 2000 hal 318

Dimana :

P : periode antar pesananp

T : stok maksimum

Q1, Q2, Q3 : jumlah pesanan yang besarnya persediaan maksimum (T)

dikurangi jumlah stok pada akhir periode P

a-b, c-d, e-f : lead time kedatangan barang

slope : jumlah permintaan

Pada sistem ini, terdapat 2 parameter yang perlu ditetapkan yaitu periode waktu

antar pesanan P dan jumlah stok maksimum T yang menjadi target persediaan

(Tersine, R.J., 1994 p 134 - 136).

Periode waktu antar pesanan yang ekonomis (EOI) diperoleh dari angka EOQ

dibagi kebutuhan R.

P = EOI = EOQ/R

Tingkat persediaan maksimum T harus cukup besar agar dapat memenuhi

kebutuhan selama masa interval pemesanan T dan selama lead time L.

T = RP + RL = R (P + L) = tingkat persediaan maksimum

Dengan adanya stok pengaman yang berfungsi sebagai penyangga terhadap

fluktuasi permintaan dan masa tunggu, maka :

33

Page 27: 07 BAB II Antioksidan

T = M + S

Dimana :

T : target tingkat persediaan

M : kebutuhan rata-rata selama periode P + L

S : stok pengaman

Bila dibandingkan dengan sistem Q, ada beberapa kelemahan maupun kelebihan

dari penggunaan sistem P ini. Kelemahannya ialah membutuhkan stok pengaman

yang lebih tinggi karena harus mencakup masa periode antar interval pemesanan

(P) dan masa lead time (L). Adapun kelebihannya diantaranya :

- Sistem pencatatan lebih sederhana

- Dapat melakukan pemesanan beberapa jenis barang ke satu pemasok pada

waktu bersamaan, sehingga dapat memberikan nilai ekomis.

Sistem P sesuai untuk digunakan pada satuan – satuan barang dengan harga tidak

terlalu mahal (Schroeder, R.G., 2013).

2.1.14. Stok Pengaman (Safety Stock)

Resiko dan ketidakpastian pada analisis persediaan datang dari

berbagai variabel, tetapi yang paling utama adalah variasi kebutuhan dan lead

time. Situasi ini diatasi melalui stok pengaman yang akan bertindak sebagai

penyangga untuk mengatasi kebutuhan selama masa pengisian kembali pada lead

time dalam hal realisasi kebutuhan lebih tinggi dari yang diperkirakan maupun

lead time yang melebihi perkiraan sebelumnya. Terhadap pembiayaan perusahaan

34

Page 28: 07 BAB II Antioksidan

stok pengaman memberi 2 efek, yaitu menurunkan biaya stock out dan

meningkatkan biaya penyimpanan (Tersine, R.J, 1994).

Pada sistem persediaan yang ideal, pola kebutuhan rata – rata akan

berulang tanpa variasi. Dapat digambarkan seperti pada diagram berikut ini :

Diagram 2.7 Sistem Persediaan yang Ideal B hrsnya ESumber : Tersine, Richard J., Principles of Inventory and Materials Management, 1994 hal 206

Pada kenyataannya pola kebutuhan selalu berubah dari waktu ke waktu seperti

contoh pada gambar berikut :

35

Page 29: 07 BAB II Antioksidan

Diagram 2.8 Sistem Persediaan Sumber : Tersine, Richard J., Principles of Inventory and Materials Management, 1994 hal 207

Pada daur pertama, kebutuhan pada masa lead time sangat besar sehingga terjadi

stock out. Pada daur kedua kebutuhan pada lead time lebih kecil dari yang

diperkirakan, pengisian barang diterima sebelum stok pengaman dicapai. Pada

daur ketiga kebutuhan pada lead time lebih besar tetapi masih dapat ditanggulangi

oleh stok pengaman. Stok pengaman diperlukan karena baik peramalan maupun

estimasi tidak selalu tepat dan kadangkala pemasok terlambat dalam pengiriman

barang. Beberapa hal yang memerlukan perhatian :

(1) Kecepatan pemakaian yang lebih besar dari ramalan/estimasi

(2) Keterlambatan pengiriman barang

(3) Barang yang datang tidak memenuhi persyaratan / reject.

