17
RESTORASI VENEER ALL CERAMIC ANTERIOR MENGGUNAKAN METODE PRESSABLE (IPS EMPRESS) DAN METODE CAD-CAM (CEREC 3) PENDAHULUAN Keramik adalah bahan yang telah dipergunakan lebih dari 10.000 tahun lalu, dengan komposisi keramik pertama kali adalah batu batuan seperti obsidian, batu lava, quartz (kuarsa), dan silica. Pada saat itu digunakan sebagai bahan untuk membuat peralatan sederhana seperti barang pecah belah dan artefak (Anusavice, 2003). Keramik merupakan bahan yang paling cepat berkembang baik dalam penggunaan maupun metode pembuatannya. Sekarang ini komposisi porselen gigi yang konvensional adalah berupa keramik vitreus (seperti kaca) yang berbasis pada anyaman silicate (SiO2) dan Feldspar potas (K2O AL2O3 6SiO2) atau Feldspar soda (Na2O AL2O3 6SiO2), atau keduanya (Anusavice, 2003). Sejalan dengan perkembangan bahan keramik, kemajuan pembuatan veneer keramik akhir akhir ini juga terbilang pesat. Prosedur perawatannya diperkenalkan antara akhir tahun 1920an hingga tahun 1930an (Castelnuovo dkk, 2000). Metode pelapisan veneer menggunakan keramik sebagai bahan intinya diawali oleh Buonocore (1955), dengan teknik pengetsaan (etching) pada enamel, setelah itu di tahun 1960an, Bowen, memperkenalkan resin BIS-GMA dan diikuti oleh perkembangan komposit gigi. Selanjutnya di tahun 1973 ditemukan cara pengikatan (bonding) keramik oleh Rochette. Kemajuan perawatan permukaan keramik dan proses pengikatan (bonding) diikuti juga dengan kemajuan acid gelsyang sangat efektif digunakan sebagai bahan perlekatan untuk restorasi keramik (Dunitz, 1999). Selain itu ditahun 1980an komposit juga mengalami suatu perkembangan. Bahan ini kemudian digunakan sebagai bahan semen yang di-bonding dengan bahan keramik. Semen ini digunakan bersama dengan silanebonding antara veneer porselen dan gigi (Dunitz, 1999). untuk mendapatkan Veneer keramik ditemukan untuk memperbaiki estetik, karena memiliki warna serupa dengan gigi asli (Anusavice, 2003). Namun penggunaan veneer untuk memperbaiki estetik gigi ini belum sepenuhnya diketahui oleh masyarakat khususnya para teknisi laboratorium, salah satu penyebabnya adalah karena proses pembuatannya yang cukup rumit sehingga membuat harganya menjadi sangat mahal (Dunitz, 1999). Pengertian dari veneer keramik itu sendiri adalah suatu bahan yang digunakan dalam kontruksi mahkota atau pontik, berupa suatu lapisan untuk gigi atau sebagai bahan pewarnaan gigi, biasanya dari bahan porselen dan resin komposit dengan cara dipadukan langsung, disemen atau dengan retensi mekanis pada permukaan gigi (Zwemer, 1993).

Restorasi Veneer all ceramic anterior menggunakan metode pressable

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Restorasi Veneer all ceramic anterior menggunakan metode pressable

RESTORASI VENEER ALL CERAMIC ANTERIOR

MENGGUNAKAN METODE PRESSABLE (IPS EMPRESS) DAN

METODE CAD-CAM (CEREC 3)

PENDAHULUAN

Keramik adalah bahan yang telah dipergunakan lebih dari 10.000 tahun lalu, dengan

komposisi keramik pertama kali adalah batu – batuan seperti obsidian, batu lava, quartz

(kuarsa), dan silica. Pada saat itu digunakan sebagai bahan untuk membuat peralatan sederhana

seperti barang pecah belah dan artefak (Anusavice, 2003). Keramik merupakan bahan yang

paling cepat berkembang baik dalam penggunaan maupun metode pembuatannya. Sekarang ini

komposisi porselen gigi yang konvensional adalah berupa keramik vitreus (seperti kaca) yang

berbasis pada anyaman silicate (SiO2) dan Feldspar potas (K2O AL2O3 6SiO2) atau Feldspar

soda (Na2O AL2O3 6SiO2), atau keduanya (Anusavice, 2003).

Sejalan dengan perkembangan bahan keramik, kemajuan pembuatan veneer keramik akhir –

akhir ini juga terbilang pesat. Prosedur perawatannya diperkenalkan antara akhir tahun 1920an

hingga tahun 1930an (Castelnuovo dkk, 2000). Metode pelapisan veneer menggunakan keramik

sebagai bahan intinya diawali oleh Buonocore (1955), dengan teknik pengetsaan (etching) pada

enamel, setelah itu di tahun 1960an, Bowen, memperkenalkan resin BIS-GMA dan diikuti oleh

perkembangan komposit gigi. Selanjutnya di tahun 1973 ditemukan cara pengikatan (bonding)

keramik oleh Rochette. Kemajuan perawatan permukaan keramik dan proses pengikatan

(bonding) diikuti juga dengan kemajuan acid gelsyang sangat efektif digunakan sebagai bahan

perlekatan untuk restorasi keramik (Dunitz, 1999).

Selain itu ditahun 1980an komposit juga mengalami suatu perkembangan. Bahan ini kemudian

digunakan sebagai bahan semen yang di-bonding dengan bahan keramik. Semen ini digunakan

bersama dengan silanebonding antara veneer porselen dan gigi (Dunitz, 1999). untuk

mendapatkan

Veneer keramik ditemukan untuk memperbaiki estetik, karena memiliki warna serupa

dengan gigi asli (Anusavice, 2003). Namun penggunaan veneer untuk memperbaiki estetik gigi

ini belum sepenuhnya diketahui oleh masyarakat khususnya para teknisi laboratorium, salah satu

penyebabnya adalah karena proses pembuatannya yang cukup rumit sehingga membuat harganya

menjadi sangat mahal (Dunitz, 1999).

Pengertian dari veneer keramik itu sendiri adalah suatu bahan yang digunakan dalam kontruksi

mahkota atau pontik, berupa suatu lapisan untuk gigi atau sebagai bahan pewarnaan gigi,

biasanya dari bahan porselen dan resin komposit dengan cara dipadukan langsung, disemen atau

dengan retensi mekanis pada permukaan gigi (Zwemer, 1993).

Page 2: Restorasi Veneer all ceramic anterior menggunakan metode pressable

Veneer keramik diindikasikan untuk memperbaiki kosmetik gigi anterior yang mengalami

perubahan warna atau hipoplastik (Anusavice, 1996). Perubahan warna yang dimaksud adalah

perubahan warna yang sedang. Perubahan warna ini bisa diakibatkan karena tetracycline,

fluoride, dan umur. Selain itu dapat dipilih untuk restorasi yang disebabkan karena

trauma, fraktur (keretakan), serta pertumbuhan gigi yang kurang bagus. Anatomi dari gigi yang

kurang normal atau malposisi dapat juga diperbaiki dengan veneer. Prosedur ini tidak hanya

memberi estetik yang baik, tetapi juga dapat diandalkan fungsi kekuatannya (Castelnuovo,

2000). Selain itu veneer juga digunakan untuk kasus khusus seperti diastema, hilangnya keratan

gigi taring (caninus) pada posisi lateral, pelapisan keramik pada bagian lingual, lapisan veneer

keramik di atas mahkota keramik dan mahkota gigi yang pendek (Dunitz, 1999). Pemakaian

veneer tidak dianjurkan pada penderita dengan relasi oklusi edge to edge dan gigitan silang,

oklusi berat, kesehatan mulut (oral hygiene) yang buruk, kekurangan mineral dan fluoride pada

gigi. Komplikasi pada veneer keramikdapat terjadi karena ketidakhati – hatian saat preparasi,

kerusakan pulpa, iritasi jaringan periodontal yang parah dan penampilan gigi yang tidak natural

(Castelnuovo dkk, 2000).

