21
Proposal Skripsi Judul: Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Software Festo Fluidsim Melalui Model Ekspository Pada Mata Pelajaran Pneumatik Disusun Oleh: Adeng Saputra 5215083411 Pend. Tek. Elektronika Reguler Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Jakarta Proposal Skripsi Judul: Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Software Festo Fluidsim Melalui Model Ekspository Pada Mata Pelajaran Pneumatik Disusun Oleh: Adeng Saputra 5215083411 Pend. Tek. Elektronika Reguler Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Jakarta Proposal Skripsi Judul: Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Software Festo Fluidsim Melalui Model Ekspository Pada Mata Pelajaran Pneumatik Disusun Oleh: Adeng Saputra 5215083411 Pend. Tek. Elektronika Reguler Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Jakarta

Proposal skripsi adeng saputra

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas metodologi penelitian tahun 2011.(proposal skripsi)

Citation preview

Page 1: Proposal skripsi adeng saputra

Proposal Skripsi

Judul: Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Software Festo Fluidsim

Melalui Model Ekspository Pada Mata Pelajaran Pneumatik

Disusun Oleh:

Adeng Saputra

5215083411

Pend. Tek. Elektronika

Reguler

Jurusan Teknik Elektro

Universitas Negeri Jakarta

Proposal Skripsi

Judul: Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Software Festo Fluidsim

Melalui Model Ekspository Pada Mata Pelajaran Pneumatik

Disusun Oleh:

Adeng Saputra

5215083411

Pend. Tek. Elektronika

Reguler

Jurusan Teknik Elektro

Universitas Negeri Jakarta

Proposal Skripsi

Judul: Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Software Festo Fluidsim

Melalui Model Ekspository Pada Mata Pelajaran Pneumatik

Disusun Oleh:

Adeng Saputra

5215083411

Pend. Tek. Elektronika

Reguler

Jurusan Teknik Elektro

Universitas Negeri Jakarta

Page 2: Proposal skripsi adeng saputra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan kegiatan penting bagi setiap orang. Belajar adalah sebuah proses yang

kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah (1)

bertambahnya jumlah pengetahuan, (2) adanya kemampuan mengingat dan memproduksi, (3)

ada penerapan pengetahuan, (4) menyimpulkan makna, (5) menafsirkan makna dan

mengaitkannya dengan realitas, dan (6) adanya perubahan sebagai pribadi.

Dalam proses belajar, terdapat pelaku dan ada sesuatu yang dipelajari atau yang akan di

mengerti. Belajar mengandung perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi

antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan. Perubahan tersebut dapat

dinyatakan sebagai suatu kecakapan, suatu sikap, suatu kebiasaan, suatu pengertian, sebagai

pengetahuan, atau apresiasi. Menurut Soedijarto, Hasil belajar adalah sebagai tingkat penguasaan

yang dapat dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan. Hasil belajar tersebut dapat berupa penambahan pengetahuan

yang diperoleh setelah siswa menempuh aktivitas belajar.

SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) kelompok teknologi industri sebagai suatu lembaga

formal yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menyelenggarakan sistem pendidikan

yang mengacu pada perkembangan teknologi di dunia industri.

Dalam pembelajaran pneumatik siswa dituntut untuk lebih paham tentang pelajaran ini,

karena dasar-dasar dan simulasi merupakan langkah awal yang harus diketahui sebelum

mempelajari masalah yang berkenaan dengan alat-alat otomasi industri dilapangan. . Dengan

demikian, dalam menerapkan dasar-dasar pneumatik siswa diharuskan menguasai sifat-sifat

komponen pneumatik. Apabila siswa telah menguasi sifat-sifat komponen yang ada pada

peralatan pneumatik, maka akan memudahkan siswa dalam mempelajari pelajaran dan rangkaian

pneumatiyang lebih rumit lagi.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan kegiatan penting bagi setiap orang. Belajar adalah sebuah proses yang

kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah (1)

bertambahnya jumlah pengetahuan, (2) adanya kemampuan mengingat dan memproduksi, (3)

ada penerapan pengetahuan, (4) menyimpulkan makna, (5) menafsirkan makna dan

mengaitkannya dengan realitas, dan (6) adanya perubahan sebagai pribadi.

Dalam proses belajar, terdapat pelaku dan ada sesuatu yang dipelajari atau yang akan di

mengerti. Belajar mengandung perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi

antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan. Perubahan tersebut dapat

dinyatakan sebagai suatu kecakapan, suatu sikap, suatu kebiasaan, suatu pengertian, sebagai

pengetahuan, atau apresiasi. Menurut Soedijarto, Hasil belajar adalah sebagai tingkat penguasaan

yang dapat dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan. Hasil belajar tersebut dapat berupa penambahan pengetahuan

yang diperoleh setelah siswa menempuh aktivitas belajar.

SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) kelompok teknologi industri sebagai suatu lembaga

formal yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menyelenggarakan sistem pendidikan

yang mengacu pada perkembangan teknologi di dunia industri.

Dalam pembelajaran pneumatik siswa dituntut untuk lebih paham tentang pelajaran ini,

karena dasar-dasar dan simulasi merupakan langkah awal yang harus diketahui sebelum

mempelajari masalah yang berkenaan dengan alat-alat otomasi industri dilapangan. . Dengan

demikian, dalam menerapkan dasar-dasar pneumatik siswa diharuskan menguasai sifat-sifat

komponen pneumatik. Apabila siswa telah menguasi sifat-sifat komponen yang ada pada

peralatan pneumatik, maka akan memudahkan siswa dalam mempelajari pelajaran dan rangkaian

pneumatiyang lebih rumit lagi.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan kegiatan penting bagi setiap orang. Belajar adalah sebuah proses yang

kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah (1)

bertambahnya jumlah pengetahuan, (2) adanya kemampuan mengingat dan memproduksi, (3)

ada penerapan pengetahuan, (4) menyimpulkan makna, (5) menafsirkan makna dan

mengaitkannya dengan realitas, dan (6) adanya perubahan sebagai pribadi.

Dalam proses belajar, terdapat pelaku dan ada sesuatu yang dipelajari atau yang akan di

mengerti. Belajar mengandung perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi

antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan. Perubahan tersebut dapat

dinyatakan sebagai suatu kecakapan, suatu sikap, suatu kebiasaan, suatu pengertian, sebagai

pengetahuan, atau apresiasi. Menurut Soedijarto, Hasil belajar adalah sebagai tingkat penguasaan

yang dapat dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan. Hasil belajar tersebut dapat berupa penambahan pengetahuan

yang diperoleh setelah siswa menempuh aktivitas belajar.

SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) kelompok teknologi industri sebagai suatu lembaga

formal yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menyelenggarakan sistem pendidikan

yang mengacu pada perkembangan teknologi di dunia industri.

Dalam pembelajaran pneumatik siswa dituntut untuk lebih paham tentang pelajaran ini,

karena dasar-dasar dan simulasi merupakan langkah awal yang harus diketahui sebelum

mempelajari masalah yang berkenaan dengan alat-alat otomasi industri dilapangan. . Dengan

demikian, dalam menerapkan dasar-dasar pneumatik siswa diharuskan menguasai sifat-sifat

komponen pneumatik. Apabila siswa telah menguasi sifat-sifat komponen yang ada pada

peralatan pneumatik, maka akan memudahkan siswa dalam mempelajari pelajaran dan rangkaian

pneumatiyang lebih rumit lagi.

Page 3: Proposal skripsi adeng saputra

Realitas yang ada di tingkat sekolah menengah kejuruan memperlihatkan dalam proses

pembelajaran pneumatik, guru dari mata pelajaran kurang optimal baik di dalam memanfaatkan

maupun memberdayakan sumber pembelajaran, karena dalam pembelajaran cenderung masih

berpusat pada guru (teacher centered), dan berpusat pada buku.

Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam

melaksanakan pendidikan di sekolah. Dalam proses pembelajaran, komponen utama adalah guru

dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus membimbing siswa. Oleh karena itu

diperlukan suatu strategi pembelajaran yang tepat, karena strategi

pembelajaran merupakan sarana interaksi antara guru dan siswa dalam

kegiatan belajar mengajar.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini menuntut proses pembelajaran yang

mau tidak mau harus menyesuaikan dengan perkembangan jaman, khususnya proses

pembelajaran di SMK sebagai jenjang pendidikan yang dituntut untuk menyiapkan siswa-

siswanya menjadi siswa yang unggul dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk itu

dalam proses pembelajarannya di sekolah harus dapat memberikan bekal kepada semua siswa

agar kelak dapat menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain rendahnya kualitas pendidikan saat ini.

Sebenarnya pihak pemerintah telah mengupayakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan

yang meliputi peningkatan kualitas yang bersifat edukatif, sistem, kurikulum maupun sarana.

Namun mengingat adanya keterbatasan kemampuan Pemerintah khususnya dalam hal sarana

pendidikan, maka perlu adanya langkah guru yang kreatif dan inovatif untuk menyiasatinya

dengan melaksanakan proses pembelajaran yang variatif sesuai dengan lingkungan dan

kebutuhan masing-masing, sehingga terjadi proses belajar mengajar secara optimal pada peserta

Realitas yang ada di tingkat sekolah menengah kejuruan memperlihatkan dalam proses

pembelajaran pneumatik, guru dari mata pelajaran kurang optimal baik di dalam memanfaatkan

maupun memberdayakan sumber pembelajaran, karena dalam pembelajaran cenderung masih

berpusat pada guru (teacher centered), dan berpusat pada buku.

Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam

melaksanakan pendidikan di sekolah. Dalam proses pembelajaran, komponen utama adalah guru

dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus membimbing siswa. Oleh karena itu

diperlukan suatu strategi pembelajaran yang tepat, karena strategi

pembelajaran merupakan sarana interaksi antara guru dan siswa dalam

kegiatan belajar mengajar.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini menuntut proses pembelajaran yang

mau tidak mau harus menyesuaikan dengan perkembangan jaman, khususnya proses

pembelajaran di SMK sebagai jenjang pendidikan yang dituntut untuk menyiapkan siswa-

siswanya menjadi siswa yang unggul dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk itu

dalam proses pembelajarannya di sekolah harus dapat memberikan bekal kepada semua siswa

agar kelak dapat menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain rendahnya kualitas pendidikan saat ini.

Sebenarnya pihak pemerintah telah mengupayakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan

yang meliputi peningkatan kualitas yang bersifat edukatif, sistem, kurikulum maupun sarana.

Namun mengingat adanya keterbatasan kemampuan Pemerintah khususnya dalam hal sarana

pendidikan, maka perlu adanya langkah guru yang kreatif dan inovatif untuk menyiasatinya

dengan melaksanakan proses pembelajaran yang variatif sesuai dengan lingkungan dan

kebutuhan masing-masing, sehingga terjadi proses belajar mengajar secara optimal pada peserta

Realitas yang ada di tingkat sekolah menengah kejuruan memperlihatkan dalam proses

pembelajaran pneumatik, guru dari mata pelajaran kurang optimal baik di dalam memanfaatkan

maupun memberdayakan sumber pembelajaran, karena dalam pembelajaran cenderung masih

berpusat pada guru (teacher centered), dan berpusat pada buku.

Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam

melaksanakan pendidikan di sekolah. Dalam proses pembelajaran, komponen utama adalah guru

dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus membimbing siswa. Oleh karena itu

diperlukan suatu strategi pembelajaran yang tepat, karena strategi

pembelajaran merupakan sarana interaksi antara guru dan siswa dalam

kegiatan belajar mengajar.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini menuntut proses pembelajaran yang

mau tidak mau harus menyesuaikan dengan perkembangan jaman, khususnya proses

pembelajaran di SMK sebagai jenjang pendidikan yang dituntut untuk menyiapkan siswa-

siswanya menjadi siswa yang unggul dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk itu

dalam proses pembelajarannya di sekolah harus dapat memberikan bekal kepada semua siswa

agar kelak dapat menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain rendahnya kualitas pendidikan saat ini.

