Upload
susilo-aam
View
1.225
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
Ben Susilo
M. Najib Amanullah
DARI KAMI UNTUKMU
Persembahan untuk Ibuk Tercinta
Penerbit
Ben’SA Publisher
2
DARI KAMI UNTUKMU
Oleh:
Ben Susilo
M. Najib Amanullah
Copyright © 2012 by Ben Susilo and M. Najib Amanullah
Penerbit
Ben’SA Publisher
Website : www.bensusilo.co.cc
E-mail : [email protected]
E-mail 2 : [email protected]
Desain Sampul & Layout :
Ben Susilo
Diterbitkan melalui:
www.nulisbuku.com
3
PROLOG
Terima kasih ibuk atas segala cinta dan
sayangmu. Atas segala ketulusanmu mendidik kami
anak – anakmu. Kami tak akan sanggup untuk
membalas segalanya. Bahkan dengan darah yang
mengalir ini habis oleh kerasnya kehidupan.
Waktu kian terus berjalan. Memberi sebuah
harapan baru dan jalan baru. Kini engkau tak lagi
semuda dulu, tak lagi sebugar dulu. Sudah cukup
lama kau arungi samudera kaehidupan ini bersama
sang raja dan kesatria – kesatria tokoh dalam dunia
dongengmu.
Semoga semua kan selalu abadi. Bak mentari
yang kan selalu membagi sinarnya untuk kehidupan
di muka bumi ini. Kalian orang tua kami selalu
menerangi tiap langkah kaki kecil kami
Engkau memang sosok baru bagiku.
Belumlah lama ku kenal dekat denganmu. Dulu kau
ku kenal sebagai pendidikku, pengajarku di sekolah.
Kini semua tak lagi sama. Panggilan Bu Guru yang
dulu selalu ku lontarkan kini pun berganti. Menjadi
panggilan yang sebelumnya terasa sangat sacral
bagiku. Ya… Ibuk, aku tak pernah berfikir akan bias
memanggil lagi sapaan itu setelah ia pergi jauh tanpa
berpamit padaku dan meninggalkan pesan
terakhirnya untuk buah hati mungilnya ini.
4
Diri ini tahu dan sadar betul. Ia memang tak
tergantikan oleh apapun dan siapapun. Namun yang
ku tahu, kini aku lebih jelas mengingat wajahmu dari
pada wajah bidadari yang melahirkanku dan
memberiku kehidupan di dunia.
Cukuplah itu bagiku tuk mengobati rasa
rinduku akannya. Cukuplah bagiku kini aku dapat
seperti anak lain yang dapat memanggil ibuk mereka
kapan pun mereka ingin. Aku tak berharap lebih
selain ibuk, selain keikhlasanmu menerimaku. Dan
ku tahu pasti, kau telah memberikannya kepadaku
selama ini. Tak kan sanggup aku tuk membalas
semua. Selamat ulang tahun ibuk, esok 12/12/2012.
Hanya sebuah rangkaian kata – kata yang tak
sempurna yang sanggup ku persembahkan. Untukmu
ibukku tercinta. Untuk keluarga keduaku yang selalu
membimbingku. Terma kasih kepada kalian, juga
Tuhan yang menjadikan kalian orang tua – orang
tuaku. Semoga Allah membalas segala ikhlas dan
tulusmu kepada kami, anak – anakmu.
Blora, 02 Desember 2012
Penulis,
Susilo
5
BERENANG GAYA KEUPUK
Cerpen Oleh : Ben Susilo
“Mas nanti ayo renang ya ? Adek pengen bisa
renang mas...” Ajak Aam berusaha membujuk
kakaknya.
“Mmmm... Mas masih ngantuk dek. Apa adek nggak
ngantuk tadi malam habis begadang nonton EURO ?”
Sahut Susilo, kakaknya Aam.
“Ya ngantuk sih mas, tapi nanti kalau sudah masuk
ke kolam kan jadi hilang... hehe.” Kata Aam tak
habis kata untuk membujuk kakaknya.
“Tadi malam adek tidur sebelum pertandingan
bolanya main kan ? hayo ngaku..?”
“Hehe... iya” jawab Aam sambil tertawa kecil.
“Tapi sayang ya mas, kemarin kita jatahnya nonton
EURO memang harus di TV yang kecil.”
“Makanya, kemarin yang minta TV besar di kamar
Ibuk dipindah ke depan siapa ? Adek kan ?”
“Iya mas, tapi kok nggak bisa ya ?” Tanya Aam
penasaran.
“Katanya Ibuk kita kan Duo Cungkring, memang kita
takdirnya dapat jatah yang kecil – kecil dek...
6
hahaha.” Jawab Susilo sambil tertawa meledek
adiknya.
“Ayo... Duo Cungkring sarapan dulu kalau mau
renang.” Kata Ibuk sembari mempersiapan
perlengkapan untuk dibawa ke tempat renang. Aam
dan kakaknya pun bergegas untuk sarapan sebelum
mereka berangkat.
Disela mereka menyantap hidangan sarapan,
mereka tak lepas dari obrolan – obrolan dan gurauan.
Bahkan tak jarang mereka saling mengejek cungkring
satu dengan yang lain.
“Sesama cungkring jangan saling mengejek.”
Kata Ibuk menengahi mereka.
“Saya nggak ngejek Buk, hanya mengepaskan saja...
hehe.” Jawab Aam.
“Dasar cungkring.” kakaknya membalas ejekan
adiknya.
“Sudah – sudah jangan ejek – ejekan terus, sarapanya
cepet dihabiskan nanti kesiangan lho berangkatnya.”
Kata Ibuk. Kemudian mereka berdua pun segera
menghabiskan santap pagi mereka. Tak lama
kemudian mereka bergegas berangkat ke Kampoeng
Bluron.
“Mas bisa berenang gaya apa ?” Tanya Aam
ditengah perjalanan.
7
“Gaya apa aja bisa. Gaya kupu – kupu, gaya
punggung, gaya batu pun mas bisa dek... hahaha.”
Jawab kakak Aam sembari tertawa.
“Bener Mas ? Nanti adek ajari ya mas.” Aam
meminta untuk diajari berenang oleh kakaknya.
“Okey cungkring, gampang.”
“Adek bisa gaya renang apa ?” Tanya kakaknya
ke Aam.
“Hehe... belum bisa renang mas. Bisanya Cuma gaya
batu, jadi langsung tenggelam... hahaha.” Jawab Aam
sambil bergurau.
“Dasar... Pasti adek bisa gaya kerupuk ya ?”
“Kok tahu mas ?” Aam sangat penasaran.
“Soalnya adek ringan kayak kerupuk... hahaha.”
“Ah... mas gitu. Katanya Ibuk sesama cungkring
nggak boleh mengejek lho mas.” Kata Aam.
“Lho, mas nggak ngejek. Cuma ngepaskan aja dek.”
“Ah... iya iya. Mas juga kecil kayak aku. Pasti juga
bisanya gaya kerupuk.” Balas Aam.
“Udah tak bilangin tadi, mas kan bisa gaya apa aja...
yeee.”
“Yang bener...?” Tanya Aam tidak yakin.
‘‘Ya nanti adek lihat aja sendiri di sana.”
“Okey...” Sahut Aam sangat bersemangat.
Keasyikan mengobrol sepanjang perjalanan,
tidak terasa mereka telah tiba di tempat yang mereka
tuju. “Wah dek, kok masih sepi.” Kata kakak Aam.
8
“Iya ya mas.”
Setelah mereka perkir di samping pintu masuk,
kemudian mereka melihat spandul yang ditempelkan
di dekat tempat parkir itu. “Lho dek, bukanya jam
sembilan ini baru jam setengan sembilan.”
“Waaah... kita kepagian dong mas.”
“Hahaha... Ya udah dek, kita beli tiket masuknya
dulu siapa tahu nanti langsung dibuka.”
Akhirnya mereka pun ke petugas tiket dan
segera membeli tiket masuk. “Mas, kok belum buka
sih jam segini ? Bisa di buka sekarang nggak mas ?”
Tanya kakak ke petugas.
“Mmm...” Petugas terlihat sedang berfikir.
“Ayolah mas dibuka, nggak kasihan adiku mas ? ntar
kalau nunggu lama malah tambah kecil lho.” Katanya
sambil bergurau.
“Ya sudah mas, boleh masuk.” Petugas akhirnya
mengijinkan untuk masuk.
Sesampai di kolam, suasana di sana nampak
sepi sekali. Biasanya terdengar suara gemericik air,
kali ini masih sepi belum terdengar apa – apa. Hanya
ada Aam dan kakaknya
“Mas, kolam ini milik kita sekarang, nggak ada
orang lain.” Kata Aam.
“Nanti kolamnya bawa pulang ya biar bisa renang di
rumah.” Sahut kakak.
“Emang bisa mas ?” Tanya Aam.
9
“Ya nggak bisa lah, gimana cara bawanya ? sudah
sekarang ganti baju, kita renang gaya kerupuuuuk...
hahaha.”
