16
LAPORAN AKULTURASI MASJID AGUNG KEBUMEN SEJARAH INDONESIA Oleh: A. MUZADQY Q.W. (01) HERYAN DWIYOGA PUTRA (17) XI MIA 7 SMA NEGERI 1 KEBUMEN Jalan Mayjen Sutoyo 7, Kebumen 54316, Telepon (0287) 381407, Faksimile (0287) 385012 E-mail: [email protected], Website: www.sman1-kebumen.sch.id 2015

Laporan Akulturasi Masjid Agung Kebumen - Sejarah Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Laporan Akulturasi Masjid Agung Kebumen - Sejarah Indonesia

LAPORAN AKULTURASI MASJID AGUNG KEBUMEN

SEJARAH INDONESIA

Oleh:

A. MUZADQY Q.W. (01)

HERYAN DWIYOGA PUTRA (17)

XI MIA 7

SMA NEGERI 1 KEBUMEN

Jalan Mayjen Sutoyo 7, Kebumen 54316, Telepon (0287) 381407, Faksimile (0287) 385012

E-mail: [email protected], Website: www.sman1-kebumen.sch.id

2015

Page 2: Laporan Akulturasi Masjid Agung Kebumen - Sejarah Indonesia

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt., karena atas limpahan rahmat dan

karunia – Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Sejarah ini sesuai waktunya.

Kami mencoba berusaha menyusun makalah ini sedemikian rupa dengan harapan dapat

membantu pembaca dalam memahami akulturasi budaya di sekitar yang merupakan judul dari

Makalah kami, yaitu “Akulturasi Masjid Agung Kebumen” Disamping itu, kami berharap bahwa

Makalah Sejarah ini dapat dijadikan bekal pengetahuan untuk melangkah ke jenjang pendidikan

yang lebih tinggi lagi.

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan Makalah Sejarah ini masih ada

kekurangan sehingga kami berharap saran dan kritik dari pembaca sekalian khususnya dari

guru mata pelajaran PKn agar dapat meningkatkan mutu dalam penyajian berikutnya. Akhir

kata kami ucapkan terima kasih.

Kebumen, 14 Mei 2015

Penyusun

Page 3: Laporan Akulturasi Masjid Agung Kebumen - Sejarah Indonesia

iii

DAFTAR ISI

Cover ..................................................................................................................i Kata Pengantar ...................................................................................................ii Daftar Isi..............................................................................................................iii BAB 1 Pendahuluan ............................................................................................1 BAB 2 Pembahasan ............................................................................................3 BAB 3 Penutup ....................................................................................................11 DaftarPustaka .....................................................................................................12 Lampiran .............................................................................................................13

Page 4: Laporan Akulturasi Masjid Agung Kebumen - Sejarah Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

Akulturasi adalah bertemunya dua kebudayaan yang berbeda dan melebur menjadi satu

yang menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak menghilangkan sifat kebudayaan aslinya.

Kebudayaan baru hasil akulturasi tersebut masing masing tidak kehilangan kepribadian atau

cirri khasnya. Olehkarena itu, untuk dapat berakulturasi, masing-masing kebudayaan harus

seimbang. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh

sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari

banyak unsur yang rumit, meliputi dalam bidang sistem, agama, dan politik,adat

istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.

Jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, masyarakat Indonesia telah memiliki

kebudayaan yang cukup maju. Unsur-unsur kebudayaan asli Indonesia telah tumbuh dan

berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Masuknya pengaruh Hindu-Buddha ke

Indonesia telah membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia.

Kebudayaan Hindu-Buddha yang masuk ke Indonesia tidak diterima begitusaja. Kebudayaan

Hindu-Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah, ditelaah

dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia, sehingga budaya tersebut

berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia

Hindu-Budha.

