13

Click here to load reader

Agama dan Kebudayaan (Pendidikan Agama Islam)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Agama dan Kebudayaan (Pendidikan Agama Islam)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Swt yang telah melimpahkan kenikmatan serta taufiq dan hidayah-Nya kepada kita. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad Saw, kepada keluarganya, para sahabatnya, tabi’it tabi’in, juga kepada kita selaku umatnya sampai akhir zaman. Mudah-mudahan kelak kita mendapatkan syafa’atnya, amin ya robbal ‘alamin.

Inilah makalah hasil-hasil ringkasan materi dan ditambah dari berbagai sumber buku dan media elektronik ( internet ),  untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam yang membahas Nilai-Nilai Dasar Tentang Kebudayaan, yang tentunya dalam penyusunan makalah ini, Banyak sekali kekurangan dan kesalahan. Untuk itu kami mohon kepada dosen pembimbing, juga kepada rekan-rekan mahasiswa untuk memberi kritik, saran, dan perbaikan untuk menambah ilmu dan wawasan dalam penyempurnaan makalah ini dan makalah yang akan datang.

Terima kasih kami ucapkan kepada dosen Ibu Parida Apriani Hrp S.Hi, M.Pdi telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian tugas makalah kelompok ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami dan bagi semua pembaca dan menjadikan ilmu. Amiin

Wassalam,

Page 2: Agama dan Kebudayaan (Pendidikan Agama Islam)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama dan Kebudayaan adalah dua hal yang sangat berbeda. Agama selalu dikatakan bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa, Penguasa Alam Semesta beserta segala isinya, sedangkan kebudayaan adalah produk manusia. Penggabungan kata agama dan kebudayaan, akan melahirkan agama kebudayaan dan kebudayaan agama. Keduanya sangat berbeda.

Agama kebudayaan adalah kepercayaan tentang Tuhan yang berasal dari kebudayaan. Timbulnya kepercayaan ini, karena manusia dihadapkan kepada misteri tentang kehidupannya di muka bumi ini. Manusia merasakan ada sesuatu yang mengatur dunia ini. Siapa? hingga hari ini merupakan misteri yang hanya terjawab secara ideasional yaitu yang disebut Tuhan. Contoh seperti ini adalah aliran kepercayaan dengan berbagai istilah dan aliran seperti dinamisme, animisme.

Sedangkan kebudayaan agama justru sebaliknya. Kebudayaan agama bersumber dari agama yang kemudian melahirkan kebudayaan-kebudayaan, baik dalam tataran ide maupun material dan perilaku. Dalam konsep ini, manusia tidak perlu lagi mencari Tuhan, manusia harus menerima adanya Tuhan. Contoh kebudayaan agama ini adalah munculnya rumah-rumah ibadah, cara hidup bagi yang beragama Islam disebut islami, bagi yang beragama Kristen disebut kristiani dan seterusnya.

Lalu bila ada pertanyaan, mana yang lebih dahulu ada kebudayaan atau agama? Pertanyaan ini tidak dapat disamakan dengan mana terlebih dahulu ada telur atau ayamnya. Pastinya jawabannya adalah kebudayaan. Kebudayaanlah yang lebih dahulu ada daripada agama. Bukti-bukti mendukung pendapat ini, hingga saat ini masih ditemukan yaitu masih ada masyarakat yang belum beragama, namun mempunyai kebudayaan.

2.1 Pembatasan Masalah

Dalam pembahasan makalah ini penyusun membatasi pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Pengertian Agama2. Agama Dalam Perspektif Budaya3. Nilai-Nilai Dasar Islam Tentang Kebudayaan4. Agama Islam Sebagai Sumber Kekuatan

3.1 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan  makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Agama Islam dan diharapkan dapat membantu para mahasiswa memahami lebih dalam lagi tentang Masalah Agama dan Budaya.

Page 3: Agama dan Kebudayaan (Pendidikan Agama Islam)

BAB II. PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Agama

Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta āgama  yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan ber-religi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama merupakan  sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Agama juga dapat diartikan A = tidak, gama = kacau. Agama sama dengan tidak kacau, sama dengan tentram. Atau masih dalam pengertian yang senada dalam bahasa yang lebih sederhana, agama bertujuan memberi ketentraman kepada pengikutnya (umat manusia) yang dikaitkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu (KUBI, 1995).

