Upload
afawait
View
56
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tulisan ini berawal dari sebuah kekaguman penulis terhadap sosok tokoh kharismatik, yaitu Kiai Subhan Saifurruslan. Beliau adalah founding father pondok Pesantren Al Barokah, yang telah berjuang keras dalam mendirikan, membangun dan mengembangkan pondok Pesantren Al Barokah. Untuk itu, maka dalam karya kecil ini digambarkan tentang perjuangan beliau dari proses pembabatan pesantren Al Barokah sampai saat ini, serta diungkap pula tentang bagaimana strategi-strategi yang digunakan dalam mengembangkan dan memajukannya. Dengan demikian maka, karya kecil ini ditulis sebagai bentuk rasa terima kasih dan penghormatan penulis kepada sang Guru yaitu Kiai Subhan Saifurruslan, karena dalam hati penulis, beliau bukan hanya sekedar pengajar, tapi beliau adalah Mu’addzib dan Murabbi ar Ruh. Untuk itu, maka dengan terbitnya karya ini, penulis haturkan banyak terima kasih kepada beliau Kiai Subhan Saifurruslan yang telah bersedia untuk memberikan informasi-informasi terkait dengan perjuangannya dalam mendirikan dan mengembangkan pondok pesantren Al Barokah. Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih kepada keluarga Besar Pondok Pesantren Al Barokah yang telah berkenan memberikan inforrmasi terkait dengan data yang dibuthkan dalam penulisan buku ini. Penulis juga menyampaikan banyak terima Kasih kepada Ust. Munir Amrullah, S.Pd.I yang dengan semangat memperjuangkan terbitnya buku ini. Terima Kasih pula disampaikan kepada Saudara Agus Wahedi dan Ahmad Faizi yang banyak membantu dalam proses pengumpulan data. Kepada Ust. H. Subari, MM. Ust. Khalili, M.Pd.I, dan Ust. Hasan Andiri, S.Pd.I yang banyak membantu dalam memberikan informasi dan data. Kepada Kang Mohammad Rofiq, M.Pd.I, yang membantu dalam mengumpulan dokumen-dokumen. Tak terlupaka pula kepada Saudara Babun Nikmah dan Kang Fauzan Khairi, M.Pd.I yang membantu dalam suksesi penerbitan. Dan kepada Seluruh Pengurus Yayasan PP. Al Barokah, Dewan Guru, Pengurus Iktibar, Alumni dan Santi Pondok Pesantren Al Barokah kami sampaikan banyak terima kasih atas dukungannya terhadap terbitnya buku ini. Terima kasih pula kepada Istri Tercinta, Miladiya, A.Md, Keb dan Putriku tercita Aqila Ghina En Nafs sebagai sumber motivasi dan inspirasi dalam penyelesaian buku ini. Buku ini ditulis untuk senantiasa membangkitkan ghirah seluruh stakeholder pesantren, agar senantiasa bersemangat untuk lebih memajukan kembali pondok pesantren Al Barokah, menuju pesantren ideal dalam mengembangkan panji-panji ajaran islam, serta sebagai pusat pendidikan islam yang mampu menjawab beragamnya tuntutan era global.Akhir kata, penulis sampaikan mohon maaf manakala penulisan buku ini masih jauh dari kesempurnaan
Citation preview
i
ii
KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN
“ Potret Pejuang Pendidikan ”
Penulis :
Agus Fawait, M.Pd.I
Diterbitkan oleh :
Pengurus Pusat IKTIBAR
Jl. Pesantren Blok A No. 2 Padasan Pujer Bondowo
2015
iii
PENGANTAR PENULIS
Tulisan ini berawal dari sebuah kekaguman penulis terhadap sosok
tokoh kharismatik, yaitu Kiai Subhan Saifurruslan. Beliau adalah founding
father pondok Pesantren Al Barokah, yang telah berjuang keras dalam
mendirikan, membangun dan mengembangkan pondok Pesantren Al
Barokah.
Untuk itu, maka dalam karya kecil ini digambarkan tentang
perjuangan beliau dari proses pembabatan pesantren Al Barokah sampai
saat ini, serta diungkap pula tentang bagaimana strategi-strategi yang
digunakan dalam mengembangkan dan memajukannya.
Dengan demikian maka, karya kecil ini ditulis sebagai bentuk rasa
terima kasih dan penghormatan penulis kepada sang Guru yaitu Kiai
Subhan Saifurruslan, karena dalam hati penulis, beliau bukan hanya sekedar
pengajar, tapi beliau adalah Mu‟addzib dan Murabbi ar Ruh.
Untuk itu, maka dengan terbitnya karya ini, penulis haturkan banyak
terima kasih kepada beliau Kiai Subhan Saifurruslan yang telah bersedia
untuk memberikan informasi-informasi terkait dengan perjuangannya
dalam mendirikan dan mengembangkan pondok pesantren Al Barokah.
Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih kepada keluarga
Besar Pondok Pesantren Al Barokah yang telah berkenan memberikan
inforrmasi terkait dengan data yang dibuthkan dalam penulisan buku ini.
Penulis juga menyampaikan banyak terima Kasih kepada Ust. Munir
Amrullah, S.Pd.I yang dengan semangat memperjuangkan terbitnya buku
ini. Terima Kasih pula disampaikan kepada Saudara Agus Wahedi dan
Ahmad Faizi yang banyak membantu dalam proses pengumpulan data.
Kepada Ust. H. Subari, MM. Ust. Khalili, M.Pd.I, dan Ust. Hasan Andiri,
S.Pd.I yang banyak membantu dalam memberikan informasi dan data.
Kepada Kang Mohammad Rofiq, M.Pd.I, yang membantu dalam
iv
mengumpulan dokumen-dokumen. Tak terlupaka pula kepada Saudara
Babun Nikmah dan Kang Fauzan Khairi, M.Pd.I yang membantu dalam
suksesi penerbitan. Dan kepada Seluruh Pengurus Yayasan PP. Al Barokah,
Dewan Guru, Pengurus Iktibar, Alumni dan Santi Pondok Pesantren Al
Barokah kami sampaikan banyak terima kasih atas dukungannya terhadap
terbitnya buku ini.
Terima kasih pula kepada Istri Tercinta, Miladiya, A.Md, Keb dan
Putriku tercita Aqila Ghina En Nafs sebagai sumber motivasi dan inspirasi
dalam penyelesaian buku ini.
Buku ini ditulis untuk senantiasa membangkitkan ghirah seluruh
stakeholder pesantren, agar senantiasa bersemangat untuk lebih memajukan
kembali pondok pesantren Al Barokah, menuju pesantren ideal dalam
mengembangkan panji-panji ajaran islam, serta sebagai pusat pendidikan
islam yang mampu menjawab beragamnya tuntutan era global.Akhir kata,
penulis sampaikan mohon maaf manakala penulisan buku ini masih jauh
dari kesempurnaan.
Salam,
Penulis
v
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
LATAR ILMIAH KIAI PESANTREN ....................................................... 1
A. Peta Kiai Pesantren ........................................................................... 1
B. Posisi Kiai Pesantren ........................................................................ 5
SKETSA BIOGRAFI KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN .......................... 7
A. Background Keluarga ....................................................................... 7
B. Kecerdasan dan Bakat ....................................................................... 9
C. Fase Pendidikan ................................................................................ 10
D. Nama Baru Setelah Haji ................................................................... 13
PERJUANGAN DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN ........... 15
A. Pesantren Al Barokah sebagai bukti otentik perjuangan Kiai Subhan
........................................................................................................... 15
B. Upaya mendirikan sekolah formal dan non formal .......................... 17
C. Pandangan dan Kebijakan Kiai Subhan dalam mengembangkan
Pendidikan ......................................................................................... 30
PERANNYA DALAM MEMBANGUN SEMANGAT KEAGAMAAN
UMAT ................................................................................................... 33
A. Majlis Ta‟lim Sebagai Strategi Mengokohkan Keagamaan
Umat ............................................................................................... 33
B. Dakwatul Islamiyah ........................................................................ 36
PERHATIAN DAN AJARAN KIAI SUBHAN TERHADAP SANTRI ... 38
A. Ajaran tentang Akhlak .................................................................... 38
B. Ilmu Yang Barokah Bekal Santri Hidup di Masyarakat ................. 44
C. Mendukung Santri Untuk Terus Melanjutkan Pendidikan ............. 45
TAUSIYAH DAN PESAN MORAL .......................................................... 47
A. Tausiyah Untuk Keluarga ............................................................... 47
B. Tausiyah Untuk Pengurus dan Dewan Guru ................................. 48
C. Tausiyah Untuk Santri ................................................................... 51
1
LATAR ILMIAH KIAI PESANTREN
A. Peta Kiai Pesantren
Keberadaan seorang kiai dalam lingkungan sebuah pesantren
adalah laksana jantung bagi kehidupan manusia. Begitu urgen dan
esensialnya kedudukan kiai, karena dialah perintis, pendiri, pengelola,
pengasuh, pemimpin dan terkadang juga pemilik tunggal sebuah
pesantren.1
Istilah kiai memiliki pengertian yang plural, kata kiai bisa
berarti: 1) sebutan bagi alim ulama (cerdik pandai dalam agama Islam);
3) sebutan bagi guru ilmu ghaib (dukun dan sebagainya); 3) kepala
distrik (di Kalimantan Selatan); 4) sebutan yang mengawali nama benda
yang dianggap bertuah (senjata, gamelan dan sebagainya), dan 5)
sebutan samaran untuk harimau (jika orang melewati hutan).2
Menurut asal usulnya, perkataan kiai dalam bahasa Jawa
dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda, yakni :
1. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap
keramat.
2. Sebagai gelar kehormatan untuk orang tua pada umumnya.
1 Hadari, Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press),18
2 Mujamil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi,
(Jakarta, Erlangga, 2005), 27.
2
3. Sebagai gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada orang yang
ahli agama yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan
mengajar kitab-kitab klasik kepada para santrinya.3
Kiai dapat juga diartikan sebagai orang yang memimpin
pondok pesantren dengan karisma yang dimiliki, amalan ibadah yang
tekun serta pengetahuan dalam bidang agama yang luas dan mendalam.
Dalam pondok pesantren, kiai merupakan sumber dari kewenangan yang
berlaku dalam lingkungan pondok pesantren. Kekuasaan kiai sangat
berpengaruh besar dalam bidang manajemen pondok pesantren. Dalam
beberapa hal kiai terkesan menunjukkan kekhasan dalam bentuk-bentuk
pakaian yang digunakan seperti kopiah, sorban, sarung, jubah yang
menjadi simbol kealiman. Tidak hanya sebagai pemimpin dan pengajar,
kiai selain memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat tetapi juga
dalam soal-soal politik yang membuahkan pengaruh melebihi batas-
batas pondok pesantren di mana mereka berada.4
Kiai adalah pendiri dan pemimpin sebuah pesantren sebagi
muslim "terpelajar" telah membaktikan hidupnya "demi Allah" serta
menyebarluaskan dan mendalami ajaran-ajaran dan pandangan Islam
melalui kegiatan pendidikan Islam. Namun pada umumnya di
3 Anasom, Kyai, Kepemimpinan dan Patronase, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2006,), 16
4 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta:
LP3ES, 1982), 55
3
masyarakat kata "Kiai" disejajarkan pengertiannya dengan ulama dalam
khazanah Islam.5
Dhofier, membagi gelar Kiai pada tiga jenis :
1. Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap
keramat; umpamanya, “Kiai Garuda Kencana” dipakai untuk sebutan
kereta emas yang ada dikeraton Yogyakarta;
2. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya;
3. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama
islam yang memiliki atau menjadi pemimpin pesantren dan mengajar
kitab-kitab islam klasik kepada para santrinya. Selain gelar Kiai, ia
juga sering disebut seorang yang alim (orang yang dalam
pengetahuan islamnya).6
Mas'ud, memasukkan Kiai kedalam lima tipologi:
1. Kiai (ulama) encyclopedi dan multidisipliner yang
mengonsentrasikan diri dalam dunia ilmu; belajar, mengajar, dan
menulis, menghasilkan banyak kitab, seperti Nawai al-Bantani.
