Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    1/26

    Bukan Sekedar

    Tanggapan

    Namun Pelajaran, TeruntukBaniHasan & Kawan-Kawan

    Karya:

    Abu Mahfudzh 'Ali bin 'Imron bin 'Ali Adam Al Andunisy

    Gratis Silakan disebarkan untu k kalangan Sa lafiyyin (Untuk kalangan sendiri)

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    2/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    2

    ,

    : Islam adalah agama yang telah disempurnakan oleh sang Pencipta alam semesta, syariatnya

    juga mencakup semua segi kehidupan para penganutnya. Bahkan lebih dari itu, syariat Islam

    merupakan penghapus bagi semua syariat agama yang ada sebelumnya. Semua kebaikan yang

    berkaitan dengan kehidupan manusia telah dijelaskan oleh rasul yang mulia, sebagaimana

    beliau juga telah menerangkan semua kejelekan yang mendatangkan bahaya bagi kehidupan

    ummat manusia.

    Selamatnya seseorang dari bahaya yang tengah menghimpitnya tidaklah sebanding bila ditukar

    dengan harta seberapa-pun banyaknya, bahkan tak jarang kita menyaksikan adanya orang yang

    rela mengorbankan semua harta yang dimilikinya demi meraih keselamatan bagi hidupnya

    atau orang yang dicintainya, demikianlah mahalnya gambaran keselamatan bagi seseorang di

    dunia ini.

    Namun disana masih ada keselamatan terbesar yang dicitakan oleh semua manusia,

    keselamatan yang tidak ada lagi petaka di belakangnya, keselamatan abadi yang tiada lagi

    kebinasaan mengancam sesudahnya, yaitu selamatnya seseorang dari petaka dan huru-hara dihari kebangkitan yang pasti dijalaninya. Walaupun pada hakekatnya semua manusia akan

    menjalani kehidupan ini sesuai dengan taqdir yang telah ditentukan, namun mereka telah

    diberi satu jalan dari dua pilihan yang ada untuk mengakhiri kehidupan ini. Jalan keselamatan

    ataukah jalan kebinasaan.

    Keselamatan dunia dan akhirat merupakan impian dan cita setiap Sunny Salafy, bahkan

    kalangan muslimin awam juga memiliki asa yang sama. Harapan yang serupa juga terbetik

    dalam dada semua manusia yang masih memiliki akal sehat dan fikiran yang bersih, yang tak

    ingin celaka hanya karena terlena dengan kenikmatan dunia yang bersifat sementara.

    Namun Sunnatullah berlaku bagi semua makhluk ciptaanNya, betapa-pun semua orang

    menginginkan keselamatan, akan tetapi tetap saja diantara mereka ada yang akan mengalami

    kebinasaan terbesar yang tidak ada lagi keselamatan setelahnya. Yakni berupa kekekalan di

    dalam neraka bagi mereka yang enggan menempuh jalan keselamatan. Tentunya suatu doa

    terangkai dalam sujud kita, bermunajat, menengadah kepada Allah Taala, agar Dia yang

    Maha Kuasa selalu menjaga dan menunjuki kita pada jalan keselamatan.

    Secara sadar kita mengakui bahwa sesungguhnya orang yang benar-benar bahagia adalah

    mereka yang terbebas dari fitnah yang tengah melanda. Keselamatan terbesar akan dapat

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    3/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    3

    diraih dikala seseorang telah membentengi diri dengan ilmu, pemahaman yang baik, serta

    amalan yang mencocoki tuntunan yang ada.

    Keselamatan yang demikian mahal itu, tentu tak mudah untuk diraih, tak gampang untuk

    disandang. Dalam suatu kenyataan hidup ini, kita harus mengakui bahwa betapa banyak

    hambatan dan rintangan yang menghalangi jalan menuju keselamatan yang telah menjadi

    idaman bagi setiap insan. Di sisi lain, kita mendapati adanya sebagian orang yang

    mengharapkan dirinya akan menuai keselamatan dengan apa yang diusahakannya, namun dia

    tidak mau menimbang kembali apakah usahanya itu akan menghasilkan keselamatan yang

    tengah dikejarnya ataukah tidak. Dengan kata lain, dia bermaksud menempuh keselamatan,

    namun lantaran kebodohan serta bermodal semangat berlebihan, akhirnya tak lebih dari

    sekedar ungkapan semangat konyol dan sia-sia.

    Ilmu merupakan dasar awal untuk mencapai keselamatan yang kekal abadi. Tiada kehinaan

    bagi mereka yang tengah menimba ilmu dien ini. Ilmu dien yang dikaji dengan niatan suci,

    ikhlas karena Allah Taala, demi melepaskan kebodohan dari diri, merupakan suatu kemuliaan

    tersendiri. Dan kemuliaan itu akan bertambah di kala si penuntut ilmu mengajarkan ilmu yang

    telah didapatkan kepada mereka yang membutuhkannya.

    Demi melihat betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan sehari-hari, maka tentunya kita semua

    berharap untuk menjadi orang yang dipilih oleh Allah Taala sebagai para penuntut ilmu,

    mengamalkan serta mengajarkan ilmu yang telah kita dapat kepada mereka yang

    membutuhkannya. Dari sinilah kita akan menjadi orang yang paling berbahagia, dimana kita

    bisa belajar dan mengajar, karena orang yang terbaik diantara kita adalah mereka yang

    mempelajari Al Quran serta mengajarkannya.

    Pada beberapa waktu yang lalu, saya mendapat sepucuk surat dari salah seorang ikhwah yang

    berada di Indonesia yang dikirimkan kepada saya melalui email. Ternyata surat itu berisikan

    kalimat panjang dari saudara kita yang bernama Bani Hasan bin Mukiyi rahimahullah dari

    Jawa Timur. Kalimat-kalimat yang keluar dari lisan pria berasal dari Ngawi itu, menunjukkan

    bahwa saudara kita itu sangat membutuhkan uluran tangan dari seorang pembimbing yang

    penuh belas kasih untuk mengajarinya perkara dien ini. Semoga ada seorang daI di Indonesia

    yang rela berkorban untuk memberikan pelajaran yang sangat berharga, agar kiranya membina

    saudara kita yang bernama Bani Hasan dan teman-teman yang sepemahaman dengannya.

    Risalah ini saya tujukan kepada saudara kita yang berasal dari Ngawi itu dan juga orang-orang

    yang se-tipe dengannya. Semoga saudaraku, Bani Hasan serta teman-teman yang seide

    dengannya, kiranya bisa mengambil pelajaran dari risalah ini. Maka saya katakan:

    Saya telah membaca tanggapan dari salah seorang saudara kita yang bernama Bani Hasan

    dari Ngawi atas tulisan yang disusun oleh Abu Mahfudzh. Sebenarnya tanggapan saudara

    Bani Hasan ini bukan langsung ditujukan kepada Abu Mahfudzh, melainkan kepada salah

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    4/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    4

    seorangIkhwah yang berada di Indonesia. Akan tetapi, setelah meneliti tanggapan dari saudara

    Bani Hasan dengan seksama, ternyata ada beberapa hal yang perlu saya utarakan terkhusus

    berkaitan dengan kalimat yang telah keluar dari tulisan saudara Bani Hasan. Terlepas apakah

    saudara Bani Hasan telah membaca tulisan yang saya terbitkan (Tirai itu kini telah tersingkap,

    edisi pertama dan kedua), serta memahaminya ataukah belum.

    Semoga Allah selalu membimbing kita semua untuk berjalan di atas Al Haq dengan pijakan

    yang kokoh berdasar Al Kitab dan Sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi Wasallam yang

    tentunya sesuai dengan pemahaman generasi terbaik ummat ini.

    Sebenarnya respon saudara Bani Hasan ini kurang layak untuk ditanggapi, karena apabila

    semua perkataan orang ditanggapi, maka kerikil di jalanan akan dibeli dengan emas. Akan

    tetapi saya menjadikannya bukan sebagai suatu tanggapan khusus untuknya, namun sebagai

    suatu pelajaran teruntuk saudara Bani Hasan dan yang sepikiran dengannya. Oleh karenanya

    tulisan ini saya beri judul dengan : Bukan sekedar tanggapan, namun pelajaran teruntuk

    saudara Bani Hasan dan kawan-kawan. Semoga beliau dan rekan-rekan segarisnya bisa

    mengambil faidah dari tulisan ini.

    Berikut ini adalah tanggapan yang diutarakan oleh saudara Bani Hasan kepada salah seorang

    ikhwah yang berada di Indonesia :

    Tanggal 26 Januari 2009, Bani Hasan melalui emailnya bani_hsn@*****.*** menyatakan :

    Bismillahirrohmanirrohim

    Jika abu mahfudz di sisi syaikh yahya majhul namun di sisi ente td majhul, ente sebut tulisan

    abu mahfudz sbg jurnal ilmiah.

