64
RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN (Kajian Semantik) Oleh: Khusnul Khatima. G NIM: 1420510107 TESIS Diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Agama Islam Program Studi Interdisciplinary Islamic Studies Konsentrasi Ilmu Bahasa Arab YOGYAKARTA 2016

RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN

(Kajian Semantik)

Oleh:

Khusnul Khatima. G

NIM: 1420510107

TESIS

Diajukan kepada Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh

Gelar Magister dalam Ilmu Agama Islam

Program Studi Interdisciplinary Islamic Studies

Konsentrasi Ilmu Bahasa Arab

YOGYAKARTA

2016

Page 2: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

ii

Page 3: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

iii

Page 4: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

iv

Page 5: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

v

Page 6: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

vi

Page 7: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

vii

ABSTRAK

Mimpi atau yang di dalam al-Qur’an disebut dengan kata ar-ru’yā merupakan hal

yang begitu dekat dan melekat dalam diri manusia. Hal tersebut merupakan salah satu

aktivitas yang berada di luar kesadaran manusia, dan mimpi itu tidak bisa dihindari

oleh manusia jika Dia menghendakinya. Hal ini menunjukkan bahwa mimpi

mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena pentingnya suatu

mimpi, Allah bahkan merekamnya dalam al-Qur’an. Oleh karena itu, yang menjadi

pembahasan dalam kajian ini adalah memaparkan derivasi, bentuk penggunaan kata

ru’yā dalam al-Qur’an, pesan al-Qur’an tentang kata ru’yā bagi kehidupan manusia.

Adapun metode yang digunakan dalam menganalisa kata ar-ru’yā dalam al-

Qur’an menggunakan kajian semantik al-Qur’an. Langkah-langkah yang digunakan

dengan mencari etimologi serta kata dasar dari kata ar-ru’yā, selain mencari juga

menganalisa makna kata ar-ru’yā melalui hubungan antar kata dalam kalimat,

maupun antar ayat dalam al-Qur’an secara sintagmatik dan paradigmatik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ar-ru’yā memiliki beberapa kata yang

medannya adalah: ṣidq, ta’wīl, ta’bīr, manām, qaṣaṣ, dan fitnah. Terdapat beberapa

kata yang berelasi dengan kata ar-ru’yā, yaitu: aḥlām, naẓar, baṣar, dan syahādah.

Dari beberapa refensi ditemukan bahwa kata ar-ru’yā adalah bentuk maṣdar dari kata

kerja ra’ā- yarā-ra’yan wa ru’yatan, dan jamaknya adalah ru’an. Secara etimologi

memiliki arti: “memerhatikan atau “memandang dengan mata atau pikiran”. Adapun

secara leksikal bermakna sebagai berikut: “mā yurā fī an-naumi (apa yang dilihat di

dalam tidur)”, atau “mā yaḥlumu bihi an-nāimu (sesuatu yang dimimpikan oleh

seorang yang tidur)”.

Kata Kunci: ar-ru’yā, etimologi, derivasi, sintagmatik dan paradigmatik.

Page 8: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

viii

PEDOMAN TRANSLITRASI ARAB-LATIN

Pedoman trasliterasi dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia

menggunakan Pedoman Transliterasi Arab-Latin yang berdasarkan surat keputusan

bersama Mentri Agama dan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987

dan 0543b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. Pedoman transliterasi tersebut adalah :

A. Konsonan Tunggal

Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan huruf, sedangkan dalam transliterasi ini sebagian dilambangkan dengan tanda

dan sebagian lagi dilambangkan dengan huruf serta tanda sekaligus. Daftar huruf

Arab dan transliterasinya dengan huruf Latin adalah sebagai berikut :

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا

Ba B Be ب

Ta T Te ت

ṡa ṡ es (dengan titik di atas) ث

Jim J Je ج

ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah) ح

Kha Kh ka dan ha خ

Page 9: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

ix

Dal D De د

Z|a Z| zet (dengan titik di atas) ذ

Ra R Er ر

Zai Z Zet ز

Sin S Es س

Syin Sy es dan ye ش

ṣad ṣ es (dengan titik di bawah) ص

ḍad ḍ de (dengan titik di bawah) ض

ṭa ṭ te (dengan titik di bawah) ط

ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah) ظ

ain ‘ Koma terbalik di atas‘ ع

Gain G Ge غ

Fa F Ef ف

Qaf Q Ki ق

Kaf K Ka ك

Lam L El ل

Mim M Em م

Page 10: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

x

Nun N En ن

Wawu W We و

Ha H Ha ه

Hamzah ...' ... Apostrof ء

Ya Y Ye ى

B. Konsonan rangkap karena Syaddah ditulis rankap

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda yaitu tanda syaddah atau tasydid. Dalam transliterasi ini tanda syaddah

tersebut dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi

tanda syaddah itu.

Contoh :

No Kata Bahasa Arab Trasliterasi

Rabbana ربنا .1

ل ,2 Najjala نز

C. Ta’ Marbutah

Trasliterasi untuk Ta Marbutah ada dua :

Page 11: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

xi

1. Bila dimatikan ditulis h

Contoh :

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

Hibbah هبة .1

Jizyah جزية .2

Ketentuan ini tidak diberlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap

ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan lain sebagaianya, kecuali

bila dikehendaki lafal aslinya.

Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka

ditulis dengan h.

contoh

Kata Bahasa Arab Transliterasi

Karāmahu al-auliyā’u كرامهاألولياء

2. Bila ta’ Marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah, dan dhammah

ditulis t.

Contoh :

Page 12: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

xii

Kata Bahasa Arab Transliterasi

Zakātul-fiṭri زكاةالفطر

D. Vokal Pendek

Vokal pendek bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,

transliterasinya sebagai berikut :

Tanda Nama Huruf Latin Keterangan

Fathah A A

Kasrah I I

Dammah U U

Contoh :

No Kata Bahasa Arab Transliterasi

Kataba كتب .1

Żakara ذكر .2

Yażhabu يذهب .3

E. Vokal Panjang

Page 13: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

xiii

Kata Bahasa Arab Transliterasi

Fathah + alif ( جاهلية) Jāhiliyyah

Fathah + ya’ mati ( يسعى) Yas’ā

Kasrah + ya’ mati (كريم ) Karīm

dammah + wawu mati (فروض ) furūḍ

F. Vokal Rangkap

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara

harakat dan huruf maka trasliterasinya gabungan huruf, yaitu :

Contoh :

Kata Bahasa Arab Transliterasi

Fathah + ya’ mati (بينكم) ai (bainakum)

Fathah + wawu mati (قول ) au (qaulun)

G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan

Apostrof

Contoh:

No. Kata Bahasa Arab Transliterasi

Page 14: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

xiv

a’antum أأنتم .1

u’iddat أعدت .2

la’in syakartum لئنشكرتم .3

H. Kata Sandang

Kata sandang dalam bahasa Arab dilambankan dengan huruf yaitu ال . Namun

dalam transliterasinya kata sandang itu dibedakan antara kata sandang yang

diikuti oleh huruf Qamariyyah dan kata sandang yang diikuti oleh huruf

Syamsiyyah.

1. kata sandang yang diikuti oleh huruf Qamariyyah ditransliterasikan sesuai

dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.

Contoh :

No. Kata Bahasa Arab Transliterasi

al-Qur’ān القرأن .1

al-Qiyās ألقياس .2

2. Kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah ditrasliterasikan

sesuai dengan bunyinya yaitu huruf /el/ diganti dengan huruf yang sama

dengan huruf yang langsung mengikuti kata sandang itu.

Page 15: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

xv

Contoh :

No. Kata Bahasa Arab Transliterasi

ar-rajulu الرجل .1

سالشم .2 asy-syamsu

Adapun contoh penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat:

No. Kata Bahasa Arab Transliterasi

Żawī al-furūḍi ذويالفروض .1

Ahlu al-bait أهلالبيت .2

Page 16: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

xvi

DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………i

PERNYATAAN KEASLIAN……………………………………………………ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI……………………………………………ii

PENGESAHAN…………………………………………………………………..iv

PERSETUJUAN TIM PENGUJI……………………………………………….v

NOTA DINAS PEMBIMBING………………………………………………….vi

ABSTRAK………………………………………………………………………..vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN………………………………viii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..xvi

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..xv ii

BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 7

D. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 9

E. Landasan Teori ............................................................................ 11

F. Metode Penelitian........................................................................ 16

G. Sistematika Penulisan ................................................................. 19

BAB II : SEMANTIK ................................................................................... 21

A. Semantik dan Pengertiannya ....................................................... 21

B. Teori Makna ................................................................................ 25

C. Semantik al-Qur’an ..................................................................... 32

BAB III : MAKNA KATA RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN ....................... 41

A. Etimologi Kata Ru’yā .................................................................. 41

B. Makna Dasar Kata Ru’yā ............................................................ 46

C. Bentuk Derivasi Kata Ru’yā Dalam al-Qur’an ........................... 48

D. Makna Kata Ru’yā dalam al-Qur’an ........................................... 58

E. Relasi Makna Ru’yā .................................................................... 69

1. Relasi Paradigmatik Kata Ru’ya Dalam al-Qur’an ............... 70

a. Aḥlām .............................................................................. 71

Page 17: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

xvii

b. Naẓar ............................................................................... 78

c. Baṣar ............................................................................... 79

d. Syahādah ......................................................................... 81

2. Relasi Sintagmatik Kata Ru’yā Dalam al-Qur’an ................. 83

a. Ṣidq/Haqq ........................................................................ 84

b. Ta’wīl .............................................................................. 86

c. Ta’bīr .............................................................................. 89

d. Manām ............................................................................ 90

e. Qaṣaṣ ............................................................................... 91

f. Fitnah .............................................................................. 96

BAB IV : MEDAN SEMANTIK RU’YĀ ..................................................... 99

A. Pengertian dan Tujuan................................................................. 99

B. Medan Asosiatif Ru’yā ............................................................. 103

C. Analisis Makna kata Ru’yā ................................................... 104

BAB V : PENUTUP .................................................................................. 124

A. Kesimpulan ................................................................................................ 124

B. Saran ........................................................................................................... 130

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 131

LAMPIRAN .......................................................................................................... 137

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ 147

Page 18: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

xviii

KATA PENGANTAR

بسم ميحرلا نمحرلا هللا

Segala puji bagi Allah swt,, karena hanya Dia-lah yang patut dipuji, berkat izin

dan Rahmat-Nya lah, tesis yang berjudul “Makna Ru’yā Dalam Al-Qur’an (Kajian

Semantik)”dapat penulis selesaikan dengan baik. Salawat serta salam semoga selalu

tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad saw., para keluarga dan sahabat-

sahabatnya, “ Âmîn yā rabbal’ālamīn”, yang telah menjadi suri tauladan bagi

umatnya

Segala bentuk perjuangan yang penulis hadapi selama ini merupakan bagian

dari sebuah proses panjang dalam menyelesaikan studi di PPs UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta. Berbagai bentuk perjuangan yang telah dijalani baik waktu, tenaga

maupun biaya yang semuanya merupakan proses sejauh mana penulis bisa bertahan

untuk menyelesaikan studi ini. Akhirya penulis ucapkan “al-ḥamdulillah”, berkat

kasih sayang dan pertolongan Allah swt, dan optimisme penulis yang diikuti kerja

keras, berakhir juga semua proses tersebut dan tesis ini dapat terselesaikan pada

waktunya. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Penulis mengakui bahwa

penulisan tesis ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak, maka sebagai rasa terima kasih dan tanda penghargaan yang tulus, Secara

khusus, penulis menghanturkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D., selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

