Upload
ifwhar-yuhono
View
500
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Mengkaji problem-problem yang terjadi pada pelafalan fonem vokal dan konsonan bahasa Indonesia.
Citation preview
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASARFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA
2014
Dosen Pengampu: Prof. Dr. St. Y. Slamet
Disusun Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah Problematika Berbahasa Indonesia
PROBLEMATIKA PELAFALAN BAHASA INDONESIA
PADA FONEM VOKAL DAN FONEM KONSONAN
I’if ZuraifahK7111099 – 8 – 7B
Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok penutur bahasa dalam mengucapkan lambang-lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucapnya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Lafal
Faktor yang
mempengaruhi lafal:
Tempat
tumbuh
Tempat
tinggal
Etnis Kelas sosial
pendidikan
fonemFonem adalah satuan bunyi terkecil
yang berfungsi membedakan arti. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Klasifikasi fonem
FonemVokal
Diftong (Vokal
Rangkap)
Fonem Konsonan
Gugus Konsonan (Kluster)
Digraf
Fonem vokal
Vokal merupakan bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: tinggi-rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal itu.
Klasifikasi vokal
Tinggi rendahnya posisi lidah
(Vokal tinggi atas, Vokal tinggi
bawah, Vokal sedang atas, Vokal sedang bawah, Vokal
sedang tengah, Vokal rendah)
Maju mundurnya lidah (Vokal depan, Vokal tengah, Vokal
belakang).
Struktur (Vokal tertutup, Vokal semi tertutup,
Vokal semi terbuka, Vokal
terbuka).
Bentuk mulut (Vokal bundar,
Vokal tak bundar, Vokal netral).
Nomor Vokal Cara pelafalan Contoh
1 aMenarik lidah ke belakang dan ke bawah, disertai dengan menghembuskan udara ke luar; sedangkan mulut dibuka lebar-lebar membundar
Aku
2 i
Menganjurkan lidah ke depan dan ke atas, disertai dengan menghembuskan udara ke luar, sedangkan mulut dilebarkan dan tidak membundar
Ibu
3 uMenarik lidah ke belakang dan ke atas, disertai dengan menghembuskan udara ke luar, sedangkan bentuk mulut dibundarkan.
Udara
4 ѐMenganjurkan lidah ke depan dan ke tengah dan disertai dengan menghembuskan udara keluar, sedangkan bentuk mulut dilebarkan
EnakEntah
5 oMenarik lidah jauh ke belakang dan ke tengah, disertai dengan menghembuskan udara ke luar, sedangkan bentuk mulut dibundarkan
Orang
KonsonanKonsonan adalah bunyi yang dibentuk
dengan menghambat arus udara pada sebagian alat bicara, terdapat artikulasi. Konsonan bersuara adalah konsonan yang dihasilkan dengan bergetarnya pita suara. Konsonan tidak bersuara adalah konsonan yang dihasilkan tanpa bergetarnya pita suara.
Fonem konsonan bahasa Indonesia ada 21 macam, yaitu : /b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z/.
Klasifikas
i konsonan
Klasifikas
i konsonan berdasarkan
cara
pengucapan atau
cara
artikulasi yaitu sebagai berikut:
1. Konsonan Hambat Letup /Stops/Plosives ( Konsonan hambat letup bilabial, Konsonan hambat letup apiko-dental, Konsonan hambat letup apiko-palatal, Konsonan hambat letup medio-palatal, Konsonan hambat letup dorso-velar, Konsonan hamzah).
2. Konsonan Nasal/Sengau (Konsonan nasal bilabial, Konsonan nasal medio-palatal, Konsonan nasal apiko-alveolar, Konsonan nasal dorso-velar).
3. Konsonan Paduan 4. Konsonan Sampingan 5. Konsonan Geseran atau Frikatif (Konsonan geseran labio-dental,
Konsonan geseran lamino-alveolar, Konsonan geseran dorso-velar, Konsonan geseran laringal
6. Konsonan Getar 7. Semivokal
Daerah
Cara
Artikulasi
Artikulasi
BilabialLabio-dental
Dental/Alveolar
Palatal Velar Glotal
Hambat Tak Bersuara
Bersuara
pb
td
ej
kg
‘
Frikatif Tak Bersuara
Bersuara
F
sz
s
x
h
Nasal Bersuara
m
n
ň
ŋ
Getar Bersuara
r
Lateral Bersuara
l
Semivokal Bersuara
w
y
Problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic" yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan permasalahan.
Contoh kaidah pelafalan yang perlu dibicarakan ialah pelafalan bunyi /h/. Pelafalan bunyi /h/ ada aturannya dalam bahasa Indonesia. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang sama harus dilafalkan dengan jelas, seperti pada kata mahal, pohon, luhur, leher, sihir. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang berbeda dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak kedengaran, seperti pada kata tahun, lihat, pahit. Bunyi /h/ pada kata seperti itu umumnya dilafalkan dengan bunyi luncur /w/ atau /y/, yaitu tawun, liyat, payit. Aturan ini tidak berlaku bagi kata-kata pungut karena lafal kata pungut disesuaikan dengan lafal bahasa asalnya, seperti kata mahir, lahir, kohir, kohesi.
Contoh lain problem pelafalan kata yaitu :1)Kata “apa” diucapkan oleh orang Betawi menjadi “ape”,
“pOhOn” diucapkan “pu’un”.2)Pada bahasa Tapanuli (Batak), pengucapan e umumnya menjadi
ε, seperti kata “benar” menjadi “bεnar”.3)Pada bahasa daerah Bali dan Aceh pengucapan huruf t dan d
terasa kental sekali, misalnya ucapan kata “teman” seperti terdengar “deman”.
4)Di Jawa khusunya daerah Jawa Tengah pengucapan huruf b sering diiringi dengan bunyi /m / misalnya, “bali” menjadi “mBali”, “besok” menjadi “mbesok”.
Disamping dipengaruhi oleh bahasa daerah, pelafalan kata juga sering dipengaruhi oleh bahasa sehari-hari yang tidak baku. Contoh:
No Lafal yang salah Lafal yang benar
12345678
Telur kursi
lubang kantung
senin rabu
kamis kerbau
TelorKorsi
LobangKant0ngSənεnReboKemisKebo
DAFTAR
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai PustakaChaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka
Cipta___________. 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa
Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta___________. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta :
Rineka CiptaFaisal, Muhammad, dkk. 2009. Kajian Bahasa Indonesia
3 SKS. Jakarta: DiktiKridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Edisi
Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Moeliono, Anton. 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai PustakaPusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Slamet, St.Y. 2014. Problematika Berbahasa Indonesia dan Pembelajarannya. Yogyakarta: Graha Ilmu
Undang-Undang Dasar 1945. Pasal 36Verhaar. J.W.M. 1988. Pengantar Linguistik. Yogyakarta:
Gajah Mada University press
PUSTAKA