Click here to load reader
Upload
esp-indonesia
View
866
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
© Plan
CLTS DI
PLAN INDONESIA
www.plan-international.org Promoting child rights to end child poverty
By Eka Setiawan (WES Advisor)
© Plan
Sekilas tentang Air Sanitasi(WES) Plan Indonesia
• Dana hibah sebesar $ 2,347,013, untuk 4 (empat) tahun proyek “WES” di desa 97 desa (291 dusun) di9 Kab. dilakukan semenjak January 2005:- Proyek #1: Sanitasi hygiene & air aman; - Proyek #2: Air Minum dan penyehatan lingkunganmasyarakat – CLTS & AMPL- Proyek #3: Pendidikan sanitasi & hygiene disekolah
Hasil pencapaian Utama:• 136 sistem supply air masyarakat terkonstruksi• 16,497 toilet keluarga terkonstrucksi (melalui TSC)
di tahun 2004-2006 • 6 desa ODF (bebas BAB sembarangan) untuk
24,000 orang (melalui CLTS) • Menerbitkan “Percik Yunior” sejak 2005 (AMPL)• Resource center www.digilib-ampl.net• dll.. dll…
+ AMPL Digital Library
© Plan
Kebumen PU
Surabaya PU
Dompu PU
Kupang PU Soe PU
Kefa PU
Jakarta (CO)
Grobogan PU
Rembang PUJeneponto
Sikka PU
KALIMANTAN
MALAYSIA
BRUNEI
SINGAPORE
MALAYSIA
AUSTRALIA
PAPUA
SULAWESIMALUKU
SUMATRA
Lembata PUJAVA
BALI
PACIFIC OCEAN
CELEBES SEA
TIMOR SEA
INDIAN OCEAN
SOUTH CINA SEA
Introduction (2): Where do WES Work In Plan Indonesia?
Selayar
Pacitan
Note: Plan works @ Program Unit (PU) = 10-15 years
Note: CLTS di implementasikan ke seluruh PU semenjakbeberapa tahun yang lalu
© Plan
Mengapa CLTS penting?
•100,000 anak meninggal setiaptahunnya karena diare (Depkes RI, 2007)
• 111 Juta masyarakat (47%) masihBAB sembarangan (ISSDP, 2006)
• Negara merugi Rp 58 trilliun per tahun karena sanitasi yang buruk(Menteri Pekerjaan Umum, 20/4/09)
Courtesy, Catur Grobogan
Overview di Plan Indonesia (susenas& Plan RD)
Improved Water improved to SanitatioKebumen* 60% 62%Surabaya* 70% 50%Grobogan* 62% 40%Rembang* 66% 52%Dompu* 68% 42%Sikka* 48,2% 36,3%Kefamenanu* N/A N/ASoe* N/A N/ALembata** 45% 40%
BAB sembarangan di satu komunitas >60%
© Plan
Bagaimana cara mengatasi BAB sembarangan “yang banyak” di Plan Area?
Sebelum tahun 2006 TSC (total sanitation campaign). Dengansubsidi untuk memicu kepemilikanjamban
Hasil: tingginya investment, namuntidak menyeluruh merubah perilaku(masih banyak yang BAB sembarangan)
Semenjak 2007 CLTS (sendiri, hanya menggunakan Plan Staff yang melakukan trigerring)
Hasil: 100% Bebas BAB Sembarangan, namun denganWaktu Lama 1-2 tahun
e.g. Kebumen (1), Dompu (1)
Semenjak 2008 CLTS (bersamadengan duty bearer/Pokja AMPL ):
- memicu/advocacy Kabupaten
- membentuk tim CLTS kecamatan/desa
Hasil: 100% ODF, dengan waktu 3-6 months. Komitmen kuat Kabupaten.
e.g. Lembata (2), Grobogan (2)
© Plan
• Pengenalan, menekankan pada:- keberadaan kami hanya untuk belajar- tidak ada bantuan yang diberikan
• Membuat peta sanitasi desa: secara partisipatif
• Transect walk: walk of shame. Melihat langsungkeadaan desa
• Pemicuan:- privasi & harga diri (jika kaum wanita yang BABS)- Rasa jijik- penyebaran penyakit (kaki lalat di air minum)- dll.. dll…
Seperti apa CLTS?1/2 (setengah) hari proses pemicuan! Dilakukan oleh facilitator yang telahmengikuti pelatihan ToT.
Polisi tai anak-anak di Grobogan (monitor)
© Plan
Yang terjadisetelah CLTS?• Komitmen membuatjamban, sukarela darimasyarakat -> Inilah yang harus di followed up olehfacilitators
• Masyarakat mulai membuatsarana sanitasi danmenggunakannya (TIDAK ADA SUBSIDI)
• Setelah 100% ODF, Plan memberi penghargaandengan membuat deklarasiODF (mengundang Bupati/ AMPL Jakarta, pers)
© Plan
Tantangan dalam CLTS• Amat sangat bergantung dari keahlian facilitator yang melakukan
pemicuan langsung ke masyarakat Maka? Membutuhkan pelatihan TOT yang baik, contact STBM Secretariat
• Hanya efektif jika duty bearer dilibatkan monitoring, Maka? Melibatkan AMPL
- butuh advocacy roadshow ke Bupati/Pemerintahan Kabupaten sebelummenjalankannya (AMPL Pusat biasanya membantu)
- butuh tim CLTS tingkat kabupaten/kecamatan/Desa, Jika belum ada harusdibuat.
• Karakterisitik desa yang Resistance (pola pikir bahwa sanitasi itumahal dan butuh subsidi, kebiasaan, kesulitan teknis geographis) Maka? Perlu strategi pemicuan berbasis pembelajaran pengalaman sebelelumnya(STBM Secretariat)
• Tidak semua dusun (dalam satu desa) memiliki kecepatan yang samamencapai ODF. Butuh monitoring yang intensif
• Kecenderungan kembali ke BAB Sembarangan setelah ODF, jikatidak ada follow up/monitoring mengimplementasikan pilar 2-5 STBM
© Plan
Thank you