Tanpa adanya stok pengaman, situasi di atas dapat menimbulkan terjadinya stock

out, sementara perlu pula diperhatikan bahwa setiap peningkatan pada stok

36

Page 30: 07 BAB II Antioksidan

pengaman dapat mengurangi keuntungan. Reaksi pelanggan terhadap kondisi

stock out ada 2 kemungkinan :

(1) Menerima backorder atau penundaan penerimaan.

Dalam situasi ini umumnya perusahaan akan mengeluarkan pesanan

darurat untuk mendapatkan barang yang diperlukan, mengakibatkan

munculnya biaya tambahan (biaya stock out) dalam ekspedisi, biaya

penanganan, biaya pengapalan, dan biaya pengepakan ekstra.

(2) Membatalkan pembelian (lost sale)

Kebutuhan pelanggan akan barang akan diganti oleh pesaing. Dalam

hal ini biaya stock out bervariasi mulai dari kehilangan keuntungan

penjualan sampai kehilangan yang tak spesifik seperti nama

baik/goodwill.

Pada saat barang diterima, tingkat persediaan akan tinggi, namun saat

sebelum kedatangan barang, tingkat persediaan akan rendah dan berada disekitar

besarnya stok pengaman. Waktu kritis untuk memenuhi permintaan adalah pada

masa lead time. Bila kuantitas order bertambah besar, maka berarti frekuensi order

per tahun menjadi kecil sehingga kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan

juga berkurang.

Stok pengaman dapat dipandang sebagai investasi permanen dalam

persediaan. Bila pada model deterministik fixed order size besar rata – rata

persediaan adalah Q/2, dengan adanya stok pengaman, rata – rata persediaan

menjadi S + Q/2 dimana S adalah jumlah stok pengaman dan Q adalah besarnya

37

Page 31: 07 BAB II Antioksidan

pesanan. Stok pengaman (demikian pula reorder point) menjadi lebih besar untuk

kondisi :

(1) Biaya stock – out tinggi

(2) Tingkat layanan tinggi

(3) Biaya penyimpanan rendah

(4) Variasi permintaan yang besar

(5) Variasi yang besar dalam lead time

Berapa besarnya stok pengaman yang perlu disediakan sangat bergantung kepada

fluktuasi permintaan pada lead time, fluktuasi lead time, dan tingkat pelayanan

yang diinginkan.

Permintaan yang probabilistik dan bersifat kontinu pada umumnya

mengikuti pola distribusi normal. Dalam hal ini reorder point dapat dihitung

dengan mengikuti rumus :

B = M + S

= M + Z

Dimana : B = Reorder point

M = Rata – rata permintaan pada masa lead time

S = Stok pengaman

Z = Standard normal deviasi

= simpangan baku dari lead time demand

Melalui rumus ini, titik pemesanan ulang ditetapkan sama dengan

permintaan rata – rata sepanjang tenggang waktu pemesanan M ditambah

38

Page 32: 07 BAB II Antioksidan

sejumlah tertentu penyimpangan standar untuk melindungi dari kehabisan

persediaan.

Pola distribusi permintaan dapat ditunjukkan melalui diagram pada

halaman berikut ini :

Diagram 2.9 Distribusi probabilitas permintaanSumber : Schroeder, Roger G. Manajemen Operasi : Pengambilan keputusan dalam Suatu Fungsi Operasi, 2000

Titik pemesanan ulang B ditetapkan sama dengan permintaan rata –

rata sepanjang tenggang waktu pemesanan M ditambah sejumlah tertentu

simpangan baku untuk melindungi dari kehabisan persediaan. Dengan

mengendalikan nilai Z, titik pemesanan ulang maupun tingkat pelayanan dapat

dikendalikan. Pada Z = 1, akan diperoleh distribusi normal sebesar 68,27% yang

memberi probabilitas tingkat pelayanan sebesar 84,13%. Pada Z = 2, diperoleh

distribusi normal sebesar 95,45% yang memberi probabilitas tingkat pelayanan

39

Page 33: 07 BAB II Antioksidan

sebesar 97,72%. Tingkat pelayanan 95% atau probabilitas kehabisan stok = 5%

memerlukan faktor pengaman Z = 1,65.