Akhirnya mereka berdua mulai menyeburkan
badan ke dalam air. Kolam itu pun tidak terlalu
dalam, sekitar satu setengah meter dalamnya. Aam
mencoba mengayunkan tangan, berharap untuk bisa
berenang. Ia nampak bersemangat. Mungkin dia
merasa ringan karena tubuhnya yang kecil.
Sementara kakaknya, menyeburkan diri ke kolam
sambil melompat dari pinggir kolam. Byurrr.... suara
air terdengar ketika tubuh menimpa air kolam. Ia pun
berenang kembali ke pinggir.
“Aduuuh...” Rintihnya.
“Mas kenapa ?” Tanya Aam merasa heran.
“Bibirnya mas membentur lantai kolam.” Kata kakak
sambil menunjukkan gusinya yang luka.
“Wah, kasihan mas ya.” Ejek Aam.
“Ayo adek diajarin mas berenang.”
“Oke mas.” Sahut Aam dengan semangat.
Akhirnya mereka berdua pun kembali masuk ke
dalam kolam. Aam kembali berlatih berenang,
sementara Kakaknya mengawasi sambil menahan
rasa perih pada gusinya.
“Adek coba ayunkan tangan perlahan, santai saja.”
Himbau kakak Aam mengajari adiknya.
10
Mereka terus melakukanya hingga tak terasa
matahari sudah cukup tinggi dengaan sinarnya yang
cukup terik. Tempat itu pun mulai ramai pengunjung.
Aam masih terlihat semangat berlatih.
“Adek nggak capek ?”
Aam hanya menggeleng – gelengkan kepala.
“Mas lihat...!!!” Teriak Aam.
Ia pun menunjukkan ke Kakaknya bahwa ia sudah
bisa berenang. Meski masih belum piawai,
setidaknya ia bisa berenang beberapa meter.
“Wah... bagus dek. Akhirnya adek bisa juga renang
gaya kerupuk... hahaha.”
“Hahaha... ayo mas sini.” Teriak Aam dengan
gembira.
Kakaknya pun ikut bergabung bersama Aam
yang masih belum nampak kelelahan. Mereka
berenang ke sana – ke mari tanpa menghiraukan
pengunjug lain. Akhirnya setelah meras lelah, mereka
pun menepi di pinggir kolam. Berjemur di bawah
matahari yang terik.
“Sudah yuk dek, ganti baju terus pulang. Yang
penting adek sudah bisa berenang gaya kerupuk
sekarang...”
“Oke... kalau mas renangnya kaya kapuk ya mas...
haha.” Jawab Aam sambil bercanda.
11
Setelah bilas dengan air bersih dan ganti
pakaian, mereka pun segera meninggalkan tempat itu.
Mereka tidak dapat menyembunyikan raca lelah
setelah berenang cukup lama. Tak seperti ketika
perjalanan berangkat, kini mereka tak begitu banya
bicara. Namun mereka tetap merasa gembira,
terutama Aam yang kini sudah bisa berenang gaya
kerupuk.
12
PIJAT ANTAR TULANG
Cerpen oleh : M. Najib Amanullah
Hari itu, najib dan kakaknya tengah duduk
santai di pinggir kolam, mereka menikmati
suasananya. Tiba-tiba najib bertanya pada kakaknya
"Mas berarti kalau capek di semarang pijat kakinya
sendiri?" tanyanya.
"iya, nah mumpung masih di Blora mas dipijat
dong?" balas kakaknya.
"Tapi aku gak bisa pijat" balas Najib.
Pada hari rabu, guru olah raga najib pak
rochim mengajari cara memijat kaki. Najib sangat
bersemangat belajar karena ia ingin memijat
kakaknya ketika ia pulang nanti.
Esoknya, ia menunjukkan cara memijat kaki
yang diajari gurunya,"wah berartin kalau bapak dan
ibuk capek gak usah manggil tukang pijat dong,
tinggal manggil kamu saja jib hehe..." canda ibuk.
“Boleh tapi bayar Rp 10.000 tiap pijat lho.” Balas
Najib tak mau kalah.
Esoknya, ia bangun pagi sekali, karena hari
itu saatnya seluruh umat muslim di dunia wajib
melaksanakan ibadah puasa. Ia sahur dengan telur
dan sosis, hari-hari ia lewati dengan tidur, sebab hari
13
itu adalah hari libur sekolah. Hari dua puluh tiga
ramadhan, saudaranya datang ke rumahnya. Esoknya
kakaknya pulang ke gedongsari, esa tempat tinggal
Naib sekeluarga. Ia langsung memijat kakaknya.
Kakaknya kesakitan, lalu ia berkata "aneh… masak
tulang mijet tulang, ini namanya pijat antar tulang!!!
udah dek sakit" seru kakaknya.
"kemarin yang nyuruh siapa ? sekarang dipijat kok
gak mau" balas Najib.
"Tapi bunyinya ketak - kletuk" kata mas Sus.
"Gak apa-apa" kata Najib.
14
AZAS DEMOKRASI
"Banyak kekurangan yg ada padaku. Aku
belum bisa menjadi ibuk yang baik. Untuk itu jangan
terlalu berharap ke Ibuk." Kira - kira seperti itu sms
balasan dari ibuku setelah beberapa hari beliau tidak
membalas smsku. Mungkin ibuk mengirim itu karena
mengira aku masih ngambeg. Ya, beberapa hari
sebelumnya aku memang sempat ngambeg. Namun
tak berlangsung lama.
Lalu sms kedua ibuk seperti ini, " Tapi kamu
tdk usah kecewa. Masih banyak ibuk2 yang lain yang
lebih baik. Pasti kamu akan menemukanya. Maaf
kalau ibuk banyak mengecewakanmu."Aku benar -
benar dibuat tercengang oleh dua sms ibuk itu.
Kalimat "Kamu jangan terlalu berharap ke ibuk." dan
"Masih banyak ibuk2 yang lain yang lebih baik. Pasti
kamu akan menemukanya." Siapa yang tidak akan
kaget dan shock menerima sms demikian ? Terlebih
sms itu ku dapat dari ibukku.
Awalnya aku berfikir tak akan membalas sms
ibuk. Jari - jari ini terasa gemetar dan berat untuk
sekedar memejet tombol - tombol alfabetik yang
muncul di layar ponselku. Berkali - kali aku salah
memejet huruf.
15
Aku benar - benar menjaga dan memilah
mana kalimat yang sebaiknya aku kirim dan yang tak
perlu aku kirim. Akhirnya setelah aku yakin itu
kalimat terbaik yang bisa aku rangkai untuk ibuk,
sms itu pun aku kirim. Kurang lebih isinya seperti ini
"Nggih2 Buk... Don't Worry... y mungkin memang
saya aja yg berlebihan sama ibuk... hahaha, saya kan
nggk boleh egois. Nggih makasih, setidaknya bbrp
bln k belakng saya saged ngerasa punya ibuk...
hehehe". Kelihatan banget sms itu diketik dgn
perasaan yang dipaksakan untuk tegar kan. Ya
begitulah, aku memang tidak pandai
menyembunyikan perasaan, bukan berarti aku suka
mengumbar atau tidak bisa jaga rahasia lho.
Setelah cukup lama aku dan ibukku
berdebat. Akhirnya, aku pun menjelaskan ke ibuk
bahwa sebenarnya aku tidak benar - benar ngambeg
dengan sms seperti ini, "saya kan sampun bilang k
ibuk kalau mboten saged benar2 bisa ngambeg atau
marah... apa lg sama ibuk/stdknya saya anggp ibuk
saya... yg pst bg kulo ( saya ) Ibuk masih seperti ibuk
itu pun kalau msh kersa... kalau mboten kulo nggih
tdk boleh egois kan ?" Setelah smsku itu, semua
menjadi lebih jelas akar permasalah hari itu. Dengan
sms ibuk yg isinya seperti ini, "Ibuk jg g th knp,
kalau km g nangis justru sejak td ibuk yg
nangis...." Dari situ aku mulaiberfikir mungkin
16
penafsiranku atas sms ibuk yang pertama dan kedua
tadi memang salah. Dan semoga aku memang salah
menafsirkan. Awalnya aku berfikir untuk kali kedua
aku akan kehilangan seorang ibuk setelah ibuk yang
melahirkanku meninggalkanku semasa aku masih
kecil dan belum mengerti arti pentingnya seorang
ibuk. Dan aku tak mau untuk kali kedua kehilangan
sosok itu lagi. Meski aku sebenarnya bukan siapa -
siapa beliau, setidaknya bagiku beliau adalah ibukku
begitu pun keluarga mereka, sudah seperti keluarga
keduaku.
17
SI CERIWIS DAN SI BAWEL
Cerpen oleh : Ben Susilo and M. Najib Amanullah
Pagi Najib itu tengah duduk di depan televisi.
Anak laki – laki bertubuh mungil dengan rambut
lurus. Meski volume televise cukup keras, namun
seprtinya tidak mampu menarik perhatian Najib.
Wajahnya bimbang, matanya menatap dengan tatapn
kosong kea rah televisi. Ia seperti memendam
sesuatu, kangen dengan kakaknya yang biasanya jam
segini sudah mengirim pesan sms namun belum hari
ini.