    Tapi saat abu thurob menulis malzamah ilmiah dimana beliau dikenal di sisi syaikh yahya dan

    dlm keadaan syaikh yahya mengetahui isi malzamah tsb namun ente kebetulan tdk

    mengenalnya dengan serta merta ente menolak malzamah tsb bahkan malah menerima "jurnal

    ilmiah" abu mahfudz (dimana abu mahfudz ini mengatakan kalau dia baru beradaptasi

    dengan iklim dan cuaca dammaj, namun dengan hebatnya sudah mengenal "aliranthurobiyyun" dengan sedetail-detailnya )

    Ya akhi salafiyyin mana yg ente sebut tidak mengenal abu thurob? ikhwah2 yg sdh lama

    mengenal dakwah salafy insyaAllah mengenal siapa abu thurob, beliau salah satu thullab

    dammaj yg sdh lama menimba ilmu disana dan belum diizinkan utk kembali ke indonesia oleh

    syaikh yahya karena keilmuan abu thurob yg sangat dibutuhkan oleh para thullab dammaj (jd

    ini mungkin slh satu alasan ente tdk mengenal abu thurob karena saking lamanya abu thurob

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    5/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    5

    di dammaj sampai ente blm sempat berkenalan), beliau juga saudara kandung ust. ahmad

    kebumen

    Abu thurob seorang muadzin di dammaj, beliau memiliki karya tulis yg bermutu dlm ilmu

    tajwid yg berjudul fathul majid dan beliau sendiri jg membuka dars fathul majid fil ilmi tajwid

    di dammaj,beliau juga hafal Al Quran, riyadhus sholihin. Lantas skrg ana ingin bertanya.

    siapakah abu mahfudz??? keilmuannya bagaimana? hafalannya bagaimana??? kalo hanya

    sekedar pintar ngomong dan bersyair tanpa ilmu disekitar kita juga banyak

    Dan yg sangat menggelikan, ente dan abu mahfudz yg majhul di sisi syaikh yahya dan

    mungkin sebagian salafiyyin indonesia, berbicara tentang org yg memiliki keutamaan ilmu di

    sisi syaikh dan para thullabul dammaj. Apakah ente seorang ruwaibidhoh?!?!?!?!?!

    Wallahu a'lam. (Bani Hasan bin Mukiyi, Ngawi)

    Saudara Bani Hasan berkata: jika abu mahfudz di sisi syaikh yahya majhul namun di sisi ente

    td majhul, ente sebut tulisan abu mahfudz sbg jurnal ilmiah.

    Saya katakan: Yang pertama: wahai saudara Bani Hasan tolong jelaskan kepada saya apa

    pengertian majhul menurut ulama Ahlul Hadits, sehingga kita bisa mengkondisikan

    keadaan seseorang apakah dia layak mendapat julukan majhul atau tidak ? Kemudian

    siapakah yang mengajari saudara untuk mengeluarkan ide mengatakan seseorang majhul

    dengan tanpa kemapanan ilmu? Apakah mereka-mereka Turobiyyun yang telah

    mengajarkannya kepada saudara Bani Hasan?

    Yang kedua: Kalau pengertian majhul hanya kembali kepada ucapan: oh si Abu Mahfudzh

    itu majhul karena tidak dikenal oleh syaikh Yahya Hafidzhohullah, maka saya katakan:

    Berapa banyak thulabul iIlmi Indonesia yang berada di Dammaj? Apakah syaikh Yahya

    mengenal mereka semua? Jawabannya adalah: Tidak!

    Syaikh Yahya hafidzohullah tidak mengenal thullab Indonesia yang berada di Dammaj kecuali

    beberapa orang saja, sebagai bukti adalah bahwa pernah pada salah satu pelajaran umum diDammaj yang diisi oleh syaikh Yahya, ada secarik kertas naik ke meja syaikh Yahya

    hafidzhohullah berisi: Abdul Aziz Al Andunisy (salah seorang santri Dammaj yang telah

    mudik ke Indonesia) berkirim salam untuk kita setelah menjawab salamnya beliau berkata:

    Saya tidak mengenal nama-nama anak Indonesia yang berada di Dammaj, kecuali lima atau

    enam orang. Si fulan, si fulan dan si fulan,..., padahal thullab Indonesia ketika itu lebih dari

    250 jiwa. Bila saudara Bani Hasan kurang bisa mempercayai apa yang saya sampaikan ini,

    maka silahkan saudara bertanya kepada Turobiyyun yang kini masih berada di Dammaj atau

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    6/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    6

    bahkan yang telah pulang ke Indonesia. Bilamana mereka masih jujur dan memiliki daya ingat

    yang kuat maka pasti mereka akan membenarkan apa yang saya katakan.

    Lantas apakah ini definisi majhul menurut saudara Bani Hasan yang telah terucap lewat

    tulisannya, sebagaimana telah disebut di awal tadi?

    Jika iya, maka saya katakan: Betapa sempitnya pengetahuan saudara Bani Hasan tentang

    istilah-istilah ulama hadits, dan perlu untuk diketahui bahwa dari satu definisi saja akan

    terbangun berbagai macam hukum yang berkaitan dengan dienul Islam. Sepertinya saudara

    bani Hasan sangat perlu untuk kembali mengulang pelajaran Al Ushuluts Tsalatsah: Al ilmu

    qoblal qauli wal amal. (berilmu dulu kemudian baru berkata dan berbuat), itupun jika saudara

    Bani Hasan telah pernah belajarUshuluts Tsalatsah. Namun bila ternyata saudara Bani Hasan

    belum pernah belajarUshuluts Tsalatsah sama sekali, kenapa lantas berani memvonis

    seseorang itu majhul ? Bukankah yang wajib bagi seorang muslim adalah: Berilmu dulu,

    kemudian baru berkata dan berbuat.

    Wahai saudara Bani Hasan yang saya hormati, adapun ucapan saudara tadi tentang ukuran

    majhul-nya seseorang adalah karena dia tidak dikenal oleh syaikh Yahya hafidzhohullah

    atau seorang yang alim lainnya -walaupun orang tersebut maruf dengan sunnah serta

    dikenal di kalangan ulama sunnah yang lainnya-, bisakah dibenarkan secara istilah ulama

    hadits ataukah tidak ? Maka untuk mengetahui lebih lanjut akan tergambar dengan beberapa

    contoh berikut:

    Contoh pertama: Berapa banyak murid-murid syaikh Bin Baaz rahimahullah yang maruf

    disisi beliau, namun tidak dikenal oleh syaikh Yahya dan para pengajar di Dammaj? Berapa

    banyak murid-murid syaikh Rabi hafidzhohullah yang maruf disisi beliau, namun tidak

    dikenal disisi syaikh Yahya hafidzhohullah dan para pengajar di Dammaj? Berapa banyak

    murid-murid syaikh Muhammad Al Imam hafidzhohullah yang maruf di sisi beliau yang

    berada di Mabar, namun tidak dikenal oleh syaikh Yahya dan para pengajar di Dammaj?

    Apakah lantas hanya karena mereka tidak dikenal oleh sebagian ulama, maka serta-merta

    ilmu yang mereka bawa kita tolak ? Walaupun pada kenyataannya, orang tersebut berada di

    atas As Sunnah Ash-Shahihah? Apakah ini barometer untuk diterimanya keilmuan seseorang

    atau ditolak?

    Contoh kedua: Seperti yang telah saya katakan di awal tadi, berapa banyak murid-murid

    Indonesia yang berada di Dammaj yang tidak dikenal oleh syaikh Yahya dan para pengajar di

    Dammaj? Yang seperti ini bila dikembalikan menurut istilah saudara Bani Hasan tadi adalah

    majhul? Lantas apakah nanti saat mereka pulang ke Indonesia, keilmuan yang mereka bawa

    dan dakwah yang mereka sebarkan ditolak ?

    Contoh ketiga: Kalau saudara Bani Hasan mau bersikap jujur dalam menilai maka saya ingin

    bertanya siapakah Ulama di Saudi Arabia yang mengenal ustadz Abu Hazim Muhsin ?

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    7/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    7

    Apakah lantas saudara Bani Hasan bisa menerima bila ustadz Abu Hazim dibilang majhul,

    kritikannya terhadap duat salafiyyin Indonesia ditolak, kemudian diboikot serta dakwahnya

    ditolak hanya dengan menurut istilah majhul yang telah saudara Bani Hasan sebutkan tadi?

    Mengingat para masyayikh Saudi tidak mengenal ustadz Abu Hazim Muhsin.