2. Kiai yang ahli dalam salah satu spesialisasi bidang ilmu pengetahuan
Islam. Karena keahlian mereka dalam berbagai lapangan ilmu
pengetahuan, pesantren mereka terkadang dinamai sesuai dengan
5 Ziemek, Manfred, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta : P3M, 1986), 67.
6 Ziemek, Pesantren dalam Perubahan, 55
4
spesialisasi mereka. Dikarenakan keahlian juga, Mahfuz al Tirmisi
dikenal sebagai seorang „allamah, al-muhaddits, serta al musnid.
3. Kiai karismatik yang memperoleh karismanya dari ilmu pengetahuan
keagamaan, khususnya dari sufismenya, seperti KH. Kholil
Bangkalan Madura.
4. Kiai keliling, yang perhatian dan keterlibatannya lebih besar melalui
ceramah dalam menyampaikan ilmunya sebagai bentuk interaksi
dengan publik bersamaan dengan misi sunnisme atau aswaja dengan
bahasa retorikal yang efektif. Asnawi Kudus termasuk dalam
kategori ini dan menempati kedudukan istimewa didalam kehidupan
masyarakat Jawa dengan mengokohkan dirinya sebagai seorang
pemimpin berpengaruh dan terkenal dikalangan santri Jawa.
5. Kiai pergerakan, seperti KH. Hasyim Asy'ari. Karena peran dan skill
kepemimpinannya yang luar biasa, baik dalam masyarakat maupun
organisasi yang didirikannya, serta kedalaman ilmu pengetahuan
keagamaan, yang dia peroleh dari para ulama paling disegani dalam
komunitas pesantren.7
Dari uraian di atas, tentu kita akan mampu memposisikan kiai
pada ranah-ranah tertentu sesuai dengan pola ajaran serta perannya
dalam mengelola pondok pesantren. Yang kemudian pada akhir-akhir
7Abdurrahman Mas‟ ud, Intelektual Pesantren, Perhelatan Agama dan Tradisi (Yogyakarta :
LKis, 2004), 236-237.
5
ini, tipologi kiai semakin berkembang, ada yang diistilahkan sebagai
Kiai Politisi, Kiai Interpreneur dan Kiai Langgar (Baca ; Bindhereh
dalam bahasa Madura).
B. Posisi Kiai Pesantren
Keberhasilan atau kegagalan sebuah pesantren akan sangat
ditentukan oleh tingkat keteguhan dan kesungguhan para pengasuhnya
(Kiai) dalam mengembangkan lembaga yang dipimpinnya, karena itu
sebenarnya tidaklah terlalu berlebihan jika ada banyak pengamat
menilai bahwa pesantren itu merupakan persoalan enterprise para
pengasuhnya. “Itulah sebabnya kelangsungan hidup sebuah pesantren
sangat bergantung pada kemampuan pesantren tersebut untuk
memperoleh seorang Kiai pengganti yang berkemampuan cukup tinggi
pada waktu ditinggal mati Kiai yang terdahulu.8
Demikian ketatnya hubungan antara Kiai dengan pesantren
yang di pimpinnya, sehingga tidaklah sedikit diantara mereka yang
memahami hal tersebut sebagai pengabdian agar dapat berbuat sesuatu
yang lebih baik bagi kemaslahatan umat.
Dalam kerangka administrasi pendidikan, pondok pesantren
selalu dikaitkan dengan adanya instituisi badan wakaf, para anggota
badan wakaf itulah yang secara kolektif menentukan perjalanan
pesantren, akan tetapi pengaturan demikian itu lebih dimaksudkan untuk
8Dhofier, Tradisi Pesantren, 61.
6
menjamin tingkat stablitas pesantren, khususnya jika para pendiri dan
pengasuhnya sudah tidak ada lagi.
Dalam situasi seperti diatas, maka hidup matinya pesantren
berada pada tangan pengasuhnya atau pendirinya, dalam konteks seperti
inilah persoalan enterprise hendaknya dipahami.
Selain Kiai pesantren adalah orang yang memimpin dan
memenej pesantren menjadi lebih berkembang, Kiai pesantren juga
mengganggap bahwa pesantren yang dipimpin adalah miliknya sehingga
Kiai memiliki kekuasaan mutlak terhadap pesantren yang dipimpin.
“dengan kata lain, Kiai dan para pembantunya merupakan hierarki
kekuasaan satu-satunya yang secara explisit diakui dalam lingkungan
pesantren”.9
9 Pradjarta Dirdjosanjoto, Memelihara Umat. Kiai Pesantren – Kiai Langgar di Jawa (Yogyakarta
: LKis, 1999), 141.
7
SKETSA BIOGRAFI KH. SUBHAN SAIFURRUSLAN
A. Background Keluarga
KH. Subhan Saifur Ruslan Lahir pada 05 Maret 1946 di Desa
Padasan Kecamatan Pujer Kabupaten Bondowoso, dari Pasangan
Keluarga Bapak Rus Nahrowi dengan Ny. Hj. Fatimah.
KH. Subhan Saifur Ruslan yang pada masa kanak-kanak biasa
dipanggil dengan sebutan Ruslan “Rus” menghabiskan sebagaian masa
kanak-kanaknya “Masa Kecil” di lingkungan Desa tempat kelahirannya
yaitu Desa Padasan (Paddesen ; dalam Istilah Madura), Kecamatan
Pujer Kabupaten Bondowoso, yang pada umumnya sebagai desa yang
memiliki basis masyarakat petani.
Kiai Subhan Saifurruslan dididik dan dibina dalam lingkungan
keluarga yang sederhana, Ayah beliau adalah Bapak Rus Nahrawi, yang
berprofesi sebagai petani sawah, disamping juga bekerja sebagai sopir
andong (Baca ; Ngijek). Disamping itu ayah beliau juga gemar
memelihara bebek, sehingga telur yang dihasilkan dijadikan sebagai
bagian dari biaya pendidikan Kiai Subhan.
Sejak masa Kanak-kanak, Kiai Subhan dilatih dengan Pendidikan
kemandirian, pendidikan kesedernahanaan dan pendidikan keikhlasan.
Pendidikan Kemandirian dimaksudkan agar Kiai Subhan ketika beranjak
dewasa, akan menjadi Insan Mandiri. Dan Pendidikan kesederhanaan
8
yang dimaksudkan agar Kiai Subhan Sederhana dalam hidup dan tidak
mengunggulkan kemewahan. Dan juga pendidikan keikhlasan yang
dimaksudkan agar Kiai Subhan mampu menjadi orang Ikhlas dengan
berdasar pada Sunnah Rasul dan para Ulama‟-ulama‟ terdahulu (Salafu
Al Shalih). Sehingga dari pembinaan keluarga yang sangat
memperhatikan nilai-nilai ajaran islam, akhirnya mengantarkan Kiai
Subhan menjadi sosok tokoh yang kharismatik, dan mampu mendirikan
serta mengembangkan pondok pesantren Al Barokah, mampu mendidik
para santri dengan Ikhlas dan Sabar, serta sederhana dalam menapaki
romantika kehidupan.
Seiring berjalannya Waktu, KH. Subhan akhirnya menikah
dengan Zuhra (Nyai Hj. Dewi Hamdana Bulqis Putri dari KH. Akhmad
Syadili. Dari pernikahan beliau, akhirnya dikaruniai empat orang anak
yaitu ; pertama seorang Putri bernama Neng Ana Ghayatul Ghuslah
Lahir pada tahun 1975, Kedua seorang Putra yaitu Gus Moh. Fadlil
Hasan lahir pada tahun 1980. Ketiga, Neng Ghitsna Nihayati (Almh),
dan yang ke Empat yaitu Gus. Afini Maulana (Alm). Dari putra putrinya
tersebut, Kiai Subhan juga di karuniai empat orang cucu yaitu Gus.
Mohammad Abdil Bar dan Gus Waldan Putra dari Gus Moh. Fadil.
Serta Gus Ilyas Mubarokurromah dan Gus Moh. Hasan Mahbubi Putra
dari Neng Ana Ghayatul Ghuslah.
9
B. Kecerdasan dan Bakat
Sejak muda, Kiai Subhan dikenal sebagai sosok yang pandai,
cerdas dan memiliki kemampuan hafalan yang kuat. Kecerdasan,
kepandaian dan kekuatan hafalan beliau semakin nampak tatkala beliau
“nyantri” di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Pajarakan
Probolinggo.
Beliau dalam menghafalkan ilmu agama, seringkali dikaitkan
dengan lagu. Dan memang kala itu (di Pondok Pesantren Zainul Hasan
Genggong), KH. Subhan terkanal sebagai santri yang pandai dan
menguasai ilmu Arudh, sehingga dalam proses penghafalan beliau
sering mengkaitkan dengan lagu-lagu atau syi‟ir (Bahar).
KH. Subhan sangat terkenal kealimannya dalam bidang Ilmu
Arudh dan Ilmu Nahwu, baik pada saat beliau “nyantri” di Genggong
ataupun pada masyarakat sekitar Bondowoso. Kealiman beliau dalam
bidang ilmu Aarud dan Ilmu Alat tampak saat beliau diangkat sebagai
tenaga pengajar di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong.
Lain dari itu, kealiman beliau dalam bidang Ilmu Alat juga
tampak saat penulis masih “nyantri” di Pondok Pesantren Al Barokah,
ilmu nahwu beliau ampu langsung sebagai bentuk perhatian terhadap
santri agar memiliki kemampuan dalam memahami kitab-kitab kuning.
10
Beliau sangat menyukai seni-seni lagu islami, hal itu bisa
dibuktikan dengan ketelatenan beliau tatkala sedang membina para
santri dalam melantunkan Nadhom-nadhom di pesantren, serta peran
aktif beliau dalam mengarahkan kelompok Mars Pesantren yang dibina
langsung oleh beliau.
Beliau juga memiliki kefasihan yang luar biasa dalam
melantunkan ayat-ayat Al Qur‟an, makhraj yang tepat, qira‟ah yang
enak dan suara yang merdu. KH. Subhan selalu membina santri dalam
melafalkan ayat-ayat Al Qur‟an, yang dilaksanakan setiap selesai sholat
subuh dalam kegiatan tartil al qur‟an.