Hal ini disebabkan, pertama, masyarakat Indonesia memiliki dasar-dasar kebudayaan yang

cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan

kebudayaan Indonesia. Kedua, bangsa Indonesia memiliki apa yang disebut dengan istilah

Local Genius, yaitu kecakapan suatu bangsa untuk menerim aunsur-unsur kebudayaan asing

dan mengolahnya sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Di bawah ini beberapa faktor-

faktor yang menyebabkan timbulnya suatu proses Akulturasi. Diantaranya:

1. Faktor Intern (dalam), antara lain:

o Bertambah dan berkurangnya penduduk (kelahiran, kematian, migrasi)

o Adanya Penemuan Baru:

o Konflik yang terjadi di dalam masyarakat

o Pemberontakan atau revolusi

2. Faktor Ekstern (luar), antara lain:

o Perubahan alam

Page 5: Laporan Akulturasi Masjid Agung Kebumen - Sejarah Indonesia

2

o Peperangan

o Pengaruh kebudayaan lain melalui difusi(penyebaran kebudayaan), akulturasi

(pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya), asimilasi

(pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang sama sekali baru batas

budaya lama tidak tampak lagi)

Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia

yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara

langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan

yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya (Harsoyo). Dari definisi di atas,

maka dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya dua

kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru tetapi tidak

menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya. Salah satu wujud akulturasi tersebut

terdapat pada salah satu masjid yang ada di Kebumen yaitu Masjid Agung Kauman. Wujud

akulturasi tersebut terlihat pada arsitektur masjid dan ornamen-ornamen di dalamnya.

Page 6: Laporan Akulturasi Masjid Agung Kebumen - Sejarah Indonesia

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH

Keberadaan Masjid Agung Kebumen tak bisa

dilepaskan dari sosok KH Imanadi. Dialah pendiri

Masjid Agung Kebumen atau yang sering disebut

Masjid Agung Kauman pada tahun 1832 M. Hampir dua

abad berdiri, masjid agung yang berada di sebelah

barat Alun-alun Kebumen itu masih kokoh berdiri.

KH Imanadi merupakan putra Kiai Nurmadin atau Pangeran Nurudin bin Pangeran Abdurahman

alias Kiai Marbut Roworejo. KH Imanadi merupakan salah satu penggawa Pangeran Diponegoro

yang gigih melawan penjajah. Dia merupakan seorang ahli fikih dan hukum ketatanegaraan. Ulama

yang diyakini hidup pada 1775-1850 M itu dimakamkan di Dusun Pesucen, Desa Wonosari,

Kecamatan/Kabupaten kebumen.

Belum ada referensi tertulis yang bisa dijadikan rujukan untuk menyingkap sejarah berdirinya

Masjid Agung "Kauman" Kebumen itu. Sumber yang bisa dijadikan patokan hanyalah cerita lisan

turun-temurun, termasuk dari keturunan KH Imanadi yang masih hidup.

Salah satu keturunan ke-6 KH Imanadi, Muhammad Sudjangi (53) menuturkan, saat perang

Diponegoro (1825-1830), KH Imanadi yang paling gigih menentang Belanda. Saat ini, Keraton

Ngayogyakarta Hadiningrat telah dikuasai Belanda. Pangeran Diponegoro menjadi Hamengku

Buwono IV (1814-1822 M). Padahal mestinya Pangeran Diponegoro yang berhak menjadi Sultan.

Kegigihan Imanadi yang pernah bermukim di Mekah sekaligus menunaikan ibadah haji

melanjutkan perjuangan ayahnya Kiai Nurmadin dan kakeknya Pangeran Abdurrohman atau Kiai

Marbut. Kiai Marbut diyakini saudara kandung Pangeran Diponegoro yang juga putra kandung

Hamengku Buwono III.

Saat itu, Pangeran Abdurahman diperintahkan Keraton Ngayogyakarta untuk mencari kakak

kandungnya yakni Kiai Mursid yang pergi entah ke mana. Dia kontra dengan keraton yang sudah

dikuasai Belanda. Singkat cerita, Pangeran Abdurahman bertemu dengan Kiai Mursid di tempat lain

yang sekarang diberi nama Desa Roworejo.

Page 7: Laporan Akulturasi Masjid Agung Kebumen - Sejarah Indonesia

4

Maksud hati ingin mengajak kakaknya pulang, namun justru yang terjadi sebaliknya. Kiai Mursid

meminta Pangeran Abdurahman untuk tidak pulang dan bersama-sama melawan Belanda. Akhirnya

dia menerima dan bermukim di Desa Roworejo. Sedangkan Kiai Mursid pindah ke Legok, Pejagoan

beranak pinak dan mendirikan Masjid Legok. Makam Kiai Mursid berada di belakang masjid tersebut.