2. Prof. Noorhaidi Hasan, S.Ag, M.A., M.Phil., Ph.D., selaku direktur

Pascasarjana, beserta para staf Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

3. Rof’ah MSW., Ph.D., .selaku ketua Program Studi Interdisciplinary Islamic

Studies (IIS), dan Dr. Ahmad Rafiq, S.Ag., M.Ag., MA., Ph.D., Selaku

Page 19: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

xix

sekretaris Program Studi Interdisciplinary Islamic Studies (IIS) Pascasarjana

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

4. Prof. Dr. Sugeng Sugiyono, M.A., selaku pembimbing tesis penulis, yang

telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, koreksi-

koreksi, masukan serta arahan yang sangat berarti hingga terselesainya

penelitian ini.

5. Dr. Ahmad Rafiq, S.Ag., M.Ag., MA., Ph.D., selaku penguji tesis, yang telah

memberikan banyak perhatian dan memberikan masukan yang membangun

bagi penulisan ini.

6. Segenap dosen pengampu di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

yang telah banyak menyalurkan ilmunya untuk kematangan berpikir dan

analisis ilmiah bagi penulis.

7. Segenap karyawan dan karyawati Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta yang telah bersedia melayani dan membantu penulis dalam

banyak hal.

8. Kawan-kawan seperjuangan konsentrasi Ilmu Bahasa Arab (IBA. B) PPs

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah banyak berbagi dan memberikan

banyak motivasi bagi penulis.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan dan orang-orang terdekat dari Sulawesi

Tenggara yang bersedia membantu dan memberikan dukungan bagi penulis.

10. Papa dan mama H. Guruddin dan Hj. Mardia yang tercinta, serta adik-adikku

tersayang yang telah sangat mencukupkan kebutuhan baik moril dan materil

Page 20: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

xx

penulis semasa kuliah serta memberikan dukungan, motivasi, dan senangtiasa

mendo’akan penulis untuk kelancaran dan kemudahan dalam mengerjakan

dan menyelesaikan studi serta penulisan tesis ini.

Semoga Allah swt. memberikan imbalan yang melimpah dan tiada batas atas

segala kemurahan hati dan kebaikan yang diberikan kepada penulis. Jazākumullāh

khairan kaṣīran. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam tesis

ini. Apa yang telah ada dan baik semoga bermanfaat dan yang salah dapat

diperbaiki oleh peneliti selanjutnya.

Page 21: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mimpi, sejak zaman dahulu sampai sekarang masih saja merupakan tema yang

sekiranya penting untuk dikaji. Berbicara tentang mimpi sebagian orang menganggap

merupakan hal yang sangat menarik untuk dibahas dan sebagian lain menganggap

sebaliknya. Mimpi itu misterius, bersifat tanggung dan ambigu. Wujudnya kadang

kabur dan melompat-lompat, namun ada juga yang teratur dan punya alur.

Ketidakjelasan inilah yang membuat mimpi itu menarik untuk dikaji.

Apa yang kita lihat atau alami di dalam mimpi, juga mendatangkan reaksi yang

berbeda-beda. Ada yang tersugesti untuk meyakininya sebagai kebenaran, ada juga

yang menganggapnya seperti lampu-lampu hias teman tidur. Bagi yang meyakini

kebenarannya juga punya reaksi berbeda. Sebagian langsung merasakan emosi

sebagai dampaknya, misalnya senang dan berbunga-bunga atau sedih dan gundah

gulana. Sebagian yang lain menghubungkannya dengan kebenaran di masa lalu atau

untuk meramalkan apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang.

Tidak hanya pada masa sekarang, bahkan sejak beratus-ratus tahun yang lalu

nenek moyang kita juga bermimpi dan sebagian dari mereka menganggap bahwa

mimpi adalah sesuatu yang memiliki arti penting dan menganggapnya punya nilai,

mereka menjadikan mimpi sebagai alat untuk meramal masa depan dan mencari

Page 22: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

2

isyarat atau petanda dalam mimpinya tersebut. Bagi masyarakat Yunani tidak boleh

ada tindakan apapun yang dilakukan tanpa ada petunjuk dari penafsir mimpi.

Penafsiran tersebut bertujuan untuk menemukan makna-makna tersembunyi dari

mimpi tersebut.

Al-Qur’an bagi seorang muslim dijadikan sebagai pedoman hidup juga secara

jelas merekam mimpi, dan jika ditelaah niscaya akan didapati bahwa Allah swt telah

mengisahkan sebagian dari permasalahan mimpi sebagaimana yang dialami oleh para

nabi, rasul dan juga manusia biasa. Dalam hal tersebut direkam dalam kata ru’yā.

Al-Qur ’an seringkali menggunakan suatu kata dengan beragam pemaknaan.

Satu kata yang sama, seringkali digunakan pada banyak tempat yang berbeda

dengan makna yang beragam pula. Dalam hal ini penulis akan membahas kata

ru’yā dengan segala derivasinya. Kata ru’yā dengan beragam derivasinya

seringkali digunakan al-Qur’an dalam beberapa konteks dengan beragam makna.

Oleh sebab itu, penelitian ini menjadi penting agar tidak salah menempatkan

pemaknaan kata tersebut pada konteks yang tidak tepat dan tidak memaknainya

dengan makna A sementara konteksnya menuntut makna B, dan sebagainya.

Lebih lanjut, tulisan ini akan menggambarkan makna ru’yā baik makna dasar

maupun makna lanjutan yang secara langsung dikaitkan dengan al-Qur’an.

Awalnya, kata ini diperhatikan dari segi bahasa Arab yakni makna secara leksikal

Page 23: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

3

dan kemudian dilihat dan dipadukan dengan ayat al-Qur’an yang menggunakan

kata dengan pemaknaan tersebut.

Ru’yā yang kata dasarnya adalah ra’ā digunakan dalam al-Qur’an kurang lebih

327 kali dengan 87 ragam derivasinya.1 Dari beberapa penjelasan literatur

kebahasaan, selain kepada makna-makna dasar di atas, kata ra’ā juga berasosiasi

kepada makna yang beragam. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan Ibn Manẓur

sendiri:

فتكونماترىمرةرؤيةالعينومرةمرئياومرةعلماومرةمعلوماومرةمعتقدا2

“Maka, ungkapan ‘mā tarā’ terkadang bermakna melihat dengan indera

penglihatan, terkadang sebagai objek yang dilihat, pengetahuan, objek yang

diketahui, dan yang diyakini”

Ungkapan sederhana di atas, paling tidak menjelaskan tiga makna ra’ā,

melihat dengan indera, mengetahui (keduanya merupakan makna dasar), dan

meyakini. Akan tetapi, makna ra’ā tidaklah sebatas kepada tiga makna di atas.

Ini terbukti dengan beberapa makna lainnya yang juga dijelaskan oleh Ibn

Manẓur sendiri. Ia juga menjelaskan bahwa ra’ā juga bisa berarti mimpi,

1Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi, Mu’jam Mufahras li Alfāzi al-Qur’ān al-Karīm, (Kairo: Dār al-

Hadīs, 1324H), 280-285.

2Ibn Manẓur, Lisān al-‘Arab, Jilid 14, (Mesir: Dār al-Miṣriyyah li at-Ta’līf wa at-Tarjamah. (tt))

291.

Page 24: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

4

kombinasi antara melihat dengan mata dan hati, pendapat, ẓann, dan sebagainya.3

Sementara pada referensi lainnya disebutkan bahwa ra’ā juga bisa bermakna

i’tiqād, ‘aqal, tadabbur, naẓar, dan ta’ammul.4

Dalam artian mimpi, ra’ā diungkapkan dengan ra’ā ar-rajulu atau ra’ā fī

manāmihi dan inni arā. Formulasi maṣdar-nya menjadi ru’yā (tanpa tanwin)

dengan bentuk plural ru’yan (dengan tanwin).

Al-Qur’an, sebagai kitab paripurna, mengisahkan ru’ya yang menimpa beberapa

nabi. Misalnya tentang ru’yā Nabi Ibrahim as, yang akhirnya sebab ru’yā itulah tiap

tahun umat muslim bersama-sama merayakan hari raya qurban (īdul aḍhā).

Sebagaimana yang penulis dengar, hampir setiap khutbah hari raya tersebut

disebutkan tentang ayat yang mengisahkan tentang mimpi Nabi Ibrahim as.

Adapun ayat yang mengenai mimpi Nabi Ibrahim as. yaitu berupa perintah

untuk menyembelih anaknya. Mimpi pada ayat tersebut diungkapkan dengan

kata arā fī al-manāmi. Hal ini tertera dalam surat Aṣ-ṣāffāt ayat 102-105, yaitu

sebagai berikut:

3Ini sebagaimana kutipannya dari Ibn Sayyidah. Artinya, ra’ā juga bermakna melihat yang

tidak hanya bersifat kongkrit dengan mata, akan tetapi juga dipadu dengan yang abstrak dengan

hati. Hal ini berarti ra’ā juga berasosiasi kepada menalar. Lihat Ibn Manẓur, Lisān al-‘Arab Jilid 14,

291.

4Muhammad Najjar dkk. Mu’jam al-Wasīt Muhaqqiq: Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyyah

(Mesir: Maktabah Syuruq al-Dauliyah, 2004), 321.