Ini tentu adalah gambaran umum kecerdasan dan bakat Kiai
Subhan yang sudah disaksikan oleh alumni, santri dan masyarakat.
C. Fase Pendidikan
KH. Subhan Saifurruslan, sejak kecil hidup dilingkungan dan
iklim keagamaan yang kondosif, yakni di Desa padasan.
Mulai kecil beliau “KH. Subhan Saifurruslan” sudah belajar ilmu
agama di suatu mushollah kecil yang diasuh oleh KH. Iqrom yang
posisi rumahnya “Mushollah” tidak jauh dari kediaman KH. Subhan.
Semasa itu, kecerdasan dan kelebihan beliau sudah mulai
nampak, tidak hanya pada sisi intelektualitasnya yang mendukung
11
namun dari sisi pengabdian dan akhlaknya-pun sudah dapat
dipertanggung jawabkan.
Sebelum Hijrah ke Genggong, Kiai Subhan sempat mengenyam
lembaga pendidikan Dasar, yang kala itu di kenal dengan sekolah
Rakyat (SR). beliau tamat dari sekolah rakyat pada awal tahun 1959 M,
tapi beliau belum sempat mendapatkan ijazah SR, karena faktor
administrasi sekolah yang belum lengkap dan belum tertib dikala itu.
Menginjak usia tiga belas tahun kemudian KH. Subhan Saifur
Ruslan mulai menghijrahkan diri demi mengobati dahaganya yang haus
akan ilmu pengetahuan. Kemudian beliau memilih untuk menimba ilmu
di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo pada akhir
tahun 1959 M yang waktu itu diasuh oleh Alm. KH. Hasan Saifur
Ridzal putra dari KH. Moh. Hasan Bin Syamsuddin Bin Qoiduddin
Genggong Pajarakan Probolinggo. Tentunya sewaktu beliau menjadi
santri jelas tidak jauh berbeda dengan santri pada umumnya, yaitu selain
menimba ilmu juga mengabdi kepada Kiai dan Pesantren.
Kepada KH. Hasan Saifurridzal, beliau belajar ilmu Nahwu,
Shorraf, Balaghah, Mantiq, Aarud, Tauhid, Tafsir, Hadits, Fiqh,
Tasawuf dan Akhlak.
Waktu berselang cukup lama, sudah sekitar Empat belas tahun
beliau mondok (baca belajar) di Genggong, akhirnya memutuskan diri
12
untuk kembali kemasyarakat guna mengabdikan dirinya serta
mentransformasikan nilai-nilai intelektual yang beliau miliki pada
masyarakat. Akhirnya pada tahun 1973 beliau pulang ke Desa tempat
kelahirannya yaitu Desa Padasan.
Selang waktu beberapa bulan setelah pulang dari pondok ke Desa
tempat kelahiran yaitu desa Padasan. Selanjutnya pada bulan Oktober
Tahun 1973, beliau kemudian menikah dengan salah seorang perempuan
yang bernama Zuhra (Nyai Hj. Dewi Hamdana Bulqis) putri dari KH.
Ahmad Syadili tokoh masyarakat di Desa Padasan yang mimiliki surau
kecil yang ditempati ngaji oleh anak-anak tetangga dalam lingkup
Padasan.
Dari pernikahan beliau tersebut, maka beliau diberi amanah
untuk mengelola “langgar” yang sedang diasuh oleh mertuanya yaitu
KH. Ahmad Syadili. Dari situ akhirnya musholla (langgar) tersebut
dikelola dengan baik, sabar meladeni para santri, serta tanpa kenal
payah dan lelah dalam mengajarkan ilmu Allah kepada Santri.
Siang beliau menemani santri belajar, dan begitupun malam
beliau juga tetap setia meneladeni santri mencari ilmu Allah. Dari hal itu
kemudian membuahkan hasil yang baik, yaitu perwujudan pesantren Al
Barokah sebagai central off islamic knowladge, mewujudkan santri
13
bermental baja, sukses dalam peradaban masyarakat dunia global
dengan berbekal ilmu agama dan ilmu umum.
Berkat kesabaran pula, hal itu juga mengantarkan Kiai Subhan
menjadi seorang tokoh ulama‟ pejuang pendidikan, yang menata
pendidikan pesantren dengan penuh ketekunan dan kesabaran.
D. Nama Baru Setelah Haji
Ruslan adalah nama kecil dari KH. Subhan Saifurruslan, nama itu
sudah disandang sejak lahir hingga beliau dewasa.
Tak hanya di Padasan Desa tempat kelahirannya mengenal beliau
dengan panggilan Ruslan, di Genggong-pun beliau di panggil dengan
sebutan Ruslan.
Namun kenapa saat ini beliau lebih dikenal dengan panggilan
KH. Subhan Saifurruslan?
Nama ini adalah gelar dan pemberian dari sang Guru yaitu KH.
Hasan Saifurridzal. Dimana pada waktu itu, tepatnya pada tahun 1987-
1988 KH. Subhan Saifurruslan sedang melaksanakan ibadah haji. Dalam
waktu yang bersamaan dengan KH. Hasan Saifurridzal.
Ketika sedang berada di tanah Suci, KH. Subhan tidak mau jauh
dengan sang Guru, beliau ingin selalu dekat agar bisa mengambil
barokah, serta mampu mengabdikan dirinya pada sang Guru dalam
setiap waktu dan kesempatan.
14
Sehingga ketika sedang berada di Maktab, KH. Hasan
Saifurridzal menyematkan nama baru kepada KH. Subhan yaitu yang
semula adalah Ruslan, beliau diberikan nama baru yaitu KH. Subhan
Saifurruslan, termasuk juga pada Ibu Nyai Istri dari KH. Subhan yaitu
yang semula nama beliau adalah Zuhra, ketika ditanah suci, beliau
diberikan nama baru yaitu Hj. Dewi Hamdana Bulqis.
Inilah nama baru yang saat ini beliau lebih dikenal dengan
panggilan Kiai Subhan pengasuh Pondok Pesantren Al Barokah
Paddhesen, hal ini tidak lepas dari barokah dari sang Guru yang telah
memberikan nama pada beliau sewaktu ada ditanah suci.
15
PERJUANGAN DALAM MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN
A. Pesantren Al Barokah sebagai bukti otentik perjuangan Kiai
Subhan
Pesantren Al Barokah berdiri pada tanggal 5 bulan maret tahun
1974 bertepatan pada 5 Muharram 1395 H, yang letaknya sekitar 10
km dari keramaian pusat Kota Bondowoso, terletak di Desa Padasan
Kecamatan Pujer Kabupaten Bondowoso.
Kehadiran pondok pesantren Al Barokah telah menjadi pelita
bagi umat, karena berkat perjuangan Kiai Subhan mendirikan pondok
pesantren Al Barokah, sudah banyak dari sekian umat islam yang
merasa dibina dan terarahkan dalam menimba ilmu-ilmu agama dan
ilmu umum. Atau bahkan kehadiran pesantren Al Barokah telah
menghijrahkan umat dari lembah yang penuh dengan geming-geming
kegelapan menjadi umat yang hidup dalam kenyamanan dan penuh
dengan cahaya pengetahuan dan keislaman.
Hal tersebut tak patut terlupakan bahwa hal itu berkat perjuangan
Kiai Subhan yang sudah dengan sabar, ikhlas dan semangat yang tinggi
untuk mendirikan dan mengembangkan pesantren Al Barokah.
Pesantren Al Barokah sebagai panji cahaya bagi umat telah
membuktikan perannya sebagai lembaga pendidikan islam yang mampu
mencerahkan kehidupan umat. Hal itu dibuktikan dari banyaknya
16
alumni Pesantren Al Barokah yang memiliki peran penting dalam
kehidupan masyarakat.
Pesantren Al Barokah pada awal mulanya adalah sebatas tempat
mengaji “langgar kecil” yang diasuh oleh mertuanya yaitu KH. Ahmad
Syadili. Dari langgar kecil ini dengan proses yang cukup panjang, maka
dengan karunia Allah dan barokah dari Sang Guru yaitu KH. Moh.
Hasan bin Syamsuddin bin Qoiduddin Genggong dan KH. Hasan
Saifurridzal Genggong didatangilah KH. Subhan empat orang santri
yang semuanya datang dari luar desa padasan, mereka ingin berguru
serta menyerap pengetahuan yang dimiliki oleh KH. Subhan.
Dimasa itu, masih belum ada istilah pondok pesantren, yang ada
hanya langgar kecil tempat ngaji para santri, karena realitasnya waktu
itu masih belum ada bangunan pondok. Jadi Empat orang santri ini
tempat tidurnya Hanya sebatas di ruang kecil yang terbuat dari bambu.
Sama dengan santri pada umumnya, walaupun kuantitasnya
masih sedikit, namun pelajaran yang diterima oleh santri tersebut sama
dengan santri pada umumnya yaitu pagi setelah sholat subuh ngaji
qur‟an, siang belajar, dan maghrib juga belajar qur‟an dan isya‟ juga
belajar kitab.
Pada periode ini sistem pengajaran ilmu pengetahuan
dilaksanakan beliau dengan sistem ceramah dan praktikum langsung
17
melalui saluran sarana yang ada pada masyarakat. KH. Subhan Saifur
Ruslan memberikan pengajian ilmu Al-Qur'an dan Ilmu Fiqih atau
hukum syariat Islam serta Ilmu Nahwu yang memang menjadi
keharusan pondok pesantren mengaplikasikan ilmu-ilmu ini disamping
ilmu-ilmu yang lainnya. Sehingga dengan demikian para murid “santri”
dapat memiliki pengetahuan yang memadai.
Setelah beberapa bulan, mulailah dimasukkan ajaran dan nilai-
nilai agama islam yang lebih meningkat. Hal lainnya adalah pendalaman
ilmu agama melalui sistem pendidikan non formal. Pola pendidikan dan
pembinaan semacam itu dilakukan, baik kepada santri maupun kepada
masyarakat sekitar pesantren. Pengajian kitab dilakukan dengan
berbagai metode. Mulai dari bandongan, sorogan dan takhassus.
Sementara itu pemberian makna dalam pengajian kitab kuning
menggunakan bahasa Jawa karena Itba‟ pada Pesantren Zainul Hasan
Genggong tempat Kiai Subhan Mondok. Sehingga pesantren Al
Barokah merupakan pesantren yang mengkombinasikan Bahasa Jawa,
Madura dan bahasa Indonesia dalam menjelaskan dan menterjemahkan
kitab-kitab klasik yang dikajinya.
B. Upaya mendirikan sekolah formal dan non formal
Pondok pesantren yang telah berdiri ibarat batu karang di tengah
lautan, tetap tegar walau ombak menghempas datang. Ditengah-tengah
18
gelombang pergulatan dan perjuangan menjadikan pesantren agar lebih
maju dan berkembang serta menjadi lembaga yang benar-benar dapat
mengayomi masyarakat serta melahirkan generasi muslim yang mampu
berkiprah dalam peradaban masyararakat.