    Contoh keempat: Sebut saja nama Abu Husein Irwan dari Lamongan yang telah pulang ke

    Indonesia, apakah syaikh Yahya mengenalnya? Atau nama Muhammad Asnur Abu Aisyah

    dari Kendari yang juga telah mudik ke Indonesia, yang kini dia bersama Turobiyyin, apakah

    syaikh Yahya mengenalnya? Tentunya masih segar dalam ingatan nama Abu Laits

    Abdurrahman (Fajar) dari Kendal yang baru saja mudik ke Indonesia, apakah syaikh Yahya

    mengenalnya? Dan yang terbaru lagi nama Abdul Wahhab Thowil alias Restu dari

    Kalimantan, sebagai Humas Pusat Turobiyyah yang belum genap satu bulan meninggalkan

    Dammaj, apakah syaikh Yahya mengenal mereka semua satu-persatu ? Mereka semua saat

    meninggalkan Dammaj berada dalam jaringan Turobiyyah alias teman-teman sepemahaman

    saudara Bani Hasan. Lantas ketika mereka kembali ke Indonesia, dalam keadaan syaikh Yahya

    tidak mengenal mereka lagi.

    Nah, apakah saudara Bani Hasan akan menerima ilmu dan berita yang mereka bawa karena

    mereka majhul, lantaran mereka tidak dikenal oleh syaikh Yahya lagi ? Ternyata dari sisi

    lain saudara Bani Hasan termakan sendiri oleh istilah yang dibuatnya, saat hendak

    menerapkan kalimat majhul. Dari sini kita bisa melihat sepertinya saudara Bani Hasan

    bingung mendefinisikan kalimat majhul dan kebingungan itu menimbulkan akibat yang

    sangat fatalpula. Kiranya ada seorang dai Salafy di Indonesia yang bermurah hati dan waktu

    untuk memberikan pelajaran khusus kepada saudara Bani Hasan, sehingga dia terbebas dari

    kebingungan yang tengah melandanya.

    Ataukah saudara Bani Hasan sendiri yang kurang berminat untuk mendalami ilmu agama yang

    sesuai dengan pemahaman Salaf, namun berambisi kuat untuk menjadi seorang yang akan

    menjadi rujukan bagi ummat ? Kenapa hingga detik ini, saudara tidak menyiapkan diri untuk

    berangkat ke Yaman, guna mempelajari ilmu ini langsung di hadapan para Ulama Sunnah ?

    Bukankah dari sisi materi saudara termasuk orang yang diberi kecukupan harta oleh

    Allah Taala? Sampai kapan saudara membiarkan diri tertinggal jauh di belakangsana? Saya berdoa semoga Allah mempermudah langkah saudara Bani Hasan serta Salafiyyin

    Indonesia lainnya untuk mengkaji ilmu ini langsung di hadapan para Ulama Sunnah (itupun

    bila saudara memang memiliki niatan ikhlas untuk belajar langsung ke tempat para ulama-

    pen).

    Saudara Bani Hasan berkata: tapi saat abu thurob menulis malzamah ilmiah dimana beliau

    dikenal di sisi syaikh yahya dan dlm keadaan syaikh yahya mengetahui isi malzamah tsb

    namun ente (ikhwah yang berada di Indonesia yang tulisan saudara Bani Hasan ini ditujukan

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    8/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    8

    kepadanya-pen) kebetulan tdk mengenalnya dengan serta merta ente menolak malzamah tsb

    bahkan malah menerima "jurnal ilmiah" abu mahfudz

    Saya katakan: Ralat, bukan Abu Thurob tapi Abu Turob, salah huruf, salah makna & beda

    orang !

    Baiklah... kita lanjutkan...

    Siapakah yang terlepas dari kesalahan? Siapakah yang dapat menjamin dirinya terjaga dari

    kekhilafan? Siapakah manusia - selain nabi dan rasul - yang mashum? Di sisi lain, apakah

    orang yang dekat dengan seorang alim, lantas kita bisa menyatakan bahwa dia tidak bersalah

    dan tidak memiliki kesalahan sehingga tidak pantas untuk ditegur atau dinasehati? saya

    menerangkan sisi lain Abu Turob dan orang-orang yang bersamanya dari beberapa kesalahanyang mereka lakukan, bila saudara Bani Hasan membaca Tirai itu kini telah tersingkap

    sesi pertama dan kedua, maka akan mendapati kenyataan yang telah saya sebutkan lengkap

    dengan buktinya.

    Semestinya, saat kita mendapati saudara kita Ahlussunnah yang bersalah atau melakukan

    kesalahan, maka kewajiban kita adalah menasehatinya, yang tentunya dengan cara yang baik

    dan benar. Hal itu sebagai wujud cinta dan kasih kita kepada saudara kita sesama Salafiyyin.

    Rasulullah Shalallahu alaihi Wasallam bersabda:

    : ( , 102/55(

    Artinya: "Agama itu adalah nasehat, para Shahabat bertanya, bagi siapa diperuntukkan nasehat

    itu? Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam menjawab: "Bagi Allah, kitab-Nya, rasul-Nya,

    para pemimpin kaum muslimin dan orang-orang awam mereka. " (Diriwayatkan oleh Imam

    Muslim: 102/55. dari sahabat Abi Ruqayyah Tamim Bin Aus Ad Dary)

    Beliau juga bersabda:

    ):104/56:57 (

    Artinya: "Dan dari Jarirradliyallahu 'anhu berkata: "Aku membai'at Rasulullah Shalallahu

    'Alaihi Wasallam untuk selalu mengerjakan shalat, menunaikan zakat dan memberi nasehat

    kepada setiap muslim."(Diriwayatkan oleh Al Bukhary: 57 dan Muslim: 104/56)

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    9/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    9

    Beliau Shalallahu 'Alaihi Wasallam juga bersabda:

    :45 :13 ( )

    Artinya: "Tidaklah sempurna keimanan salah seorang dari kalian sampai dia mencintai

    (kebaikan) untuk saudaranya, sebagaimana dia mencintai (kebaikan itu) untuk dirinya sendiri."

    (Diriwayatkan oleh Al Bukhary: 13 dan Muslim: 45 dari sahabat Anas Bin Malik

    radliallahu 'anhu)

    Sehingga bukan berarti orang yang dikenal oleh syaikh Yahya, dan dalam keadaan syaikhYahya mengetahui keadaan orang itu, lantas dia tidak mungkin terjatuh pada kesalahan. Ini

    justru pemahaman yang sangat salah dan mendekati pemahaman Shufiyyah yang

    berkeyakinan akan kesucian para wali ! Walau tentunya kita tetap berharap bahwa orang

    yang dekat dengan seorang yang alim akan lebih terhindar dari kesalahan, karena keilmuan

    yang ada padanya. Namun bila ternyata orang itu bersalah, maka kewajiban bagi orang

    yang melihat dan menyaksikan kesalahan itu untuk merubahnya, serta meluruskan

    orang yang salah tersebut siapapun orangnya. Dan ini adalah prinsip agama yang kita anut.

    Rasulullah Shallallahu alaiahi wassallam bersabda:

    .

    ) (

    Artinya: Barangsiapa diantara kalian ada yang melihat kemungkaran maka hendaknya dia

    merubah kemungkaran itu dengan tangannya, bila tidak mampu dengan tangan maka

    hendaknya dia merubah kemungkaran itu dengan lisannya dan bila tidak mampu dengan lisanmaka hendaknya dia merubah kemungkaran itu dengan hatinya, dan mengingkari

    kemungkaran dengan hati itu merupakan tingkatan iman yang paling lemah (diriwayatkan

    oleh Imam Muslim dari Shahabat Abi Said Al Khudry radliyallahu anhu

    Adapun Abu Mahfudzh, disaat menjelaskan kesalahan dan penyimpangan Abu Turob dan

    kelompoknya, bukanlah sekedar memenuhi ambisi pribadi, bukan pula tuduhan dusta atau

    sekedar omong kosong. Bahkan disertai dengan bukti yang tercantum serta disaksikan oleh

    mereka-mereka yang berada di Dammaj, yang mereka mengalami kejadian demi kejadian

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    10/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    10

    yang sedang berlangsung di tengah-tengah mereka. Hal ini dilakukan Abu Mahfudzh demi

    perwujudan dari sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam yang berbunyi:

    ):4715 , (

    Artinya: Kalau seandainya semua orang diberi sesuai dengan pengakuan mereka, maka akan

    ada orang yang mengaku bahwa harta dan darah yang dimiliki oleh suatu kaum sebenarnya

    adalah miliknya. Akan tetapi orang yang mengaku-ngaku harus mendatangkan bukti dan

    orang yang mengingkari pengakuan orang lain harus mengucapkan sumpah. (Hadits

    Ibnu Abbas diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam kitabnya Sunan Sughro: 4715)

    Semoga saudaraku Bani Hasan dapat mengambil pelajaran dari apa yang telah tertuang dalam

    risalah ini.

    Sedangkan ucapan saudara Bani Hasan yang berbunyi: dimana abu mahfudz ini mengatakan

    kalau dia baru beradaptasi dengan iklim dan cuaca dammaj.