Pelapisan atau penggunaan veneer keramik memiliki keuntungan (Dunitz, 1999), antara lain bisa

dilihat dari segi bentuk, posisi, tekstur permukaan serta pewarnaannya yang dapat disesuaikan

dengan keadaan natural gigi utama, memiliki ketahanan yang baik, pencahayaan yang bagus di

seluruh permukaannya, mendapatkan respons yang baik dari jaringan penyangga gigi. Sedangkan

kerugiannya adalah memiliki prosedur preparasi yang tidak mudah, metode pembuatan di

laboratorium yang cukup rumit serta dibutuhkan ketelitian, biaya yang relatif mahal, apabila

terjadi kerusakan sangat sulit diperbaiki bahkan mungkin tidak dapat diperbaiki lagi,

Penggantian warna sulit dilakukan setelah penyemenan.

Saat ini metode pembuatan veneer keramik juga berkembang dengan pesat, diantaranya adalah

pembuatan veneer all-ceramic anterior dengan metode pressable danmachinable / CAD-CAM.

IPS Empress merupakan metode Pressable Ceramic. Teknologi yang digunakan adalah Heat

Pressed dengan Lost – wax Technique (Van Nort, 2002). Restorasi yang dihasilkan memiliki

estetik yang baik sehingga gigi terlihat natural. Komposisi utama bahan IPS Empress

adalah silicate glass matrix (SiO2) dengan susunan fase kristalnya berupakristal leucite dengan

konsentrasi tinggi. Bahan lain yang digunakan meskipun dalampersentase kecil adalah K2O,

Al2O3, Na2O, B2O3, CaO, TiO2, CeO2 (IPS Empress Ivoclar Vivadent AG).

Metode machinable keramik yaitu CAD CAM system dirancang untuk menghasilkan keindahan.

Sistem ini menggunakan scan 3D untuk informasi digital mengenai bentuk preparasi giginya.

Metode ini diperkenalkan didunia kedokteran gigi tepatnya pada Februari tahun 2000 sebagai

versi yang lebih canggih dan lebih baru. Perangkat lunak (software) yang digunakan dalam

CEREC adalah berformat windows NT dan dijalankan dari Personal Computer atau PC (Bindl

dkk, 2002). Komposisi utama bahan CAD-CAM untuk pembuatan veneer keramik adalah Silica

(SiO2), Alumina (Al2O3), selain itu ada beberapa komposisi kimia lain yang terdapat

Page 3: Restorasi Veneer all ceramic anterior menggunakan metode pressable

dalam material blocks CAD-CAM meskipun dalam jumlah yang relatif kecil, yaitu: Na2O (6 -

9%), K2O (6 - 8%), CaO (0,3 - 0,6%), TiO2 (0,0 - 0,1%) (www.cereconline.ecomaXL).

Timbul suatu permasalahan, bagaimana metode pembuatan veneer keramik dengan

menggunakan metode Pressable (IPS Empress) dan CAD CAM (CEREC 3)?

Veneer keramik

1. Definisi Veneer keramik

Veneers adalah suatu bahan yang digunakan dalam kontruksi mahkota atau pontik, berupa suatu

lapisan pada gigi atau sebagai bahan pewarnaan gigi, biasanya dari bahan porselen dan resin

komposit. Perlekatan pada gigi dapat dilakukan dengan cara dipadukan langsung, disemen atau

dengan retensi mekanis pada permukaan gigi (Zwemer, 1993).

Veneers keramik direkatkan pada bagian enamel gigi yang telah

dipreparasi sebelumnya.Enamel dihilangkan dari bagian permukaan gigi yang akan diberi

pelapisan ini, tujuannya adalah memberi ruang sebagai tempat melekatnya veneers.

Dibandingkan dengan veneers berbahan komposit, veneers keramik lebih mempunyai sifat tahan

lama dalam hal pemakaiannya dan lebih tahan terhadap stain. Estetik yang dihasilkan veneer

keramik lebih terlihat natural menyerupai gigi asli dibandingkan veneers dari komposit. Namun,

dalam hal proses pembuatan memang veneers berbahan keramik lebih rumit dibanding bahan

komposit, sehingga membuat harganya jauh lebih mahal.

(www.fourseasonsfamilydentistry.com). Metode ini merupakan restorasi keramik terbaik untuk

mengembalikan kapasitas pencahayaan dari warna alami gigi. Ada beberapa faktor yang harus

benar – benar diperhatikan dalam pembuatan veneer keramik, yaitu warna yang menjadi dasar

strukturnya, pemilihan bahan semen, dan kedalaman preparasi. Pemilihan bentuk preparasi

keramik dan bondingbiokompabilitas, dan masa pakainya (Dunitz, 1999).(perlekatannya)

berpengaruh pada: peningkatan sifat mekanis, sifat

Konsep umum teknik pembuatan veneer keramik diperkenalkan oleh H.R.Horn pada tahun 1983.

Metode ini mungkin untuk digunakan seiring dengan kemajuan resin komposit dan bahan

penyambungan silane. Pada metode Horn, porselen dibakar di atas lembaran platinum, tetapi

pada teknik mutakhir, porselen dibakar secara langsung diatas model cetakan tahan api

(refraktori) sehingga menghasilkan adaptasi yang bagus. Penyempurnaan – penyempurnaan telah

dilakukan terhadap kekuatan perlekatan bahan – bahan penyambung (silane), maupun terhadap

kekuatan dan daya tahan, baik dari porselen maupun resin (Haga dan Nakazawa, 2002).

2. Indikasi dan Kontraindikasi Veneer keramik

Page 4: Restorasi Veneer all ceramic anterior menggunakan metode pressable

Veneer keramik diindikasikan untuk memperbaiki kosmetik dari gigi anterior yang mengalami

perubahan warna atau hipoplastik (Anusavice, 1996). Perubahan warna yang dimaksud adalah

perubahan warna yang sedang tidak terlalu parah. Perubahan warna ini bisa diakibatkan

karena tetracycline, fluoride, dan umur. Selain itu dapat digunakan untuk restorasi yang

disebabkan trauma, fraktur (keretakan), serta pertumbuhan gigi yang kurang sempurna. Anatomi

dari gigi yang kurang sempurna atau malposisi dapat juga diperbaiki dengan veneer. Prosedur

ini tidak hanya memberi estetik yang baik, tetapi juga dapat diandalkan fungsi kekuatannya

(Castelnuovo dkk, 2000). Selain itu diindikasikan untuk kasus khusus seperti diastema,

hilangnya keratan gigi taring (caninus) pada posisi lateral (Dunitz, 1999). Menurut Haga dan

Nakazawa, 2002, veneers keramik juga diindikasikan untuk karies apabila tidak terlalu luas

tetapi dangkal, dan perubahan warna gigi akibat penambalan.

