70
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP No. 27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra-sekolah, tugas utama Taman Kanak-Kanak adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di Sekolah Dasar. Pandangan ini mengisyaratkan bahwa Taman Kanak- Kanak merupakan lembaga pendidikan pra-sekolah atau pra-akademik. Dengan demikian Taman Kanak-Kanak tidak mengemban tanggung jawab utama dalam membina kemampuan akademik anak seperti kemampuan membaca dan menulis.

Proposal penelitian penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak kanak

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PROPOSAL PENELITIAN PTK TAMAN KANAK- KANAK

Citation preview

Page 1: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan

pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP No. 27 Tahun 1990).

Sebagai lembaga pendidikan pra-sekolah, tugas utama Taman Kanak-Kanak

adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan,

sikap perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi

dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di Sekolah Dasar.

Pandangan ini mengisyaratkan bahwa Taman Kanak-Kanak merupakan

lembaga pendidikan pra-sekolah atau pra-akademik. Dengan demikian Taman

Kanak-Kanak tidak mengemban tanggung jawab utama dalam membina

kemampuan akademik anak seperti kemampuan membaca dan menulis. Substansi

pembinaan kemampuan akademik atau skolastik ini harus menjadi tanggung

jawab utama lembaga pendidikan Sekolah Dasar.

Menurut Suparlan Suhartono dalam bukunya Filsafat Pendidikan,

menyatakan bahwa pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang

berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan.

Pendidikan berlangsung disegala jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan hidup yang

kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada di dalam diri

1

Page 2: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

2

individu. Dengan kegiatan pembelajaran seperti itu, individu mampu mengubah

dan mengembangkan diri menjadi semakin dewasa, cerdas, matang. Jadi

singkatnya, pendidikan merupakan system proses perubahan menuju

pendewasaan, pencerdasan dan pendatangan diri1. Salah satu masalah pendidikan

yang masih berkembang dewasa ini adalah lemahnya proses pembelajaran.

Pembelajaran yang sering dipakai lebih berorientasi kepada guru sehingga siswa

hanya sebagai objek ajar yang terus diberi dengan segudang informasi. Siswa

tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan eksistensi dirinya guna berpartisipasi

dalam pembelajaran. Fenomena seperti ini dapat mengakibatkan menurunnya

motivasi berprestasi siswa ketika belajar yang pada akhirnya keberhasilan

pembelajaran menjadi berkurang.

Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap

keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu

perkembangan Siswa untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.

Keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam

perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain dari sejak lahir bahkan

pada saat meninggal. Semua itu menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan

orang lain dalam perkembangannya, demikian halnya dengan Siswa. Begitu pun

orang tua pada saat mendaftarkan anaknya ke sekolah, sudah bukan hal yang bisa

dielakkan lagi bahwa orang tua juga menaruh harapan terhadap guru, agar

anaknya dapat berkembang secara optimal di bawah bimbingan guru.

1 1 Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008,, 79-80.

Page 3: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

3

Banyak cara yang dapat digunakan untuk melakukan pembelajaran yang

baik. Misalnya, dengan menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan

materi yang disampaikan dan disesuaikan dengan kondisi Siswa. Dengan adanya

ketepatan dalam memilih sebuah metode pembelajaran maka akan dengan mudah

tercapainya tujuan dari pembelajaran. Keberhasilan suatu pembelajaran dapat

diukur dari kemampuan Siswa dalam memahami materi pelajaran. kriteria

keberhasilan pembelajaran diukur dari sejauh mana Siswa dapat menguasai materi

pelajaran yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran di dalam kelas dikatakan

berhasil apabila sebagian besar Siswa memahami pelajaran dengan baik.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar Siswa yang

dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor

internalnya adalah pengaruh dari dalam diri Siswa tersebut baik dilihat dari

semangat ataupun motivasi belajarnya, dan salah satu faktor eksternalnya adalah

guru. Guru berperan besar dalam menyusun strategi pembelajaran yang

menyenangkan dan menarik agar Siswa termotivasi untuk berprestasi serta dapat

memahami pelajarannya dengan baik.

Dalam kegiatan pembelajaran siswa seharusnya berperan sebagai subjek

didik, tetapi dalam fenomena kegiatan pembelajaran Siswa dianggap sebagai

objek didik, Siswa diperankan secara aktif untuk menkonstruksi pengetahuan

yang didapatkan, tidak hanya pasif. Sebagai objek didik, Siswa biasanya berada di

bawah kekuasaan guru. Guru sebagai pengelola kelas mempunyai wewenang

terhadap kelas yang dikelolanya. Siswa mengikuti apa yang diinstruksikan oleh

guru, padahal Siswa mempunyai hak untuk berpendapat, berinisiatif jika ada hal

Page 4: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

4

yang kurang cocok pada diri Siswa. Siswa sebagai objek didik juga harus aktif

dalam kegiatan pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung efektif.

Siswa tidak hanya duduk mendengarkan ceramah dari guru ataupun mencatat apa

yang tertulis dari papan tulis, tetapi Siswa berusaha mencoba menemukan

pengetahuannya sendiri dengan bimbingan dari guru. Dengan demikian

pembelajaran ini berpusat pada diri Siswa (student centered) dan hasilnya Siswa

akan terbiasa bersikap aktif untuk mengkonstruksi pengetahuannya.2

Berdasarkan hasil pengamatan di TK.Negeri Pembina Kec. Pesantren Kota

Kediri, diketahui bahwa pada saat pembelajaran materi ibadah wudlu berlangsung,

guru masih menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan metode

ceramah dan siswa hanya bisa melihat gambar gerakan wudlu yang ditempel di

dinding . Guru menjelaskan materi secara klasikal dan Siswa mendengarkan

materi yang dipelajari. Akibatnya siswa merasa bosan, jenuh dan mereka

mengantuk bahkan ada sebagian Siswa ramai di dalam kelas tidak mau

memperhatikan penjelasan dari guru.

Alur pemikiran tersebut tidak selalu sejalan dan terimplementasikan dalam

praktik kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Indonesia.

Pergeseran tanggung jawab pengembangan kemempuan skolastik dari Sekolah

Dasar ke Taman Kanak-Kanak terjadi di mana-mana, baik secara terang-terangan

maupun terselubung. Banyak Sekolah Dasar seringkali mengajukan persyaratan

2 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), 74

Page 5: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

5

atau tes “membaca dan menulis”. Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar seperti ini

sering pula di anggap sebagai lembaga pendidikan “berkualitas dan bonafide”.

Peristiwa praktik pendidikan seperti itu mendorong lembaga pendidikan

Taman Kanak-Kanak maupun orang tua berlomba mengajarkan kemampuan

akademik membaca dan menulis dengan mengadapsi pola-pola pembelajaran di

Sekolah Dasar. Akibatnya, tidak jarang Taman Kanak-Kanak tidak lagi

menerapkan prinsip-prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain,

sehingga Taman Kanak-Kanak tidak lagi taman yang indah, tempat bermain dan

berteman banyak, tetapi beralih menjadi “Sekolah” Taman Kanak-Kanak dalam

makna menyekolahkan secara dini pada anak-anak. Tanda-tandanya terlihat pada

pentargetan kemampuan akademik membaca dan menulis agar bisa memasukkan

anaknya ke Sekolah Dasar favorit. PTK Taman Kanak Kanak

Mengajarkan membaca dan menulis di Taman Kanak-Kanak dapat

dilaksanakan selama batas-batas aturan pengembangan pra-sekolah serta

mendasarkan diri pada prinsip dasar hakiki dari pendidikan Taman Kanak-Kanak

sebagai sebuah taman bermain, sosialisasi, dan pengembangan berbagai

kemampuan pra-skolastik yang lebih substansi yaitu bidang pengembangan

kemampuan dasar yang meliputi kemampuan berbahasa atau membaca kognitif,

fisik-motorik dan seni.