Diagram berikut menunjukkan pengaruh dari simpangan baku pada

pola distribusi normal terhadap tingkat pelayanan.

Diagram 2.10 Pengaruh standar deviasi pada distribusi normalSumber : Stock, J.R. Strategic Logistic Management, 2001 hal 247

Pada kondisi dimana baik permintaan maupun masa lead time

bervariasi, Stock memberi rumus untuk perhitungan stok pengaman :

c = √ R ¿¿

Dimana :

c = stok pengaman unit diperlukan untuk 84,1% probabilitas tingkat

pelayanan (1 simpangan baku normal)

40

Page 34: 07 BAB II Antioksidan

R = daur pengisian rata – rata (lead time)

s = simpangan baku pemakaian

S = pemakaian rata – rata

R = simpangan baku daur pengisian (lead time)

Simpangan baku dihitung menggunakan rumus :

s =√ fd 2

n−1

Dimana :

s = simpangan baku

f = frekuensi

d = deviasi terhadap rata – rata

n = jumlah pengamatan

2.1.15 Model Pengendalian Persediaan

Sesuai sifat kebutuhan dan pengadaannya, terdapat beberapa model

pengendalian persediaan yang disesuaikan dengan sifat dan karakteristik dari

barang persediaan.

(1) Sistem kebutuhan independen : model deterministik

(2) Sistem kebutuhan independen : model probabilistilk

(3) Sistem kebutuhan tanpa pemesanan kembali (discrete) : model

deterministik

(4) Sistem kebutuhan yang saling tergantung (depended demand)

41

Page 35: 07 BAB II Antioksidan

(1) Sistem kebutuhan independen : model kebutuhan tetap (deterministik)

Melalui model ini diberikan besarnya lot size yang ekonomis untuk item

persediaan yang bersifat independen. Beberapa parameter yang diperlukan

disini adalah :

(1) Kebutuhan pemakaian

(2) Biaya persediaan

(3) Lead time

Pada model deterministik, semua parameter dan variabel diketahui atau

dapat dihitung dengan pasti. Sistem pengendalian dapat dilakukan baik

dengan sistem pengendalian Q maupun sistem pengendalian P (Tersine,

R.J., 1994).

(2) Sistem kebutuhan independen : model kebutuhan tidak tetap (probabilistik)

Pada model deterministik, kebutuhan dan lead time bersifat konstan

sementara pada model probabilistik, kedua parameter ini bersifat variabel

atau tidak tetap. Persediaan dari barang – barang yang independen dapat

dibagi menjadi 2 kelompok :

1. Working stock, yaitu persediaan yang diperkirakan akan terpakai pada

suatu periode. Besaran rata-rata adalah setengah dari jumlah order

(Q/2).

2. Stok pengaman yang tidak bergantung pada lot size, ditentukan

berdasarkan peramalan, diperlukan untuk menjaga persediaan terhadap

tingkat kebutuhan yang lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya.

42

Page 36: 07 BAB II Antioksidan

Sistem pengendalian dapat dilakukan dengan sistem Q maupun sistem

P sambil memperhatikan besarnya stok pengaman yang diperlukan

(Tersine, R.J., 1994).

(3) Sistem kebutuhan tanpa pemesanan kembali (diascrete): model deterministik

Sistem ini berlaku untuk kebutuhan yang hanya berlangsung dalam suatu

interval tertentu saja, tanpa pengulangan yang berpola. Digunakan untuk

mengatasi permintaan yang sangat bervariasi dari waktu ke waktu. Ada

beberapa pendekatan terhadap sisten ini :

(1) Lot-for Lot Ordering

Merupakan pendekatan paling sederhana. Pemesanan dijadwalkan pada

setiap periode di mana terjadi permintaan dengan jumlah yang sesuai

dengan kebutuhan pada periode tersebut.

(2) Periodik Order Quantity

Menyatakan interval waktu yang ekonomis untuk melakukan pemesanan.