Lain dari pada itu, kehadiran pondok pesantren Al Barokah juga
menginginkan agar mampu mencetak kader-kader ulama‟ yang dapat
mentransformasikan nilai-nilai agama pada masyarakat, serta nilai-nilai
intelektual yang berasaskan pada dasar Negara yaitu Pancasila serta
amanah Undang-Undang Dasar 45 kepada seluruh tataran masyarakat
dengan bersandarkan pada Nilai-nilai Etika dan Akhlakul Karimah.
Inilah cita-cita suci yang menjadi harapan pesantren Al Barokah dalam
mengibarkan sayap mensyiarkan ajaran Islam dan pendidikan.
Pengasuh Pondok Pesantren ini pun, yaitu KH. Subhan tidak
pernah ketinggalan meski terbentur dengan bentuk-bentuk gerakan yang
lain serta aktifitas yang berjalan dalam keseharian beliau. Namun yang
menjadi tujuan dari beliau hanya satu yaitu bagaimana pesantren Al
Barokah menjadi lebih maju dan berkembang serta dapat merespon
tantangan peradaban zaman dan tuntutan masyarakat.
Beliau, Kiai Subhan Saifurruslan menekankan bahwa penanaman
Al Barokah bukan hanya sekedar nama yang dicetuskan untuk nama
sebuah pondok pesantren yang di nisbatkan pada kata Barokah. Namun
19
lebih dari itu ingin mengambil uswah sebagai wadah sarana pendidikan
yang mempunyai corak khas diantara sarana pendidikan yang ada waktu
itu. Yaitu untuk mencetak kader-kader penerus ajaran Rasulullah yang
tahan cuaca. Tidak mudah tergoncang bergantinya musim, era, Zaman
dan Model. Hati tetap erat kokoh merapat disisi Allah walau
bagaimanapun keadaanya. Badan kuat, serta mental tetap exsis menahan
godaan hidup. Inilah baru diaktegorikan Muslim Sejati, Santri masa
depan, harapan umat, agama, bangsa dan Negara.
Keberadaan Pondok Pesantren Al Barokah tidak lepas dari
konstruksi nilai-nilai internal pesantren serta kemasyarakatan yang mana
pada hakikatnya pesantren mencita-citakan suatu transendensi atas
perjalanan historisitas agama islam dan sosial. Hal yang menjadi titik
penting adalah kenyataan eksistensi pesantren sebagai salah satu pemicu
terwujudnya transformasi nilai-nilai religus dalam format pendidikan
islam serta koherensi sosial. Keniscayaan ini karena pesantren hadir
terbuka dengan semangat, meneruskan risalah Nabi Muhammad SAW
dengan kondisi kesederhanaan, kekeluargaan dan kepedulian sosial.
Berdirinya Pondok Pesantren Al Barokah memang bukan sekedar
untuk pemenuhan kebutuhan keilmuan para santri, melainkan juga
penjagaan budaya, penyebaran etika “akhlakul karimah” dan moralitas
keagamaan. Tak heran, pada periode pertumbuhan ini santri lebih
20
diarahkan agar lebih memahami bentuk aplikasi dari teori ilmu-ilmu
keagamaan yang mereka pelajari dalam kitab-kitab kuning. Sehingga
nantinya, para santri bisa mengamalkan „mengimplementasikan‟ teori
ilmu-ilmu keagamaan secara tepat dan benar ketika sudah terjun di
tengah-tengah peradaban masyarakat. Bentuk emplementasi ilmu
keagamaan tersebut diaplikasikan dalam bentuk pendampingan dan
pengabdian kepada masyarakat dengan konsep dan strategi tertentu.
Waktu siang maupun pagi para santri diajar langsung oleh KH.
Subhan Saifur Ruslan untuk mempelajari ilmu-ilmu Allah serta
mengaplikasikan bentuk-bentuk pengabdian baik itu pada Guru,
Pesantren lebih-lebih kepada Masyarakat. Jika malam mereka bersujud
khusyuk menanti dan memohon hidayat serta Ridho Allah, dan jika fajar
telah datang menyambutnya, mereka tersenyum cerah bagaikan
senyuman Para syuhada‟ yang telah memenangkan perang membela
agama Allah, karena dalam anggapan para santri jika fajar telah tiba
rahmat dan nikmat Allah telah datang, karena dalam menjalani malam
yang menjadi permohonan adalah agar mendapat nikmat dan rehmat
akhirnya nikmat dan rahmat itu tiba dipagi hari kaena mereka masih
diberi kesempatan memandang alam semesta dan menikmati pagi yang
cerah. Pendidikan semacam inilah, hasilnya ternyata cukup
21
mengagumkan dan ini telah dirasakan oleh Pondok Pesantren Al
Barokah.
Pengkajian ilmu pengetahuan pada periode ini mulai semakin
mekar dan dikembangkan dalam pola pendidikan santri, bukan lagi
hanya berkutat dalam skop ilmu pengetahuan agama saja, melainkan
santri juga mulai dibekali ilmu-ilmu umum, karena pada hakekatnya
ilmu agama dan ilmu umum yang tak dapat dipisahkan karena kedua
ilmu ini adalah merupakan bagian yang secara sentris dibutuhkan dalam
kehidupan bermasyarakat.
Disamping itu pembagian tugas antara Ustadz-ustadz / pengurus
yang ada semakin jelas, stag holder kepegurusan pesantren tidak hanya
berpusat kepada KH. Subhan Saifur Ruslan selaku Pengasuh melainkan
ada invasi nilai patriarki yang ada dalam pondok pesantren yaitu
ditekankan pada konsep-konsep demokratis. Kyai Subhan Saifur Ruslan
memegang kebijakan umum Pondok Pesantren serta ilmu-ilmu agama
yang diajarkan pada santri. Sehingga pada waktu itu, dibentuk pengurus
pesantren dan lembaga pendidikan seperti pada lembaga pendidikan
formal.
Pada masa kelahiran yang berlangsung pada awal mula
keberlangsungan Pesantren Al Barokah yaitu suatu masa dimana disitu
tertulis sejarah yang sangat novelis dan delematis yang diawali dengan
22
sebuah keinginan besar dari kiai subhan untuk mendirikan pesantren
yang akhirnya akan bermashlahah pada masyarakat secara umum.
Dalam fese kalahiran “pertama” tersebut, terdapat beberapa hal yang
patut digaris bawahi yang perlu direnungkan oleh para santri yaitu :
1. Ada kalanya pesantren Al Barokah mendatangkan suatu unsure yaitu
menelorkan kader-kader islam (ulama‟) yang dapat meneruskan
risalah Nabi Muhammad saw.
2. Ada kalanya Pesantren Al Barokah mendatangkan suatu unsur yaitu
melestarikan dan memberdayakan masyarakat.
3. Ada kalanya Pesantren Al Barokah lahir karena untuk memfasilitasi
masyarakat dalam bidang pendidikan.
4. Ada kalanya Pesantren Al Barokah lahir karena merupakan bagian
yang tidak dapat dielakkan lagi yaitu suatu tuntutan besar dari sang
guru Kiai Subhan yaitu Kiai Hasan Saiufur Ridzal Genggong
Probolinggo agar KH. Subhan Saifur Ruslan Mendirikan Pesantren.
Dengan demikian, terbentukalah suatu setting nilai dan
masyarakat berpendidikan. Karena pada awal mulanya di daerah
padasan tidak ada pesantren yang siap menyajikan pendidikan yang
sesuai dengan minat dan keinginan masyarakat serta tuntutan era
perubahan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang sesuai
dengan tuntutan zaman yaitu era modernisasi.
23
Dalam pada masa pertumbuhan ini, sebetulnya masa dimana pada
umumnya pendidikan islam pada umumnya telah menghadapi ruang
kontestasi dalam konteks pendidikan. Dan hal itu, juga menuntut
Pesantren Al Barokah untuk ikut menyelami ruang kontestasi tersebut
dengan cara menberikan pendidikan yang ideal sesuai dengan
kebutuhan, keinginan serta minat masyarakat.
Berkaitan dengan hal tersebut, pada tahun 1974 didirikanlah
sekolah klasikal yang pertama di Al Barokah yang di beri nama
Madrasah Ibtidaiyyah Al Barokah. Madrasah ini didirikan tidak lain
adalah sebagai bentuk respon terhadap tuntutan dan kebutuhan
masyarakat terhadap adanya lembaga madrasah. Madrasah ini, pada
awal mulanya hanya merupakan lembaga yang merupakan inisiatif
terhadap perkembangan dunia pendidikan agar masyarakat lebih mudah
menjangkau pendidikan formal.
Namun waktu belajar dalam lembaga ini tidak dilaksanakan pada
pagi hari akan tetapi dilaksanakan pada siang sampai sore hari mulai
dari jam 12.30 s.d. 17.00.
Pada awal mulanya lembaga ini hanya memiliki 6 Orang santri
yang keseluruhannya terdiri dari para santri yang menetap di pondok
dan santri yang colokan.
24
Berbicara tentang kepengurusan struktural dalam lembaga ini,
tentunya masih berbeda dengan kepengurusan lembaga pada era ini,
pada era tersebut struktur kepengurusan notabennya masih kurang
mapan, karena lembaga ini ibarat bayi yang baru belajar merangkak,
karena lembaga ini adalah merupakan lembaga pendidikan formal
pertama yang ada di pesantren Al Barokah. Adapun kepala Madrasah
Pada waktu itu ditangani langsung oleh Kiai Subhan.
Sebagai tindak lanjut Madrasah tersebut, pada tahun 1981 M
didirikan Madrasah Tsanawiyah, lembaga ini dimaksudkan sebagai
arena belajar untuk para siswa dan santri yang telah lulus dari Madrasah
Ibitidaiyah. Lembaga ini setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP).
Madrasah tersebut di huni sekitar 4 orang siswa, dan pada waktu
itu kepala Madrasah ditangani langsung oleh KH. Subhan Saifurruslan.
Karena dipandang bahwa dua lembaga ini masih merupakan
sarana pendidikan yang jauh dari maksimal dan para santri setelah lulus
dari MTs. merasa kesulitan untuk melanjutkan kejenjang lebih tinggi,
maka pada tahun 1987 M didirikanlah lembaga yang bernama Madrasah
Aliyah Al Barokah yang setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA),
lembaga ini didirikan sebagai sarana bagi masyarakat dan para santri
pada khususnya untuk meraih pendidikan ditingkat atas. Lembaga ini
25
pada awal mulanya di nahkodai oleh KH. Subhan Saifurruslan dibantu
oleh Alm. Drs. H. Moh. Nur.
Namun dari semua itu masih belum cukup karena lembaga-
lembaga yang ada di lingkungan pesantren Al Barokah, masih
merupakan lembaga pendidikan formal yang notabennya dalam
perspektif yang berbeda diasumsikan sebagai lembaga yang akan
mencetak kader-kader yang memiliki kemampuan umum, namum yang
perlu digaris bawahi bahwa lembaga-lembaga pendidikan formal seperti
Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah,
format pendidikannya sangat jauh berbeda dengan pola pendidikan masa
kini.
System pendidikan waktu itu lebih dititik beratkan pada
pembelajaran agama dengan memasukkan materi-materi keagamaan
secara sakral dan terpadu dan condong yang menjadi bahan ajar
keagamaan adalah ilmu-ilmu klasik yang telah diwariskan oleh salafus
shaleh. Seperti Fiqih, materi ajarnya memakai Kitab Fathul Qorib dan
Kitab-kitab lainnya, Nahwu dan Bahkan Ilmu Tafsir.