Mencermati kondisi kegiatan pembelajaran membaca dan menulis di Taman

Kanak-Kanak yang berlangsung sebagaimana digambarkan di atas, perlu

dilakukan penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu

Page 6: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

6

yang direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi. Dengan serangkaian tindakan itu

diharapkan dapat mengubah suasana pembelajaran ke arah pembelajaran yang

lebih memungkinkan siswa terlibat secara aktif dan menyenangkan. Hal itu dapat

dicapai dengan melalui pembelajaran menggunakan media gambar. Media gambar

adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip

rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia

benda-benda, binatang, peristiwa, tempat dan sebagainya (Taufik Rachmat, 1994).

Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses belajar

mengajar, sebab mudah diperoleh tidak mahal dan efektif, serta menambah gairah

dalam motivasi belajar siswa.

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian tindakan ini dapat lebih terarah, maka secara operational

permasalahan penelitian ini difokuskan pada media gambar dan guru dalam

pelaksananaan proses belajar mengajar, membaca di Kelompok B TK.Negeri

Pembina Kec. Pesantren Kota Kediri . Secara rinci permasalahan penelitian ini

dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran membaca dengan media gambar

di Taman Kanak-Kanak secara klasikal ?

2. Bagaimanakah gambaran pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak

dengan media gambar secara kelompok ?

Page 7: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

7

3. Apakah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam membaca setelah

mereka mengikuti pembelajaran membaca dan menulis dengan

menggunakan media gambar?

C. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menemukan terjadinya

peningkatan kemampuan membaca dan menulis dengan menggunakan

media gambar. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

2. Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan

media gambar secara klasikal.

3. Menggambarkan pembelajaran membaca di Taman Kanak-Kanak dengan

media gambar secara kelompok.

4. Menemukan terjadinya peningkatan kemampuan siswa dalam membaca

setelah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar.

D. Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian yang menjadi batasan materi dalam penelitian adalah

kemampuan berbahasa dengan media gambar di Taman Kanak-Kanak Kelompok

B. penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelompok B Taman Kanak-Kanak

Negeri Pembina Kec. Pesantren Kota Kediri

E. Definisi Operasional PTK Taman Kanak Kanak

Untuk mendapatkan kesamaan arti pada penelitian ini dipertukarkan pendefinisian

istilah :

Page 8: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

8

1. Kemampuan berbahasa yang diajarkan di Taman Kanak-Kanak kelompok

B pada penelitian ini sesuai dengan materi yang terdapat pada kurikulum

Taman Kanak-Kanak 2004 yaitu kemampuan membaca permulaan (pra

membaca), sedangkan pelaksanaannya menggunakan pendekatan temaik

dan pembelajaran yang berorientasi pada prinsip bermain sambil belajar

atau belajar seraya bermain.

2. Yang dimaksud siswa mampu membaca permulaan (pra membaca) adalah

siswa dapat menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan

simbol yang melambangkannya atau media gambarnya.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi :

1. Siswa Taman Kanak-Kanak, agar mereka terbiasa dalam suasana kegiatan

pembelajaran di Taman Kanak-Kanak yang menyenangkan dan tidak

menakutkan.

2. Bagi guru Taman Kanak-Kanak, dengan penerapan media gambar, guru

memperoleh pengalaman baru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak yang berpusat pada anak.

3. Bagi peneliti, dapat membantu guru dalam mengatasi masalah dalam

pembelajaran kemampuan berbahasa di Taman Kanak-Kanak.

Page 9: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Kemampuan Berbahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk

mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya. Anak-anak yang

memiliki kemampuan berbahasa yang baik pada umumnya memiliki kemampuan

yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan

interaktif dengan lingkungannya. Kemampuan berbahasa ini tidak selalu

didominasi oleh kemampuan membaca saja tetapi juga terdapat sub potensi

lainnya yang memiliki peranan yang lebih besar seperti penguasaan kosa kata,

pemahaman (mendengar dan menyimak) dan kemampuan berkomunikasi.Pada

usia Taman Kanak-Kanak (4 – 6 tahun), perkembangan kamampuan berbahasa

anak ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut3 :

1. Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi.

2. Memiliki berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan,

kata tanya dan kata sambung.

3. Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.

4. Mampu menggungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan

menggunakan kalimat sederhana.

3 Darsono, M., et.al., Belajar dan Pembelajaran, Semarang: IKIP Semarang Press: 2000,23.

9

Page 10: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

10

5. Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar

Perkembangan kemampuan tersebut muncul ditandai oleh berbagai gejala

seperti senang bertanya dan memberikan informasi tentang berbagai hal, berbicara

sendiri, dengan atau tanpa menggunakan alat seperti (boneka, mobil mainan, dan

sebagainya). Mencoret-coret buku atau dinding dan menceritakan sesuatu yang

fantastik. Gejala-gejala ini merupakan pertanda munculnya kepermukaan berbagai

jenis potensi tersembunyi (hidden potency) menjadi potensi tampak (actual

potency). Kondisi tersebut menunjukkan berfungsi dan berkembangnya sel-sel

saraf pada otak.4

Secara khusus, perkembangan kemampuan membaca pada anak berlangsung

dalam beberapa tahap sebagai berikut:

1. Tahap fantasi (magical stage)

Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, mulai berpikir

bahwa buku itu penting, melihat atau membolak-balikan buku dan kadang-kadang

anak membawa buku kesukaannya. Pada tahap pertama, guru dapat memberikan

atau menunjukkan model/contoh tentang perlunya membaca, membacakan

sesuatu pada anak, membicarakan buku pada anak.

2. Tahap pembentukan konsep diri (self concept stage)

Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri

dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada

4 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.46

Page 11: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

11

gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa buku

meskipun tidak cocok dengan tulisan.

Pada tahap kedua, orang tua atau guru memberikan rangsangan dengan

jalan membacakan sesuatu pada anak. Guru hendaknya memberikan akses pada

buku-buku yang diketahui anak-anak. Orang tua atau guru juga hendaknya

melibatkan anak membacakan buku.

3. Tahap membaca gambar (bridging reading stage)

Pada tahap ini anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat

menemukan kata yang sudah dikenal, dapat mengungkapkan kata-kata yang

memiliki makna dengan dirinya, dapat mengulang kembali cerita yang tertulis,

dapat mengenal cetakan kata dari puisi atau lagu yang dikenalinya serta sudah

mengenal abjad.

Pada tahap ketiga, guru membacakan sesuatu pada anak-anak, menghadirkan

berbagai kosa kata pada lagu dan puisi, memberikan kesempatan sesering

mungkin.

4. Tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage)

Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (fraphoponic, semantic dan

syntactic) secara bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat

kembali cetakan pada konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan

serta membaca berbagai tanda seperti kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan.

Page 12: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

12

Pada tahap keempat guru masih harus membacakan sesuatu pada anak-

anak sehingga mendorong anak membaca suatu pada berbagai situasi. Orang tua

dan guru jangan memaksa anak membaca huruf secara sempurna.