EOI = EOQR

=√ 2CR PF

Dimana :

EOI = Economic OrderInterval

C = biaya pesanan per order

F = biaya penyimpanan tahunan, sebagai fraksi dari biaya per unit

P = biaya pembelian per unit

R = kebutuhan rata – rata per periode

43

Page 37: 07 BAB II Antioksidan

Besarnya lot pesan merupakan akumulasi dari permintaan pada setiap

interval pemesanan (Tersine, R.J., 1994)

(4) Sistem kebutuhan yang saling tergantung (dependent demand) : Material

Requirement Planning (MRP) System

Pada sistem ini besarnya kebutuhan suatu barang sangat tergantung pada

kebutuhan barang lainnya melalui pola hubungan matematis. Ketergantungan

antar barang dapat dituangkan dalam suatu bentuk resep atau formula.

2.1.16 Konflik dalam Masalah Persediaan

Persediaan seringkali menjadi sumber konflik antar manajemen dalam

suatu perusahaan karena setiap manajer mempunyai pertimbangan yang berlainan

dalam masalah persediaan.

Tujuan utama dari manajemen persediaan adalah meminimalkan investasi

persediaan, memaksimalkan layanan pada pelanggan dan mendukung operasional

yang efektif. Secara lebih spesifik, tujuan pengendalian persediaan dapat

dinyatakan sebagai : biaya per unit yang rendah, perputaran persediaan (inventory

turnover) yang tinggi, kualitas yang konsisten, hubungan yang baik dengan

pemasok dan suplai yang kontinu. Pada kenyataannya, semua tujuan di atas tidak

selalu sesuai dengan kebutuhan secara keseluruhan. Penekanan pada inventory

turnover bias saja menyebabkan biaya per unit menjadi lebih tinggi karena

pembelian yang lebih sering dalam jumlah kecil. Sebaliknya bila biaya per unit

yang menjadi rendah karena pembelian dalam jumlah besar, hal ini dapat

44

Page 38: 07 BAB II Antioksidan

mengurangi inventory turnover (Tersine, R.J., 1994). Tabel berikut

menggambarkan perbedaan orientasi antar departemen terhadap persediaan.

Tabel 2.3 Perbedaan orientasi antar departemen terhadap persediaan

Departemen Tanggung JawabTujuan dalam

PersediaanTingkat persediaan

Marketing Menjual produk Layanan yang baik TinggiProduksi Membuat produk Ukuran lot yang

efisienTinggi

Pembelian Membeli barang Biaya per-unit rendah

Tinggi

Keuangan Modal kerja Efisiensi modal RendahEngineering Desain produk Menghindari

onsolensiRendah

Sumber : Tersine, R.J., 1994

Sementara konflik antar departemen terhadap persediaan dapat digambarkan pada

tabel berikut.

Tabel 2.4 Konflik antar departemen terhadap persediaanDepartemen Respon Tipikal

Marketing

Kami tidak dapat menjual barang kosong. Bagaimana kami dapat mempertahankan pelanggan bila selalu terjadi kekurangan persediaan dan persediaan produk tidak lengkap.

Produksi Dengan lot size yang lebih besar, kami dapat menurunkan biaya per unit dan berfungsi lebih efisien

Pembelian Biaya per unit dapat diturunkan bila membeli dalam jumlah besar

Keuangan Bagaimana mendapatkan dana untuk persediaan,tingkat persediaan lebih baik diturunkan

Warehouse Tidak ada tempat penyimpanan untuk menyimpan semua barang persediaan

Sumber : Tersine, R.J., 1994

Tanggung jawab atas persediaan sering kali dibagi antar departemen

sesuai dengan fungsinya. Pembelian ambil bagian atas bahan baku dan semua

45

Page 39: 07 BAB II Antioksidan

barang yang dibeli, bagian produksi atas barang dalam proses, dan bagian

marketing mengontrol produk jadi. Pengalokasian tanggung jawab ini nampak

logis, namun kemampuan untuk melakukan kontrol yang berimbang tidak ada di

semua departemen. Pada umumnya akan lebih baik untuk menempatkan semua

tanggung jawab atas barang persediaan di satu lokasi di bawah tanggung jawab

manajerial. Konflik antar departemen serta suboptmasi jarang terjadi bilamana

semua jenis persediaan berada di bawah control material manajer.