Hari itu masih suasana liburan sekolah. Tak
banyak hal yang ia lakukan di rumah. Sementara ia di
rumah hanya ditemani Mbah Yai. Ia hanya
menghabiskan waktu luangnya di depan TV
menonton acara faforitnya.
Tak lama kemudian Najib beranjak dari tempt
ia sedang duduk. Ia berjalan menuju dapur.
Dibukanya pintu kulkas lalu diambil sebotol susu
kocok yang telah disiapkan Ibuk pagi tadi. Ia mulai
meneguk susu segar itu. Kemudian ia kembali ke
ruang depang, membuka laptop yang ada di atas meja
sebelah akuarium. Lalu ditancapkan modem ke
laptop yang juga belum selesai loading itu. Raut
18
mukanya semakin terlihat kesal karena laptop belum
juga selesai loading. Setelah menunggu cukup lama
ia mulai memegang keyboard dan menggeraakkan
mouse menuju sebuah program. Kemudian
dibukanya sebuah aplikasi perambah web. Ia menuju
sebuah situ jejaring social facebook. Segera ia
memasukkan username dan paswordnya. Setelah
masuk ke halaman depan akun facebooknya, Najib
melihat daftar teman yang saat itu tengah online. Di
tujunya sebuah akun faceook yang ada di daftar chatt
dengan nama akun Ben Susilo. Najib mulai mengetik
teks di kolom chatt untuk di kirim kea kun facebook
kakaknya.
“ Mas lagi di kantor ?” Tanya Najib melalui pesan
chatt.
“Ia Dek Bagus, adek di rumah atau di Jepon ?” Balas
kakaknya melalui facebook messenger.
“Di rumah mas, pakai laptopnya ibuk ditinggal.”
“Oooo…” Balas kakak Najib.
Mas pulang kantor jam berapa ?” Tanya Najib.
…
Najib menunggu jawaban dari kakaknya
cukup lama. Namun jawaban dari kakaknya belum
juga ia terima. Ia terlihat kesal dan jengkel terhadap
kakaknya yang belum juga membalas pesan chattnya.
19
Kemudian ia mendapatkan sebuah notifikasi
komentar di status yang ia buat tadi, “ Uang bukan
segalanya, tapi segalanya butuh uang.”
Ternyata yang mengometari statusnya adalah
kakaknya.
“Ada yang gratis dek, sholat, ngaji, ibadah.”
Komentar kakak Najib di status adiknya.
“Salah mas, shalat itu uangnya iman.”
“Nggak dek, uang dan iman itu beda.”
“Sama maaaas.”
“Bedaaaa dek.”
“Nggak sama dek.”
“Samaaaa… Huuuuhhhhhh.” Najib mulai semakin
kesaal dengan sikap kakaknya yang tak mau
mengalah. Mereka sering saling mengeyel dengan
pendapat masing – masing. Mereka memang sama –
sama keras kepala. Bahkan tak jarang Najib dibuat
ngambeg oleh kakaknya.
“Hayooo… gitu aja adek ngambeg.”
“Iya aku ngambeg, mau apa ? Huhhhhh….!!”
“Jangan ngambeg a dek, mas kan sayang adeknya
mas yang bagus dewe nomor dua.”
“Huuuuhhh…. Yang nomor satu siapa ?”
“Mas dong dek… hehehe.”
“Huuuuuuhhhhhh…!!!” Najib semakin kesal.
“Dek Baguus” Sapa kakaknya mencoba meluluhkan
hati Najib yang tengah kesal.
20
Setelah komentar terakhir kakaknya itu Najib
tak lagi mau membalas komentarnya. Ia semakin
merasa kesal dengan sikap kakaknya yang tak juga
mau mengalah.
Tak lama kemudian, terdengan suara dering
ponsil di sampingnya. Ia menerima pesan sms dari
kakaknya.
“Adek jangan ngambeg a, mas kan bercanda. Iya –
iya mas ngalah. Mas kan saying adek.” Begitu is sms
tersebut.
Namun Najib tak juga mau menanggapi sms
dari kakaknya. Beberapa saat berselang, Najib
menerima videocall dari messenger di facebooknya.
Ia pun tak mau menerima panggilan dari kakaknya
tersebut. Sadar bahwa adiknya sedang mengambeg,
kakak Najib mencoba sekali lagi bertanya ke adiknya
namun kali ini melalui pesan chatt di facebook.
“Dek… adek ngambeg kenapa ? Ayolah dek, kamu
kan adiknya mas tersayang.”
“Huuuuhhhhh…”
“Ya udah, mas minta maaf kalau salah. Adek cerita
dong mas salahnya dimana…”
“Adeeeek…”
“Apa… huuuuhhhh.”
Najib pun menutup akun facebooknya karena
kesal dengan kakaknya. Tak lama kemudian Bapak
21
tiba di rumah dan disusul Ibuk beberapa saat
kemudian.
Hari sudah siang dan Najib belum shalat
dzuhur.
“Adeeek… sudah sholat belum…?” Teriak Ibuk dari
mushola belakang. Najib pun segera mengambil air
untuk berwudhu dan shalat berjama’ah bersama
Bapak dan ibuk.
Setelah selesai shalat, Najib beranjak menuju
kamarnya. Diambilnya ponsel yang diletakkan di
tempat tidur. Ia mencari daftar kontak di ponselnya.
Akhirnya ia berhenti di satu nama Mas
Sus. Kemudian ia memencet tombol panggil.
“Assalamu’alaikum dek…” Suara kakak Najib
menjawab panggilan itu.
Namun Najib langsung memutuskan
panggilan tersebut. Tak lama kemudian giliran
kakaknya yang menelfon Najib.
“Apaaa…” Jawab Najib dengan nada jengkel dan
kesal.
“Adek salam dulu dong…”
“Biarin.” Lalu Najib memutuskan panggilan dari
kakaknya.
Sekali lagi ponsel Najib berbunyi. Lalu
diangkatnya panggilan dari kakaknya sekali lagi.
“Apa…!!??”
22
“Adek kenapa ? Cerita ke mas dong. Mas salahnya di
mana ?”
“Huuuhhhh…”
“Deeek… mas tu sayang adek. Sekarang adek mau
mas bagaimana biar adek nggak ngambeg lagi sama
mas…?” Tanya kakak Najib.
“Mas jangan ngulangi lagi…”
“Iya deh adiknya mas seng bagus dewe sak
Badong…” Jawab kakak Najib menuruti kemauan
adiknya.
“Mas janji..??!!”
“Iya janji…”
“Dah ya mas, aku mau tidur.”
“Iya… Assalamu’alaikum.” Tutup kakak Najib.
Di sore hari, ketika Najib telah bangun dari
tidur siangnya. Ia menghampiri Bapak dan Ibuk yang
duduk di teras depan.
“Adek tadi siang kenapa ?”
“Nggak apa – apa…”
“Ngambeg ama masmu ? emang diapain masmu tadi
?” Tanya Ibuk menyindir.
“Lha mas ngeyelan kok Buk…” Jawab Najib.
“Halllaaah…. Orang kamu ya sama ngeyelanya kok.
Mas sama adeknya gak beda jauh.”
“Ya ngeyelan mas dong Buk, mas kan bawel.”
“Iya masmu bawel, kamu adek ceriwis. Kan sama
aja.”
23
Tak lama kemudian terdengan suara ponsel
ibuk berdering dari dalam rumah. Ibuk segera masuk
rumah dan mengangkat telepon dari kakak Najib itu.
“Assalamu’alaikum. Ada apa le ? Tadi adekmu kamu
apain kok sampai ngambeg ?”
“Mboten apa – apa kok Buk. Adek masih ngambeg
Buk ?” Tanya kakak Najib.
“Deeek… dicari masmu ini lho.” Ucap Ibuk
sambil memberikan ponsel ke Najib.
“Apa…??!!”
“Assalamu’alaikum… adek salam dulu dong.” Ucap
kakak Najib.
“Wa’alaikumsalam. Ada apa ?”
“Gak apa – apa. Mas Cuma kangen ama adiknya mas
tersayang.”
“ Huuuhh…”
“Lhoo… katanya adek sudah nggak ngambeg ama
mas lagi lho.”
“Iya tapi mas janji jangan ngulangi lagi ya…”
“Iya mas janji dek baguuuuuus…”
“Lha adek ngambeg tadi kenapa ?” Tambah kakak
Najib.
“Lha mas ngeyelan owg.” Jawab Najib.
“Lha adek juga ngeyel tadi.”
“Iya tapi mas nggak mau ngalah kok.”
24
“Halaaah… sama aja berdua. Kakak sama
adiknya sama – sama ngeyelan. ” Kata Ibuk
memotong obrolan Najib dan kakaknya di telephon.
“Katanya ibuk kita sama – sama ngeyelan mas.”
“Hahahaha… adek tu ceriwis.”
“Lha katanya Ibuk mas juga bawel.” Balas Najib.
“Hahaha… iya kita kan sama tapi beda dek…
hehehe” Tambah Kakak Najib.
“Hahahahaha…” Mereka tertawa lepas seperti tak
terjadi apa – apa sebelumnya.
