Upload
pt-modern-putraindonesia
View
6.273
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas metodologi penelitian tahun 2011.(proposal skripsi)
Citation preview
Proposal Skripsi
Judul: Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Software Festo Fluidsim
Melalui Model Ekspository Pada Mata Pelajaran Pneumatik
Disusun Oleh:
Adeng Saputra
5215083411
Pend. Tek. Elektronika
Reguler
Jurusan Teknik Elektro
Universitas Negeri Jakarta
Proposal Skripsi
Judul: Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Software Festo Fluidsim
Melalui Model Ekspository Pada Mata Pelajaran Pneumatik
Disusun Oleh:
Adeng Saputra
5215083411
Pend. Tek. Elektronika
Reguler
Jurusan Teknik Elektro
Universitas Negeri Jakarta
Proposal Skripsi
Judul: Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Software Festo Fluidsim
Melalui Model Ekspository Pada Mata Pelajaran Pneumatik
Disusun Oleh:
Adeng Saputra
5215083411
Pend. Tek. Elektronika
Reguler
Jurusan Teknik Elektro
Universitas Negeri Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan kegiatan penting bagi setiap orang. Belajar adalah sebuah proses yang
kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah (1)
bertambahnya jumlah pengetahuan, (2) adanya kemampuan mengingat dan memproduksi, (3)
ada penerapan pengetahuan, (4) menyimpulkan makna, (5) menafsirkan makna dan
mengaitkannya dengan realitas, dan (6) adanya perubahan sebagai pribadi.
Dalam proses belajar, terdapat pelaku dan ada sesuatu yang dipelajari atau yang akan di
mengerti. Belajar mengandung perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi
antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan. Perubahan tersebut dapat
dinyatakan sebagai suatu kecakapan, suatu sikap, suatu kebiasaan, suatu pengertian, sebagai
pengetahuan, atau apresiasi. Menurut Soedijarto, Hasil belajar adalah sebagai tingkat penguasaan
yang dapat dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Hasil belajar tersebut dapat berupa penambahan pengetahuan
yang diperoleh setelah siswa menempuh aktivitas belajar.
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) kelompok teknologi industri sebagai suatu lembaga
formal yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menyelenggarakan sistem pendidikan
yang mengacu pada perkembangan teknologi di dunia industri.
Dalam pembelajaran pneumatik siswa dituntut untuk lebih paham tentang pelajaran ini,
karena dasar-dasar dan simulasi merupakan langkah awal yang harus diketahui sebelum
mempelajari masalah yang berkenaan dengan alat-alat otomasi industri dilapangan. . Dengan
demikian, dalam menerapkan dasar-dasar pneumatik siswa diharuskan menguasai sifat-sifat
komponen pneumatik. Apabila siswa telah menguasi sifat-sifat komponen yang ada pada
peralatan pneumatik, maka akan memudahkan siswa dalam mempelajari pelajaran dan rangkaian
pneumatiyang lebih rumit lagi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan kegiatan penting bagi setiap orang. Belajar adalah sebuah proses yang
kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah (1)
bertambahnya jumlah pengetahuan, (2) adanya kemampuan mengingat dan memproduksi, (3)
ada penerapan pengetahuan, (4) menyimpulkan makna, (5) menafsirkan makna dan
mengaitkannya dengan realitas, dan (6) adanya perubahan sebagai pribadi.
Dalam proses belajar, terdapat pelaku dan ada sesuatu yang dipelajari atau yang akan di
mengerti. Belajar mengandung perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi
antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan. Perubahan tersebut dapat
dinyatakan sebagai suatu kecakapan, suatu sikap, suatu kebiasaan, suatu pengertian, sebagai
pengetahuan, atau apresiasi. Menurut Soedijarto, Hasil belajar adalah sebagai tingkat penguasaan
yang dapat dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Hasil belajar tersebut dapat berupa penambahan pengetahuan
yang diperoleh setelah siswa menempuh aktivitas belajar.
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) kelompok teknologi industri sebagai suatu lembaga
formal yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menyelenggarakan sistem pendidikan
yang mengacu pada perkembangan teknologi di dunia industri.
Dalam pembelajaran pneumatik siswa dituntut untuk lebih paham tentang pelajaran ini,
karena dasar-dasar dan simulasi merupakan langkah awal yang harus diketahui sebelum
mempelajari masalah yang berkenaan dengan alat-alat otomasi industri dilapangan. . Dengan
demikian, dalam menerapkan dasar-dasar pneumatik siswa diharuskan menguasai sifat-sifat
komponen pneumatik. Apabila siswa telah menguasi sifat-sifat komponen yang ada pada
peralatan pneumatik, maka akan memudahkan siswa dalam mempelajari pelajaran dan rangkaian
pneumatiyang lebih rumit lagi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan kegiatan penting bagi setiap orang. Belajar adalah sebuah proses yang
kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah (1)
bertambahnya jumlah pengetahuan, (2) adanya kemampuan mengingat dan memproduksi, (3)
ada penerapan pengetahuan, (4) menyimpulkan makna, (5) menafsirkan makna dan
mengaitkannya dengan realitas, dan (6) adanya perubahan sebagai pribadi.
Dalam proses belajar, terdapat pelaku dan ada sesuatu yang dipelajari atau yang akan di
mengerti. Belajar mengandung perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi
antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungan. Perubahan tersebut dapat
dinyatakan sebagai suatu kecakapan, suatu sikap, suatu kebiasaan, suatu pengertian, sebagai
pengetahuan, atau apresiasi. Menurut Soedijarto, Hasil belajar adalah sebagai tingkat penguasaan
yang dapat dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Hasil belajar tersebut dapat berupa penambahan pengetahuan
yang diperoleh setelah siswa menempuh aktivitas belajar.
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) kelompok teknologi industri sebagai suatu lembaga
formal yang memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menyelenggarakan sistem pendidikan
yang mengacu pada perkembangan teknologi di dunia industri.
Dalam pembelajaran pneumatik siswa dituntut untuk lebih paham tentang pelajaran ini,
karena dasar-dasar dan simulasi merupakan langkah awal yang harus diketahui sebelum
mempelajari masalah yang berkenaan dengan alat-alat otomasi industri dilapangan. . Dengan
demikian, dalam menerapkan dasar-dasar pneumatik siswa diharuskan menguasai sifat-sifat
komponen pneumatik. Apabila siswa telah menguasi sifat-sifat komponen yang ada pada
peralatan pneumatik, maka akan memudahkan siswa dalam mempelajari pelajaran dan rangkaian
pneumatiyang lebih rumit lagi.
Realitas yang ada di tingkat sekolah menengah kejuruan memperlihatkan dalam proses
pembelajaran pneumatik, guru dari mata pelajaran kurang optimal baik di dalam memanfaatkan
maupun memberdayakan sumber pembelajaran, karena dalam pembelajaran cenderung masih
berpusat pada guru (teacher centered), dan berpusat pada buku.
Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam
melaksanakan pendidikan di sekolah. Dalam proses pembelajaran, komponen utama adalah guru
dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus membimbing siswa. Oleh karena itu
diperlukan suatu strategi pembelajaran yang tepat, karena strategi
pembelajaran merupakan sarana interaksi antara guru dan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini menuntut proses pembelajaran yang
mau tidak mau harus menyesuaikan dengan perkembangan jaman, khususnya proses
pembelajaran di SMK sebagai jenjang pendidikan yang dituntut untuk menyiapkan siswa-
siswanya menjadi siswa yang unggul dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk itu
dalam proses pembelajarannya di sekolah harus dapat memberikan bekal kepada semua siswa
agar kelak dapat menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain rendahnya kualitas pendidikan saat ini.
Sebenarnya pihak pemerintah telah mengupayakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
yang meliputi peningkatan kualitas yang bersifat edukatif, sistem, kurikulum maupun sarana.
Namun mengingat adanya keterbatasan kemampuan Pemerintah khususnya dalam hal sarana
pendidikan, maka perlu adanya langkah guru yang kreatif dan inovatif untuk menyiasatinya
dengan melaksanakan proses pembelajaran yang variatif sesuai dengan lingkungan dan
kebutuhan masing-masing, sehingga terjadi proses belajar mengajar secara optimal pada peserta
Realitas yang ada di tingkat sekolah menengah kejuruan memperlihatkan dalam proses
pembelajaran pneumatik, guru dari mata pelajaran kurang optimal baik di dalam memanfaatkan
maupun memberdayakan sumber pembelajaran, karena dalam pembelajaran cenderung masih
berpusat pada guru (teacher centered), dan berpusat pada buku.
Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam
melaksanakan pendidikan di sekolah. Dalam proses pembelajaran, komponen utama adalah guru
dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus membimbing siswa. Oleh karena itu
diperlukan suatu strategi pembelajaran yang tepat, karena strategi
pembelajaran merupakan sarana interaksi antara guru dan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini menuntut proses pembelajaran yang
mau tidak mau harus menyesuaikan dengan perkembangan jaman, khususnya proses
pembelajaran di SMK sebagai jenjang pendidikan yang dituntut untuk menyiapkan siswa-
siswanya menjadi siswa yang unggul dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk itu
dalam proses pembelajarannya di sekolah harus dapat memberikan bekal kepada semua siswa
agar kelak dapat menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain rendahnya kualitas pendidikan saat ini.
Sebenarnya pihak pemerintah telah mengupayakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
yang meliputi peningkatan kualitas yang bersifat edukatif, sistem, kurikulum maupun sarana.
Namun mengingat adanya keterbatasan kemampuan Pemerintah khususnya dalam hal sarana
pendidikan, maka perlu adanya langkah guru yang kreatif dan inovatif untuk menyiasatinya
dengan melaksanakan proses pembelajaran yang variatif sesuai dengan lingkungan dan
kebutuhan masing-masing, sehingga terjadi proses belajar mengajar secara optimal pada peserta
Realitas yang ada di tingkat sekolah menengah kejuruan memperlihatkan dalam proses
pembelajaran pneumatik, guru dari mata pelajaran kurang optimal baik di dalam memanfaatkan
maupun memberdayakan sumber pembelajaran, karena dalam pembelajaran cenderung masih
berpusat pada guru (teacher centered), dan berpusat pada buku.
Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam
melaksanakan pendidikan di sekolah. Dalam proses pembelajaran, komponen utama adalah guru
dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus membimbing siswa. Oleh karena itu
diperlukan suatu strategi pembelajaran yang tepat, karena strategi
pembelajaran merupakan sarana interaksi antara guru dan siswa dalam
kegiatan belajar mengajar.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini menuntut proses pembelajaran yang
mau tidak mau harus menyesuaikan dengan perkembangan jaman, khususnya proses
pembelajaran di SMK sebagai jenjang pendidikan yang dituntut untuk menyiapkan siswa-
siswanya menjadi siswa yang unggul dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Untuk itu
dalam proses pembelajarannya di sekolah harus dapat memberikan bekal kepada semua siswa
agar kelak dapat menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain rendahnya kualitas pendidikan saat ini.
Sebenarnya pihak pemerintah telah mengupayakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan
yang meliputi peningkatan kualitas yang bersifat edukatif, sistem, kurikulum maupun sarana.
Namun mengingat adanya keterbatasan kemampuan Pemerintah khususnya dalam hal sarana
pendidikan, maka perlu adanya langkah guru yang kreatif dan inovatif untuk menyiasatinya
dengan melaksanakan proses pembelajaran yang variatif sesuai dengan lingkungan dan
kebutuhan masing-masing, sehingga terjadi proses belajar mengajar secara optimal pada peserta
didik. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berhak memperoleh dan
memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas
keprofesionalan. Misalnya, dalam melaksanakan kompetensi pembelajaran guru dituntut
memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
termasuk di dalamnya penguasaan dan penggunaan media pembelajaran.