Page 25: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

5

ق ال ف ى ت ر اذ ا م ف ٱنظري ك ذيب أ ن

أ ن ام يم ٱل ف ى ر

أ إن بن ي ق ال عي ٱلس ه ع م ب ل غ ا ال م م ي ع ي ٱ ب

بين ٱلص من اء ٱلل إنش ت جدن س ر م بي١٠٢تؤي ت لهۥلليج او ل م سي اأ هيم١٠٣ف ل م إبير ن

هأ يين د ن ١٠٤و

سني يمحي يزيٱل ن لك ذ إناك ي ا ٱلرءي قي د ص ١٠٥ق دي

“Maka ketika anak itu sampai pada umur dewasa yakni sanggup berusaha

bersamanya, (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku yang kusayang, sesungguhnya

aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah, bagaimana

pendapatmu. ‘Dia (Isma’il) menjawab,’Wahai ayahku, lakukanlah apa yang

diperintahkan Allah swt kepadamu; Insya Allah swt engkau akan mendapatkanku

termasuk orang yang bersabar. ‘Maka setelah keduanya bertekad bulat dalam

berserah diri (kepada Allah swt) dan dibaringkan pipi (Isma’il) di atas tanah.

Kemudian kami berseru kepadanya, ‘Hai Ibrahim, engkau telah benar-benar

melaksakan perintah-Ku dalam mimpi itu. Demikianlah sesungguhnya Kami

membalas orang-orang yang berlaku baik.”

Pemaparan di atas menarik Minat penulis untuk menelusuri dan mengetahui

tentang apa hubungan mimpi tersebut dengan berkurban dihari raya īdul aḍhā?,

sebagaimana yang selalu dilaksanakan oleh umat muslim pada tiap tahunnya, dan

juga mengapa Nabi Ibrahim as. serta merta mempercayai bahwa apa yang

dimimpikannya merupakan perintah dari Allah swt, apa sebenarnya makna dari kata

ru’yā itu sendiri? dan bagaimana dengan kata aḥlām yang juga bermakna mimpi?

Pada ayat yang telah disebutkan di atas, tidak dijelaskan alasan mengapa Nabi

Ibrahim as. harus menyembelih anaknya sendiri, dan siapa gerangan yang

disembelih?, sebagaimana yang telah diketahui bahwa Nabi Ibrahim as. sendiri

memiliki dua orang anak yaitu Ismail dan Ishaq. Ketika melihat pada teks ayat

Page 26: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

6

tersebut tidak didapati nama yang menyebutkan kedua putra Nabi Ibrahim as. baik

Nabi Ismail as. maupun Nabi Ishaq as. Namun jika melihat pada terjemah al-Qur’an

yang telah ada selama ini, disebutkan bahwa anak Nabi Ibrahim as. yang akan

disembelih adalah Ismail. Disebutkan juga bahwasanya anak Nabi Ibrahim as. yang

dikisahkan ayat ini adalah Nabi Ishaq as. Dijelaskan bahwasanya sebelumnya

Nabi Ibrahim as. telah bernazar untuk berkurban jika ia melahirkan anak dari

Siti Sarah. Maka, ketika Allah swt menganugerahkan kepada mereka seorang

anak “fabasyarnāhu bighulāmin halimin” (Q.S Aṣ-ṣāffāt: 101) dan anak tersebut

(Ishaq) telah dewasa, Nabi Ibrahim as. dituntut untuk melaksanakan nazarnya.

Tuntutan untuk menjalankan nazar tersebut datang kepadanya melalui mimpi.

Selain dari apa yang menjadi pertanyaan di atas penulis juga akan menelusuri

tentang apa pesan al-Qur’an itu sendiri tentang mimpi kaitannya dengan kehidupan

manusia, melihat bahwa mimpi merupakan salah satu dari banyaknya hal yang

dialami manusia khususnya ketika saat sedang tertidur.

Dari pemaparan di atas, penulis melihat bahwa betapa mimpi mempunyai peranan

penting dalam kehidupan manusia dan bukan hanya sekedar sebagai bunga-bunga

tidur melainkan juga memiliki pesan yang terkandung di dalam mimpi tersebut bagi

kehidupan manusia itu sendiri, meskipun tidak semua mimpi mempunyai arti atau

bisa ditakwilkan.

Page 27: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, penulis akan merumuskan permasalahan-

permasalahan sebagai berikut:

1. Apa arti makna ru’yā dalam al-Qur’an dan derivasinya?

2. Bagaimana bentuk penggunaan kata ru’yā dalam al-Qur’an?

3. Apa pesan al-Qur’an melaui kata ru’yā?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Memaparkan arti makna ru’yā dan derivasinya dalam al-Qur’an.

2. Untuk mengetahui bentuk penggunaan kata ru’yā dalam al-Qur’an.

3. Mengungkap pesan al-Qur’an melalui kata ru’yā bagi kehidupan manusia.

Dalam suatu penulisan analisis kebahasaan terhadap suatu leksikal di dalam al-

Qur’an ada hal-hal yang perlu ditegaskan, yaitu: bahwa al-Qur’an adalah sebuah

fenomena kebahasaan yang perlu diungkapkan lebih mendalam, dan bahwa seluruh

konsep yang terkandung di dalamnya perlu diungkapkan dengan memanfaatkan

analisis kebahasaan. Khususnya dalam hal ini analisis semantik sebagaimana yang

penulis bahas di dalam tulisan ini yakni kata ru’yā sebagai salah satu tema. Hal ini

perlu diteliti agar dapat mengetahui makna hakiki mengenai kata tersebut. Dalam hal

ini juga agar memudahkan para pengguna bahasa atau pun peneliti bahasa dalam

menggunakan kata tersebut.

Page 28: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

8

Dengan demikian diharapakan adanya manfaat yang dapat diperoleh dengan

ditulisnya penelitian ini. Adapun manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua jenis

yaitu:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi rujukan, memberi sumbangsih

atau pun kontribusi serta memperkaya khazanah ilmu keislaman dan kebahasaan.

Khususnya mengenai kajian makna dan sejarah kosa kata dalam al-Qur’an dengan

menggunakan pendekatan dalam linguistik yaitu semantik yang objeknya berupa

teks bahasa al-Qur’an.

2. Manfaat praktis

a. Hasil penelitian ini juga diharapkan bisa menjadi acuan dalam rangka

mengembangkan pemahaman terhadap kitab suci al-Qur’an dan

aplikasinya bagi seluruh umat manusia,

b. Membantu mempermudah memahami ayat-ayat yang mengandung kata

ru’yā dalam al-Qur’an,

c. Menjadi tambahan informasi dan literatur bagi pengkaji al-Qur’an dan

praktisi pendidikan seperti guru, dosen, maupun mahasiswa dalam mata

kuliah yang berkaitan dengan kajian semantik khususnya dan linguistik

Arab pada umumnya.

Page 29: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

9

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan salah satu usaha untuk memperoleh data yang sudah

ada, dan merupakan hal yang penting bagi seorang penulis atau pun peneliti sebelum

melanjutkan penelitiannya, hal ini dimaksudkan agar peneliti tahu apakah objek

penelitian yang akan dilakukan pernah diteliti atau belum?. Dan setelah peneliti

melakukan pengamatan di perpustakaan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta, ditemukan beberapa penelitian yang setema dengan penilitian yang

ditulis oleh peneliti. Baik berupa tesis atau pun disertasi, yaitu sebagai berikut:

Pertama, tesis yang ditulis oleh oleh Eko Purnomo (2014) dengan judul “Makna

Żakara dan Derivasinya Dalam al-Qur’an: Studi Semantik” penelitiannya

menyingkap tentang makna żakara dan derivasinya secara leksikal dan kontekstual

yang terkandung dalam al-Qur’an. Adapun teori semantik yang digunakan ada dua

macam, yaitu referensial dan kontekstual (gramatikal). Sedang metode yang

digunakan adalah metode deskriptif.

Kedua, tesis yang ditulis oleh Lia Afiani (2014) yang berjudul “ Ummah Dalam

al-Qur’an: Pendekatan Semantik”. Pada hasil penelitiannya, ditemukan bahwa kata

Ummah dalam al-Qur’an memiliki makna yang beragam. Dan teori yang digunakan

adalah teori makna Izutsu, yakni teori makna dasar dan makna relasional atau

kontekstual serta teori medan makna.

Page 30: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

10

Ketiga, tesis yang ditulis oleh Fauzan Azima (2014) dengan judul “ ’Ażāb dalam

al-Qur’an: Studi Semantik”. Dalam penelitiannya, menggunakan metode analisis

semantik al-Qur’an yang dipopulerkan oleh Izutsu, langkah yang digunakan adalah

menganalisis makna kata ‘ażāb dalam al-Qur’an baik dari segi derivasi kata,

hubungan antar kata dalam kalimat, maupun hubungan antar ayat yang meliputi relasi

sintagmatik-paradigmatik dan pengelompokan ayat pada tema-tema tertentu.

Keempat, tesis yang ditulis oleh Erwin Suryaningrat (2010) dengan judul “

Makna Hijrah dalam al-Qur’an: Kajian Semantik”. Penelitian ini menyingkap makna

hijrah yang terkandung dalam al-Qur’an dengan nemggunakan pendekatan semantik

sebagai pisau analisisnya.

Kelima, tesis yang ditulis oleh Kasmanthoni (2008) dengan judul “ Lafadz Karam

dalam Tafsir al-Mishbah M. Quraish Shihab: Studi Analisis Semantik”. Dalam

Kajiannya, ditemukan ada 47 kata karam dalam al-Qur’an yang mencakup bentuk

fi’il māḍī, muḍāri’, amr, nahi, isim tafḍīl, isim fā’il, dan isim maf’ūl.

Selanjutnya, penelitian berupa disertasi yang dilakukan oleh Sugeng Sugiyono

(2007), yang berjudul “Lisān dan Kalām dalam al-Qur’an: Sebuah Kajian Semantik

dan disertasi yang ditulis oleh Tulus Musthofa (2013), yang berjudul “al-Musytarak

al-Lafẓi dalam al-Qur’an: Kajian Semantik terhadap Makna Ganda Pada al-Wujūh wa

an-Naẓāir”.

Page 31: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

11

Dari penelusuran tersebut, peneliti belum menemukan sebuah penelitian yang

membahas tentang makna kata ru’yā dalam al-Qur’an: kajian semantik.

E. Landasan Teori

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan mu’jizat terbesar Rasulullah saw., dan merupakan

kalam Allah swt. yang secara otentik sampai ke hadapan kita. Tidak ada kitab-

kitab lain yang mampu bertahan selama berabad-abad dalam kondisi sebagaimana

aslinya, selain al-Qur’an. Karena Allah swt. telah menjamin penjagaan al-Qur’an

itu sendiri hingga akhir zaman.

Al-Qur’an merupakan firman Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi

Muhammad saw. melalui perantara Malaikat Jibril. Al-Qur’an diturunkan sebagai

petunjuk bagi manusia. Di sisi lain al-Qur’an juga telah menegaskan bahwa kitab

suci ini tertuang dalam lisān al-Arāb yang jelas (QS. an-Nahl/ 16: 103; QS. as-

Syu’ara/ 26: 195). Pemilihan bahasa Arab oleh Allah swt. sebagai bahasa

komunikasi bukan tanpa alasan, sebab tidak ada komunikasi linguistik kecuali

jika dua orang terlibat dalam pembicaraan yang menggunakan sistem isyarat yang

sama.5 Dengan diturunkannya al-Qur’an menggunaakan bahasa manusia

menunjukkan bahwa Allah swt. mempunyai maksud agar manusia dapat

memahami pesan-pesan-Nya.