Setelah salah paham itu selesai, si Ceriwis tak
lagi ngambeg ke kakaknya si Bawel. Dan si Bawel
pun berjanji tak lagi mengulangi membuat jengkel
adiknya si Ceriwis.
25
IJINKAN KU PANGGIL IBUK
Puisi oleh : Ben Susilo
Darah yang mengalir ini
Memang bukan darahmu
Wajah yang pertama kulihat
Memang bukan wajahmu
Bolehkan aku bercerita ?
Dahulu kala…
Ia pergi tanpa berpesan kepadaku
Tentang bagaimana pahit kehidupan
Bagaimana menjadi manusia yang baik
Yang memberi kebaikan bagi kehidupan
Ia pergi…
Tanpa memberi kesempatan
Tuk mengucap sayang
Atau bahkan hanya tuk mengerti
Betapa berartinya ia
Untuk ku berjalan dalam hidup
Ku lupa akan wajah ayunya
Ku lupa akan lembut tuturnya
Ku lupa akan merdu senandungnya
26
Ah…
Itu masa lalu
Yang meski harus tetap ku kenang
Namun hidup harus tetap berjalan
Kini ku miliki engkau
Pendidikku
Pengayomku
Pembimbingku
Dan yang selalu memarahiku kala ku salah
Iya…
Ijinkan ku panggil engkau "Ibuk"
27
GURUKU, IBUKKU
Puisi oleh : Ben Susilo
Pertama ku berjumpa
Kau begitu bersahaja
Bahkan ku takut tuk sekedar menyada
Pertama ku sapa
“Bu Guru…”
Begitu panggilku
Dengan wajah galak dan tatap tajam
Kau mengalihkan pandangan kepadaku
Namun semua tak sepadan dengan pikiran
Setelah kau balas sapaku
“Iya…”
Sambil terlontar senyum lembutmu
Semua prasangka seram itu
Pun segera sirna
Berganti keinginan tuk selalu ku sapa engkau
28
“Bu Guru…”
Begitu sapaku tiap kali ku jumpa
Kau pun selalu membalas dengan senyum
Dan suara lembut nan merdu
Namun…
Kini panggilan itu serasa asing
Tak lagi familiar dengan panggilan “Bu Guru”
Kini panggilan itu telah berganti
Bagai siang yang diganti malam penuh bintang
“Ibuk…”
Begitu kini ku panggil engkau
Guruku dan juga Ibukku
29
KU SEBUT IA “IBUK”
Puisi oleh : Ben Susilo
Mata ini terbuka
Ku mulai menghirup udara segar tuk pertama
Awalnya aku menangis
Bertanya…
Dunia apa ini ?
Ku lihat wajah ayu di ujung pelupuk mata
Wajah pertama yang ku lihat
Yang ku harap ingin selalu melihatnya
Kata mereka ku boleh memanggilnya Ibuk
Ia menimang dengan senandung merdu
Senandung iringan malam
Pengantar lelap
Hingga aku tenggelam dalam buaiannya
Ku hidup dalam lelap
Sepasang mata ketulusan
Terus memperhatikan tubuh mungil ini
Perlahan ia mengais pipi ini dengan lembut
30
Lalu berkata lembut
"Lelaplah malaikat kecilku, tenggelamlah dalam
pelukan ibuk"
Malam itu ku terbangun
Menangis memecah sunyi
Ia pun terbangun
Menimangku kembali dengan senandung merdunya
lagi
Sampai akhir hayatnya
Ku selalu mengucap do'a
Di sepertiga malam sunyi
Ku belajar mengukir kisah hidupnya
Begitu sempurna…
Ku belajar…
Bagaimana waktu terus mengurai cerita cintanya
Kata mereka tiada yang sempurna
Perlahan aku terjerat dalam kata
Dihantui rasa putus asa
Bagaimana jika ku tak sanggup ?
Sampai pada suatu akhir ku tersungkur
Sekarang siapa ?
Yang kan menimangku
Dengan senandung merdu pengantar tidurku
31
Saat ku tenggelam dalam hening malam
Ku terbesit wajah lembut itu
Ya aku ingat…
Kini ku panggilnya Ibuk
"Ku tak butuh anak sempurna"
"Atau bergelimangan harta"
"Aku hanya ingin anak - anakku tumbuh"
"Menjadi anak shaleh dan bhakti kepada orang tua"
Begitu pesan yang selalu ku ingat
Oleh ia…
Yang kini ku sebut ia Ibuk
32
BILANG SAYANG SETIAP HARI
Puisi Oleh : Ben Susilo
Ibuk…
Bolehkah aku memeluk ibuk ?
Menghirup aroma tubuh ibuk
Mendekap erat tubuh ibuk
Merasa hangat kasih ibuk
Yang selalu kau currahkan untuk kami
Ibuk…
Bolehkah ku cium tangan ibuk ?
Mengharap do’a restu ibuk
Sebelum ku awali hari – hari beratku
Ibuk…
Bolehkah aku berbaring di pangkuan ibuk ?
Bermanja kepada ibuk
Bolehkah aku menangis di pangkuan ibuk ?
Membasahi pangkuan ibuk dengan air mataku
Ibuk…
Bolehkah aku bercerita kepada ibuk ?
Tentang hari – hari lelahku
Tentang semua liku kehidupan yang menghias hariku
33
Ibuk…
Bolehkah aku mengucap “Aku Sayang Ibuk”
Tak hanya untuk kali ini
Tak hanya saat aku berada di pangkumu
Bolehkah aku bilang saying setip hati, Buk ?
Aku ingin hariku dihiasi dengan ucapan itu
Ku tak ingin semuanya terlambat
Ku tak ingin seperti mereka
Yang menyesal
Karena tak pernah bilang sayang kepada ibuk mereka
Hingga suati ketika
Mereka baru menyadari
Semua telah terlambat
Pertama kali mereka bilang sayang ibuk
Juga menjadi yang terakhir kali
Namun ibuk mereka tak lagi dapat mendengar
Ucapan tulus saying dari seorang anak
Tak lagi dapat mengerti betapa sayang anaknya
Karena telah terbujur kaku
Dan berbalut hanya selembar kain
Ibuk…
Aku tak ingin seperti mereka
Aku tak ingin bilang sayang kepada ibuk
34
Saat ibuk tak lagi dapat mendengar
Tak lagi dapat menatap wajah anakmu
Ibuk…
Aku ingin bilang sayang ibuk setiap hari
Bukan karena anakmu ini manja
Hanya saja,
Aku tak ingin menyesal,
Ibuk…
Boleh kan aku bilang sayang ibuk setiap hari ?
35
CEPAT SEMBUH DIK
Puisi oleh : Ben Susilo
Saat kau terbaring lemah
Tubuh mungilmu seolah tak kuasa menahan sakit
Kakak hanya bisa berdo'a
Kuatlah Adikku
Tegarlah kamu
Saat kau merintih sakit
Kakak hanya bisa berdo'a
Cepatlah kau sembuh Adikku
Karena kakak tak disampingmu
Bukan berarti kakak tidak menyayangimu
Karena tanggung jawab kakaklah
Yang mengharuskan itu
Tanggung jawab yang mengharuskan kakak
Tak selalu berada di sampingmu
Tak selalu ada untumu Dik
Adikku
Segeralah sembuh dan menelfon kakak
Agar kakak bisa mendengar suara tawa lantangmu
Cepatlah sembuh
36
Agar kakak bisa melihatmu melahap telur masakan
kakak
Segeralah sembuh ya Dik...