Sebenarnya pihak pemerintah telah mengupayakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan

yang meliputi peningkatan kualitas yang bersifat edukatif, sistem, kurikulum maupun sarana.

Namun mengingat adanya keterbatasan kemampuan Pemerintah khususnya dalam hal sarana

pendidikan, maka perlu adanya langkah guru yang kreatif dan inovatif untuk menyiasatinya

dengan melaksanakan proses pembelajaran yang variatif sesuai dengan lingkungan dan

kebutuhan masing-masing, sehingga terjadi proses belajar mengajar secara optimal pada peserta

Page 4: Proposal skripsi adeng saputra

didik. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berhak memperoleh dan

memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas

keprofesionalan. Misalnya, dalam melaksanakan kompetensi pembelajaran guru dituntut

memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

termasuk di dalamnya penguasaan dan penggunaan media pembelajaran.

Landasan psikologis penggunaan media pembelajaran dalam

(http://dosen.fip.um.ac.id/sihkabuden/?p=6), yaitu alasan mengapa media pembelajaran

dipergunakan ditinjau dari kondisi peserta didik dan bagaimana proses belajar itu terjadi.

Walaupun telah diketahui adanya pandangan yang berbeda tentang belajar dan bagaimana belajar

itu terjadi, namun dapat dikatakan bahwa belajar itu adalah suatu proses yang mengakibatkan

adanya perubahan perilaku oleh adanya pengalaman. Perubahan perilaku itu dapat berupa

bertambahnya pengetahuan, diperolehnya keterampilan atau kecekatan dan berubahnya sikap

seseorang yang telah belajar. Pengetahuan dan pengalaman itu diperoleh melalui pintu gerbang

alat indera peserta didik karena itu diperlukan rangsangan (menurut teori Behaviorisme) atau

informasi (menurut teori Kognitif), sehingga respons terhadap rangsangan atau informasi yang

telah diproses itulah hasil belajar diperoleh. Selain itu proses belajar terjadi secara individual

atau perseorangan, sehingga apa yang terjadi pada peserta didik A dan peserta didik B terhadap

rangsangan atau informasi yang sama tidak pernah menghasilkan perolehan belajar yang sama

pula. Upaya yang dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran ialah menyediakan rangsangan

dan informasi yang ditata dan diorganisasikan dengan cara yang bermacam-macam agar peserta

didik yang memiliki kondisi dan karakteristik yang berbeda-beda dapat memperoleh pengalaman

belajar yang optimal. Penyediaan informasi dan pengalaman belajar harus disesuaikan dengan

tingkat kemampuan peserta didik.

didik. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berhak memperoleh dan

memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas

keprofesionalan. Misalnya, dalam melaksanakan kompetensi pembelajaran guru dituntut

memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

termasuk di dalamnya penguasaan dan penggunaan media pembelajaran.

Landasan psikologis penggunaan media pembelajaran dalam

(http://dosen.fip.um.ac.id/sihkabuden/?p=6), yaitu alasan mengapa media pembelajaran

dipergunakan ditinjau dari kondisi peserta didik dan bagaimana proses belajar itu terjadi.

Walaupun telah diketahui adanya pandangan yang berbeda tentang belajar dan bagaimana belajar

itu terjadi, namun dapat dikatakan bahwa belajar itu adalah suatu proses yang mengakibatkan

adanya perubahan perilaku oleh adanya pengalaman. Perubahan perilaku itu dapat berupa

bertambahnya pengetahuan, diperolehnya keterampilan atau kecekatan dan berubahnya sikap

seseorang yang telah belajar. Pengetahuan dan pengalaman itu diperoleh melalui pintu gerbang

alat indera peserta didik karena itu diperlukan rangsangan (menurut teori Behaviorisme) atau

informasi (menurut teori Kognitif), sehingga respons terhadap rangsangan atau informasi yang

telah diproses itulah hasil belajar diperoleh. Selain itu proses belajar terjadi secara individual

atau perseorangan, sehingga apa yang terjadi pada peserta didik A dan peserta didik B terhadap

rangsangan atau informasi yang sama tidak pernah menghasilkan perolehan belajar yang sama

pula. Upaya yang dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran ialah menyediakan rangsangan

dan informasi yang ditata dan diorganisasikan dengan cara yang bermacam-macam agar peserta

didik yang memiliki kondisi dan karakteristik yang berbeda-beda dapat memperoleh pengalaman

belajar yang optimal. Penyediaan informasi dan pengalaman belajar harus disesuaikan dengan

tingkat kemampuan peserta didik.

didik. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berhak memperoleh dan

memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas

keprofesionalan. Misalnya, dalam melaksanakan kompetensi pembelajaran guru dituntut

memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

termasuk di dalamnya penguasaan dan penggunaan media pembelajaran.

Landasan psikologis penggunaan media pembelajaran dalam

(http://dosen.fip.um.ac.id/sihkabuden/?p=6), yaitu alasan mengapa media pembelajaran

dipergunakan ditinjau dari kondisi peserta didik dan bagaimana proses belajar itu terjadi.

Walaupun telah diketahui adanya pandangan yang berbeda tentang belajar dan bagaimana belajar

itu terjadi, namun dapat dikatakan bahwa belajar itu adalah suatu proses yang mengakibatkan

adanya perubahan perilaku oleh adanya pengalaman. Perubahan perilaku itu dapat berupa

bertambahnya pengetahuan, diperolehnya keterampilan atau kecekatan dan berubahnya sikap

seseorang yang telah belajar. Pengetahuan dan pengalaman itu diperoleh melalui pintu gerbang

alat indera peserta didik karena itu diperlukan rangsangan (menurut teori Behaviorisme) atau

informasi (menurut teori Kognitif), sehingga respons terhadap rangsangan atau informasi yang

telah diproses itulah hasil belajar diperoleh. Selain itu proses belajar terjadi secara individual

atau perseorangan, sehingga apa yang terjadi pada peserta didik A dan peserta didik B terhadap

rangsangan atau informasi yang sama tidak pernah menghasilkan perolehan belajar yang sama

pula. Upaya yang dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran ialah menyediakan rangsangan

dan informasi yang ditata dan diorganisasikan dengan cara yang bermacam-macam agar peserta

didik yang memiliki kondisi dan karakteristik yang berbeda-beda dapat memperoleh pengalaman

belajar yang optimal. Penyediaan informasi dan pengalaman belajar harus disesuaikan dengan

tingkat kemampuan peserta didik.

Page 5: Proposal skripsi adeng saputra

Tingkat kemampuan yang dimaksud antara lain ialah tingkat berfikirnya. Jean Piaget

mengemukakan bahwa seseorang memiliki tingkatan berfikir sesuai dengan perkembangan

usianya. Menurut Piaget perkembangan berfikir itu mulai tingkat sensori motor (0-2th), tingkat

pra operasional (2-7th), tingkat operasional kongkrit (7-11th), dan tingkat operasi formal (11-ke

atas). Manusia belajar melalui pergaulannya dengan lingkungannya. Dalam pengenalan

lingkungan itu, peserta didik melalui tiga tahapan belajar, yaitu tingkat kongkrit, tingkat skematis

dan tingkat abstrak. Dalam proses pembelajaran, peserta didik dapat memperoleh berbagai jenis

pengalaman. Edgar Dale mengemukakan jenjang pengalaman itu berdasarkan derajat

kekongkritan dan keabstrakannya. Dale menggambarkan jenjang pengalaman itu dalam suatu

model yang disebut kerucut pengalaman (the cone of experiences). Melalui bagan yang dibuat

Dale membagi jenjang pengalaman itu menjadi sepuluh tingkatan, yaitu: pengalaman langsung

dan bertujuan, pengalaman pengganti pengalaman langsung, pengalaman yang didramatisasikan,

pengalaman melalui kegiatan demontrasi, pengalaman melalui kegiatan widya wisata,

pengalaman melalui televisi, pengalaman melalui film atau gambar bergerak, pengalaman

melalui rekaman suara, radio dan gambar diam, pengalaman melalui simbol visual dan

pengalaman melalui simbol verbal. Dengan berbagai jenjang pengalaman yang diperoleh peserta

didik, maka peserta didik akan memperoleh pengalaman yang semakin lengkap dan semakin

paham.

Salah satu media pembelajaran yang sering digunakan adalah media pembelajaran

berbasis komputer dengan bantuan program/software. Dewasa ini software komputer

berkembang semakin pesat, dunia pendidikan juga telah memanfaatkan software komputer

dalam pembuatan berbagai alat bantu pembelajaran yang interaktif dengan konsep multimedia.

Pada peneletian ini penulis mencoba untuk mengembangkan media pembelajaran dengan

Tingkat kemampuan yang dimaksud antara lain ialah tingkat berfikirnya. Jean Piaget

mengemukakan bahwa seseorang memiliki tingkatan berfikir sesuai dengan perkembangan

usianya. Menurut Piaget perkembangan berfikir itu mulai tingkat sensori motor (0-2th), tingkat

pra operasional (2-7th), tingkat operasional kongkrit (7-11th), dan tingkat operasi formal (11-ke

atas). Manusia belajar melalui pergaulannya dengan lingkungannya. Dalam pengenalan

lingkungan itu, peserta didik melalui tiga tahapan belajar, yaitu tingkat kongkrit, tingkat skematis

dan tingkat abstrak. Dalam proses pembelajaran, peserta didik dapat memperoleh berbagai jenis

pengalaman. Edgar Dale mengemukakan jenjang pengalaman itu berdasarkan derajat

kekongkritan dan keabstrakannya. Dale menggambarkan jenjang pengalaman itu dalam suatu

model yang disebut kerucut pengalaman (the cone of experiences). Melalui bagan yang dibuat

Dale membagi jenjang pengalaman itu menjadi sepuluh tingkatan, yaitu: pengalaman langsung

dan bertujuan, pengalaman pengganti pengalaman langsung, pengalaman yang didramatisasikan,

pengalaman melalui kegiatan demontrasi, pengalaman melalui kegiatan widya wisata,

pengalaman melalui televisi, pengalaman melalui film atau gambar bergerak, pengalaman

melalui rekaman suara, radio dan gambar diam, pengalaman melalui simbol visual dan

pengalaman melalui simbol verbal. Dengan berbagai jenjang pengalaman yang diperoleh peserta

didik, maka peserta didik akan memperoleh pengalaman yang semakin lengkap dan semakin

paham.

Salah satu media pembelajaran yang sering digunakan adalah media pembelajaran

berbasis komputer dengan bantuan program/software. Dewasa ini software komputer

berkembang semakin pesat, dunia pendidikan juga telah memanfaatkan software komputer

dalam pembuatan berbagai alat bantu pembelajaran yang interaktif dengan konsep multimedia.

Pada peneletian ini penulis mencoba untuk mengembangkan media pembelajaran dengan

Tingkat kemampuan yang dimaksud antara lain ialah tingkat berfikirnya. Jean Piaget

mengemukakan bahwa seseorang memiliki tingkatan berfikir sesuai dengan perkembangan

usianya. Menurut Piaget perkembangan berfikir itu mulai tingkat sensori motor (0-2th), tingkat

pra operasional (2-7th), tingkat operasional kongkrit (7-11th), dan tingkat operasi formal (11-ke

atas). Manusia belajar melalui pergaulannya dengan lingkungannya. Dalam pengenalan

lingkungan itu, peserta didik melalui tiga tahapan belajar, yaitu tingkat kongkrit, tingkat skematis

dan tingkat abstrak. Dalam proses pembelajaran, peserta didik dapat memperoleh berbagai jenis

pengalaman. Edgar Dale mengemukakan jenjang pengalaman itu berdasarkan derajat

kekongkritan dan keabstrakannya. Dale menggambarkan jenjang pengalaman itu dalam suatu

model yang disebut kerucut pengalaman (the cone of experiences). Melalui bagan yang dibuat

Dale membagi jenjang pengalaman itu menjadi sepuluh tingkatan, yaitu: pengalaman langsung

dan bertujuan, pengalaman pengganti pengalaman langsung, pengalaman yang didramatisasikan,

pengalaman melalui kegiatan demontrasi, pengalaman melalui kegiatan widya wisata,

pengalaman melalui televisi, pengalaman melalui film atau gambar bergerak, pengalaman

melalui rekaman suara, radio dan gambar diam, pengalaman melalui simbol visual dan

pengalaman melalui simbol verbal. Dengan berbagai jenjang pengalaman yang diperoleh peserta

didik, maka peserta didik akan memperoleh pengalaman yang semakin lengkap dan semakin

paham.