Kontraindikasi pemakaian veneer adalah penderita dengan relasi oklusi edge to edgeexcessive

stress selama pemakaian veneer keramik. Perawatan ini juga tidak dianjurkan untuk pasien

dengan oklusi berat, kesehatan mulut (oral hygiene) yang buruk, kekurangan mineral

dan fluoride pada gigi. Komplikasi pada veneer keramik dapat terjadi karena ketidakhati – hatian

saat preparasi, kerusakan pulpa, iritasi jaringan periodontal yang parah dan penampilan gigi yang

tidak natural (Castelnuovo dkk, 2000). Selain itu bruxismdan tidak cukup tersedianya email gigi

yang sehat juga termasuk dalam kontraindikasi, hal ini karena bahan – bahan bonding dentin saat

ini meskipun telah berkembang namun kekuatan perlekatan dengan dentin terlalu lemah,

sehingga veneer keramik bergantung pada perlekatan dengan email. Oleh karena itu

terbukanya dentin sebaiknya dijaga sesedikit mungkin (Haga dan Nakazawa, 2002). dan gigitan

silang yang menyebabkan terjadinya

3. Bentuk Preparasi Veneer keramik

Bentuk preparasi dari pelapisan veneer keramik harus memperhatikan empat prinsip dasar

berikut: kestabilan, kekuatan, retensi, dan adhesi. Prinsip ini memiliki tujuan agar gabungan

antara fungsi, pengaruh biologis, maupun nilai estetiknya dapat dicapai. Apabila hanya

mengandalkan adhesi saja tanpa memperhitungkan ketiga faktor lainnya, umumnya cepat atau

lambat akan menimbulkan kegagalan. Mempertahankan enamel alami gigi sebanyak mungkin

meskipun diperlukan, tidak boleh membahayakan rencana restorasi karena minimnya preparasi

(Dunitz, 1999).

Untuk gigi yang terkena karies, preparasi dilakukan setelah karies dibuang. Preparasi gigi harus

dilakukan dengan sangat hati – hati dan perlahan – lahan mengikuti kontur permukaan gigi untuk

menghindari terbukanya dentin. Selain itu pada saat pembuatan, veneer harus dibuat membulat

halus tanpa adanya tepi – tepi yang tajam, hal ini bermaksud untuk memperbaiki ketepatan dari

veneer dan menghindari pemusatan stress(Dunitz, 1999).

Page 5: Restorasi Veneer all ceramic anterior menggunakan metode pressable

Rata – rata kedalaman preparasi enamel adalah 0,5 mm. Pada kasus perubahan warna yang

parah, cenderung terjadi peningkatan kedalaman preparasi menjadi 0,7 – 0,8 mm. Kedalaman

preparasi dibawah 0,3 mm tidak dianjurkan. Secara umum, kedalaman antara 0,7 – 0,8 mm atau

0,6 – 0,7 mm pada incisal dan pertengahan area, dalam beberapa kasus secara berturut – turut

dapat melindungi lapisan enamel yang tersisa. Pada daerah servikal dengan kedalam kurang dari

0,3 mm sering dilakukan pembongkaran tambalan gigi (Dunitz, 1999). Permukaan facial gigi

dipreparasi sebagai tempat untuk melekatnya veneer dengan ketebalan sesuai ketentuan.

Pengurangan bagian facial adalah 0,3 – 0,6 mm pada daerah 1/3 cervical dan 0,5 – 0,7 mm dari

pertengahan gigi sampai 1/3 incisal. Preparasi gigi diperpanjang sampai

kontak interproximal (Castelnuovo, 2000).

Menurut Haga dan Nakazawa, 2002, email pada bagian labial gigi anterior rahang atas yang

paling tebal adalah dekat tepi Incisal, yakni 1,0 sampai 1,3 mm dan secara perlahan menipis ke

bagian cervical yakni 0,3 sampai 0,6 mm. Email ini menjadi lebih tipis lagi pada garis sudut gigi.

Sedangkan untuk gigi bawah ketebalannya kurang lebih 0,9 sampai 1,1 mm pada daerah incisal,

dan menipis pada daerah cervical, karena preparasi hanya dibatasi oleh oleh email, maka

pengurangan dilakukan hanya ± 0,5 sampai 0,7 mm, meskipun sering menjadi 0,3 mm di daerah

dekat cervical.

Cervical margin ditempatkan pada epigingivally dan akhirnya membentukchamferCervical

Margin ditentukan menurut bentuk dan ukuran mini chamfer-nya yakni rata – rata 0,3 mm. Garis

ini disejajarkan dengan gingival atau lebih rendah sampai pinggirangingival, hal ini merupakan

persyaratan yang umum digunakan (0,5 mm biasanya untuk kebanyakan kasus perubahan warna

gigi yang parah) (Dunitz, 1999). Pengurangan ini sudah mencukupi kebutuhan untuk konstruksi

veneers (Bindl dkk, 2002). Tidak dianjurkan untuk memasukkan margin terlalu dalam ke-

sulcus gingival. Pelapisan veneers keramik umumnya dapat memperlihatkan ketegasan batas

gingival gigi karena memiliki optical properties yang baik. Selain itu yang paling utama adalah

dapat mengembalikan bentuk serta fungsi gigi (Dunitz, 1999). (Bindl dkk, 2002).

Untuk bonding, kesejajaran margins selalu diutamakan, alasannya adalah untuk: menambah

area enamel dalam preparasinya, mengontrol kelembaban, menegaskan bentukmargin yang fit,

untuk memudahkan proses finishing dan polishing, memudahkan pemeliharaan

rutin margin sebagai prosedur kesehatan gigi (Dunitz, 1999).

Perbaikan chamfer dengan ukuran 0,3 mm merupakan bentuk margin yang ideal untuk pelapisan

veneer keramik atau mahkota sebagian, karena memungkinkan dalam: pembentukan kembali

profil alami gigi, menghindari over contour pada daerah cervical, keakuratan dari garis batas gigi

dapat ditentukan sehingga mempermudah pencetakan serta identifikasi dan pembentukan

kembali di laboratorium, margin jadi lebih tahan retak selain itu dapat mengindari retak

pada edge dari pelapisan veneer dalam rangkaian konstruksinya, pelapisan veneer menjadi lebih

mudah dimasukkan saat penempatan terakhir pada gigi (Dunitz, 1999).

Page 6: Restorasi Veneer all ceramic anterior menggunakan metode pressable

Tepi Incisal umumnya tidak ditutup, dan dipreparasi hanya dengan bevel saja, supaya

tidak meninggalkan email yang tidak terdukung. Posisi bagian tepi yang baik adalah pada

tepi gingival, dan jika veneer diperluas sampai masuk kedalam sulcus gingiva, hendaknya

lapisan veneer dibuat sesedikit mungkin. Tepi gingival dibuat berbentuk chamfer(Haga dan

Nakazawa, 2002). Semua margin dibuat sedalam enamel. Untuk melindungi jaringan

keras, incisal margin yang dipreparasi tidak boleh sampai mengenai incisal edgeatau sebaiknya

preparasi dilakukan sejauh mungkin dari incisal edge gigi (Bindl dkk, 2002).

Batas proximal preparasi ditempatkan pada pertengahan proximal dengan pemotongan kontak

area proximal kurang dari 50% (Bindl dkk, 2002). Bentuk preparasi dariproximal surface sudah

dapat digambarkan / direncanakan pada waktu preparasi labial dan pembuatan cervical margin.

Dua prinsip utama dalam preparasi proximal surface adalah: melindungi kontak area dan

penempatan margins harus terlihat. (Dunitz, 1999).

Kedalaman yang minimum dari preparasi perlu diperhatikan terutama untuk perlekatan dan juga

dapat memberikan ketebalan yang cukup untuk kekuatan pelapisan veneers keramik. Kedalaman

kurang lebih antara 0,8 - 1 mm, dengan lapisan enamel pada sepertiga okklusal gigi lebih tipis

(Dunitz, 1999).