Secara umum, ada yang mengatakan bahwa agama langit/ samawi merupakan ajaran atau syari’at dari Tuhan yang diturunkan dengan jalan wahyu, diturunkan kepada manusia melalui wahyu. Adapula yang mengatakan definisi agama secara umum adalah kepercayaan yang suci yang terkumpul dalam suatu set prilaku yang menunjukkan ketundukan pada suatu Dzat, kecintaan, hinaan keinginan dan kekaguman. (muqoronatul adyan KMI Gontor)

Mukti Ali berpendapat bahwa ada tiga argumentasi yang dapat dijadikan alasan dalam menanggapi statemen “Barangkali tak ada kata yang paling sulit diberikan pengertian dan defenisi selain dari kata agama.”.

Pertama karena pengalaman agama adalah soal batin dan subjektif. Kedua barangkali tidak ada orang yang begitu semangat dan emosional daripada membicarakan agama. Karena itu, membahas arti agama selalu dengan emosi yang kuat dan yang  ketiga  konsepsi tentang agama akan dipengaruhi oleh tujuan orang yang memberikan pengertian agama.

Secara terminologi dalam ensiklopedi Nasional Indonesia, agama diartikan aturan atau tata cara hidup manusia dengan hubungannya dengan tuhan dan sesamanya.  Dalam al-Qur’an agama sering disebut dengan istilah ad-din. Istilah ini merupakan istilah bawaan dari ajaran Islam sehingga mempunyai kandungan makna yang bersifat umum dan universal. Artinya konsep yang ada pada istilah din seharusnya mencakup makna-makna yang ada pada istilah agama dan religi.

2.1 Agama Dalam Perspektif budaya

A. Asal Mula Kebudayaan

Kata kebudayaan dalam bahasa Indonesia, berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, kata ini bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Maka dengan demikian kebudayaan dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Maka kebudayaan adalah segala hasil dari cipta, karsa dan rasa (Koentjaraningrat, 19: hal 80).

Page 4: Agama dan Kebudayaan (Pendidikan Agama Islam)

Definisi tentang asal mula kebudayaan menurut beberapa ahli :

E.B. Tylor, kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, tata cara dan kemampuan apa saja lainnya, kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Leslie White, kebudayaan adalah suatu kumpulan gejala-gejala yang terorganisasi yang terdiri dari tindakan-tindakan (pola-pola perilaku), benda-benda (alat-alat; atau benda-benda yang dibuat dengan alat), ide-ide (kepercayaan dan pengetahuan) dan perasaan-perasaan (sikap, ‘nilai-nilai’ yang semuanya tergantung pada penggunaan simbol-simbol (Lawang, 1985:109-110).

Kemudian ada lagi yang mendefisikan kebudayaan adalah suatu yang lahir karena adanya pergaulan manusia. Ia merupakan suatu kumpulan yang termasuk di dalamnya adat istiadat, ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, achlak, hukum dan tiap-tiap kesanggupan serta kelakuan manusia yang dijelmakan oleh manusia sebagai anggota dalam suatu pergaulan masyarakat. Dalam pengertian ini kebudayaan termasuk way of life dan way of thinking manusia. Dalam pengertian ini kebudayaan termasuk kebudayaan “materi” dan kebudayaan “rohani” (Rahmat, 1961:27).

Malinowski, terbentuknya kebudayaan manusia dikarenakan dalam kehidupannya, manusia berhadapan dengan persoalan-persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian dari persoalan tersebut, terutama dalam kaitan upaya manusia untuk mempertahankan kehidupannya. Inilah awal terbentuknya kebudayaan.

Adapun yang menjadi unsur utama pembentukan kebudayaan ini adalah unsur memenuhi kebutuhan minim, lalu untuk mempertahankan kondisi yang dianggap sudah lebih baik dan menguntungkan ini, maka selanjutnya manusia membuat kondisi buatan. Kondisi buatan inilah yang kemudian disebut kebudayaan dalam bentuk sederhana (Susanto, 1977:146).

Pandangan lain dikemukakan oleh Koentjaraningrat. Menurut Koentjaraningrat (1975:11), kebudayaan adalah seluruh total dari pikiran, karya dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya, karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah melalui suatu proses belajar.

Koentjaraningrat kemudian membagi unsur kebudayaan atas tujuh unsur yang bersifat universal:

1. Sistem relegi dan Upacara Keagamaan.2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan.3. Sistem pengetahuan.4. Bahasa.5. Kesenian.6. Sistem mata pencaharian hidup.7. Sistem teknologi dan peralatan.