37
DO’AKU
Puisi oleh : Ben Susilo
Ya Allah, Engkau Maha Memuliakan hamba-Mu
Muliakanlah mereka yang selalu memberi kebaikan
terhadapku
Karena sungguh hanya Engkau yg sanggup memberi
kemuliaan kepada kami
Ya Allah, Yang Maha Kasih
Limpahkalah kepada keluarga kami sedikit kasih-Mu
Karena sungguh hanya dengan setitik kasih-Mu
Akan membimbing kami untuk senantiasa melangkah
di jalan lurus-Mu
Ya Allah, Yang Maha Penyayang
Sayangilah kami layaknya muslim sejati
Sehingga kelak kami layak menjadi penghuni
surgamu
Ya Allah, jika Kau ijinkan hamba menerbangkan
sebuah harapan
Hamba hanya ingin menjadi manusia biasa
Seperti mereka, menjalani hidupnya tanpa menjadi
beban orang lain
38
Hamba hanya ingin menjadi manusia yg berbudi dan
berhati
Hamba hanya ingin menjadi seorang anak biasa
Yang kelak masih bisa melihat senyuman bangga
mereka
Senyuman dari bibir yang hampir kering karena
terlampau sering menasihatiku
"Jadilah anak yang baik dan shaleh anakku"
Senyum dari orang tuaku, Ibuk, Bapak dan keluarga
kami yang selalu Kau bimbing
Hamba yakin dan tiada keraguan sedikitpun kepada-
Mu
Untuk selalu memberikan kami hal terindah bagi
kami
Dan semoga selalu demikian
Ya Allah
Semoga hamba tidak pernah melupakan diri hamba
Siapa hamba dan untuk apa Kau ciptakan hamba
Jika ada kesempatan untuk hamba berbenah
Bimbinglah hamba untuk segera memperbaiki diri
hamba
Agar hamba layak untuk berada di tengah - tengah
mereka
39
Lindungilah mereka seperti kau melindungiku
keluargaku
Dan seperti kau melindungi hamba-Mu yang Engkau
kehendaki
40
LANGKAH JIWA YANG SEPI
Puisi oleh : Ben Susilo
Mengalun nada sendu
Dalam sunyi malam menghias kalbu
Hadirkan aura romantik
Bagi jiwa yang dirundung pilu
Menunggu dan masih menunggu
Takdir apa yang akan dibawa waktu
Mungkin kebimbangan untuk menanti
Ataukah jawaban atas segala tanya
Yang tersimpan dalam palung sanubari
Secercah cahaya kemilau bintang
Mengambur di hamparan luas langit malam
Menghias hitam pekat tirai dunia
Selimuti jiwa yang tengah dirundung rindu
Jiwa yang selalu merindu sosok lembut nan penuh
kasih
Yang setiap waktunya tak lelah memberi sinar
kehidupan
Untuk jiwa yang tengah patah arah
Tak tahu kemana akan melangkahkan tapak kaki
Mencari satu jawaban atas kerinduan
41
Hanya terus berjalan dan berjalan
Melangkahkan kaki setapak demi setapak
Mengikuti kemana hati membimbingnya
Berharap kelak kan temukan sandaran
Karena lelah oleh beban di pundak
Yang terus dipikul disetiap langkah kaki beranjak
42
UNTUK PENDIDIKKU
Puisi oleh : Ben Susilo
Kau beri ku hal baru
Yang sebelumnya belum ku dapati
Kau beri ku sebuah pandangan
Agar dapat ku melangkah menatap masa depan
Kau berikan karangan bunga jiwa
Yang mebuat diriku tegar dalam hidup
Mengerti hitam dan putih kehidupan
Memahami lika liku perjalanan hidup
Kau curahkan keringat
Yang tak akan kering
Meski ku usap dengan sutera lembut
Kau helakan nafas
Untuk kemuliaan kami
Anakmu, putra putrimu
Yang tak jarang menyakiti hatimu
Membuatmu meneteska permata suci
Terbalut dalam kepiluan karena ulah kami
43
Sungguh ketulusan hatimu
Tak kan mampu terbalaskan oleh kami
Lebih berharga dari tumpukan emas seukuran
himalaya
Kami hanya bisa mengucap terima kasih
Untuk segala pengabdianmu
Untuk segala curahan kasihmu
Dari kami
Putra - putri didikmu
Yang mengukir manis namamu di nurani terdalam
44
KU SIMPAN RINDU DI KESUNYIAN
Puisi oleh : Ben Susilo
Hitam gelap lentera malam
Bersanding sesosok wajah yang ku rindukan
Selalu bersinar dalam pekat malam
Selalu berpijar dalam kesunyian sanubari
Memberi secercah harapan
Untuk ku mengenang tulus kasih sayang itu
Merasa halus belai jemarimu
Dan ku hirup harum aroma nafasmu
Yang selalu mendamaikan kalbu
Selalu ku harap hadirmu bersama tetesan embun pagi
Memberi kesejukan dalam lembutnya kabut pagi
Memberi kehanghatan bersama sinar mentari
Kuterbangkan khayalku ke hamparan padang awan
Berharap ku temukan jejak kasihmu
Yang lama telah sirna dari kalbuku
45
Di dalam selimut lelapku
Ku harapkan mimpi hadirmu kembali
Di sisiku, membelai paras wajahmu yang penuh tulus
kasih sayang
Mendekap erat tubuhmu
Hingga mentari yang membuatku tersadar dari lelap
malam
Tak ingin ku terjaga saat hadirmu kembali
Menyanjungku,
Dan kau tuturkan semua harapmu padaku
Tetesan mutiara tercucur tiap saat ku hela nafas
Getaran sukma selalu menggebu tiap kali bayangmu
memudar
Mengucap selamat tinggal
Untuk anakmu yang masih rapuh
Yang belum mengerti alur kehidupan berjalan
Hingga bayangmu benar - benar pergi
Ku tersadar
Begitu lama ku pendam kerinduan di balik sunyinya
malam.
46
PUISI UNTUK IBUK
Puisi oleh : Ben Susilo
Ku rasa engkau sebagai penyejuk
Disaat ku rasa penat diri ini
Ku rasa engkau selalu menerangiku
Disaat hati ini gelap akan kebimbangan
Engkau selalu terbayangkan
Engkau selalu terkenang
Di pikir ku dan di nuraniku
Ku rasa lembut belai jemarimu
Meski tak pernah dapat ku jamah
Ku hirup harum aromamu
Meski jauh kau berada
Selalu terngiang merdu suaramu
Walau ku tak di sisimu
Meski engkau bukan malaikat
Namun dirimu lebih sempurna untuk ku kagumi
Keikhlasanmu memberi kasih sayang
Ketulusan hatimu untuk mencinta
Tak ada yang mampu menepis
47
Hanya tulus yang ku harap
Bukan jarak maupun ruang yang ku takut
Ku tak berharap untuk selalu kau ingat
Hanya berharap
Diri ini cukup mampu untuk selalu mengingatmu
Sebagai pendidikku
Sebagai pengayomku
Dan layaknya Ibu bagiku
Hanya untaian kata kata yang tak sempurna
Yang sempat terlintas dalam renungan yang dapat ku
persembahkan.
48
UNTAIAN KENANGAN INDAH
Puisi oleh : Ben Susilo
Saat hanya kenangan yang dapat mengingatkanku
Hanya bisa ku pandangi gambar dirimu
Hanya bisa ku ingat memori indah saat bersamamu
Hanya itu yang kumiliki
Untuk bisa sekedar mengenangmu
Aku tak ingin kehilangan memori itu
Memori yang hanya sedikit memuat kenangan
hidupmu
Memori yang bisa membuatku teringat akan
ketulusanmu
Tak pernah lagi dapat ku rasakan ketulusan seperti
tulusmu
Selain rasa iba
Melihatku terpuruk dalam kerinduan
Tenggelam dalam kenangan
Dan terbuai akan perhatian orang lain
Yang membuatku tak bisa membedakan
Antara rasa iba atau kasih sayang
49
Semua tenggelam dalam kerinduan
Yang membuat semua terlihat begitu indah
Yang dapat menenangkan jiwa
Oh Tuhan…
Jika Engkau mengijinkanku untuk tetap bisa
menerima kasihnya
Jangan biarkan ada sedikitpun keraguan muncul di
hatiku
Buatlah selalu Ia nampak bijaksana di hatiku
Karena hanya Ia yang bisa mengisi kerinduan ini
Aku tahu Tuhanku
Engkau begitu menyayangiku
Hingga Engkau selalu ingin agar hamba lebih
mendekatkan hati kepada-Mu
Ya Allah…
Sesungguhnya hanya Engkau yang Maha Bijaksana
Berikanlah sedikit kebijaksanaan-Mu kepada kami
Agar hati kami bisa selalu berada dekat kepada-Mu
50
AKU ANAK BIASA
Puisi oleh : Ben Susilo
Dulu...
Engkau orang pertama yang mengerti aku
Dulu...
Engkau orang pertama yang bisa menerimaku
Dulu...
Engkau orang yang memberiku kasih sayang yang
lama tak ku rasa
Engkau menumbuhkan kembali asaku untuk
memiliki
Keinginan untuk bisa membagi perasaanku
Harapan untuk bisa Engkau bagi cerita perasaanmu
Semua terlihat begitu indah dan membahagiakan
Namun dalam hati, aku merasa sama sekali tiada
berarti bagimu
Seiring waktu, diriku pun semakin tak ada dalam
ruang hatimu
Hingga bayanganku pun mungkin tak lagi teringat
olehmu
51
Mungkin aku yang terlambat menyadari hal itu
Aku terus mengharapkan Engkau yang seperti dulu,
Dimana banyak yang lain bisa membuat Engkau
bangga
Bisa menjadi seperti yang Engkau harapkan
Mungkin aku tak pernah Engkau harapkan
Untuk hadir mengisi hari - harimu
Untuk menjadi beban kehidupanmu
Dan rengekanku hanya menambah kesedihanmu
Bila saatnya Engkau untuk menjauh dariku
Aku akan ikhlas, dengan tulus melepas kepergianmu
Hanya satu yang ku pinta
Ijinkan aku mengucap kata sayang kepadamu
Yang tak pernah aku ucapkan sebelumnya
Aku hanyalah anak biasa
Tak bisa selalu memberi kebanggaan kepadamu
Aku hanya anak sederhana
Yang menjalani kehidupan berbekal apa Yang Kuasa
berikan
Aku hanya anak biasa
Yang membutuhkan perhatian dan ketulusan
Aku hanya anak sederhana
Yang selalu berusaha menjadi anak yang berbakti
52
Aku hanya anak biasa
Yang selalu menginginkan kehadiranmu di sisiku
Aku hanya anak biasa
Yang merindukan hangat tulus kasihmu.