5. Tahap membaca lancar (independent reader stage)

Pada tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda

secara bebas. Menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang

dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan yang

berhubungan secara langsung dengan pengalaman anak semakin mudah dibaca..

Untuk memberikan rangsangan positif terhadap munculnya berbagai

potensi keberbahasaan anak diatas maka permainan dan berbagai alatnya

memegang peranan penting. Lingkungan (termasuk didalamnya peranan orang tua

dan guru) seharusnya menciptakan berbagai aktifitas bermain secara sederhana

yang memberikan arah dan bimbingan agar berbagai potensi yang tampak akan

tumbuh dan berkembang secara optimal5

B. Pengertian atau Definisi Media Gambar

1. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin yaitu jamak dari kata medium yang

secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau

pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan Secara umum media

pembelajaran dalam pendidikan disebut media, yaitu berbagai jenis komponen

5 Darsono, M., et.al., Belajar dan Pembelajaran, Semarang: IKIP Semarang Press: 2000,35

Page 13: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

13

dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk berpikir, menurut

Gagne.

Sedangkan menurut Brigs : media adalah segala alat fisik yang dapat

menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Jadi, media merupakan

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan

penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian

sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi .

Dari pendapat Gagne dan Brigs kita dapat menyimpulkan bahwa media

merupakan alat dan baha fisik yang terdapat di lingkungan siswa untuk

menyajikan pesan kegiatan pembelajaran (proses kegiatan belajar-mengajar)

sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar.

Kata media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harafiah berarti

tengah, perantara, atau pengantar. namun penegertian media dalam proses

pemebelajaran cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis atau

elektronis untuk menagkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual

atau verbal.

Media merupakan segala sesuatu yang dapat diindra yang berfungsi

sebagai perantara, sarana, alat untuk proses komunikasi belajar mengajar . Secara

etimologi, kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang berasal

dan Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa

Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang”

sehingga pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau

Page 14: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

14

meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima

pesan. Media dapat diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang dapat

digunakan dalam suatu proses penyajian informasi .

Ada beberapa batasan atau pengertian tentang media pembelajaran yang

disampaikan oleh para ahli. Dari batasan-batasan tersebut, dapat dirangkum

bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan

hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber

belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar

(di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.

Jadi dapat disimpulkan dari pengertian beberapa ahli mengenai definisi

media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian,

minat pikiran, dan perasaan pembelajar (siswa) dalam kegiatan belajar untuk

mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Media pembelajaran memiliki fungsi yang

sangat penting yaitu sebagai pembawa informasi dan pencegah terjadinya

hambatan proses pembelajaran, sehingga informasi atau pesan dari komunikator

dapat sampai kepada komunikan secara efektif dan efesien. Selain itu, media

pembelajaran merupakan unsur atau komponen sistem pembelajaran maka media

pembelajaran merupakan media integral dari pembelajaran.

2. Pengertian Media Gambar

Page 15: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

15

Bentuk umun dari media gamabar terangkum dalam pengertian dari media

grafis. Karena media gambara merupakan bagian dari pembuatan media grafis.

Sebelum kita nengetahui lebih lanjut mengenai media gambar ada baiknya kita

mengetahui lebih dahulu pengertian dari media grafis.

Media grafis atau graphic material adalah suatu media visual yang

menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan, atau symbol visual

yang lain dengan maksud untuk menikthisarkan, menggambarkan, dan

merangkum suatu ide, data kejadian. Batasan tersebut member gambaran bahwa

media grafis merupakan media dua dimensi yang dapat dinikmati dengan

menggunakan indra pengelihatan.

Dari pengertian media grafis diatas kita dapat mengambil kesim[pulan

bahwa memang benar media gambara merupakan bagian yang utuh dari media

grafis tersebut karena pada dasarnya media gambara merupakan kumpulan dari

beberapa titik dan garis yang memvisualisasikan gambara sebuah benda atau

seorang tokoh yang dapat memperjelas kita dalam memahami benda atau tokoh

tersebut.

Menurut I Made Tegeh yang dimaksud media gambar dilihar dari

pandangan media grafis adalah gambar gambar hasil lukisan tangan, hasil cetakan,

dan hasil karya seni fotografi6. Penyajian obyek dalam bentuk gambar dapat

disajikan melalui bentuk nyata maupun kreasi khayalan belaka sesuia dengan

bentuk yang pernah dilihat oleh orang yang menggambarnya.7

6 Ibid, 237 Darsono, M., et.al., Belajar dan Pembelajaran, Semarang: IKIP Semarang Press: 2000 57

Page 16: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

16

Kemampuan gambar dapat berbicara banyak dari seribu kata hal ini

mempunyai makna bahwa gambar merupakan suatu ilustrasi yang memberikan

pengertian dan penjelasan yang amat banyak dan lengkap dibandingkan kita

hanya membaca dan memebrikan suatu kejelasan pada sebuah masalah karena

sifatnya yang lebih konkrit (nyata). Tujuan penggunaan gambar dalam

pembelajaran adalah : (1) menerjemahkan symbol verbal, (2) mengkonkritkan dan

memperbaiki kesan-kesan yang salah dari ilustrasi lisan. (3) memberikan ilustrasi

suatu buku, dan (4) membangkitkan motivasi belajar dan menghidupkan suasana

kelas.

Dalam pembelajaran di sekolah dasar media gambar sangat baik di

gunakan dan di terapkan dalam proses belajar mengajar sebagai media

pembelajaran karena media gambar ini cenderung sangat menarik hati siswa

sehingga akan muncul motivasi untuk lebih ingin menegtahui tentang gamabar

yang dijelaskan dan gurupun dapat menyampaikan materi dengan optimal melalui

media gamabar tersebut.

3. Kelemahan dan Kelebihan Media Gambar

Walaupun media gambar merupakan media yang tepat dan baik digunakan

dalam pembelajaran di sekolah dasar namun pasti ada saja kekurangan serta

kelebihan yang dimiliki oleh media gambar tersebut sebagai sebuah karakteristik

dari media gamabar itu sendiri. Dari sumber yang ada, ada beberapa kekurangan

dan kelebihan yang dimiliki oleh media gambar yaitu :

4. Kelebihan Media Gambar :

Page 17: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

17

a) Sifatnya konkrit. Gambar/ foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah

dibanding dengan media verbal semata.

b) Gambar dapat mengatasai masalah batasan ruang dan waktu. Tidak semua

benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa,

anak-anak dibawa ke objek tersebut. Untuk itu gambar atau foto dapat

mengatasinya. Air terjun niagara atau danau toba dapat disajikan ke kelas

lewat gambar atau foto. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau,

kemarin atau bahkan menit yang lalu kadang-kadang tak dapat dilihat

seperti apa adanya. Gambar atau foto sangat bermanfaat dalam hal ini.

c) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau

penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat

disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar.

d) Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk

tingkat usia beberapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan

kesalah pahaman.

e) Murah harganya, mudah didapat, mudah digunakan, tanpa memerlukan

peralatan yang khusus.

5. Kekurangan Media Gambar :

a) Penghayatan tentang materi kurang sempurna, karena media gambar hanya

menampilkan persepsi indera mata yang tidak cukup kuat untuk

Page 18: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

18

menggerakkan seluruh kepribadian manusia, sehingga materi yang akan

dibahas kurang sempurna.

b) Gambar atau foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk

kegiatan pembelajaran.

c) Ukuran sangat terbatas untuk kelompok besar.