Page 5: Agama dan Kebudayaan (Pendidikan Agama Islam)

Sistem ini dikatakan bersifat universal karena bukan hanya dimiliki oleh satu suku bangsa saja, tetapi dimiliki juga oleh suku bangsa lain, baik suku bangsa yang masih primitif maupun suku bangsa yang sudah moderen. Perbedaan yang mendasar terletak pada kadarnya. Pada masyarakat suku bangsa yang masih primitif kadar kualitas kebudayaan tersebut sangat longgar, sedangkan pada suku bangsa yang sudah moderen kadar kualitas kebudayaan itu sangat ketat dan kompetitif. Faktor perbedaan kadar ini menurut Malinowski, dikarenakan dalam kehidupannya, manusia berhadapan dengan persoalan-persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian dari persoalan tersebut, terutama dalam kaitan upaya manusia untuk mempertahankan kehidupannya. Inilah awal terbentuknya kebudayaan.

Jadi berdasarkan pendapat Malinowski ini, apapun yang dilakukan manusia untuk tetap survival adalah kebudayaan.

Bagian yang paling sulit berubah adalah bagian yang pertama yaitu sistem relegi dan upacara keagamaan. Memang ada orang yang pindah agama, menukar kepercayaannya, tetapi persentasenya sedikit sekali, bila dibandingkan dengan perubahan sistem teknologi dan peralatan.

Ketujuh unsur diatas dapat dikembalikan ke dalam 3 wujud (Koentjaraningrat. 1975:15):

1 Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan- gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan dan sebagainya. Wujud ini bersifat abstrak, tidak dapat diraba atau difoto. Wujud ini hanya ada dalam alam pikiran dari warga masyarakat dimana kebudayaan yang bersangkutan hidup.Dengan semakin berkembangnya teknologi, kebudayaan idel ini banyak sudah tersimpan di dalam buku-buku, arsip, rekaman-rekaman tape. Kebudayaan ideal ini disebut juga adat tata kelakuan.

2 Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitet kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud kedua ini disebut juga sistem sosial, yaitu mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia berinteraksi, beerhubungan, serta bergaul satu dengan lainnya setiap waktu. Wujud kedua ini bersifat konkret, terjadi disekeliling kita, bisa diobservasi, difoto dan didokumentasikan.

3 Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ketiga ini disebut kebudayan fisik, yaitu berupa seluruh total dari hasil fisik dari aktifitas, perbuatan dan karya manusia.

Ketiga wujud ini dalam kehidupan sehari-hari tidak saling terpisah. Kebudayaan ideal dan adat istiadat mengatur dan memberi arah kepada perbuatan dan karya manusia. Dalam posisi seperti ini, agama termasuk ke dalam sistem relegi dan upacara keagamaan atau masuk ke dalam wujud ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma dan peraturan-peraturan. Walaupun dalam sasarannya antara agama dan kebudayaan berbeda. Agama sasarannya

Page 6: Agama dan Kebudayaan (Pendidikan Agama Islam)

akhirat dan kesejahteraan rohanian di dunia, sedangkan kebudayaan sasarannya kebendaan di dunia yang nilainya diperhitungkan di akhirat (Gazalba,1988:103).

B. Hubungan Agama Dan Kebuyaan

Pakar antropologi A.L. Kroeber dan C. Kluckhon dalam sebuah artikelnya yang masyhur “Culture : a Critical Review of Concepts and Definition” yang terbit pada tahun 1952 telah menganalisis dan mengklasifikasi 179 definisi kebudayaan. Prof. H.A.R. Tilaar mwngatakan bahwa hakikat dan inti dari kebudayaan itu adalah “manusia”, dengan kata lain kebudayaan adalah ciri khas manusia. Hanya manusia yang berkebudayaan. Dalam kajian islam, penyebab utama mengapa manusia memiliki keistimewaan itu disebut karena “akal manusia yang kreatif”, yang mampu membuat gagasan-gagasan inovatif untuk mengubah dan menyempurnakan apa yang telah berhasil dilakukan dan dialaminya. Hal demikian tidak dapat dilakukan makhluk lain termasuk malaikat. Oleh karena itu yang mendapat mandate sebagai “Khalifah Allah di bumi” adalah manusia.