Manajemen material bekerja untuk mengkonsolidasikan aktifitas,

meningkatkan koordinasi dan menyediakan satu sumber informasi bagi persediaan

tidak dapat diselesaikan sendiri di masing-masing area karena terdapat saling

ketergantungan antara distribusi, penyimpangan, produksi, penanganan material,

pembelian, pemasaran, dan keuangan. Bilamana aktivitas yang saling tergantung

dikelola sebagai aktivitas yang independen, besar kemungkinan terjadi konflik

antar aktivitas (Tersine, R.J., 1994).

2.2 Kerangka Pemikiran

Manajemen operasi memiliki suatu peranan yang sangat penting dalam

suatu perusahaan karena seluruh kegiatan perusahaan difokuskan untuk membantu

dan mendukung kegiatan manajemen operasi. Menurut Kant, S, et al. (2007) dan

Gopalakrishnan, P. (1987) yang dikutip oleh Anand, T., et. al. (2010) bahwa

sekitar sepertiga dari anggaran rumah sakit tahunan dihabiskan untuk membeli

bahan-bahan dan perlengkapan rumah sakit, termasuk obat-obatan. Obat – obatan

mengkonsumsi sekitar 60% dari total biaya yang dihabiskan oleh rumah sakit.

46

Page 40: 07 BAB II Antioksidan

Oleh karena itu, obat-obatan merupakan salah satu pusat terapi yang paling

banyak digunakan dalam fasilitas pelayanan kesehatan, di mana sejumlah besar

biaya pengeluaran di rumah sakit dihabiskan untuk pembelian obat-obatan secara

berulang.

Sejauh ini, banyak obat yang kehabisan stok dan kadaluarsa sebelum

digunakan. Tidak adanya atau kurangnya jumlah obat-obatan di instalasi farmasi

dapat menyebabkan pelayanan kesehatan menjadi buruk dan reputasi yang kurang

baik bagi rumah sakit. Dengan demikian, kebutuhan untuk perencanaan,

perancangan, dan mengatur instalasi farmasi dengan cara yang dapat

menghasilkan layanan klinis dan administratif yang efisien menjadi hal yang

relevan dalam situasi ini.

Pengendalian persediaan adalah sistem ilmiah yang menunjukkan seperti

apa yang dipesan, kapan waktu pemesanan, berapa banyak yang dipesan, dan

berapa banyak stok yang tersedia sehingga biaya pembelian dan biaya

penyimpanan dapat dijaga serendah mungkin. Hal ini dapat membantu melindungi

perusahaan terhadap fluktuasi persediaan dan permintaan, ketidakpastian, dan

meminimalisasikan waktu tunggu. Terdapat beberapa metode yang berkaitan

dengan pengendalian persediaan, namun dua metode yang umum digunakan

adalah Analisis ABC dan VED. Analisis ABC membantu mengidentifikasi barang

yang membutuhkan perhatian yang lebih untuk dikendalikan. Dalam hal ini,

kelompok A mencakup 10% dari total jumlah persediaan dan menyerap dana

sekitar 70% dari total biaya persediaan. Kelompok B mencakup 20% dari total

jumlah persediaan dan menyerap dana sekitar 20% dari total biaya persediaan, dan

47

Page 41: 07 BAB II Antioksidan

kelompok C mencakup sekitar 70% dari total jumlah persediaan dan menyerap

dana sekitar 10% dari total biaya persediaan. Kemudian, terhadap barang-barang

yang termasuk kelompok A, yakni kelompok barang dengan pengendalian yang

ketat dilakukan analisis VED berdasarkan nilai kritisnya.

Diagram 2.11 Bagan Kerangka Pemikiran

Manajemen Operasi

(Heizer & Render)

Manajemen Persediaan(Charles T. Horngren)

Klasifikasi ABC(Richard J. Tersine)

Kelompok A Kelompok B Kelompok C

Analisis VED

Kelompok Vital dan Fast Moving

Sistem Pengendalian

Persediaan

48