Bagian proximal tidak boleh sampai hilang, meskipun ketika dilakukan preparasi, hal ini karena

bagian tersebut dapat menjaga kontak area dengan gigi sebelah, selain itu lereng /

lekuk buccolingual harus dilindungi. Perpanjangan interproximal, dibuat secara menyambung

satu sama lain seperti keadaan sebenarnya, ini untuk memperbaiki stabilitas dan sifat mekanis

dari perlekatan veneer (Dunitz, 1999).

Pada daerah kontak Interproximal apabila memungkinkan dibiarkan saja, dan preparasinya

dibuat meluas sampai tepat di bagian depan daerah kontak. Untuk memberikan retensi dan

kekuatan serta supaya pemasangan menjadi mudah, maka bentuk preparasinya dibuat

menyerupai “U”. Gigi juga dipreparasi sedikit kearah lingual tepatnya pada daerah papilla

interdental sehingga batas porselen tidak terlihat, daerah ini menentukan arah masuknya veneer,

bentuk preparasi tidak boleh ada undercut (Dunitz, 1999).

Menjaga kontak area sangat penting hal ini dikarenakan keistimewaan bentuk anatominya sangat

sulit untuk dibentuk kembali seperti semula jika hilang, mencegah perubahan tempat dari gigi –

gigi lainnya sewaktu preparasi dan penempatan gigi, untuk mempermudah prosedur perawatan,

terutama saat prosedur bonding dan finishing., contact area yang baik dan tidak hilang dapat

memberikan kemudahan dalam hal perawatan sendiri di rumah (Dunitz, 1999).

Metode Pembuatan Veneer Keramik

A. Metode Pressable (IPS Empress)

Page 7: Restorasi Veneer all ceramic anterior menggunakan metode pressable

Merupakan salah satu restorasi keramik dengan sebuah metode yang disebut dengan press. IPS

Empress juga sebagai alternatif dalam pembuatan restorasi all keramik yang dapat diandalkan

fungsi dan kekuatannya. Metode ini digunakan pada pasien untuk memberikan suatu kepuasan

estetik dari restorasi yang terlihat natural karena berbahan utama keramik. Pemakaian bahan

restorasi yang dilekatkan dengan keramik diharapkan dapat mengembalikan fungsi, bentuk,

kontur, warna (hue, value, dan chroma), pencahayaan / penyebaran cahaya yang natural dan

memiliki kekuatan seperti gigi natural. Metode ini dapat memberi suatu estetik yang memuaskan

disebabkan karena memang bahan – bahan yang digunakan dibuat terlihat sangat natural

(www.chandigardentist.com).

1. Komposisi

Bahan inti keramik dari metode ini berbentuk ingots pre-sintered. Bahan dasarnya

berupa glass yang dibentuk pada saat pembentukan inti. Untuk IPS Empress

bahan Ingotmempunyai komposisi kimia berupa silicate glass matrix (SiO2) dengan susunan fase

kristalnya berupa kristal leucite yang berkonsentrasi tinggi, fungsinya adalah agar tahan terhadap

penyebaran crack. SiO2 yang terkandung dalam ingot-nya sebanyak lebih dari 55%. Koefisien

expansi dari bahan IPS Empress adalah 15,0 ppm/0 C lebih tinggi dari sistem lain yang juga

menggunakan metode pressable, yakni IPS Empress 2 (9,7 ppm/0 C). Perbedaan ini akan sangat

berpengaruh pada translucency-nya (Anusavice, 2003).

Keuntungan menggunakan bahan ini adalah sangat akurat, tepat, translucency yang sangat baik

sehingga menghasilkan estetik yang baik pula, bebas dari struktur metal, danflexural

strength tinggi (Anusavice, 2003).

Bahan lain yang digunakan meskipun dalam persentase yang kecil adalah K2O, Al2O3, Na2O,

B2O3, CaO, TiO2, CeO2 (IPS Empress Ivoclar Vivadent AG).

Bahan tanam yang dipakai adalah bahan tanam khusus untuk IPS Empress. UntukLiquid-nya

menggunakan IPS Empress Esthetic Speed Investment Material Liquid. Bahan tersebut

mempunyai komposisi colloidal silicic acid sebanyak 30 % wt. Liquid harus dicampur dengan air

yang telah disuling atau air yang di-ionisasi terlebih dahulu untuk mendapatkan

konsentrasi liquid yang diinginkan baru kemudian dapat di-mix dengan powder.

Sedangkan powder-nya menggunakan IPS Empress Esthetic Speed Investment Material Powder,

dengan komposisinya berupa SiO2 (quartz powder) 80 % wt, MgO dan NH4H2PO4 20 % wt

(IPS Empress Ivoclar Vivadent).

Untuk staining dan glazing juga memakai bahan yang khusus digunakan untuk IPS Empress,

yakni IPS Empress Universal Glaze and Stain Liquid 15 ml dengan komposisi 100 %

wt butandiol (IPS Empress Ivoclar Vivadent).

Bahan untuk separasi die-nya berupa Liquid dengan komposisinya berupa wax yang dilarutkan

didalam lebih dari 95 % wt hexane. Digunakan untuk melapisi die selama proses pembuatan

Page 8: Restorasi Veneer all ceramic anterior menggunakan metode pressable

veneer berlangsung. Bahan separasi ini berfungsi menjaga die agar tidak melekat pada bahan –

bahan keramik selain itu juga untuk mencegah timbulnya tegangan permukaan (IPS Empress

Ivoclar Vivadent).

2. Metode Pembuatan

Semenjak teknik dicor sudah jarang digunakan lagi, teknik yang digunakan

dalamPressable sistem ini berupa lost-wax technique (Anusavice, 2003). Model master terbuat

daridental stone ekstra keras (IPS Empress Ivoclar Vivadent AG).

Pada bagian / gigi yang akan dibuat aplikasi veneer dibentuk die yang dapat dilepas dan

dipasang kembali. Bersihkan die untuk menghilangkan kotoran – kotoran yang dapat

menyebabkan noda pada hasil akhir veneer (Haga dan Nakazawa, 2002).

Lalu ulasi permukaan die dengan die separator, kemudian tahap selanjutnya adalah pelilinan

dengan ketebalan sesuai bentuk bagian gigi yang dipreparasi menggunakan beige wax.

Pembuatan sprue juga dilakukan pada tahap ini (Castelnuovo, 2000). Malam yang digunakan

adalah malam yang tidak meninggalkan residu / sisa pada saat dilakukan buang malam (Ivoclar

Vivadent AG).

Setelah itu ditanam dengan menggunakan bahan tanam khusus untuk IPS Empress dan dibiarkan

dahulu sampai menjadi setting dalam muffle (Gurel, 2003) atau mold(Anusavice, 2003) tersebut

sebelum dihilangkan malamnya (Anusavice, 2003).

Lalu di bakar untuk menghilangkan malam (Gurel, 2003). Malam dihilangkan untuk

menciptakan ruang yang akan diisi dengan bahan ingot untuk IPS Empress. Proses

pengisian ingot keramik untuk IPS Empress dilakukan dengan menggunakan proses viscous

flow atau dengan mengalirkan glass ceramic (ingot) dengan konsentrasi agak kental pada suhu

11800 C ke dalam mold selama 1 jam. Teknik seperti ini disebut juga dengan hot-pressing,

keuntungannya adalah dapat diperoleh hasil yang tinggi dalam hal ketepatanmarginal-nya

dibandingkan menggunakan teknik sintering (Van Noort, 2002).