Terdapat masalah isu lama dan menjadi bahan polemic antara para ahli dan menimbulkan pro-kontra, yakni masalah : Apakah agama yang menjadi bagian dari kebudayaan. Ataukah kebudayaan yang menjadi bagian dari agama ?. bagi para antropolog dan sejarawan umumnya menganggap bahwa agama itu merupakan bagian dari kebudayaan (religion is a part of every known culture). Karena memandang kebudayaan sebagai titik sentral kehidupan manusia, dan mereka tidak membedakan antara agama / kepercayaan yang lahir dari keyakinan masyarakat tertentu, dengan agama yang berasal dari wahyu tuhan kepada Rosul-Nya. Sedangkan para agamawan, pada umumnya memandang agama sebagai sumber titik sentrak kehidupan manusia, terutama yang ada kaitannya dengan system keyakinan (credo) dan system peribadatan  (ritus). Agama mempunyai doktrin-doktrin (pokok-pokok ajaran) yang mengikat pemeluknya, diantara doktrin tersebut ada yang bersifat dogmatis (inti keyakinan), yang tidak mungkin ditukar dengan tradisi dan system kebudayaan yang berlawanan. Meskipun demikian, dalam agama terdapat koridor yang memungkinkan adanya penyesuaian atau penyerapan antara agama dengan tradisi dan budaya yang berlaku di suatu masyarakat. Disana terjadi proses saling mengisi, saling mewarnai dan saling mempengaruhi.

Hubungan antara agama dan kebudayaan memang tidak selalu harmonis. Sedikitnya ada empat kategori hubungan antara agama dengan kebudayaan, dengan meminjam formulasi  Prof. G. Van Der Leeuw sebagai berikut :

1. Agama dan keudayaan menyatu.2. Agama dan kebudayaan renggang.3. Agama dan kebudayaan terpisah.4. Agama dan kebudayaan saling mengisi.

Dengan demikian menjadi jelas, bahwa hubungan antara agam adan kebudayaan tidak bersifat statis, tetapi berkembang secara dinamis dalam perjalanan sejarah. Walaupun pengamatan Prof. G. Van Der Leeuw tadi mencerminkan pengalaman dari masyarakat Barat modern, namun pengamatan itu dapat kita ambil manfaat juga dalam mempelajari perkembangan di Negara kita.

Page 7: Agama dan Kebudayaan (Pendidikan Agama Islam)

C. Islam Mencakup Agama Dan Budaya

Kebudayaan atau peradaban terbentuk dari akal budi yang berada dalam jiwa manusia. Karena itu bentuk kebudayaan selalu ditentukan oleh nilai-nilai kehidupan yang diyakini dan dirasakan oleh pembentuk kebudayaan tersebut yaitu manusia. Kebudayaan atau peradaban yang berdasar pada nilai-nilai ajaran islam disebut kebudayaan islam. Dalam pandangan ajaran islam, aktivitas kebudayaan manusia harus memperoleh bimbingan agama yang diwahyukan oleh Allah SWT. Melalui para nabi dan rasulnya.

Manusia pada dasarnya tidak mungkin dapat mengetahui seluruh kebenaran, bahkan tidak memiliki kemampuan untuk menentukan semua kebaikan dan keburukan. Hal ini bisa dibuktikan dengan perbedaan tata nilai yang beraneka ragam dalam kehidupan bangsa-bangsa di dunia. Suatu hal yang dianggap baik dan terpuji oleh bangsa dalam Negara tertentu, sebaliknya hal itu dianggap sesuatu yang buruk dan tercela disuatu bangsa dan Negara lain. Akal dan fikiran manusia tidak mampu menentukan semua kebaikan atau keburukan, karena itu banyak hal yang dianggap baik oleh akal fikiran ternyata buruk menurut agama. Banyak hal yang dianggap buruk oleh akal fikiran manusia, justru dianggap sesuatu yang terpuji menurut agama.

Dengan demikian, agar kebudayaan terlepas dari jalan yang sesat dan sebaliknya mengikuti jalan yang benar dan terpuji, maka harus dilandasi oleh ajaran agama.

3.1 Nilai Nilai Dasar Islam Tentang Kebudayaan

Umat islam sejak sejarah perkembangannya yang paling awal sampai pada masa kini, telah banyak menyumbangkan karya-karya besar bagi kehidupan dunia yang merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban mereka. Dalam budaya intelektual umat islam banyak melahirkan tokoh-tokoh besar dibidang ilmu pengetahuan agama, seperti lahirnya tokoh-tokoh aliran dalam ilmu kalam dan karya-karya mereka, tokoh-tokoh dibidang syariat dan fiqih dikenal dengan imam-imam madzab, seperti hanafi, maliki, hambali dan syafi’i. Dalam bidang filsafat juga melahirkan para tokoh dari kalangan filsof muslim, seperti al-Kindi, al-Farabi, al-Razi, , Ibnu Rusyd, dan sebagainya. Dalam bidang tasawuf melahirkan tokoh-tokoh besar, seperti Haris al-Muhasibi, Ibnu Arabi, Dzunun al-Misri, Rubai’ah al-Adawiyah, Al-Ghazali, dan beberapa tokoh lain.