Landasan psikologis penggunaan media pembelajaran dalam
(http://dosen.fip.um.ac.id/sihkabuden/?p=6), yaitu alasan mengapa media pembelajaran
dipergunakan ditinjau dari kondisi peserta didik dan bagaimana proses belajar itu terjadi.
Walaupun telah diketahui adanya pandangan yang berbeda tentang belajar dan bagaimana belajar
itu terjadi, namun dapat dikatakan bahwa belajar itu adalah suatu proses yang mengakibatkan
adanya perubahan perilaku oleh adanya pengalaman. Perubahan perilaku itu dapat berupa
bertambahnya pengetahuan, diperolehnya keterampilan atau kecekatan dan berubahnya sikap
seseorang yang telah belajar. Pengetahuan dan pengalaman itu diperoleh melalui pintu gerbang
alat indera peserta didik karena itu diperlukan rangsangan (menurut teori Behaviorisme) atau
informasi (menurut teori Kognitif), sehingga respons terhadap rangsangan atau informasi yang
telah diproses itulah hasil belajar diperoleh. Selain itu proses belajar terjadi secara individual
atau perseorangan, sehingga apa yang terjadi pada peserta didik A dan peserta didik B terhadap
rangsangan atau informasi yang sama tidak pernah menghasilkan perolehan belajar yang sama
pula. Upaya yang dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran ialah menyediakan rangsangan
dan informasi yang ditata dan diorganisasikan dengan cara yang bermacam-macam agar peserta
didik yang memiliki kondisi dan karakteristik yang berbeda-beda dapat memperoleh pengalaman
belajar yang optimal. Penyediaan informasi dan pengalaman belajar harus disesuaikan dengan
tingkat kemampuan peserta didik.
didik. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berhak memperoleh dan
memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas
keprofesionalan. Misalnya, dalam melaksanakan kompetensi pembelajaran guru dituntut
memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
termasuk di dalamnya penguasaan dan penggunaan media pembelajaran.
Landasan psikologis penggunaan media pembelajaran dalam
(http://dosen.fip.um.ac.id/sihkabuden/?p=6), yaitu alasan mengapa media pembelajaran
dipergunakan ditinjau dari kondisi peserta didik dan bagaimana proses belajar itu terjadi.
Walaupun telah diketahui adanya pandangan yang berbeda tentang belajar dan bagaimana belajar
itu terjadi, namun dapat dikatakan bahwa belajar itu adalah suatu proses yang mengakibatkan
adanya perubahan perilaku oleh adanya pengalaman. Perubahan perilaku itu dapat berupa
bertambahnya pengetahuan, diperolehnya keterampilan atau kecekatan dan berubahnya sikap
seseorang yang telah belajar. Pengetahuan dan pengalaman itu diperoleh melalui pintu gerbang
alat indera peserta didik karena itu diperlukan rangsangan (menurut teori Behaviorisme) atau
informasi (menurut teori Kognitif), sehingga respons terhadap rangsangan atau informasi yang
telah diproses itulah hasil belajar diperoleh. Selain itu proses belajar terjadi secara individual
atau perseorangan, sehingga apa yang terjadi pada peserta didik A dan peserta didik B terhadap
rangsangan atau informasi yang sama tidak pernah menghasilkan perolehan belajar yang sama
pula. Upaya yang dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran ialah menyediakan rangsangan
dan informasi yang ditata dan diorganisasikan dengan cara yang bermacam-macam agar peserta
didik yang memiliki kondisi dan karakteristik yang berbeda-beda dapat memperoleh pengalaman
belajar yang optimal. Penyediaan informasi dan pengalaman belajar harus disesuaikan dengan
tingkat kemampuan peserta didik.
didik. Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berhak memperoleh dan
memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas
keprofesionalan. Misalnya, dalam melaksanakan kompetensi pembelajaran guru dituntut
memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
termasuk di dalamnya penguasaan dan penggunaan media pembelajaran.
Landasan psikologis penggunaan media pembelajaran dalam
(http://dosen.fip.um.ac.id/sihkabuden/?p=6), yaitu alasan mengapa media pembelajaran
dipergunakan ditinjau dari kondisi peserta didik dan bagaimana proses belajar itu terjadi.
Walaupun telah diketahui adanya pandangan yang berbeda tentang belajar dan bagaimana belajar
itu terjadi, namun dapat dikatakan bahwa belajar itu adalah suatu proses yang mengakibatkan
adanya perubahan perilaku oleh adanya pengalaman. Perubahan perilaku itu dapat berupa
bertambahnya pengetahuan, diperolehnya keterampilan atau kecekatan dan berubahnya sikap
seseorang yang telah belajar. Pengetahuan dan pengalaman itu diperoleh melalui pintu gerbang
alat indera peserta didik karena itu diperlukan rangsangan (menurut teori Behaviorisme) atau
informasi (menurut teori Kognitif), sehingga respons terhadap rangsangan atau informasi yang
telah diproses itulah hasil belajar diperoleh. Selain itu proses belajar terjadi secara individual
atau perseorangan, sehingga apa yang terjadi pada peserta didik A dan peserta didik B terhadap
rangsangan atau informasi yang sama tidak pernah menghasilkan perolehan belajar yang sama
pula. Upaya yang dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran ialah menyediakan rangsangan
dan informasi yang ditata dan diorganisasikan dengan cara yang bermacam-macam agar peserta
didik yang memiliki kondisi dan karakteristik yang berbeda-beda dapat memperoleh pengalaman
belajar yang optimal. Penyediaan informasi dan pengalaman belajar harus disesuaikan dengan
tingkat kemampuan peserta didik.
Tingkat kemampuan yang dimaksud antara lain ialah tingkat berfikirnya. Jean Piaget
mengemukakan bahwa seseorang memiliki tingkatan berfikir sesuai dengan perkembangan
usianya. Menurut Piaget perkembangan berfikir itu mulai tingkat sensori motor (0-2th), tingkat
pra operasional (2-7th), tingkat operasional kongkrit (7-11th), dan tingkat operasi formal (11-ke
atas). Manusia belajar melalui pergaulannya dengan lingkungannya. Dalam pengenalan
lingkungan itu, peserta didik melalui tiga tahapan belajar, yaitu tingkat kongkrit, tingkat skematis
dan tingkat abstrak. Dalam proses pembelajaran, peserta didik dapat memperoleh berbagai jenis
pengalaman. Edgar Dale mengemukakan jenjang pengalaman itu berdasarkan derajat
kekongkritan dan keabstrakannya. Dale menggambarkan jenjang pengalaman itu dalam suatu
model yang disebut kerucut pengalaman (the cone of experiences). Melalui bagan yang dibuat
Dale membagi jenjang pengalaman itu menjadi sepuluh tingkatan, yaitu: pengalaman langsung
dan bertujuan, pengalaman pengganti pengalaman langsung, pengalaman yang didramatisasikan,
pengalaman melalui kegiatan demontrasi, pengalaman melalui kegiatan widya wisata,
pengalaman melalui televisi, pengalaman melalui film atau gambar bergerak, pengalaman
melalui rekaman suara, radio dan gambar diam, pengalaman melalui simbol visual dan
pengalaman melalui simbol verbal. Dengan berbagai jenjang pengalaman yang diperoleh peserta
didik, maka peserta didik akan memperoleh pengalaman yang semakin lengkap dan semakin
paham.
Salah satu media pembelajaran yang sering digunakan adalah media pembelajaran
berbasis komputer dengan bantuan program/software. Dewasa ini software komputer
berkembang semakin pesat, dunia pendidikan juga telah memanfaatkan software komputer
dalam pembuatan berbagai alat bantu pembelajaran yang interaktif dengan konsep multimedia.
Pada peneletian ini penulis mencoba untuk mengembangkan media pembelajaran dengan
Tingkat kemampuan yang dimaksud antara lain ialah tingkat berfikirnya. Jean Piaget
mengemukakan bahwa seseorang memiliki tingkatan berfikir sesuai dengan perkembangan
usianya. Menurut Piaget perkembangan berfikir itu mulai tingkat sensori motor (0-2th), tingkat
pra operasional (2-7th), tingkat operasional kongkrit (7-11th), dan tingkat operasi formal (11-ke
atas). Manusia belajar melalui pergaulannya dengan lingkungannya. Dalam pengenalan
lingkungan itu, peserta didik melalui tiga tahapan belajar, yaitu tingkat kongkrit, tingkat skematis
dan tingkat abstrak. Dalam proses pembelajaran, peserta didik dapat memperoleh berbagai jenis
pengalaman. Edgar Dale mengemukakan jenjang pengalaman itu berdasarkan derajat
kekongkritan dan keabstrakannya. Dale menggambarkan jenjang pengalaman itu dalam suatu
model yang disebut kerucut pengalaman (the cone of experiences). Melalui bagan yang dibuat
Dale membagi jenjang pengalaman itu menjadi sepuluh tingkatan, yaitu: pengalaman langsung
dan bertujuan, pengalaman pengganti pengalaman langsung, pengalaman yang didramatisasikan,
pengalaman melalui kegiatan demontrasi, pengalaman melalui kegiatan widya wisata,
pengalaman melalui televisi, pengalaman melalui film atau gambar bergerak, pengalaman
melalui rekaman suara, radio dan gambar diam, pengalaman melalui simbol visual dan
pengalaman melalui simbol verbal. Dengan berbagai jenjang pengalaman yang diperoleh peserta
didik, maka peserta didik akan memperoleh pengalaman yang semakin lengkap dan semakin
paham.
Salah satu media pembelajaran yang sering digunakan adalah media pembelajaran
berbasis komputer dengan bantuan program/software. Dewasa ini software komputer
berkembang semakin pesat, dunia pendidikan juga telah memanfaatkan software komputer
dalam pembuatan berbagai alat bantu pembelajaran yang interaktif dengan konsep multimedia.
Pada peneletian ini penulis mencoba untuk mengembangkan media pembelajaran dengan
Tingkat kemampuan yang dimaksud antara lain ialah tingkat berfikirnya. Jean Piaget
mengemukakan bahwa seseorang memiliki tingkatan berfikir sesuai dengan perkembangan
usianya. Menurut Piaget perkembangan berfikir itu mulai tingkat sensori motor (0-2th), tingkat
pra operasional (2-7th), tingkat operasional kongkrit (7-11th), dan tingkat operasi formal (11-ke
atas). Manusia belajar melalui pergaulannya dengan lingkungannya. Dalam pengenalan
lingkungan itu, peserta didik melalui tiga tahapan belajar, yaitu tingkat kongkrit, tingkat skematis
dan tingkat abstrak. Dalam proses pembelajaran, peserta didik dapat memperoleh berbagai jenis
pengalaman. Edgar Dale mengemukakan jenjang pengalaman itu berdasarkan derajat
kekongkritan dan keabstrakannya. Dale menggambarkan jenjang pengalaman itu dalam suatu
model yang disebut kerucut pengalaman (the cone of experiences). Melalui bagan yang dibuat
Dale membagi jenjang pengalaman itu menjadi sepuluh tingkatan, yaitu: pengalaman langsung
dan bertujuan, pengalaman pengganti pengalaman langsung, pengalaman yang didramatisasikan,
pengalaman melalui kegiatan demontrasi, pengalaman melalui kegiatan widya wisata,
pengalaman melalui televisi, pengalaman melalui film atau gambar bergerak, pengalaman
melalui rekaman suara, radio dan gambar diam, pengalaman melalui simbol visual dan
pengalaman melalui simbol verbal. Dengan berbagai jenjang pengalaman yang diperoleh peserta
didik, maka peserta didik akan memperoleh pengalaman yang semakin lengkap dan semakin
paham.
