16
1 Teori-Teori Penduduk Materi Demografi Disusun Oleh Amelia Suhandri / 14045015 Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Geografi FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Teori penduduk

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Teori penduduk

1

Teori-Teori Penduduk

Materi Demografi

Disusun Oleh

Amelia Suhandri / 14045015

Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Geografi

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2014

Page 2: Teori penduduk

2

TEORI SOSIAL

1. TEORI THOMAS ROBERT MALTHUS

Masa  pencerahan di Eropah telah banyak melahirkan pemikiran diberbagai bidang pengetahuan, segala yang dilihat dalam kehidupan menjadi pemikiran para filsuf, tidak terkecuali jumlah  penduduk yang  bertambah terlalu cepat. Pemikiran seorang pendeta bernama Thomas Robert Malthus (1748 – 1834) tentang penduduk dalam  esseai-nya yang berjudul ”Essay  on Principle of Population it Affects the Future’ telah membangunkan kesadaran para ilmuwan dan anggota masyarakat untuk menyadari tentang  dampak jumlah penduduk yang tidak terkendali bagi kehidupan manusia sendiri. Dalam esseai-nya tersebut  Thomas Robert Malthus menyatakan:

             ’..........apa bila tidak ada pembatasan jumlah penduduk maka penduduk akan       berkembang biak dengan cepat sebagai deret bilangan  1, 2, 4, 8, 16, 32 ......, dan      disi lain jumlah pangan  hanyak mengalami pertambahan sebbagai            deret    bilangan 1, 2, 4, 6, 8, 10, 12 ......akibatnya penduduk dunia akan     mengalami             kelaparan hebat. Untuk menghindari kekuranga bahan pangan        maka jumlah penduduk harus dibatasi. Untuk itu  perlu dilakukan moral        restrain (pengekangan diri: pengekanagn nafsu seksual, penundaan perkawinan)”

Essei Malthus sangat efektif membangun kesadaran para ilmuwan  tentang pentingnya masalah jumlah penduduk yang besar, meskipun pemikiran Malthus sangat sederhana. Kesederhanaan  essei tersebut terletak pada pemikirannya dengan menggunakan dua variabel saja yaitu jumlah penduduk dan jumlah pangan, padahal besarnya jumlah penduduk tidak ditentukan oleh jumlah pangan saja. John Stuart Mill mengkritik esseinya dengan mengatakan bahwa manusia dapat mengontrol perilaku demografisnya antara lain : mengendalikan fertilitas. Selain itu Marx mengritik pendapat Malthus dengan mengatakan bahwa jumlah penduduk yang banyak tidak harus menimbulkan kematian antara lain dengan mengimport bahan makanan, memindahkan penduduk ke tempat lain  dan  peningkatan pendidikan penduduk.

 Ilmuwan melakukan beberapa kritik tentang kelemahan ide dalam essai-nya, secara garis besar  kritik  terhadap ide Malthus  tersebut adalah Malthus dalam esseinya belum memikirkan beberapa hal sebagai berikut:

Revolusi pertanian ( green revolution) seperti: bibit unggul, varitas baru, insektisida/obat-2 hama, pupuk dan perangsang tumbuh, managemen usaha,  telah

Page 3: Teori penduduk

3

meningkatkan produksi pertanian/perikanan/peternakan secara berlipat ganda dalam waktu yang singkat,

Ditemukan tanah tanah baru (benua baru: Amerika dan Australia) dikemudian  hari  memberikan peluang bagi usaha petanian melakukan ekstensifikasi sekaligus intensifikasi di lahan lahan pertanian yang baru sehingga produksi total pangan dunia meningkat dengan cepat,

Kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi memungkinkan pengiriman bahan pangan di wilayah wilayah yang menghadapi kelaparan dapat dengan cepat dilakukan sehingga kelaparan penduduk  di suatu wilayah  dapat dihindari secara cepat dan tepat.

Thomas Robert Malthus tidak mempertimbangkan keinginan pasangan pasangan suami istri (pasutri) dan pasanngan usia subur lain melakukan  usaha pembatasan kelahiram dengan menggunakan kontrasepsi

Teori yang diungkapkan tidak mempertimbangkan perilaku fertilitas penduduk yaitu fertilitas (tingkat kelahiran) penduduk akan  menurun seiring dengan tingkat kesejahteraan yang  meningkat.         