6. Cara Penggunaan Media Gambar Dalam Meningkatkan kemampuan membaca .

Perkembangan bahasa anak merupakan proses biologis dan psikologis,

karena melibatkan proses pertumbuhan alami dan perkembangan psikologis

sebagai akibat interaksi anak dengan lingkungan. Kecepatan anak dalam berbicara

(bahasa pertama) merupakan salah satu keajaiban alam dan menjadi bukti kuat

dari dasar biologis untuk pemerolehan bahasa. Pada saat yang sama,

perkembangan kompetensi berbahasa, yakni kemampuan untuk menggunakan

seluruh aturan berbahasa baik untuk ekspresi (berbicara) maupun interpretasi

(memberi makna), dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan anak Selama

tahun-tahun awal prasekolah, khususnya di Taman Kanak-kanak, interaksi dengan

orang dewasa dan penutur lain yang lebih tua, memainkan peranan yang penting

dalam mendukung perkembangan kemampuan berkomunikasi anak .

Ketika memasuki Taman Kanak-kanak, atau usia 4 tahun, anak telah dapat

memberikan sejumlah informasi dan menggunakan berbagai bentuk pertanyaan

dengan menggunakan kata “apa”, “mengapa”, “kapan”, “di mana”, dan “siapa”.

Mereka juga dapat berargumentasi dan dapat tertawa oleh penggunaan kata-kata

yang keliru. Anak usia 4 tahun mempunyai selera humor yang relatif baik, senang

Page 19: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

19

terhadap rima (persajakan), teka-teki, lelucon sederhana, dan gurauan lisan.

Mereka juga dapat menikmati cerita yang dibicarakan kepada mereka, khususnya

ketika mereka dapat melihat ke ilustrasi gambar yang menyertai cerita tersebut

Perkembangan bahasa anak usia 4 tahun, menurut NAEYC adalah sebagai

berikut.

a) memperluas kosakata dari 4000 kata menjadi 6000 kata;

b) memperlihatkan perhatian pada kata-kata abstrak;

c) berbicara dalam 4 – 6 kata dalam satu kalimat;

d) suka menyanyikan lagu-lagu yang sederhana, tahu beberapa

e) persajakan dan permainan jari-jari;

f) berbicara di depan kelompok dengan malu-malu, suka bercerita

g) dengan keluarga dan pengalaman mereka;

h) menggunakan perintah lisan untuk menuntut sesuatu, mulai

i) menggoda teman sebayanya;

j) mulai menggunakan beberapa kata abstrak;

k) sering membuat pertanyaan dengan kata “mengapa”

l) mengekspresikan emosi melalui gerak air muka dan membaca isyarat

tubuh orang lain, serta meniru tingkah laku anak yang lebih dewasa atau

orang tua;

m) dapat mengontrol volume suara untuk beberapa saat jika diingatkan, mulai

“membaca” konteks untuk isyarat sosial;

n) dapat menggunakan struktur kalimat kompleks, seperti menggunakan

klausa relatif (“orang yang duduk di sana itu pinter main layang-layang”),

Page 20: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

20

tanyaan taq (“Dia pinter banget. Iya, kan?”), dan mencoba-coba konstruksi

baru, menyusun beberapa kalimat yang sulit untuk pendengarnya;

o) mencoba mengkomunikasikan kata-kata yang melebihi kosakatanya,

p) meminjam dan menyusun kata-kata untuk membentuk makna;

q) mempelajari kata-kata baru dengan cepat jika berkaitan dengan

r) pengalamannya sendiri;

s) dapat menceritakan kembali 4 hingga 5 babak dalam urutan sebuah cerita

Menurut Bronson anak usia 4 tahun mulai menunjukkan minat aktivitas

literasi seperti mengeja huruf dan bunyi, menjiplak huruf, dan kreativitas lain

yang berkaitan dengan buku.

b) Aspek Perkembangan Bahasa, Sosial, dan Emosional

Anak usia 4 hingga 5 tahun telah menunjukkan minat yang relatif tinggi

terhadap permainan sosiodramatik. Mereka senang menggunakan pakaian dan

atribut orang dewasa. Mereka juga menunjukkan peringkatan minat terhadap

kelompok dalam kegiatan bermain peran. Mereka juga belajar berbagi dan

mengambil peranan, dan mulai terlibat dalam kegiatan bermain sosial. Selain itu,

anak-anak telah menunjukkan kemampuan-kemampuan dan karakteristik berikut,

yaitu:

a) telah memiliki kesadaran akan diri;

b) lebih mengembangkan perasaan yang altruistik (mementingkan

kepentingan orang lain);

c) memiliki kesadaran kesukuan, etnik, dan perbedaan jenis kelamin;

Page 21: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

21

d) dapat mengerti perintah dan mengikuti beberapa aturan;

e) memiliki perasaan yang kuat terhadap rumah dan keluarga;

f) menunjukkan suatu perkembangan rasa percaya diri;

g) bermain paralel masih dilakukan, tetapi mulai melakukan permainan

yang melibatkan kerjasama;

h) mengkhayalkan teman sepermainan

Perkembangan sosial anak usia empat tahun relatif berkembang. Mereka,

walaupun masih terlibat permainan asosiatif, namun mulai mengikuti permainan

kooperatif yang diwarnai aktivitas memberi dan menerima. Mereka juga

menunjukkan kesulitan berbagi, tetapi mulai memahami aturan pergiliran, dan

bisa memainkan permainan-permainan sederhana dalam kelompok kecil. Mereka

telah memiliki keinginan untuk menyenangkan teman, memuji orang lain, dan

tampak senang memiliki teman. Mereka mulai mengerti apa arti keteraturan,

tetapi mereka tidak bisa menunggu terlalu lama meskipun dijanjikan sesuatu..

Perkembangan emosional anak usia prasekolah, menurut Bredekamp dan

Copple dipengaruhi oleh kemampuan kognitifnya.8 Perkembangan emosi pada

periode ini lebih terwarnai oleh rasa takut. Kapasitas anak yang semakin

meningkat untuk berpikir dan berfantasi membuat mereka membayangkan banyak

hal yang menakutkan terjadi. Pada saat yang sama, berbagai kekerasan muncul di

media, di masyarakat, bahkan di rumah. Hal itu menjadi ancaman yang serius bagi

kesehatan fisik dan emosional anak. Oleh karena itu, dibutuhkan bantuan orang

dewasa, serta dorongan rasa aman pada diri anak, terutama melalui kesempatan

bermain dan kegiatan berkesenian.

8 Darsono, M., et.al., Belajar dan Pembelajaran, Semarang: IKIP Semarang Press: 2000

Page 22: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

22

Perkembangan emosional kanak-kanak menjadi nyata pada usia ini dalam

interaksi permainan anak sebaya. Pada usia ini anak-anak telah menunjukkan

kemampuan emosi berikut, yaitu :

a) dapat mentolerir beberapa perasaan frustasi;

b) mulai mengembangkan kontrol diri;

c) mengapresiasi kejutan dan peristiwa-peristiwa baru;

d) mulai menunjukkan rasa humor;

e) membutuhkan ekspresi kasih sayang yang jelas;

f) takut kegelapan, takut ditinggalkan, dan takut pada situasi yang asing

baginya .