Salah satu media pembelajaran yang sering digunakan adalah media pembelajaran
berbasis komputer dengan bantuan program/software. Dewasa ini software komputer
berkembang semakin pesat, dunia pendidikan juga telah memanfaatkan software komputer
dalam pembuatan berbagai alat bantu pembelajaran yang interaktif dengan konsep multimedia.
Pada peneletian ini penulis mencoba untuk mengembangkan media pembelajaran dengan
menggunakan program simulasi Festo Fluidsim merupakan suatu alternatif agar siswa dapat
memahami berbagai macam komponen – komponen pneumatic dengan lebih detail.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, permasalahan yang
akan dikaji dalam penelitian ini yaitu;
1. Bagaimana gambaran proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan media
pembelajaran software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori pada
mata pelajaran Pneumatik?
2. Apakah pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran software Festo Fluidsim
melalui Model Pembelajaran Ekspositori di kelas dapatmenarik minat belajar siswa?
3. Apakah kendala utama pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model
Ekspositori?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan media
pembelajaran software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori pada
mata pelajaran Pneumatik.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan
media pembelajaran software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori
pada mata pelajaran Pneumatik.
3. Untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran menggunakan media pembelajaran
software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan dalam menerapkan inovasi media pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan.
menggunakan program simulasi Festo Fluidsim merupakan suatu alternatif agar siswa dapat
memahami berbagai macam komponen – komponen pneumatic dengan lebih detail.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, permasalahan yang
akan dikaji dalam penelitian ini yaitu;
1. Bagaimana gambaran proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan media
pembelajaran software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori pada
mata pelajaran Pneumatik?
2. Apakah pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran software Festo Fluidsim
melalui Model Pembelajaran Ekspositori di kelas dapatmenarik minat belajar siswa?
3. Apakah kendala utama pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model
Ekspositori?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan media
pembelajaran software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori pada
mata pelajaran Pneumatik.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan
media pembelajaran software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori
pada mata pelajaran Pneumatik.
3. Untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran menggunakan media pembelajaran
software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan dalam menerapkan inovasi media pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan.
menggunakan program simulasi Festo Fluidsim merupakan suatu alternatif agar siswa dapat
memahami berbagai macam komponen – komponen pneumatic dengan lebih detail.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, permasalahan yang
akan dikaji dalam penelitian ini yaitu;
1. Bagaimana gambaran proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan media
pembelajaran software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori pada
mata pelajaran Pneumatik?
2. Apakah pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran software Festo Fluidsim
melalui Model Pembelajaran Ekspositori di kelas dapatmenarik minat belajar siswa?
3. Apakah kendala utama pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model
Ekspositori?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan media
pembelajaran software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori pada
mata pelajaran Pneumatik.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan
media pembelajaran software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori
pada mata pelajaran Pneumatik.
3. Untuk mengetahui minat siswa terhadap pembelajaran menggunakan media pembelajaran
software Festo Fluidsim melalui Model Pembelajaran Ekspositori.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan dalam menerapkan inovasi media pembelajaran guna meningkatkan mutu pendidikan.
2. Bagi Guru Sebagai masukan agar para guru dapat termotivasi untuk mengembangkan media software sebagai alat bantu pembelajaran.
3. Bagi siswa Dapat mengurangi kejenuhan siswa dari pembelajaran yang monoton, meningkatkan minat siswa agar lebih semangat belajar, serta dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan lebih cepat.
4. Bagi penulis Dalam penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa dengan menggunakan media software simulink/MATLAB melalui Model Pembelajaran Ekspositori.
2. Bagi Guru Sebagai masukan agar para guru dapat termotivasi untuk mengembangkan media software sebagai alat bantu pembelajaran.
3. Bagi siswa Dapat mengurangi kejenuhan siswa dari pembelajaran yang monoton, meningkatkan minat siswa agar lebih semangat belajar, serta dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan lebih cepat.
4. Bagi penulis Dalam penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa dengan menggunakan media software simulink/MATLAB melalui Model Pembelajaran Ekspositori.
2. Bagi Guru Sebagai masukan agar para guru dapat termotivasi untuk mengembangkan media software sebagai alat bantu pembelajaran.
3. Bagi siswa Dapat mengurangi kejenuhan siswa dari pembelajaran yang monoton, meningkatkan minat siswa agar lebih semangat belajar, serta dapat meningkatkan pemahaman siswa dengan lebih cepat.
4. Bagi penulis Dalam penelitian ini diharapkan dapat memperoleh informasi tentang hasil belajar siswa dengan menggunakan media software simulink/MATLAB melalui Model Pembelajaran Ekspositori.
BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik
agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Pengertian pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2003: 57) adalah ”suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.” Manusia
terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya
tenaga laboratorium. Material meliputi modul pembelajaran, papan tulis, dan kapur. Fasilitas
dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, peralatan praktikum, meliputi jadwal dan metode
pembelajaran, praktik belajar yang dilaksanakan, serta cara mengevaluasi pada akhir
pembelajaran.
2.1.2 Hasil belajar
Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah
laku. Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
perubahan pengetahuan, ketrampilan, kecakapan, serta perubahan aspek-aspek lain yang
ada pada individu yang belajar. Menurut Gagne, Hasil belajar adalah terbentuknya konsep,
yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan
skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan
hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori (Dahar, 1998: 95).
BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik
agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Pengertian pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2003: 57) adalah ”suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.” Manusia
terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya
tenaga laboratorium. Material meliputi modul pembelajaran, papan tulis, dan kapur. Fasilitas
dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, peralatan praktikum, meliputi jadwal dan metode
pembelajaran, praktik belajar yang dilaksanakan, serta cara mengevaluasi pada akhir
pembelajaran.
2.1.2 Hasil belajar
Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah
laku. Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
perubahan pengetahuan, ketrampilan, kecakapan, serta perubahan aspek-aspek lain yang
ada pada individu yang belajar. Menurut Gagne, Hasil belajar adalah terbentuknya konsep,
yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan
skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan
hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori (Dahar, 1998: 95).
BAB II
KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik
agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan
tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Pengertian pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2003: 57) adalah ”suatu kombinasi
yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.” Manusia
terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya
tenaga laboratorium. Material meliputi modul pembelajaran, papan tulis, dan kapur. Fasilitas
dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, peralatan praktikum, meliputi jadwal dan metode
pembelajaran, praktik belajar yang dilaksanakan, serta cara mengevaluasi pada akhir
pembelajaran.
2.1.2 Hasil belajar
Hasil belajar siswa pada hakekatnya adalah perubahan tingkah
laku. Perubahan sebagai hasil proses dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti
perubahan pengetahuan, ketrampilan, kecakapan, serta perubahan aspek-aspek lain yang
ada pada individu yang belajar. Menurut Gagne, Hasil belajar adalah terbentuknya konsep,
yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan
skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan
hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori (Dahar, 1998: 95).
Hasil belajar merupakan indikator dari keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran yang
ditetapkan dalam sistem pendidikan nasional. Pengungkapan hasil belajar idealnya melalui
segenap psikologis yang berubah akibat dari pengalaman dan proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada
belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan aspek kemampuan berpikir (cognitive),
pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan
(afective), sedangkan pada belajar psikomotor memberikan hasil belajar berupa
keterampilan (Psychomotoric).
Benyamin S Bloom (1956) ahli pendidikan mengatakan, “bahwa ada tiga domain
pengelompokan tujuan belajar berdasarkan domain atau kawasan belajar , yaitu: a) Kawasan
kognitif, tujuannya yaitu untuk perilaku yang merupakan proses berfikir atau perilaku yang
termasuk hasil kerja otak, b) kawasan afektif, tujuannya yaitu untuk perilaku yang
dimunculkan seseorang sebagai pertanda kecenderungannya untuk membuat pilihan atau
keputusan untuk beraksi di dalam lingkungan tertentu, c) kawasan psikomotor, tujuannya
yaitu untuk prilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh.”
Ketiga ranah Bloom tidak dapat berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan
yang sangat erat hungannya, bahkan membentuk tujuan hirarki. Sebagai tujuan yang akan
dicapai melalui proses pembelajaran, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di
sekolah, baik dalam perubahan perilaku, keterampilan, perkembangan intelektual serta
dalam besikap mempertahankan nilai-nilai. Sesuai dengan pelaksanaan Spektrum bahwa
penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) bukan hanya
pada penguasaan materi (pengetahuan).
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh
seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Agar hasil belajar dapat optimal, maka
kegiatan pembelajaran harus direncanakan oleh guru dengan baik dan benar sehingga proses
belajar mengajar dapat berjalan sesuai rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.
Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada beberapa faktor yang
mempengaruhi dalam belajar. Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau di luar
dirinya atau lingkungannya. Faktor-faktor yang menyangkut yang ada dalam individu
diantaranya menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah dari individu. Keberhasilan belajar
Hasil belajar merupakan indikator dari keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran yang
ditetapkan dalam sistem pendidikan nasional. Pengungkapan hasil belajar idealnya melalui
segenap psikologis yang berubah akibat dari pengalaman dan proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada
belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan aspek kemampuan berpikir (cognitive),
pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan
(afective), sedangkan pada belajar psikomotor memberikan hasil belajar berupa
keterampilan (Psychomotoric).
Benyamin S Bloom (1956) ahli pendidikan mengatakan, “bahwa ada tiga domain
pengelompokan tujuan belajar berdasarkan domain atau kawasan belajar , yaitu: a) Kawasan
kognitif, tujuannya yaitu untuk perilaku yang merupakan proses berfikir atau perilaku yang
termasuk hasil kerja otak, b) kawasan afektif, tujuannya yaitu untuk perilaku yang
dimunculkan seseorang sebagai pertanda kecenderungannya untuk membuat pilihan atau
keputusan untuk beraksi di dalam lingkungan tertentu, c) kawasan psikomotor, tujuannya
yaitu untuk prilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh.”
Ketiga ranah Bloom tidak dapat berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan
yang sangat erat hungannya, bahkan membentuk tujuan hirarki. Sebagai tujuan yang akan
dicapai melalui proses pembelajaran, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di
sekolah, baik dalam perubahan perilaku, keterampilan, perkembangan intelektual serta
dalam besikap mempertahankan nilai-nilai. Sesuai dengan pelaksanaan Spektrum bahwa
penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) bukan hanya
pada penguasaan materi (pengetahuan).
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh
seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Agar hasil belajar dapat optimal, maka
kegiatan pembelajaran harus direncanakan oleh guru dengan baik dan benar sehingga proses
belajar mengajar dapat berjalan sesuai rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.
Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada beberapa faktor yang
mempengaruhi dalam belajar. Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau di luar
dirinya atau lingkungannya. Faktor-faktor yang menyangkut yang ada dalam individu
diantaranya menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah dari individu. Keberhasilan belajar
Hasil belajar merupakan indikator dari keberhasilan pencapaian tujuan pengajaran yang
ditetapkan dalam sistem pendidikan nasional. Pengungkapan hasil belajar idealnya melalui
segenap psikologis yang berubah akibat dari pengalaman dan proses belajar mengajar.
Proses belajar mengajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Pada
belajar kognitif, prosesnya mengakibatkan perubahan aspek kemampuan berpikir (cognitive),
pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merasakan
(afective), sedangkan pada belajar psikomotor memberikan hasil belajar berupa
keterampilan (Psychomotoric).