Salah satu media pembelajaran yang sering digunakan adalah media pembelajaran

berbasis komputer dengan bantuan program/software. Dewasa ini software komputer

berkembang semakin pesat, dunia pendidikan juga telah memanfaatkan software komputer

dalam pembuatan berbagai alat bantu pembelajaran yang interaktif dengan konsep multimedia.

Pada peneletian ini penulis mencoba untuk mengembangkan media pembelajaran dengan

Page 6: Proposal skripsi adeng saputra

menggunakan program simulasi Festo Fluidsim merupakan suatu alternatif agar siswa dapat

memahami berbagai macam komponen – komponen pneumatic dengan lebih detail.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, permasalahan yang

akan dikaji dalam penelitian ini yaitu;

1. Bagaimana gambaran proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan media

pembelajaran software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori pada

mata pelajaran Pneumatik?

2. Apakah pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran software Festo Fluidsim

melalui Model Pembelajaran Ekspositori di kelas dapatmenarik minat belajar siswa?

3. Apakah kendala utama pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model

Ekspositori?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan media

pembelajaran software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori pada

mata pelajaran Pneumatik.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan

media pembelajaran software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori

pada mata pelajaran Pneumatik.

3. Untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran menggunakan media pembelajaran

software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan dalam menerapkan inovasi media pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan.

menggunakan program simulasi Festo Fluidsim merupakan suatu alternatif agar siswa dapat

memahami berbagai macam komponen – komponen pneumatic dengan lebih detail.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, permasalahan yang

akan dikaji dalam penelitian ini yaitu;

1. Bagaimana gambaran proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan media

pembelajaran software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori pada

mata pelajaran Pneumatik?

2. Apakah pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran software Festo Fluidsim

melalui Model Pembelajaran Ekspositori di kelas dapatmenarik minat belajar siswa?

3. Apakah kendala utama pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model

Ekspositori?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan media

pembelajaran software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori pada

mata pelajaran Pneumatik.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan

media pembelajaran software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori

pada mata pelajaran Pneumatik.

3. Untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran menggunakan media pembelajaran

software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan dalam menerapkan inovasi media pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan.

menggunakan program simulasi Festo Fluidsim merupakan suatu alternatif agar siswa dapat

memahami berbagai macam komponen – komponen pneumatic dengan lebih detail.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, permasalahan yang

akan dikaji dalam penelitian ini yaitu;

1. Bagaimana gambaran proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan media

pembelajaran software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori pada

mata pelajaran Pneumatik?

2. Apakah pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran software Festo Fluidsim

melalui Model Pembelajaran Ekspositori di kelas dapatmenarik minat belajar siswa?

3. Apakah kendala utama pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model

Ekspositori?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan media

pembelajaran software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori pada

mata pelajaran Pneumatik.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan

media pembelajaran software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori

pada mata pelajaran Pneumatik.

3. Untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran menggunakan media pembelajaran

software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan dalam menerapkan inovasi media pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan.

Page 7: Proposal skripsi adeng saputra

2. Bagi Guru Sebagai masukan agar para guru dapat termotivasi untuk mengembangkan media software sebagai alat bantu pembelajaran.

3. Bagi siswa Dapat mengurangi kejenuhan siswa dari pembelajaran yang monoton, meningkatkan minat siswa agar lebih semangat belajar, serta dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan lebih cepat.

4. Bagi penulis Dalam penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa dengan menggunakan media software simulink/MATLAB melalui Model Pembelajaran Ekspositori.

2. Bagi Guru Sebagai masukan agar para guru dapat termotivasi untuk mengembangkan media software sebagai alat bantu pembelajaran.

3. Bagi siswa Dapat mengurangi kejenuhan siswa dari pembelajaran yang monoton, meningkatkan minat siswa agar lebih semangat belajar, serta dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan lebih cepat.

4. Bagi penulis Dalam penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa dengan menggunakan media software simulink/MATLAB melalui Model Pembelajaran Ekspositori.

2. Bagi Guru Sebagai masukan agar para guru dapat termotivasi untuk mengembangkan media software sebagai alat bantu pembelajaran.

3. Bagi siswa Dapat mengurangi kejenuhan siswa dari pembelajaran yang monoton, meningkatkan minat siswa agar lebih semangat belajar, serta dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan lebih cepat.

4. Bagi penulis Dalam penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa dengan menggunakan media software simulink/MATLAB melalui Model Pembelajaran Ekspositori.

Page 8: Proposal skripsi adeng saputra

BAB II

KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik

agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan

tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Pengertian pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2003: 57) adalah ”suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan

prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.” Manusia

terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya

tenaga laboratorium. Material meliputi modul pembelajaran, papan tulis, dan kapur. Fasilitas

dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, peralatan praktikum, meliputi jadwal dan metode

pembelajaran, praktik belajar yang dilaksanakan, serta cara mengevaluasi pada akhir

pembelajaran.

2.1.2 Hasil belajar

Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah

laku. Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

perubahan pengetahuan, ketrampilan, kecakapan, serta perubahan aspek-aspek lain yang

ada pada individu yang belajar. Menurut Gagne, Hasil belajar adalah terbentuknya konsep,

yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan

skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan

hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori (Dahar, 1998: 95).

BAB II

KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik

agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan

tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Pengertian pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2003: 57) adalah ”suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan

prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.” Manusia

terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya

tenaga laboratorium. Material meliputi modul pembelajaran, papan tulis, dan kapur. Fasilitas

dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, peralatan praktikum, meliputi jadwal dan metode

pembelajaran, praktik belajar yang dilaksanakan, serta cara mengevaluasi pada akhir

pembelajaran.

2.1.2 Hasil belajar

Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah

laku. Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

perubahan pengetahuan, ketrampilan, kecakapan, serta perubahan aspek-aspek lain yang

ada pada individu yang belajar. Menurut Gagne, Hasil belajar adalah terbentuknya konsep,

yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan

skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan

hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori (Dahar, 1998: 95).

BAB II

KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kerangka Teoritis

2.1.1Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik

agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan

tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

Pengertian pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2003: 57) adalah ”suatu kombinasi

yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan

prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.” Manusia

terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya

tenaga laboratorium. Material meliputi modul pembelajaran, papan tulis, dan kapur. Fasilitas

dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, peralatan praktikum, meliputi jadwal dan metode

pembelajaran, praktik belajar yang dilaksanakan, serta cara mengevaluasi pada akhir

pembelajaran.

2.1.2 Hasil belajar

Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah

laku. Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti

perubahan pengetahuan, ketrampilan, kecakapan, serta perubahan aspek-aspek lain yang

ada pada individu yang belajar. Menurut Gagne, Hasil belajar adalah terbentuknya konsep,

yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan

skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan

hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori (Dahar, 1998: 95).

Page 9: Proposal skripsi adeng saputra

Hasil belajar merupakan indikator dari keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran yang

ditetapkan dalam sistem pendidikan nasional. Pengungkapan hasil belajar idealnya melalui

segenap psikologis yang berubah akibat dari pengalaman dan proses belajar mengajar.

Proses belajar mengajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada

belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan aspek kemampuan berpikir (cognitive),

pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan

(afective), sedangkan pada belajar psikomotor memberikan hasil belajar berupa

keterampilan (Psychomotoric).

Benyamin S Bloom (1956) ahli pendidikan mengatakan, “bahwa ada tiga domain

pengelompokan tujuan belajar berdasarkan domain atau kawasan belajar , yaitu: a) Kawasan

kognitif, tujuannya yaitu untuk perilaku yang merupakan proses berfikir atau perilaku yang

termasuk hasil kerja otak, b) kawasan afektif, tujuannya yaitu untuk perilaku yang

dimunculkan seseorang sebagai pertanda kecenderungannya untuk membuat pilihan atau

keputusan untuk beraksi di dalam lingkungan tertentu, c) kawasan psikomotor, tujuannya

yaitu untuk prilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh.”

Ketiga ranah Bloom tidak dapat berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan

yang sangat erat hungannya, bahkan membentuk tujuan hirarki. Sebagai tujuan yang akan

dicapai melalui proses pembelajaran, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di

sekolah, baik dalam perubahan perilaku, keterampilan, perkembangan intelektual serta

dalam besikap mempertahankan nilai-nilai. Sesuai dengan pelaksanaan Spektrum bahwa

penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) bukan hanya

pada penguasaan materi (pengetahuan).

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh

seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Agar hasil belajar dapat optimal, maka

kegiatan pembelajaran harus direncanakan oleh guru dengan baik dan benar sehingga proses

belajar mengajar dapat berjalan sesuai rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.

Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada beberapa faktor yang

mempengaruhi dalam belajar. Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau di luar

dirinya atau lingkungannya. Faktor-faktor yang menyangkut yang ada dalam individu

diantaranya menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah dari individu. Keberhasilan belajar

Hasil belajar merupakan indikator dari keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran yang

ditetapkan dalam sistem pendidikan nasional. Pengungkapan hasil belajar idealnya melalui

segenap psikologis yang berubah akibat dari pengalaman dan proses belajar mengajar.

Proses belajar mengajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada

belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan aspek kemampuan berpikir (cognitive),

pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan

(afective), sedangkan pada belajar psikomotor memberikan hasil belajar berupa

keterampilan (Psychomotoric).

Benyamin S Bloom (1956) ahli pendidikan mengatakan, “bahwa ada tiga domain

pengelompokan tujuan belajar berdasarkan domain atau kawasan belajar , yaitu: a) Kawasan

kognitif, tujuannya yaitu untuk perilaku yang merupakan proses berfikir atau perilaku yang

termasuk hasil kerja otak, b) kawasan afektif, tujuannya yaitu untuk perilaku yang

dimunculkan seseorang sebagai pertanda kecenderungannya untuk membuat pilihan atau

keputusan untuk beraksi di dalam lingkungan tertentu, c) kawasan psikomotor, tujuannya

yaitu untuk prilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh.”

Ketiga ranah Bloom tidak dapat berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan

yang sangat erat hungannya, bahkan membentuk tujuan hirarki. Sebagai tujuan yang akan

dicapai melalui proses pembelajaran, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di

sekolah, baik dalam perubahan perilaku, keterampilan, perkembangan intelektual serta

dalam besikap mempertahankan nilai-nilai. Sesuai dengan pelaksanaan Spektrum bahwa

penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) bukan hanya

pada penguasaan materi (pengetahuan).

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh

seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Agar hasil belajar dapat optimal, maka

kegiatan pembelajaran harus direncanakan oleh guru dengan baik dan benar sehingga proses

belajar mengajar dapat berjalan sesuai rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.

Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada beberapa faktor yang

mempengaruhi dalam belajar. Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau di luar

dirinya atau lingkungannya. Faktor-faktor yang menyangkut yang ada dalam individu

diantaranya menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah dari individu. Keberhasilan belajar

Hasil belajar merupakan indikator dari keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran yang

ditetapkan dalam sistem pendidikan nasional. Pengungkapan hasil belajar idealnya melalui

segenap psikologis yang berubah akibat dari pengalaman dan proses belajar mengajar.