    Saya katakan: Wahai saudara bani Hasan yang saya hormati, disini ada dua hal yang ingin

    saya sampaikan kepada saudara:

    Yang pertama:Nampaknya saudara Bani Hasan kurang teliti dalam menukilkan ucapansaya, dan dan saya melihat ini adalah suatu kecerobohan. Ternyata saudara kurang bisa

    mengemban amanah ilmiyyah dalam menukilkan ucapan seseorang. Bagi mereka yang

    meneliti dengan seksama apa yang saya ucapkan pada Tirai sesi pertama, maka mereka

    akan menemukan dimana letak kecerobohan saudara Bani Hasan. Inilah kalimat yang saya

    ucapkan pada: Tirai itu kini telah tersingkap sesi pertama: Saat kutorehkan tinta ini

    tergerak lisan dan hatiku tuk selalu berucap syukur kepada Allah Taala, yang telah

    mentaqdirkan kesehatan ini, tuk tetap setia menemani semangatku dalam menuntut ilmu

    Dienul Islam saat ini. Walau perubahan cuaca di Yaman terasa sangat kurang bersahabat

    dengan kondisi tubuhku saat ini. Namun aneh tapi nyata, beberapa bulan telah berlalu toh

    aku masih belum bisa beradaptasi dengan gurun batu, Negeri Yaman. Sementara ucapan

    saudara Bani Hasan berbunyi: (dimana abu mahfudz ini mengatakan kalau dia baru

    beradaptasi dengan iklim dan cuaca dammaj, yang tertera dalam Tirai bukan Dammaj

    melainkan di Yaman atau Negeri Yaman.

    Ternyata saudara Bani Hasan sama-sama cerobohnya atau diajari ceroboh oleh Abu

    Sholih Dzakwan Al Medany Al Indonesy ? Dalam tulisannya yang dimuroja'ah oleh PTT

    (Panglima Tertinggi Turobiyah) Abu Turob Saif Al Jawy Al Indonesy, Dzakwan berkata

    keliru lantaran dia tidak cermat membaca tulisan Abu Mahfudh dengan menyatakan : Dia

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    11/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    11

    adalah muta'ashib pendusta yang bersembunyi di Dammaj menurut pengakuannya. Sementara

    orang-orang Indonesia yang bernama "Ali" disini tiada satupun yang berani mengaku kenal

    dengannya. Hai pengecut, tolong sebutkan kepada kami nama-nama orang yang

    mengenalmu dan merekomendasi dirimu, juga nama kampung halamanmu, serta alamatmu

    yang jelas di Dammaj. Karena kami ingin berkenalan denganmu dan berziaroh ke tempatmu.

    Kami juga ingin memperperkenalkanmu kepada Syaikhuna Yahya Al Hajury hafizdohulloh.

    Ini jika kamu adalah dari kalangan manusia. Namun jika kamu dari sebangsa jin hizby, maka

    kami katakan: "Ittaqillah, wakhsya' falan ta'duwa qodroka!" . (hal 52, Menggulung Jaringan

    Sindikat Membongkar Makar Pengkhianat Abdurrohman Al- 'Adeny).

    Kecerobohan saudara Bani Hasan ini juga sama persis dengan kecerobohan pria

    bernama Abu Fairuz Abdurrahman bin Sukaya yang menyatakan tentang Abu Mahfudzh

    : Mengaku ada di Dammaj tapi tak kami temukan batang hidungnya . (Buat yang Memerangi

    Kebatilan dengan Identitas Samaran, hal: 12). Ternyata kalian, wahai Turobiyyun, baik

    yang berada di Dammaj atau di Indonesia saling mewariskan kecerobohan!

    Semoga pembenaran ini mendorong saudara Bani Hasan, Abu Sholih Dzakwan Al Medany Al

    Indonesy, Abu Fairuz Abdurrahman bin Sukaya, untuk bisa lebih teliti dalam menukilkan

    ucapan seseorang, sehingga tidak terjatuh pada kesalahan yang sama di kemudian hari.

    Yang kedua: Wahai saudara Bani Hasan, berapa banyak pelajar di Dammaj (sesuai tulisan

    saudara Bani Hasan) yang telah bertahun-tahun lamanya namun saat terjadi perubahan musim,

    mereka tidak juga bisa beradaptasi dengan iklim Dammaj? Bahkan tak sedikit dari mereka

    yang terserang penyakit karena perubahan musim itu. Apakah ini menjadi suatu cela bagi

    seseorang untuk lantas apa yang datang darinya ditolak ? Dan bukankah tahun itu merupakan

    kumpulan dari bulan? Sedangkan bulan adalah kumpulan dari pekan dan pekan juga kumpulan

    dari hari? Salahkah bila seseorang mengatakan beberapa bulan, untuk mengungkapkan

    masa empat tahun atau lebih, demi menyesuaikan susunan kalimat yang tertera

    sebelumnya?

    Adapun ucapan anda: ( namun dengan hebatnya sudah mengenal "aliran thurobiyyun"

    dengan sedetail-detailnya)

    Saya katakan: Apakah saudara Bani Hasan terheran-heran dengan keadaan saya yang

    mengenal Aliran Turobiyyah dengan sedetail-detailnya? Bila ternyata memang saudara

    terheran-hean dengan keadaan itu, maka maklum saja karena saudara Bani Hasan masih

    bingung dengan kalimat baru bisa beradaptasi dengan iklim dan cuaca Dammaj (yang

    benar bukan Dammaj namun Negeri Yaman), namun saya akan menepis keheranan yang

    kini tengah menyelimuti saudara Bani Hasan.

    Bahwa disana ada peribahasa Arab yang berbunyi:

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    12/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    12

    Artinya: Orang yang hadir menyaksikan apa yang tidak disaksikan oleh orang yang tidak

    hadir.

    Peribahasa lainnya berbunyi:

    Artinya: Tidaklah sama antara orang yang menyaksikan dengan orang yang hanya

    mendengar.

    Sementara itu, Rasulullah Shalallahu alaihi Wasallam juga bersabda :

    " : " :

    Artinya: Dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah Shalallahu alaihi Wasallam bersabda:

    Sekedar berita tidaklah seperti menyaksikan sesuatu dengan mata kepala. (Diriwayatkan oleh

    Imam Ahmad dalam musnadnya, serta dishahihkan oleh Al Albany rahimahumallah)

    Bukankah waktu empat tahun sangat cukup bagi seseorang untuk mengenal suatu

    pergerakan yang ada disekelilingnya ? Terlebih dahulunya orang tersebut juga mengikuti

    pergerakan itu dan sempat ikut andil padanya ?

    Berapa lama perjuangan Laskar Jihad Ahlussunnah wal Jamaah (FKAWJ) di Ambon?

    Bukankah dalam kurun waktu hampir tiga tahun, maka banyak dari anggotanya mengetahui

    kesalahan yang dilakukan oleh forum itu? Lantas apa yang mengherankan saudara Bani

    Hasan, bila ternyata kini Abu Mahfudzh memperingatkan rekan-rekannya dari

    kesalahan dan penyimpangan yang dilakukan oleh Turobiyyah, lengkap dengan data dan

    persaksian orang yang mengalami kejadian tersebut ?

    Wahai saudara Bani Hasan yang saya hormati, bukan hawa nafsu kita yang pantas kita

    ikuti, namun al-haq sajalah yang wajib kita tempuh. Bukan pula karena kewibawaan

    seseorang lantas menghalangi kita untuk mengutarakan dan menyampaikan Al Haq. Justru al-

    haq lebih mulia dan lebih berharga dari diri, keluarga dan semua sahabat kita, inilah yang

    diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi Wasallam kepada ummatnya. Rasulullah

    Shalallahu alaihi Wasallambersabda:

    " ) )" ( (

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    13/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    13

    Artinya: Janganlah sampai hanya karena perasaan segan terhadap manusia lantas

    menghalangi seseorang untuk berkata benar jika dia mengetahuinya, menyaksikan atau

    mendengarnya " (Hadits Abi Said yang diriwayatkan oleh Ahlus Sunan dan tersebut di As-

    Silsilah Ash-Shahihah , syaikh Al Bani juz 1 hal 167 ).

    Sedangkan ucapan saudara Bani Hasan yang berbunyi: ya akhi salafiyyin mana yg ente sebut

    tidak mengenal abu thurob? ikhwah2 yg sdh lama mengenal dakwah salafy insya Allah

    mengenal siapa abu thurob, beliau salah satu thullab dammaj yg sdh lama menimba ilmu

    disana."

    Saya katakan: Iya, memang benar bahwa Abu Turob adalah salah seorang thullab di

    Dammaj yang telah lama belajar di tempat itu. Kita harus adil dalam bersikap dan bertindak.