Benyamin S Bloom (1956) ahli pendidikan mengatakan, “bahwa ada tiga domain
pengelompokan tujuan belajar berdasarkan domain atau kawasan belajar , yaitu: a) Kawasan
kognitif, tujuannya yaitu untuk perilaku yang merupakan proses berfikir atau perilaku yang
termasuk hasil kerja otak, b) kawasan afektif, tujuannya yaitu untuk perilaku yang
dimunculkan seseorang sebagai pertanda kecenderungannya untuk membuat pilihan atau
keputusan untuk beraksi di dalam lingkungan tertentu, c) kawasan psikomotor, tujuannya
yaitu untuk prilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh.”
Ketiga ranah Bloom tidak dapat berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan
yang sangat erat hungannya, bahkan membentuk tujuan hirarki. Sebagai tujuan yang akan
dicapai melalui proses pembelajaran, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di
sekolah, baik dalam perubahan perilaku, keterampilan, perkembangan intelektual serta
dalam besikap mempertahankan nilai-nilai. Sesuai dengan pelaksanaan Spektrum bahwa
penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) bukan hanya
pada penguasaan materi (pengetahuan).
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh
seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Agar hasil belajar dapat optimal, maka
kegiatan pembelajaran harus direncanakan oleh guru dengan baik dan benar sehingga proses
belajar mengajar dapat berjalan sesuai rencana dan tujuan yang telah ditetapkan.
Berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada beberapa faktor yang
mempengaruhi dalam belajar. Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau di luar
dirinya atau lingkungannya. Faktor-faktor yang menyangkut yang ada dalam individu
diantaranya menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah dari individu. Keberhasilan belajar
juga sangat dipengaruhi oleh di luar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosial maupun sosial-
psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Aspek jasmaniah mencakup kondisi kesehatan jasmani dari individu. Seseorang yang
mempunyai kondisi kesehatan dan jasmani yang baik maka ia akan baik pula dalam mengikuti
proses belajar. Selain itu kelengkapan indra dan kesehatan indra juga mempengaruhi dalam
belajar. Seseorang yang panca inderanya kurang baik maka akan berpengaruh pula terhadap
usaha dan hasil tujuan belajarnya.
Aspek psikis atau rohaniah menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan
intelektual. Kondisi intelektual ini mencakup tingkat kecerdasan dan bakat. Selain itu minat
dan motivasi juga mempengaruhi dalam belajar. Seseorang yang menaruh minat dalam
pelajaran tertentu biasanya cenderung untuk selalu memperhatikan mata pelajaran yang
diminatinya. Sedangkan motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi
setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam faktor eksternal (faktor di luar diri siswa) meliputi lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Keluarga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar, misalnya
dukungan dari orang tua dalam memotivasi kegiatan belajar. Keluarga merupakan
lingkungan pertama dalam pendidikan dalam memberikan memberikan pengaruh. Yang
termasuk dalam dalam lingkungan keluarga adalah keadaan lingkungan dan anggota
keluarga, keadaan rumah, sarana dan prasarana belajar, dan suasana keadaan tenag dalam
keluarga.
Sedangkan faktor masyarakat adalah suasana masyarakat yang ada di lingkungan rumah.
Suasana lingkungan yang ramai seperti di sekitar pasar atau tempat hiburan sangat mengganggu
dalam kegiatan proses belajar.
2.1.3 Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan
seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang
pekerjaan daripada bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 2
tentang sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwa pendidikan kejuruan merupakan
pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.
Lebih spesifik lagi yaitu pada Peraturan pemerintah No.29 tahun 1990 tentang Pendidikan
Menegah, yaitu bahwa pendidikan menengah yang mengutamakan kemampuan siswa untuk
juga sangat dipengaruhi oleh di luar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosial maupun sosial-
psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Aspek jasmaniah mencakup kondisi kesehatan jasmani dari individu. Seseorang yang
mempunyai kondisi kesehatan dan jasmani yang baik maka ia akan baik pula dalam mengikuti
proses belajar. Selain itu kelengkapan indra dan kesehatan indra juga mempengaruhi dalam
belajar. Seseorang yang panca inderanya kurang baik maka akan berpengaruh pula terhadap
usaha dan hasil tujuan belajarnya.
Aspek psikis atau rohaniah menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan
intelektual. Kondisi intelektual ini mencakup tingkat kecerdasan dan bakat. Selain itu minat
dan motivasi juga mempengaruhi dalam belajar. Seseorang yang menaruh minat dalam
pelajaran tertentu biasanya cenderung untuk selalu memperhatikan mata pelajaran yang
diminatinya. Sedangkan motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi
setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam faktor eksternal (faktor di luar diri siswa) meliputi lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Keluarga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar, misalnya
dukungan dari orang tua dalam memotivasi kegiatan belajar. Keluarga merupakan
lingkungan pertama dalam pendidikan dalam memberikan memberikan pengaruh. Yang
termasuk dalam dalam lingkungan keluarga adalah keadaan lingkungan dan anggota
keluarga, keadaan rumah, sarana dan prasarana belajar, dan suasana keadaan tenag dalam
keluarga.
Sedangkan faktor masyarakat adalah suasana masyarakat yang ada di lingkungan rumah.
Suasana lingkungan yang ramai seperti di sekitar pasar atau tempat hiburan sangat mengganggu
dalam kegiatan proses belajar.
2.1.3 Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan
seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang
pekerjaan daripada bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 2
tentang sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwa pendidikan kejuruan merupakan
pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.
Lebih spesifik lagi yaitu pada Peraturan pemerintah No.29 tahun 1990 tentang Pendidikan
Menegah, yaitu bahwa pendidikan menengah yang mengutamakan kemampuan siswa untuk
juga sangat dipengaruhi oleh di luar diri siswa, baik faktor fisik maupun sosial maupun sosial-
psikologis yang berada pada lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Aspek jasmaniah mencakup kondisi kesehatan jasmani dari individu. Seseorang yang
mempunyai kondisi kesehatan dan jasmani yang baik maka ia akan baik pula dalam mengikuti
proses belajar. Selain itu kelengkapan indra dan kesehatan indra juga mempengaruhi dalam
belajar. Seseorang yang panca inderanya kurang baik maka akan berpengaruh pula terhadap
usaha dan hasil tujuan belajarnya.
Aspek psikis atau rohaniah menyangkut kondisi kesehatan psikis, kemampuan
intelektual. Kondisi intelektual ini mencakup tingkat kecerdasan dan bakat. Selain itu minat
dan motivasi juga mempengaruhi dalam belajar. Seseorang yang menaruh minat dalam
pelajaran tertentu biasanya cenderung untuk selalu memperhatikan mata pelajaran yang
diminatinya. Sedangkan motivasi merupakan dorongan yang mendasari dan mempengaruhi
setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam faktor eksternal (faktor di luar diri siswa) meliputi lingkungan keluarga, sekolah
dan masyarakat. Keluarga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar, misalnya
dukungan dari orang tua dalam memotivasi kegiatan belajar. Keluarga merupakan
lingkungan pertama dalam pendidikan dalam memberikan memberikan pengaruh. Yang
termasuk dalam dalam lingkungan keluarga adalah keadaan lingkungan dan anggota
keluarga, keadaan rumah, sarana dan prasarana belajar, dan suasana keadaan tenag dalam
keluarga.
Sedangkan faktor masyarakat adalah suasana masyarakat yang ada di lingkungan rumah.
Suasana lingkungan yang ramai seperti di sekitar pasar atau tempat hiburan sangat mengganggu
dalam kegiatan proses belajar.
2.1.3 Pendidikan Kejuruan
Pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan
seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang
pekerjaan daripada bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang-Undang No. 2
tentang sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwa pendidikan kejuruan merupakan
pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu.
Lebih spesifik lagi yaitu pada Peraturan pemerintah No.29 tahun 1990 tentang Pendidikan
Menegah, yaitu bahwa pendidikan menengah yang mengutamakan kemampuan siswa untuk
pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan Pendidikan
Kejuruan adalah Pendidikan yang mempersiapkan peserta didiknya untuk memasuki
lapangan kerja. Antara pendidikan formal dan pendidikan kejuruan terdapat unsur saling
melengkapi, artinya untuk menempuh pendidikan kejuruan dibutuhkan pendidikan formal
yang sudah mengandung unsur-unsur persiapan ke arah kejuruan. Pendidikan kejuruan
tingkat dasar merupakan landasan untuk mengikuti pendidikan kejuruan lanjutan. Tujuan
pendidikan kejuruan adalah membekali siswa agar memiliki kompetensi perilaku dalam
bidang kejuruan tertentu sehingga yang bersangkutan mampu bekerja (memiliki kinerja)
demi masa depan dan untuk kesejahteraan bangsa.
Untuk itu siswa harus dibekali pengetahuan teori dan keterampilan praktis, juga sikap
dan pola tingkah laku sosial serta wawasan politik tertentu. Itu semua mutlak diperlukan
sebagai bekal yang berharga guna meraih sukses dalam rangka memasuki dunia kerja, baik
sebagai pekerja di perusahaan ataupun sebagai wirausaha yang mandiri dan untuk menjadi
warga masyarakat yang bertanggung jawab.
Pengertian lain dari pendidikan kejuruan yaitu pendidikan nonakademis yang
berorientasi pada praktik dalam bidang-bidang pertukangan, bisnis, industri, pertanian,
transportasi, pelayanan jasa, kesehatan, dsb. Salah satu jenis pendidikan kejuruan di
Indonesia adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMK adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang
pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau
lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK sering disebut juga
STM (Sekolah Teknik Menengah). Jika SMA semata-mata diarahkan untuk melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi, maka lulusan SMK, selain berhak melanjutkan studi ke
jurusan – jurusan tertentu di perguruan tinggi, juga sudah memperoleh pendidikan kejuruan
dasar dari bangku sekolah.
Di negara-negara industri maju, pendidikan kejuruan sudah merupakan bagian integral
dari sistem pendidikan formal. Ijazah pendidikan formal berfungsi sebagai “tiket masuk”
untuk mengikuti pendidikan kejuruan tertentu yang sekaligus akan menentukan posisi dalam
hierarki di perusahaan. Indonesia belum memiliki sistem pendidikan kejuruan seefektif di
negara maju seperti Jerman, jalur prndidikan kejuruan masih dipandang sebelah mata oleh
sementara kalangan masyarakat, sebab mereka yang masuk ke jalur pertama.
pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan Pendidikan
Kejuruan adalah Pendidikan yang mempersiapkan peserta didiknya untuk memasuki
lapangan kerja. Antara pendidikan formal dan pendidikan kejuruan terdapat unsur saling
melengkapi, artinya untuk menempuh pendidikan kejuruan dibutuhkan pendidikan formal
yang sudah mengandung unsur-unsur persiapan ke arah kejuruan. Pendidikan kejuruan
tingkat dasar merupakan landasan untuk mengikuti pendidikan kejuruan lanjutan. Tujuan
pendidikan kejuruan adalah membekali siswa agar memiliki kompetensi perilaku dalam
bidang kejuruan tertentu sehingga yang bersangkutan mampu bekerja (memiliki kinerja)
demi masa depan dan untuk kesejahteraan bangsa.
Untuk itu siswa harus dibekali pengetahuan teori dan keterampilan praktis, juga sikap
dan pola tingkah laku sosial serta wawasan politik tertentu. Itu semua mutlak diperlukan
sebagai bekal yang berharga guna meraih sukses dalam rangka memasuki dunia kerja, baik
sebagai pekerja di perusahaan ataupun sebagai wirausaha yang mandiri dan untuk menjadi
warga masyarakat yang bertanggung jawab.
