55
SOSIOLOGI MULTICULTURAL Kebudayaan Jawa Tengah dan Jawa Timur

Sosiologi Multicultural adat Jawa

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sosiologi Multicultural adat Jawa

SOSIOLOGIMULTICULTURAL

Kebudayaan Jawa Tengah dan Jawa Timur

Page 2: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Pakaian Adat Jawa TengahPakaian tradisional kaum perempuan Suku

Jawa pada umumnya, dan di Jawa Tengah khususnya adalah memakai kebaya, kemben, dan kain tapih pinjung dengan stagen. Kebaya memang biasa dikenakan oleh perempuan bangsawan maupun rakyat biasa sebagi pakaian sehari-hari maupun pakaian upacara.

Pakaian sehari-hari perempuan Jawa biasanya cukup memakai kemben yang dipadukan dengan stagen dan kain jarik.

Sementara itu, pakaian bagi kaum laki-laki, khususnya kerabat keraton adalah memakai baju beskap kembang-kembang atau motif bunga lainnya. Pada kepala memakai destar (blankon), kain samping jarik, stagen untuk mengikat kain samping, keris dan alas kaki (cemila). Pakaian ini dinamakan Jawi Jangkep, yaitu pakaian laki-laki Jawa lengkap dengan keris.

Page 3: Sosiologi Multicultural adat Jawa
Page 4: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Pakaian Adat Jawa TimurSecara sekilas pakaian adat Jawa Timur

mirip dengan pakaian adat Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan pengaruh kebudayaan dan adat Jawa Tengah sangat banyak. Namun tetap berbeda, pakaian adat Jawa Tengah mengambarkan  perilaku orang Jawa Tengah yang santun yang berbalut filosofi dalam kain batik. Sedangkan pada Pakaian adat Jawa Timur mencerminkan ketegasan dan kesederhanaan kebudayaan Jawa Timur.

Selain itu yang membedakan pakain adat Jawa Timur dengan Jawa Tengah adalah penutup kepala yang dipakai atau Odheng. Pakaian adat Jawa Timur biasa disebut dengan Mantenan. Karena biasanya  dipakai pada saat acara perkawinan oleh masyarakat jawa Timur.

Page 5: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Pakaian khas Madura juga termasuk pakain adat Jawa Timur. Pakaian khas Madura biasa disebut pesa’an. Pakaian ini terkesan sederhana karena hanya berupa kaos bergaris merah putih dan celana longgar. Untuk wanita biasa menggunakan kebaya. Ciri khas dari kebaya adalah penggunaan kutang polos dengan warna cerah yang mencolok. Sehingga keindahan tubuh si pemakai akan terlihat jelas. Hal ini merupakan nilai budaya Madura yang sangat menghargai keindahan tubuh. Bukan sebagai sarana pornografi.

Page 6: Sosiologi Multicultural adat Jawa
Page 7: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Warna – warna yang mencolok dan kuat yang dipakai dalam busana Madura mennjukan karakter orang Madura yang tidak pernah ragu – ragu, berani, terbuka dan terus terang. Sedangkan untuk para bangsawan menggunakan jas tutup polos dengan kain panjang. Lengkap dengan odeng yang menunjukan derajat kebangsawanan seseorang.

Page 8: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Rumah Adat JogloBangunan joglo banyak dijumpai pada

arsitektur Jawa Tengah. Joglo merupakan rumah kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa, yang terdiri dari soko guru berupa empat tiang utama penyangga struktur bangunan serta tumpang sari yang berupa susunan balok yang disangga soko guru.

Ruangan pada rumah joglo pada umumnya dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah ruangan pertemuan yang disebut pendhopo. Bagian kedua adalah ruang tengah atau ruang yang dipakai untuk mengadakan pertunjukan wayang kulit, disebut pringgitan. Bagian ketiga adalah ruang belakang yang disebut ndalem atau omah jero, dan digunakan sebagai ruang keluarga. Dalam ruang ini terdapat tiga buah senthong (kamar), yaitu senthong kiri, senthong tengah, dan senthong kanan.