Setelah semua tahapan selesai dilakukan, keluarkan keramik dari

dalam mold ataumuffle (Anusavice, 2003). Kemudian keramik di potong dan dibentuk

disesuaikan pada model kerja (IPS Empress Ivoclar Vivadent AG).

Ketebalan pemotongan pada bagian facial adalah 0,2 mm pada 2/3 incisal atau bisa juga 0,5 mm

(Castelnuovo, 2000). Lapisi bagian incisal-nya dengan menggunakan bahansilicone, sebelum

dilakukan cut-back procedure. Hal ini untuk memudahkan dalam mengontrol dan mengecek

ketinggian incisal-nya setelah prosedur cut-back dilakukan (IPS Empress Ivoclar Vivadent AG).

Page 9: Restorasi Veneer all ceramic anterior menggunakan metode pressable

Setelah itu lepas keramik dari model dan silicone guna dilakukan sand blasting pada permukaan

restorasi. Lakukan secara hati – hati karena bahan untuk sand blasting-nya sangat abrasive.

Bahan yang digunakan Al2O3 dengan tekanan 0,5 bar, bersihkan dengan menggunakan air yang

telah disuling atau di-ionisasi (IPS Empress Ivoclar Vivadent AG).

Lalu tahap pelapisan veneer dilakukan, porselen dentin, email dan bahantranslucentPembentukan

ini harus dilakukan dengan hati – hati dan memerlukan kecermatan dari teknisi gigi. Bila

diperlukan, penggunaan opaq porselen juga dianjurkan terutama untuk menutupi bagian gigi

yang berubah warna. Pelapisan opaq juga memerlukan keahlian dan kecermatan agar

menghasilkan efek penutupan tanpa menimbulkan bintik – bintik atau noda. Tepi Incisal harus

dibuat translucent (tembus cahaya) agar pelapisan veneer terlihat alami. Oleh karena

itu, opaq porselen jangan digunakan pada daerah ini (Haga dan Nakazawa, 2002). dibentuk

berlapis – lapis.

Porselen dibentuk dengan lapisan - lapisan tipis yang merata, sehingga dapat memberikan efek

kelembaban pada porselen selama proses pelapisan dan pembakaran. Lapisan pertama

adalah opaq, setelah itu dentin, email dan bahan translucent (Haga dan Nakazawa, 2002).

Setelah itu dilakukan pembakaran pertama dengan suhu 8500C selama 2 jam (IPS Empress

Ivoclar Vivadent AG).

Pelapisan dan pembakaran porselen sebaiknya dilakukan dalam beberapa tahap, agar jika ada

kontur yang kurang sesuai atau tidak tebentuk, maka dapat diperbaiki lagi, sehingga terbentuk

menjadi suatu bentukan yang sesuai dengan anatomi gigi, selain itu dengan metode tersebut retak

dapat dicegah dan diminimalisir (Haga dan Nakazawa, 2002). Sesudah pembakaran pertama

(enamel) selesai, gunakan diamond burs untuk mengurangi kelebihan dan pembentukan sesuai

anatomi. Apabila terjadi pengurangan secara berlebihan sehingga menyebabkan berubahnya

bentuk kontur, maka dapat dibentuk kembali dengan pemberian bubuk leucite-reinforced glass

ceramic yang di-bonding menggunakan tekniksintering konvensional (Castelnuovo, 2000).

Kemudian dibakar lagi untuk yang kedua kalinya dengan suhu ± 8300C selama 2 jam (IPS

Empress Ivoclar Vivadent AG). Ketepatan perlekatan veneer dapat diperiksa dengan green

aerosol. Semprotkan pada seluruh permukaan die (Castelnuovo, 2000) atau dengan

menandai silicone menggunakan pensil merah, setelah itu veneer keramik di pasang pada model

serta di-fit kan dengan siliconeyang telah diberi tanda untuk disesuaikan atau fitting (IPS

Empress Ivoclar Vivadent AG). Apabila terdapat noda / spots pada veneer keramik pada saat di-

fit kan, hilangkan dengandiamond medium grit round bur. Pengurangan veneer dilakukan sampai

0,3 mm pada 1/3 cervical dan 0,5 mm pada 2/3 incisal. Dimensi akhir dari veneer keramik adalah

0,3 mm dan 0,5 mm ketebalan pada 1/3 cervical dan 2/3 incisal (Castelnuovo, 2000).

Aplikasi diakhiri dengan proses staining dan glazing keramik. Staining digunakan untuk

membentuk karakteristik dari veneer keramik agar terlihat seperti gigi alami. Sebelum

Page 10: Restorasi Veneer all ceramic anterior menggunakan metode pressable

proses staining dilakukan pastikan restorasi bersih atau bebas dari noda, agar hasil akhirnya tidak

ditemukan adanya bercak noda pada veneer keramik, lalu ulasi liquid untuk stainingpada

permukaan restorasinya sampai didapat warna yang sesuai dengan karakteristik dari gigi alami,

setelah itu dengan suhu 7800C dibakar dalam furnace selama 1 jam.

Glazing digunakan untuk melengkapi proses pembuatan veneer, dengan glazing pencahayaan

yang baik dari restorasi akan didapatkan. Aplikasi ini hanya dapat digunakan pada akhir proses

veneering, agar hasil yang didapat maksimal. Setelah itu dibakar di dalamceramic oven / furnace

dengan temperatur ± 7800C selama 1-2 jam (Castelnuovo, 2000 dan IPS Empress Ivoclar

Vivadent AG).

Sesudah tahap pembakaran selesai veneer keramik siap diaplikasikan atau dipasangkan pada

model. Penyesuaian kecil terhadap veneer dapat dilakukan pada model (Haga dan Nakazawa,

2002).

B. Metode CAD-CAM (CEREC 3)

CAD-CAM adalah Computer Aided Design-Computer Aided Machining, yaitu suatu

teknologi dari sistem pembentukan keramik generasi baru yang dijalankan menggunakan

komputer (Denissen et al, 2002). CAD-CAM sistem terkadang disebut juga CAD-CIM sistem,

dimana CIM adalah Computer Integrated Machining atau Milling (Van Noort, 2002). Untuk

pembuatan veneers, sistem CAD-CAM yang digunakan adalah CEREC 3. Diperkenalkan di

dunia kedokteran gigi pada Februari 2000. Merupakan versi yang lebih canggih dari CEREC

2. Software yang digunakan dalam sistem ini adalah Windows NT-formatted dan dijalankan

melalui Personal Computer (PC). PC yang termodifikasi dan bertenaga lebih telah diintegrasikan

pada CAD unit, PC jenis ini menyediakan waktu pengoperasian yang singkat, cetakan optic,

serta desain restorasi. Cetakan optic digunakan untuk memasukkan informasi fungsional oklusal

dan menyimpan data sebagai dokumentasi. Sedangkan CAM unit-nya terpisah dari CAD yang

dilengkapi dengan sebuah silinder dan sebuah conical diamond-coated bur. Sistem pengasahan

baru ini menyediakan pembentukan restorasi yangkompleks dengan adaptasi presisi yang tinggi

terhadap berbagai macam bentuk preparasi gigi. Komunikasi antara CAD unit dan CAM unit

adalah melalui wireless via radio. CEREC 3 memiliki kecanggihan yang lebih tinggi dari

generasi – generasi sebelumnya dalam hal produksi veneers, bahkan memiliki bentuk preparasi

yang kompleks, memberi morfologi alami seperti gigi natural, serta ketepatan fitting yang tinggi

(Bindl dkk, 2002).

1. Komposisi

Bahan atau material untuk CAD-CAM berbentuk feldspatic porcelain block(Anusavice, 2003).