Engkau selalu dan akan selalu menjadi pelitaku
Akan selalu kutanam di hatiku
Engkau pengisi hari - hariku ketika aku
membutuhkan kehadirannya di sisiku.
53
TERIMAKASIH IBUK
Puisi oleh : Ben Susilo
Aku biarkan kenangan itu perlahan memudar
Seiring waktu yg akan terus berjalan
Aku biarkan bayangnya perlahan pergi
Seiring kunikmati kerinduan ini
Aku biarkan ia tergantikan
Meski takkan pernah bisa ku lupakan
Kemuliaan hatinya selama hidupnya
Ku rasa kasih sayang
Yang seperti ia
Dari yang lain
Meski tak bisa menggantikannya
Aku hormati ia meski kini jauh di sana
Tak terjamah meski ku berharap bisa sebentar
melihatnya
Aku ingat harum aroma tubuhnya
Meski tak bisa kupeluk dirinya
54
Masih bisa kurasakan hangat peluknya
Meski tak seperti dulu saat aku bisa menjamahnya
Masih bisa kulihat ketulusan cinta
Terpancar dari mata berliannya
Memancarkan sinar ketulusan yang tak pernah padam
Masih bisa ku dengar suara lembut nan merdu dari
bibirnya
Saat mengucap lantunan do'a dan nasihatnya untukku
Akan selalu kuingat petuah - petuahnya
Yang selalu menjadi kata pengantar tidurku kala
masih kecil
Saat masih bisa bermanja kepadanya
Akan selalu kusimpan kenangan itu
Meski perlahan memudar
Akan kunikmati kerinduanku ini
Meski tak tahu sampai kapan harus kujalani
Untuk Ibuk, untuk wanita pemuliaku
Takkan aku biarkan kenangan ini sirna
Terimakasih atas cinta kasih dan ketulusanmu
Menjagaku dari ketidak baikan kehidupan
55
HAPPY BIRTHDAY IBUK
Puisi oleh : Ben Susilo
Dear Ibuk
Happy Birthday Ibuk
Esok, tepat di angka 41 engkau mengarungi lautan
kehidupan
Pahit dan sakit pernah Engkau lalui dengan tabah dan
bijaksana
Bahagia Engkau lalui dengan rasa syukur
Engkau wanita yang kuat
wanita yang istimewa
Engkau anugerah terindah yang pernah ku miliki
Yang selalu memberi kebaikan dan keindahan di
kehidupanku
Engkau keindahan di antara yang terindah di dunia
Engkau adalah kebaikan yang dapat mengharumkan
kehidupan
Meski jauh, Engkau terasa begitu dekat
Selalu kulihat paras menawanmu di atas langit yang
bertabur bintang
56
Selalu ku dengar merdu suaramu dalam hembusan
angin malam
Tak pernah ku lupa harum aroma dan hangat
pelukanmu
I just wanna say that i'll miss you
I hope sometime your arms will hold me again.
I just want to feel your love again
I just want to see sweetest smile from you, once again
I hope Allah will rescue you everytime.
Happy Birthday Mom
57
ARTI SEORANG IBUK
Puisi oleh : Ben Susilo
Goresan pena ini
Tak akan ada arti apapun
Dibandingkan arti seorang Ibuk
Untaian kata – kata ini
Tak menjadi apa – apa
Untuk arti seorang Ibuk
Ibuk…
Engkau yang luar biasa
Engkau yang bijaksana
Engkau tiada tanding
Tiada banding
Ibuk…
Bolehkah anakmu ini bertanya
Mengapa kau korbankan segalanya
Untuk kami anakmu
Sedangkan engkau nampak begitu letih
Begitu lelah
Bergelut dengan liku hidup
58
Ibuk…
Sampaikan kepada kami anakmu
Bagaimana kau akan bahagia ?
Dengan apa kau akan tersenyum ?
Dari mana dapat ku bawakan
Secuil kebahagiaan untuk Ibuk tersayang
Ibuk…
Ijinkan ku menangis
Melihat letih di wajahmu
Melihat tulus terpancar di matamu
Semoga kan menjadi catatan abadi
Kelak, menuju surga
59
MALAIKAT DUNIA
Puisi oleh : Ben susilo
Di tengah terik mentari
Dalam balutan langit membiru
Ijinkan aku memuliakanmu
Ya…
Engkau Ibukku
Ijinkan ku memuliakanmu
Laiknya engkau memuliakan kami
Anak – anakmu yang hanya bisa merengek
Si Bandel
Yang selalu membuatmu meneteskan air mata
Engkau malaikat dunia kami
Ku ingin semua hal tentangmu
Tentang kasihmu
Tentang cintamu
Tentang tulusmu
60
Dekapanmu
Bahkan kami rindu akan marahmu
Yang kau lakukan
Semata demi kebaikan kami
Anak – anakmu
Si Bandel yang selalu menyayangimu
61
BIMBING KAMI
Puisi oleh : Ben Susilo
Kala gelap menyelimuti kami
Kau kan berkata
“Nak, Ibuk sedih kau begini”
Dengan iringan air mata
Kau dekap tubuh mungil anakmu
Berharap anakmu kembali taat
Dan senantiasa menjaga hati
Dalam jalan kebaikan
Saat kami salah
Kau selalu meluruskan kami
Saat kami terjatuh
Kau selalu membangunkan kami
Saat kami lemah
Kau selalu menguatkan kami
Engkau adalah sisi baik kami
Yang selalu menjaga kami
Dari perangai buruk
Atas kekhilafan kami
62
Ibuk…
Bimbing kami
Arahkan kami
Untuk menjadi anak yang berbakti
Kepada Ibuk, Bapak dan Tuhan
Menjadikan kalian orang tua yang baik bagi kami.
63
DO’AMU
Puisi oleh : Ben Susilo
Dalam timangmu kami bermanja
Mendengar senandung merdu
Dendang syair dan do’a
Untuk kami anakmu
Dongeng pengantar lelap
Tak lelah kau lantunkan
Menjadi pembuka cakrawala mimpi indah
Kau kecup kening kami
Sembari terlontar kalimat pengantar tidur
“Cepat besar nak”
Tumbuhlah menjadi anak yang baik
Anak yang kelak membesarkan hati ibuk bapak
Sebagaimana kami telah membesarkanmu
Harapan pengantar tidur yang terindah
Yang selalu terukir abadi dalam hatiku
Do’amu menjadi pembimbing kami
Do’amu pelita kami saat gelap
Do’amu laksana embun pagi
Memberi kesejukan hati kami
64
Do’amu Ibuk
Yang akan mengantar kami
Berjalan tegak di kehidupan
Do’amu Ibuk
Anugerah terindah yang pernah ku miliki
Karunia yang tak ternilai
Bahkan oleh tumpukan segunung emas
65
DO’AMU IBUK
Puisi oleh : Ben Susilo
Ibuk…
Aku tahu…
Segala letihmu itu tulus
Segala lelahmu penuh keikhlasan
Dan aku tahu
Engkau tak pernah inginkan apa – apa
Dari kami anak – anakmu
Ibuk…
Dulu kau selalu berkata
Cepatlah besar anakku !