Lembaga spesifikal yang dimaksud penulis dalam jabaran di atas
adalah lembaga pendidikan Madrasah Diniyah, yang mana dilembaga
ini difokuskan pada pembelajaran ilmu agama sesuai dengan konsep
pesantren pada umumnya, yaitu didalammnya terdapat Ilmu Nahwu,
26
Sharraf, Fiqih dasar, Qowaid dan Ushulul Fiqh, serta Ilmu Mantiq dan
balaghah. Lembaga ini dirikan pada 1974 yang mana pada waktu system
kepengurusannya masih sentral dikomandoi oleh KH. Subhan
Saifurruslan dengan dibantu oleh pengurus-pengurus lainnya.
Jika dikembalikan pada salah satu cita-cita didirikannya
pesantren Al Barokah, yaitu sebagai pusant pemberdayaan Masyarakat,
maka pesantren Al Barokah mendirikan Majlis Ta‟lim Muslimin sebagai
pusat komunikasi dan musyawah dengan masyarakat. Dalam Majlis
Ta‟lim ini juga ditekankan pada pemahamanan keagamaan kepada
masyarakat serta mempererat tali silatur rahim sebagai bentuk
perwujudan dari insanul muslimin yang erat dan kokoh menjaga tali
persaudaraan. Lembaga Majlis Ta‟lim ini didirikan pada 1974 yang
mana tingkat kepengurusannya adalah berasal dari masyarakat dan wali
santri, yang mana pada waktu itu yang menjadi ketua adalah KH.
Subhan Saifurruslan dengan dibantu oleh beberapa orang pengurus
lainnya.
Akhirnya, dengan sekian keberadaan lembaga formal dan
nonformal yang ada dilingkungan pesantren Al Barokah, maka
ditutupalah periode pertumbuhan ini pada tahun 1987 yang ditandai
dengan adanya lembaga-lembaga pendidikan yang ada.
27
Pada periode pertumbuhan merupakan periode yang melahirkan
hal-hal yang menunjang terhadap perkembangan pondok pesantren Al
Barokah yaitu berdirinya lembaga pendidika-pendidikan formal dan
lembaga pendidikan norformal seperti sudah dijabarkan dalam kajian
sebelumnya. Namun dari periode tersebut masih dibuthkan invoasi nilai
agar menjadi lembaga yang lebih mapan dan mampu merespon tuntutan
masyarakat dalam konteks pendidikan.
Pada periode ini, ditata dengan sebuah formulasi gerakan atas
sebuah khazanah intelektual yang mumpuni dan berkualitas. Kenyataan
yang paling nampak dalam periode ini adalah kualifikasi keahlian
masing-masing santri, dan bahkan ada yang menjadi standar budaya
kaum santri. Sehingga para santri dalam benak hatinya selalu memiliki
beban tanggung jawab untuk senantiasa “tafaqquh fi al-din” memahami
dan mendalami ilmu agama yang nantinya akan ditunggu hasilnya oleh
masyarakat. Hal penting yang perlu digaris bawahi adalah bahwa pada
periode perkembangan ini, instink manajerial telah mampu
mengadaptasikan segala respon positif serta kreasi-kreasi inovatif.
Implementasi dari aktifitas tersebut selalu dijiwai petunjuk tentang
strategi melaksanakan tugas perjuangan lillahi ta‟ala.
Pendekatan kearifan dengan senantiasa melihat kondisi psikologi,
sosial dan kultural kaum santri. Selain itu juga dilakukan suatu
28
pendekatan komunikasi melalui lisan maupun teladan tindakan dalam
rangka transfer of value kepada santri. Tak kalah pentingnya
pengembangan kehidupan rasional yang selalu mengedepankan
eksplorasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi acuan dalam
pengembagan pondok pesantren.
Wal-Hasil, di satu pihak Pesantren Al Barokah diupayakan terus
menyesuaikan dirinya dalam konteks pergulatan zaman “era
modernisasi” serta maraknya ruang kontestasi lembaga pendidikan,
namun disitu tetap mempertahankan tradisi lampau “tradisional” di lain
pihak yaitu Ala Qodimi al Shalih. Dalam hal kepemimpinan pesantren
diterapkan kepemimpinan kolektif dan Demoktratis, yaitu pimpinan
pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan formal. Walaupun secara
struktural, kepemimpinan pondok dijabat oleh seorang pengasuh saja.
Akan tetapi dalam operasionalnya diterapkan kepemimpinan kolektif
dan Demokratis.
Di sektor pendidikan, santri terus diupayakan untuk tafaqqahu fi
al din. Dalam bidang keilmuan santri terus ditempa untuk menguasai
khazanah keilmuan klasik yang tertuang dalam kitab kuning yang juga
dipadukan dengan pengetahuan umum dan bahasa asing. Utamanya
mereka yang duduk dijenjang MI, MTs dan MA. Jadi, pola pendidikan
dan pembinaan pada periode perkembangan ini dilakukan secara
29
integral. Sehingga terjadi sebuah proses yang saling mendukung antara
program di Madrasah dan kegiatan internal Pondok Pesantren.
Meski diterpa berbagai kesibukan dan adanya waktu yang sangat
padat, KH. Subhan Saifur Ruslan tetap bisa mengurus pesantren dengan
baik. Pada Periode ini, pesantren sepertinya sudah menemukan jati diri
yang seutuhnya dan labih mengibarkan sayapnya sebagai lembaga
pendidikan Islam. Baik mengenai jumlah santri maupun pelayanan dan
pengembangan kemasyarakatan. Tokoh pesantren yang punya pemikiran
cemerlang ini tak hanya mendidik para santrinya agar mampu
memahami ilmu-ilmu agama namun juga menekankan pada santri untuk
memehami bahasa Asing dan tekhnologi.
Dalam bidang pendidikan, dilakukan pembenahan mulai dari TK
(Taman Kanak-Kanak) hingga Madrasah Aliyah dan Lembaga-lembaga
lainnya. Lembaga pendidikan (Madrasah) yang sebelumnya hanya
memiliki status terdaftar pada Masa ini menjadi Lembaga yang
Terakreditasi. Dengan peningkatan status ini, lembaga pendidikan
tersebut sudah dapat dikatakan sebagai lembaga yang unggul secara
kuantitas. Beberapa lembaga tersebut adalah Madrasah Ibitidaiyah yang
diakreditasi pertama pada tahun 2004 dan diresmikan melaksanakan
pembelajaran dan pendidikan pada Pagi hari karena mendapat tuntutan
dari instansi terkait seperti Departemen Agama agar melaksankan
30
kegiatan pembelajaran pada pagi hari, MTs Al Barokah yang
diakreditasi pertama pada tahun 2004, dan Madrasah Aliyah Al Barokah
yang diakreditasi pertama pada tahun yang sama yaitu 2004.
Pesantren juga menggalakkkan pengembangan bahasa asing.
perkembangan ini terlihat dengan berdirinya LPBI (lembaga
pengembangan bahasa Inggris) yang menjadi cikal bakal pendidikan.
Lembaga ini didirikan pada tahun 2004 yang diasuh oleh tutor yang ahli
dalam bidang Bahasa Inggris yaitu dari Pare Kediri. LPBI diharapkan
dapat menghidupkan ghirah berbahasa asing pada santri dan dalam
kehidupan berasrama (sebuah istilah untuk menunjuk tempat tinggal
santri sehari-hari). Sehingga diharapkan bahasa inggris akan menjadi
bahasa santri sehari-hari.
C. Pandangan dan Kebijakan Kiai Subhan dalam mengembangkan
Pendidikan
KH. Subhan sebagai sosok yang memiliki tekad besar untuk
mengembangkan pesantren, serta lembaga-lembaga pendidikan yang
ada dibawah naungan pesantren Al Barokah. Satu hal yang sering beliau
sampaikan baik pada santri ataupun pengurus “Al Barokah tidak boleh
berjalan ditempat”. Sungguh harapan, cita-cita dan keinginan yang besar
dalam berjuang mengembangkan pendidikan, telah mengantarkan Al
Barokah menjadi lembaga pendidikan Islam berbasis pesantren yang
31
diminati oleh masyarakat, baik dilingkup lokal ataupun melebar pada
wilayah tapal kuda bahkan luar jawa.
Dalam pandangan KH. Subhan Al Barokah harus memberikan
pendidikan multi pada masyarakat, yaitu pendidikan Ilmu Agama dan
ilmu Umum, hal itu dilakukan sebagai bentuk upaya mencerdaskan
masyarakat muslim, serta sebagai sarana pendidikan berbasis pesantren
bagi masyarakat. Dengan begitu maka, munculnya lembaga-lembaga
pendidikan di lingkungan pesantren Al Barokah tidak lain adalah karena
adanya prinsip yang kuat dari Kiai. Dan masyarakat-pun memiliki
sarana yang baik dalam bidang pendidikan. Inilah Al Barokah, yaitu
lembaga pendidikan islam yang berbasis Masyarakat.
KH. Subhan tidak pernah puas terhadap lembaga-lembaga
pendidikan yang ada, dalam artian Al Barokah masih harus terus
berbenah dan terus maju. Dari harapan yang begitu besar, beliau rela
mengorbankan tenaga, pikiran dan harta benda serta tidak pernah
merasa rugi demi kemajuan pendidikan.
Perhatian beliau terhadap lembaga-lembaga pendidikan amat
sangat begitu besar, beliau tidak pernah merasa capek dan bosan dalam
memantau, mengawasi dan mengevaluasi proses pendidikan yang
berjalan di lembaga-lembaga pendidikan, dari tingkat TK, MI, MTs,
MA, MADIN dan Lembaga-lembaga Non Formal seperti LPBI, dll.
32
Kebijakan dalam mengembangkan pendidikan, KH. Subhan
menjadikan Yayasan sebagai basis kepemimpinan yang bersifat kolektif
kelegial. Artinya bahwa pengurus yayasan dan pengurus lembaga
pendidikan, mempunyai porsi sama dalam menyatakan pendapat terkait
dengan pengembangan pondok pesantren. Dengan hal ini musyawarah
adalah salah satu yang mutlak diperlukan demi kepentingan dan
kemajuan pondok pesantren yang memakai regulasi ini. Selain
musyawarah, dalam hal ini perlu juga pengurus yayasan dan pesantren
mempunyai ikatan emosi yang cukup kuat antar pengurus. Artinya, KH.
Subhan dalam mengambil keputusan untuk pengembangan pendidikan
akan selalu dirapatkan dengan pengurus dan berdasarkan kesepakatan
pengurus.