Page 9: Sosiologi Multicultural adat Jawa
Page 10: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Senjata Tradisional Jawa Tengah – KerisKeris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris di bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak di antaranya memiliki pamor (damascene), yaitu terlihat serat-serat lapisan logam cerah pada helai bilah.Keris dikalangan masyarakat di jawa dilambangkan sebagai symbol “ Kejantanan “. Pada masa lalu keris berfungsi sebagai senjata dalam duel/peperangan, sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian. Pada penggunaan masa kini, keris lebih merupakan benda aksesori (ageman) dalam berbusana, memiliki sejumlah simbol budaya, atau menjadi benda koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.

Page 11: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Keris di setiap daerah memiliki kekhasan sendiri-sendiri dalam penampilan, fungsi, teknik garapan, serta peristilahan.

Page 12: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Senjata Tradisional Jawa Timur – CeluritCelurit menjadi senjata khas suku

Madura yang biasa digunakan sebagai senjata carok. Senjata ini sudah melegenda sebagai senjata yang biasa digunakan oleh tokoh bernama Sakera. Masyarakat Madura biasanya memasukkan khodam, sejenis makhluk gaib yang menempati suatu benda, ke dalam celurit dengan cara merapalkan doa-doa sebelum carok.

Page 13: Sosiologi Multicultural adat Jawa
Page 14: Sosiologi Multicultural adat Jawa

TransportasiJawa Tengah merupakan provinsi yang

pertama kali mengoperasikan jalur kereta api, yakni pada tahun 1867 di Semarang dengan rute Samarang-Tanggung yang berjarak 26 km, atas permintaan Raja Willem I untuk keperluan militer di Semarang maupun hasil bumi ke Gudang Semarang. Saat ini jalur kereta api yang melintasi Jawa Tengah adalah lintas utara (Jakarta-Semarang-Surabaya), lintas selatan (Bandung-Yogyakarta-Surabaya), jalur Kroya-Cirebon, dan jalur Solo-Gundih-Semarang. Jalur kereta Solo-Wonogiri yang telah lama mati dihidupkan kembali pada tahun 2005.

Page 15: Sosiologi Multicultural adat Jawa
Page 16: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Selain kereta, terdapat juga alat-alat transporatasi lainnya seperti angkutan umum, bus, dan delman.

Page 17: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Mata Pencaharian/Sistem EkonomiBertani merupakan mata pencaharian

utama. Bertani dilakukan di ladang dan sawah. Ada juga yang bekerja sebagai nelayan. Selain itu, masyarakat Jawa juga menjalankan usaha sambilan, seperti mencetak batu bata, membatik, tukang kayu, dan menganyam tikar.

Page 18: Sosiologi Multicultural adat Jawa
Page 19: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Sistem PolitikDesa di Jawa disebut kelurahan yang

dikepalai oleh lurah. Dalam pekerjaannya lurah dan pembantu-pembantunya mempunyai tugas pokok memelihara keamanan desa.Pembantu-pembantu lurah, meliputi:Carik : pembantu umum/sekretaris desa,Sosial: memelihara kesejahteraan pendudukKaum: mengurusi soal nikah, rujuk, talak,

dan kematian.

Page 20: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Sistem Kepercayaan/Religi Agama mayoritas dalam suku bangsa Jawa adalah

Islam. Selain itu juga terdapat penganut agama Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Masyarakat Jawa percaya bahwa hidup diatur oleh alam, maka ia bersikap nrimo (pasrah). Masyarakat Jawa percaya keberadaan arwah/ roh leluhur dan makhluk halus seperti lelembut, tuyul, demit, dan jin.

Selamatan adalah upacara makan bersama yang telah diberi doa sebelumnya. Ada empat selamatan di Jawa, yaitu sebagai berikut;a. Selamatan lingkaran hidup manusia, meliputi: hamil tujuh bulan, potong rambut pertama, kematian, dan kelahiran.Selamatan bersih desa, upacara sebelum, dan sesudah panen.b. Selamatan yang berhubungan dengan hari-hari/bulan-bulan besar Islam.c. Selamatan yang berhubungan dengan peristiwa khusus, perjalanan jauh, ngruwat, dan menempati rumah baru. Jenis selamatan kematian, meliputi: nelung dina (tiga hari), mitung dina (tujuh hari), matang puluh dina (empat puluh hari), nyatus (seratus hari), dan nyewu (seribu hari).