Jadilah orang besar
Yang membesarkan hati ibuk
Ibuk…
Semua yang kami miliki
Semua yang kami lalui
Dan semua hebat kami
66
Tak akan pernah ada
Tanpa ikhlas pengorbananmu
Tak berarti apa – apa
Dibanding tulus kasihmu
Ibuk…
Sabdamu adalah do’a
Yang terdengar begitu nyaring
Dan do’a yang pasti didengar
Bukan gelimang harta tuk membalas
Ataupun tahta dan mahkota
Melainkan bhakti, taat dan menjaga hati
Semua do’amu Ibuk
Selalu membuat kami kuat
Lebih kuat dari ujian hidup
Yang selalu menghadang di depan kami
67
KAU YANG SIAGA
Puisi oleh : Ben Susilo
Ibuk…
Engkau merawatku
Mendidikku dengan seluruh hidupmu
Menjagaku hingga dewasa
Ibuk…
Engkau wanita yang selalu ada
Selalu siaga
Tatkala aku dalam buaian
Tatkala kaki – kaki ini belum mampu
Menopang tubuh mungil ini
Untuk tegak berdiri dan melangkah kepadamu
Ibuk…
Engkau penuh perhatian
Ketika aku terjatuh
Ketika aku menangis
Ketika ku merasa sepi
Ketika aku sakit
68
Ibuk…
Kupandang wajah lembutmu dikala tidur
Wajah penuh keridhoan
Wajah penuh kesabaran
Dan wajah penuuh kasih sayang
Juga lelah karena ulah kami anakmu
Aku selalu membuat ibuk repot
Selalu ingin kau perhatikan
Kami selalu membuatmu bersedih
Bahkan menangis
Ibuk…
Engkau menagis karena aku
Kau bersedih karena aku
Kau menderita karena aku
Kau berkorban segalanya untukku
Ibuk…
Yang kau lakukan tiada batas
Jasamu tiada balas
Jasamu tiada terbeli
Jasamu tiada akhir
Jasamu tiada tara
69
Semua tentang ibuk
Indah terukir di surga
Ibuk…
Hanya do’a yang bisa kupersembahkan
Hanya niat tuk berbakti
Serta taat atas sabdamu ibuk
Hanya tetesan air mata
Sebagai saksi nyata
Cintaku kepada ibuk
70
JANGAN BENCI KAMI
Puisi oleh : Ben Susilo
Dentang nafasmu
Menyeruak hari hingga senja
Tiada sedikitpun lelah
Terpancar di wajah ayumu
Tiada kata sesal
Tatkala semua harus kau lalui
Kaki – kakimu senantiasa berjalan untuk kami
Anak – anakmu
Desah mimpimu berlari
Mengejar bintang
Menggapai asa
Berharap kami menjadi satriamu
Dalam semua peran yang kau mainkan
Ini peran yang paling mulia
Dalam lelah kau rangkai kata bijak untuk kami
Mengurai senyum dalam perjalanan kami
Mendera do’a di setiap nafas kami
71
Ibuk…
Kau berlian di hati kami
Relung hatimu begitu indah
Begitu dalam sedalam kesabaranmu
Hingga kami tak akan mampu
Tuk sekedar menggapai dalamnya
Derai air matamu
Menguntai berjuta harapan
Di setiap shalat malammu
Di setiap sujudmu
Terbesit do’a – do’a untuk anak – anakmu
Ibuk…
Kami akan menjadi impianmu
Membopong segala mimpimu di pundak kami
Ibuk…
Jangan kau membenci kami
Ketika kami membuatmu menangis
72
DO’AMU DI ATAS SAJADAH
Puisi oleh : Ben Susilo
Ibuk…
Lihatlah kami
Lihatlah senyum damai kami malam ini
Kita memohon penuh harap
Kepada Tuhan untuk ridhonya
Kita sepakat merajut asa
Bersujud ketika mentari kembali
Masih jelas terasa
Hangat pelukan do’a
Di atas sajadah penuh makna
Maafkan kami ibuk
Do’aku, do’a ibuk
Senantiasa memohon ampunya
Mohon ampun kepada ibuk
Atas segala salahku kepadamu
Do’amu ibuk
Penyejuk hati yang kadang meradang
Penghangat jiwa yang kadang mendidih
73
Sebagai uji atas keteguhan iman kita
Malam ini ibuk
Mari kita bertualang
Mencari ridho Illahi
Tuk meraih cinta
Dan cintailah dalam mahliga surga
74
AKU MASIH INGIN BERSAMAMU
Puisi oleh : Ben Susilo
Masih dapat kupandang kini
Senyum indah darimu
Senyum yang selalu menyejukkan jiwa
Ku tak ingin lagi melihat tangis deritamu
Jangan lagi ada air mata tertetes
Dari pelupuk mata yang penuh tulus
Tiap tetes peluh yang mengalir
Tiap tetes darah perjuanganmu
Yang membuatku mengenal dunia
Yang membuatku berdiri tegak
Menghadapi liku kehidupan
Tak akan pernah ku lupa
Hingga tarikan nafas terakhir
Ya…
Aku masih ingin bersamamu, Ibuk
Tentunya dalam sejahtera
75
JANGAN KAU BERSEDIH
Puisi oleh : Ben Susilo
Kau mendidikku
Mengajariku hal yang tak pernah ku tahu
Kau membimbingku
Menuju jalan kebaikan nan damai
Kau mendamaikanku
Kala ku termenung dalam kegundahan
Kau menguatkanku
Ketika ku lemah oleh cobaan hidup
Ibuk…
Bolehkah anakmu ini meminta ?
Jangan lagi ibuk
Kau teteskan air mata
Karena ulah nakal kami
Jangan lagi kau bersedih
Oleh derita yang kami beri
76
Ibuk…
Sungguh kami ingin kau selalu tersenyum
Mengurai sinar setiap langkah kami
Memberi harapan dengan do’amu
77
HANYA KAU YANG MAMPU
Puisi oleh : Ben Susilo
Ibuk…
Hany engkau yang mampu
Membuatku menyesal
Kala ku lihat kau menangis karena ulahku
Hanya kau yang mampu
Membuatku teteskan air mata
Ketika ku lihat kesedihan
Terpancar di wajahmu
Ibuk…
Hanya kau yang mampu
Membuatku lakukan segalanya
Tuk melihat senyum lembut di bibirmu
Hanya engkau yang mampu
Membuatku tegak berdiri
Dalam setiap langkahku
78
Ibuk…
Hanya kau yang mampu
Membuatku terbangun
Ketika ku tengah jatuh lemah
Hanya kau yang mampu
Membuatku berfikir
Bahwa kalian orang tua terbaik
Yang Tuhan karuniakan kepada kami
Anak – anakmu
Ibuk…
Yakinlah, buk…
Bayi mungil
Telah tumbuh menjadi anak yang bhakti
Yang kini tengah mengarungi samudera kehidupan
79
MASIH IBUK
Puisi oleh : Ben Susilo
Kala ku kenang ibuk
Erat pelukmu begitu terasa
Masih begitu jelas
Tak ada yang berbeda
Air mata membasahi pipi
Tempatmu masih terukir indah
Di hati anakmu ini
Pasir berpindah pantai
Waktu kian menjauh
Kasih ini masih padamu
Pemergian yang ku tangisi hingga kini
Kasih sayangmu merasuk sukma
Menghangatkan jiwa yang kian menyepi
Ada tugas yang belum usai
Ada hajat yang belum tertunai
Ada budi yang belum terbalaskan
80
Bagai hutang yang belum terlunasi
Terlalu banyak yang telah ku terima
Terlalu sedikit yang sempat ku beri
Kesalku
Mewah ini tak dapat dibagi
Denganmu kekasih hati
Kenangan bersamamu kubiarkan segar
Suka duka ingin ku lampaui bersama
Kau cemas membalut lukaku
Sekejap pandai kau memujuk kasihmu
Menemaniku pada saat dicabar
Memilih antara antah dan beras
Antara berlian dan kaca
Zamrud mutiara di telapak tangan
Masih Ibuk permata hatiku
81
UNTUK IBUK
Puisi oleh : Ben Susilo
Ku ingat lautan yang pecah di matamu
Ketika ku berjalan lepas di derit pintu
Dan wewangian nafas yang menyapu mukaku
Pada dendang penghantar kantuk sebelum lelap
Aku ingat itu
Ada yang tak terserap oleh waktu
Kecup lembut di keningku
Hangatnya sungguh tak lekang oleh waktu
Aku rindu dan rindu
Ibuk…
Ku ingin kembali ke purnama yang telah jauh
Pawai jemarimu yang lembut
Mengusap rambutku
Meski sekejap pun aku rela
Mengulang kembali ritual itu
Kau dendangkan lagu pengantar lelap
Kau ucapkan kalimat pengantar mimpi
Pembuka cakrawala mimpi indah
"Selamat tidur, nak. Mimpi indah ya…"
82
Ibuk…
Kerinduanku memuncak sangat
Kepadamu…
Kekasih abadi, hidup dan mati
83
MAAFKAN AKU IBUK
Puisi oleh : Ben Susilo
Terniang termenung seorang diri
Dalam kehampaan yang pengap
Dalam kesunyian ruang malam ini
Dalam suasana hati yang gundah
Terbesit wajah ayumu yang ku ingat
Sudut ruang terbesit cahaya lilin
Memberi penerangan di ruang gelapku
Menerangi ruang gelap hati
Selalu terniang wajah tercinta
Wahai angin
Bolehkah ku meminta
Sudikah kau sampaikan perasaanku
Yang lama tertidur dalam gelap hati ini
Yang tak sempat tersampaikan oleh bibir kaku ini
Ibuk…
Dalam do'a ku minta maafmu
Bersama tetesan air mata ini ku mohon ampunmu
84
Dalam mimpi malam ini
Aku bersujud di kakimu
Mohon ampun atas dosa dan salah anakmu padamu
85
NEGERI DONGENGMU
Puisi oleh : Ben Susilo
Ibuk…
Tahukah engkau akan inginku ?
Katakanlah Buk…
Akulah tokoh dalam dongengmu
Yang memerankan tokoh penuh kebajikan
Kesatria yang kan selalu kau puji
Yang bersenjatakan nurani
Dan berjanji memberi kedamaian di bumi
Perahu yang tak kunjung menepi
Panaskah tuk tetap dinanti ?