33
PERANNYA DALAM MEMBANGUN SEMANGAT KEAGAMAAN
UMAT
A. Majlis Ta’lim Sebagai Strategi Mengokohkan Keagamaan Umat
Seiring dengan mainstream perkembangan sains dan teknologi
informasi atau yang dikenal dengan era globalisasi,10
Pesantren
dihadapkan pada beberapa perubahan sosial budaya yang tak
terelakkan.11
Arus globalisasi yang cendrung membawa tantagan
tersendiri bagi umat islam terlebih bagi pesantren, karena hal itu
berkaitan dengan peran dan fungsi pondok pesantren, agar mampu
melancarkan visinya sebagai lembaga pendidikan islam yang mampu
membentengi umat islam dari terjangan dan pengaruh kedatangan issu
globalisasi. Sebagai konsekuensi logis, hal tersebut harus direspon
secara mutualistis dan menuntut pesantren untuk berbenah diri menuju
penyeimbangan-penyeimbangan terhadap perubahan yang sedang
terjadi. Hal ini, tentu sebagai imbas dari retorika perkembangan zaman
yang menuntut umat islam untuk senantiasa mampu menghadapinya
dengan mental keagamaan yang kokoh.
10
Globalisasi berarti liberalisasi perdagangan dan investasi , regulasi, privatisasi, adopsi sistem
politik demokrasi dan otonomi daerah. Dengan kata lain globalisasi adalah neo-liberalisme yang
pada intinya membiarkan pasar bekerja secara bebas. Abd. A‟la, Pembaharuan Pesantren.
(Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2006), 7. Globalisasi secara sederhana dapat disebutkan dengan
satu kata : “mendunia”. Artinya, sistem kehidupan Internasional, lintas bangsa, negara, budaya dan
agama. Mastuhu, Sistem Pendidikan Nasional Visioner, (Tangerang:Lentera Hati, 2007), 9. 11
Kemajuan informasi-komunikasi telah menembus benteng budaya pesantren. Dinamika sosial-
ekonomi (lokal, nasional, internasional) telah mengharuskan pesantren tampil dalam persaingan
dunia pasar bebas (free market). Marzuki Wahid, (Eds.). 2001. Pesantern Masa Depan Wacana
Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren. (Jakarta:Pustaka Hidayah), 210.
34
Menyikapi hal tersebut tentu bukanlah sesuatu yang mudah,
tantangan demi tantangan untuk senantiasa mempengaruhi keagamaan
umat akan terus bermunculan baik itu dari yang bersifat konkrit maupun
dari yang bersifat abstrak. Dengan begitu maka perlu penyatuan visi
umat untuk senantiasa kokoh dalam berakidah dan beragama yaitu
dengan cara mempererat tali silaturrahim umat islam. Serta dengan cara
adanya pembinaan-pembinaan dari lembaga yang berwenang atau paling
tidak ada pendekatan personal dari kaum terpelajar muslim.
Dalam menyikapi issu di atas, Kiai Subhan bersama-sama dengan
masyarakat mendirikan lembaga Majlis Taklim. Lembaga ini berdiri
pada tahun 1974. Tujuan diberdirikan lembaga ini tidak lain adalah
sebagai media silaturrahim umat islam serta sebagai sarana untuk
mengokohkan agama dan akidah umat islam khususnya yang ada
diwilayah padasan.
Majelis taklim merupakan salah satu lembaga pendidikan
keagamaan khas Islam yang tumbuh subur di tengah-tengah masyarakat.
Lembaga ini hampir terdapat di setiap komunitas muslim yang
keberadaannya telah banyak berperan dalam pengembangan dakwah
Islam. Melalui majelis taklim, masyarakat yang terlibat didalamnya
dapat merasakan betapa keberadaan lembaga ini menjadi sarana
pembinaan moral spiritual serta menambah pengetahuan keislaman guna
35
meningkatkan kualitas sumber daya muslim yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT.
Jika dicermati, ternyata eksistensi majelis taklim sebagai sarana
dakwah dan tempat pengajaran ilmu-ilmu keislaman memiliki basis
tradisi sejarah yang kuat, yaitu sejak Nabi Muhammad SAW
mensyiarkan agama Islam di awal-awal risalah beliau. Bahkan hingga
kini keberadaan majelis taklim masih menjadi pilihan para pegiat
dakwah sebagai sarana paling efektif dalam melanjutkan tradisi
penyampaian pesan-pesan agama ke tengah-tengah umat tanpa terikat
oleh suatu kondisi tempat dan maupun waktu.
Majlis ta‟lim merupakan forum pengajian yang diperuntukkan
bagi masyarakat dan santri yang diselenggarakan satu minggu tiga kali
yaitu pada malam senin yang terdiri dari kaum muslimin, dan malam
selasa – jum‟at yang terdiri dari kaum muslimat. Majlis ta‟lim ini diikuti
oleh semua masyarakat sekitar yang dikemas dalam acara tahlilan dan
berzanji yang di dalamnya juga diselingi mauidloh hasanah tentang
pembahasan mengenai ilmu-ilmu agama.
Keberadaan Majlis Taklim Al Barokah telah benar-benar
memberikan manfaat yang bersar bagi masyarakat, karena dengan
adanya majlis taklim masyarakat memiliki kesempatan untuk menimba
36
ilmu agama serta menjadi silaturrahmi antar umat islam di desa Padasan
Kecamatan Pujer.
B. Dakwatul Islamiyah
Dakwah dalam Islam dapat diartikan sebagai menyampaikan
pesan Islam kepada manusia di setiap tempat dan waktu dengan metode-
metode dan media-media yang sesuai dengan situasi dan kondisi para
penerima pesan dakwah (khlayak dakwah)”.12
Dakwah tidak lain adalah
sebagai usaha-usaha perbaikan dan pembangunan masyarakat, dakwah
adalah sebagai usaha untuk mengarahkan masyarakat pada ajaran islam
yang benar, yang berarti memperjuangkan yang ma‟ruf atas yang
mungkar, memenangkan yang haq atas yang bathil.
Tolak ukur dalam berdakwah Islamiyah nerupakan suatu
kewajiban setiap manusia yang muslim. Dasar Al-qur‟an tersebut adalah:
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Dialah yang sangat mengetahui
siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih
mengetahui orang yang dapat petunjuk (QS. An Nahl : 125).
12
Muhyidin, A. dkk, 2002, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung : Pustaka Setia), 32
37
Dalam melaksanakan hal ini, KH. Subhan Saifurruslan berupaya
untuk senantiasa mengarahkan umat pada jalan agama yang benar. Tidak
lain yang menjadi tujuan beliau adalah ingin melanjutkan sirah Nabi
Muhammad SAW dengan cara memberikan pelajaran-pelajaran yang
baik dan benar, baik itu Pada Santri ataupun Pada Masyarakat secara
Umum.
Tentu dalam berdakwah KH. Subhan Saifurruslan berdasar pada
ayat Al Qur‟an :
Artinya : “... Dan Allah menyeru kepada manusia kepada jalan ke surga
dan ampunan dengan izin-Nya, dan dia menerangkan ayat-
ayatNya kepada manusia agar memperoleh pelajaran (QS.
Al Baqarah : 221).
Artinya :”Katakanlah,”Inilah jalan (agama)ku aku dan orang-orang
yang mengikuti ku mengajak ku mengajak kamu kepada
Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah dan aku
tidak termasuk orang-orang musrik”. (1997 : 365).
38
PERHATIAN DAN AJARAN KIAI SUBHAN TERHADAP SANTRI
A. Ajaran tentang Akhlak
Pesantren Al Barokah sebagai pesantren yang berdiri dan
berkembang di Wilayah Pinggiran Pusat Kota Kabupaten Bondowoso,
tentu memiliki karakter dan ciri khas tertentu dalam mendidik dan
membina santri.
Sementara ini karakter dan ciri khas yang paling menojol dari
pondok pesantren Al Barokah adalah perannya dalam menata, membina
dan mengarahkan Akhlak Santri. Sehingga dalam keyakinan masyarakat
Umum, Al Barokah dikatakan sebagai bengkelnya Akhlak. Hal ini tentu
tidak lepas dari peran figur sentral pondok pesantren yaitu KH. Subhan
Saifurruslan sebagai pengasuh pertama pondok pesantren Al-Barokah.
Dalam setiap tausiyah-tausiyahnya, selalu mengarahkan pada
santri untuk berbuat santun dan berakhlak mulia. Atau bahkan yang
menjadi harapan beliau, santri Al Barokah menjadi insan yang
berakhlak mulia, disamping memiliki ilmu yang barokah dan manfaat.
Dalam mengajarkan Akhlak, KH. Subhan Saifurruslan
menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan teoritis dan pendekatan
praktis. Pendekatan teoritis beliau ajarkan dengan pemberian materi-
materi akhlak kepada santri dengan cara mengajarkan kitab-kitab akhlak
39
baik yang diistilahkan sebagai kitab kuning (baca ; gundul), atau kitab
manan (baca ; kitab jenggot).
Pendekatan kedua yang beliau gunakan dalam upaya membangun
akhlak siswa ialah dengan cara pemberian contoh yang baik. Dalam hal
ini, beliau selalu berperilaku santun dan berakhlakul karimah yang baik
guna memberikan contoh yang baik kepada santri. Hal tersebut bukan
hanya dicontohkan pada santri tapi juga mengakar pada masyarakat
luas.
Beberapa ajaran akhlak yang diberikan Kiai Subhan kepada santri
antara lain :
1. Ajaran tentang Taubat
Mengingat pentingnya nilai taubah dalam hati seseorang,
maka mendorong Pondok Pesantren Al Barokah untuk melakukan
pembenahan, pembinaan akhlak kepada Allah santri dan masyarakat
sekitar Pondok Pesantren, karena secara tidak langsung Pondok
Pesantren mempunyai tanggung jawab moral terhadap
perkembangan masyarakat sekitar Pondok Pesantren, termasuk
tanggung jawab terhadap akhlak masyarakat sekitar Pondok
Pesantren. Kalau kita mengadakan penelitian terhadap orang-orang
yang beragama Islam, akan tetapi belum semua orang yang
beragama Islam beriman dan berakhlak terpuji.
40
Untuk membina dan membentuk akhlak santri kepada Allah
dan masyarakat sekitar telah diadakan pengajian yang mengajarkan
tentang taubah dan mengingat-ingat kehinaan diri kita dan yang telah
kita lakukan selama hidup kita, ajaran tersebut bersumber langsung
dari kitab kuning yang dibacakan oleh kyai sehingga masyarakat
bertambah mantap keIslamannya, juga dibacakan atau diajarkan suri
tauladan yang dicontohkan oleh ulama‟-ulama‟ terdahulu. Inilah
ajaran Kiai Subhan terkait dengan pembinaan Akhlak Santri.
2. Sabar
Sabar merupakan salah satu sifat terpuji yang perlu
ditanamkan dalam diri manusia, karena dengan sikap sabar dalam
menghadapi cobaan yang menimpanya, manusia tidak akan mudah
putus asa dalam menjalani masa hidupnya dan dalam menghadapi
rintangan yang menghalangi langkahnya menuju kebahagiaan hidup.
Dalam hal ini Kiai Subhan Saifurruslan juga menanamkan
sikap sabar atau tabah menghadapi cobaan yang diberikan oleh Sang
Maha Pencipta, yaitu melalui pengajaran kitab-kitab dan suri
tauladan yang dicontohkan dalam kisah-kisah para pejuang Islam
yang senantiasa tetap gigih dalam mempertahankan ajaran agama
Islam.