5Mohammad Nor Ichwan, Memahami Bahasa al-Qur’an: Refleksi atas Persoalan Linguistik,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), v.

Page 32: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

12

Al-Qur’an tidak menggunakan metode sebagaimana metode-metode

penyusunan buku-buku ilmiah. Buku-buku ilmiah yang membahas satu masalah,

selalu menggunakan satu metode tertentu dan dibagi dalam bab-bab dan pasal-

pasal.6 Dengan demikian, susunan ayat-ayat al-Qur’an memiliki karakteristik dan

kelebihan tersendiri. Oleh karena itu, posisi al-Qur’an sebagai subuah kitab yang

dijadikan pedoman dalam mengarungi kehidupan senantiasa menarik perhatian

manusia untuk memahami makna pesan yang terkandung di dalamnya dengan

berbagai metode dan pendekatan.

Sebagaimana yang telah diketahui bahwa bahasa merupakan medium yang

digunakan di dalam al-Qur’an, implikasinya, pengamatan terhadap bahasa ini bisa

mengungkapkan hal-hal yang dapat membantu dalam penafsirannya.7 Misalnya

dalam hal struktur kalimat, al-Qur’an sering menggunakan kalimat yang berbeda

untuk suatu pesan yang jika diperhatikan sepintas sama, atau menggunaan

srtuktur kalimat yang sama namun dengan kasus yang berbeda. Ini masih dalam

hal struktur kalimat, belum dalam hal lain, baik dalam hal pemilihan kata, atau

pun yang lainnya.

Dengan menarik kesimpulan bahwa banyak kemungkinan metode yang dapat

dipakai untuk membongkar makna-makna yang terkandung di dalam al-Qur’an

6M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peranan Wahyu Dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung: Mizan, 1994), 34.

7Syihabuddin Qalyubi, Stilistika dalam Orientasi Studi al-Qur’an, (Yogyakarta: Belukar, 2007),

12.

Page 33: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

13

jika dijadikan sebagai objek kajian, karena al-Qur’an tidak akan pernah habis

walau terus digali kandungan maknanya. Semakin dibedah semakin membuat

manusia tersadar bahwa banyak yang tidak diketahuinya, semakin ditelaah

semakin kaya akan makna yang terkuak darinya.8

Al-Qur’an sebagai bahasa berarti juga sebagai teks, dan teks tersebut dapat

diteliti sebagaimana teks-teks lainnya yang merupakan karya manusia. Al-Qur’an

dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan merupakan hal yang sangat

penting terutama pada masa-masa sekarang ini, di mana perkembangan ilmu

pengetahuan sangat pesat dan meliputi seluruh aspek.9 Begitu pula hubungannya

dengan ilmu linguistik khususnya dalam hal ini adalah ilmu semantik.

2. Semantik

Penerapan metode semantik terhadap al-Qur’an berarti berusaha menyingkap

pandangan dunia al-Qur’an melalui analisis semantik atau konseptual terhadap

bahan-bahan dalam al-Qur’an sendiri, yakni kosa-kata atau istilah-istilah penting

yang banyak dipakai oleh al-Qur’an.

Semantik berasal dari bahasa Yunani, mengandung makna to signify atau

memaknai. Adapun menurut istilah, semantik mengandung pengertian “studi

8Umar Shihab, Kontekstualitas al-Qur’an: Kajian Tematis atas Ayat-Ayat Hukum dalam al-

Qur’an, ( Jakarta: Paramadina, 2005), 3.

9Ibid., 33.

Page 34: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

14

tentang makna”. Dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa.10

Dalam disiplin ilmu bahasa Arab istilah semantik dikenal dengan ‘Ilmu Dalālah.

Namun ada juga yang menyebutnya ’Ilmu Ma’na’. Menurut Aristoteles, bahwa

makna kata itu dapat dibedakan antara makna yang hadir dari kata itu sendiri

secara otonom, serta makna kata yang hadir akibat terjadinya hubungan

gramatikal.11

Jadi dapat disimpulan bahwa semantik merupakan bagian dari linguistik yang

meneliti tentang arti atau makna. Aminuddin menyebutkan bahwa makna dalam

pemakaian sehari-hari disejajarkan dengan arti, gagasan, konsep, pernyataan,

pesan, informasi, maksud, firasat, isi dan pikiran. Berbagai pengertian itu begitu

saja disejajarkan dengan kata makna karena keberadaannya memang tidak pernah

dikenali secara cermat dan dipilah secara tepat. Namun dari sekian banyak

pengertian yang diberikan itu, hanya arti yang paling dekat pengertiannya dengan

makna. Meskipun demikian, bukan berarti keduanya merupakan sinonim

mutlak.12

Dikatakan demikian karena sebagaimana yang disebutkan oleh

Harimurti dalam Kamus Linguistik yang memberikan pengertian arti (meaning)

sebagai sebuah konsep yang mencakup “makna” dan “pengertian”.13

10

Aminuddin, Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna, (Bandung: Sinar Baru Algesindo,

2011), 15.

11Ibid.

12Ibid., 50.

13Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik, (Jakarta: Gramedia, 1982), 17.

Page 35: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

15

Lebih lanjut, kata makna sebagai istilah mengacu pada pengertian yang

sangat luas. Sebab itu, tidak heran jika makna memiliki pengertian yang beragam,

Odgen dan Richards dalam bukunya “ The Meaning of Meaning” mendata 16

pengertian makna yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.14

Dalam semantik terdapat beberapa jenis makna, namun tiga di antaranya

adalah: makna leksikal, makna gramatikal dan makna kontekstual. Makna leksikal

adalah makna asli, yakni makna yang sesuai dengan hasil observasi panca indra,

atau makna yang menunjukkan apa adanya tanpa dipengaruhi oleh konteks

apapun.15

Makna leksikal merupakan makna dasar dari suatu kata yang sesuai

dengan kamus, makna ini juga disebut sebagai makna asli yang belum mengalami

afiksasi atau penggabungan dengan kata lain. Adapun makna gramatikal yaitu

makna kata yang terbentuk karena penggunaan kata tersebut dalam kaitannya

dengan tata bahasa seperti afiksasi, pembentukan kata majemuk, dan lain

sebagainya. Sedangkan makna kontekstual adalah penggunaan suatu kata (atau

gabungan kata) dalam konteks kalimat tertentu, atau makna keselurhan kalimat

dalam konteks situasi tertentu.16

14

Stephen ullmann, Pengantar Semantik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), 65.

15Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta. 1994), 289.

16Abdul Chaer, Kajian Bahasa, structural Internal, Pemakaian dan Pembelajaran, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2007), 81.

Page 36: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

16

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan kajian pustaka (library reaserch), dengan cara

mengumpulkan data-data primer dan data sekunder. Data primer berupa kata-kata

ru’yā yang terdapat dalam al-Qur’an yang menjadi fokus pembahasan dalam

penelitian ini. Data sekunder yang terdapat di dalam kitab-kitab lain yang menunjang

dan memiliki kaitan dengan tema pembahasan baik berupa kitab-kitab hadis, tafsir al-

Qur’an, puisi Arab, buku, jurnal, serta literatur lain yang bekaitan dengan penelitian.

Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah linguistik dengan

menggunakan kajian semantik. Dalam hal ini penulis menggunakan metode yang

telah digunakan oleh Sugeng Sugiyono dalam menganilis disertasinya yang berjudul

“Makna Lisan dan Kalam”, yakni dengan menggunakan metode deskriptif, dan

metode sindiakronik,17

kemudian data tersebut dianalisis berdasarkan tata hubungan

sintagmatik, paradigmatik, intratekstual, dan intertekstual.18

17

Merupakan singkatan dari sinkronik dan diakronik. Kata Sinkronis berasal dari bahasa Yunani

“syn” yang berarti “dengan”, dan “khronos” yang berarti waktu, masa. Dengan demikian, “linguistik

sinkronis mempelajari bahasa sezaman”. Fakta dan data bahasa adalah rekaman yang diujarkan oleh

pembicara, atau bersifat horizontal. Linguistik sinkronis adalah mempelajari bahasa pada suatu kurun

waktu tertentu, misalnya mempelajari bahasa Indonesia di masa reformasi saja. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia, “Sinkronik artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi

di suatu masa yang terbatas”.

Beberapa ahli mengemukakan masing-masing pendapatnya mengenai pengertian linguistik

sinkronik dalam beberapa buku. Di antaranya Abdul Chaer di dalam buku Linguistik Umum (2003),

Mansoer Pateda dalam bukunya Linguistik, Sebuah Pengantar (1988) dan J.W.M Verhaar dalam

bukunya Pengantar Linguistik (1984).

Sedangkan kata diakronis berasal dari bahasa Yunani, “dia” yang berarti “melalui”, dan

“khronos” yang berarti “waktu/ masa”. Dengan demikian, yang dimaksud dengan “linguistik diakronis

adalah subdisiplin linguistik yang menyelidiki perkembangan suatu bahasa dari masa ke masa”. Studi

Page 37: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

17

Analisis suatu bahasa dimulai dari adanya data sebagai bahan pembahasan. Dalam

penelitian ini, data dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu: tahap penyediaan data, tahap

analisis data, dan tahap penyajian analisis data.19

Berikut pemaparan mengenai tiga

tahap tersebut:

1. Tehnik Penyediaan Data

Dalam sebuah penelitian, pengumpulan data merupakan langkah yang sangat

penting. Dilihat dari sumbernya data dapat ditemukan dari sumber primer dan

sekunder. Adapun cara pengumpulan data, menurut Sugiyono, dapat dilakukan

dengan empat cara, yaitu: observasi (pengamatan), interview (wawancara),

kuesioner (angket), dokumentasi atau dengan menggabung keempatnya.20

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

observasi dan dokumentasi. Namun pertama-tama penulis membaca dan

diakronis bersifat vertikal, misalnya menyelidiki perkembangan bahasa Indonesia yang dimulai sejak

adanya prasasti di Kedukan Bukit sampai kini.

Linguistik diakronis adalah semua yang memiliki ciri evolusi. Diakronis tidak mengubah sistem

karena kata yang berubah pun adalah sistem dalam bentuk yang lain dengan sistem sebelumnya.