Proses belajar mengajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada

belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan aspek kemampuan berpikir (cognitive),

pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan

(afective), sedangkan pada belajar psikomotor memberikan hasil belajar berupa

keterampilan (Psychomotoric).

Benyamin S Bloom (1956) ahli pendidikan mengatakan, “bahwa ada tiga domain

pengelompokan tujuan belajar berdasarkan domain atau kawasan belajar , yaitu: a) Kawasan

kognitif, tujuannya yaitu untuk perilaku yang merupakan proses berfikir atau perilaku yang

termasuk hasil kerja otak, b) kawasan afektif, tujuannya yaitu untuk perilaku yang

dimunculkan seseorang sebagai pertanda kecenderungannya untuk membuat pilihan atau

keputusan untuk beraksi di dalam lingkungan tertentu, c) kawasan psikomotor, tujuannya

yaitu untuk prilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh.”

Ketiga ranah Bloom tidak dapat berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan

yang sangat erat hungannya, bahkan membentuk tujuan hirarki. Sebagai tujuan yang akan

dicapai melalui proses pembelajaran, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di

sekolah, baik dalam perubahan perilaku, keterampilan, perkembangan intelektual serta

dalam besikap mempertahankan nilai-nilai. Sesuai dengan pelaksanaan Spektrum bahwa

penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) bukan hanya

pada penguasaan materi (pengetahuan).

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh

seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Agar hasil belajar dapat optimal, maka

kegiatan pembelajaran harus direncanakan oleh guru dengan baik dan benar sehingga proses

belajar mengajar dapat berjalan sesuai rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.

Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada beberapa faktor yang

mempengaruhi dalam belajar. Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau di luar

dirinya atau lingkungannya. Faktor-faktor yang menyangkut yang ada dalam individu

diantaranya menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah dari individu. Keberhasilan belajar

Page 10: Proposal skripsi adeng saputra

juga sangat dipengaruhi oleh di luar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosial maupun sosial-

psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Aspek jasmaniah mencakup kondisi kesehatan jasmani dari individu. Seseorang yang

mempunyai kondisi kesehatan dan jasmani yang baik maka ia akan baik pula dalam mengikuti

proses belajar. Selain itu kelengkapan indra dan kesehatan indra juga mempengaruhi dalam

belajar. Seseorang yang panca inderanya kurang baik maka akan berpengaruh pula terhadap

usaha dan hasil tujuan belajarnya.

Aspek psikis atau rohaniah menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan

intelektual. Kondisi intelektual ini mencakup tingkat kecerdasan dan bakat. Selain itu minat

dan motivasi juga mempengaruhi dalam belajar. Seseorang yang menaruh minat dalam

pelajaran tertentu biasanya cenderung untuk selalu memperhatikan mata pelajaran yang

diminatinya. Sedangkan motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi

setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam faktor eksternal (faktor di luar diri siswa) meliputi lingkungan keluarga, sekolah

dan masyarakat. Keluarga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar, misalnya

dukungan dari orang tua dalam memotivasi kegiatan belajar. Keluarga merupakan

lingkungan pertama dalam pendidikan dalam memberikan memberikan pengaruh. Yang

termasuk dalam dalam lingkungan keluarga adalah keadaan lingkungan dan anggota

keluarga, keadaan rumah, sarana dan prasarana belajar, dan suasana keadaan tenag dalam

keluarga.

Sedangkan faktor masyarakat adalah suasana masyarakat yang ada di lingkungan rumah.

Suasana lingkungan yang ramai seperti di sekitar pasar atau tempat hiburan sangat mengganggu

dalam kegiatan proses belajar.

2.1.3 Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan

seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang

pekerjaan daripada bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 2

tentang sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwa pendidikan kejuruan merupakan

pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.

Lebih spesifik lagi yaitu pada Peraturan pemerintah No.29 tahun 1990 tentang Pendidikan

Menegah, yaitu bahwa pendidikan menengah yang mengutamakan kemampuan siswa untuk

juga sangat dipengaruhi oleh di luar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosial maupun sosial-

psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Aspek jasmaniah mencakup kondisi kesehatan jasmani dari individu. Seseorang yang

mempunyai kondisi kesehatan dan jasmani yang baik maka ia akan baik pula dalam mengikuti

proses belajar. Selain itu kelengkapan indra dan kesehatan indra juga mempengaruhi dalam

belajar. Seseorang yang panca inderanya kurang baik maka akan berpengaruh pula terhadap

usaha dan hasil tujuan belajarnya.

Aspek psikis atau rohaniah menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan

intelektual. Kondisi intelektual ini mencakup tingkat kecerdasan dan bakat. Selain itu minat

dan motivasi juga mempengaruhi dalam belajar. Seseorang yang menaruh minat dalam

pelajaran tertentu biasanya cenderung untuk selalu memperhatikan mata pelajaran yang

diminatinya. Sedangkan motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi

setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam faktor eksternal (faktor di luar diri siswa) meliputi lingkungan keluarga, sekolah

dan masyarakat. Keluarga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar, misalnya

dukungan dari orang tua dalam memotivasi kegiatan belajar. Keluarga merupakan

lingkungan pertama dalam pendidikan dalam memberikan memberikan pengaruh. Yang

termasuk dalam dalam lingkungan keluarga adalah keadaan lingkungan dan anggota

keluarga, keadaan rumah, sarana dan prasarana belajar, dan suasana keadaan tenag dalam

keluarga.

Sedangkan faktor masyarakat adalah suasana masyarakat yang ada di lingkungan rumah.

Suasana lingkungan yang ramai seperti di sekitar pasar atau tempat hiburan sangat mengganggu

dalam kegiatan proses belajar.

2.1.3 Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan

seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang

pekerjaan daripada bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 2

tentang sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwa pendidikan kejuruan merupakan

pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.

Lebih spesifik lagi yaitu pada Peraturan pemerintah No.29 tahun 1990 tentang Pendidikan

Menegah, yaitu bahwa pendidikan menengah yang mengutamakan kemampuan siswa untuk

juga sangat dipengaruhi oleh di luar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosial maupun sosial-

psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Aspek jasmaniah mencakup kondisi kesehatan jasmani dari individu. Seseorang yang

mempunyai kondisi kesehatan dan jasmani yang baik maka ia akan baik pula dalam mengikuti

proses belajar. Selain itu kelengkapan indra dan kesehatan indra juga mempengaruhi dalam

belajar. Seseorang yang panca inderanya kurang baik maka akan berpengaruh pula terhadap

usaha dan hasil tujuan belajarnya.

Aspek psikis atau rohaniah menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan

intelektual. Kondisi intelektual ini mencakup tingkat kecerdasan dan bakat. Selain itu minat

dan motivasi juga mempengaruhi dalam belajar. Seseorang yang menaruh minat dalam

pelajaran tertentu biasanya cenderung untuk selalu memperhatikan mata pelajaran yang

diminatinya. Sedangkan motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi

setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam faktor eksternal (faktor di luar diri siswa) meliputi lingkungan keluarga, sekolah

dan masyarakat. Keluarga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar, misalnya

dukungan dari orang tua dalam memotivasi kegiatan belajar. Keluarga merupakan

lingkungan pertama dalam pendidikan dalam memberikan memberikan pengaruh. Yang

termasuk dalam dalam lingkungan keluarga adalah keadaan lingkungan dan anggota

keluarga, keadaan rumah, sarana dan prasarana belajar, dan suasana keadaan tenag dalam

keluarga.

Sedangkan faktor masyarakat adalah suasana masyarakat yang ada di lingkungan rumah.

Suasana lingkungan yang ramai seperti di sekitar pasar atau tempat hiburan sangat mengganggu

dalam kegiatan proses belajar.

2.1.3 Pendidikan Kejuruan

Pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan

seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang

pekerjaan daripada bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 2

tentang sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwa pendidikan kejuruan merupakan

pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.

Lebih spesifik lagi yaitu pada Peraturan pemerintah No.29 tahun 1990 tentang Pendidikan

Menegah, yaitu bahwa pendidikan menengah yang mengutamakan kemampuan siswa untuk

Page 11: Proposal skripsi adeng saputra

pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan Pendidikan

Kejuruan adalah Pendidikan yang mempersiapkan peserta didiknya untuk memasuki

lapangan kerja. Antara pendidikan formal dan pendidikan kejuruan terdapat unsur saling

melengkapi, artinya untuk menempuh pendidikan kejuruan dibutuhkan pendidikan formal

yang sudah mengandung unsur-unsur persiapan ke arah kejuruan. Pendidikan kejuruan

tingkat dasar merupakan landasan untuk mengikuti pendidikan kejuruan lanjutan. Tujuan

pendidikan kejuruan adalah membekali siswa agar memiliki kompetensi perilaku dalam

bidang kejuruan tertentu sehingga yang bersangkutan mampu bekerja (memiliki kinerja)

demi masa depan dan untuk kesejahteraan bangsa.

Untuk itu siswa harus dibekali pengetahuan teori dan keterampilan praktis, juga sikap

dan pola tingkah laku sosial serta wawasan politik tertentu. Itu semua mutlak diperlukan

sebagai bekal yang berharga guna meraih sukses dalam rangka memasuki dunia kerja, baik

sebagai pekerja di perusahaan ataupun sebagai wirausaha yang mandiri dan untuk menjadi

warga masyarakat yang bertanggung jawab.

Pengertian lain dari pendidikan kejuruan yaitu pendidikan nonakademis yang

berorientasi pada praktik dalam bidang-bidang pertukangan, bisnis, industri, pertanian,

transportasi, pelayanan jasa, kesehatan, dsb. Salah satu jenis pendidikan kejuruan di

Indonesia adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMK adalah salah satu bentuk

satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau

lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK sering disebut juga

STM (Sekolah Teknik Menengah). Jika SMA semata-mata diarahkan untuk melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi, maka lulusan SMK, selain berhak melanjutkan studi ke

jurusan – jurusan tertentu di perguruan tinggi, juga sudah memperoleh pendidikan kejuruan

dasar dari bangku sekolah.

Di negara-negara industri maju, pendidikan kejuruan sudah merupakan bagian integral

dari sistem pendidikan formal. Ijazah pendidikan formal berfungsi sebagai “tiket masuk”

untuk mengikuti pendidikan kejuruan tertentu yang sekaligus akan menentukan posisi dalam

hierarki di perusahaan. Indonesia belum memiliki sistem pendidikan kejuruan seefektif di

negara maju seperti Jerman, jalur prndidikan kejuruan masih dipandang sebelah mata oleh

sementara kalangan masyarakat, sebab mereka yang masuk ke jalur pertama.

pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan Pendidikan

Kejuruan adalah Pendidikan yang mempersiapkan peserta didiknya untuk memasuki

lapangan kerja. Antara pendidikan formal dan pendidikan kejuruan terdapat unsur saling

melengkapi, artinya untuk menempuh pendidikan kejuruan dibutuhkan pendidikan formal

yang sudah mengandung unsur-unsur persiapan ke arah kejuruan. Pendidikan kejuruan

tingkat dasar merupakan landasan untuk mengikuti pendidikan kejuruan lanjutan. Tujuan

pendidikan kejuruan adalah membekali siswa agar memiliki kompetensi perilaku dalam

bidang kejuruan tertentu sehingga yang bersangkutan mampu bekerja (memiliki kinerja)

demi masa depan dan untuk kesejahteraan bangsa.

Untuk itu siswa harus dibekali pengetahuan teori dan keterampilan praktis, juga sikap

dan pola tingkah laku sosial serta wawasan politik tertentu. Itu semua mutlak diperlukan

sebagai bekal yang berharga guna meraih sukses dalam rangka memasuki dunia kerja, baik

sebagai pekerja di perusahaan ataupun sebagai wirausaha yang mandiri dan untuk menjadi

warga masyarakat yang bertanggung jawab.