Page 21: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Sistem KekerabatanSistem kekerabatan suku bangsa Jawa adalah bilateral (garis keturunan ayah dan ibu). Dalam sistem kekerabatan masyarakat Jawa, digunakan istilah-istilah sebagai berikut.Ego menyebut orang tua laki-laki adalah bapak/rama.Ego menyebut orang tua perempuan adalah simbok/ biyung.Ego menyebut kakak laki-laki adalah kang mas, kakang mas.Ego menyebut kakak perempuan adalah mbakyu.Ego menyebut adik laki-laki adalah adhi, dhimas, dik, atau le.Ego menyebut adik perempuan adalah ndhuk, denok, atau di.Dalam masyarakat Jawa, istilah-istilah di atas merupakan tata cara sopan santun pergaulan yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila melanggar nasihat orang tua akan sengsara atau disebut kuwalat.

Page 22: Sosiologi Multicultural adat Jawa
Page 23: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Sistem PerkawinanDi Jawa seperti juga ditempat lain, pada

prinsipnya perkawinan terjadi karena keputusan dua insan yang saling jatuh cinta.Itu merupakan hal yang prinsip. Meski ada juga perkawinan yang terjadi karena dijodohkan orang tua yang terjadi dimasa lalu.Sementara orang-orang tua zaman dulu berkilah melalui pepatah : Witing tresno jalaran soko kulino, artinya : Cinta tumbuh karena terbiasa.

Di Jawa dimana kehidupan kekeluargaan masih kuat, sebuah perkawinan tentu akan mempertemukan dua buah keluarga besar. Oleh karena itu, sesuai kebiasaan yang berlaku, kedua insan yang berkasihan akan memberitahu keluarga masing-masing bahwa mereka telah menemukan pasangan yang cocok dan ideal untuk dijadikan suami/istrinya.

Page 24: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Secara tradisional, pertimbangan penerimaan seorang calon menantu berdasarkan kepada bibit, bebet, dan bobot, yang artinya;

Bibit artinya mempunyai latar kehidupan keluarga yang baik.

Bebet artinya calon penganten, terutama pria, mampu memenuhi kebutuhan keluarga.

Bobot artinya kedua calon penganten adalah orang yang berkwalitas, bermental baik dan berpendidikan cukup.

Page 25: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Prosesi Upacara Pernikahan Adat Jawa Tengah1. Bersih Lahir Batin2. Midodareni3. Upacara Injak Telur4. Sikepan Sindur5. Acara Pangkuan6. Kacar-Kucur7. Dahar Klimah/Dulang-dulangan8. Titik Pitik9. Ngabekten/Sungkeman

Page 26: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Produksi Khas Batik (Batik of Central Java) Salah satu jenis

produk sandang yang berkembang pesat di Jawa tengah sejak beberapa dekade, bahkan beberapa abad yang lalu, adalah kerajinan batik. Sebagian besar masyarakat Indonesia telah mengenal batik baik dalam coraknya yang tradisional maupun yang modern. Pada umumnya batik digunakan untuk kain jarik, kemeja, sprey, taplak meja, dan busana wanita. Mengingat bahwa jenis produk ini amat dipengaruhi oleh selera konsumen dan perubahan waktu maupun model, maka perkembangan industri batik di Jawa Tengah juga mengalami perkembangan yang cepat baik menyangkut rancangan, penampilan, corak dan kegunaannya, disesuaikan dengan permintaan dan kebutuhan pasar baik dalam maupun luar negeri.

