4
Risywah ditinjau dari bahasa adalah suatu yang dapat mengantarkan tujuan dengan segala cara, berdasarkan prinsip asal tujuan dapat tercapai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) risywah adalah menyuap atau memberikan uang sogokan dan sebagainya agar agar segala keinginannya dapat dikabulkan. Menurut Ibrahim An-Nakhal dalam Mausu`ah Fiqhiyah, risywah adalah suatu yang diberikan kepada seseorang untuk menghidupkan kebathilan atau mengancurkan kebenaran. Dr. Yusuf Qardawi mendefenisikan risywah sebagai duatu yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai kekuasaan dan jabatan untuk mensukseskan perkaranya dengan mengalahkan lawan-lawannya sesuai dengan apa yang ia inginkan, atau untuk memberikan peluang kepadanya. Risywah pada praktek dan realitasnya menjamur dan menyebar dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Bahkan risywah lebih kompleks dan berpariasi bentuk serta istilahnya sehingga sulit untuk diberantas. Risywah bagaikan penyakit kanker yang sudah mengakar dan tumbuh berkembang ditubuh manusia. Secara nyata risywah adalah kanker sosial dan penyakit masyarakat. Berkembang biaknya praktek risywah dalam kehidupan masyarakat modrn bukan merupakan hal yang baru. Penyakit risywah sudah mulai berkembang biak dari masa dahulu dan bahkan sudah dikenal di masa kerasulan nabi Muhammad Saw. Risywah merupakan penyakit moral, sosial, ekonomi, yang dengan segala cara dapat dijungkirbalikkan, yang benar bisa menjadi salah, yang salah bisa menjadi benar. Yang sukar bisa menjadi lancar, yang lancar bisa menjadi berbelit-belit. Kondisi suap sudah dikenal masyarakat klasik, namun sifatnya masih individual dan terbatas. Dampak dan bayanya tidak se kronis dan menjolok seperti dalam masyarakat kontemporer sekarang ini. Penyakit itu seolah-olah sudah merupakan tradisi yang sah dan merupakan suatu keharusan hidup. Risywah dalam presfektif Islam serta konsepnya adalah menjaga keutuhan 5 axiomatik yang sangat mendasa dalam kehidupan manusia, yaitu; keturunan, akal, harta, agama dan sosial. Mendapatkan sesuatu dari orang lain dengan cara bathil,

Risywah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Risywah

Risywah ditinjau dari bahasa adalah suatu yang dapat mengantarkan tujuan dengan segala cara, berdasarkan prinsip asal tujuan dapat tercapai. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) risywah adalah menyuap atau memberikan uang sogokan dan sebagainya agar agar segala keinginannya dapat dikabulkan.

Menurut Ibrahim An-Nakhal dalam Mausu`ah Fiqhiyah, risywah adalah suatu yang diberikan kepada seseorang untuk menghidupkan kebathilan atau mengancurkan kebenaran. Dr. Yusuf Qardawi mendefenisikan risywah sebagai duatu yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai kekuasaan dan jabatan untuk mensukseskan perkaranya dengan mengalahkan lawan-lawannya sesuai dengan apa yang ia inginkan, atau untuk memberikan peluang kepadanya.

Risywah pada praktek dan realitasnya menjamur dan menyebar dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Bahkan risywah lebih kompleks dan berpariasi bentuk serta istilahnya sehingga sulit untuk diberantas. Risywah bagaikan penyakit kanker yang sudah mengakar dan tumbuh berkembang ditubuh manusia. Secara nyata risywah adalah kanker sosial dan penyakit masyarakat.

Berkembang biaknya praktek risywah dalam kehidupan masyarakat modrn bukan merupakan hal yang baru. Penyakit risywah sudah mulai berkembang biak dari masa dahulu dan bahkan sudah dikenal di masa kerasulan nabi Muhammad Saw. Risywah merupakan penyakit moral, sosial, ekonomi, yang dengan segala cara dapat dijungkirbalikkan, yang benar bisa menjadi salah, yang salah bisa menjadi benar. Yang sukar bisa menjadi lancar, yang lancar bisa menjadi berbelit-belit.

Kondisi suap sudah dikenal masyarakat klasik, namun sifatnya masih individual dan terbatas. Dampak dan bayanya tidak se kronis dan menjolok seperti dalam masyarakat kontemporer sekarang ini. Penyakit itu seolah-olah sudah merupakan tradisi yang sah dan merupakan suatu keharusan hidup.

Risywah dalam presfektif Islam serta konsepnya adalah menjaga keutuhan 5 axiomatik yang sangat mendasa dalam kehidupan manusia, yaitu; keturunan, akal, harta, agama dan sosial. Mendapatkan sesuatu dari orang lain dengan cara bathil, memperoleh jabatan dengan cara tidak wajar dan tidak sesuai dengan prosedur yang tidak masuk akal.b hal seperti itu merupakan praktek yang diharamkan oleh agama Islam. Karena jelas buktinya dapat membawa dampak, bahaya dan juga merugikan kehidupan orang banyak (publik).