Perubahan kata terjadi di luar kemampuan siapa pun. Dalam KBBI linguistik diakronik yaitu segala

sesuatu yang berkenaan dengan pendekatan terhadap bahasa dengan melihat perkembangan sepanjang

waktu; bersifat historis. Beberapa ahli mengemukakan masing-masing pendapatnya mengenai

pengertian linguistik diakronik dalam beberapa buku. Seperti yang telah disebutkan di atas selain

membahas tentang linguistik sinkronis, mereka juga membahas tentang linguistik diakronis di dalam

tulisan mereka.

18Sugeng Sugiyono, Lisan dan Kalam, (Yogyakarta: 2007), 32-36.

19Sudaryanto, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana

Kebudayaan secara Linguistis (Yogyakarta: Duta Wacana Press, 1993), 5.

20Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R & D,

(Bandung: Alfabet, 2009), 309.

Page 38: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

18

menyimak ayat-ayat al-Qur’an yang mengandung kata ru’ya di dalamnya. Setelah

melakukan pembacaan secara menyeluruh, penulis menggunakan teknik lanjutan

yaitu teknik catat. Teknik catat merupakan teknik untuk menyaring data dengan

cara mencatat hasil data yang telah disimak. Kemudian data-data yang telah

diperoleh tersebut diklasifikasikan sesuai sub bahasan.

2. Tehnik Analisis Data

Tahap analisis data yaitu peneliti berupaya untuk mengolah data yang telah

dikumpulkan. Semua data yang telah terkumpul baik primer maupun sekunder,

akan diklasifikasi dan di analisis sesuai dengan sub bahasan. Kemudian dilakukan

telaah mendalam atas literatur-leteratur yang memuat objek kajian.

Metode yang digunakan dalam analisis data ini adalah analisis deskriptif,

yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menyajikan data, kemudian fakta

dianalisis dan diolah lebih mendalam dan secara sistematis.

Setelah semua data yang dimaksud terkumpul, selanjutnya penulis

menganalisis dengan beberapa langka berikut ini:

a. Memaparkan makna kata ru’yā yang terdapat pada beberapa kamus dan

menelusuri etimologi kata ru’yā.

b. Menemukan hubungan makna kata ru’yā dengan menggunakan

pendekatan sintagmatik dan paradigmatik. Sintagmatik dimaksudkan

untuk mengurai kata-kata yang menyertai kata ru’yā baik yang berada di

Page 39: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

19

depan maupun berada di belakang kata ru’yā sedangkan paradigmatik

dimaksud untuk mengurai asosiasi vertikalnya dilihat dari segi hubungan-

hubungan makna kata ru’yā.

3. Tehnik Penyajian Hasil Analisis Data

Pada tahap ini peneliti akan menyajikan hasil analisis data, sesuai dengan

namanya “penyajian”, tahap ini merupakan upaya penulis menampilkan dalam

wujud “laporan” tertulis, yaitu menulis apa-apa yang telah dihasilkan dari kerja

analisis.21

dan merupakan tahap akhir dari aktivitas penelitian, yaitu dengan

menampilkan hasil penelitian dalam bentuk laporan tertulis.

G. Sistematika Penulisan

Guna mendapatkan hasil yang sistematis dan mudah dipahami, maka dalam

penelitian ini, penulis membagi pembahasan yang terdiri dari:

Bab I, meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, kajian pustaka, kerangka teoritis, metode penelitian dan sistematika

pembahasan.

Bab II, meliputi pembahasan mengenai teori-teori tentang semantik dan teori yang

dapat digunakan sebagai dasar analisis kata ru’yā.

21

Ibid., 7.

Page 40: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

20

Bab III, meliputi pembahasan berupa pemapaaran etimologi kata ru’yā, makna

dasar ru’yā, bentuk derivasi kata ru’yā dalam al-Qur’an, makna kata ru’yā, serta

relasi makna ru’yā, yang terdiri dari relasi paradigmatik dan sintagmatik.

Bab IV, membahas tentang medan semantik ru’yā, juga berupa analisis makna

kata ru’yā, serta pemaparan tentang pesan al-Qur’an menyangkut kata ru’yā, yakni

berupa beberapa kisah mimpi nabi.

Bab V, terdiri dari: Penutup, meliputi kesimpulan dan saran. Kesimpulan adalah

jawaban dari permasalahan yang dipaparkan oleh peneliti, sedangkan saran

merupakan masukan dari peneliti dan merupakan ajang perbaikan terhadap penelitian

selanjutnya.

Page 41: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

124

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mimpi mempunyai peranan dan arti penting, juga menjadi bagian dari kehidupan

manusia. Mimpi suatu hal yang terkadang dan bahkan sering dialami oleh manusia,

dan mimpi itu bisa jadi memiliki arti atau pun hanya sebagai bunga tidur. Tidak

jarang ada yang mempercayai bahwa mimpi tersebut memiliki arti. Namun tidak tahu

apa maksud dari mimpi tersebut, dalam situasi seperti inilah hendaknya tidak

memceritakan mimpi tersebut ke sembarang orang, melainkan kepada seseorang

yang dipercayai mampu dan memiliki pengetahuan dalam hal menakwilkan mimpi,

sebab bisa jadi mimpi itu adalah pesan untuk diri si pemimpi atau pun orang-orang

sekitarnya. Bahkan pada masa Rasulullah saw. pun mimpi sangat diperhatikan dan

para sahabat pun sangat berhati-hati dalam menafsirkan mimpi, dan terlebih dahulu

menanyakan perihal tersebut kepada Rasulullah saw.

Dengan demikian, diketahui bahwa ternyata mimpi tidak hanya sebagai bunga

tidur belaka. Banyak sahabat Nabi saw. yang masuk Islam karena mimpi, demikian

pula makar-makar setan yang jahat pun bisa ditaburkan melalui mimpi.

Mimpi dalam al-Qur’an, disebut dengan kata ru’yā. Ru’yā adalah bentuk maṣdar

dari kata kerja ra’ā- yarā-ra’yan wa ru’yatan (ورؤية رأيا - يرى- رأى) , dan jamaknya

adalah ru’an. Secara etimologis, kata yang berakar dengan huruf rā’ (راء) , hamzah

Page 42: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

125

(همزة) , dan yā’ (ياء) ini bermakna “memerhatikan atau “memandang dengan mata atau

pikiran”. hal ini sebagaimana yang tertera dalam beberapa kamus. Disebutkan bahwa

kata ra’ā رأى) ( yang bentuk fi’il mudharinya adalah yarā (يرى) kemudian menjadi

ماتراهفىالمنام:الرأياجرؤى Sedangkan .نظر بالعين أو بالعقل :رأيا و رؤية .

Disimpulkan pula bahwa kata ar- ru’yā disebutkan sebanyak 7x pada 6 ayat. Dari

ketujuh pengulangan tersebut, 5 x digunakan berkaitan dengan nabi, untuk mendekati

ilham yang benar dan mendekati wahyu. Yaitu mimpi Nabi Ibrahim as. di surat aṣ-

Ṣāffāt: 104-105, mimpi Nabi Yusuf as. di surat Yūsuf ayat 5 dan 100 serta mimpi

Nabi Muhammad saw. di surat al-Isrā’: 60 dan al-Fath: 27. Sedangkan dua sisanya

adalah untuk menunjukkan mimpi raja Mesir yang menjadi kenyataan. Mimpi itu

disebutkan dua kali dalam satu ayat (Yūsuf: 43) melalui mulut sang raja dengan kata

ru’yā karena menurutnya sangat jelas dan terang, meskipun para punggawanya

menganggapnya sebagai gangguan pikiran dan mimpi kosong. Jika yang digunakan

al-Qur’an kata ru’yā, maka secara tidak langsung al-Qur’an atau Allah swt ingin

menjelaskan bahwa mimpi sang raja adalah benar, bukan mimpi kosong seperti yang

disangka oleh para punggawa kerajaannya.

Dalam kajian semantik juga membahas tentang relasi makna yakni merupakan

hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan

bahasa lainnya. Satuan bahasa tersebut berupa frase, kata maupun kalimat. Adapun

relasi makna yang terdapat dalam pembahasan kata ar-ru’yā dibagi dalam dua bagian

yakni, hubungan sintagmatik dan paradigmatik. Hubungan sintagmatik kata ar-ru’yā

Page 43: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

126

yakni ṣidq, ta’wīl, ta’bīr, manām, qaṣaṣ, dan fitnah. Adapun hubungan

paradigmatiknya adalah aḥlām, naẓar, baṣar, dan syahādah,. Namun dari beberapa

kata tersebut, kata aḥlām lah yang paling dekat maknanya dengan kata ar-ru’yā.

Meskipun maknanya sama, bukan berarti keduanya benar-benar sama, karena dalam

bahasa Arab dan al-Qur’an khususnya tidak ada kata yang maknanya benar-benar

sama. sebagai contohnya kata ar-ru’yā dan aḥlām itu sendiri.

Sebagaimana yang telah dibahas pada bab-bab sebelumnya bahwa makna kata ar-

ru’yā secara leksikal yaitu sebagai berikut: (1) mā yurā fī an-naumi (apa yang dilihat

di dalam tidur), (2) mā yarāhu al-insān fī manāmihi (sesuatu yang dilihat manusia

dalam tidurnya), (3) mā yaḥlumu bihi an-nāimu (sesuatu yang dimimpikan oleh

seorang yang tidur), (4) disebut juga dengan ru’yā ṭayyibah (mimpi baik), (5) mā

ra’aitahu fī manāmika (apa yang engkau lihat di dalam tidurmu), atau sebagai

petunjuk, juga tipuan jin, (6) jā’a ḥīna junna ru’ya (datang pada waktu gelap).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa makna dasar atau makna leksikal kata

ar-ru’yā adalah mimpi yaitu sesuatu yang dialami manusia dalam tidurnya, dan kata

ar-ru’yā juga disebut dengan mimpi baik. Kata ar-ru’yā yang kata dasarnya adalah

ra’ā digunakan dalam al-Qur’an kurang lebih 327 kali dengan 87 ragam derivasinya.

Adapun kata “aḥlām” digunakan dalam al-Qur’an sebanyak 4 kali di 3 ayat. Jika

diperhatikan ayat-ayat tersebut, maka konteks kata tersebut menunjukkan bahwa kata

itu berarti mimpi kosong dan gangguan pikiran yang campur aduk. Dalam empat

Page 44: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

127

tempat itu, muncul dalam bentuk plural (jama’) untuk menunjukkan makna campur

aduk dan kacau hingga tak bisa dibedakan antara satu kata itu yang terdapat dalam

empat tempat yang berbeda.