    Kita katakan yang benar itu memang benar dan kita katakan yang salah itu salah, karena

    keadilan lebih dekat kepada ketaqwaan.

    Adapun ucapan saudara Bani Hasan: Dan belum diizinkan utk kembali ke indonesia oleh

    syaikh yahya

    Saya katakan: Ini juga benar, bahwa Abu Turob belum diizinkan oleh syaikh Yahya untuk

    mudik ke Indonesia. Namun ucapan saudara bani Hasan yang berbunyi: karena keilmuan abu

    thurob yg sangat dibutuhkan oleh para Thullab Dammaj

    Saya katakan: Nah pada kalimat ini saya memiliki beberapa catatan diantaranya:

    Pertama:Sayaberprasangka baik terhadap Abu Turob atas ucapan saudara Bani Hasan yang

    berbunyi: keilmuan Abu Turob yg sangat dibutuhkan oleh para Thullab Dammaj, apabila

    didengar oleh Abu Turob, maka dengan serta-merta Abu Turob akan mengingkarinya.

    Abu Turob akan membersihkan dirinya dari pujian saudara Bani Hasan yang tidak pada

    tempatnya ini, serta tidak pula terwujud di alam nyata. Hal itu dikarenakan Abu Turob lebih

    tahu tentang dirinya sendiri dan bagaimana posisinya. Juga karena dia mengetahui sebuah

    haditsRasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam yang berbunyi:

    Artinya: Orang yang berbangga dengan sesuatu yang tidak ada pada dirinya, bagaikan orang

    yang mengenakan dua pakaian kedustaan (Diriwayatkan oleh Al Bukhari: 5219 dan Muslim:

    5706 dari Shahabat Asma Binti Abi Bakr Ash Shiddiq)

    Kedua: Para tholabah Indonesia lainnya yang telah lama di Dammaj dan paham dengan

    keadaan Abu Turob, apabila mereka mengetahui ucapan saudara Bani Hasan ini, maka mereka

    juga akan mengingkari ucapan saudara Bani Hasan yang terkesan sangat dipaksakan ini.

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    14/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    14

    Ketiga:Sebagian orang yang baru saja melepaskan diri dari Turobiyah, yang dahulunya

    mereka selalu bersama Abu Turob, namun demi menyaksikan kesalahan dan

    penyimpangan Abu Turob dan kelompoknya, apabila mereka mencermati pujian saudara

    Bani Hasan kepada Abu Turob, tentulah mereka bakal mengingkari perkataan saudara Bani

    Hasan ini.

    Keempat: Wahai saudara Bani Hasan, dari siapakah saudara mendapatkan berita ini?

    Siapakah yang telah memberikan berita yang kurang akurat ini kepada saudara? Yaitu

    berita yang berisi bahwa: keilmuan Abu Turob yg sangat dibutuhkan oleh para Thullab

    Dammaj, saya khawatir saudara Bani hasan menerima berita ini dari orang yang tidak

    dikenal di sisi syaikh Yahya hafidzohullah alias majhul ! Namun yang menjadi pertanyaan,

    Mengapa disaat saudara butuh kepada suatu keadaan yang menguntungkan posisi saudara,

    lantas kemudian menerima berita dari seseorang yang menurut disiplin ilmu yang ada pada

    saudara Bani Hasan, dicap sebagai majhul?-, ataukah saudara mengatakan sesuatu yang

    tidak saudara ketahui?

    Kelima: Bukankah saudara Bani Hasan berasal dari keluarga yang mampu ? Tidakkah

    sebaiknya saudara menuntut Ilmu dien yang mulia ini langsung ke Dammaj, tidak

    melalui para perantara yang majhul itu ? Sehingga dengan demikian saudara bisa

    langsung duduk di hadapan para Ulama yang terpercaya secara langsung? Dan di sisi lain

    saudara juga akan bisa mengetahui bagaimana Abu Turob dan siapa Abu Turob yang

    sebenarnya ? Namun sebagaimana pepatah menyatakan: Nasi telah menjadi bubur, justru

    saudara Bani Hasan menghabiskan masa mudanya dengan kuliah, yang semua orang yang

    memiliki kecemburuan terhadap dien ini akan mengingkari perbuatan dan kelakuan yang anda

    tempuh. Berapa banyak kemaksiatan yang saudara kerjakan dalam 1 hari selama berada pada

    jam kuliah ??? Bukankah tempat kuliah itu terjadi ikhtilath ??? Ataukah anda bukan termasuk

    orang yang dipilih oleh Allah untuk bisa bermajlis di hadapan para ulama Ahlus Sunnah?

    Kita memohon kepada Allah agar Dia selalu menganugrahkan kekokohan kepada kita

    dalam menapaki al-haq ini.

    Keenam:Setelah kita mengetahui kenyataan yang sebenarnya, bahwa tidak diizinkannya Abu

    Turob pulang ke Indonesia ternyata bukanlah karena : keilmuan Abu Turob yang sangat

    dibutuhkan Thullab Dammaj, sebagaimana yang dilontarkan oleh saudara Bani Hasan tadi.

    Maka tentunya timbul pertanyaan di benak kita semua: Lantas apakah sebab syaikh

    Yahya tidak mengizinkan Abu Turob untuk pulang ke Indonesia?

    Jawabannya adalah: Seorang guru yang penyayang, apabila melihat anak didiknya

    kurang memiliki kemampuan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih

    tinggi, maka si guru tadi akan memberikan saran kepada si murid untuk mengulang

    kembali pelajaran yang telah didapatinya. Dengan kata lain, si murid tadi tidak naik

    kelas. Dan apabila telah mapan dalam pengulangannya itu, maka baru pada tahun

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    15/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    15

    berikutnya akan diizinkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal itu

    semata-mata biasa dilakukan oleh guru yang bijak, demi melihat suatu pertimbangan jauh ke

    depan yang sangat matang. Yakni apabila sang murid dengan ketidakmampuannya tetap

    dipaksa untuk menempuh jenjang yang lebih tinggi, maka tentulah si murid akan

    mengalami kesulitan. Dan lebih parah dari itu tidak menutup kemungkinan si murid akan

    mengalami kegagalan yang lebih fatal dalam belajarnya. Maka pengulangan yang diterapkan

    pada sang murid, walau terasa sangat menekan pikirannya, jauh lebih baik dari pada harus

    mengalami kegagalan total dalam belajarnya. Itu merupakan sebuah isyarat, seorang yang

    cerdik akan mengerti dengan isyarat yang dihadapinya.

    Namun bagi mereka yang masih belum paham dengan isyarat di atas, silahkan simak

    penjelasan berikut. Bahwasanya syaikh Yahya hafidhohullah saat beliau belum mengizinkan

    Abu Turob untuk pulang ke Indonesia, bukanlah lantaran : karena keilmuan Abu Turob yang

    sangat di butuhkan oleh para Thullab Dammaj. (sebagaimana yang dinyatakan oleh saudara

    Bani Hasan tadi). Namun yang benar, demi melihat prestasi Abu Turob yang masih

    kurang, sehingga dikhawatirkan Abu Turob kurang mumpuni untuk terjun di medan

    dakwah Indonesia yang sangat berat, maka beliau menyarankan Abu Turob untuk tetap

    tinggal di Dammaj guna mendalami ilmu dien ini, sembari mengajari teman-temannya

    apa yang dia mampu. Hal ini akan lebih mengasah kemampuannya, agar lebih mapan lagi

    dalam keilmuannya, sehingga apabila nanti pulang ke Indonesia maka dia bisa mengemban

    dakwah yang sangat berat ini, sebagaimana para duat Salafiyyin lainnya yang telah

    mendahului Abu Turob berdakwah dan berjuang di medan sebenarnya, yakni negeriIndonesia.

    Hal ini lebih ringan ketimbang Abu Turob diizinkan untuk pulang, namun tetap saja

    prestasinya yang kurang bagus, karena dikhawatirkan dia akan mengalami banyak kesulitan

    dalam berdawah. Apatah lagi lebih parah, apabila ternyata dia gagal dalam mengemban

    dakwah Salafiyyah yang murni dari Pusat Dakwah Salafiyyah yang Murni Sedunia -

    meminjam istilah akhi Abu Fairuz Abdurrohman bin Sukaya maka apa kata dunia ???

    Terlebih parah lagi apabila ia nantinya menjerumuskan orang lain dalam keadaan keliru,

    sehingga banyak orang yang masuk dalam kegagalan seperti yang dia jalani. Dan bukankah

    penyimpangan serta kesalahan al ustadz Abu Hazim Muhsin selama bergelut di medandakwah Indonesia bisa dijadikan sebagai pelajaran bagi orang yang cerdik ?