Perbuatan risywah dalam Fiqih Islam hukumnya haram, berdasarkan argumen syaria`at adari Al-Qur`an, Sunnah dan Ijtihad para ulama. Dalam surat Al-Baqarah ayat 188 menjelaskan; “dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian orang lain diantara kamu dengan jalan yang bathil, dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari pada benda orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahuinya”.

Imam Al-Qurthubi menafsirkan ayat ini, “kalian jangan menyuap para hakim untuk memihak serta memanagkan kasusmu (Tafsir qurthubi I / 340). Dizaman kontemporer ini banyak hakim melakukan risywah hanya untuk menengkan kasusu seseorang. Demi uang dan perut yang

Page 2: Risywah

sejengkal para hakim rela membenarkan yang salah dan menyalahkan yang benar. Para hakim saat ini dicap sebagai simbol suap menyuap.

M. Jamaluddin Al-Qasimi sependapat dengan statement imam Qurthubi dalam konteks ayat ini; jangan memberikan harta kalian kepada hakim brengsek, mata duitan dengan menyuapnya, agar hakim itu memenagkan kasusmu (Tafsir Al-Qasimi I/230).

Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah menjelaskan Dari Abu Hurairah berkata : rasulullah bersabda “Jika amanat disia-siakan maka tunggulah kehancurannya, bagaimana menyia-nyiakannya ya Rasulullah? Tanya sahabat, Rasulullah menjawab, Jika urusan diserahkan kepada yang buka ahlinya (tidak profesional) maka tunggulah kehancurannya” (Al-Fath I/124).

Risywah termasuk kasus kriminal yang butuh solusi dan wajib didiagnosa dan ditanggulangi, risywah merupakan penyakit kronis, kangker yang mematikan dan menhancurkan tatanan moral dan norma sosial. Risywah juga bentuk kriminal yang sangsinya tidak ditetapkan secara pasti oleh Allah Swt dalam Al-Qur`an maupun dalam sunnah rasul. Suatu pelanggaran, jika tidak ada ketentuan dari Allah Swt dan rasul-Nya mka sangsinya berupa ta`zi, yaitu hukuman atau sangsi berdasrkan kebijaksanaan pengadilan agama.

Faktor yang paling asasi timbulnya praktek risywah disebabkan karena, melayangnya nilai-nillai keimanan dari kehidupan manusia. Iman sebagai motor yang menggerakkan hati manusia utnuk beraktivitas dan berbuat positif.

Praktek risywah tanpa disadari oleh manusia sudah menyebarluas dalam kehidupan kontemporer. Anehnya risywah sudah dianggap suatu yang lazim dan hal yang wajaf. Sangat sedikit kita jumpai seseorang mendapat lapangan pekerjaan yang layak tanpa praktek risywah.

Penyakit risywah merupakan penyakit yang berkembang dimuka bumi Panca Sila ini. Hampir seluruh pekerjaan dan memperoleh jabatan tidak terlepas dari yang namanya risywah (suap). Beberapa contoh yang paling sering terjadi adalah untuk memperoleh kedudukan di Legislatif, Eksekutif, Yudikatif, untuk memperoleh PNS, untuk memperoleh angkatan dan sejenisnya ; yang kesemuannya itu tidak terlepas dari risywah.

Penyakit v sangat berbahaya, karena tanpa disadari jabatan akan diberikan kepada seseorang yang bukan ahlinya, dan menutup rapat-rapat kesempatan orang lain yang profesional dan ahli dalam suatu bidang. Dampak negatif suap-menyupa sudah nampak dalam kehidupan masyarakat luas, baik yang berbentuk penjungkirbalikan nilai-nilai kebenaran, KKN, khianat, hilangya amanah, timbulnya mental hipokrit, makar, saling menjatuhkan, saling memfitnah dan sebagainya.

Dalam pengankatan pemimpin, Islam sangat memprioritaskan individu yang mukmin, bertaqwa kepada Allah Swt dan berkualitas, oleh karena itu siapa yang mendahulukan karena sogoka, sementara ada orang lain yang lebih mampu dan berkualitas tetapi tidak di prioritaskan karena tidak ada uang atau tidak mau melakukan risywah maka orang tersebut telah mendustai Allah Swt dan Rasulnya.

Page 3: Risywah

Menipu umat adalah haram dan Rasulullah mengancamnya dengan ancaman “larangan untuk masuk sorga”, baik penipuan, penyelewengan, kezaliman, tidak objetif atau memberikan jabatan kepada yang bukan ahlinya.

Imam Ibnu Hazm dalam Mara`atibul Ijma` bahwa ulama sepakat tentang diharamkanya risywah. Imam Abu Hanifah dan Imam yahya berkata; mengambil suap, memakannya adalah fasik, sedang orang fasik tidak boleh menjadi hakim dan tidak sah putusannya. Masruq Abu Wail generasi tabi`in dan said Bin Jubair berkata; “jika Qhadi menerima suap maka dia dalam kondisi kafir, sedang Qhadi yang menerima hadiah maka dia telah makan uang haram (Al-Mughni ibnu Qudamah, 9/77-78, Riyadh).

Salah satu yang menjadi catatan penting bagi kita, bahwasanya kedua belah pihak bak yang menyuap dan penerima suap sama-sama berdosa. “Penyuap dan yang menyuap sama-sama masuk neraka” (H.R. Thabrani).