Demikianlah salah satu contoh sinonim yang terdapat dalam al-Qur’an, dan

ternyata penggunaan setiap katanya mengandung makna yang sangat mendalam. Jadi

kata yang bermakna mimpi dalam al-Qur’an, menggunakan 2 kata yaitu “al-ḥilmu

atau al-aḥlām” dan “ar-ru’yā”. Kata “aḥlām” menunjukkan bahwa kata itu berarti

mimpi kosong dan gangguan pikiran yang campur aduk. Sedangkan kata “ar-ru’yā”

digunakan untuk menjelaskan mimpi yang benar.

Adapun mengenai mimpi para nabi dalam al-Qur’an dikategorikan atas tiga

macam:

Pertama, ada yang terjadi sesuai mimpi. Mimpi jenis ini, berkaitan dengan mimpi

Nabi Muhammad saw. Karena kenyataan yang dihadapi Nabi persis seperti yang

terlihat dalam mimpinya. Seperti firman Allah swt dalam QS. al-Fatḥ: 27.

Kedua, ada yang terjadi sebaliknya. Mimpi jenis kedua, berkaitan dengan mimpi

Nabi Ibrahim as. kenyataan yang terjadi berbanding terbalik dengan mimpi yang

dialami, sebagaimana firman Allah swt swt., sebagaimana yang tertera dalam QS. aṣ-

Ṣāffāt: 102.

Mimpi tersebut tidak menjadi nyata, karena yang terjadi justru sebaliknya. Yang

terjadi, Nabi Ismail as. diganti dan diselamatkan dari penyembelihan. Sebab,

Page 45: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

128

kewajiban dalam mimpi itu hanya ditujukan untuk menguji ketaatan Nabi Ibrahim as.

pada Tuhannya, dan ketaatan Nabi Ismail as. dalam mengikuti kebenaran. Dengan

demikian mimpi itu sudah tercapai.

Ketiga, ada yang terjadi sesuai hasil penafsirannya.Mimpi jenis ketiga, berkaitan

dengan mimpi Nabi Yusuf as. sebagaimana yang tertera dalam QS. Yūsuf: 4-5.

Kenyataan yang terjadi merupakan hasil penakwilan atas mimpi. At-Thabari dan

al-Baihaqi mengeluarkan hadis dengan sanad yang ṣaḥīḥ dari Salman al-Farisi,

“Rentang waktu antara mimpi Yusuf dengan kenyataan yang terjadi sesuai

tafsirannya adalah 40 tahun”.

Mengenai orang yang bermimpi, apabila mimpinya berupa mimpi baik, maka

hendaknya menceritakan mimpi yang dialaminya kepada: (1) orang yang dipercaya,

(2) orang yang pandai dalam menakwilkan mimpi, (3) orang yang bijak, (4) yang

berilmu, (5) orang yang alim dan bisa memberi nasihat. Karena mimpi merupakan

permisalan yang tujukan oleh orang yang bermimpi, agar orang yang bermimpi

tersebut bisa mengambil petunjuk dari permisalan yang telah digambarkan baginya

untuk dicocokkan dengan apa yang dialaminya, dan mengungkapkan apa yang samar

baginya.

Sementara yang berkenaan dengan seseorang yang bermimpi buruk, maka

hendaknya melakukan hal sebagai berikut: (1) meminta perlindungan kepada Allah

swt swt., (2) meludah ke sebelah kiri, (3), mengubah posisi tidur. Karena setan bisa

Page 46: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

129

saja meguasai diri orang yang bermimpi dan membuat tipu daya dengan berbagai

macam bentuk untuk menjerumuskannya. Membuat orang yang bermimpi merasa

bingung dan membuatnya lalai dan terhanyut dalam mimpinya.

Oleh karena itu, bagi orang yang bermimpi dan benar-benar ingin mengetahui

arti mimpi yang dialaminya, hendaknya ia menceritakan perihal tersebut kepada

orang yang mahir atau alim dalam menafsirkan mimpi. Sebab sebagaimana dalam al-

Qur an sendiri terdapat kisah mimpi para nabi, yang salah satu di antaranya adalah

mimpi Nabi Yusuf as. yang disebutkan bahwa Nabi Yusuf as. diperintahkan agar

tidak menceritakan mimpinya, dan yang melarangnya adalah ayahnya sendiri yakni

Nabi Ya’qub as. Meskipun ada larangan, namun secara tidak langsung Nabi Yusuf as.

telah menceritakan mimpi tersebut kepada ayahnya. Hal tersebut terjadi Karena Nabi

Yusuf as. percaya bahwa ayahnya adalah orang yang alim dan mampu menafsirkan

mimpinya. Saat setelah itulah Nabi Yusuf as. dilarang menceritakan mimpinya

kepada siapa pun. Ini mengindikasikan bahwa mimpi bolehlah diceritakan, asal

mimpi itu seharusnya diceritakan kepada orang yang dipercayai, alim, bijak, dan

pintar, dalam hal ini adalah seseorang yang tentunya memiliki pengetahuan atau

pintar dalam menafsirkan sebuah mimpi sebagaimana Nabi Ya’qub yang juga

memiliki pengetahuan dalam hal menafsirkan mimpi.

Alasan memilih orang alim, karena orang alim akan berusaha menafsirkan mimpi

seseorang atas dasar kebaikan. Begitu pula dengan orang bijak akan membimbing

serta menolong orang yang bermimpi menuju hal yang bermanfaat baginya.

Page 47: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

130

B. Saran

Dalam sebuah penelitian bisa saja terdapat kekurangan. Karena sebaik apapun

sebuah karya tentu masih terdapat celah yang bisa diteliti kembali. Sebagaimana

dalam penelitian ini, peneliti menyadari bahwa dalam membahas masalah mimpi,

peneliti tidak menganalisis seluruh ayat tentang mimpi baik dari segi makna dan

derivasinya, dan juga masalah mimpi merupakan masalah yang sangat kompleks,

tentang proses bagaimana mimpi itu bisa terjadi? Bagaimana mengetahui mimpi itu

adalah mimpi yang baik dan buruk dan apakah mimpi itu memiliki arti atau pun tidak

memiliki arti?. Semua hal itu peneliti tidak membahas secara tuntas dalam penelitian

ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik yang membangun, guna

perbaikan dalam penelitian ini.

Hal tersebut akan membuat terbukanya peluang bagi peneliti selanjutnya untuk

mengembangkan penelitian ini. Khususnya bagi yang mempunyai Minat atau pun

ketertarikan dalam pembahasan yang berkaitan dengan mimpi dari aspek yang lebih

luas dan mendalam baik dari segi kebahasaan atau pun yang lainnya.

Page 48: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

131

DAFTAR PUSTAKA

Aizid, Rizem, Ibrahim Nabi Kekasih Allah swt, Yogyakarta: Saufa, 2015.

Aminuddin, Semantik: Pengantar Studi Tentang Makna, Bandung: Sinar Baru

Algesindo, 2011.

Arabi, Ibnu, Aḥkām al-Qur’ān, Kairo: al-Bāb al-Halabi, 1967.

Al-Aris, Fuad, Pelajaran Hidup Surah Yusuf: Yang Tersirat dan Yang Memikat dari

Kisah Hidup Nabi Yusuf A.S., Jakarta: Zaman, 2013.

Bunyamin, Bachrum, dalam Sastra Arab Jahili, Yogyakarta: Adab Press Fakultas

Adab UIN Sunan Kalijaga, 2005.

Chaer, Abdul, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1994.

Chaer, Abdul, Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta. 1994.

,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Kajian Bahasa, structural Internal, Pemakaian dan Pembelajaran,

Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Hadhiri, Choiruddin, Klasifikasi Kandungan al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2005.

Hamid, Nasr Abu Zaid, Tekstualitas Al-Qur’an, terj. Khoiron Nahdliyin, Yogyakarta:

LKiS, 2005.

Hāmid, Nashr Abu Zayd, Mafhūm al-Naṣ, Kairo: Matba’ah al-Hayāt al-Mishriyya li

‘Ammāt al-Kitāb, 1993.

Page 49: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

132

Hamid, A. Hasan Qolai, Indeks Terjemah al-Qur’ānul-Karīm: dilengkapi dengan

Ayat, Jil. 3 Jakarta:Yayasan Halimatus-Sa’diyyah, 1997.

Hisyam, Ibnu Al-Anshari, Mughni al-Labib ‘an Kutub A’Arib, Jil. 1, Beirut: Dar al-

Kutub al-Ilmiyah, 2005.

Izutsu, Toshihiko, Relasi Tuhan dan Manusia Pendekatan Semantik terhadap al-

Qur’an, terj. Agus Fahri Husein dkk, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,

1997.

Izutsu, Toshihiko, Relasi Tuhan dan Manusia: Pendekatan Semantik Terhadap al-

Qur’an, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003.

Juli, Arwin Rakhmadi Butar-Butar, Problematika Penentuan Awal Bulan: Diskursus

Antara Hisab dan Rukyat, Malang: Madani, 2014.

Muhammad bin Abi Bakr ar-Razi, Mukhtār aṣ-Ṣiḥḥaḥ, Kairo: Dār al-Ḥadīṡ,

1424/2003.

Mansur, Muhammad dkk, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits,

Yogyakarta: TH Press, 2007.

Nor, Mohammad Ichwan, Memahami Bahasa Al-Qur’an: Refleksi atas Persoalan

Linguistik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

Nur, M. Kholis Setiawan, Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar, Yogyakarta: Elsaq Press,

2006.

Parera, J. D., Teori Semantik, Jakarta: Erlangga, 1990.

Page 50: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

133

Pateda, Mansoer, Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Prytherch, Ray, Harrod’s Librarians Glossaary, England: Gower,1995.

Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka, 1989.

Qalyubi, Syihabuddin, Stilistika dalam Orientasi Studi al-Qur’an, Yogyakarta:

Belukar, 2007.

Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: Departemen Agama RI, Jumanatul Ali Art,

2010

Qutaibah, Ibnu, Tafsir Mimpi Ulama, Solo: Aqwam, 2011.

As-Suyuthi Jalaluddin, Sebab Turunnya Ayat al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2008.

Shihab, Quraish M., Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peranan Wahyu Dalam

Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1994..

-----------------------, Tafsir al-Mishbah: Pesan,Kesan dan Keserasian al-Qur’an, Vol.

6, Jakarta: Lentera Hati, 2009.

-----------------------, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

Vol. 7, Jakarta: Lentera Hati, 2006.

Shihab, Umar, Kontekstualitas al-Qur’an: Kajian Tematis atas Ayat-Ayat Hukum

dalam al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 2005.

Page 51: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

134

Sudaryanto, Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian

Wahana Kebudayaan secara Linguistis, Yogyakarta: Duta Wacana Press,

1993.

Sudaryat, Yayat, Struktur Makna: Prinsip-prinsip Studi Semantik, Bandung: Raksa

Cipta, 2004.