Pengertian lain dari pendidikan kejuruan yaitu pendidikan nonakademis yang
berorientasi pada praktik dalam bidang-bidang pertukangan, bisnis, industri, pertanian,
transportasi, pelayanan jasa, kesehatan, dsb. Salah satu jenis pendidikan kejuruan di
Indonesia adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMK adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang
pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau
lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK sering disebut juga
STM (Sekolah Teknik Menengah). Jika SMA semata-mata diarahkan untuk melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi, maka lulusan SMK, selain berhak melanjutkan studi ke
jurusan – jurusan tertentu di perguruan tinggi, juga sudah memperoleh pendidikan kejuruan
dasar dari bangku sekolah.
Di negara-negara industri maju, pendidikan kejuruan sudah merupakan bagian integral
dari sistem pendidikan formal. Ijazah pendidikan formal berfungsi sebagai “tiket masuk”
untuk mengikuti pendidikan kejuruan tertentu yang sekaligus akan menentukan posisi dalam
hierarki di perusahaan. Indonesia belum memiliki sistem pendidikan kejuruan seefektif di
negara maju seperti Jerman, jalur prndidikan kejuruan masih dipandang sebelah mata oleh
sementara kalangan masyarakat, sebab mereka yang masuk ke jalur pertama.
pelaksanaan jenis pekerjaan tertentu. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan Pendidikan
Kejuruan adalah Pendidikan yang mempersiapkan peserta didiknya untuk memasuki
lapangan kerja. Antara pendidikan formal dan pendidikan kejuruan terdapat unsur saling
melengkapi, artinya untuk menempuh pendidikan kejuruan dibutuhkan pendidikan formal
yang sudah mengandung unsur-unsur persiapan ke arah kejuruan. Pendidikan kejuruan
tingkat dasar merupakan landasan untuk mengikuti pendidikan kejuruan lanjutan. Tujuan
pendidikan kejuruan adalah membekali siswa agar memiliki kompetensi perilaku dalam
bidang kejuruan tertentu sehingga yang bersangkutan mampu bekerja (memiliki kinerja)
demi masa depan dan untuk kesejahteraan bangsa.
Untuk itu siswa harus dibekali pengetahuan teori dan keterampilan praktis, juga sikap
dan pola tingkah laku sosial serta wawasan politik tertentu. Itu semua mutlak diperlukan
sebagai bekal yang berharga guna meraih sukses dalam rangka memasuki dunia kerja, baik
sebagai pekerja di perusahaan ataupun sebagai wirausaha yang mandiri dan untuk menjadi
warga masyarakat yang bertanggung jawab.
Pengertian lain dari pendidikan kejuruan yaitu pendidikan nonakademis yang
berorientasi pada praktik dalam bidang-bidang pertukangan, bisnis, industri, pertanian,
transportasi, pelayanan jasa, kesehatan, dsb. Salah satu jenis pendidikan kejuruan di
Indonesia adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), SMK adalah salah satu bentuk
satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang
pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat atau
lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. SMK sering disebut juga
STM (Sekolah Teknik Menengah). Jika SMA semata-mata diarahkan untuk melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi, maka lulusan SMK, selain berhak melanjutkan studi ke
jurusan – jurusan tertentu di perguruan tinggi, juga sudah memperoleh pendidikan kejuruan
dasar dari bangku sekolah.
Di negara-negara industri maju, pendidikan kejuruan sudah merupakan bagian integral
dari sistem pendidikan formal. Ijazah pendidikan formal berfungsi sebagai “tiket masuk”
untuk mengikuti pendidikan kejuruan tertentu yang sekaligus akan menentukan posisi dalam
hierarki di perusahaan. Indonesia belum memiliki sistem pendidikan kejuruan seefektif di
negara maju seperti Jerman, jalur prndidikan kejuruan masih dipandang sebelah mata oleh
sementara kalangan masyarakat, sebab mereka yang masuk ke jalur pertama.
2.1.4 Pembelajaran Pendidikan Kejuruan
1. Bidang Belajar Kognitif
Bidang ini mencakup pelajaran pemahaman melalui transfer ilmu pengetahuan.
Tujuannya agar siswa mampu melakukan aktivitas berpikir, seperti :
- Memahami kausalitas dan teori.
- Berfikir logis, merencanakan dan mengembangkan.
- Menganalisis dan memecahka masalah.
2. Bidang Belajar Psikomotorik
Bidang belajar ini melatih keterampilan, yaitu aplikasi teori ke dalam praktik yang
dikendalikan oleh pikiran dan perasaan, misalnya:
- Keterampilan dasar.
- Membuat sketsa, menggambar dan menghitung.
- Mengoperasikan dan mengendalikan.
- Merawat, memelihara dan memperbaiki.
Kecakapan kognitif dan keterampilan psikomotor dapat diperoleh bukan hanya melalui
proses belajar mengajar melainkan juga melalui perkembangan teknologi, pengalaman kerja
dan kegiatan-kegiatan inovatif yang dilakukan secara terus menerus dan konsisten.
Keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan tidak akan berkembang, apabila faktor-
faktor lainnya terabaikan dan tidak tersedia kesempatan untuk mengaplikasikannya dalam
praktik.
3. Bidang Belajar Afektif
Bidang belajar afektif mencakup pendidikan sikap, karakter dan tingkah laku
sehingga siswa memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
- Tenggang rasa, budi pekerti, dan susila. - Rasa tanggung jawab, kooperatif dan kemampuan belajar.
Bidang belajar afektif tidak hanya dipengaruhi oleh proses belajar mengajar saja,
melainkan terutama oleh lingkungan, seperti keluarga, saudara, teman, agama dan
masyarakat.
2.1.4 Pembelajaran Pendidikan Kejuruan
1. Bidang Belajar Kognitif
Bidang ini mencakup pelajaran pemahaman melalui transfer ilmu pengetahuan.
Tujuannya agar siswa mampu melakukan aktivitas berpikir, seperti :
- Memahami kausalitas dan teori.
- Berfikir logis, merencanakan dan mengembangkan.
- Menganalisis dan memecahka masalah.
2. Bidang Belajar Psikomotorik
Bidang belajar ini melatih keterampilan, yaitu aplikasi teori ke dalam praktik yang
dikendalikan oleh pikiran dan perasaan, misalnya:
- Keterampilan dasar.
- Membuat sketsa, menggambar dan menghitung.
- Mengoperasikan dan mengendalikan.
- Merawat, memelihara dan memperbaiki.
Kecakapan kognitif dan keterampilan psikomotor dapat diperoleh bukan hanya melalui
proses belajar mengajar melainkan juga melalui perkembangan teknologi, pengalaman kerja
dan kegiatan-kegiatan inovatif yang dilakukan secara terus menerus dan konsisten.
Keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan tidak akan berkembang, apabila faktor-
faktor lainnya terabaikan dan tidak tersedia kesempatan untuk mengaplikasikannya dalam
praktik.
3. Bidang Belajar Afektif
Bidang belajar afektif mencakup pendidikan sikap, karakter dan tingkah laku
sehingga siswa memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
- Tenggang rasa, budi pekerti, dan susila. - Rasa tanggung jawab, kooperatif dan kemampuan belajar.
Bidang belajar afektif tidak hanya dipengaruhi oleh proses belajar mengajar saja,
melainkan terutama oleh lingkungan, seperti keluarga, saudara, teman, agama dan
masyarakat.
2.1.4 Pembelajaran Pendidikan Kejuruan
1. Bidang Belajar Kognitif
Bidang ini mencakup pelajaran pemahaman melalui transfer ilmu pengetahuan.
Tujuannya agar siswa mampu melakukan aktivitas berpikir, seperti :
- Memahami kausalitas dan teori.
- Berfikir logis, merencanakan dan mengembangkan.
- Menganalisis dan memecahka masalah.
2. Bidang Belajar Psikomotorik
Bidang belajar ini melatih keterampilan, yaitu aplikasi teori ke dalam praktik yang
dikendalikan oleh pikiran dan perasaan, misalnya:
- Keterampilan dasar.
- Membuat sketsa, menggambar dan menghitung.
- Mengoperasikan dan mengendalikan.
- Merawat, memelihara dan memperbaiki.
Kecakapan kognitif dan keterampilan psikomotor dapat diperoleh bukan hanya melalui
proses belajar mengajar melainkan juga melalui perkembangan teknologi, pengalaman kerja
dan kegiatan-kegiatan inovatif yang dilakukan secara terus menerus dan konsisten.
Keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan tidak akan berkembang, apabila faktor-
faktor lainnya terabaikan dan tidak tersedia kesempatan untuk mengaplikasikannya dalam
praktik.
3. Bidang Belajar Afektif
Bidang belajar afektif mencakup pendidikan sikap, karakter dan tingkah laku
sehingga siswa memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
- Tenggang rasa, budi pekerti, dan susila. - Rasa tanggung jawab, kooperatif dan kemampuan belajar.
Bidang belajar afektif tidak hanya dipengaruhi oleh proses belajar mengajar saja,
melainkan terutama oleh lingkungan, seperti keluarga, saudara, teman, agama dan
masyarakat.
2.1.5 Model Pembelajaran Ekspositori
Metode Ekspositori adalah model pembelajaran yang digunakan dengan memberikan
keterangan terlebih dahulu, definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan
contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab
dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan
metode Ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi
pelajaran kepada siswa secara langsung. Roy Kille (dalam Wina Sanjaya, 2007: 177)
menamakan model Ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct
instruction).
Model pembelajaran Ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada kelompok siswa
dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Penggunaan
metode ini membuat siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep
dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode Ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan
penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran, siswa
tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi.
Karena strategi Ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering
juga dinamakan strategi ”chalk and talk”. Terdapat beberapa karakteristik model Ekspositori,
yaitu ;
1. Strategi Ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara
verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan
strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.
2. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah
jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga
tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.
Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat
memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi
yang telah diuraikan.
2.1.5 Model Pembelajaran Ekspositori
Metode Ekspositori adalah model pembelajaran yang digunakan dengan memberikan
keterangan terlebih dahulu, definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan
contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab
dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan
metode Ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi
pelajaran kepada siswa secara langsung. Roy Kille (dalam Wina Sanjaya, 2007: 177)
menamakan model Ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct
instruction).
Model pembelajaran Ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada kelompok siswa
dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Penggunaan
metode ini membuat siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep
dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode Ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan
penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran, siswa
tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi.
Karena strategi Ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering
juga dinamakan strategi ”chalk and talk”. Terdapat beberapa karakteristik model Ekspositori,
yaitu ;
1. Strategi Ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara
verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan
strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.
2. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah
jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga
tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.
Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat
memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi
yang telah diuraikan.
2.1.5 Model Pembelajaran Ekspositori
Metode Ekspositori adalah model pembelajaran yang digunakan dengan memberikan
keterangan terlebih dahulu, definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan
contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab
dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan
metode Ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah kepada tersampaikannya isi
pelajaran kepada siswa secara langsung. Roy Kille (dalam Wina Sanjaya, 2007: 177)
menamakan model Ekspositori ini dengan istilah strategi pembelajaran langsung (direct
instruction).
Model pembelajaran Ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan
kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada kelompok siswa
dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Penggunaan
metode ini membuat siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep
dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan metode Ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan
penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran, siswa
tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi.
Karena strategi Ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering
juga dinamakan strategi ”chalk and talk”. Terdapat beberapa karakteristik model Ekspositori,
yaitu ;
1. Strategi Ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara
verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan
strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.
2. Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah
jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga
tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.
3. Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri.
Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat
memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi
yang telah diuraikan.
Strategi pembelajaran Ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran
yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab
dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru
menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran
yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah
kemampuan akademik (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah
merupakan bentuk strategi Ekspositori.