    Adapun ucapan saudara Bani Hasan yang berbunyi: beliau juga saudara kandung ust. ahmad

    kebumen

    Saya katakan: Ternyata saudara Bani Hasan telah membantu saya dalam menyingkap Tirai

    Turobiyyah. Saya ucapkan: Jazakallahu Khairol Jaza, dan semoga setelah saudara

    menyingkap sendiri Tirai Turobiyyah, maka saudara Bani Hasan tidak tertipu lagi dengan

    manisnya bujuk rayu Turobiyyah.Namun sebelum memasuki inti permasalahan pada poin ini,

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    16/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    16

    ada baiknya bila diawali dengan kata pembuka sehingga pelajaran ini akan bisa lebih meresap

    dan mudah untuk dipahami, yaitu:

    Wahai saudara Bani Hasan, bukankah Allah memerintahkan kita untuk berlaku adil dalam

    setiap keadaan ? Dan bukankah Allah juga memerintahkan kita untuk berlaku adil pada setiap

    sikap yang kita lakukan? Bila saudara mengatakan: Tidak!, maka semua orang akan

    mengenal siapa anda sebenarnya. Namun bila ternyata saudara mengatakan: Iya!, dan saya

    berbaik sangka kepada saudara Bani Hasan bahwa saudara akan mengatakan: Iya. Maka

    disini kita akan meneruskan pelajaran kita ini. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

    )) :8 Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kalian menjadi orang-orang yang selalu

    menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil dan janganlah karena

    kebencian kalian terhadap suatu kaum mendorong kalian untuk berlaku tidak adil. Berlaku

    adillah kalian, karena keadilan itu lebih dekat kepada ketaqwaan. Sesungguhnya Allah Maha

    Mengetahui apa yang kalian lakukan" (Al Maidah: 8)

    Allah Subhanahu Wa Taala juga berfirman:

    ):135(

    Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kalian menjadi para penegak keadilan,

    menjadi saksi karena Allah sekalipun terhadap diri-diri kalian sendiri atau kedua orang tua

    serta karib kerabat kalian" (An Nisa: 135)

    Tentunya kedua ayat ini merupakan dasar dan landasan bagi setiap muslim untuk bersikap dan

    bertindak. Dan saudara Bani Hasan juga tentunya memiliki pemahaman yang sama denganmuslimin yang lainnya, bahwa kita harus tetap adil dalam bersikap dan bertindak. Namun

    bilakah kita melihat keadilan Turobiyyun? Salah seorang anggota Turoby menulis sebuah

    kitab berjudul :

    "

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    17/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    17

    Kutipan halaman 9 kitab tersebut sbb :

    )(:

    (( ) ( )( ()( )( ) () () ( ) ( )

    (,)( )( )( ) ( )

    , )( ) ( )(,)(,) (,)(,) ()()(,)(

    (,) (,) (

    .)Nampak disana dengan semangat yang membabi-buta si penulis menyikathampir semua

    yang memiliki yayasan yang dimiliki para duatSalafiyyin Indonesia, terlebih duat

    Salafiyyin yang tidak sependapat dengan Turobiyyah. Lihat yayasan Al Madinah, Solo

    (ustadz Jauhari, Muhammad Naim, Lc), yayasan Tazhimus Sunnah Riau (ustadz Dzul

    Akmal, Lc), yayasan Markaz Amal Al-Islami (ustadz Dzulqarnain), Makassar, dst.

    Kendati telah ada diantara duat Salafiyyin Indonesia memiliki pandangan jauh ke depan,

    dengan mengemukakan pendapat para Ulama di masa kini. (lihat kembali tulisan yang sarat

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    18/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    18

    dengan ilmu yang mapan, berjudul Mendulang berkah dengan yayasan Salafiyyah,

    disusun oleh seorang dai Salafy bernama Abu Karimah Askari hafidzhohullah), namun tetap

    saja memberi harga mati, semua yayasan bidah, sesat!

    Jelas nampak kita bisa melihat ketimpangan Turobiyyun dan ketidak-adilan mereka dalam

    bersikap dan bertindak.

    Bahkan tertulis, penulis menyebutkan yayasan Tazhim As Sunnah, yang dipelopori dan

    diketuai al ustadz Abal Mundzir Dzul Akmal, Lc. Namun kenapa kita tidak pernah

    mendengar murid-murid ustadz Dzul Akmal mengangkat Yayasan itu ke permukaan,

    sebagaimana mereka mengangkat yayasan duatSalafiyyin lainnya? Mana keadilan

    Turobiyyah dalam bersikap dan bertindak? Apakah hanya lantaran al ustadz Dzul Akmal,

    Lc adalah guru bagi sebagian Turobiyyin yang berada di Dammaj, lantas yayasan yang berada

    dalam bimbingan beliau tidak tersentuh cap bidah ashriyyah, sesat itu ?

    Manakah suara-suara sumbang Turobiyyah atas yayasan Tazhim As Sunnah, Riau,

    sebagaimana mereka telah mengeluarkan suara sumbang atas yayasan-yayasan duat

    Salafiyyin lainnya? Semoga saudara Bani Hasan memiliki pemikiran yang cemerlang yang

    sesuai dengan Al Kitab dan As Sunnah As Shohihah serta memiliki keadilan pula dalam

    bersikap dan bertindak. Sehingga tidak terjatuh dalam ketimpangan Turobiyyah

    Di Ngawi sendiri juga disebutkan sebuah Yayasan yang diberi nama dengan Yayasan

    Tazhimus Sunnah, dan Bani Hasan hadir dalam pendirian yayasan tersebut,sebagaimana dinyatakan al Ustadz Abdul Hadi. Hasan termasuk yang ikut menunjuk

    ustadz Abdul Hadi sebagai ketuanya. Namun kenapa Abu Hazim atau Turobiyyun yang kini

    berada di Dammaj tidak pernah melakukan pengingkaran terhadap yayasan itu, sebagaimana

    pengingkarannya terhadap yayasan dan duatSalafiyyin lainnya ?

    Bahkan ternyata yang lebih menggelikan lagi, yayasan bernama Yayasan Tarbiyyatus

    Sunnah, Jl. Syuhada 02, Sampung, Sidorejo, Plaosan, Magetan, dimana Abu Hazim

    mengajar, ternyata masih terdaftar dan tetap aktif di pemerintahan, namun hanya plang

    atau tulisan Yayasan-nya saja yang disembunyikan. Kemudian disebarlah isu berita

    bahwa Abu Hazim telah membubarkan yayasannya, sehingga lolos dari daftar yayasanbidah di atas. Namun tidak pernah ada yang menerangkan bahwasanya yayasan

    Tarbiyatus Sunnah itu telah dibubarkan secara resmi lewat Pengadilan Negeri Magetan!

    Dan juga perlu ditanyakan, apakah pemerintahan setempat telah mengetahui bahwa yayasan

    Tarbiyatus Sunnah yang selama ini menaungi pondok Ittibaus Sunnah serta semua kegiatan

    dakwah di Magetan telah bubaran, ataukah semua kegiatannya masih tetap berjalan? Tidak,

    bahkan daurah, pengajian, mendatangkan ustadz-ustadz dari yayasan Salafy terus

    dilangsungkan disana. Padahal terus berkumandang nyanyian dari Turobiyyun terkait yayasan,

    Ini haroom!!! Ini bid'ah 'ashriyyah!!! Ini muhdatsah!!! Atau ungkapan lainnya karena

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    19/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    19

    masalah yayasan itu sudah pasti bidah sesat, permasalahan basi yang bid'ah, yaitu masalah

    yayasan ! Jangan memakai yayasan wahai salafiyyin, kalau engkau tetap memakainya,

    pastilah cap dungu bakal disarangkan oleh Turobiyyun, seperti ucapan Abu Turob : Ya

    subhanalloh di mana tawakkalmu dan taqwamu wahai orang dungu?.

    Tidakkah mereka bertaubat dari yayasan itu ? Bukankah kita mengetahui syarat taubat?

    Allah berfirman:

    .

    Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan

    berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk setelah Kami menerangkannya

    kepada Manusia dalam Al Kitab mereka itu di lanat Allah dan dilanat oleh semua makhluk

    yang dapat melanat. Kecuali mereka yang telah bertaubat, dan mengadakan perbaikan serta

    menerangkannya. Maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Aku-lah Dzat

    yang Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Al Baqarah: 159-160)

    Yang lebih aneh mengapa Abu Hazim masih tetap bertahan di tempat itu, padahal menurut

    keyakinannya bahwa pondok itu dibangun bukan atas dasar ketaqwaan sejak peletakan batu

    pertama karena masih membawa embel-embel Yayasan? Mengapa Turobiyyun mengatakan bahwa Yayasan sebagai wasilah dakwah itu Muhdatsah, Bidah Ashriyyah dan Haroom ?

    Namun pada kenyataannya di Magetan di tempat Abu Hazim tinggal dan mengajar, kita

    dapati baik itu tanah, bangunan, masjid serta semua fasilitas yang didapat atas nama

    yayasan, donatur, proporsal, bertasawul, muammalah dengan rekening bank, semuanya

    masih dipakai. Mengapa ketimpangan ini engkau pertontonkan pada kami, ya ustadz ?