Page 27: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Sentra produksi batik di Jawa Tengah banyak dijumpai di Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kota Surakarta, dan Kabupaten Sragen. Dari sisi permintaan dan keunikan produk, peluang usaha di bidang industri batik masih terbuka luas dan sangat menguntungkan. Pemasaran batik selain untuk konsumsi lokal juga telah menembus pasar Eropa dan Amerika.

Page 28: Sosiologi Multicultural adat Jawa
Page 29: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Rokok sigaret kretek merupakan salah satu produk Jawa Tengah yang cukup dikenal luas. terdapat berbagai tipe dan merk rokok sigaret kretek yang dihasilkan, baik oleh pengusaha yang dikategorikan sebagai K-1000 (memproduksi rokok di bawah 1000 batang per hari) hingga yang merupakan pabrikan modern dan besar seperti Jarum, Jambu Bol, Sukun, Tapel Kuda, dll.

Rokok sigaret kretek merupakan slaah satu jenis produk rokok yang dihasilkan melalui proses pencampuran antara rajangan tembakau, cengkeh, dan diolah dengan campuran aroma tertentu yang menimbulkan rasa dan kenikmatan khas. beberapa jenis rokok K-1000 menambahkan bahan baku lain seperti kemenyan dan dibungkus dengan daun tertentu. Bahan baku utama yaitu tembakau umumnya berasal dari Jawa Tengah sendiri yakni dari Kabupaten Wonosobo, Temanggung, Kendal, Boyolali, dan Batang.

Page 30: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Sentra produksi rokok tersebar di Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Surakarta, Kabupaten Surakarta, Kabupaten Kudus, dan Kabupaten Karanganyar. Sedangkan pasarnya tidak hanya dalam negeri tetapi juga luar negeri, khususnya ASEAN.

Page 31: Sosiologi Multicultural adat Jawa
Page 32: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Organisasi PolitikJong Java adalah suatu organisasi kepemudaan

yang didirikan oleh Satiman Wirjosandjojo di Gedung STOVIA pada tanggal 7 Maret, 1915 dengan nama awal Tri Koro Dharmo (TKD=Tiga Tujuan Mulia). Perkumpulan pemuda ini didirikannya karena banyak pemuda yang menganggap bahwa Boedi Oetomo dianggap sebagai organisasi elite.

Pada saat didirikan, ketuanya adalah Dr. Satiman Wirjosandjojo, dengan wakil ketua Wongsonegoro, sekretaris Sutomo dan anggotanya Muslich, Mosodo dan Abdul Rahman. Tri Koro Dharmo bertujuan untuk mempersatukan para pelajar pribumi, menyuburkan minat pada kesenian dan bahasa nasional serta memajukan pengetahuan umum untuk anggotanya. Hal ini dilakukan antara lain dengan menyelenggarakan berbagai pertemuan dan kursus, mendirikan lembaga yang memberi beasiswa, menyelenggarakan berbagai pertunjukan kesenian, serta menerbitkan majalah Tri Koro Dharmo.

Page 33: Sosiologi Multicultural adat Jawa

TKD berubah menjadi Jong Java pada 12 Juni, 1918 dalam kongres I-nya yang diadakan di Solo, yang dimaksudkan untuk bisa merangkul para pemuda dari Sunda, Madura dan Bali. Oleh karena jumlah murid-murih Jawa merupakan anggota terbanyak, maka perkumpulan ini tetap bersifat Jawa.

Pada pertengahan tahun 1920 diadakan kongres III di Solo, Jawa Tengah dan pada pertengahan tahun 1921 diadakan kongres ke-IV di Bandung, Jawa Barat. Dalam kedua kongres tersebut, bertujuan untuk membangunkan cita-cita Jawa Raya. dan mengembangkan rasa persatuan di antara suku-suku bangsa di Indonesia.

Page 34: Sosiologi Multicultural adat Jawa
Page 35: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Upacara Adat Upacara adat Tingkepan atau Mintoni

Merupakan sebuah upacara adat yang dilaksanakan untuk memperingati kehamilan pertama ketika kandungan sang ibu hamil tersebut memasuki bulan ke tiga, lima dan puncaknya ke tujuh bulan. Adapun maksud dan tujuan dari digelarnya upacara adat ini adalah untuk mensucikan calon ibu berserta bayi yang di kandungnya, agar selalu sehat segar bugar dalam menanti kelahirannya yang akan datang.