2.1.6 Media Pembelajaran
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya besar pengaruhnya dalam
bidang industri, tetapi juga banyak digunakan dalam bidang pendidikan. Teknologi
berbarengan penggunaannya dengan strategi belajarmengajar kendatipun dalam bentuk yang
berbeda. Strategi belajar mengajar memungkinkan guru berinteraksi secara langsung dengan
siswa untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Teknologi merupakan kekuatan luar
biasa yang memungkinkan terjadinya banyak keluwesan dalam isi (materi pelajaran) dan
memberi kesempatan yang luas untuk berinteraksi dengan siswa. Dalam penerapan model-
model pembelajaran diperlakukan suatu media yang dapat membantu dalam pencapaian
tujuan pembelajaran, media tersebut adalah media pembelajaran/media pengajaran. Menurut
Sudjana dan Rivai (2005:1), “Dalam metodologi pengajaran terdapat dua aspek yang paling
menonjol yaitu metode mengajar dan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar”.
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media merupakan
bentuk jamak dari kata “medium” yang berasal dari bahasa latin yang berarti “antara”.
Istilah media dapat kita artikan sebagai segala sesuatu yang menjadi perantara atau
penyampai informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Dengan demikian media
pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran.
Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara peserta didik, pendidik dan sumber
belajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media.
Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang
dituangkan oleh pengajar atau fasilitator atau sumber lain ke dalam simbol-simbol
komunikasi, baik simbol verbal maupun simbol non verbal atau visual.
Strategi pembelajaran Ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran
yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab
dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru
menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran
yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah
kemampuan akademik (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah
merupakan bentuk strategi Ekspositori.
2.1.6 Media Pembelajaran
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya besar pengaruhnya dalam
bidang industri, tetapi juga banyak digunakan dalam bidang pendidikan. Teknologi
berbarengan penggunaannya dengan strategi belajarmengajar kendatipun dalam bentuk yang
berbeda. Strategi belajar mengajar memungkinkan guru berinteraksi secara langsung dengan
siswa untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Teknologi merupakan kekuatan luar
biasa yang memungkinkan terjadinya banyak keluwesan dalam isi (materi pelajaran) dan
memberi kesempatan yang luas untuk berinteraksi dengan siswa. Dalam penerapan model-
model pembelajaran diperlakukan suatu media yang dapat membantu dalam pencapaian
tujuan pembelajaran, media tersebut adalah media pembelajaran/media pengajaran. Menurut
Sudjana dan Rivai (2005:1), “Dalam metodologi pengajaran terdapat dua aspek yang paling
menonjol yaitu metode mengajar dan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar”.
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media merupakan
bentuk jamak dari kata “medium” yang berasal dari bahasa latin yang berarti “antara”.
Istilah media dapat kita artikan sebagai segala sesuatu yang menjadi perantara atau
penyampai informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Dengan demikian media
pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran.
Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara peserta didik, pendidik dan sumber
belajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media.
Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang
dituangkan oleh pengajar atau fasilitator atau sumber lain ke dalam simbol-simbol
komunikasi, baik simbol verbal maupun simbol non verbal atau visual.
Strategi pembelajaran Ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran
yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab
dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui strategi ini guru
menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran
yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah
kemampuan akademik (academic achievement) siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah
merupakan bentuk strategi Ekspositori.
2.1.6 Media Pembelajaran
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya besar pengaruhnya dalam
bidang industri, tetapi juga banyak digunakan dalam bidang pendidikan. Teknologi
berbarengan penggunaannya dengan strategi belajarmengajar kendatipun dalam bentuk yang
berbeda. Strategi belajar mengajar memungkinkan guru berinteraksi secara langsung dengan
siswa untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Teknologi merupakan kekuatan luar
biasa yang memungkinkan terjadinya banyak keluwesan dalam isi (materi pelajaran) dan
memberi kesempatan yang luas untuk berinteraksi dengan siswa. Dalam penerapan model-
model pembelajaran diperlakukan suatu media yang dapat membantu dalam pencapaian
tujuan pembelajaran, media tersebut adalah media pembelajaran/media pengajaran. Menurut
Sudjana dan Rivai (2005:1), “Dalam metodologi pengajaran terdapat dua aspek yang paling
menonjol yaitu metode mengajar dan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar”.
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan. Media merupakan
bentuk jamak dari kata “medium” yang berasal dari bahasa latin yang berarti “antara”.
Istilah media dapat kita artikan sebagai segala sesuatu yang menjadi perantara atau
penyampai informasi dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Dengan demikian media
pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran.
Pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara peserta didik, pendidik dan sumber
belajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media.
Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi pembelajaran yang ada dalam kurikulum yang
dituangkan oleh pengajar atau fasilitator atau sumber lain ke dalam simbol-simbol
komunikasi, baik simbol verbal maupun simbol non verbal atau visual.
Media pembelajaran sangatlah diperlukan dalam proses pembelajaran. Beberapa
manfaat dari penggunaan media pembelajaran antara lain (Sudjana dan Rivai, 2005:2):
- Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
- Bahan pelajaran akan lebih dipahami siswa.
- Metode mengajar menjadi lebih bervariasi sehingga tidak membuat siswa jenuh.
- Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar.
Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi
siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan Kerucut
Pengalaman Edgar Dale (Edgar Dale cone of experience). Kerucut pengalaman yang
terdapat pada gambar 2.3 dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau media apa
yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.
2.1.6 Software Simulink/MATLAB Sebagai Media Pembelajaran
Pneumatik berasal dari kata Yunani, “pneuma” yang berarti “nafas” atau “udara”.
Sehingga pneumatik berarti : terisi udara atau digerakkan oleh udara mampat. Pneumatik
memegang peranan penting sebagai alat bantu dalam peningkatan atau rasionalisasi
produksi. Dalam pembuatan dan pengolahan benda-benda kerja proses mekanisasi
mengambil bagian besar dari waktu yang tersedia. Penggunaan udara mampat sebagai
pembawa energi akan berhasil, hanya kalau digunakan secara tepat metode-metode kerja
yang rasional yang juga pada perusahaan-perusahaan kecil dapat membawa ke arah
rentabilitas ekonomis yang besar.
Terintegrasinya teknologi pneumatik dan listrik merupakan bagian yang terpenting
dalam pengembangan dengan skala besar pada otomatis industri. Komponen-komponen
dalam sistem kontrol dapat diidentifikasikan dalam 4 kelompok dasar. Tingkat utama pada
struktur sistem elektropneumatik adalah :
a. Pasokan energi (udara bertekanan dan listrik)
b. Elemen-eleman masukan (limit switch / tombol tekan/sensor proximity)
c. Elemen pemroses (switch logic, katup solenoid, converter ke elektrik)
d. Aktuator dan elemen kontrol akhir (silinder, motor, katup kontrol akhir)
Media pembelajaran sangatlah diperlukan dalam proses pembelajaran. Beberapa
manfaat dari penggunaan media pembelajaran antara lain (Sudjana dan Rivai, 2005:2):
- Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
- Bahan pelajaran akan lebih dipahami siswa.
- Metode mengajar menjadi lebih bervariasi sehingga tidak membuat siswa jenuh.
- Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar.
Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi
siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan Kerucut
Pengalaman Edgar Dale (Edgar Dale cone of experience). Kerucut pengalaman yang
terdapat pada gambar 2.3 dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau media apa
yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.
2.1.6 Software Simulink/MATLAB Sebagai Media Pembelajaran
Pneumatik berasal dari kata Yunani, “pneuma” yang berarti “nafas” atau “udara”.
Sehingga pneumatik berarti : terisi udara atau digerakkan oleh udara mampat. Pneumatik
memegang peranan penting sebagai alat bantu dalam peningkatan atau rasionalisasi
produksi. Dalam pembuatan dan pengolahan benda-benda kerja proses mekanisasi
mengambil bagian besar dari waktu yang tersedia. Penggunaan udara mampat sebagai
pembawa energi akan berhasil, hanya kalau digunakan secara tepat metode-metode kerja
yang rasional yang juga pada perusahaan-perusahaan kecil dapat membawa ke arah
rentabilitas ekonomis yang besar.
Terintegrasinya teknologi pneumatik dan listrik merupakan bagian yang terpenting
dalam pengembangan dengan skala besar pada otomatis industri. Komponen-komponen
dalam sistem kontrol dapat diidentifikasikan dalam 4 kelompok dasar. Tingkat utama pada
struktur sistem elektropneumatik adalah :
a. Pasokan energi (udara bertekanan dan listrik)
b. Elemen-eleman masukan (limit switch / tombol tekan/sensor proximity)
c. Elemen pemroses (switch logic, katup solenoid, converter ke elektrik)
d. Aktuator dan elemen kontrol akhir (silinder, motor, katup kontrol akhir)
Media pembelajaran sangatlah diperlukan dalam proses pembelajaran. Beberapa
manfaat dari penggunaan media pembelajaran antara lain (Sudjana dan Rivai, 2005:2):
- Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan
motivasi belajar.
- Bahan pelajaran akan lebih dipahami siswa.
- Metode mengajar menjadi lebih bervariasi sehingga tidak membuat siswa jenuh.
- Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar.
Untuk memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi
siswa, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan Kerucut
Pengalaman Edgar Dale (Edgar Dale cone of experience). Kerucut pengalaman yang
terdapat pada gambar 2.3 dianut secara luas untuk menentukan alat bantu atau media apa
yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah.
2.1.6 Software Simulink/MATLAB Sebagai Media Pembelajaran
Pneumatik berasal dari kata Yunani, “pneuma” yang berarti “nafas” atau “udara”.
Sehingga pneumatik berarti : terisi udara atau digerakkan oleh udara mampat. Pneumatik
memegang peranan penting sebagai alat bantu dalam peningkatan atau rasionalisasi
produksi. Dalam pembuatan dan pengolahan benda-benda kerja proses mekanisasi
mengambil bagian besar dari waktu yang tersedia. Penggunaan udara mampat sebagai
pembawa energi akan berhasil, hanya kalau digunakan secara tepat metode-metode kerja
yang rasional yang juga pada perusahaan-perusahaan kecil dapat membawa ke arah
rentabilitas ekonomis yang besar.
Terintegrasinya teknologi pneumatik dan listrik merupakan bagian yang terpenting
dalam pengembangan dengan skala besar pada otomatis industri. Komponen-komponen
dalam sistem kontrol dapat diidentifikasikan dalam 4 kelompok dasar. Tingkat utama pada
struktur sistem elektropneumatik adalah :
a. Pasokan energi (udara bertekanan dan listrik)
b. Elemen-eleman masukan (limit switch / tombol tekan/sensor proximity)
c. Elemen pemroses (switch logic, katup solenoid, converter ke elektrik)
d. Aktuator dan elemen kontrol akhir (silinder, motor, katup kontrol akhir)
Bagian terpenting dari pengembangan sistem kontrol adalah keseragaman yang
standard dalam penggambaran baik elemen-elemen dalam rangkaian dan rangkaian
keseluruhan.
Masukan dan elemen-elemen pemproses tergantung pada tipe kontak yang digunakan.
Metode aktuasi kontak dapat berupa :
a. Relay
b. Aktuasi manual : tombol tekan atau roller
c. Medan magnet
Kontak-kontak dapat dibuat sebagai pasangan tunggal atau kumpulan beberapa
kontak. Elemen-elemen kontak dasar adalah :
a. Kontak normal terbuka adalah dalam kondisi awal tidak ada sinyal pada keluarannya.
b. Kontak normal tertutup adalah dalam kondisi awal terdapat sinyal pada keluarannya.
c. Kontak change over : kombinasi antara kontak normal terbuka dan normal tertutup.
Simbol-simbol pneumatik yang dipergunakan dalam pembahasan kali ini, adalah:
a. Sistem suplai udara
Sistem suplai udara dapat digambarkan dalam bentuk yang sederhana dengan
menggunakan simbol yang menggambarkan masing-masing komponen suplai udara.