    Bukankah Allah Taala berfirman:

    .

    Artinya: Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah serta tinggalkanlah

    sisa dari riba jika kalian benar-benar orang yang beriman. Akan tetapi jika kalian tidak

    mengerjakannya (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan Rasul-Nya akan

    memerangi kalian. Dan jika kalian bertaubat maka bagi kalian pokok harta kalian. Kalian tidak

    menganiaya dan tidak pula dianiaya. (Al Baqarah: 278-279)

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    20/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    20

    Adakah kita mendengarTurobiyyah membicarakan keadaan Abu Hazim? Apakah karena dia

    adalah kakak kandungnya Abu Arqom Mushlih (yang merupakan anggota Turobiyyah), lantas

    dia selamat dari bidikan Turobiyyun? Atau apakah karena Turobiyyun masih memanfaatkan si

    miskin ini, lantas mereka masih menutup mulut dan mata mereka dari kesalahan dan

    penyimpangan yang dilakukan oleh Abu Hazim, sampai mereka mencapai tujuan mereka

    kemudian mencampakkan Abu Hazim?Habis manis sepah dibuang !

    Dan bukankah ustadz Ahmad, Petanahan, juga memiliki yayasan ? Apakah hanya

    karena Ustadz Ahmad Syaibani adalah saudara kandungnya, lantas Abu Turob

    membebaskan saudaranya dari hukum yang telah menjadi keyakinan mereka bahwa

    Yayasan itu haram, bidah dan muhdatsah ?

    Ya, ustadz Ahmad Syaibani, yang merupakan saudara dari ustadz Abu Turob Al-Jawi,

    memiliki yayasan bernama Anwarus Sunnah, di Petanahan, Kebumen. Kiprah yayasan

    ini memiliki radio dakwah, pondok pesantren dengan nama sesuai nama yayasan,

    termasuk dikenal, sampai pernah dibahas Ahmad Wahib dari STAIN Yogyakarta

    dalam tulisannya berjudul Gerakan Dakwah Salafy Paska Laskar Jihad. Ahmad

    Wahib tahu adanya yayasan ini, yang lokasinya di depan Pegadaian Petanahan, Petanahan,

    Kebumen 54382. Masak Abu Turob pura-pura tidak tahu tentang yayasan saudaranya ini,

    sementara orang jauh malah tahu persis ?

    Para pembaca sekalian juga bisa crosscek sendiri keberadaan yayasan Anwarus Sunnah pada

    ustadz Khalid, pengajar di yayasan Anwarus Sunnah, nomor HP beliau ada di internet,

    tercantum sebagai agen Albiruniherbals. Seorang ikhwan di Indonesia menyampaikan bahwa

    beliau menyatakan benar bahwa yayasan tersebut masih ada. Namun saudara-saudara sekalian,

    tidak pernah kita dengar sekalipun ada kritikan atas al Ustadz Ahmad Syaibani, apakah sang

    PTT Abu Turob Al-Jawi memang selalu memakai 2 timbangan dalam menghizbikan,

    membidah-sesatkan yayasan, sehingga saudaranya dan rekannya dikecualikan ?

    (Peringatan: Bukan berarti saya mencela dan merendahkan al Ustadz

    Abul Mundzir Dzul Akmal, Lc, al Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain, al

    Ustadz Ahmad Syaibani dan duat salafiyyiin lainnya, lantaran yayasan

    yang juga mereka miliki. Namun saya menegur diantara oknum murid-

    murid mereka yang kini berada di Dammaj yang tidak berlaku adil.

    Adapun Al Ustadz Abul Mundzir Dzul Akmal, Al Ustadz Abu Muhammad

    Dzulqarnain, Al Ustadz Ahmad Syaibani dan yang lainnya mereka

    memiliki yayasan, mungkin beliau-beliau termasuk orang yang mengambil

    fatwa para Ulama lainnya yang membolehkan menggunakan yyasan sebagai

    wasilah dakwah, demi menghindari terjadinya penekanan dari pihak-

    pihak tertentu yang menginginkan kehancuran pada dakwah Salafiyyah di

    negeri Indonesia. Seperti kita sering mendengar adanya fitnah berupa

    cap teroris, aliran sesat, dan semisalnya, sering beredar di sekitar

    tempat tinggal komunitas salafiyyin atau di sekitar mahad Salafy.

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    21/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    21

    Diantara maslahatnya, dengan adanya kejelasan status lembaga

    pendidikan Salafiyyin, yayasannya, hubungan baik dengan pemerintah

    dan perangkatnya, maka fitnah itupun alhamdulillah mereda. Dan

    mungkin juga beliau-beliau menimbang beberapa kemaslahatan lainnya,

    akan tetapi mereka Turobiyyun tidak mengetahuinya atau tidak mau

    tahu, atau karena mereka kurang bisa membedakan mana mashlahat dan

    mana pula mafsadat)

    Demikian ketidak-adilan Turobiyyun ini, maka kita teringat dengan hadits Rasulullah

    shallallahu alaihi wasallam yang berbunyi:

    : :3475( ) 1688

    Artinya: Demi jiwaku yang berada dalam tangan-Nya, kalaulah seandainya Fathimah binti

    Muhammad (anak perempuan beliau sendiri) mencuri, maka niscaya akan aku potong

    tangannya. (Diriwayatkan oleh Bukhari: 3475 dan Muslim: 1688 dari shahabat Aisyah

    radliallahu anha)

    Dimanakah posisi Turobiyyun dari pengamalan hadits yang mulia ini? Ya Allah, berikanlah

    anugrah-Mu kepada kami, sehingga kami bisa berlaku adil, walaupun kepada diri, keluarga

    dan sahabat-sahabat kami.

    Saudara Bani Hasan berkata: beliau juga hafal Al Quran, riyadhus sholihin.

    Saya katakan: Apakah bila seseorang hafal Al Quran dan kitabRiyadush Shalihin, lantas bisa

    terbebas dari kesalahan? Apakah seseorang yang hafal Al Quran, mahir dalam bacaan Al-

    Quran, puasa dan sholat sepanjang hari, namun berada dalam kesalahan dan penyimpangan

    bisa dijadikan sebagai suatu kebanggaan ? Bila ada yang beranggapan demikian, maka

    sepertinya dia sangat perlu untuk merenungi dan memahami sebuah hadits Rasulullah

    Shalallahu alaihi Wasallam yang berbunyi:

    - - - - - - .

    . .

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    22/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    22

    ):3610:2503(

    Artinya: Dari Abi Said Al Khudry radliallahu anhu dia berkata: ketika kami sedang

    berada di sisi Rasulullah Shalallahu alaihi Wasallam dan beliau sedang membagi-bagikan

    harta, disaat itu datanglah Dzul Khuwaishiroh menghampiri beliau (Dzul Khuaishiroh adalah

    seorang yang berasal dari Bani Tamim), seraya berkata: Wahai Rasulullah berlaku adillah

    Anda. Maka beliau berkata: Celakalah engkau, siapakah yang akan berlaku adil apabila

    saya tidak berlaku adil. Sungguh Aku telah merugi apabila tidak berlaku adil. Maka Umar

    bin Khatthab berkata: Ya Rasulullah izinkanlah saya untuk memenggal lehernya. Maka

    beliau bersabda: Biarkanlah dia, karena sesungguhnya dia akan memiliki kelompok, salah

    seorang dari kalian akan meremehkan sholat dan puasanya apabila dibanding dengan sholat

    dan puasanya mereka. Mereka membaca Al Quran namun tidak melewati kerongkongannya.

    Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah keluar dari sasaran yang telah terbidik.

    (Diriwayatkan oleh Al Bukhari: 3610 dan Muslim: 2503)

    Saudara Bani Hasan berkata: Lantas skrg ana ingin bertanya. siapakah abu mahfudz???

    Saya katakan: Adapun Abu Mahfudzh, maka dia adalah Ali Bin Imran Bin Ali Adam Al

    Andunisy Abu Mahfudzh -semoga Allah selalu menjaganya dan menjaga semua kaum

    muslimin dari penyimpangan dalam agama mereka-.

    Saudara Bani Hasan juga berkata: keilmuannya bagaimana? hafalannya bagaimana???

    Saya katakan: Segala puji hanya untuk Allah, Abu Mahfudz selalu bersyukur kepada Allah

    yang telah memberikan karunia yang tak terhingga kepada Abu Mahfudzh berupa nikmat

    Islam dan Sunnah. Ditambah lagi dengan dimudahkannya langkah Abu Mahfudzh untuk bisa

    duduk belajar di hadapan para Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah di Yaman. Abu Mahfudzh

    juga berdoa, semoga Allah memudahkan langkah saudara Bani Hasan untuk bisa belajar

    menimba ilmu ini di hadapan para Ulama Ahlus Sunnah, sehingga bisa menghilangkan

    kebodohan, membekali diri dengan ilmu yang benar serta mengajak manusia kepada jalan

    yang benar pula.