Menurut Bredekamp dan Copple anak usia empat tahun masih mengalami

kesulitan berbagi dengan orang lain. Meskipun demikian, mereka mulai

memahami pergiliran dan permainan sederhana dalam kelompok kecil. Mereka

mudah marah ketika keinginannya tidak dipenuhi seketika ia meminta. Meskipun

demikian, mereka berusaha mengatasi interaksi negatif meskipun masih belum

terampil secara verbal dalam menyelesaikan semua konflik9. Mereka terkadang

meledakkan kemarahan, namun belajar bahwa tindakan negatif akan

mengakibatkan sanksi negatif pula. Anak usia empat tahun mulai memiliki

kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan perasaan yang kuat seperti

kemarahan dan ketakutan, meskipun masih membutuhkan orang dewasa untuk

membantunya mengungkapkan atau mengendalikan perasaan.

2. Permainan Bahasa

9 Darsono, M., et.al., Belajar dan Pembelajaran, Semarang: IKIP Semarang Press: 2000 .123

Page 23: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

23

Permainan bahasa adalah suatu bentuk permainan yang sengaja dilakukan

dengan melibatkan unsur bahasa. Unsur bahasa dapat mencakup ranah yang mana

saja. Permainan bahasa juga meliputi keterampilan berbahasa yang dapat

difokuskan ke bidang tertentu. Berikut ini beberapa permainan bahasa yang dapat

dimanfaatkan untuk anak TK.

1) Permainan Bahasa MENYIMAK

Tujuan permainan ini adalah pengembangan keterampilan menyimak anak.

Beberapa bentuknya antara lain: Dengar-Ucap; Dengar-Tiru; Dengar-Gaya;

Pesan Berantai; Dengar Cerita; dsb.

2) Permainan Bahasa BERBICARA

Tujuan permainan ini adalah pengembangan keterampilan berbicara anak

untuk mengucapkan kata dan menyusun kalimat secara lebih tepat. Misalnya:

Aku Minta; Aku Tanya; Cerita Berpasangan; Tebak Aku; Main

Peran/Sosiodrama; dsb.

3) Permainan Bahasa MEMBACA

Tujuan permainan ini adalah pengembangan keterampilan membaca anak.

Contohnya: Tebak Huruf; Pancing Huruf; Aku Tahu; dll.

4) Permainan Bahasa MENULIS

Tujuan permainan ini adalah pengembangan keterampilan menulis, tetapi masih

sangat terbatas. Misalnya: Tebak Huruf, Cetak Huruf, dsbGambar dapat

D . Prinsip-Prinsip Pemakaian Media Gambar Kata

Page 24: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

24

Beberapa hal yang perlu di perhatikan antara lain :

· Pergunakanlah gambar untuk tujuan-tujuan pengajaran yang spesifik, yaitu

dengan cara memilih gambar tertentu yang akan mendukung penjelasan inti

pelajaran atau pokok-pokok pelajaran. Tujuan khusus itulah yang mengarahkan

minat siswa kepada pokok-pokok pelajaran. Bilamana tujuan instruksional yang

ingin dicapainya adalah kemampuan siswa membandingkan kelompok hewan

bertulang belakang dengan tidak, maka gambar-gambarnya harus memperhatikan

perbedaan yang mencolok antara hewan bertulang belakang dan tak bertulang

belakang.

· Padukan gambar-gambar kepada pelajaran, sebab keefektivan pemakaian

gambar-gambar di dalam proses belajar mengajar memerlukan keterpaduan.

Bilamana gambar-gambar itu akan dipakai semuanya, perlu dipikirkan

kemungkinan dalam kaitan pokok-pokok pelajaran. Pameran gambar di papan

pengumuman pada umumnya mempunyai nilai kesan sama seperti di dalam ruang

kelas. Gambar-gambar yang riil sangat berfaedah untuk suatu mata pelajaran,

karena maknanya akan membantu pemahaman para siswa dan cara itu akan ditiru

untuk hal-hal yang sama dikemudian hari sehingga gambar tersebut akan

menginspirasinya.

· Pergunakanlah gambar-gambar itu sedikit saja, daripada menggunakan

banyak gambar tetapi tidak efektif. Hematlah penggunaan gambar yang

mendukung makna. Jumlah gambar yang sedikit tetapi selektif, lebih baik

daripada dua kali mempertunjukkan gambar yang serabutan tanpa pilih-pilih.

Page 25: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

25

Banyaknya ilustrasi gambar-gambr secara berlebihan, akan mengakibatkan para

siswa merasa dirongrong oleh sekelompok gambar yang mengikat mereka, akan

tetapi tidak menghasilkan kesan atau inpresi visual yang jelas, jadi yang

terpenting adalah pemusatan Perhatian pada gagasan utama. Sekali gagasan

dibentuk dengan baik, ilustrasi tambahan bisa berfaedah memperbesar konsep-

konsep permulaan. Penyajian gambar hendaknya dilakukan secara bertahap,

dimulai dengan memperagakan konsep-konsep pokok artinya apa yang terpenting

dari pelajaran itu. Lalu diperhatikan gambar yang menyertainya, lingkungannya,

dan lain-lain.

· Kurangilah penambahan kata-kata pada gambar oleh karena gambar-

gambar itu sangat penting dalam mengembangkan kata-kata atau cerita, atau

dalam menyajikan gagasan baru. Misalnya dalam mata pelajaran biologi. Para

siswa mengamati gambar-gambar candi gaya Jawa Tengah dan Jawa Timur

menjelaskan bahwa mengapa bentuk tidak sama, apa ciri-ciri membedakan satu

sama lain. Guru bisa saja tidak bisa mudah dipahami oleh para siswa yang

bertempat tinggal di lingkungan hutan tropis asing. Demikian pula istilah

supermarket terdengar asing bagi siswa-siswa yang hidup di daerah pedesaan atau

di daerah perkampungan.

· Mendorong pernyataan yang kreatif, melalui gambar-gambar para siswa

akan didorong untuk mengembangkan keterampilan berbahasa lisan dan tulisan,

seni grafis dan bentuk-bentuk kegiatan lainnya. Keterampilan jenis keterbacaan

visual dalam hal ini sangat diperlukan bagi para siswa dalam membaca gambar-

gambar itu.

Page 26: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

26

· Mengevaluasi kemajuan kelas, bisa juga dengan memanfaatkan gambar

baik secara umum maupun secara khusus. Jadi guru bisa mempergunakan gambar

datar, slides atau transparan untuk melakukan evaluasi belajar bagi para siswa.

Pemakaian instrumen tes secara bervariasi akan sangat baik dilakukan guru, dalam

upaya memperoleh hasil tes yang komprehensip serta menyeluruh.

2. Memilih Gambar yang Baik Dalam Pengajaran

Dalam pemilihan gambar yang baik untuk kegiatan pengajaran terdapat beberapa

kriteria yang perlu diperhatikan antara lain:

· Keaslian gambar. Gambar menunjukkan situasi yang sebenarnya, seperti

melihat keadaan atau benda yang sesungguhnya. Kekeliruan dalam hal ini akan

memberikan pengaruh yang tak diharapkan gambar yang palsu dikatakan asli.

· Kesederhanaan. Gambar itu sederhana dalam warna, menimbulkan kesan

tertentu, mempunyai nilai estetis secara murni dan mengandung nilai praktis.

Jangan sampai peserta didik menjadi bingung dan tidak tertarik pada gambar.

· Bentuk item. Hendaknya sipengamat dapat memperoleh tanggapan yang

tetap tentang obyek-obyek dalam gambar.

· Perbuatan. Gambar hendaknya hal sedang melakukan perbuatan. Siswa

akan lebih tertarik dan akan lebih memahami gambar-gambar yang sedang

bergerak.