Pemilihan antara penggunaan simbol-simbol yang sederhana tergantung pada tujuan dan
kompleksitasnya rangkaian. Dalam penggambaran standart, suplai udara biasa yang
digunakan, sedangkan untuk tujuan perawatan, symbol-simbol yang detail lebih sesuai.
b. Katup kontrol arah
Katup kontrol arah ditunjukkan oleh banyaknya terminal saluran dan banyaknya posisi
atau kontak. Katup kontrol arah mengontrol terusan sinyal udara bertekanan dari sisi
masukan suatu elemen ke sisi keluaran. Dalam bidang teknologi kontrol ukuran dan
kontruksi suatu kutub tidak begitu penting daripada aliran sinyal dan metode aktuasi.
Katup kontrol arah mengontrol terusan sinyal udara bertekanan dari sisi masukan suatu
elemen ke sisi keluaran.
Bagian terpenting dari pengembangan sistem kontrol adalah keseragaman yang
standard dalam penggambaran baik elemen-elemen dalam rangkaian dan rangkaian
keseluruhan.
Masukan dan elemen-elemen pemproses tergantung pada tipe kontak yang digunakan.
Metode aktuasi kontak dapat berupa :
a. Relay
b. Aktuasi manual : tombol tekan atau roller
c. Medan magnet
Kontak-kontak dapat dibuat sebagai pasangan tunggal atau kumpulan beberapa
kontak. Elemen-elemen kontak dasar adalah :
a. Kontak normal terbuka adalah dalam kondisi awal tidak ada sinyal pada keluarannya.
b. Kontak normal tertutup adalah dalam kondisi awal terdapat sinyal pada keluarannya.
c. Kontak change over : kombinasi antara kontak normal terbuka dan normal tertutup.
Simbol-simbol pneumatik yang dipergunakan dalam pembahasan kali ini, adalah:
a. Sistem suplai udara
Sistem suplai udara dapat digambarkan dalam bentuk yang sederhana dengan
menggunakan simbol yang menggambarkan masing-masing komponen suplai udara.
Pemilihan antara penggunaan simbol-simbol yang sederhana tergantung pada tujuan dan
kompleksitasnya rangkaian. Dalam penggambaran standart, suplai udara biasa yang
digunakan, sedangkan untuk tujuan perawatan, symbol-simbol yang detail lebih sesuai.
b. Katup kontrol arah
Katup kontrol arah ditunjukkan oleh banyaknya terminal saluran dan banyaknya posisi
atau kontak. Katup kontrol arah mengontrol terusan sinyal udara bertekanan dari sisi
masukan suatu elemen ke sisi keluaran. Dalam bidang teknologi kontrol ukuran dan
kontruksi suatu kutub tidak begitu penting daripada aliran sinyal dan metode aktuasi.
Katup kontrol arah mengontrol terusan sinyal udara bertekanan dari sisi masukan suatu
elemen ke sisi keluaran.
Bagian terpenting dari pengembangan sistem kontrol adalah keseragaman yang
standard dalam penggambaran baik elemen-elemen dalam rangkaian dan rangkaian
keseluruhan.
Masukan dan elemen-elemen pemproses tergantung pada tipe kontak yang digunakan.
Metode aktuasi kontak dapat berupa :
a. Relay
b. Aktuasi manual : tombol tekan atau roller
c. Medan magnet
Kontak-kontak dapat dibuat sebagai pasangan tunggal atau kumpulan beberapa
kontak. Elemen-elemen kontak dasar adalah :
a. Kontak normal terbuka adalah dalam kondisi awal tidak ada sinyal pada keluarannya.
b. Kontak normal tertutup adalah dalam kondisi awal terdapat sinyal pada keluarannya.
c. Kontak change over : kombinasi antara kontak normal terbuka dan normal tertutup.
Simbol-simbol pneumatik yang dipergunakan dalam pembahasan kali ini, adalah:
a. Sistem suplai udara
Sistem suplai udara dapat digambarkan dalam bentuk yang sederhana dengan
menggunakan simbol yang menggambarkan masing-masing komponen suplai udara.
Pemilihan antara penggunaan simbol-simbol yang sederhana tergantung pada tujuan dan
kompleksitasnya rangkaian. Dalam penggambaran standart, suplai udara biasa yang
digunakan, sedangkan untuk tujuan perawatan, symbol-simbol yang detail lebih sesuai.
b. Katup kontrol arah
Katup kontrol arah ditunjukkan oleh banyaknya terminal saluran dan banyaknya posisi
atau kontak. Katup kontrol arah mengontrol terusan sinyal udara bertekanan dari sisi
masukan suatu elemen ke sisi keluaran. Dalam bidang teknologi kontrol ukuran dan
kontruksi suatu kutub tidak begitu penting daripada aliran sinyal dan metode aktuasi.
Katup kontrol arah mengontrol terusan sinyal udara bertekanan dari sisi masukan suatu
elemen ke sisi keluaran.
c. Aktuator Linier
Aktuator linier atau silinder digambarkan oleh tipe dan metode operasinya. Adapun
yang termasuk dalam aktuator linier adalah silinder kerja tunggal dan silinder kerja ganda.
1. Software FluidSim Pneumatik
FluidSIM diluncurkan di Departemen Pengetahuan Berbasis Sistem dari Universitas
Paderborn. Konsep dan pengembangan dari FluidSIM-P adalah yang didasarkan pada
pekerjaan riset yang dilaksanakan oleh Dr. Daniel Curatolo, Dr. Marcus Hoffmann, dan Dr.
Habil. Benno Stein. Software simulasi pneumatik ini mempunyai fasilitas dapat diguanakan
untuk:
a. Mengenalkan simbol-simbol komponen Pneumatik dan Elektropneumatik.
b. Melihat deskripsi dari komponen-komponen Pneumatik dan Elektropneumatik.
c. Melihat photo bentuk komponen sesuai dengan simbolnya.
d. Menggambar rangkaian Pneumatik dan Elektropneumatik.
e. Menguji rangkaian pneumatik atau elektropneumatik yang dibuat.
f. Melihat proses kerja rangkaian pneumatik atau elektropneumatik yang dibuat.
g. Mencetak rangkaian pneumatik dan elektropneumatik
2.2 Kerangka Berpikir:
Pada umumnya strategi ceramah banyak digunakan guru dalam sistem pengajaran di
sekolah, dengan demikian secara tidak sengaja menghilangkan makna dari belajar. Belajar yang
bermakna dapat berlangsung bila anak didik berperan secara aktif dalam proses belajar mengajar
dan bilamana terjadi suatu perubahan, dari sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi
mengetahui, sehingga anak mempunyaj pengalaman sendiri dalam menerima pengajaran. Hal
tersebut sesuai dengan kompetensi mata pelajaran pneumatik, dimana siswa dituntut menguasai
dan memahami cara kerja kerja alat pneumatik.
Penggunaan media pembelajaran merupakan strategi pembelajaran yang berguna untuk
merangsang siswa dapat memahami cara kerja alat dan dapat mengerti bagian – bagian
c. Aktuator Linier
Aktuator linier atau silinder digambarkan oleh tipe dan metode operasinya. Adapun
yang termasuk dalam aktuator linier adalah silinder kerja tunggal dan silinder kerja ganda.
1. Software FluidSim Pneumatik
FluidSIM diluncurkan di Departemen Pengetahuan Berbasis Sistem dari Universitas
Paderborn. Konsep dan pengembangan dari FluidSIM-P adalah yang didasarkan pada
pekerjaan riset yang dilaksanakan oleh Dr. Daniel Curatolo, Dr. Marcus Hoffmann, dan Dr.
Habil. Benno Stein. Software simulasi pneumatik ini mempunyai fasilitas dapat diguanakan
untuk:
a. Mengenalkan simbol-simbol komponen Pneumatik dan Elektropneumatik.
b. Melihat deskripsi dari komponen-komponen Pneumatik dan Elektropneumatik.
c. Melihat photo bentuk komponen sesuai dengan simbolnya.
d. Menggambar rangkaian Pneumatik dan Elektropneumatik.
e. Menguji rangkaian pneumatik atau elektropneumatik yang dibuat.
f. Melihat proses kerja rangkaian pneumatik atau elektropneumatik yang dibuat.
g. Mencetak rangkaian pneumatik dan elektropneumatik
2.2 Kerangka Berpikir:
Pada umumnya strategi ceramah banyak digunakan guru dalam sistem pengajaran di
sekolah, dengan demikian secara tidak sengaja menghilangkan makna dari belajar. Belajar yang
bermakna dapat berlangsung bila anak didik berperan secara aktif dalam proses belajar mengajar
dan bilamana terjadi suatu perubahan, dari sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi
mengetahui, sehingga anak mempunyaj pengalaman sendiri dalam menerima pengajaran. Hal
tersebut sesuai dengan kompetensi mata pelajaran pneumatik, dimana siswa dituntut menguasai
dan memahami cara kerja kerja alat pneumatik.
Penggunaan media pembelajaran merupakan strategi pembelajaran yang berguna untuk
merangsang siswa dapat memahami cara kerja alat dan dapat mengerti bagian – bagian
c. Aktuator Linier
Aktuator linier atau silinder digambarkan oleh tipe dan metode operasinya. Adapun
yang termasuk dalam aktuator linier adalah silinder kerja tunggal dan silinder kerja ganda.
1. Software FluidSim Pneumatik
FluidSIM diluncurkan di Departemen Pengetahuan Berbasis Sistem dari Universitas
Paderborn. Konsep dan pengembangan dari FluidSIM-P adalah yang didasarkan pada
pekerjaan riset yang dilaksanakan oleh Dr. Daniel Curatolo, Dr. Marcus Hoffmann, dan Dr.
Habil. Benno Stein. Software simulasi pneumatik ini mempunyai fasilitas dapat diguanakan
untuk:
a. Mengenalkan simbol-simbol komponen Pneumatik dan Elektropneumatik.
b. Melihat deskripsi dari komponen-komponen Pneumatik dan Elektropneumatik.
c. Melihat photo bentuk komponen sesuai dengan simbolnya.
d. Menggambar rangkaian Pneumatik dan Elektropneumatik.
e. Menguji rangkaian pneumatik atau elektropneumatik yang dibuat.
f. Melihat proses kerja rangkaian pneumatik atau elektropneumatik yang dibuat.
g. Mencetak rangkaian pneumatik dan elektropneumatik
2.2 Kerangka Berpikir:
Pada umumnya strategi ceramah banyak digunakan guru dalam sistem pengajaran di
sekolah, dengan demikian secara tidak sengaja menghilangkan makna dari belajar. Belajar yang
bermakna dapat berlangsung bila anak didik berperan secara aktif dalam proses belajar mengajar
dan bilamana terjadi suatu perubahan, dari sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi
mengetahui, sehingga anak mempunyaj pengalaman sendiri dalam menerima pengajaran. Hal
tersebut sesuai dengan kompetensi mata pelajaran pneumatik, dimana siswa dituntut menguasai
dan memahami cara kerja kerja alat pneumatik.
Penggunaan media pembelajaran merupakan strategi pembelajaran yang berguna untuk
merangsang siswa dapat memahami cara kerja alat dan dapat mengerti bagian – bagian
komponen lebih detail. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka guru dituntut untuk menggunakan
media pembelajaran pneumatik agar menarik. Salah satu alternatif yang dapat dipakai adalah
menggunakan media pembelajaran berbasis program pneumatic. Dalam hal ini siswa dilatih
keterampilan yang spesifik untuk dapat memahami dan merangkai rangakaian pneumatik. Media
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan tersebut adalah dengan menggunakan media
pembelajaran program software Festo Fluidsim.