Pengertian lain dari pendidikan kejuruan yaitu pendidikan nonakademis yang

berorientasi pada praktik dalam bidang-bidang pertukangan, bisnis, industri, pertanian,

transportasi, pelayanan jasa, kesehatan, dsb. Salah satu jenis pendidikan kejuruan di

Indonesia adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMK adalah salah satu bentuk

satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau

lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK sering disebut juga

STM (Sekolah Teknik Menengah). Jika SMA semata-mata diarahkan untuk melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi, maka lulusan SMK, selain berhak melanjutkan studi ke

jurusan – jurusan tertentu di perguruan tinggi, juga sudah memperoleh pendidikan kejuruan

dasar dari bangku sekolah.

Di negara-negara industri maju, pendidikan kejuruan sudah merupakan bagian integral

dari sistem pendidikan formal. Ijazah pendidikan formal berfungsi sebagai “tiket masuk”

untuk mengikuti pendidikan kejuruan tertentu yang sekaligus akan menentukan posisi dalam

hierarki di perusahaan. Indonesia belum memiliki sistem pendidikan kejuruan seefektif di

negara maju seperti Jerman, jalur prndidikan kejuruan masih dipandang sebelah mata oleh

sementara kalangan masyarakat, sebab mereka yang masuk ke jalur pertama.

pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan Pendidikan

Kejuruan adalah Pendidikan yang mempersiapkan peserta didiknya untuk memasuki

lapangan kerja. Antara pendidikan formal dan pendidikan kejuruan terdapat unsur saling

melengkapi, artinya untuk menempuh pendidikan kejuruan dibutuhkan pendidikan formal

yang sudah mengandung unsur-unsur persiapan ke arah kejuruan. Pendidikan kejuruan

tingkat dasar merupakan landasan untuk mengikuti pendidikan kejuruan lanjutan. Tujuan

pendidikan kejuruan adalah membekali siswa agar memiliki kompetensi perilaku dalam

bidang kejuruan tertentu sehingga yang bersangkutan mampu bekerja (memiliki kinerja)

demi masa depan dan untuk kesejahteraan bangsa.

Untuk itu siswa harus dibekali pengetahuan teori dan keterampilan praktis, juga sikap

dan pola tingkah laku sosial serta wawasan politik tertentu. Itu semua mutlak diperlukan

sebagai bekal yang berharga guna meraih sukses dalam rangka memasuki dunia kerja, baik

sebagai pekerja di perusahaan ataupun sebagai wirausaha yang mandiri dan untuk menjadi

warga masyarakat yang bertanggung jawab.

Pengertian lain dari pendidikan kejuruan yaitu pendidikan nonakademis yang

berorientasi pada praktik dalam bidang-bidang pertukangan, bisnis, industri, pertanian,

transportasi, pelayanan jasa, kesehatan, dsb. Salah satu jenis pendidikan kejuruan di

Indonesia adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMK adalah salah satu bentuk

satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang

pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau

lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK sering disebut juga

STM (Sekolah Teknik Menengah). Jika SMA semata-mata diarahkan untuk melanjutkan

pendidikan ke perguruan tinggi, maka lulusan SMK, selain berhak melanjutkan studi ke

jurusan – jurusan tertentu di perguruan tinggi, juga sudah memperoleh pendidikan kejuruan

dasar dari bangku sekolah.

Di negara-negara industri maju, pendidikan kejuruan sudah merupakan bagian integral

dari sistem pendidikan formal. Ijazah pendidikan formal berfungsi sebagai “tiket masuk”

untuk mengikuti pendidikan kejuruan tertentu yang sekaligus akan menentukan posisi dalam

hierarki di perusahaan. Indonesia belum memiliki sistem pendidikan kejuruan seefektif di

negara maju seperti Jerman, jalur prndidikan kejuruan masih dipandang sebelah mata oleh

sementara kalangan masyarakat, sebab mereka yang masuk ke jalur pertama.

Page 12: Proposal skripsi adeng saputra

2.1.4 Pembelajaran Pendidikan Kejuruan

1. Bidang Belajar Kognitif

Bidang ini mencakup pelajaran pemahaman melalui transfer ilmu pengetahuan.

Tujuannya agar siswa mampu melakukan aktivitas berpikir, seperti :

- Memahami kausalitas dan teori.

- Berfikir logis, merencanakan dan mengembangkan.

- Menganalisis dan memecahka masalah.

2. Bidang Belajar Psikomotorik

Bidang belajar ini melatih keterampilan, yaitu aplikasi teori ke dalam praktik yang

dikendalikan oleh pikiran dan perasaan, misalnya:

- Keterampilan dasar.

- Membuat sketsa, menggambar dan menghitung.

- Mengoperasikan dan mengendalikan.

- Merawat, memelihara dan memperbaiki.

Kecakapan kognitif dan keterampilan psikomotor dapat diperoleh bukan hanya melalui

proses belajar mengajar melainkan juga melalui perkembangan teknologi, pengalaman kerja

dan kegiatan-kegiatan inovatif yang dilakukan secara terus menerus dan konsisten.

Keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan tidak akan berkembang, apabila faktor-

faktor lainnya terabaikan dan tidak tersedia kesempatan untuk mengaplikasikannya dalam

praktik.

3. Bidang Belajar Afektif

Bidang belajar afektif mencakup pendidikan sikap, karakter dan tingkah laku

sehingga siswa memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

- Tenggang rasa, budi pekerti, dan susila. - Rasa tanggung jawab, kooperatif dan kemampuan belajar.

Bidang belajar afektif tidak hanya dipengaruhi oleh proses belajar mengajar saja,

melainkan terutama oleh lingkungan, seperti keluarga, saudara, teman, agama dan

masyarakat.

2.1.4 Pembelajaran Pendidikan Kejuruan

1. Bidang Belajar Kognitif

Bidang ini mencakup pelajaran pemahaman melalui transfer ilmu pengetahuan.

Tujuannya agar siswa mampu melakukan aktivitas berpikir, seperti :

- Memahami kausalitas dan teori.

- Berfikir logis, merencanakan dan mengembangkan.

- Menganalisis dan memecahka masalah.

2. Bidang Belajar Psikomotorik

Bidang belajar ini melatih keterampilan, yaitu aplikasi teori ke dalam praktik yang

dikendalikan oleh pikiran dan perasaan, misalnya:

- Keterampilan dasar.

- Membuat sketsa, menggambar dan menghitung.

- Mengoperasikan dan mengendalikan.

- Merawat, memelihara dan memperbaiki.

Kecakapan kognitif dan keterampilan psikomotor dapat diperoleh bukan hanya melalui

proses belajar mengajar melainkan juga melalui perkembangan teknologi, pengalaman kerja

dan kegiatan-kegiatan inovatif yang dilakukan secara terus menerus dan konsisten.

Keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan tidak akan berkembang, apabila faktor-

faktor lainnya terabaikan dan tidak tersedia kesempatan untuk mengaplikasikannya dalam

praktik.

3. Bidang Belajar Afektif

Bidang belajar afektif mencakup pendidikan sikap, karakter dan tingkah laku

sehingga siswa memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

- Tenggang rasa, budi pekerti, dan susila. - Rasa tanggung jawab, kooperatif dan kemampuan belajar.

Bidang belajar afektif tidak hanya dipengaruhi oleh proses belajar mengajar saja,

melainkan terutama oleh lingkungan, seperti keluarga, saudara, teman, agama dan

masyarakat.

2.1.4 Pembelajaran Pendidikan Kejuruan

1. Bidang Belajar Kognitif

Bidang ini mencakup pelajaran pemahaman melalui transfer ilmu pengetahuan.

Tujuannya agar siswa mampu melakukan aktivitas berpikir, seperti :

- Memahami kausalitas dan teori.

- Berfikir logis, merencanakan dan mengembangkan.

- Menganalisis dan memecahka masalah.

2. Bidang Belajar Psikomotorik

Bidang belajar ini melatih keterampilan, yaitu aplikasi teori ke dalam praktik yang

dikendalikan oleh pikiran dan perasaan, misalnya:

- Keterampilan dasar.

- Membuat sketsa, menggambar dan menghitung.

- Mengoperasikan dan mengendalikan.

- Merawat, memelihara dan memperbaiki.

Kecakapan kognitif dan keterampilan psikomotor dapat diperoleh bukan hanya melalui

proses belajar mengajar melainkan juga melalui perkembangan teknologi, pengalaman kerja

dan kegiatan-kegiatan inovatif yang dilakukan secara terus menerus dan konsisten.

Keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan tidak akan berkembang, apabila faktor-

faktor lainnya terabaikan dan tidak tersedia kesempatan untuk mengaplikasikannya dalam

praktik.

3. Bidang Belajar Afektif

Bidang belajar afektif mencakup pendidikan sikap, karakter dan tingkah laku

sehingga siswa memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

- Tenggang rasa, budi pekerti, dan susila. - Rasa tanggung jawab, kooperatif dan kemampuan belajar.

Bidang belajar afektif tidak hanya dipengaruhi oleh proses belajar mengajar saja,

melainkan terutama oleh lingkungan, seperti keluarga, saudara, teman, agama dan

masyarakat.

Page 13: Proposal skripsi adeng saputra

2.1.5 Model Pembelajaran Ekspositori

Metode Ekspositori adalah model pembelajaran yang digunakan dengan memberikan

keterangan terlebih dahulu, definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan

contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab

dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan

metode Ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi

pelajaran kepada siswa secara langsung. Roy Kille (dalam Wina Sanjaya, 2007: 177)

menamakan model Ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct

instruction).

Model pembelajaran Ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan

kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada kelompok siswa

dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Penggunaan

metode ini membuat siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep

dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan metode Ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan

penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran, siswa

tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi.

Karena strategi Ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering

juga dinamakan strategi ”chalk and talk”. Terdapat beberapa karakteristik model Ekspositori,

yaitu ;

1. Strategi Ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara

verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan

strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.

2. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah

jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga

tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.

3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.

Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat

memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi

yang telah diuraikan.

2.1.5 Model Pembelajaran Ekspositori

Metode Ekspositori adalah model pembelajaran yang digunakan dengan memberikan

keterangan terlebih dahulu, definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan

contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab

dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan

metode Ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi

pelajaran kepada siswa secara langsung. Roy Kille (dalam Wina Sanjaya, 2007: 177)

menamakan model Ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct

instruction).

Model pembelajaran Ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan

kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada kelompok siswa

dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Penggunaan

metode ini membuat siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep

dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan metode Ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan

penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran, siswa

tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi.

Karena strategi Ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering

juga dinamakan strategi ”chalk and talk”. Terdapat beberapa karakteristik model Ekspositori,

yaitu ;

1. Strategi Ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara

verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan

strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.

2. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah

jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga

tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.

3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.

Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat

memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi

yang telah diuraikan.

2.1.5 Model Pembelajaran Ekspositori

Metode Ekspositori adalah model pembelajaran yang digunakan dengan memberikan

keterangan terlebih dahulu, definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan

contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab

dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan

metode Ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi

pelajaran kepada siswa secara langsung. Roy Kille (dalam Wina Sanjaya, 2007: 177)

menamakan model Ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct

instruction).

Model pembelajaran Ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan

kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada kelompok siswa

dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Penggunaan

metode ini membuat siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep

dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan metode Ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan

penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran, siswa

tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi.

Karena strategi Ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering

juga dinamakan strategi ”chalk and talk”. Terdapat beberapa karakteristik model Ekspositori,

yaitu ;

1. Strategi Ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara

verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan

strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.

2. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah

jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga

tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.

3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.

Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat

memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi

yang telah diuraikan.