Page 27: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

27

· Fotografi. Siswa dapat lebih tertarik kepada gambar yang nilai fotografinya

rendah, yang dikerjakan secara tidak profesional seperti terlalu terang atau gelap.

Gambar yang bagus belum tentu menarik dan efektif bagi pengajaran.

· Artistik. Segi artistik pada umumnya dapat mempengaruhi nilai gambar.

Penggunaan gambar tentu saja disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.

Kriteria-kriteria memilih gambar seperti yang telah dikemukakan di atas juga

berfungsi untuk menilai apakah suatu gambar efektif atau tidak untuk digunakan

dalam pengajaran. Gambar yang tidak memenuhi kriteria tidak dapat digunakan

sebagai media dalam mengajar.10

3. Menggunakan Gambar Dalam Kelas

Penggunaan gambar secara efektif disesuaikan dengan tingkatan anak, baik dalam

hal besarnya gambar, detai, warna dan latar belakang untuk penafsiran. Dijadikan

alat untuk pengalaman kreatif, memperkaya fakta, dan memperbaiki kekurang

jelasan. Akan tetapi gambar juga menjadi tidak efektif, apabila terlalu sering

digunakan dalam waktu yang tidak lama. Gambar sebaiknya disusun menurut

urutan tertentu dan dihubungkan dengan masalah yang luas.

Gambar dapat digunakan untuk suatu tujuan tertentu seperti pengajaran yang

dapat memberikan pengalaman dasar. Mempelajari gambar sendiri dalam kegiatan

pengajaran dapat dilakukan cara, menulis pertanyaan tentang gambar, menulis

cerita, mencari gambar-gambar yang sama, dan menggunakan gambar untuk

mendemonstrasikan suatu obyek.

10 Darsono, M., et.al., Belajar dan Pembelajaran, Semarang: IKIP Semarang Press: 2000

Page 28: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

28

Pengajaran dalam kelas dengan gambar sedapat mungkin penyajiannya efektif.

Gambar-gambar yang digunakan merupakan gambar yang terpilih, besar, dapat

dilihat oleh semua peserta didik, bisa ditempel, digantung atau diproyeksikan.

Display gambar-gambar dapat ditempel pada papan buletin, menjadikan ruangan

menarik, memotivasi siswa, meningkatkan minat, perhatian, dan menambah

pengetahuan siswa.

4. Mengajar Siswa Membaca Ganbar

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengajar siswa membaca

gambar:

· Warna. Siswa sangat tertarik pada gambar-gambar berwarna. Umumnya

pada mulanya mereka mengamati warna sebelum mereka mengetahui nama

warna, barulah ia tafsirkan. Pada umumnya mereka memilikji kriteria tersendiri

tentang kombinasi warna-warna. Melatih menanggapi, membedakan, dan

menafsirkan warna perlu dilakukan guru terhadap para siswa.

· Ukuran. Dapat dibandingkan mana yang lebih besar antara seekor ayam

dengan seekor sapi, mana yang lebih tinggi antara seorang manusia dengan gereja,

dan sebagainya.

· Jarak. Maksudnya agar anak dapat mengira-ngira jarak antara suatu obyek

dengan obyek lainnya dalam suatu gambar, misalnya jarak antara puncak gunung

latar belakangnya.

Page 29: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

29

· Sesuatu gambar dapat menunjukkan suatu gerakan. Mobil yang sedang

diparkir yang nampak dalam sebuah gambar, dalam gambar terdapat sebuah

simbol-simbol gerakan. Temperatur. Bermaksud anak memperoleh kesan apakah

di dalam gambar temperaturnya dingin atau panas. Bandingkan gambar yang

menunjukkan musim salju dan gambar orang-orang yang berada dalam keadaan

membuka pakaian. Maka dapat dibedakan temperatur rendah dan keadaan panas.

Itulah tadi beberapa hal yang harus diperhatikan dan digunakan dalam

menggunakan media gambar terutama dalam proses belajar mengajar dan jangan

lupa kembali akan tujuan dari media yaitu sebagai sarana atau alat untuk

memudahkan siswa mengerti dan memahami materi dalam proses belajar

mengajar. Untuk menggunakannnya kita pertama harus mengambil contoh dulu

materi dan kelas apa yang kita akan terapkan media gambar ini. Untuk itu kita

perlu sebuah RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dimana RPP ini yang

nantinya akan menuntun kita menggunkan media yang sudah di persiapkan dan

juga perlu diingat bahwa sebelum menerapkan media tersebut kita harus

mempersiapkannya dengan cara melihat kesiapan siswa akan penerimaan media

yang bersangkutan ataupun melihat kemampuan siswa dalam membaca media

yang digunakan. Jadi untuk menerapkannya kita harus memililih media yang

sesuai dengan psikologi siswa dan karakteristik siswa yang bersangkutan. Jangan

sampai media pembelajaran ini terutama media gambar bukannya menjadi

medium atau perantara yang baik malah menjadi suatu penghambat dalam

kegiatan belajar mengajar siwa dalam menerima materi pelajaran sehingga

penyerapan materi pelajaran pada siswa menjadi kurang maksimal.

Page 30: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

30

E. Kerangka Berpikir

Setiap orang yang berbuat dan bertindak dengan sadar, seperti seorang

pendidik, tentu menggunakan metode atau cara tertentu untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. Oleh karena itu, berhasil atau tidak suatu perbuatan banyak

bergantung kepada metode yang digunakan. Untuk dapat menggunakan metode

yang baik, seorang pendidik harus mempunyai pengetahuan tentang kebaikan dan

keburukan metode tersebut.

Selain harus menguasai materi, seorang pendidik juga harus dapat

menempatkan metode sesuai dengan materi pelajaran agar maksud dan tujuan

tercapai, Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk dapat menggunakan metode

yang tepat agar dapat memberikan pemahaman serta pengalaman bagi anak didik.

Melalui materi ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang hukum Islam.

Begitu pula dalam pembelajaran , dengan menggunakan metode Card Sort

diharapkan proses belajar-mengajar berjalan dengan efektif .

B. Hipotesis Penelitian

Dari rumusan masalah diatas maka hipotesis penelitian berbunyi “ Bahwa

terdapat peningkatan hasil belajaar siswa melalui penerapan pada pembelajaran

membaca menggunakan media gambar siswa kelas B TK Negeri Pembina Kec.

Pesantren Kota Kediri Tahun ajaran 2013/2014”.

BAB III

METODE DAN RENCANA PENELITIAN

Page 31: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

31

Metode adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk menganalisa suatu

masalah dalam penelitian11. Kualitas penelitian tergantung pada metode yang

digunakan oleh peneliti.