Komposisi kimia dari bahan CAD-CAM tersebut adalah:

Page 11: Restorasi Veneer all ceramic anterior menggunakan metode pressable

Silica (SiO2), terdapat dalam empat bentuk yang berbeda yakni quartz kristalin, kristobalit

kristalin, tridymite kristalin, dan silika gabungan non-kristal. Silika gabungan non-kristal adalah

bahan dengan titik leleh tinggi (high fusing), hal ini disebabkan oleh anyaman tiga dimensi dari

ikatan kovalen antara tetrahedral silica, yang merupakan struktur dasar dari anyaman kaca

(glass). Fluks seringkali ditambahkan untuk menurunkan temperature, yang diperlukan pada saat

proses sintering dari partikel bubuk porselen. Meskipun demikian,

penambahan modifier seperti fluks, tidak boleh terlalu banyak karena akan mengakibatkan

kurangnya durabilitas kimia (ketahanan terhadap air, asam, dan basa) dari glass. Selain itu,

jika tetrahedral yang terganggu terlalu banyak, maka glass akan banyak ter-kristalisasiselama

proses pembakaran porselen. Bagaimanapun juga, keseimbangan antara kisaran leleh dan

durabilitas kimia yang baik harus dipertahankan (Anusavice, 2003). Konsentrasi SiO2 yang

terdapat dalam bahan blocks dari CAD-CAM adalah sebanyak 56 – 64%

(www.cereconline.ecomaXL).

Alumina (Al2O3), mengandung kristal – kristal alumina dalam jumlah yang memadai

(Anusavice, 2003). Bahannya terdiri atas feldspatik glass yang berisi ± 40-50% alumina.

Partikel alumina digunakan karena lebih kuat daripada glass, lebih efektif untuk mencegah

penyebaran crack daripada quartz dan bertindak cepat menghentikan crack jika terjadi.

Mengingat flexural strength dari porcelen feldspatik adalah yang terbaik yakni 60 Mpa, maka

setelah penggunaan aluminous core porselen dengan alumina kekuatan flexural-nya dinaikkan

sampai mencapai 120-150 Mpa (van Noort, 2002). Bahan ini juga diperlukan dalam

pembuatan dentin dan pewarnaan enamel dari feldspatik porselen. Komposisi poselen ini

mengandung alumina yang tinggi yakni 40 – 85%, sedangkan konsentrasi dari silica

oxidediturunkan dari 60% ke 15%. Komposisi aluminum oxide-nya tidak lebih dari 50%. Bahan

ini digunakan untuk preparasi full crown dan untuk pelapisan veneer porselen (Font, 2006).

Penggunaan bahan alumina sebagai bahan blocks CAD-CAM dikonsentrasikan sebanyak 20 -

23% (www.cereconline.ecomaXL).

Selain itu ada beberapa komposisi kimia lain yang terdapat dalam material blocksdari CAD-

CAM meskipun dalam jumlah yang tidak relatif besar ,yaitu: Na2O (6 - 9%), K2O (6 - 8%), CaO

(0,3 - 0,6%), TiO2 (0,0 - 0,1%) (www.cereconline.ecomaXL).

Vitadur Alpha veneering ceramic digunakan unuk membangun estetiknya sedangkanVita Akzent

stains dan glazing digunakan untuk membentuk karakterisasi dari lapisan veneer keramik (Bindl

dkk, 2002). Bahan – bahan yang digunakan untuk membangun estetik veneer, staining serta

glazingnya memiliki komposisi utama berupa keramik feldspar danglass ceramic (terutama

bahan block-nya) (CEREC Sirona Dental System).

2. Metode Pembuatan

Page 12: Restorasi Veneer all ceramic anterior menggunakan metode pressable

Menurut (bindl dkk, 2002) pembuatan veneer keramik dimulai dengan pengaplikasian Cerec

liquid pada hasil preparasi dan gigi tetangga pada cetakan. Kemudian dilakukan

pelapisanopaq secara tipis pada permukaan yang akan dilakukan perawatan. Opaq yang

digunakan adalah cerec powder. Tujuan dari pelapisan opaq adalah agar high-contrast 3D dapat

membaca permukaan yang akan dirawat. Hasil dari scan 3D ini disebut dengan ”optical

impression”. Setelah itu mengikuti mode start-up Cerec 3D, pilih mode desain veneer, laludata

base mengenai morfologi gigi akan diaktifkan, dan gigi yang akan diproses veneer dimasukkan.

Optical impression akan direkam oleh Cerec 3D dengan mengggunakan kamera, pusat

preparasinya diletakkan pada pertengahan layar / monitor, gigi kemudian dibuat menjadi

vertikal, agar seluruh bagian dari preparasi dapat terfokuskan dengan baik.

Bagian mesial dan distal gigi disarankan mengikuti garis “equator” atau garis tengah yang

terlihat pada monitor setelah itu diidentifikasikan dengan gigi sebelah untuk memberikan

informasi dan memperhitungkan letak / posisi proximal dari gigi tetangga. “Bottom line” atau

garis batas bawah dari 3D menandai bahwa preparasi margin telahlengkap. Lalu sistem

secara otomatis akan membuat “contact line” atau garis kontak yang menggambarkan keadaan

maksimal circumference dari veneer, dan menentukan kontakproximal dengan gigi yang

berdekatan.

Sistem kemudian membentuk 2 garis mesiodistal melewati permukaan labial sampai gigi

sebelahnya. Pada layar monitor akan tampak suatu garis melintang yang terletak paling atas,

merupakan bagian paling tinggi dari permukaan labial yang akan diberikan veneer dan garis

melintang paling bawah merupakan bagian yang paling rendah. Kedua garis ini akan dirubah

menjadi suatu bagian untuk membentuk morfologi gigi. Desain veneer yang halus dapat

dihasilkan menggunakan perlengkapan penghalus permukaan (surface tools) yang ada pada

layar monitor komputer. Perlengkapan ini dapat memeriksa bagian melintang dari veneer dengan

beberapa petunjuk yang ada. Sedangkan bagian melintang yang cocok untuk kontruksi

veneer. Bagian horizontal berpedoman pada bagian yang melintang antara mesial sampai distal

(ditandai dengan garis merah horizontal).

Pada saat muncul gambar icon mesin pada layar monitor diaktifkan, konstruksi

secara otomatis akan tersimpan dalam hard disk komputer dan user akan diminta memasukkan

keramik block.

Setelah keramik block dimasukkan, sistem akan memperhitungkan bentuk veneer melalui data

yang dihasilkan atau didapat dari optical impression dan pemilihan batas konstruksi. Mesin

bekerja dengan menggunakan 2 burs yang dilapisi diamond (diamond-coated burs),

satu silinder dan cone pembentuk (cone shaped) bekerja secara bersama. Setelah 10 menit bentuk

mulai di-grinding, kemudian veneer keramik siap dipotong dengan mesin pemotongan (Bindl

dkk, 2002).