41
3. Syukur
Dalam pembinaan akhlak santri kepada Allah, Kiai Subhan
Saifurruslan berusaha semaksimal mungkin agar santri pesantren Al
Barokah sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu, agar santri
memahami segala nikmat yang telah diberikan Allah kepadanya
sehingga timbul keinginan atau kemauan untuk selalu mensyukuri
segala nikmat yang telah diterimanya.
Dalam hal ini Kiai Subhan mengarahkan kegiatan santri
dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, terutama belajar,
berdzikir dan sebagainya, sehingga santri benar-benar merealisasikan
rasa syukurnya dalam bentuk ibadah kepada Allah dengan sebaik-
baiknya.
4. Tawakkal
Dalam pembinaan akhlak santri kepada Allah santri dalam
segi tawakal ini, Kiai Subhan mengarahkan pengajaran kitab-kitab
yang diajarkan di Pesantren Al Barokah. Kitab-kitab yang diajarkan
berisikan materi tentang akhlak, seperti Ta‟limul Muta‟allim,
Taysyirul Kholak, „Idotun Nasihin, At-Tahliyah Wattarghib,
Nashoihul Ibad, dan lain-lain, serta didorong untuk mempraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari untuk mempraktekkan akhlak kepada
Allah, pesantren juga mengadakan sarana pendekatan diri kepada
42
Allah seperti yang saya jelaskan tadi. Untuk menjalin hubungan
dengan sesama manusia, pesantren memberi suri tauladan dengan
mengadakan kegiatan sosial dan menjalankan segala amal ibadah
dengan penuh keikhlasan tanpa merasa adanya keterpaksaan.
5. Ikhlas
Jika kita sudah beriman dan telah diucapkan secara lisan,
maka konsekwensinya dari keimanan, kita dituntut untuk
melaksanakan perbuatan apa yang telah kita imani. Demikian pula
kita beriman kepada Allah, di samping mengikrarkan di dalam hati
dan lisan kita juga dituntut untuk mengaplikasikan bentuk keimanan
kita dengan melaksanakan segala bentuk kegiatan ibadah baik yang
wajib maupun yang sunnah dengan rasa rela dan ikhlas.
Untuk menumbuhkan sikap ikhlas santri, maka santri
diupayakan untuk membiasakan diri dengan melakukan kegiatan
ibadah sehingga dengan terbiasa melakukannya santri tidak merasa
terpaksa dalam melakukan amal ibadah kepada Allah.
6. Rasa belas kasihan
Dalam membentuk rasa belas kasihan santri terhadap sesama,
Kiai Subhan Saifurruslan sering mengadakan pembinaan terhadap
para santri melalui pengajian dan kegiatan keagamaan disemua
sasaran, hal itu cenderung dikategorikan sebagai kegiatan upaya
43
untuk menuju atau menanamkan rasa keterikatan antara satu dengan
yang lainnya yang mana sering disebut sebagai tindakan sosial
kemasyarakatan yang dimasukkan dalam dakwah, tetapi juga sebagai
fungsi sosial lainnya, karena intinya adalah membangkitkan
semangat untuk hidup lebih layak sesuai dengan ketentuan agama
dan saling merasakan kepedihan yang dialami oleh orang lain,
disamping itu Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi‟in, salah satu
contohnya adalah meningkatkan kesejahteraan santri dan masyarakat
sebagai wujud dari rasa belas kasihan individu atau rasa kepedulian
individu atas sesamanya.
7. Rasa persaudaraan
Kiai Subhan Saifuruslan dalam memupuk rasa persaudaraan
antara santri dengan sesama santri dan atau dengan sesama manusia
yang lainnya melalui proses belajar mengajar yang dilakukan setiap
harinya, yaitu dengan memberikan materi pelajaran yang terdapat
dalam kitab-kitab Islam klasik. Materi yang diberikan adalah materi
yang mendukung tumbuhnya rasa persaudaraan juga diajarkan dalam
proses pengajaran yang dilaksanakan, hal itu dimaksudkan agar
santri memahami dan mengetahui bahwa rasa persaudaraan sangat
penting untuk ditanamkan dan dipupuk dalam jiwa setiap individu
44
dan juga agar setiap individu mampu mengaplikasikannya dalam
pergaulan antar sesama santri dalam lingkup pesantren.
Jadi dalam menanamkan rasa persaudaraan di pondok
pesantren juga telah diupayakan semaksimal mungkin melalui
pendidikan atau pengajaran tentang rasa persaudaraan yang di
tanamkan kepada peserta didik agar dapat membentuk pribadi yang
mampu menjalin hubungan persaudaraan dengan baik terhadap
sesama manusia.
B. Ilmu Yang Barokah Bekal Santri Hidup di Masyarakat
Pesantren Al Barokah berjalan dan berkembang seiring dengan
semangat dan perjuangan Kiai Subhan. Keberkembangan pesantren dari
masa ke masa seakan terasa seperti kilat yang menyambar. Dari hanya
sekedar lembaga pendidikan yang hanya berpusat di musholla, saat ini
meluas dengan banyaknya lembaga-lembaga pendidikan yang ada
didalam lingkup pesantren.
Namun demikian, yang menjadi harapan Kiai Subhan adalah agar
pesantren Al Barokah mampu menjadi lembaga pendidikan islam yang
bisa melayani masyarakat dalam sektor pendidikan. Pesantren Al
Barokah sekiranya mampu mendekatkan pendidikan pada masyarakat
yang pada mulanya masyarakat harus menempuh pendidikan (sekolah)
ke kota.
45
Harapan itu tidak hanya berhenti sampai pada batas itu, keinginan
utama Kiai Subhan mendirikan dan mengembangkan pesantren Al
Barokah adalah ingin meneruskan risalah nabi yaitu mencerdaskan umat
dan santri yang dibina agar memiliki ilmu yang barokah dan manfaat.
Dengan berbekal keikhlasan, Kiai Subhan istiqomah dalam
membimbing santri. Santri tidak hanya diajari ilmu agama dan ilmu
pengetahuan, namun santri juga diajari ilmu-ilmu kemandirian. Dengan
harapan agar santri ketika keluar (tamat) dari pesantren mampu
menerapkan ilmunya di masyarakat serta memiliki kemandirian dalam
menapaki kehidupan.
Ilmu yang bermanfaat dan barokah tentu menjadi harapan dari
setiap insan, dengan begitu maka yang selalu harapan dan cita-cita dari
Kiai Subhan adalah agar santri-santrinya memiliki ilmu yang barokah
dan manfaat, sehingga pada akhirnya santri akan membawa
kemashlahatan pada umat dan mampu menopang sumber daya manusia
umat islam.
D. Mendukung Santri Untuk Terus Melanjutkan Pendidikan
Sebagai seorang yang arif dan bijak, dan memiliki tekad besar
agar santri-santrinya sukses di Masyarakat, Kiai Subhan terus
memberikan dukungan dan semangat pada santri-santrinya untuk terus
belajar dan menempuh pendidikan. Asupan semangat dan motivasi
46
selalu beliau berikan baik itu pada santri ataupun pada alumni dalam
setiap kesempatan.
Berkat do‟a, dukungan, motivasi dan dorongan dari Kiai Subhan
banyak santri dan alumni pondok pesantren Al Barokah yang mampu
melanjutkan studi pada jenjang pendidikan tinggi dari tingkat S1, S2
sampai S3.
Bagi santri, beliau selain berperan aktif sebagai pembimbing,
pengarah, penyaring, peneliti, penasehat, koordinator dan
pengatur/pemenej pesantren, beliau juga berperan aktif sebagai
motivator (pendorong & penyemangat santri), inovator (pembaharu) &
dinamisator (penggerak) dalam kehidupan santri.
47
TAUSIYAH DAN PESAN MORAL
D. Tausiyah Untuk Keluarga
1. Anak Cucu Saya Harus Rukun dan Bersama-sama
mengembangkan pesantren
Keberadaan pesantren Al Barokah ibarat batu karang yang
kokoh, tagak berdiri yang tak peranah runtuh meski diterjang oleh
ombak besar. Namun, kekokohan tersebut tidak akan bertahan tanpa
ada kebersamaan dan kekompakan. Dengan begitu maka yang
menjadi harapan beliau adalah agar anak cucunya rukun dan
bersama-sama dalam mengembangkan pesantren Al Barokah.
2. Anak Cucu Saya harus terus belajar demi umat dan kemajuan
pesantren
Kiai Subhan mengharapkan dan mendukung anak cucunya
untuk melanjutkan pendidikan. Karena dengan melanjutkan
pendidikan, anak cucunya akan mampu memajukan pesantren, dan
tentu juga akan memberikan mashlahah pada umat.
3. Anak Cucu saya harus taat pada pesantren
Pesan ini sering disampaikan oleh Kiai Subhan sewaktu putra
putrinya masih nyantri di Pondok. Beliau sangat memesankan pada
putra putrinya untuk mendapatkan ilmu yang barokah, tidak harus
48
bertirokat, tapi yang terpenting adalah taat pada peraturan pesantren,
taat pada guru-gurunya, dan harus memuliyakan ilmunya.
4. Anak cucu saya harus niru saya dalam mengembangkan
pesantren, dan harus lebih dari saya
Beliau Kiai Subhan memiliki semangat dan jiwa besar dalam
mengembangkan dan memajukan pendidikan pesantren Al Barokah.
Dengan begitu maka beliau mengharapkan agar anak cucunya
memiliki semangat dan jiwa yang besar dalam mengembangkan
pesantren.
Tidak hanya sebatas itu, beliau juga berharap agar anak
cucunya memiliki semangat yang lebih dalam memajukan pesantren.
E. Tausiyah Untuk Pengurus dan Dewan Guru
1. Pengurus dan dewan guru agar disiplin, karena masa yang akan
datang adalah segalanya
KH. Subhan adalah sosok yang terkenal disiplin, kedisiplinan
telah beliau ajarkan pada pengurus, dewan guru serta para santri.
Beliau disiplin dalam mengajar, disiplin dalam ibadah dan beliau
juga disiplin dalam pengelolaan adminsitrasi pesantren. Pengajaran
disiplin ini yang telah beliau ajarkan, tentu patut menjadi sebuah
tauladan bagi semua unsur di pondok Pesantren Al Barokah.
49
2. Pondok Pesanten Al Barokah agar tidak ketinggalan dalam
segala sesuatu
Sebuah harapan besar dari beliau agar Pesantren Al Barokah
terus maju dan berkembang. Jadi dengan segala upaya dan usaha,
beliau terus berjuang untuk senantiasa keberkembangan dan
kemajuan pesantren Al Barokah. Beliau berharap agar pesantren Al
Barokah tidak ketinggalan dalam segala hal, Al Barokah dalam
harapan beliau agar mampu menyesuaikan diri dengan segala
tuntutan, baik tuntan itu berasal dari kebutuhan masyarakat terhadap
kemajuan pendidikan, ataupun tuntutan yang berasal dari instantsi
pemerintah pengelola pendidikan yang selalu mengadakan
pembenahan-pembenahan terhadap pendidikan Indonesia.
3. Saya Ingin Al Barokah kembali seperti pada masa saya masih
Aktif mengelola Pesantren
Kita tau bahwa Kiai Subhan sangat perhatian terhadap
kelancaran kegiatan pendidikan di Pesantren. Baik itu di lembaga
pendidikan Formal ataupun Non Formal.
