31

Keterikatan terhadap hukum syara’

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Keterikatan terhadap hukum syara’
Page 2: Keterikatan terhadap hukum syara’

Hukum Syara’ adalah Khitbah Syari’ (Seruan Allah sebagai pembuat hukum) yang berkaitan dengan amal perbuatan hamba (manusia), baik itu berupa ketetapan yang sumbernya pasti (qath’i tsubut) seperti Al-Quran dan Hadits Mutawatir, maupun yang ketetapan yang sumbernya masih dugaan kuat (Zhanni tsubut) seperti hadits yang bukan tergolong mutawatir.

Page 3: Keterikatan terhadap hukum syara’

| Wajib (Jika dikerjakan berpahala dan apabila ditinggalkan berdosa) | Sunah (Apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan apabila ditinggalkan tidak berdosa) | Mubah (Pilihan, boleh dikerjakan atau

ditinggalkan) | Makruh (Meninggalkannya lebih utama daripada mengerjakannya) | Haram (Jika dikerjakan berdosa dan bila ditinggalkan akan mendapatkan pahala) |

Page 4: Keterikatan terhadap hukum syara’
Page 5: Keterikatan terhadap hukum syara’
Page 6: Keterikatan terhadap hukum syara’
Page 7: Keterikatan terhadap hukum syara’
Page 8: Keterikatan terhadap hukum syara’

Merupakan makhluk yang memiliki akal dan potensi kehidupan (hajat ‘udhawiyyah dan gharizah). Dalam hidupnya manusia ingin meraih kehidupan yang tentram dan bahagia. Untuk meraih semua itu manusia tidak terlepas dari perbuatan dan benda. Agar kebutuhan manusia dapat terpenuhi dengan baik, manusia memerlukan aturan. Aturan yang baik adalah yang dapat menyelamatkan manusia di dunia maupun akhirat.

Page 9: Keterikatan terhadap hukum syara’
Page 10: Keterikatan terhadap hukum syara’
Page 11: Keterikatan terhadap hukum syara’
Page 12: Keterikatan terhadap hukum syara’
Page 13: Keterikatan terhadap hukum syara’
Page 14: Keterikatan terhadap hukum syara’
Page 15: Keterikatan terhadap hukum syara’
Page 16: Keterikatan terhadap hukum syara’
Page 17: Keterikatan terhadap hukum syara’
Page 18: Keterikatan terhadap hukum syara’

“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya (TQS. An Nisaa’ : 65).

Page 19: Keterikatan terhadap hukum syara’

2.Syarat Diterimanya Amalan Orang Mukmin

Perbuatan yang dilakukan tidak sejalan dengan sunnah Nabi saw atau tidak sejalan dengan syariat Islam, maka perbuatan itu tertolak.

Page 20: Keterikatan terhadap hukum syara’

Imam al-Baghawiy, Ma’aalim al-Tanziil (Tafsir al-Baghawiy), juz 8, hal. 176

وقال فضي����ل ب����ن عياض "أحس����ن عمال" أخلص�ه وأص�وبه. وقال: العم�ل ال يقب�ل حت�ى ا ص��وابًا الخال��ص: إذا كان لل��ه يكون خالص��ً Imam Fudlail bin ‘Iyadl menyatakan, “Imam Fudlail bin.والصواب: إذا كان على السنة’Iyadl mengatakan, ”ahsanu ’amalan” adalah ”yang paling ikhlash” dan yang paling benar”. Ia berkata, ”Perbuatan tidak akan diterima hingga amal itu ikhlash dan benar. Ikhlash adalah jika amal itu ditujukan hanya untuk Allah, sedangkan benar adalah jika amal itu sesuai dengan sunnah”. [Imam al-Baghawiy, Ma’aalim al-Tanziil (Tafsir al-Baghawiy), juz 8, hal. 176]

Page 21: Keterikatan terhadap hukum syara’

“Barangsiapa berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka sesungguhnya itu untuk (Keselamatan) dirinya sendiri ; dan barang siapa tersesat, maka sesungguhnya (Kerugian) itu bagi dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, tetapi

Kami tidak akan menyiksa sebelum Kami mengutus seorang Rasul.(TQS. Al-Isra’ : 15)

Page 22: Keterikatan terhadap hukum syara’

“Maka apakah kalian mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kalian secara main-main (saja), dan kalian tidak akan kembali kepada Kami?” (TQS Al Mu'minuun, 23:115)

Page 23: Keterikatan terhadap hukum syara’
Page 24: Keterikatan terhadap hukum syara’
Page 25: Keterikatan terhadap hukum syara’
Page 26: Keterikatan terhadap hukum syara’
Page 27: Keterikatan terhadap hukum syara’
Page 28: Keterikatan terhadap hukum syara’

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa

(TQS. Al-Imran [3] : 133)

Page 29: Keterikatan terhadap hukum syara’

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :“Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir”.

(HR.Muslim)

Page 30: Keterikatan terhadap hukum syara’

“Akan tiba suatu masa ketika itu orang yang berpegang teguh dengan agamanya seperti halnya orang yang sedang menggenggam bara api”.

(HR. Tarmidzi)

Page 31: Keterikatan terhadap hukum syara’

#TaatTanpaTapiApalagiKataNanti