Sudaryat, Yayat, Makna Dalam Wacana: Prinsip-Prinsip Semantik Pragmatik,

Bandung: CV. Yrama Widya. 2009.

Sugiyono, Sugeng, Lisan dan Kalam: Kajian Semantik al-Qur’an, Yogyakarta: Suka

Press, 2009.

Syawqī, Ahmad Ibrāhīm, Keajaiban Tidur: Menjalajahi Misteri Alam Kematian

Kecil, Jakarta: Serambi, 2006.

Al-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an.,Juz 21, Beirut-Libanon: Dār al-

Ma’rifah. 1972.

Ullmann, Stephen, Pengantar Semantik, ter. Sumarsono, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2007.

Yās, Muhammad Hudr ad-Dūri, Daqā’iq al-Furūq al-Lughawiyyah fi al-Bayān al-

Qur’āni, Beirut: Dār al-kutub al-ilmiyyah, 2006.

Yusron, M. dkk., Studi Kitab Tafsir Kontemporer, Yogyakarta: Teras, 2006.

Zaki, Ahmad Mubarok, Pendekatan Strukturalisme Linguistik dalam Tafsir Al-

Qur’an Kontemporer “ala” M. Syahrur, Yogyakarta: Elsaq Press, 2007.

Page 52: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

135

Zuhaili, Wahbah dkk, buku Pintar al-Qur’an: Seven in One, Jakarta: Almahira, 2009.

ENSIKLOPEDI

Encyclopedia Britanica, William Benton. USA: Encyclopedia Britanica Inc., 1965.

Vol. 20, 3I3.

Ensiklopedia al-Qur’an: kajian kosa kata. Sahabuddin dkk. Jakarta: Lentera Hati,

2007.

Ensiklopedi al-Qur’an: Dunia Islam Modern, Jilid 1. A. Baiquni dkk. Yogyakarta:

Dana Bhakti Prima Yasa, 2003.

Ensiklopedi al-Qur’an: Dunia Islam Modern, Jilid 2. A. Baiquni dkk. Yogyakarta:

Dana Bhakti Prima Yasa, 2005.

KAMUS

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta:

Balai Pustaka, 1989.

Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Save M. Dagun. Jakarta: LPKN, 2006.

Kamus Kecil al-Qur’an: Homonim Kata Secara Alfabetis, Ed. Kedua. Abu al-Fadhl

Hubaisy tiblisi dan Mehdi Mohaqqeq. Jakarta: Citra, 2012.

Kamus Linguistik. Harimurti Kridalaksana. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,

2001.

Kamus Filsafat. Lorens Bagus. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002.

Page 53: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

136

Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, Ed. Kedua. Ahmad Warson Munawwir.

Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.

Lisān al-‘Arab Jilid 14. Manzhur, Ibn. Mesir: Dār al-Miṣriyyah li at-Ta’līf wa at-

Tarjamah. (tt)

al-Mu’jam al-Lugah al-‘Arabiyyah al-Mu’āṣirah. Ahmad Mukhtar Umar. Kairo:

‘Ālam al-Kutub, 2008.

Mu’jam Maqāyis al-Lugah. Abu Ḥusain aḥmād bin Fāris bin Zakariyya ditahqīq oleh

Abdul Salām Muḥammad Hārūn. Beirut: Dār al-Fikr, 1979.

Mu’jam Mufahras li Alfazi al-Qur’an al-Karim. Muhammad Fu’ad. ‘Abdul Baqi.

Kairo: Dar al-Hadis, 1324 H.

al-Mu’jam al-Gany. Abdul Gany abu-l-‘Azm. Maroko/Rabat: Muassasah al-Gany li

an-Nasyar, 2011.

al-Mu’jam al-Wasīṭ. Syauqi Ḍaif. Kairo: Maktabah asy-Syurūq ad-Daulah, 2004.

al-Munjid. Luis Ma’luf. Beirut: Dar el-Machreq Sarl Publishers,1998.

al-Qāmūs al-Muhīṭ. Majdu ad-Dīn Muḥammad Ya’qūb al- Fairūz Ābādī. Beirut:

Muassasah ar-Risālah, 2005.

ar’Rāid: Mu’jam lugawiy ‘aṣry. Mas’ūd Jibrān. Libanon: Dār al-‘Ilm li al-malāyīn,

1992.

Page 54: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

137

LAMPIRAN-LAMPIRAN

AYAT-AYAT TENTANG MIMPI

Lafaz ar-Ru’yā

No. Nama Surat Ayat Terjemahan

1. QS. Yūsuf: 4.

إذي إن ب بيه

ل يوسف ق ال

باو ك وي ك ع ش د ح أ يي

ر أ س مي ٱلشر و م ٱليق جدين لس تهمي يي

٤ر أ

“(Ingatlah), ketika

Yusuf berkata kepada

ayahnya: "Wahai

ayahku, sesungguhnya

aku bermimpi melihat

sebelas bintang,

matahari dan bulan;

kulihat semuanya

sujud kepadaku”

2. QS. Yūsuf: 5.

ق ال لع رءيي اك صصي ت قي ل بن ي إن ييدا ك ل ك ي كيدوا تك و إخي

ن ييط ٱلش بي دوم نع نس ٥للي

“Ayahnya berkata:

"Hai anakku, janganlah

kamu ceritakan

mimpimu itu kepada

saudara-saudaramu,

maka mereka membuat

makar (untuk

membinasakan)mu.

Sesungguhnya syaitan

itu adalah musuh yang

nyata bagi manusia"

3. QS. Yūsuf: 43.

لكو ق ال يم تٱل ر ب ق بيع س ى ر أ إن

اف عج بيع س كلهنيي أ ان سم

ر خ أ و خضي سنبل بيع و س

ا ه ي ي ابس

ل يم فٱل تون ي أ

“Raja berkata

(kepada orang-orang

terkemuka dari

kaumnya):

"Sesungguhnya aku

bermimpi melihat

tujuh ekor sapi betina

yang gemuk-gemuk

Page 55: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

138

ون ب ي ات عي للرءي إنكنتمي ي ٤٣رءيي

dimakan oleh tujuh

ekor sapi betina yang

kurus-kurus dan tujuh

bulir (gandum) yang

hijau dan tujuh bulir

lainnya yang kering".

Hai orang-orang yang

terkemuka:

"Terangkanlah

kepadaku tentang

ta´bir mimpiku itu jika

kamu dapat

mena´birkan mimpi"

4. QS. Yūsuf:

100.

ع ر و ييهلع ب و ريشأ ٱليع وال ر ۥو خ

وييت أ ا ذ ه ب

و ق ال دا سج

ا ق ح ب ار ه ل ع ج ق دي بي منق ي رءيي

من ن ر ج خي أ إذي ب ن س حي

أ و ق دين جي ٱلس بكممن اء وو ج دي

منٱلينز ن

أ د نغ ب عي ييط ٱلش ب يي و ب يينإخي اء ي ش ا لم ل طيف ب ر إن ت و ۥإنه ليمهو ١٠٠ٱلي كيمٱليع

“Dan ia menaikkan

kedua ibu-bapanya ke

atas singgasana. Dan

mereka (semuanya)

merebahkan diri

seraya sujud kepada

Yusuf. Dan berkata

Yusuf: "Wahai ayahku

inilah ta´bir mimpiku

yang dahulu itu;

sesungguhnya

Tuhanku telah

menjadikannya suatu

kenyataan. Dan

sesungguhnya

Tuhanku telah berbuat

baik kepadaku, ketika

Dia membebaskan aku

dari rumah penjara

dan ketika membawa

kamu dari dusun

padang pasir, setelah

syaitan merusakkan

Page 56: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

139

(hubungan) antaraku

dan saudara-

saudaraku.

Sesungguhnya

Tuhanku Maha

Lembut terhadap apa

yang Dia kehendaki.

Sesungguhnya Dialah

Yang Maha

Mengetahui lagi Maha

Bijaksana”

5. QS. al-Isrā’: 60.

إوذي اط ح أ بك ر إن ل ك قلين ا

ٱنلاسب لين ا ع ج ا ٱلتٱلرءيي او م و للناس فتين ة إل ك يين ر

ة أ ر ج ٱلش

ليعون ة يم ٱل اٱليقريء انف م همي ن و و بريا ناك ي طغي إل ٦٠ي زيدهمي

“Dan (ingatlah),

ketika Kami wahyukan

kepadamu:

"Sesungguhnya (ilmu)

Tuhanmu meliputi

segala manusia". Dan

Kami tidak

menjadikan mimpi

yang telah Kami

perlihatkan kepadamu,

melainkan sebagai

ujian bagi manusia

dan (begitu pula)

pohon kayu yang

terkutuk dalam Al

Quran. Dan Kami

menakut-nakuti

mereka, tetapi yang

demikian itu hanyalah

menambah besar

kedurhakaan mereka”

6. QS. aṣ-Ṣāffāt:

105.

ق دي قي د ص ي ا يزيٱلرءين لك ذ إناك

سني يمحي ١٠٥ٱل

“sesungguhnya kamu

telah membenarkan

mimpi itu

sesungguhnya

Page 57: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

140

demikianlah Kami

memberi balasan

kepada orang-orang

yang berbuat baik”

7. QS. al-Fatḥ: 27.

دي لق ق د ص ٱلل ي ار سول ٱلرءي ب ق

ٱلي خلن جد ل دي سي يم ام ٱل ٱلي ر اء ش إن ٱلل م لقي ء امني

ت افون ل ين ص مق و كمي رءوس مندون ع ل مواف ج ت عي ال مي م لم ع

تيحاق ريبا لك ٢٧ذ

“Sesungguhnya Allah

swt akan membuktikan

kepada Rasul-Nya,

tentang kebenaran

mimpinya dengan

sebenarnya (yaitu)

bahwa sesungguhnya

kamu pasti akan

memasuki Al-Masjid

al- Haram, insya Allah

swt dalam keadaan

aman, dengan

mencukur rambut

kepala dan

mengguntingnya,

sedang kamu tidak

merasa takut. Maka

Allah swt mengetahui

apa yang tiada kamu

ketahui dan Dia

memberikan sebelum

itu kemenangan yang

dekat”

8. QS. aṣ-Ṣāffāt:

102.

ا هف ل م ع م ب ل غ عي ٱلس إن بن ي ق ال ف ى ر

ن امأ يم ف ٱل ك ذيب

أ ن

ٱنظريأ

ب ق ال ى ت ر اذ ا يم ع ي اٱ م

اء ش إن ت جدن س ر م تؤي ٱلل من

“Maka tatkala anak

itu sampai (pada umur

sanggup) berusaha

bersama-sama

Ibrahim, Ibrahim

berkata: "Hai anakku

sesungguhnya aku

melihat dalam mimpi

bahwa aku

Page 58: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

141

بين ١٠٢ٱلص

menyembelihmu. Maka

fikirkanlah apa

pendapatmu!" Ia

menjawab: "Hai

bapakku, kerjakanlah

apa yang

diperintahkan

kepadamu; insya Allah

swt kamu akan

mendapatiku termasuk

orang-orang yang

sabar"

9. QS. al-Anfāl:

43.