Page 13: Restorasi Veneer all ceramic anterior menggunakan metode pressable

Sesudah dilakukan pemotongan, veneer dicobakan pada plaster cast. Untuk memberikan estetik

pada veneer, area yang akan dikurangi seperti mesioproximal dan 1/3 incisal dari permukaan

buccal ditandai dengan pensil merah. Mesin akan menipiskan bagian tersebut, labial area yang

ditandai kemudian ditipiskan kira – kira sebanyak 50% menggunakan diamond bur. Vitadur

alpha veneering ceramic, digunakan untuk membangun estetiknya. Untuk bagian incisal dibentuk

dengan transparent blue, opalescent, danclearenamel keramik. Bagian leher keramik, berwarna

lebih gelap daripada body, warna ini diaplikasikan pada 1/3 gingiva. Setelah itu dikeringkan

selama 5 menit, lalu veneer di bakar di dalam mesin vacuum furnace. Dengan suhu

9500 C. keramik bersama dengan aplikasi

Veneer yang telah dibakar dapat dihaluskan dan dibentuk konturnya menggunakanflame shaped

diamond bur. Untuk mendapatkan estetik yang sempurna dapat ditambahkanceramic paint-on

shade yang diaplikasikan pada permukaan gigi (stainning), kemudian dibakar lagi dengan suhu

8500C agar warna dari keramik cocok dengan gigi aslinya, pelapisan tipis dari glaze keramik

dapat digunakan untuk mendapatkan kilauan alami gigi. Setelah di-glaze veneer dibakar lagi

dengan suhu 9400C, kemudian cobakan pada model. Terakhir bagian internal surface dari

restorasi di sandblasting dengan aluminum oxide yang berukuran 50 µm untuk menghilangkan

kelebihan glazing keramik pada bagian tersebut (Bindl dkk, 2002).

Setelah semua tahapan antara IPS Empress dan CEREC 3 CAD-CAM selesai dilakukan dan

hasil akhir veneer telah di-Finishing, maka tahap selanjutnya adalah proses perlekatan, antara

veneer all ceramic dengan gigi yang telah dipreparasi sebelumnya.

PEMBAHASAN

Kemajuan teknologi di dunia kedokteran gigi diikuti berkembangnya teknik – teknik baru dalam

pembuatan veneer keramik. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan pada pembuatan

veneer keramik, yaitu warna yang menjadi dasar strukturnya, pemilihan bahan semen, dan

kedalaman preparasi. Pemilihan bentuk preparasi keramik danbondingbiokompabilitas, dan masa

pakainya (Dunitz, 1999). (perlekatannya) sangat berpengaruh pada: peningkatan sifat mekanis,

sifat

Perlekatan veneer porselen dengan gigi diawali dengan proses pengetsaan yang akan

menghasilkan suatu perlekatan secara kimiawi dan mekanik antara porselen dengan gigi.

Pengetsaan pada gigi menggunakan 35 % phosphoric acid gel selama 15 detik, kemudian dibilas

dengan air selama 30 detik. Sedangkan pada porselen pengetsaan dilakukan selama 1 menit

dengan fluoridric acid etching gel (Castelnuovo et al, 2000) atau dengan 10

% ammonium difluoride gel untuk bahan keramik dari glass (Dunitz, 1999) kemudian dibilas

dengan air selama 30 detik (Castelnuovo, 2000). Dalam kondisi tersebut semen masih belum

dapat melekat pada porselen, oleh karena itu untuk menyatukan semen dan porselen digunakan

suatu bahan penyambung silane. Bahan ini merupakan suatumonomer silicon

organic yang reaktif dan didalam satu molekulnya bahan organic dananorganic masing – masing

Page 14: Restorasi Veneer all ceramic anterior menggunakan metode pressable

bereaksi sendiri – sendiri. Bahan ini merupakan suatu senyawa yang mempunyai gugus

fungsional untuk perlekatan secara kimia. Dengan mengoleskan bahan penyambung silane pada

permukaan dalam (internal surface) veneer porselen, maka porselen dan semen dapat disatukan,

juga semen dan struktur gigi dapat dilekatkan. Dengan menggunakan bahan penyambung silane,

kekuatan perlekatan dari semen dengan porselen dapat melebihi 300 kgf/cm2, ini merupakan

kekuatan perlekatan yang sangat kuat (Haga dan Nakazawa, 2002).

Pelapisan atau penggunaan veneer keramik yang dilekatkan pada enamel gigi memiliki beberapa

keuntungan (Dunitz,1999), antara lain pelapisan veneer dapat diaplikasikan pada bentuk serta

beberapa posisi gigi sehingga estetik dapat diperbaiki. Selain itu veneer dapat juga merubah atau

menambah panjang gigi, seperti misalnya untuk memperpanjang bagian incisal dari

gigi incisivus yang patah, disebabkan karena kecelakaan. Tekstur permukaan dari gigi yang

rusak dapat dirubah secara permanen dan elegan, seperti misalnya

penghilangan dysplaasia atau dystrophy pada enamel. Penggunaan enamel pengganti seperti ini

merupakan teknik terbaik karena tanpa merusak jaringan gigi terlalu banyak. Pewarnaannya

dapat disesuaikan dengan keadaan alami gigi penderita. Pelapisan Veneer dapat dijadikan suatu

pilihan perawatan untuk meningkatkan atau merubah warna natural gigi. Namun perubahan ini

memiliki keterbatasan, bergantung pada: warna gigi utama, pemilihan keramik, bonding /

perlekatan semen yang digunakan, dan kedalaman preparasi. Selain itu veneer keramik juga

memiliki ketahanan yang sangat baik terhadap kondisi biologis, kimia dan mekanik mulut, akan

tetapi ada beberapa sistem keramik yang memiliki ketahanan buruk terutama saat digunakan

untuk menghilangkan noda pada permukaan gigi. Pasta gigi ber-fluoride tinggi dapat

menyebabkan abrasi mekanik pada permukaannya (Dunitz, 1999).

Penggunaan porselen gigi dengan variasi chroma, seperti transparan, translusion, atau

opalesen (selain opaq) porselen, dimungkinkan untuk mendapatkan suatu karakteristik dari

enamel alami, misalnya seperti adanya crack, fissure, dan opalescence. Pelapisan veneer

memang memberikan efek pencahayaan yang bagus di seluruh permukaannya. Warna akhir

merupakan hasil dari sejumlah bentuk penyinaran yang direfleksikan dan terserap secara

keseluruhan oleh permukaan keramik. Tekstur dan bahan opaq yang tidak sesuai dari keramik,

atau translusi bonding komposit yang tidak mencukupi, akan menyebabkan

hilangnya transmisirefleksi cahaya yang lebih besar dan tidak diperlukan sehingga membuat

warna opaq tidak nampak natural (Dunitz, 1999). cahaya secara tiba – tiba kemudian akan

berakibat pada

Menurut Haga dan Nakazawa, 2002 keuntungan penggunaan veneers keramik dibandingkan

dengan tipe – tipe protesa yang lebih umum digunakan seperti mahkota porselen – logam dan

mahkota selubung (jacket crown) adalah dipertahankannya struktur gigi, karena preparasi gigi

dilakukan terbatas pada pengurangan selapis tipis email pada bagian labial sedangkan

bagian lingual-nya tidak dipreparasi, sehingga struktur gigi dapat dipertahankan

dan pulpa terlindungi, maka gejala – gejala seperti tidak nyaman karena karies sekunder

dan hipersensitivitas dapat dikurangi. Selain itu bagian tepi incisal-nya juga dibiarkan tidak

Page 15: Restorasi Veneer all ceramic anterior menggunakan metode pressable

dipreparasi, bahkan juga untuk gigi anterior rahang bawah sehingga tinggi oklusal tetap dapat

dipertahankan dan pembuatan gigi tiruan dapat dilakukan tanpa mengubah hubungan oklusal.

Tepinya diletakkan pada batas gingival, sehingga kondisi jaringan periodontal setelah perawatan

juga akan tetap baik.