Kronologi singkat dari upacara tingkepan ini sendiri adalah menggelar selametan pada bulan ketiga, lima dan kemudian puncaknya adalah pada bulan ke tujuh sang ibu hamil pun menggelar sebuah prosesi upacara berupa memandikan atau mensucikan calon ibu berserta bayi yang di kandung, agar kelak segar bugar dan selamat dalam menghadapi kelahirannya.

Page 36: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Tedhak Siten (Ritual Turun Tanah)Tedhak artinya turun atau menapakkan kaki,

Siten dari kata siti artinya tanah atau bumi. Jadi tedhak siten berarti menapakkan kaki kebumi.Ritual tedhak siten menggambarkan persiapan seorang anak untuk menjalani kehidupan yang benar dan sukses dimasa mendatang, dengan berkah Gusti, Tuhan dan bimbingan orang tua dan para guru dari sejak masa kanak-kanak. Upacara tedhak siten juga punya makna kedekatan anak manusia kepada IbuPertiwi, tanah airnya.

Upacara tedhak siten dilaksanakan pada waktu seorang anak kecil berumur tujuh selapan atau 245 hari. Selapan merupakan kombinasi hari tujuh menurut kalender internasional dan hari lima sesuai kalender Jawa. Oleh karena itu selapanan terjadi setiap 35 hari sekali. Bisa jatuh hari Senin Legi, Selasa Paing dst. Biasanya pelaksanaan upacara tedhak siten diadakan pagi hari dihalaman depan rumah.

Page 37: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Seperti pada setiap upacara tradisional, mesti dilengkapi dengan sesaji yang sesuai. Bermacam sesaji yang ditata rapi, seperti beberapa macam bunga, herbal dan hasil bumi yang dirangkai cantik, menambah sakral dan marak suasana ritual.

Sesaji itu bukan takhayul, tetapi intinya bila diurai merupakan sebuah doa permohonan kepada Gusti, Tuhan, supaya upacara berjalan dengan selamat dan lancar. Juga tujuan dari ritual tercapai, mendapatkan berkah Gusti.

Page 38: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Jalannya upacara;Pertama : Anak dituntun untuk berjalan maju dan menginjak bubur tujuh warna yang terbuat dari beras ketan. Warna-warna itu adalah merah, putih, oranye, kuning, hijau, biru dan ungu.Kedua : Anak dituntun menaiki tangga yang terbuat dari batang tebu Arjuna, lalu turun lagi. Tebu merupakan akronim dari antebing kalbu, mantapnya kalbu, dengan tekad hati yang mantap.Ketiga : Turun dari tangga tebu, si anak dituntun untuk berjalan dionggokan pasir. Disitu dia mengkais pasir dengan kakinya, bahasa Jawanya ceker-ceker, yang arti kiasannya adalah mencari makan. Maksudnya si anak setelah dewasa akan mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.

Page 39: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Keempat : Si bocah dimasukkan kedalam sebuah kurungan yang dihias apik, didalamnya terdapat berbagai benda seperti : buku, perhiasan, telpon genggam dlsb. Dibiarkan bocah itu akan memegang barang apa. Misalnya dia memegang buku, mungkin satu hari dia mau jadi ilmuwan. Pegang telpon genggam, dia bisa jadi tehnisi atau ahli komunikasi.Kelima : Ayah dan kakek si bocah menyebar udik-udik, yaitu uang logam dicampur berbagai macam bunga. Maksudnya si anak sewaktu dewasa menjadi orang yang dermawan, suka menolong orang lain. Karena suka menberi, baik hati, dia juga akan mudah mendapatkan rejeki. Ada juga ibu si anak mengembannya, sambil ikut menyebarkan udik-udik.