Selain melahirkan tokoh-tokoh besar dalam berbagai bidang tersebut diatas, dalam pengembangan sains dan teknologi juga melahirkan beberapa tokoh, antara lain: Muhammad al – Khawarizmi, ahli matematika, Abu yusuf ya’qub dibidang fisika, ibnu sina dibidang kedokteran dan berbagai tokoh lain yang jumlahnya sangat banyak.

Kebudayaan islam yang melahirkan banyak ahli yang disebutkan diatas diilhami dari ayat-ayat al-Quran dan sunnah Rasulillah s.a.w karena itu keduanya merupakan sumber ilmu pengetahuan. Nilai kebudayaan islam yang harus terus dikembangkan dan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, antara lain: [1]Bersikap Ikhlas. [2]Berorientasi Ibadah. Dan ke[3] Semata-mata untuk kemaslahatan umat Islam.

Page 8: Agama dan Kebudayaan (Pendidikan Agama Islam)

4.1 Agama Islam Sebagai Sumber Kekuatan Kebudayaan Islam

Al-Quran memiliki posisi yang amat vital dan terhormat dalam masyarakat muslim di seluruh dunia. di samping sebagai sumber hukum,pedoman moral,bimbingan ibadah dan doktrin keimanan,Al-Quran juga merupakan sumber peradaban yang bersifat Historis dan Universal. Dari enam rukun iman yang diyakini umat islam,ada dua yang tidak gaib, yaitu sosok Nabi Muhammad sebagai sosok Historis dan Kitab suci Al-Quran yang bisa kita baca dan kaji kandungannya. sosok Nabi Muhammad pun bisa disebut Gaib dalam pengertian kita tidak hidup sezaman dan hanya mampu membaca dan memahami sebagian kecil saja dari keseluruhan riwayat hidupnya.yang juga sangat menarik direnungkan, begitu kita membuka dan membaca ayat suci Al-Quran, Al-Quran sendiri menyuruh pembacanya untuk mengaitkan pesan dirinya dengan teks-teks kauniyah, yaitu wahyu tuhan yang terhampar dalam jagat semesta. tidak hanya ayat semesta, Al-Quran juga menyuruh kita mengintegrasikan pesannya dengan ayat-ayat nafsiyah dan tarikhiyah, yaitu hukum Allah (sunatullah) yang tertulis dalam diri manusia dan dalam hukum sejarah.dengan demikian, terjadi hubungan dialektik dan saling menafsirkan antara wahyu yang tertulis dalam mushaf Al-Quran (ayat kitabiyah) dan ayat yang terhampar dalam jagat semesta (ayat kauniyah) dan wahyu tertulis dalam diri manusia (ayat nafsiyah) serta wahyu yang bekerja melalui hukum sejarah (ayat ijtima’iyah- tarikhiyah).peradaban islam akan tumbuh dan berdiri kokoh manakala mampu mengintegrasikan sumber kekuatan ini.

Page 9: Agama dan Kebudayaan (Pendidikan Agama Islam)

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Kata agama dan kebudayaan merupakan dua kata yang seringkali bertumpang tindih, sehingga mengaburkan pamahaman kita terhadap keduanya. Banyak pandangan yang menyatakan agama merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi tak sedikit pula yang menyatakan kebudayaan merupakan hasil dari agama. Hal ini seringkali membingungkan ketika kita harus meletakan agama (Islam) dalam konteks kehidupan kita sehari-hari.

2. Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT dengan perantara wahyu yang di berikan kepada nabi Muhammad SAW untuk disebarkan untuk umat manusia dan kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta dan masyarakat.

3. Agama merupakan sumber kebudayaan dengan kata lain kebudayaan bentuk nyata dari agama islam itu sendiri.

4. Budaya hasil daya cipta manusia dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi yang dimilikinya. Dan pada pra islam banyak yang mengandung atau berbau keislaman.

4.1 Saran

Demikianlah makalah yang kami buat, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca.

Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Page 10: Agama dan Kebudayaan (Pendidikan Agama Islam)

Daftar Pustaka