Pembatasan jumlah penduduk saat ini telah berkembang jauh lebih ekstrim disbanding jaman Malthus yang terbatas pada  moral restraints (pengekangan diri) yang meliputi : pengekangan nafsu seksual dan penundaan perkawinan. Pada saat ini       usaha usaha pembatasan jumlah penduduk telah merambah pada usaha mengurangi kelahiran maupun usaha penyabutan nyawa. Secara garis besar saat ini usaha pembatasan jumlah penduduk dilakukan dengan dua kelompok besar yaitu preventive checks dan positive

 Preventive  cheks  merupakan usaha usaha pembatasan jumlah penduduk melalui penekanan kelahiran yaitu moral renstraints dan vice. Usaha usaha moral restraints (pengekangan diri) meliputi  (i) pengekangan nafsu seksual misalnya tidak kawin; (ii)  penundaan  perkawinan, bentuknya berupa : meningkatkan partisipasi wanita wanita muda dalam pendidikan yang lebih tinggi (SMA atau Perguruan tinggi) atau partisipasi dalam pekerjaan luar rumah (public). Sedangkan vice (usaha pengurangan kelahiran) meliputi: aborsi (pengguguran kandungan), hubungan sesama jenis misalnya  homoseksual (hubungan  sesame jenis laki-laki) atau lesbian-seksual (hubungan sesama jenis perempuan), penggunaan alat kontrasepsi (kondom, pil KB, IUD/inplant, suntik KB, tubektomi dan vasektomi dan lain lainnya ), promiscuity (kawin kontrak, kumpul kebo) , adultery atau perzinahan

Page 4: Teori penduduk

4

Usaha  Positive checks merupakan gejala/usaha- usaha  pembatasan pertumbuhan penduduk melalui proses kematian yang meliputi (i) vice (kejahatan) atau segala upaya/jenis pencabutan nyawa, yang banyak dilakukan dengan membunuh anak-anak (infanticide), orang orang tua atau orang orang cacat, usaha usaha ini biasanya dilakukan terhadap penduduk yang dianggap tidak produktif; (ii) misery (kemelaratan) yaitu keadaan yang menyebabkan kematian penduduk misalnya: epidemic, bencana alam, kelaparan, kekurangan bahan pangan, peperangan dan geinocide  (pembunuhan terhadap etnik tertentu yang dilakukan secara sengaja).

Teori  kependudukan Malthus ini banyak diadopsi oleh negara negara  yang tergolong maju misalnya : Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australis, Inggris, Perancis, Jerman, Swiss, Belanda dan negara negara Eropa Barat lainnya. Pemerintah Negara Negara tersebut dalam kependudukan menganut Kebijakan Anti Natalitas artinya pemerintah  berusaha untuk menekan tingkat kelahiran secara ketat, oleh karena ini jumlah penduduk di negara-negara tersebut konstan bahkan jumlah penduduk cenderung  mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Upaya-upaya pemerintah -negara negara tersebut  antara lain:

(i) Meningkatkan partisipasi pendidikan penduduk terutama wanita, peningkatan pendidikan  akan membangun kesadaran keluarga kecil yang berkualitas; disamping itu bagi wanita  meningkatannya pendidikan berarti  penundaan perkawinan.

(ii)Meningkatkan partisipasi angkatan kerja bagi wanita, keterlibatan wanita ke lapangan kerja atau publik menyebabkan wanita mempertimbangkan untuk mengasuh anak atau enggan untuk memiliki anak dan mangasuhnya.

(iii)Meningkatkan kesejahteraan penduduk, biasanya fertilitas penduduk berubah menurut variabel ekonomi yaitu fertilitas (tingkat kelahiran) penduduk akan  menurun seiring dengan tingkat kesejahteraan yang  meningkat.

(iv) Mempermudah penduduk untuk mengakses alat kontrasepsi

Teori Kependudukan Malthus (pertumbuhan penduduk) yang menyatakan bahwa:

“Pertumbuhan penduduk menurut deret ukur dan pertumbuhan ekonomi menurut deret hitung”.

Page 5: Teori penduduk

5

Maksudnya adalah bahwa jumlah penduduk akan berkembang lebih cepat daripada pertumbuhan ekonomi sehingga mengakibatkan upah tenaga kerja menjadi sangat murah dan hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari (subsistensi).

Malthus memulai dengan merumuskan dua postulat yaitu:

1.Bahwa pangan dibutuhkan untuk hidup manusia

2.Bahwa kebutuhan nafsu seksuil antar jenis kelamin akan tetap sifatnya sepanjang masa.