Menurut Sudjangi, Adipati Arungbingang IV yang menjadi penguasa Kebumen saat ini berkenan

mengeluarkan KH Imanadi dari penjara karena menjadi tahanan politik Belanda. Arungbinang IV

konon mendapat wangsit jika ingin kuat maka harus menemui dan bekerja sama dengan KH

Imanadi yang menjadi tahanan politik. Bahkan KH Imanadi diangkat menjadi Penghulu Landrat atau

Kepala Depag dan Pengadilan agama pertama di Kebumen.

Setelah diangkat Penghulu Landrat I dengan didampingi KH Zaenal Abidin Banjursari

Buluspesantren, KH Imanadi diberi hadiah tanah yang cukup luas di barat Alun-alun Kebumen yang

kini dikenal dengan Dusun Kauman. Sebagian tanahnya seluas 1.872 m2 diwakafkan untuk

pembangunan masjid tahun 1832 M. Masjid itu hingga kini dikenal sebagai Masjid agung Kauman

Kebumen.

Bantuan Khodam

Ulama kharismatik itu tidak mau asal-asalan memilih kayu untuk soko guru. Dia

mendatangkan kayu jati dari Kadipaten Ambal. KH Imanadi memboyong empat pohon jati,

padahal jarak Ambal-Kebumen sekitar 25 kilometer. Dalam versi lainnya kayu jati yang

digunakan sebagai soko guru diambil dari hutan di wilayah selatan Kebumen yakni Buayan dan

Petanahan.

Pemasangan empat soko guru itu, konon dilakukan hanya dalam waktu semalam.

Yakni atas bantuan Khodam (jin Islam-red) yang bernama Jin Taliwangsa atau Syekh

Abdurahman dari Timur Tengah. Jin Islam itu kala tanding dengan KH Imanadi di Mekkah. Lalu

dia minta ikut KH Imanadi kembali ke Kebumen. Konon jin tersebut hingga saat ini masih

menghuni di masjid tersebut.

"Dia diperbolehkan ikut asalkan tidak mengganggu anak cucu keturunan KH Imanadi di

Kebumen," ujar Sudjangi menyebutkan cerita itu diperoleh dari turun temurun dari

keluarganya.

Empat soko guru masjid pusat kegiatan Islam di Kebumen itu sampai sekarang masih

digunakan sebagai tiang penyangga masjid meskipun sudah dibantu cor. Namun kayu jati

Page 8: Laporan Akulturasi Masjid Agung Kebumen - Sejarah Indonesia

5

aslinya tetap digunakan. Itu untuk mempertahankan nilai sejarah soko guru masjid. Sejak

didirikan 1832 M Masjid Agung sudah lima kali direnovasi. Renovasi paling besar dilakukan

pada 2005.

"Masjid yang berdiri diatas tanah seluas 1.872 m2 itu sudah tidak mampu menampung

jamaah. Akhirnya disepakati untuk ditingkat," imbuh Sudjangi yang merupakan Ketua

Bidang Idaroh Takmir Masjid Agung Kebumen. Di depan masjid, dulu terdapat kolam

untuk wudhu yang mengandalkan air dari saluran irigasi yang ada di tepi jalan. Namun

sekarang sudah dipindah ke sebelah utara. Hingga sekarang Imam Masjid Agung

sudah berganti 20 kali yang sebagian besar masih keturunan KH Imanadi.

KH Imanadi yang menikah dua perempuan dan dikaruniai delapan putra. Dia juga

meninggalkan 12 tombak pusaka yang digunakan untuk berperang melawan penjajah Belanda.

Dulu 12 tombak itu sering dicuci dan dirawat. Namun sekarang tombak disimpan di gudang

Masjid.

Riwayat Singkat Syekh Kyai Haji Imanadi Kauman Kebumen

K.H Imanadi adalah putra dari Kyai Nurmadin bin Syekh Kyai Marbut Roworejo Kebumen.

Menurut riwayat, Kyai Marbut adalah salah seorang putra dari Patih Dipotirto Solotiyang pada

masa kerajaan Mataram yang memberontak kepada Belanda. Kyai Marbut adalah adik dari

Syekh Pangeran Mursyid / Said Legok Pejagoan Kebumen. Kyai Marbut melarikan diri dari

Mataram dan mengungsi ke arah barat hingga akhirnya sampai di desa Roworejo Kebumen.