Biarlah Buk…
Ia menjemput takdirnya sendiri
Bak retaknya tanah oleh kemarau
Kan menutup kembali
Oleh datangnya deru hujan
Ibuk…
Malin Kundang telah menjadi batu
Dan cerita tentangnya pun telah usai
Akankah jua dengan ceritamu
86
Bagaimana dengan harapan anakmu ini
Tuk membangun istana beratap salju abadi
Yang menyejukkan hati setiap insan
Bak cerita dalam negeri dongengmu
87
ASALKAN IBUK BAHAGIA
Puisi oleh : Ben Susilo
Khusyuk dalam tahajudmu
Tertengadah memohon pada Tuhan
Merunduk dalam keikhlasan
Senantiasa menghias malammu
Yang sepi merajuk asa
Tiada beban kau pikul di pundak
Semua kau luluhkan untuk kami
Anak - anakmu
Ibuk…
Meski di matamu
Kami adalah ranting - ranting kecilmu
Yang selalu kau khawatir
Kan patak tertiup oleh terpaan angin
Dan kau cemaskan akan rapuh dan lemahku
Namun Ibuk…
Ranting - ranting kecilmu ini
88
Tak selamanya kan menjadi ranting kecil
Kelak, kami kan merindang
Senantiasa melindungi Ibuk
Dari duka nestapa
Andai takdir kan memanggilku terlebih dulu
Ku ingin datang ke bumi setiap malam
Terbang bersama sayap malaikat pembawa rahmat
Yang membawa sejuta bintang dan salam indahku
Dari surga untukmu
Kala air matamu tertetes di atas sajadah
Ku ingin berlebihan di hadapmu
Tuk menutup segala kekuranganku
Meski semua ku paksakan
Tapi tak apalah
Asal ibuk bahagia
Karena kebahagiaan ibuk
Adalah nyawaku
89
LIHAT ANAKMU
Puisi oleh : Ben Susilo
Ibukku yang hebat…
Yang teteskan air mata dalam gelap
Berkeluh kesah dalam senyap
Menanggung beban berat
Demi kami anak - anakmu
Ibukku yang hebat…
Kau memberiku pembelajaran
Tentang kehidupan nyata
Kehidupan yang pelik dan penuh liku
Ibukku yang hebat…
Yang tangguh dan penuh kelembutan
Penuh keridhoan
Berhati mulia dan penuh kekuatan
Ibuk…
Ini aku anakmu
Yang kau gantungkan sedikit harapan muliamu
Maafkan aku
Karena belum bisa berdewasa
90
Ibuk…
Meski kau begitu jauh
Kelak ku ingin kau melihat
Anakmu kini…
Telah tangguh setangguh ibuk yang kuat
91
MELIHAT SENYUMMU
Puisi oleh : Ben Susilo
Di setiap garis wajahmu
Terselip berjuta derita
Terselip berjuta impian
Namun kau selalu tabah
Selalu tegar menjalani hari
Hidup yang memang harus kau jalani
Pernah ku lihat
Tetes air mata membasahi pipi
Bak lautan yang tak lagi mampu
Tuk menampung deras air hujan
Hatiku gundah melihat
Apa gerangan yang membuatmu teteskan air mata
suci itu
Apa yang salah ?
Apa yang ku perbuat ?
Hingga ia menangis
Apakah itu karena aku ?
92
Kuhampiri kau perlahan
"Ibuk, mengapa engkau menangis ?"
"Jangan menangis ibuk…"
"Ku tak sanggup melihatnya"
Kau hanya menjawab dengan senyum
Bak tiada beban yang sedang kau pikul
"Tak apa sayang"
"Ibuk hanya sedih"
"Tak bisa menjadi ibuk yang baik"
"Tak bisa membuatmu bahagia"
"Ibuk ingin melihatmu bahagia sayang"
Dalam hati ku senandungkan do'a
Do'a tulus dari seorang anak
Kepada Tuhan untuk Ibuk tercinta
Ijinkan ku buat ia tersenyum
Ijinkan ku wujudkan semua inginya
Untuk ibuk tercinta
Ku ingin lihat senyum ibuk
Bukan sedihmu
93
HANYA IBUK
Puisi oleh : Ben Susilo
Buk…
Maukah kau tahu yang ku inginkan ?
Maukah kau mendengar ceritaku tentang Ibuk ?
Duduklah sejenak ibuk
Bacalah ini hingga akhir ya buk…
Ananda tak ingin engkau yang sempurna
Ananda tak ingin engkau yang tak pernah salah
Ibuk benar ingin tahu yang ku ingin ?
Aku tak ingin ibuk sempurna
Jika engkau memiliki anak - anak seperti kami
Yang selalu berbuat salah
Yang selalu membuat ibuk bersedih
Ananda tak ingin ibuk yang selalu membenarkanku
Jika ku tak taat dan tak patuh
Kepada ibuk dan bapak
Yang ku ingin nasihat - nasihat ibuk
Marahnya ibuk dan bapak
Kala ku berbuat salah dan tak patuh
94
Ananda tak ingin ibuk yang tak menua
Ananda tak ingin ibuk yang tak pernah salah
Yang ku inginkan hanya satu
"Ibuk"
Ya…
Hanya Ibuk seperti sekarang
Yang tak sempurna
Tapi selalu terbaik
Untuk kami
Anak – anakmu
95
SAJAK IBUK
Puisi oleh : Ben Susilo
Ibuk…
Kelembutan dan hatimu yang bersih
Adalah rahmat bagi kami
Engkaulah kekuatan kami
Pengayom kehidupan kami
Kau teguh dan tegar
Engkaulah benteng agama
Kasih sayangmu memberi nilai kemampuan kami
Memberi warna amal dan fikiran kami
Yang polos dan selalu haus kasihmu
Wahai pemangku amanah
Nafasmu tertanam kehidupan agama
Bimbinglah anak - anakmu
Agar kelak…
Mendampingimu dalam jalan ke surga
96
MERINDU BUNDA
Puisi oleh : Ben Susilo
Selepas tahajud
Semilir angin menerpa
Memecah sunyi dalam gelap malam
Hadirkan bayangan ibuk tercinta
Bersama kerinduan padanya
Rinduku tak tertampung
Rinduku di ambang batas
Bagai bom waktu yang tengah menghitung mundur
Detik - detik terakhir sebelum meledak
Air mata ini tak terbendung
Kelopak mata ini tak lagi mampu
Tuk menopang berat air mata
Yang tengah mengintip di baliknya
Tindu kini menggelora
Bak ombak samudera
Yang menghujam karang
Begitu derasnya
Begitu kerasnya
97
Rindu bergejolak dalam jiwa
Ku merindu akan kasih lembutnya
Mengurai cerita cinta
Yang tak kan berakhir
Meski cerita dalam dongen telah usai
Oh Ibuk…
Engkau begitu mulia
Tak kan pernah mampu ke balas segala jasamu
Oh Ibuk…
Ibukku tercinta…
Do'akan anakmu
Meski kita terhalang oleh ruang dan waktu
98
TERUNTUK MALAIKATKU
Puisi oleh : Ben Susilo
Waktu terasa begitu cepat berlalu
Bagaikan dedaunan yang berjatuhan di musim gugur
Selalu menanti daun yang jatuh
Diterpa angin
Dan tak tahu sampai mana ia kan dibawa
Kini anakmu telah dewasa
Dan ku sadar
Tak selamanya ku kan mengarungi kehidupan
Bersamamu ibuk
Malaikat yang menyayangiku
Bahkan melebihi hidupmu sendiri
Ku ingin pulang
Ke pangkuan ibuk tersayang
Ku ingin pulang
Dalam pelukan malaikat duniaku
Wahai malaikat kami
Bertahanlah sejenak demi anak - anakmu
Aku akan segera pulang ke pangkuan
Membawa sebuah kebahagiaan untukmu ibuk
99
Malaikatku yang setia menunggu kepulanganku
Ku tahu…
Dalam diammu kau menangis
Dalam diammu terselip do'a
Tuhan…
Jaga serta lindungi anakku
Ridhoi setiap langkah kaki mungilnya
Jangan buat ia lupa
Akan malaikat - malaikat yang menunggunya di
rumah
Ibuk…
Tak pernah ku tahu kau berkeluh akan kepergianku
Melainkan pesan manis yang kau sampaikan padaku
Sebagai pedoman hidup
Yang tak kan pernah aku lupakan
Rajinlah di sana nak
Buatlah bapak dan ibuk bangga padamu
Buah hati yang kini menjemput takdir
Kami mencintaimu nak…
Do'a bapak ibuk bersama tiap langkahmu
100
SESUATU YANG HILANG
Puisi oleh : Ben Susilo
Pagi ini
Ku terlarut dalam renungan
Apa gerangan yang telah ku berikan
Untukmu ibukku sayang
Tentunya selain membuatmu sedih
Membuat tangismu
Adakah yang lain telah ku persembahkan untukmu ?
Ibuk…
Bayi mungil kini telah menumbuh besar
Tak kan lagi kuat kau timang ku
Seperti dulu kala kau dendangkan
Nina bobo sebagai pengantar lelap
Tak kan lagi kau gantikan popokku
Seperti dulu kala ku tak mampu apa - apa
Tak mengerti tentang dunia
Hanya bisa meminta dan merengek
101
Tak lagi dapat kau memandikan buah hatimu
Seperti dulu saat kau usap sabun
Dengan aroma terapi tuk menyegarkan kami
Buah hati
Ibuk…
Pernahkah kau berifikir ada yang hilang ?
Hari - hari kau menimangku
Hari - hari kau ciumi pipiku
Hari - hari kala kau usap rambutku
Dengan tanganmu nan lembut
Kini ku benar - benar kehilangan hari - hari itu
Tak lagi pernah ku dapati kau usap rambutku
Bahkan tak lagi ku dapati kau kecup keningku
Aku benar - benar rindu
Benar - benar telah kehilangan itu
Kini ku harus berjalan seorang diri
Menjemput takdir Tuhan
Yang menanti di ujung jalanku