Page 14: Proposal skripsi adeng saputra

Strategi pembelajaran Ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran

yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab

dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru

menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran

yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah

kemampuan akademik (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah

merupakan bentuk strategi Ekspositori.

2.1.6 Media Pembelajaran

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya besar pengaruhnya dalam

bidang industri, tetapi juga banyak digunakan dalam bidang pendidikan. Teknologi

berbarengan penggunaannya dengan strategi belajarmengajar kendatipun dalam bentuk yang

berbeda. Strategi belajar mengajar memungkinkan guru berinteraksi secara langsung dengan

siswa untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Teknologi merupakan kekuatan luar

biasa yang memungkinkan terjadinya banyak keluwesan dalam isi (materi pelajaran) dan

memberi kesempatan yang luas untuk berinteraksi dengan siswa. Dalam penerapan model-

model pembelajaran diperlakukan suatu media yang dapat membantu dalam pencapaian

tujuan pembelajaran, media tersebut adalah media pembelajaran/media pengajaran. Menurut

Sudjana dan Rivai (2005:1), “Dalam metodologi pengajaran terdapat dua aspek yang paling

menonjol yaitu metode mengajar dan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar”.

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media merupakan

bentuk jamak dari kata “medium” yang berasal dari bahasa latin yang berarti “antara”.

Istilah media dapat kita artikan sebagai segala sesuatu yang menjadi perantara atau

penyampai informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Dengan demikian media

pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran.

Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara peserta didik, pendidik dan sumber

belajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media.

Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang

dituangkan oleh pengajar atau fasilitator atau sumber lain ke dalam simbol-simbol

komunikasi, baik simbol verbal maupun simbol non verbal atau visual.

Strategi pembelajaran Ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran

yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab

dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru

menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran

yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah

kemampuan akademik (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah

merupakan bentuk strategi Ekspositori.

2.1.6 Media Pembelajaran

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya besar pengaruhnya dalam

bidang industri, tetapi juga banyak digunakan dalam bidang pendidikan. Teknologi

berbarengan penggunaannya dengan strategi belajarmengajar kendatipun dalam bentuk yang

berbeda. Strategi belajar mengajar memungkinkan guru berinteraksi secara langsung dengan

siswa untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Teknologi merupakan kekuatan luar

biasa yang memungkinkan terjadinya banyak keluwesan dalam isi (materi pelajaran) dan

memberi kesempatan yang luas untuk berinteraksi dengan siswa. Dalam penerapan model-

model pembelajaran diperlakukan suatu media yang dapat membantu dalam pencapaian

tujuan pembelajaran, media tersebut adalah media pembelajaran/media pengajaran. Menurut

Sudjana dan Rivai (2005:1), “Dalam metodologi pengajaran terdapat dua aspek yang paling

menonjol yaitu metode mengajar dan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar”.

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media merupakan

bentuk jamak dari kata “medium” yang berasal dari bahasa latin yang berarti “antara”.

Istilah media dapat kita artikan sebagai segala sesuatu yang menjadi perantara atau

penyampai informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Dengan demikian media

pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran.

Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara peserta didik, pendidik dan sumber

belajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media.

Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang

dituangkan oleh pengajar atau fasilitator atau sumber lain ke dalam simbol-simbol

komunikasi, baik simbol verbal maupun simbol non verbal atau visual.

Strategi pembelajaran Ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran

yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab

dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru

menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran

yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah

kemampuan akademik (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah

merupakan bentuk strategi Ekspositori.

2.1.6 Media Pembelajaran

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya besar pengaruhnya dalam

bidang industri, tetapi juga banyak digunakan dalam bidang pendidikan. Teknologi

berbarengan penggunaannya dengan strategi belajarmengajar kendatipun dalam bentuk yang

berbeda. Strategi belajar mengajar memungkinkan guru berinteraksi secara langsung dengan

siswa untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Teknologi merupakan kekuatan luar

biasa yang memungkinkan terjadinya banyak keluwesan dalam isi (materi pelajaran) dan

memberi kesempatan yang luas untuk berinteraksi dengan siswa. Dalam penerapan model-

model pembelajaran diperlakukan suatu media yang dapat membantu dalam pencapaian

tujuan pembelajaran, media tersebut adalah media pembelajaran/media pengajaran. Menurut

Sudjana dan Rivai (2005:1), “Dalam metodologi pengajaran terdapat dua aspek yang paling

menonjol yaitu metode mengajar dan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar”.

Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media merupakan

bentuk jamak dari kata “medium” yang berasal dari bahasa latin yang berarti “antara”.

Istilah media dapat kita artikan sebagai segala sesuatu yang menjadi perantara atau

penyampai informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Dengan demikian media

pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran.

Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara peserta didik, pendidik dan sumber

belajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media.

Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang

dituangkan oleh pengajar atau fasilitator atau sumber lain ke dalam simbol-simbol

komunikasi, baik simbol verbal maupun simbol non verbal atau visual.

Page 15: Proposal skripsi adeng saputra

Media pembelajaran sangatlah diperlukan dalam proses pembelajaran. Beberapa

manfaat dari penggunaan media pembelajaran antara lain (Sudjana dan Rivai, 2005:2):

- Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar.

- Bahan pelajaran akan lebih dipahami siswa.

- Metode mengajar menjadi lebih bervariasi sehingga tidak membuat siswa jenuh.

- Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar.

Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi

siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan Kerucut

Pengalaman Edgar Dale (Edgar Dale cone of experience). Kerucut pengalaman yang

terdapat pada gambar 2.3 dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau media apa

yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.

2.1.6 Software Simulink/MATLAB Sebagai Media Pembelajaran

Pneumatik berasal dari kata Yunani, “pneuma” yang berarti “nafas” atau “udara”.

Sehingga pneumatik berarti : terisi udara atau digerakkan oleh udara mampat. Pneumatik

memegang peranan penting sebagai alat bantu dalam peningkatan atau rasionalisasi

produksi. Dalam pembuatan dan pengolahan benda-benda kerja proses mekanisasi

mengambil bagian besar dari waktu yang tersedia. Penggunaan udara mampat sebagai

pembawa energi akan berhasil, hanya kalau digunakan secara tepat metode-metode kerja

yang rasional yang juga pada perusahaan-perusahaan kecil dapat membawa ke arah

rentabilitas ekonomis yang besar.

Terintegrasinya teknologi pneumatik dan listrik merupakan bagian yang terpenting

dalam pengembangan dengan skala besar pada otomatis industri. Komponen-komponen

dalam sistem kontrol dapat diidentifikasikan dalam 4 kelompok dasar. Tingkat utama pada

struktur sistem elektropneumatik adalah :

a. Pasokan energi (udara bertekanan dan listrik)

b. Elemen-eleman masukan (limit switch / tombol tekan/sensor proximity)

c. Elemen pemroses (switch logic, katup solenoid, converter ke elektrik)

d. Aktuator dan elemen kontrol akhir (silinder, motor, katup kontrol akhir)

Media pembelajaran sangatlah diperlukan dalam proses pembelajaran. Beberapa

manfaat dari penggunaan media pembelajaran antara lain (Sudjana dan Rivai, 2005:2):

- Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar.

- Bahan pelajaran akan lebih dipahami siswa.

- Metode mengajar menjadi lebih bervariasi sehingga tidak membuat siswa jenuh.

- Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar.

Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi

siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan Kerucut

Pengalaman Edgar Dale (Edgar Dale cone of experience). Kerucut pengalaman yang

terdapat pada gambar 2.3 dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau media apa

yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.

2.1.6 Software Simulink/MATLAB Sebagai Media Pembelajaran

Pneumatik berasal dari kata Yunani, “pneuma” yang berarti “nafas” atau “udara”.

Sehingga pneumatik berarti : terisi udara atau digerakkan oleh udara mampat. Pneumatik

memegang peranan penting sebagai alat bantu dalam peningkatan atau rasionalisasi

produksi. Dalam pembuatan dan pengolahan benda-benda kerja proses mekanisasi

mengambil bagian besar dari waktu yang tersedia. Penggunaan udara mampat sebagai

pembawa energi akan berhasil, hanya kalau digunakan secara tepat metode-metode kerja

yang rasional yang juga pada perusahaan-perusahaan kecil dapat membawa ke arah

rentabilitas ekonomis yang besar.

Terintegrasinya teknologi pneumatik dan listrik merupakan bagian yang terpenting

dalam pengembangan dengan skala besar pada otomatis industri. Komponen-komponen

dalam sistem kontrol dapat diidentifikasikan dalam 4 kelompok dasar. Tingkat utama pada

struktur sistem elektropneumatik adalah :

a. Pasokan energi (udara bertekanan dan listrik)

b. Elemen-eleman masukan (limit switch / tombol tekan/sensor proximity)

c. Elemen pemroses (switch logic, katup solenoid, converter ke elektrik)

d. Aktuator dan elemen kontrol akhir (silinder, motor, katup kontrol akhir)

Media pembelajaran sangatlah diperlukan dalam proses pembelajaran. Beberapa

manfaat dari penggunaan media pembelajaran antara lain (Sudjana dan Rivai, 2005:2):

- Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan

motivasi belajar.

- Bahan pelajaran akan lebih dipahami siswa.

- Metode mengajar menjadi lebih bervariasi sehingga tidak membuat siswa jenuh.

- Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar.

Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi

siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan Kerucut

Pengalaman Edgar Dale (Edgar Dale cone of experience). Kerucut pengalaman yang

terdapat pada gambar 2.3 dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau media apa

yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.

2.1.6 Software Simulink/MATLAB Sebagai Media Pembelajaran

Pneumatik berasal dari kata Yunani, “pneuma” yang berarti “nafas” atau “udara”.

Sehingga pneumatik berarti : terisi udara atau digerakkan oleh udara mampat. Pneumatik

memegang peranan penting sebagai alat bantu dalam peningkatan atau rasionalisasi

produksi. Dalam pembuatan dan pengolahan benda-benda kerja proses mekanisasi

mengambil bagian besar dari waktu yang tersedia. Penggunaan udara mampat sebagai

pembawa energi akan berhasil, hanya kalau digunakan secara tepat metode-metode kerja

yang rasional yang juga pada perusahaan-perusahaan kecil dapat membawa ke arah

rentabilitas ekonomis yang besar.

Terintegrasinya teknologi pneumatik dan listrik merupakan bagian yang terpenting

dalam pengembangan dengan skala besar pada otomatis industri. Komponen-komponen

dalam sistem kontrol dapat diidentifikasikan dalam 4 kelompok dasar. Tingkat utama pada

struktur sistem elektropneumatik adalah :

a. Pasokan energi (udara bertekanan dan listrik)

b. Elemen-eleman masukan (limit switch / tombol tekan/sensor proximity)

c. Elemen pemroses (switch logic, katup solenoid, converter ke elektrik)

d. Aktuator dan elemen kontrol akhir (silinder, motor, katup kontrol akhir)

Page 16: Proposal skripsi adeng saputra

Bagian terpenting dari pengembangan sistem kontrol adalah keseragaman yang

standard dalam penggambaran baik elemen-elemen dalam rangkaian dan rangkaian

keseluruhan.

Masukan dan elemen-elemen pemproses tergantung pada tipe kontak yang digunakan.

Metode aktuasi kontak dapat berupa :

a. Relay

b. Aktuasi manual : tombol tekan atau roller

c. Medan magnet

Kontak-kontak dapat dibuat sebagai pasangan tunggal atau kumpulan beberapa

kontak. Elemen-elemen kontak dasar adalah :

a. Kontak normal terbuka adalah dalam kondisi awal tidak ada sinyal pada keluarannya.

b. Kontak normal tertutup adalah dalam kondisi awal terdapat sinyal pada keluarannya.

c. Kontak change over : kombinasi antara kontak normal terbuka dan normal tertutup.