همإذي يريك ق ليلٱلل ن امك فم شليتمي لف ثريا ك همي ك ى ر

أ ل وي و

ف تمي ز عي ل ن رو ميٱلي كن ل و ٱلل

إنه لم اتۥس ليمبذ دورع ٤٣ٱلص

“(yaitu) ketika Allah

swt menampakkan

mereka kepadamu di

dalam mimpimu

(berjumlah) sedikit.

Dan sekiranya Allah

swt memperlihatkan

mereka kepada kamu

(berjumlah) banyak

tentu saja kamu

menjadi gentar dan

tentu saja kamu akan

berbantah-bantahan

dalam urusan itu, akan

tetapi Allah swt telah

menyelamatkan kamu.

Sesungguhnya Allah

swt Maha Mengetahui

segala isi hati”

10. QS. Yūsuf: 36.

د خ و ه ع ن م جي ٱلس ق ال ت ي ان

يرا خ ص عي أ ن ى ر

أ إن ا دهم ح

أ

“Dan bersama dengan

dia masuk pula ke

dalam penjara dua

orang pemuda.

Berkatalah salah

Page 59: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

142

رو ق ال ٱألخ ق ف وي حي أ ن ى ر

أ إن

كيت أ ا خبي س

ير أ ريي منيهٱلط

ويلهيبت أ ن بئين ا ۦ من ك ى ن ر إناسني يمحي ٣٦ٱل

seorang diantara

keduanya:

"Sesungguhnya aku

bermimpi, bahwa aku

memeras anggur".

Dan yang lainnya

berkata:

"Sesungguhnya aku

bermimpi, bahwa aku

membawa roti di atas

kepalaku,

sebahagiannya

dimakan burung".

Berikanlah kepada

kami ta´birnya;

sesungguhnya kami

memandang kamu

termasuk orang-orang

yang pandai

(mena´birkan mimpi)”

11. QS. Yūsuf: 43.

لكو ق ال يم تٱل ر ب ق بيع س ى ر أ إن

اف عج بيع س كلهنيي أ ان سم

ر خ أ و خضي سنبل بيع و س

ا ه ي ي ابس

ل يم فٱل تون ي أ

ون ب ي ات عي للرءي إنكنتمي ي ٤٣رءيي

“Raja berkata (kepada

orang-orang

terkemuka dari

kaumnya):

"Sesungguhnya aku

bermimpi melihat

tujuh ekor sapi betina

yang gemuk-gemuk

dimakan oleh tujuh

ekor sapi betina yang

kurus-kurus dan tujuh

bulir (gandum) yang

hijau dan tujuh bulir

lainnya yang kering".

Hai orang-orang yang

terkemuka:

Page 60: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

143

"Terangkanlah

kepadaku tentang

ta´bir mimpiku itu jika

kamu dapat

mena´birkan mimpi"

Lafaz al-Ḥulm (Aḥlām)

No. Nama Surat Ayat Terjemahan

1. QS. Yūsuf: 44.

ينق الوا ن ا و م م ل حي أ ث غ ضي

أ وي

يمبت أ ل حي

ٱلي لمي ٤٤بع

“Mereka menjawab:

"(Itu) adalah mimpi-

mimpi yang kosong dan

kami sekali-kali tidak

tahu menta´birkan

mimpi itu"

2. QS. al-Anbiyā’:

5.

ي ب مب ل حي ثأ غ ضي

أ هق الوا ى ت ي ٱ

اب تن ايف ليي أ اعر ش هو ي اب م ك ي ة

ريسلون أ و

٥ٱلي

“Bahkan mereka

berkata (pula): "(Al

Quran itu adalah)

mimpi-mimpi yang

kalut, malah diada-

adakannya, bahkan dia

sendiri seorang

penyair, maka

hendaknya ia

mendatangkan kepada

kita suatu mukjizat,

sebagai-mana rasul-

rasul yang telah lalu

di-utus"

Lafaz Ta’wīl

No. Nama Surat Ayat Terjemahan

1. QS. Yūsuf: 45. يو ق ال و ٱل ا منيهم ر ن ا ٱدك د ب عي “Dan berkatalah orang

yang selamat diantara

Page 61: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

144

ويله يبت أ ن بئكم

أ ن ا

أ ة م

ۦأ

ريسلون ٤٥ف أ

mereka berdua dan

teringat (kepada Yusuf)

sesudah beberapa

waktu lamanya: "Aku

akan memberitakan

kepadamu tentang

(orang yang pandai)

mena´birkan mimpi itu,

maka utuslah aku

(kepadanya)"

2. QS. Yūsuf: 46.

يوسف اأ ه يقي د بيعٱلص فيتن افس

أ

بيع س كلهنيي أ ان سم ت ر ب ق

خضي سنبل بيع و س اف عج إل ريجع

أ ل ع

ل ي ابس ر خ أ و

ٱنلاس ل مون عي ي لهمي ٤٦ل ع

“(Setelah pelayan itu

berjumpa dengan Yusuf

dia berseru): "Yusuf,

hai orang yang amat

dipercaya,

terangkanlah kepada

kami tentang tujuh ekor

sapi betina yang

gemuk-gemuk yang

dimakan oleh tujuh

ekor sapi betina yang

kurus-kurus dan tujuh

bulir (gandum) yang

hijau dan (tujuh)

lainnya yang kering

agar aku kembali

kepada orang-orang

itu, agar mereka

mengetahuinya"

3. QS. Yūsuf:

101.

من ات ييت ن ء ق دي يمليك۞ر ب ٱل وي

يت أ من ت ن لمي اديثو ع ح

ٱلي تف اطر و م رضو ٱلس

لٱلي و ن ۦأ

“Ya Tuhanku,

sesungguhnya Engkau

telah

menganugerahkan

kepadaku sebahagian

kerajaan dan telah

mengajarkan kepadaku

Page 62: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

145

ي اف ني ةو ٱدل لماٱألخر مسي ت و فن نب قي لي

لحي و أ ١٠١ٱلص

sebahagian ta´bir

mimpi. (Ya Tuhan)

Pencipta langit dan

bumi. Engkaulah

Pelindungku di dunia

dan di akhirat,

wafatkanlah aku dalam

keadaan Islam dan

gabungkanlah aku

dengan orang-orang

yang saleh.”

4. QS. Yūsuf: 6.

لك ذ ك و لمك يع و بك ر يت بيك ي وي

ياديثمنت أ ح

ت هٱلي م نعي يتم ۥو ي ء ال و لع ل ييك اع م ك قوب عي

هيم إبير بي منق ييك ب و أ الع ه ت م

أ

كيم ليمح ع بك ر إن ق ح ٦إوسي

“Dan demikianlah

Tuhanmu, memilih

kamu (untuk menjadi

Nabi) dan diajarkan-

Nya kepadamu

sebahagian dari ta´bir

mimpi-mimpi dan

disempurnakan-Nya

nikmat-Nya kepadamu

dan kepada keluarga

Ya´qub, sebagaimana

Dia telah

menyempurnakan

nikmat-Nya kepada dua

orang bapakmu

sebelum itu, (yaitu)

Ibrahim dan Ishak.

Sesungguhnya

Tuhanmu Maha

Mengetahui lagi Maha

Bijaksana”

5. QS. Yūsuf: 21.

يو ق ال هٱل ى ت ٱشي مصي منتهۦل

أ ر نمي

أ هع س ى ثيو رمم كي

أ

“Dan orang Mesir

yang membelinya

berkata kepada

isterinya: "Berikanlah

Page 63: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

146

ه ن تخذ وي أ ن ا ع ۥي نف لك ذ ك و ا دل و

ف نالوسف ك رضم هٱلي لم نلع ۥو

وييت أ اديثمن ح

و ٱلي لبٱلل غ ره مي أ ۦلع ث كي

أ كن ل ٱنلاسو

ل مون عي ي ٢١ل

kepadanya tempat (dan

layanan) yang baik,

boleh jadi dia

bermanfaat kepada kita

atau kita pungut dia

sebagai anak". Dan

demikian pulalah Kami

memberikan kedudukan

yang baik kepada Yusuf

di muka bumi (Mesir),

dan agar Kami ajarkan

kepadanya ta´bir

mimpi. Dan Allah swt

berkuasa terhadap

urusan-Nya, tetapi

kebanyakan manusia

tiada mengetahuinya”

Page 64: RU’YĀ DALAM AL-QUR’AN - digilib.uin-suka.ac.iddigilib.uin-suka.ac.id/23906/1/1420510107_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · Fonem konsonan Bahasa Arab yang dalam sistem tulisan

147

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Khusnul Khatima Guruddin

Tempat/tgl. Lahir : Pulau Bangko, 10 Mei 1991

Alamat Rumah : Desa Lora, Kec. Mata Oleo, Kab. Bombana, Prov. Sulawesi

Tenggara

Alamat di Jogja : Gowok, Perumahan Polri, Blok FII, No. 64.

Nama Ayah : H. Guruddin

Nama ibu : Hj. Mardia

B. Riwayat Pendidikan:

1. Pendidikan Formal

a. SDN 2 Lora, 2003.

b. MTs Al-Amanah,2006.

c. MA Al-Amanah, 2009.

d. S1 Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab, IAIN Sunan Ampel Surabaya,

2013.

2. Pendidikan Non-Formal

Pondok Pesantren Mahasiswa An-Nur Surabaya, 2009-2013.

C. Prestasi/Penghargaan

Juara II Putri Lomba Badminton, Dalam Rangka Memperingati Tahun Baru

Islam 1 Muharram dengan Tajuk “Muharram Cup 1431”.

D. Pengalaman Organisasi

1. Bendahara Pengurus Rayon OSMA (2004-2005).

2. Sekretaris Koperasi OSMA (2005-2006).

3. Ketua Bagian Penerangan OSMA (2006-2008).

4. Sekretaris Pengelola Bahasa Asing Pesantren Al-Amanah (2008-2009).

5. Anggota Ikatan Qori’-Qori’ah Mahasiswa “IQMA” IAIN Sunan Ampel

Surabaya (2009-2010).

6. Anggota Unit Kegiatan Olahraga “UKOR” IAIN Sunan Ampel Surabaya

(2009-2010).

7. Pengurus Unit Kegiatan Olahraga “UKOR” IAIN Sunan Ampel Surabaya

(2011-2012).