    Sedangkan ucapan saudara Bani Hasan yang berbunyi: Dan yg sangat menggelikan, ente dan

    abu mahfudz yg majhul di sisi syaikh yahya dan mungkin sebagian salafiyyin indonesia,

    berbicara tentang org yg memiliki keutamaan ilmu di sisi syaikh dan para thullabul dammaj.

    Apakah ente seorang ruwaibidhoh?!?!?!?!?!

    Saya katakan: Wahai saudara Bani Hasan, bagaimana pendapat saudara tentang ustadz Abu

    Muhammad Dzulqarnain (sebenarnya yang pantas bukan saudara Bani Hasan yang ditanya

    tentang ustadz Dzulqarnain, namun justru sebaliknya ustadz Dzulqarnain-lah yang pantas

    untuk ditanya tentang siapa pria yang bernama Bani Hasan dari Ngawi, serta bagaimana peran

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    23/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    23

    dia terhadap dakwah Salafiyyah ini), beliau dulu beliau pernah belajar di Dammaj, di hadapan

    syaikh Muqbil Bin hadi Al Wadiy dan kemudian belajar di hadapan syaikh Shalih bin Fauzan

    Al Fauzan? Apakah beliau seorang yang memiliki keutamaan disisi saudara ataukah seorang

    ruwaibidhoh? Wal iyadzubillah.

    Bila saudara mengatakan, bahwa beliau adalah seorang yang memiliki keutamaan (dan

    demikianlah kenyataannya, bahwa beliau adalah seorang yang memiliki keutamaan), maka

    sebagai masukan untuk saudara Bani Hasan, bahwa ternyata beliau yang memiliki

    keutamaan itu tidak selamat dari lisan-lisan beracunnya Turobiyyun. Apakah saudara

    Bani Hasan saat ini berani mengatakan bahwa teman-temannya sendiri yang berada di

    Dammaj yang bergabung dengan Turobiyyun (saat mereka mencela ustadz Dzulqarnain)

    adalah para Ruwaibidhoh, karena mereka berbicara tentang ustadz Dzulqarnain seorang yang

    memiliki keutamaan ilmu di sisi syaikh Muqbil dan syaikh Shalih Bin Fauzan Al Fauzan?

    Bahkan beliau jauh lebih utama dibanding dengan Abu Turob dan semua Turobiyyun yang

    berada di Dammaj atau di Indonesia?

    Bila saudara Bani Hasan menyatakan bahwa ustadz Dzulqarnain adalah seorang ruwaibidhoh.

    (Karena saudara Bani Hasan bisanya hanya membebek dengan Turobiyyun yang berada di

    Dammaj, atau di Indonesia), maka saya katakan, Siapakah yang lebih pantas untuk

    dikatakan sebagai ruwaibidhoh? Teman-teman saudara Bani Hasan yang berada di

    Dammaj, yang membicarakan Ustadz Dzulqarnain ataukah saudara Bani Hasan sendiri

    yang lebih pantas menyandang julukan ruwaibidhoh itu, karena juga berbicara tentangseorang yang memiliki keutamaan ?! Contoh ini tidak terbatas pada Ustadz Dzulqarnain

    saja, namun masih sangat banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa Turobiyyun

    mencela para duat Salafiyyin Indonesia yang memiliki keutamaan. Wahai saudaraku Bani

    Hasan yang saya hormati, dengan keadaan seperti ini, maka pantaskah saudara dan

    Turobiyyun menyandang gelarruwaibidhoh juga ?

    Sebagai penutup, maka saya ingin menyarankan saudara Bani Hasan agar bergegas untuk

    menuntut ilmu ini di hadapan para Ulama Ahlus Sunnah, baik yang berada di Dammaj,

    Yaman secara umum atau di Saudi Arabia. Bergegaslah meninggalkan gemerlapnya dunia,

    kemilaunya CV Raya Agung Ngawi NKRI, yang biasa terbitkan buku-buku RA (RayaAgung, pen) Media itu, dengan berbagai hiruk-pikuk orderannya. Bukankah percetakan itu

    banyak yang nyerempet-nyerempet acara bidah, politik, dkk, dalam prakteknya susah

    dihindari dalam mengedit, mencetak, mengkopi, gambar makhluk hidup dkk? Banyak

    saksi yang mengetahui, mulai ikhwan dari Madiun, Ngawi, sampailah ikhwan Magetan

    sendiri.

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    24/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    24

    Gambar 1. Sampul buku karya Abu Zakariya Irham bin Ahmad Al -Jawi, Dammaj, Yaman.

    Diterbitkan oleh RA Media, Ngawi NKRI, desain cover oleh Raya Agung Grafika.

    Inilah salah satu terbitan paling terkini buku RA Media, Ngawi, NKRI, yang dimurojaah PTTAbu Turob Al-Jawi. Buku ini yang dicetak di percetakan CV Raya Agung, Ngawi milik

    keluarga Ibnu Mukiyi rahimahullah .

    Bukankah perusahaan percetakan yang kabarnya 20% engkau hibahkan untuk dakwah

    itu berbentuk CV, dengan adanya pimpinan, bawahan, aturan, identik dengan yayasan

    juga ? [Pembaca yang budiman bisa menebak, kemana larinya yang 80% dalam bisnis

    percetakan itu, jelas bukan untuk dakwah, apakah terkait dengan pesanan undangan

    wayangan, walimahan, parpol, wallahu alam ?] Saya juga menasihatkan, kalaulah engkau

    tak mampu dalam permodalan, janganlah terlibat dengan bank, dan warna-warninya. Hal itu

    semua bertentangan dengan prinsip Panglima Tertinggi Turobiyyah, sarana bidahdalam dakwah, lantaran hal ini, Turobiyyah dkk kini marah, meradang pada

    saudaranya duat Salafiyyin. Tertulis Abu Turob meridloi buku ini, berarti sang PTT

    berarti terlibat dalam muammalah langsung yayasan komersial yang bernama CV

    Raya Agung.Wahai para pembaca, inilah bukti keanehan Turobiyah itu.

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    25/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    25

    Gambar 2. Sampul dalam buku yang dimurojaah PTT Abu Turob Saif bin Khodhr Al -Jawi.

    Sang Editor saudara Bani Hasan bin Mukiyi, namun sang pemilik percetakan CV Raya

    Agung Ngawi NKRI berseloroh Isi diluar tanggungjawab percetakan. Seorang ikhwan

    dari Jatim mengetahui harga buku dijual seharga Rp. 3000 .

    Nampak sang saudara Fuad bin Mukiyi sahaja yang berani menjadi tameng, menjadi

    editornya, namun Ibnu Mukiyi lainnya bersembunyi ketakutan, Isi diluar tanggungjawab

    percetakan, CV Raya Agung Ngawi NKRI ingin nampak bersih dari Turobiyyah dkk !!!

    Walaupun Ibnu Mukiyi rahimahullah lainnya sibuk mempromosikan buku yang dicetak di

    atas kertas CD setebal 76 halaman itu, baik lewat tangan ke tangan, SMS, dll kepada

    jaringannya.

    Para pembaca yang budiman, inilah carut-marutnya keluarga Bani Hasan dan kawan-kawan.

    Maka terucap nasihatku pada engkau, wahai saudaraku Bani Hasan, hasunglah diri dan

    keluarga engkau, umur kalian masih cukup muda, waktu yang tepat untuk menimba ilmu.

    Hasunglah diri & saudara engkau yang masih kuliah itu, atau sibuk bisnis percetakan

    itu, agar bergegas menimba ilmu di hadapan Ulama Ahlus Sunnah. Sungguh menuntut

  • 8/14/2019 Bukan Sekedar Tanggapan Namun Pelajaran Teruntuk Bani Hasan & Kawan-Kawan

    26/26

    Bukan sekedar Tanggapan, namun Pelajaran buatBani Hasan & kawan- kawan

    26

    ilmu itu adalah adalah nikmat yang sangat agung di masa kini, baik dengan para Ulama

    Sunnah yang berada di Yaman atau di Saudi Arabia.

    Kebenaran datangnya dari Allah Ta'ala dan kesalahan datangnya dari saya pribadi dan

    syaithan. Kiranya ada kritikan, saran, tanggapan dari para pembaca sekalian. Semoga Allah

    Ta'ala selalu menjaga kita semua dan memberikan kekokohan kepada saya, saudara, para

    pembaca yang bijak, serta seluruh kaum muslimin untuk tetap berada di atas al-haq.Amin, ya

    Rabbal alamin.

    : 143016

    .