Atas dasar postulat tersebut Malthus menyatakan bahwa, jika tidak ada pengekangan, kecenderungan pertambahan jumlah manusia akan lebih cepat dari pertambahan subsisten (pangan). Perkembangan penduduk akan mengikuti deret ukur  sedangkan perkembangan subsisten (pangan) mengikuti deret hitung dengan interval waktu 25 tahun seperti berikut:

Penduduk:

                  1          2          4          8          16        32        64        128      dst

            Subsisten:       

(pangan)          1          2          3          4          5          6          7          8          dst

Dari postulat Malthus, terdapat pengekangan perkembangan penduduk dapat berupa pengekangan segera dan pengekangan hakiki/mutlak. Yang dimaksud dengan factor pengekangan adalah pangan, sedangkan pengekangan segera dapat berbentuk pengekangan prefentif dan pengekangan positif.  Pengekangan prefentif adalah factor-faktor yang bekerja mengurangi angka kelahiran. Pengekangan prefentif yang dianjurkan Malthus adalah pengendalian diri  dalam hal nafsu seksuil antar jenis seperti penundaan perkawinan. Pengekangan positif merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi angka kematian ; dapat berupa epidemi, penyakit-penyakit dan kemiskinan.

Page 6: Teori penduduk

6

Namun teori kependudukan Malthus memiliki kelemahan-kelemahan, diantaranya:

1. Malthus terlalu menekankan keterbatasan persediaan tanah meskipun dia adalah salah seorang pengajur industrialisasi dan penggunaan tanah secara lebih efisien. Kenyataan dalam setelah Malthus menunjukkan bahwa perbaikan teknologi pertanian seperti penggunaan pupuk buatan, pemakaian pestisida, dan irigasi yang efisien menghasilakan peningkatan produktivitas.

2. Dia kurang memperhitungkan bahwa, penemuan-penemuan baru, teknologi unggul dan industrialisasi dapat memberikan  efek  yang cukup berarti pada peningkatan tingkat hidup.

Sedangkan dalam ruang ketahanan pangan, untuk pertama kali hubungan antara  pangan dan penduduk  teori Malthus untuk pertama kali hubungan antara pangan dan penduduk dibicarakan secara sistematis oleh Malthus sekitar abad ke-19. Namun pada hakekatnya masalah pangan telah ada pada masa-masa sebelumnya. Di berbagai negeri, masa-masa makmur sering diselingi oleh kekurangan pangan atau bahkan kelaparan masal yang merenggut banyak jiwa manusia.

Banyak faktor penyebab lemahnya ketahanan pangan nasional yang berakhir pada ironi bangsa. Dengan SDA memadai serta luas lahan pertanian sebesar 107 juta hektar dari total luas daratan Indonesia sekitar 192 juta hektar, ternyata masih menyimpan cerita-cerita pilu. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (2002), tidak termasuk Maluku dan Papua, sekitar 43,19 juta hektar telah digunakan untuk lahan sawah, perkebunan, pekarangan, tambak dan lading; lebih kurang 2,4 juta hektar untuk padang rumput, sedangkan 8,9 juta hektar untuk tanaman kayu-kayuan; dan lahan yang tidak diusahakan seluas 10,3 juta hektar (Republika, 16/6/2006).

Faktor tersebut antara lain tidak berimbangnya produksi pangan dengan populasi penduduk. Aksioma Robert Malthus tentang deret ukur dan deret hitung agaknya dapat dirujuk di sini. Kendati tidak berlaku pada seluruh negara, tapi bagi negara berkembang yang sering dilanda kasus pangan, Malthus mendekati benar. Konon 10% anak-anak di negara berkembang meninggal sebelum mereka berusia lima tahun. Kebanyakan dari kematian karena lapar disebabkan oleh malnutrisi yang kronis akibat penderita tidak mendapatkan makanan yang cukup. Sering kali hal ini terjadi karena kemiskinan yang parah.

Page 7: Teori penduduk

7

Terancam kelaparan saat ini, diantaranya 4,35 juta tinggal di Jawa Barat. Ancaman kelaparan ini akan semakin berat, dan jumlahnya akan bertambah banyak. Seiring dengan mereka yang terancam kelaparan adalah penduduk yang pengeluaran per kapita sebulannya di bawah Rp. 30.000,00.