A. Metode Penelitian

Banyak sekali macam-macam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa pada

khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan penelitian kwantitatif.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sebab dalam melakukan

tindakan kepada subjek penelitian, yang sangat diutamakan adalah mengungkap

makna; yakni makna dan proses pembelajaran sebagai upaya meningkatkan

aktifitas belajar dan hasil belajar melalui tindakan yang dilakukan.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan, yang

terfokus dalam kegiatan di kelas sehingga penelitiannya berupa penelitian

tindakan kelas. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

kemampuan siswa dalam pembelajaran di kelas, terutama deskripsi

peningkatan siswa dalam memahami unsur-unsur intrinsik materi membaca

membaca menggunakan media gambar . Guru akan dapat meningkatkan

hasil pembelajaran siswanya jika guru tersebut mau melihat kembali

pembelajaran yang diberikan kepada siswanya. Mampu tidaknya siswa dalam

pembelajaran, hal itu sangat tergantung pada tindakan guru. Tindakan guru

seperti itu bila dicatat kemudian direfleksikan kembali permasalahannya, guru

11 Sukmadinata. . Jenis-Jenis Penelitian. Surabaya: PT. Bina Ilmu 2006 ,23

31

Page 32: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

32

tersebut dapat dikatakan pula sebagai peneliti tindakan kelas. Sebab, peneliti

tindakan kelas menurut Carr dan Kemmis adalah suatu bentuk penelitian

refleksi diri (self-reflektive) secara kolektif yang melibatkan partisipan

(guru, siswa, dan kepala sekolah) dalam situasi sosial (termasuk

pendidikan) dengan tujuan untuk mengembangkan rasionalisasi dari praktik

pendidikan yang sedang dialami guru

Selain pendapat di atas, Elliot mengatakan bahwa penelitian tindakan

merupakan suatu kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk

meningkatkan kualitas praktik. Ini dimaksudkan untuk memberi penilaian

terhadap praktik yang dilakukan dalam situasi konkret. Adapun Mc Niff

mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu pendekatan untuk

meningkatkan pendidikan melalui perubahan dengan mendorong guru untuk

menyadari praktik mengajar mereka, kritis terhadap praktik mengajar yang

dilakukan, dan siap terhadap perubahan.

Prosedur penelitian tindakan terdiri atas beberapa tahap. Menurut

pendapat Kurt Lewin, setiap siklus penelitian tindakan selalu ada aktifitas

dasar, diantaranya adalah identifikasi ide awal, analisis, menemukan masalah

umum, perencanaan umum tindakan, mengembangkan langkah tindakan

pertama, melaksanakan langkah tindakan pertama, mengevaluasi, dan

merevisi perencanaan umum. Berdasarkan siklus dasar ini, peneliti

mengadakan perbaikan-perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus

berikutnya. Tindakan seperti ini dilakukan terus menerus sampai ada

perbaikan.12 Berdasarkan pendapat Lewin, penelitian ini dirancang dengan

12 ibid

Page 33: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

33

langkah- langkah yang meliputi studi pendahuluan, persiapan tindakan,

pelaksanaan tindakan, dan refleksi. Sebagaimana gambar siklus berikut ini:

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

?

Siklus Pelaksanaan PTK

Langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Langkah

awal kegiatan penelitian ini dimulai dari identifikasi permasalahan yang ada

dalam pembelajaran, baik permasalahan yang ada dalam siswa, guru, maupun

dalam proses perencanaan. Setelah itu, diadakan analisis hasil permasalahan

dan diperoleh temuan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru

secara maksimal. Berdasarkan temuan itu, peneliti sekaligus menjadi guru

menyusun rencana tindakan untuk diterapkan dalam pembelajaran analisis.

Perencanaaan tindakan kelas disusun guru berupa tujuan pembelajaran, satuan

pelajaran, rencana pembelajaran, penilaian, dan bahan atau materi yang

digunakan dalam pembelajaran. Rencana tindakan itu dilaksanakan dalam

Page 34: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

34

siklus-siklus pembelajaran. Setelah selesai tindakan setiap siklusnya, peneliti

mengadakan refleksi untuk menentukan dasar tindakan perbaikan pada

pelaksaan siklus berikutnya hingga tujuan penelitian tercapai.

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek penelitian

1. Setting Penelitian

a. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di TK. Negeri Pembina

Kec. Pesantren berjumlah 31 siswa, Penulis mengambil lokasi atau tempat ini

dengan pertimbangan dekat sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam

mencari data, peluang waktu yang luas dan subjek penelitian yang sangat

sesuai dengan profesi penulis.

b. Waktu Penelitian

Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan untuk

menggunakan waktu penelitian selama 2 bulan. Waktu dari perencanaan

sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester II tahun

pelajaran 2013/ 2014.

c. Lama Tindakan

Waktu untuk melaksanakan tindakan pada bulan Januari – Pebruari 2013,

mulai dari siklus I dan siklus II.

d. Subjek Penelitian

Page 35: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

35

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelompok B TK. Negeri

Pembina Kec. Pesantren Kota Kediri, dengan jumlah siswa 30 orang. Yang

terdiri dari 16 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan.

Pertimbangan penulis mengambil subjek penelitian tersebut dimana siswa

kelompok B telah mampu dan memiliki kemandirian dalam mengerjakan

tugas, karena siswa kelompok B sebagian telah mampu membaca dan menulis.

2. Karakteristik subyek penelitian

Sebagai subyek dalam penelitian ini adalah kelompok B tahun ajaran

2013/ 2014 dengan jumlah siswa berjumlah 30 siswa, dengan data siswa laki–laki

berjumlah 16 anak dan siswa perempuan berjumlah 14 anak. Dipilih kelompok B

ini dengan alasan sebagai berikut :

a) Berdasarkan pengamatan pada kelompok B menemui kesulitan belajar dan

kurang bersemanagat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran .

b) Siswa kesulitan untuk memahami materi membaca menggunakan media

gambar yang benar dan runtut.

c) Kemampuan siswa melihat rata–rata siswa sebelumnya diteliti dapat

digambarkan bahwa kemampuan siswa tergolong sedang.

d) Keaktifan Siswa dalam setiap pembelajaran di kelompok B, siswa belum

berani mengajukan pertanyaan, hanya ada 1 atau 2 anak yang berani bertanya

mengenai materi yang belum dimengerti. Apabila ada pertanyaan guru,

mereka tidak merespon dengan baik. Sikap ketidakaktifan inilah yang

Page 36: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

36

menjadi penyebab ketidak mampuan siswa menyerap materi pembelajaran

dengan baik.

C. Variabel yang diselidiki

Variabel-variabel penelitian yang dijadikan pokok masalah untuk

menjawab permasalahan yang dihadapi yaitu :

1. Variabel input : Siswa kelompok B TK. Negeri Pembina

Kec. Pesantren Kota Kediri

2. Variabel proses : Metode membaca menggunakan media gambar

3. Variabel output :Siswa dapat membaca

mennggunakan media gambar dengan benar.

D. Rencana Tindakan

1. Perencanaan Tindakan

Merupakan tindakan pembelajaran kelas yang tersusun, dan dari segi

definisi harus prospektif atau memandang ke depan pada tindakan dengan

memperhitungkan peristiwa-peristiwa tak terduga sehingga mengandung

sedikit resiko. Maka rencana mesti cukup fleksibel agar dapat diadaptasikan

dengan pengaruh yang tak dapat terduga dan kendala yang sebelumnya tidak

terlihat. Hal-hal yang perlu diperhatikan seperti penerapan entry behavior,

pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasikan masalah, pembuatan

skenario pembelajaran, penyiapan atau pengadaan alat-alat dan sebagainya.

2. Implementasi Tindakan

Page 37: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

37

Tindakan hendaknya dituntun oleh rencana yang telah dibuat, tetapi

perlu diingat bahwa tindakan itu tidak secara mutlak dikendalikan oleh

rencana, mengingat dinamikan proses pembelajaran di kelas guru, yang

menuntut penyesuaian. Oleh karena itu, guru perlu bersikap fleksibel dan siap

mengubah rencana tindakan sesuai dengan keadaan yang ada. Semua

perubahan/penyesuaian yang terjadi perlu dicatat karena kelak harus

dilaporkan.