Simbol-simbol pneumatik yang dipergunakan dalam pembahasan kali ini, adalah:

a. Sistem suplai udara

Sistem suplai udara dapat digambarkan dalam bentuk yang sederhana dengan

menggunakan simbol yang menggambarkan masing-masing komponen suplai udara.

Pemilihan antara penggunaan simbol-simbol yang sederhana tergantung pada tujuan dan

kompleksitasnya rangkaian. Dalam penggambaran standart, suplai udara biasa yang

digunakan, sedangkan untuk tujuan perawatan, symbol-simbol yang detail lebih sesuai.

b. Katup kontrol arah

Katup kontrol arah ditunjukkan oleh banyaknya terminal saluran dan banyaknya posisi

atau kontak. Katup kontrol arah mengontrol terusan sinyal udara bertekanan dari sisi

masukan suatu elemen ke sisi keluaran. Dalam bidang teknologi kontrol ukuran dan

kontruksi suatu kutub tidak begitu penting daripada aliran sinyal dan metode aktuasi.

Katup kontrol arah mengontrol terusan sinyal udara bertekanan dari sisi masukan suatu

elemen ke sisi keluaran.

Bagian terpenting dari pengembangan sistem kontrol adalah keseragaman yang

standard dalam penggambaran baik elemen-elemen dalam rangkaian dan rangkaian

keseluruhan.

Masukan dan elemen-elemen pemproses tergantung pada tipe kontak yang digunakan.

Metode aktuasi kontak dapat berupa :

a. Relay

b. Aktuasi manual : tombol tekan atau roller

c. Medan magnet

Kontak-kontak dapat dibuat sebagai pasangan tunggal atau kumpulan beberapa

kontak. Elemen-elemen kontak dasar adalah :

a. Kontak normal terbuka adalah dalam kondisi awal tidak ada sinyal pada keluarannya.

b. Kontak normal tertutup adalah dalam kondisi awal terdapat sinyal pada keluarannya.

c. Kontak change over : kombinasi antara kontak normal terbuka dan normal tertutup.

Simbol-simbol pneumatik yang dipergunakan dalam pembahasan kali ini, adalah:

a. Sistem suplai udara

Sistem suplai udara dapat digambarkan dalam bentuk yang sederhana dengan

menggunakan simbol yang menggambarkan masing-masing komponen suplai udara.

Pemilihan antara penggunaan simbol-simbol yang sederhana tergantung pada tujuan dan

kompleksitasnya rangkaian. Dalam penggambaran standart, suplai udara biasa yang

digunakan, sedangkan untuk tujuan perawatan, symbol-simbol yang detail lebih sesuai.

b. Katup kontrol arah

Katup kontrol arah ditunjukkan oleh banyaknya terminal saluran dan banyaknya posisi

atau kontak. Katup kontrol arah mengontrol terusan sinyal udara bertekanan dari sisi

masukan suatu elemen ke sisi keluaran. Dalam bidang teknologi kontrol ukuran dan

kontruksi suatu kutub tidak begitu penting daripada aliran sinyal dan metode aktuasi.

Katup kontrol arah mengontrol terusan sinyal udara bertekanan dari sisi masukan suatu

elemen ke sisi keluaran.

Bagian terpenting dari pengembangan sistem kontrol adalah keseragaman yang

standard dalam penggambaran baik elemen-elemen dalam rangkaian dan rangkaian

keseluruhan.

Masukan dan elemen-elemen pemproses tergantung pada tipe kontak yang digunakan.

Metode aktuasi kontak dapat berupa :

a. Relay

b. Aktuasi manual : tombol tekan atau roller

c. Medan magnet

Kontak-kontak dapat dibuat sebagai pasangan tunggal atau kumpulan beberapa

kontak. Elemen-elemen kontak dasar adalah :

a. Kontak normal terbuka adalah dalam kondisi awal tidak ada sinyal pada keluarannya.

b. Kontak normal tertutup adalah dalam kondisi awal terdapat sinyal pada keluarannya.

c. Kontak change over : kombinasi antara kontak normal terbuka dan normal tertutup.

Simbol-simbol pneumatik yang dipergunakan dalam pembahasan kali ini, adalah:

a. Sistem suplai udara

Sistem suplai udara dapat digambarkan dalam bentuk yang sederhana dengan

menggunakan simbol yang menggambarkan masing-masing komponen suplai udara.

Pemilihan antara penggunaan simbol-simbol yang sederhana tergantung pada tujuan dan

kompleksitasnya rangkaian. Dalam penggambaran standart, suplai udara biasa yang

digunakan, sedangkan untuk tujuan perawatan, symbol-simbol yang detail lebih sesuai.

b. Katup kontrol arah

Katup kontrol arah ditunjukkan oleh banyaknya terminal saluran dan banyaknya posisi

atau kontak. Katup kontrol arah mengontrol terusan sinyal udara bertekanan dari sisi

masukan suatu elemen ke sisi keluaran. Dalam bidang teknologi kontrol ukuran dan

kontruksi suatu kutub tidak begitu penting daripada aliran sinyal dan metode aktuasi.

Katup kontrol arah mengontrol terusan sinyal udara bertekanan dari sisi masukan suatu

elemen ke sisi keluaran.

Page 17: Proposal skripsi adeng saputra

c. Aktuator Linier

Aktuator linier atau silinder digambarkan oleh tipe dan metode operasinya. Adapun

yang termasuk dalam aktuator linier adalah silinder kerja tunggal dan silinder kerja ganda.

1. Software FluidSim Pneumatik

FluidSIM diluncurkan di Departemen Pengetahuan Berbasis Sistem dari Universitas

Paderborn. Konsep dan pengembangan dari FluidSIM-P adalah yang didasarkan pada

pekerjaan riset yang dilaksanakan oleh Dr. Daniel Curatolo, Dr. Marcus Hoffmann, dan Dr.

Habil. Benno Stein. Software simulasi pneumatik ini mempunyai fasilitas dapat diguanakan

untuk:

a. Mengenalkan simbol-simbol komponen Pneumatik dan Elektropneumatik.

b. Melihat deskripsi dari komponen-komponen Pneumatik dan Elektropneumatik.

c. Melihat photo bentuk komponen sesuai dengan simbolnya.

d. Menggambar rangkaian Pneumatik dan Elektropneumatik.

e. Menguji rangkaian pneumatik atau elektropneumatik yang dibuat.

f. Melihat proses kerja rangkaian pneumatik atau elektropneumatik yang dibuat.

g. Mencetak rangkaian pneumatik dan elektropneumatik

2.2 Kerangka Berpikir:

Pada umumnya strategi ceramah banyak digunakan guru dalam sistem pengajaran di

sekolah, dengan demikian secara tidak sengaja menghilangkan makna dari belajar. Belajar yang

bermakna dapat berlangsung bila anak didik berperan secara aktif dalam proses belajar mengajar

dan bilamana terjadi suatu perubahan, dari sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi

mengetahui, sehingga anak mempunyaj pengalaman sendiri dalam menerima pengajaran. Hal

tersebut sesuai dengan kompetensi mata pelajaran pneumatik, dimana siswa dituntut menguasai

dan memahami cara kerja kerja alat pneumatik.

Penggunaan media pembelajaran merupakan strategi pembelajaran yang berguna untuk

merangsang siswa dapat memahami cara kerja alat dan dapat mengerti bagian – bagian

c. Aktuator Linier

Aktuator linier atau silinder digambarkan oleh tipe dan metode operasinya. Adapun

yang termasuk dalam aktuator linier adalah silinder kerja tunggal dan silinder kerja ganda.

1. Software FluidSim Pneumatik

FluidSIM diluncurkan di Departemen Pengetahuan Berbasis Sistem dari Universitas

Paderborn. Konsep dan pengembangan dari FluidSIM-P adalah yang didasarkan pada

pekerjaan riset yang dilaksanakan oleh Dr. Daniel Curatolo, Dr. Marcus Hoffmann, dan Dr.

Habil. Benno Stein. Software simulasi pneumatik ini mempunyai fasilitas dapat diguanakan

untuk:

a. Mengenalkan simbol-simbol komponen Pneumatik dan Elektropneumatik.

b. Melihat deskripsi dari komponen-komponen Pneumatik dan Elektropneumatik.

c. Melihat photo bentuk komponen sesuai dengan simbolnya.

d. Menggambar rangkaian Pneumatik dan Elektropneumatik.

e. Menguji rangkaian pneumatik atau elektropneumatik yang dibuat.

f. Melihat proses kerja rangkaian pneumatik atau elektropneumatik yang dibuat.

g. Mencetak rangkaian pneumatik dan elektropneumatik

2.2 Kerangka Berpikir:

Pada umumnya strategi ceramah banyak digunakan guru dalam sistem pengajaran di

sekolah, dengan demikian secara tidak sengaja menghilangkan makna dari belajar. Belajar yang

bermakna dapat berlangsung bila anak didik berperan secara aktif dalam proses belajar mengajar

dan bilamana terjadi suatu perubahan, dari sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi

mengetahui, sehingga anak mempunyaj pengalaman sendiri dalam menerima pengajaran. Hal

tersebut sesuai dengan kompetensi mata pelajaran pneumatik, dimana siswa dituntut menguasai

dan memahami cara kerja kerja alat pneumatik.

Penggunaan media pembelajaran merupakan strategi pembelajaran yang berguna untuk

merangsang siswa dapat memahami cara kerja alat dan dapat mengerti bagian – bagian

c. Aktuator Linier

Aktuator linier atau silinder digambarkan oleh tipe dan metode operasinya. Adapun

yang termasuk dalam aktuator linier adalah silinder kerja tunggal dan silinder kerja ganda.

1. Software FluidSim Pneumatik

FluidSIM diluncurkan di Departemen Pengetahuan Berbasis Sistem dari Universitas

Paderborn. Konsep dan pengembangan dari FluidSIM-P adalah yang didasarkan pada

pekerjaan riset yang dilaksanakan oleh Dr. Daniel Curatolo, Dr. Marcus Hoffmann, dan Dr.

Habil. Benno Stein. Software simulasi pneumatik ini mempunyai fasilitas dapat diguanakan

untuk:

a. Mengenalkan simbol-simbol komponen Pneumatik dan Elektropneumatik.

b. Melihat deskripsi dari komponen-komponen Pneumatik dan Elektropneumatik.

c. Melihat photo bentuk komponen sesuai dengan simbolnya.

d. Menggambar rangkaian Pneumatik dan Elektropneumatik.

e. Menguji rangkaian pneumatik atau elektropneumatik yang dibuat.

f. Melihat proses kerja rangkaian pneumatik atau elektropneumatik yang dibuat.

g. Mencetak rangkaian pneumatik dan elektropneumatik

2.2 Kerangka Berpikir:

Pada umumnya strategi ceramah banyak digunakan guru dalam sistem pengajaran di

sekolah, dengan demikian secara tidak sengaja menghilangkan makna dari belajar. Belajar yang

bermakna dapat berlangsung bila anak didik berperan secara aktif dalam proses belajar mengajar

dan bilamana terjadi suatu perubahan, dari sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi

mengetahui, sehingga anak mempunyaj pengalaman sendiri dalam menerima pengajaran. Hal

tersebut sesuai dengan kompetensi mata pelajaran pneumatik, dimana siswa dituntut menguasai

dan memahami cara kerja kerja alat pneumatik.

Penggunaan media pembelajaran merupakan strategi pembelajaran yang berguna untuk

merangsang siswa dapat memahami cara kerja alat dan dapat mengerti bagian – bagian

Page 18: Proposal skripsi adeng saputra

komponen lebih detail. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka guru dituntut untuk menggunakan

media pembelajaran pneumatik agar menarik. Salah satu alternatif yang dapat dipakai adalah

menggunakan media pembelajaran berbasis program pneumatic. Dalam hal ini siswa dilatih

keterampilan yang spesifik untuk dapat memahami dan merangkai rangakaian pneumatik. Media

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan tersebut adalah dengan menggunakan media

pembelajaran program software Festo Fluidsim.