Page 40: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Keenam : Kemudian anak tersebut dibersihkan dengan dibasuh atau dimandikan dengan air sritaman, yaitu air yang dicampuri bunga-bunga, seperti melati, mawar, kenanga dan kantil.Ketujuh : Pada akhir upacara, bocah itu didandani dengan pakaian bersih dan bagus. Maksudnya supaya si anak mempunyai jalan kehidupan yang bagus dan bisa membuat bahagia keluarganya.

Page 41: Sosiologi Multicultural adat Jawa
Page 42: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Aksara JawaAksara Jawa atau dikenal dengan nama

hanacaraka atau carakan adalah aksara jenis abugida turunan aksara Brahmi yang digunakan atau pernah digunakan untuk penulisan naskah-naskah berbahasa Jawa, bahasa Makasar, bahasa Sunda, dan bahasa Sasak.

Bentuk aksara Jawa yang sekarang dipakai (modern) sudah tetap sejak masa Kesultanan Mataram (abad ke-17) tetapi bentuk cetaknya baru muncul pada abad ke-19. Aksara ini adalah modifikasi dari aksara Kawi atau dikenal dengan Aksara Jawa Kuno yang juga merupakan abugida yang digunakan sekitar abad ke-8 – abad ke-16. Aksara ini juga memiliki kedekatan dengan aksara Bali. Nama aksara ini dalam bahasa Jawa adalah Dentawiyanjana.

Page 43: Sosiologi Multicultural adat Jawa
Page 44: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Alat MusikGamelan Jawa adalah ensembel

musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Musik yang tercipta pada Gamelan Jawa berasal dari paduan bunyi gong, kenong dan alat musik Jawa lainnya. Irama musik umumnya lembut dan mencerminkan keselarasan hidup, sebagaimana prinsip hidup yang dianut pada umumnya oleh masyarakat Jawa.

Page 45: Sosiologi Multicultural adat Jawa
Page 46: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Kesenian Wayang Wayang Kulit

Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata 'Ma Hyang' yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna 'bayangan', hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja.

Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir.

Page 47: Sosiologi Multicultural adat Jawa
Page 48: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Wayang GolekWayang Golek adalah boneka kayu

yang dimainkan berdasarkan karakter tertentu dalam suatu cerita pewayangan. Dimainkan oleh seorang Dalang, yang menguasai berbagai karakter maupun suara tokoh yang dimainkan. Lazimnya wayang golek dipergelarkan pada malam hari sampai dini hari.

Page 49: Sosiologi Multicultural adat Jawa
Page 50: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Wayang OrangWayang orang disebut juga dengan istilah

wayang wong (bahasa Jawa) adalah wayang yang dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita wayang tersebut. Wayang orang diciptakan oleh Sultan Hamangkurat I pada tahun 1731.

Sesuai dengan nama sebutannya, wayang tersebut tidak lagi dipergelarkan dengan memainkan boneka-boneka wayang (wayang kulit yang biasanya terbuat dari bahan kulit kerbau ataupun yang lain), akan tetapi menampilkan manusia-manusia sebagai pengganti boneka-boneka wayang tersebut. Mereka memakai pakaian sama seperti hiasan-hiasan yang dipakai pada wayang kulit. Supaya bentuk muka atau bangun muka mereka menyerupai wayang kulit (kalau dilihat dari samping), sering kali pemain wayang orang ini diubah/dihias mukanya dengan tambahan gambar atau lukisan.

Page 51: Sosiologi Multicultural adat Jawa
Page 52: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Kesenian Tari dan Lagu DaerahSeni tari yang terdapat di Jawa Tengah

adalah Tari Bambangan Cakil, Tari Gandrung, dan Tari Sintren. Sedangkan lagu-lagu asal Jawa Tengah adalah Gambang Suling, Gek Kepriye, Gundul Pacul, Ilir-ilir, Jamuran, Bapak Pucung, Yen Ing Tawang Ono Lintang, dan Stasiun Balapan.

Page 53: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Pariwisata

Page 54: Sosiologi Multicultural adat Jawa

Makanan & Minuman

Page 55: Sosiologi Multicultural adat Jawa

THANK YOU :D