Pelaksanaan rencana tindakan memiliki karakter perjuangan materiil,

sosial, dan politis ke arah perbaikan. Mungkin negosiasi dan kompromi

diperlukan, tetapi kompromi harus juga dilihat dalam konteks strateginya. Nilai

tambah taraf sedang mungkin cukup untuk sementara waktu, dan nilai

tambah ini kemudian mendasari tindakan berikutnya.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus

dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Siklus I

1) Perencanaan

(a) Merencanakan pembelajaran yang akan ditetapkan dalam proses belajar

mengajar.

(b) Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar

(c) Memilih bahan pelajaran yang sesuai.

(d) Menentukan skenario pembelajaran dengan pendekatan konstektual dan

pembelajaran dengan menggunakan metode demontrasi.

(e) Mempersiapkan sumber, bahan dan alat bantu yang dibutuhkan

Page 38: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

38

(f) Menyusun lembar kerja siswa

(g) Mengembangkan format evaluasi

(h) Mengembangkan format observasi pembelajaran

2) Pelaksanaan

(a) Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran

(b) Siswa membaca materi yang terdapat dalam buku sumber

(c) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat pada

buku sumber

(d) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang telah dipelajari

(e) Siswa mengerjakan lembar kerja siswa

3) Observasi dan Evaluasi

Menilai hasil tindakan dengan menggunakan formatlembar kerja siswa.

4) Refleksi

(a) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu,

jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.

(b) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario

pembelajaran dan lembar kerja siswa

(c) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan

pada siklus berikutnya.

b. Siklus II

5) Perencanaan

(a) Mengidentifikasi masalah yang muncul pada siklus I yang belum teratasi

dan penetapan alternative pemecahan masalah

Page 39: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

39

(b) Menentukan indikator pencapaian hasil belajar

(c) Pengembangan program tindakan II

6) Pelaksanaan

(a)Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah

yang muncul pada siklus I sesuai dengan alternative pemecahan masalah

yang sudah ditemukan.

(b)Guru melakukan appersepsi

(c)Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang

ingin dicapai dalam pembelajaran

(d)Siswa bertanya jawab

(e)Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa

7) Observasi dan Evaluasi

Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.

8) Refleksi

(a)Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada silkus II berdasarkan data yang

terkumpul

(b)Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus II

(c)Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi

5. Evaluasi tindakan II

Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami

kemajuan

3. Observasi dan Interpretasi

Page 40: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

40

Observasi tindakan dikelas guru berfungsi untuk mendokumentasikan

pengaruh tindakan bersama prosesnya. Observasi itu berorientasi ke depan,

tetapi memberikan dasar bagi refleksi sekarang, lebih-lebih lagi ketika

putaran atau siklus terkait masih berlangsung. Perlu dijaga agar observasi: (1)

direncanakan agar (a) ada dokumen sebagai dasar refleksi berikutnya dan (b)

fleksibel dan terbuka untuk mencatat hal- hal yang tak terduga; (2) dilakukan

secara cermat karena tindakan guru di kelas selalu akan dibatasi oleh

kendala realitas kelas yang dinamis, diwarnai dengan hal-hal tak

terduga; (3) bersifat responsif, terbuka pikirannya.

4. Analisis dan Refleksi

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan

persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Lewat refleksi guru

berusaha (1) memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata

dalam tindakan strategik, dengan mempertimbangkan ragam perspektif yang

mungkin ada dalam situasi pembelajaran kelas, dan (2) memahami

persoalan pembelajaran dan keadaan kelas di mana pembelajan

dilaksanakan. Dalam melakukan refleksi, guru sebaiknya juga berdiskusi

dengan sejawat guru, untuk menghasilkan rekonstruksi maknasituas

pembelajaran kelas dan memberikan dasar perbaikan rencana siklus

berikutnya.

E. Data dan Cara Pengumpulan Data

Page 41: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

41

1. Teknik pengumpulan data.

Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

digunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu observasi, tes dan wawancara.

a. Observasi dilakukan untuk mengamati siswa pada saat berlangsung yaitu

diawal sampai akhir. Dalam hal ini peneliti menggunakan Metode Card Sort

dalam pembelajaran Matematika dengan pokok penjumlahan dan

pengurangan menggunakan uang dengan melakukan observasi kelas untuk

mengamati aktifitas belajar yang dilakukan peneliti dalam hal ini mengamati

sejauhmana penerapan pembelajaran siswa pada pembelajaran Matematika

dengan pokok bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Uang .

b. Tes, dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar siswa

dalam materi penjumlahan dan pengurangan uang menggunakan metode

demontrasi.

2. Teknik analisis data

Teknik analisis data dilakukan dalam menerjemahkan jenis data dari hasil

observasi dan tes menjadi data kualitatif menjadi data diskriptif kualitatif. Data

tersebut adalah :

a. Data dari hasil pengamatan tentang aktifitas guru dalam mengajar dan

aktifitas siswa dalam belajar.

b. Data hasil belajar siswa untuk mengetahui kemampuan siswa.

Analisis data hasil tes belajar secara diskriptif bertujuan untuk

mendiskiptifkan ketuntasan hasil belajar siswa. Data ini diperoleh penilaian

afektif Untuk menganalisis data dari hasil belajar di gunakan ketuntasan belajar

Page 42: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

42

berdasarkan petunjuk pelaksanaan kurikulum KTSP. Untuk menentukan

ketuntasan hasil belajar digunakan rumus :

Keterangan :

P = % ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal

f = Jumlah siswa yang didapatkan

N = Jumlah siswa

F. Indikator Kinerja

Dalam penelitian tindakan kelas ini yang akan dilihat indikator kinerja

siswa dalam aktifitas dan hasil belajar yaitu berupa :

a. Tes : rata-rata nilai siswa

b. Observasi : keterampilan siswa dalam proses pembelajaran membaca

membaca menggunakan media gambar .

G. Jadwal pelaksanaan Penelitian

Page 43: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

43

Berikut ini adalah jadwal rencana kegiatan penelitian tindakan kelas

yang akan dilaksanakan di kelompok B TK. Negeri Pembina Kec. Pesantren

Kota Kediri

Tabel 1

Jadwal Penelitian 2013/2014

Jadwal kegiatanNop Des Jan Peb

No 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1Persiapan awal sampai

penyusunan proposal

2Persiapan instrument dan

alat

3 Pegumpulan data

4 Analisis data

5 Penyusunan Laporan

DAFTAR PUSTAKA

Akhmadi, Abu, Metodologi Mengajar, Malang: IKIP Malang, 1986.

Page 44: Proposal penelitian  penggunaan media gambar untuk membaca permulaan di taman kanak   kanak

44

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoretis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1994.

Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi, Jakarta : Bina Aksara, 1989.

Darsono, M., et.al., Belajar dan Pembelajaran, Semarang: IKIP Semarang Press: 2000.

Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2002.

___________, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Gramedia, 1999.

Djamarah, Syaiful Bahri, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Fontana, Tenaga Kependidikan Profesional, Jakarta: Depdikbud, 1981.

Hadi, Sutrisno, Statistik 2, Yogyakarta : Andi Offset, 2000.

Hadoyo, Herman, Mengajar Belajar Matematika, Jakarta: Depdikbud, 1990.

Hasan, Iqbal, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,Bandung: Ghalia Indonesia, 2002.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008.

Suhartono, Suparlan, Filsafat Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2007.

Suyitno, Amin, Petunjuk Praktis Penelitian Tindakan Kelas untuk Penyusunan Skripsi, Semarang: UNNES, 2005.

Wahyuni, Dwi, Studi Tentang Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Mengajar, Program Sarjana Universitas Negeri Malang, 2001.