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian dari kerangka teoritis dan kerangka berfikir guru perlu membuat
rencana tindakan atau yang sering disebut rencana perbaikan. Dalarn penelitian ini proses
perbaikannya terdiri dari tiga siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan. tahap tindakan,
tahap pengamatan. dan tahap refleksi. Dimana setiap siklus diharapkan ada peningkatan terhadap
hasil belajar setiap siswa.
Hipotesis penelitian adalah dugaan guru tentang cara penggunaan media untuk mengatasi
masalah. Maka hipotesis penelitian yang akan diajukan adalah sebagai berikut. “Penggunaan
Media Pembelajaran Berbasis Software Festo Fluidsim Melalui Model Ekspository Pada Mata
Pelajaran Pneumatik.”
komponen lebih detail. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka guru dituntut untuk menggunakan
media pembelajaran pneumatik agar menarik. Salah satu alternatif yang dapat dipakai adalah
menggunakan media pembelajaran berbasis program pneumatic. Dalam hal ini siswa dilatih
keterampilan yang spesifik untuk dapat memahami dan merangkai rangakaian pneumatik. Media
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan tersebut adalah dengan menggunakan media
pembelajaran program software Festo Fluidsim.
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian dari kerangka teoritis dan kerangka berfikir guru perlu membuat
rencana tindakan atau yang sering disebut rencana perbaikan. Dalarn penelitian ini proses
perbaikannya terdiri dari tiga siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan. tahap tindakan,
tahap pengamatan. dan tahap refleksi. Dimana setiap siklus diharapkan ada peningkatan terhadap
hasil belajar setiap siswa.
Hipotesis penelitian adalah dugaan guru tentang cara penggunaan media untuk mengatasi
masalah. Maka hipotesis penelitian yang akan diajukan adalah sebagai berikut. “Penggunaan
Media Pembelajaran Berbasis Software Festo Fluidsim Melalui Model Ekspository Pada Mata
Pelajaran Pneumatik.”
komponen lebih detail. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka guru dituntut untuk menggunakan
media pembelajaran pneumatik agar menarik. Salah satu alternatif yang dapat dipakai adalah
menggunakan media pembelajaran berbasis program pneumatic. Dalam hal ini siswa dilatih
keterampilan yang spesifik untuk dapat memahami dan merangkai rangakaian pneumatik. Media
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan tersebut adalah dengan menggunakan media
pembelajaran program software Festo Fluidsim.
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian dari kerangka teoritis dan kerangka berfikir guru perlu membuat
rencana tindakan atau yang sering disebut rencana perbaikan. Dalarn penelitian ini proses
perbaikannya terdiri dari tiga siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan. tahap tindakan,
tahap pengamatan. dan tahap refleksi. Dimana setiap siklus diharapkan ada peningkatan terhadap
hasil belajar setiap siswa.
Hipotesis penelitian adalah dugaan guru tentang cara penggunaan media untuk mengatasi
masalah. Maka hipotesis penelitian yang akan diajukan adalah sebagai berikut. “Penggunaan
Media Pembelajaran Berbasis Software Festo Fluidsim Melalui Model Ekspository Pada Mata
Pelajaran Pneumatik.”
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas
(classroom action research). Menurut Suharsimi Arikunto (2009:3) penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian pada penelitian ini berpedoman pada proses penelitian yang digunakan
oleh Kemmis dan Taggart yang meliputi rencana tindakan, bertindak, dan melakukan refleksi
dan merancang tindakan selanjutnya.Tindakan tersebut diberikan guru atau dengan arahan dari
guru dan dilakukan siswa. Tahapan PTK dapat dilihat pada gambar 3.1.
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan SIKLUS II
Pengamatan
?
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas
(classroom action research). Menurut Suharsimi Arikunto (2009:3) penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian pada penelitian ini berpedoman pada proses penelitian yang digunakan
oleh Kemmis dan Taggart yang meliputi rencana tindakan, bertindak, dan melakukan refleksi
dan merancang tindakan selanjutnya.Tindakan tersebut diberikan guru atau dengan arahan dari
guru dan dilakukan siswa. Tahapan PTK dapat dilihat pada gambar 3.1.
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan SIKLUS II
Pengamatan
?
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1 Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas
(classroom action research). Menurut Suharsimi Arikunto (2009:3) penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian pada penelitian ini berpedoman pada proses penelitian yang digunakan
oleh Kemmis dan Taggart yang meliputi rencana tindakan, bertindak, dan melakukan refleksi
dan merancang tindakan selanjutnya.Tindakan tersebut diberikan guru atau dengan arahan dari
guru dan dilakukan siswa. Tahapan PTK dapat dilihat pada gambar 3.1.
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan SIKLUS II
Pengamatan
?
Gambar 3.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2009:16)
Konsep pokok penelitian tindakan ini terdiri atas empat komponen, yaitu: perencanaan (planning)
pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat
komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan
sebanyak 3 siklus atau jika telah menunjukan hasil yang baik dalam 2 siklus maka dihentikan
hingga 2 siklus. Seperti yang katakan oleh Tim Penilai Angka Kredit kenaikan jabatan Guru
dalam Arikunto (2009:22), “Penelitian tindakan harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua
siklus tindakan yang berurutan. Informasi dari siklus terdahulu sangat menentukan bentuk siklus
berikutnya”.
3.3 Setting Penelitian
PTK dilakukan selama semester I (ganjil) pada bulan Agustus sampai bulan Desember tahun
pelajaran 2011/2012 di Kelas XI SMK. Dan sebagai tindak lanjut dari penelitian dilakukan
pengamatan pada semester berikutnya.
3.4 Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK 25 orang siswa.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan metode pengamatan (observasi), tes,
wawancara, dan Dokumentasi.
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut lingkungan
fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan. Observasi
meliputi observasi sistematis dan operasi non sistematis. Observasi sistematis adalah
observasi yang dilakukan peneliti dengan menggunakan instrument pengamatan dan
Gambar 3.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2009:16)
Konsep pokok penelitian tindakan ini terdiri atas empat komponen, yaitu: perencanaan (planning)
pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat
komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan
sebanyak 3 siklus atau jika telah menunjukan hasil yang baik dalam 2 siklus maka dihentikan
hingga 2 siklus. Seperti yang katakan oleh Tim Penilai Angka Kredit kenaikan jabatan Guru
dalam Arikunto (2009:22), “Penelitian tindakan harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua
siklus tindakan yang berurutan. Informasi dari siklus terdahulu sangat menentukan bentuk siklus
berikutnya”.
3.3 Setting Penelitian
PTK dilakukan selama semester I (ganjil) pada bulan Agustus sampai bulan Desember tahun
pelajaran 2011/2012 di Kelas XI SMK. Dan sebagai tindak lanjut dari penelitian dilakukan
pengamatan pada semester berikutnya.
3.4 Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK 25 orang siswa.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan metode pengamatan (observasi), tes,
wawancara, dan Dokumentasi.
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut lingkungan
fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan. Observasi
meliputi observasi sistematis dan operasi non sistematis. Observasi sistematis adalah
observasi yang dilakukan peneliti dengan menggunakan instrument pengamatan dan
Gambar 3.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2009:16)
Konsep pokok penelitian tindakan ini terdiri atas empat komponen, yaitu: perencanaan (planning)
pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Hubungan keempat
komponen itu dipandang sebagai satu siklus. Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan
sebanyak 3 siklus atau jika telah menunjukan hasil yang baik dalam 2 siklus maka dihentikan
hingga 2 siklus. Seperti yang katakan oleh Tim Penilai Angka Kredit kenaikan jabatan Guru
dalam Arikunto (2009:22), “Penelitian tindakan harus dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua
siklus tindakan yang berurutan. Informasi dari siklus terdahulu sangat menentukan bentuk siklus
berikutnya”.
3.3 Setting Penelitian
PTK dilakukan selama semester I (ganjil) pada bulan Agustus sampai bulan Desember tahun
pelajaran 2011/2012 di Kelas XI SMK. Dan sebagai tindak lanjut dari penelitian dilakukan
pengamatan pada semester berikutnya.
3.4 Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK 25 orang siswa.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data. Penelitian ini menggunakan metode pengamatan (observasi), tes,
wawancara, dan Dokumentasi.
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut lingkungan
fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan. Observasi
meliputi observasi sistematis dan operasi non sistematis. Observasi sistematis adalah
observasi yang dilakukan peneliti dengan menggunakan instrument pengamatan dan
dilaksanakan pada waktu kegiatan belajar berlangsung. Sedangkan observasi non
sistematis adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti tanpa menggunakan instrumen
penelitian. Peneliti menggunakan observasi sistematis yang menggunakan pedoman berupa
format observasi terdiri dari nomer urut, subyek, aspek yang diobservasi. Aspek yang
diobservasi antara lain aktivitas siswa, kinerja siswa dalam menggambar animasi, kepuasan
siswa pada model pembelajaran.
Hasil pengamatan yang dicatat adalah aktivitas siswa selama pembelajaran, dan kinerja
siswa dalam menggambar animasi, dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
yang diisi guru pamong. Pada lembar observasi menggunakan skala 4 yaitu 1 (tidak baik),
2 (Cukup Baik), 3 (Baik), 4 (Sangat Baik). Ketentuan mengenai objek pengamatan
termasuk kategori sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik dapat dilihat pada
lampiran.
b. Metode Tes
Tes yang digunakan pada PTK ini adalah tes praktek dengan penilaian produk dari hasil
gambar animasi siswa.
dilaksanakan pada waktu kegiatan belajar berlangsung. Sedangkan observasi non
sistematis adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti tanpa menggunakan instrumen
penelitian. Peneliti menggunakan observasi sistematis yang menggunakan pedoman berupa
format observasi terdiri dari nomer urut, subyek, aspek yang diobservasi. Aspek yang
diobservasi antara lain aktivitas siswa, kinerja siswa dalam menggambar animasi, kepuasan
siswa pada model pembelajaran.
Hasil pengamatan yang dicatat adalah aktivitas siswa selama pembelajaran, dan kinerja
siswa dalam menggambar animasi, dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
yang diisi guru pamong. Pada lembar observasi menggunakan skala 4 yaitu 1 (tidak baik),
2 (Cukup Baik), 3 (Baik), 4 (Sangat Baik). Ketentuan mengenai objek pengamatan
termasuk kategori sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik dapat dilihat pada
lampiran.
b. Metode Tes
Tes yang digunakan pada PTK ini adalah tes praktek dengan penilaian produk dari hasil
gambar animasi siswa.
dilaksanakan pada waktu kegiatan belajar berlangsung. Sedangkan observasi non
sistematis adalah observasi yang dilakukan oleh peneliti tanpa menggunakan instrumen
penelitian. Peneliti menggunakan observasi sistematis yang menggunakan pedoman berupa
format observasi terdiri dari nomer urut, subyek, aspek yang diobservasi. Aspek yang
diobservasi antara lain aktivitas siswa, kinerja siswa dalam menggambar animasi, kepuasan
siswa pada model pembelajaran.
Hasil pengamatan yang dicatat adalah aktivitas siswa selama pembelajaran, dan kinerja
siswa dalam menggambar animasi, dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
yang diisi guru pamong. Pada lembar observasi menggunakan skala 4 yaitu 1 (tidak baik),
2 (Cukup Baik), 3 (Baik), 4 (Sangat Baik). Ketentuan mengenai objek pengamatan
termasuk kategori sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik dapat dilihat pada
lampiran.
b. Metode Tes
Tes yang digunakan pada PTK ini adalah tes praktek dengan penilaian produk dari hasil
gambar animasi siswa.