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian dari kerangka teoritis dan kerangka berfikir guru perlu membuat

rencana tindakan atau yang sering disebut rencana perbaikan. Dalarn penelitian ini proses

perbaikannya terdiri dari tiga siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan. tahap tindakan,

tahap pengamatan. dan tahap refleksi. Dimana setiap siklus diharapkan ada peningkatan terhadap

hasil belajar setiap siswa.

Hipotesis penelitian adalah dugaan guru tentang cara penggunaan media untuk mengatasi

masalah. Maka hipotesis penelitian yang akan diajukan adalah sebagai berikut. “Penggunaan

Media Pembelajaran Berbasis Software Festo Fluidsim Melalui Model Ekspository Pada Mata

Pelajaran Pneumatik.”

komponen lebih detail. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka guru dituntut untuk menggunakan

media pembelajaran pneumatik agar menarik. Salah satu alternatif yang dapat dipakai adalah

menggunakan media pembelajaran berbasis program pneumatic. Dalam hal ini siswa dilatih

keterampilan yang spesifik untuk dapat memahami dan merangkai rangakaian pneumatik. Media

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan tersebut adalah dengan menggunakan media

pembelajaran program software Festo Fluidsim.

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian dari kerangka teoritis dan kerangka berfikir guru perlu membuat

rencana tindakan atau yang sering disebut rencana perbaikan. Dalarn penelitian ini proses

perbaikannya terdiri dari tiga siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan. tahap tindakan,

tahap pengamatan. dan tahap refleksi. Dimana setiap siklus diharapkan ada peningkatan terhadap

hasil belajar setiap siswa.

Hipotesis penelitian adalah dugaan guru tentang cara penggunaan media untuk mengatasi

masalah. Maka hipotesis penelitian yang akan diajukan adalah sebagai berikut. “Penggunaan

Media Pembelajaran Berbasis Software Festo Fluidsim Melalui Model Ekspository Pada Mata

Pelajaran Pneumatik.”

komponen lebih detail. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka guru dituntut untuk menggunakan

media pembelajaran pneumatik agar menarik. Salah satu alternatif yang dapat dipakai adalah

menggunakan media pembelajaran berbasis program pneumatic. Dalam hal ini siswa dilatih

keterampilan yang spesifik untuk dapat memahami dan merangkai rangakaian pneumatik. Media

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan tersebut adalah dengan menggunakan media

pembelajaran program software Festo Fluidsim.

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian dari kerangka teoritis dan kerangka berfikir guru perlu membuat

rencana tindakan atau yang sering disebut rencana perbaikan. Dalarn penelitian ini proses

perbaikannya terdiri dari tiga siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan. tahap tindakan,

tahap pengamatan. dan tahap refleksi. Dimana setiap siklus diharapkan ada peningkatan terhadap

hasil belajar setiap siswa.

Hipotesis penelitian adalah dugaan guru tentang cara penggunaan media untuk mengatasi

masalah. Maka hipotesis penelitian yang akan diajukan adalah sebagai berikut. “Penggunaan

Media Pembelajaran Berbasis Software Festo Fluidsim Melalui Model Ekspository Pada Mata

Pelajaran Pneumatik.”

Page 19: Proposal skripsi adeng saputra

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas

(classroom action research). Menurut Suharsimi Arikunto (2009:3) penelitian tindakan kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian pada penelitian ini berpedoman pada proses penelitian yang digunakan

oleh Kemmis dan Taggart yang meliputi rencana tindakan, bertindak, dan melakukan refleksi

dan merancang tindakan selanjutnya.Tindakan tersebut diberikan guru atau dengan arahan dari

guru dan dilakukan siswa. Tahapan PTK dapat dilihat pada gambar 3.1.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan SIKLUS II

Pengamatan

?

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas

(classroom action research). Menurut Suharsimi Arikunto (2009:3) penelitian tindakan kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian pada penelitian ini berpedoman pada proses penelitian yang digunakan

oleh Kemmis dan Taggart yang meliputi rencana tindakan, bertindak, dan melakukan refleksi

dan merancang tindakan selanjutnya.Tindakan tersebut diberikan guru atau dengan arahan dari

guru dan dilakukan siswa. Tahapan PTK dapat dilihat pada gambar 3.1.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan SIKLUS II

Pengamatan

?

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas

(classroom action research). Menurut Suharsimi Arikunto (2009:3) penelitian tindakan kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian pada penelitian ini berpedoman pada proses penelitian yang digunakan

oleh Kemmis dan Taggart yang meliputi rencana tindakan, bertindak, dan melakukan refleksi

dan merancang tindakan selanjutnya.Tindakan tersebut diberikan guru atau dengan arahan dari

guru dan dilakukan siswa. Tahapan PTK dapat dilihat pada gambar 3.1.

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan SIKLUS II

Pengamatan

?

Page 20: Proposal skripsi adeng saputra

Gambar 3.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2009:16)

Konsep pokok penelitian tindakan ini terdiri atas empat komponen, yaitu: perencanaan (planning)

pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat

komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan

sebanyak 3 siklus atau jika telah menunjukan hasil yang baik dalam 2 siklus maka dihentikan

hingga 2 siklus. Seperti yang katakan oleh Tim Penilai Angka Kredit kenaikan jabatan Guru

dalam Arikunto (2009:22), “Penelitian tindakan harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua

siklus tindakan yang berurutan. Informasi dari siklus terdahulu sangat menentukan bentuk siklus

berikutnya”.

3.3 Setting Penelitian

PTK dilakukan selama semester I (ganjil) pada bulan Agustus sampai bulan Desember tahun

pelajaran 2011/2012 di Kelas XI SMK. Dan sebagai tindak lanjut dari penelitian dilakukan

pengamatan pada semester berikutnya.

3.4 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK 25 orang siswa.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan metode pengamatan (observasi), tes,

wawancara, dan Dokumentasi.

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut lingkungan

fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan. Observasi

meliputi observasi sistematis dan operasi non sistematis. Observasi sistematis adalah

observasi yang dilakukan peneliti dengan menggunakan instrument pengamatan dan

Gambar 3.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2009:16)

Konsep pokok penelitian tindakan ini terdiri atas empat komponen, yaitu: perencanaan (planning)

pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat

komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan

sebanyak 3 siklus atau jika telah menunjukan hasil yang baik dalam 2 siklus maka dihentikan

hingga 2 siklus. Seperti yang katakan oleh Tim Penilai Angka Kredit kenaikan jabatan Guru

dalam Arikunto (2009:22), “Penelitian tindakan harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua

siklus tindakan yang berurutan. Informasi dari siklus terdahulu sangat menentukan bentuk siklus

berikutnya”.

3.3 Setting Penelitian

PTK dilakukan selama semester I (ganjil) pada bulan Agustus sampai bulan Desember tahun

pelajaran 2011/2012 di Kelas XI SMK. Dan sebagai tindak lanjut dari penelitian dilakukan

pengamatan pada semester berikutnya.

3.4 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK 25 orang siswa.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan metode pengamatan (observasi), tes,

wawancara, dan Dokumentasi.

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut lingkungan

fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan. Observasi

meliputi observasi sistematis dan operasi non sistematis. Observasi sistematis adalah

observasi yang dilakukan peneliti dengan menggunakan instrument pengamatan dan

Gambar 3.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2009:16)

Konsep pokok penelitian tindakan ini terdiri atas empat komponen, yaitu: perencanaan (planning)

pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat

komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan

sebanyak 3 siklus atau jika telah menunjukan hasil yang baik dalam 2 siklus maka dihentikan

hingga 2 siklus. Seperti yang katakan oleh Tim Penilai Angka Kredit kenaikan jabatan Guru

dalam Arikunto (2009:22), “Penelitian tindakan harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua

siklus tindakan yang berurutan. Informasi dari siklus terdahulu sangat menentukan bentuk siklus

berikutnya”.

3.3 Setting Penelitian

PTK dilakukan selama semester I (ganjil) pada bulan Agustus sampai bulan Desember tahun

pelajaran 2011/2012 di Kelas XI SMK. Dan sebagai tindak lanjut dari penelitian dilakukan

pengamatan pada semester berikutnya.

3.4 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK 25 orang siswa.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan metode pengamatan (observasi), tes,

wawancara, dan Dokumentasi.

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut lingkungan

fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan. Observasi

meliputi observasi sistematis dan operasi non sistematis. Observasi sistematis adalah

observasi yang dilakukan peneliti dengan menggunakan instrument pengamatan dan

Page 21: Proposal skripsi adeng saputra

dilaksanakan pada waktu kegiatan belajar berlangsung. Sedangkan observasi non

sistematis adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti tanpa menggunakan instrumen

penelitian. Peneliti menggunakan observasi sistematis yang menggunakan pedoman berupa

format observasi terdiri dari nomer urut, subyek, aspek yang diobservasi. Aspek yang

diobservasi antara lain aktivitas siswa, kinerja siswa dalam menggambar animasi, kepuasan

siswa pada model pembelajaran.

Hasil pengamatan yang dicatat adalah aktivitas siswa selama pembelajaran, dan kinerja

siswa dalam menggambar animasi, dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

yang diisi guru pamong. Pada lembar observasi menggunakan skala 4 yaitu 1 (tidak baik),

2 (Cukup Baik), 3 (Baik), 4 (Sangat Baik). Ketentuan mengenai objek pengamatan

termasuk kategori sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik dapat dilihat pada

lampiran.

b. Metode Tes

Tes yang digunakan pada PTK ini adalah tes praktek dengan penilaian produk dari hasil

gambar animasi siswa.

dilaksanakan pada waktu kegiatan belajar berlangsung. Sedangkan observasi non

sistematis adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti tanpa menggunakan instrumen

penelitian. Peneliti menggunakan observasi sistematis yang menggunakan pedoman berupa

format observasi terdiri dari nomer urut, subyek, aspek yang diobservasi. Aspek yang

diobservasi antara lain aktivitas siswa, kinerja siswa dalam menggambar animasi, kepuasan

siswa pada model pembelajaran.

Hasil pengamatan yang dicatat adalah aktivitas siswa selama pembelajaran, dan kinerja

siswa dalam menggambar animasi, dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

yang diisi guru pamong. Pada lembar observasi menggunakan skala 4 yaitu 1 (tidak baik),

2 (Cukup Baik), 3 (Baik), 4 (Sangat Baik). Ketentuan mengenai objek pengamatan

termasuk kategori sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik dapat dilihat pada

lampiran.

b. Metode Tes

Tes yang digunakan pada PTK ini adalah tes praktek dengan penilaian produk dari hasil

gambar animasi siswa.

dilaksanakan pada waktu kegiatan belajar berlangsung. Sedangkan observasi non

sistematis adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti tanpa menggunakan instrumen

penelitian. Peneliti menggunakan observasi sistematis yang menggunakan pedoman berupa

format observasi terdiri dari nomer urut, subyek, aspek yang diobservasi. Aspek yang

diobservasi antara lain aktivitas siswa, kinerja siswa dalam menggambar animasi, kepuasan

siswa pada model pembelajaran.

Hasil pengamatan yang dicatat adalah aktivitas siswa selama pembelajaran, dan kinerja

siswa dalam menggambar animasi, dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

yang diisi guru pamong. Pada lembar observasi menggunakan skala 4 yaitu 1 (tidak baik),

2 (Cukup Baik), 3 (Baik), 4 (Sangat Baik). Ketentuan mengenai objek pengamatan

termasuk kategori sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik dapat dilihat pada

lampiran.

b. Metode Tes

Tes yang digunakan pada PTK ini adalah tes praktek dengan penilaian produk dari hasil

gambar animasi siswa.