Di antara orang-orang yang terancam kelaparan, sebanyak 272.198 penduduk Indonesia, berada dalam keadaan paling mengkhawatirkan. Dari jumlah itu, sebanyak 50.333 berasal dari Jawa Barat, diantaranya 10.430 tinggal di Kabupaten Bandung dan 15.334 orang tinggal di Kabupaten Garut. Mereka yang digolongkan terancam kelaparan dengan keadaan paling mengkhawatirkan adalah penduduk dengan pengeluaran per kapita di bawah Rp 15.000,00 per bulan sebanyak 14.108.

2.1.2 Keterkaitan teori Malthus dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan

Usaha dari banyak Indonesia untuk menyediakan pangan bagi penduduk adalah dengan giat melakukan pembangunan atau modernisasi pertanian. Usaha ini dilakukan baik melalui perluasan tanah pertanian yang ada (ekstensifikasi) maupun meningkatkan produksi per hektarnya (intensifikasi).

Indonesia tercatat baru pada tahun 1968-1969 sebagai peserta revolusi hijau dengan luas areal 198.000 hektar yang pada tahun 1972-1973 menjadi 1.521.000 hektar, meskipun sesungguhnya Indonesia telah memulainya sekitar tahun 1964-1965. Pada tahun 1973 produksi padi dengan Bimas telah mencapai 52 kuital per hektar dan dengan Inmas 40 kuintal per hektar.

Adapun program transmigrasi setelah Indonesia merdeka dalam Pola Umum Pelita Ktiga (Lihat GBHN, TAP MPR No. II/MPR/1978) disebutkan antara lain: “Program transmigrasi ditujukan untuk meningkatkan penyebaran penduduk dan tenaga kerja serta pembukaan dan pengembangan daerah produksi dan pertanian baru dalam rangka pembangunan daerah khususnya di luar Jawa, yang dapat menjamin taraf hidup para transmigran, dan taraf hidup masyarakat sekitar”.

Program Keluarga Berencana merupakan upaya pemerintah dalam mencegah dan mengatur kelahiran. Pemerintah melalui Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasionak (BKKBN) bergerak dalam penyebaran alat-alat dan pengetahuan kontrasepsi. Setiap desa dan kota Petugas Lapang KB siap membantu keluarga-keluarga yang ingin memasuki program KB.

Page 8: Teori penduduk

8

2. ARSENE DUMOND

Pada tahun 1890 Arsene Dumont melancarkan Teori Kapilaritas Sosial ( theory fo social capalirity ) yang mengacu pada : “ Keinginan seseorang untuk mencapai kedudukan yg tinggi di masyarakat”. Teori ini dapat berkembang baik pada Negara Demokrasi.

Di Perancis (abad 19) dimana sisitem demokrasi sangant baik, Tiap orang berlomba mencapai kedudukan yang tinggi & akibatnya angka kelahiran turun dengan cepat, berbeda dengan Di Negara Sosialis tidak ada kebebasanuntuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi dan Sistem kapilaritas sosial tidak dapat berjalan dengan baik.

Page 9: Teori penduduk

9

TEORI NATURAL

1. Raymon S. PearlPearl mengemukakan teori universal tentang pertumbuhan penduduk

yang didasarkan atas dugaan atau asumsi biologi dan geografi. Tiap penduduk mula-mula mengalami pertambahan atau kenaikan jumlah sangat lambat, yang makin lama makin cepat, mencapai titk tengah daur, dan kemudian makin berkurang pertambahannya hingga mencapai akhir dari daur. Pertumbuhan daur tersebut mengikuti kurva normal.

Jadi mula-mula jumlah penduduk sedikit, bertambah hingga makin lama makin banyak tetapi akhirnya tidak bertambah lagi. Pada teori Malthus yang menyebabkan berhentinya pertambahan penduduk ialah makin banyaknya kematian akibat kekurangan makan, kelaparan, penyakit dan lain-lainya, kalau pada toeri Pearl penyebab berhentinya pertambahan penduduk adalah kepadatan penduduk. Arah pertumbuhan penduduk mengikuti kurva normal tersebut akibat pengaruh kepadatan di ruang hidup.

Kesimpulan ini diperolehnya dari penelitian lalat di dalam botol yang diubah-ubah ukuran besarnya, dan pada penelitian organisme lain. Kepadatan di dalam ruang mempengaruhi tingkat reproduktivitas, semakin padat penduduknya semakin berkurang tingkat kelahirannya. Sehingga menjadi faktor yang memperlambat pertumbuhan penduduk. Jadi kepadatan penduduk secara otomatis akan mempengaruhi kemampuan untuk membuat keturunan.