Ghiroh beliau dalam memajukan pendidikan tidak hanya
sekedar ada keinginan tapi diwujudkan dengan bentuk perilaku yang
memberikan contoh kepada santri, guru dan seluruh jajaran
pengurus.
50
Keaktifan Kiai Subhan dalam mengajar, perhatian beliau
terhadap kekosongan kelas, dan bahkan beliau juga memantau
kegitan-kegiatan seperti senam. Dari peran dan langkah-langkah
seperti itu, kegiatan yang ada di Pesantren Al Barokah berjalan
dengan baik.
4. Guru jangan sampai terlambat mengajar
Belaiu adalah orang yang disiplin, rajin, tekun dan sabar
dalam mengelola pendidikan dan mengayomi santri. Sebagai
founding father pesantren Al Barokah, tentu yang diharapkan adalah
agar guru tidak terlambat dalam mengajar. Guru agar selalu tepat
waktu dalam mengajar, karena santri dan siswa niat datang ke
Pesantren dan Madrasah adalah untuk belajar, maka yang mengajar
“guru” harus tepat waktu dalam memberikan pelajaran.
5. Saya ingin agar pesantren lebih maju, semuanya gotong royong
saling bahu membahu demi kemajuan pesantren
Kerja sama dalam melaksanakan sesuatu adalah hal yang
sangat penting, karena kerja sama atau gotong royong adalah
element pentig dalam organisasi yang akan mengantarkannya
menjadi lebih maju dan berkembang.
Kiai Subhan adalah tokoh yang menjadikan gotong royong
atau kerjasama sebagai kekuatan dalam menata pesantren. Hal itu
51
berangkat dari masa awal mula berdirinya pesantren Al Barokah
sampai saat ini. Dengan demikian maka yang menjadi harapan beliau
adalah agar semua element di pondok pesantren, baik itu Pengurus
Yayasan, Pengurus Pesantren, Pengurus Lembaga, Alumni dan
Santri agar memiliki komitmen dan kerjasama dalam memajukan
pesantren Al Barokah.
6. Al Barokah tidak boleh jalan di tempat
Kiai Subhan Saifurruslan mengaharapkan agar Pesantren Al
Barokah harus terus berkembang menyesuaikan diri dengan tunutan
perkembangan ilmu pengetahuan.
Pengembangan-pengembangan yang ada harus bersifat
strategis, artinya pengembangan harus disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat.
F. Tausiyah Untuk Santri
1. Saya senang Santri Al Barokah bagus Akhlaknya, walaupun
sedikit ilmunya
Statemen ini didasarkan pada salah satu alasan kenapa Nabi
Muhammad SAW diutus ke Dunia, yaitu menyempurkanakan
Akhlak. Lain dari pada itu, argumen ini juga dilandaskan pada pesan
dan ajaran tentang Akhlak dari KH. Moh. Hasan dan KH. Hasan
Saifurridzal Genggong.
52
KH. Subhan dalam pandangan Masyarakat, Alumni dan
Santri, dikenal sebagai sosok atau tokoh yang berkahlak muliah,
bermoral agamis, dan beretika yang baik.
Ajaran beliau tentang akhlak, menekankan pada santri agar
santri Al Barokah tidak melepaskan akhlak, menjadikan akhlak
sebagai hal yang utama dalam menjalani kehidupan. Dimanapun
berada, santri harus tetap berakhlak. Akan menjadi apapun mereka
kelak, mereka harus tetap berakhlak. Harapan beliau ini tentu
menjadikan Akhlak adalah hal yang paling utama, karena akhlak
kaitannya adalah dengan Tuhan, Manusia dan Alam.
2. Santri Al Barokah adalah Santri Genggong
Pondok Pesantren Al Barokah adalah cabang ke 12 dari
Pondok Pesantren Zainul Hasang Genggong, dari 66 Cabang yang
ada.
KH. Hasan Saifurridzal yang sewaktu itu adalah pengasuh
Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, sering mengunjugi
santri-santrinya. Termasuk sering pula berkunjung ke KH. Subhan.
Termasuk dalam proses pembangunan Musholla pertama,
disaat KH. Hasan Saifurridzal hadir di Pondok Pesantren Al
Barokah, beliau mengajak masyarakat yang hadir untuk berdoa, agar
dilingkungan pondok Pesantren Al Barokah ada musholla untuk
53
santri dan masyarakat sebagai pusat ibadah dan pendidikan. Yang
akhirnya tak lama kemudian, Pesantren Al Barokah mampu
membangun Musholla.
KH. Hasan Saifurridzal Hadir ke Al Barokah yang ke 9
kalinya hadir ke Al Barokah, tepatnya sebelum beliau wafat, yaitu
pada acara Imtihan PP. Al Barokah, KH. Hasan menyatakan bahwa :
Santre Kaiyyeh neka Santreh Ginggung, Santreh Kaiyyeh neka
santreh Ginggung, Santreh Kaiyyeh neka e yorenge Kiyae Seppo
Ginggung, (Santri disini adalah santri Genggong, Santri disini adalah
santri Genggong, Santri disini ditangani dan diawasi oleh Kiai Sepuh
Genggong).
Dengan demikian, maka santri Al Barokah adalah santri
Genggong, santri Al Barokah adalah santrinya Kiai Moh. Hasan
Genggong, dan Wurud keilmuannya-pun bersambung kepada
Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong.
3. Santri Al Barokah Haram Mundur Satu langkah ketika
dibutuhkan Masyarakat dan Urusan-urusan Kebaikan
Pesan ini selalu beliau sampaikan pada santri dalam setiap
waktu dan kesempatan. Beliau yakin bahwa santri Al Barokah akan
mampu dan bisa menghadapi segala urusan yang berkaitan dengan
kebaikan dan kebenaran. Beliau yakin bahwa KH. Moh. Hasan
54
Genggong akan selalu mendampingi santri-santrinya. Dengan
demikian maka, KH. Subhan mengajarkan pada santri sebuah
kebenaranian dalam mengambil sikap yang berkaitan dengan
kebenaran dan jika sedang dibutuhkan masyrakat.
4. Siapa yang jahat pada gurunya, maka matinya tidak akan
membawa iman
Sebagai seorang santi tentu harus memuliyakan gurunya,
karena guru adalah pelita bagi santri, dan tentu akan mengantarkan
santri pada telaga kesejukan.
Dalam acara Haflatul Imtihan pada masa-masa pertumbuhan
Pondok Pesantren Al Barokah, KH. Hasan Saifurridzal sering hadir
dan memberikan ceramah serta tausiyah kepada masyarakat. Dalam
tausiyahnya, beliau menyampaikan suatu maqolah yang berbunyi :
Siapa yang jahat pada gurunya, maka matinya tidak akan membawa
iman.
55
Daftar Pustaka
A‟la, Abd., 2006. Pembaharuan Pesantren, Yogyakarta : Pustaka Pesantren
Anasom, 2006. Kyai, Kepemimpinan dan Patronase, Semarang: Pustaka Rizki
Putra
Dhofier, Zamakhsyari, 1982. Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup
Kyai, Jakarta: LP3ES
Dirdjosanjoto, Pradjarta, 1999. Memelihara Umat. Kiai Pesantren – Kiai Langgar
di Jawa Yogyakarta : LKis
Hadari, Nawawi, Kepemimpinan Menurut Islam, Yogyakarta, Gadjah Mada
University Press
Mas‟ ud, Abdurrahman, 2004. Intelektual Pesantren, Perhelatan Agama dan
Tradisi, Yogyakarta : LKis
Mastuhu, 2007. Sistem Pendidikan Nasional Visioner, Tangerang:Lentera Hati
Muhyidin, A. dkk, 2002, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung : Pustaka
Setia
Qomar, Mujamil, 2005. Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju
Demokratisasi Institusi, Jakarta, Erlangga
Wahid, Marzuki, (Eds.). 2001. Pesantern Masa Depan Wacana Pemberdayaan
dan Transformasi Pesantren. Jakarta:Pustaka Hidayah
Ziemek, Manfred, 1986. Pesantren dalam Perubahan Sosial, Jakarta : P3M
56
TENTANG PENULIS
Agus Fawait, dilahirkan di Bondowoso Jawa Timur tanggal
17 Juli 1987, anak ke tiga dari pasangan Bapak Abd. Hannan
Syahid dan Ibu Siti Zuhaimi. Pendidikan Dasar di selesaikan
di SDN Lojajar Tenggarang tahun 1999, dan kemudian
langsung nyantri di Pondok Pesantren Al Barokah Pujer. Usai
menamatkan Madrasah Tsanawiyah tahun 2002 dan Aliyah
tahun 2005 di Pesantren tersebut, ia kemudian melanjutkan
studinya (S1) di STAI At-Taqwa Bondowoso sambil mengajar
dan mengabdi di Pesantren Almamaternya. Lulus tahun 2010
dan meraih predikat Wisudawan berprestasi. Kemudian melanjutkan ke Program
Pascasarjana (S2) STAIN Jember lulus tahun 2012. Saat ini sedang
menyelesaikan pendidikan Doktor (S3) di Universitas Negeri Malang (UM).
Sejak masih di bangku kuliah, penulis aktif di oraganisasi intra dan ekstra
kampus serta organisasi sosial kemasyarakatan lainnya. Organisasi yang pernah ia
geluti di antaranya : BEM STAI At-Taqwa Bondowoso, PMII Komisariat At-
Taqwa Bondowoso, PMII Cabang Bondowoso, Pimpinan Redaksi Majalah Foice
Bondowoso, Pendiri Distira Bondowoso dan Pengurus LP. Ma‟arif NU Cabang
Bondowoso.
Saat ini aktif sebagai Dosen tetap di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)
At-Taqwa Bondowoso. Dan sebagai Tutor pada Program Pendidikan Dasar
Universitas Terbuka Jember.
Disamping kesibukannya sebagai Pendidik, penulis aktif dalam kegiatan
seminar dan pelatihan, baik sebagai peserta maupun pemateri, serta aktif dalam
kegiatan-kegiatan penelitian. Disamping itu, juga meluangkan waktu untuk
senantiasa bersahabat dengan pena. Diantara karya yang pernah di terbitkan
adalah : Eksistensi Rasio Manusia atas Realitas Tuhan di terbitkan oleh Distira
Islamic Studies. Jangan memandang Modernisasi dengan Mata Picek diterbitkan
oleh Foice Pers dan Hikmah Hari Raya Qurban juga diterbitkan oleh Foice Pers.
Kepimpinan Pesantren atara Tradisi dan Modernisasi, diterbitkan oleh At-Taqwa
Jurnal Kajian Pendidikan dan Keislaman (Jurnal STAI At-Taqwa Bondowoso).
Reinventing Kitab Kuning Sebagai Warisan Keilmuan Islam Nusantara,
diterbitkan oleh Islamic Akademika Jurnal Kajian Pendidikan dan Keislaman.
Transformasi Pengembangan Tradisi Pondok Pesantren, diterbitkan oleh Edu
Islamica. (Jurnal Pascasarjana IAIN Jember).
Adapun Buku yang akan di terbitkan adalah Pesantren dari Paradigma
Klasik Hngga Kontemporer.