Sedangkan kerugiannya adalah memiliki prosedur preparasi yang tidak mudah, teknik

pembuatan di laboratorium yang cukup rumit serta dibutuhkan ketelitian, biaya yang relatif

mahal, apabila terjadi kerusakan sangat sulit diperbaiki bahkan mungkin, tidak dapat diperbaiki

lagi, penggantian warna sulit dilakukan setelah penyemenan, adanya retak (fractures) yang setiap

saat bisa muncul (Dunitz, 1999). Selain itu kerugian lainnya dalam penggunaan veneer keramik

diantaranya adalah sulitnya mencari kesesuaian warna yang sempurna dari lapisan porselen /

keramik, karena veneer merupakan lapisan yang sangat tipis. Prosedur preparasi yang sulit

disebabkan minimnya daerah yang harus dipreparasi untuk mempertahankan sebagian jaringan

yang masih sehat, maka pada saat preparasi akan mudah sekali terjadi pengurangan yang

berlebihan mengingat rumitnya preparasi yang harus dilakuakan. Pemolesan kembali sulit

dilakukan setelah pengasahan, dan jika veneer sudah dipasang pada gigi, sulit untuk dilepas

tanpa membuatnya pecah (Haga dan Nakazawa, 2002).

Pembuatan veneer keramik menggunakan metode pressable memiliki keuntungan memiliki

sifat translucent (tembus cahaya) sehingga menghasilkan estetik yang baik,

ketepatan fitting yang sangat baik (Anusavice, 2003). Selain itu menurut (Gurel, 2003)

keuntungannya adalah aman dalam pemakaiannya, tidak memerlukan waktu pembuatan yang

lama, tingkat keberhasilannya tinggi, indikasi penggunaanya banyak.

Sedangkan kerugiannya adalah potensinya dalam membentuk fracture dan memerlukan

penggunaan resin semen untuk proses bonding secara micro-mechanical pada mahkota dan

struktur gigi (Anusavice, 2003)

IPS Empress memiliki kekuatan relative (flexural strength) yang sedang / cukup yakni sebesar

112 Mpa, ketahanan terhadap fracture (fracture toughness) 1,3 Mpa.m1/2, termal expansi

(Coeficient of thermal expansion) 15,0 ppm/0C, kualitas margin-nya sangat baik, kekerasan

relatifnya (relative toughness) cukup tinggi, sifat abrasive bahan intinya sedang, proses

pembuatannya cukup mudah tapi perlu ketelitian, untuk harganya relatif murah dibanding

dengan teknik lain seperti CAD-CAM. (Anusavice, 2003)

Metode lainnya yaitu Metode CAD CAM dirancang untuk menghasilkan keindahan, CEREC 3

memiliki kecanggihan yang lebih tinggi dari generasi – generasi sebelumnya dalam hal produksi

veneers, bahkan memiliki bentuk preparasi yang kompleks, memberi morfologi alami seperti

gigi natural, ketepatan fitting yang tinggi (Bindl dkk, 2002).

Keuntungan dari Teknik ini adalah dapat memilih jenis inti keramik yang akan digunakan sesuai

dengan kekuatan dan ketahanannya terhadap fraktur, dapat mengurangi

sifat abrasivetranslucency atau sifat tembus cahayanya sangat cocok dipadukan pada pelapisan

Page 16: Restorasi Veneer all ceramic anterior menggunakan metode pressable

keramik, kesempurnaan fitting dari restorasi ini sangat baik, estetik yang dihasilkan baik, proses

pembuatannya cepat, dapat digunakan untuk banyak indikasi, hasil restorasinya aman digunakan,

sifat porus dari inti dapat diabaikan (Gurel, 2003). Sedangkan kerugiannya adalah peralatannya

sangat mahal dan teknik menggambar atau pembentukan inti-nya memerlukan ketelitinan yang

lebih agar didapatkan suatu hasil restorasi yang terlihat natural seperti gigi aslinya (Anusavice

dan Gurel, 2003). (Anusavice, 2003), Tingginya sifat

CEREC 3 memiliki kekuatan relative (flexural strength) yang tinggi yakni sebesar 113-154 Mpa,

ketahan terhadap fracture (fracture thoughness) 1,7-2,2 Mpa.m1/2, termal expansi (Coeficient of

thermal expansion) 9,4 ppm/0C (www.cereconline.ecomaXL), kualitasmargin-nya cukup baik,

hasil akhir dengan teknik ini sifat tembus cahanya (translucensi) sangat tinggi, kekerasan

relatifnya (relative toughness) sangat tinggi, sifat abrasive bahan intinya kecil, proses

pembuatannya cukup rumit, untuk harganya sangat mahal (Anusavice, 2003).

KESIMPULAN

Hasil akhir dari restorasi veneer all-ceramic anterior yang menggunakan metode CAD-CAM

(CEREC 3) lebih baik dibandingkan dengan metode Pressable (IPS Empress) terutama

pada flexural strength serta ketahanan terhadap fracture, kekurangannya terletak dalam proses

pembuatan, metode CAD-CAM lebih rumit serta lebih membutuhkan ketelitian yang tinggi dari

teknisi dibanding Pressable, sehingga membuat harga dari restorasi CAD-CAM (CEREC 3) lebih

mahal jika dibandingkan dengan Pressable (IPS Empress).

DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, KJ. 2003, Phillips’ Science of Dental Material, 11th ed,

Saunders an Imprint of Elsevier, St. Louis, Missouri, p. 655-697

Brau, BJ. 2002. Preventive and Cosmetic Dentistry, Retrieved: Desember

15, 2007, from http://www.fourseasonsfamily dentistry com/cosmetic_dentistry.html

Bindl, A; Apholt, W; Mormann, WH. 2002. Computer Veneers with the

Cerec 3, Quintessence International, 44th ed, p. 153-162

Castelnuovo, J et al. 2000, Fracture Load and Mode of Failure of Ceramic

Page 17: Restorasi Veneer all ceramic anterior menggunakan metode pressable

Veneers with Different Preparation, TheJournal of Prosthetic Dentistry, 83th edition, Mosby Inc,

St. Louis MO, p. 171-180.

CEREC Blocks. Industrial Manufactured Structured Feldspatic Ceramic

Blocks Operating Instruction, Retrieved: Desember 30, 2007, From www.cereconline.ecomaXL.

Denissen, HW et al. 2002, Porcelain-veneered computer-generated partial

crowns, Quintessence International, 33th ed, By Quintessence Publishing Co, Inc. Chicago,

Berlin, London, Tokyo; p. 723-730

Dunitz, M. 1999, Esthetic Dentistry and Ceramic Restoration, London NWI

OAE, p. 161-213

Font ,AF et al. 2006, Choice of Ceramic for Use in Treathments with

Porcelain Laminate Veneers, Medico Oral Pathologic Oral Buccal, 11th ed, p. 297-302.

Gupta. A. 2007, IPS Empress Crown, Retrieved: Desember 26, 2007.

chandigarhdentist.com/crowns-bridges.htm

Gurel G. 2003, The Science and Art of Porcelain Laminate Veneers,

Quintessence Publishing Co.Ltd, Germany; p. 30-479

Haga M; Nakazawa A. 2002, Veneer Porselen Laminasi, Agus Djaya dan

Lilian Yuwono, Hippkrates, Jakarta 10042, Hipokrates, h. 1-30

IPS Empress Esthetic, Ivoclar Vivadent AG, Schaan Leichtenstein,

Retrieved: Desember 12, 2007, from www.heimdal tannteknikk.no/filer/empress.pdf and

www.ivoclarvivadent.com

Van Noort R. 2002, Introduction to Dental Materials, 2nd ed, Elsevire

Science Limited, London, p. 235-246

Zwemer TJ. 1993, Boucher’s Clinical Dental Terminology A Glossary Of

Accepted Terms in all Disceplines of Dentistry, Philadelphia.Mosby, p. 325