Kurva Pertumbuhan Penduduk menurut PearlApabila sistem ekonomi berubah, misalnya pertanian bergeser

menjadi industri, dimulailah daur baru, yaitu daur kurva normal baru dan daur baru ini dapat juga mengganti daur lama sebelum yang lama menyelesaikan siklusnya.

Page 10: Teori penduduk

10

2. GinniPertumbuhan penduduk oleh Gini dipandang dari sudut pandang

statistik biologi, dan ia percaya bahwa kecenderungan reproduksi penduduk secara keseluruhan atau sebagian keluarga mengikuti kurva parabolik metematika.

Penduduk mengalami tingkat muda pada permulaan dengan pertumbuhan cepat, kemudian mencapai kedewasaan, menjadi tua dan menurun jumlahnya. Jadi penduduk mengalami pertumbuhan dan keruntuhan, dan pertambahan penduduk itu tidak dibatasi oleh persediaan bahan makanan yang diperlukan, melainkan oleh hokum biologi yang mengatur pertumbuhan. Sebagai bukti ada banyak bangsa yang mengalami keruntuhan sebelum mncapai batas makanan yang diperlukan.

Pertumbuhan penduduk yang mula-mula cepat dan kemudian berkurang disebabkan oleh perubahan-perubahan pada ketuaan manusia itu sendiri. Sel-sel tumbuh manusia mengalai tingkat-tingkat muda, dewasa, dan tua, serta sel benih yang ada pada manusia mengalami hal serupa, hanya kurun waktunya lebih panjang.

Kurva pertumbuhan Penduduk Ginni

Selama fase pertumbuhan mula-mula, ketuaan penduduk makin besar, hal ini disebabkan karena ketuaan itu merupakan warisan, sehingga setiap generasi akan mempunyai tingkat ketuaan lebih dari generasi sebelumnya. jika kewredian menjadi lebih besar, penduduk bertambah lebih cepat, tetapi kemudian tenaga reproduksi mengalami “keausan natural”. Keausan ini disebut metabolisme demografi, jadi setelah penduduk makin cepat pertambahannya, persaingan di dalam hidup makin hebat yang secara otomatis mengurangi tanaga hidupnya, sampai akhirnya tak dapat bereproduksi.

Page 11: Teori penduduk

11

3. Thomas Sadler dan DoudledayThomson mengeumukakan “ Daya reproduksi dibatasi oleh jumlah

penduduk, jika kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan menurun” (demikian juga sebaliknya)

Thomson (1953) Meragukan teori Fisiologi ini setelah kejadian Di Jawa, India, dan Cina Penduduknya sangat padat, tapi pertumbuhan penduduknya juga tinggi. Dalam hal ini teori Malthus lebih konkret daripada teori Thomson. Seperti pendapat Malthus: “ Penduduk di suatu wilayah dapat memiliki fertilitas tinggi, tetapi pertumbuhan alamiah rendah karena tingginya kematian”. Namun demikian, Penduduk tidak memiliki fertilitas tinggi bila tidak memiliki kesuburan (fecunditas)

Teori Doubleday hamper sama dengan teori sadler, hanya titik tolaknya berbeda. Kalau sadler mengatakan bahwa daya reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan kepadatyan penduduk,maka doubleday berpendapat bahwa daya reproduksi berbanding terbalik dengan bahan makanan yang tersedia.

Menurut Doubleday, kekurangan bahan makanan merupakan perangsang bagi daya reproduksi manusia, sedang kelebihan pangan justru pengekang perkembangan penduduk.

Teori fisiologi ini banyak di ilhami oleh teori reaksi dan reaksi dalam meninjau perkembangan penduduk suatu Negara atau wilayah. Teori ini dapat pula menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat mortalitas penduduk semakin tinggi pula tingkat produksi manusia.

4. Herbert SepncerDasar teorinya adalah perbandingan energi yang digunakan untuk

kegiatan produksi dengan energi yang digunakan untuk bereproduksi. Ia berpendapat over population pasti terjadi, tetapi dpaat ditahan dengan menggunakan energi otak.

5. Pitrin A sorokin, O. Spencer dan O.E BarkerTiap usaha untuk menurunkan tingkat kelahiran adalah positive

checks kecuali penundaan usia perkawinan. Mereka berpendapat bahwa pengaruh budaya terhadap unsur biologis akan menyebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan penduduk.