Salah satu putra dari Syekh Kyai Marbut adalah Kyai Nurmadin yang kemudian

mempunyai putra Syekh Kyai Haji Imanadi. Beliau menetap di tanah keputihan ( bebas pajak )

yang kemudian dinamakan desa Pesucen Wonosari. Di daerah tersebut beliau menjadi kyai

dan ditunjuk oleh Pangeran Diponegoro untuk menjadi panglima perang wilayah Kebumen dan

sekitarnya. Adapun yang menjadi panglima pusat adalah putra Kyai Nur Iman ( KGP Hangabehi

Kartosuro Sandeyo / Kyai Ageng Mlangi ).

Kyai Imanadi sangat dikenal oleh Belanda sebagai sosok yang pandai dan tangguh.

Strateginya sangat bagus hingga beliau sangat sulit ditemukan. Pada suatu ketika Kyai Imanadi

terpojok dalam pertempuran dengan Belanda. Pertempuran tersebut berada di tepi sungai.

Akhirnya beliau melompat masuk kedalam sungai dan lama tidak muncul dipermukaan.

Belanda yang mengetahui kehebatan Kyai Imanadi tersebut akhirnya dengan sabar menyusuri

sungai tersebut sampai ke muara sungai Lukulo. Kyai Imanadi pun akhirnya tertangkap.

Page 9: Laporan Akulturasi Masjid Agung Kebumen - Sejarah Indonesia

6

Kecerdasan beliau dalam menyelesaikan berbagai masalah pemerintahan, sosial, hukum dan

lain – lainnya membuat Belanda memperlakukannya dengan baik. Beliau kemudian sering

dimintai bantuan Belanda dalam meyelesaikan masalah – masalah yang ada. Akhirnya karena

keterbatasan SDM saat itu dan orang yang seperti Kyai Imanadi sangat langka, maka Belanda

kemudian menjadikan beliau sebagai Pengulu Landrat I ( Kepala Pengadilan Negeri ) di

Kebumen. Beliau menerima tawaran tersebut dengan syarat ; Belanda mengangkat Kyai

Zaenal Abidin dari Banjursari Buluspesantren sebagai wakil beliau. Hal itu dikarenakan mereka

adalah sahabat dekat dan Kyai Imanadi sangat percaya dengan Kyai Zaenal Abidin, dimana

sebelumnya Kyai Zaenal Abidin juga menjadi asisten Kyai Imanadi saat bertempur dengan

Belanda. Akhirnya karena tugas yang diembannya tersebut, Kyai Imanadi pindah ke daerah

Kebumen. Beliau membeli tanah di sebelah barat alun – alun Kebumen. Tepatnya di daerah

Kauman. Dari keseluruhan tanah miliknya, beliau kemudian mengambil bagian yang tengah

dan menjadikannya sebuah masjid yang kini menjadi masjid Agung Kebumen. Angka Tahun

Pendirian Masjid tersebut tertera dalam prasasti yang kini ada di dalam masjid tersebut.

Beliau sekaligus menjadi imam pertama masjid Agung Kebumen. Setelah beliau wafat

maka imam dan pengganti beliau dalam jabatan Pengulu Landrat adalah:

1. Pengulu Landrat II dijabat oleh KH. Moh. Alwi ( salah satu purta KH. Imanadi )

2. Pengulu Landrat III dijabat oleh KH. Ali Kusen ( mertua dari KH. Ali Awal , dikarenakan pada

saat itu anak - anak KH. Moh. Alwi masih muda.

3. Pengulu Landrat IV dijabat oleh KH. Ali Awal (salah satu putra KH. Moh. Alwi ).

4. Pengulu Landrat V dijabat oleh KH. Abdul Fatah ( dikarenakan purta - putra KH. Ali Awal

saat itu masih sangat muda )

5. Pengulu Landrat VI ( pengulu Landrat terakhir ) dijabat oleh KH. Abdullah Ibrahim ( Putra

pertama KH. Ali Awal dari isteri kedua ). Masjid yang tadinya masih milik keluarga pun kini

telah diwakafkan, sedang Imam Masjid sampai sekarang tetap dari keturunan Beliau.

Kyai Imanadi wafat di Kauman Kebumen akan tetapi jenazahnya dimakamkan di desa

Pesucen Wonosari, tempat beliau bermukim dahulu, sedangkan Kyai Nurmadin ( ayahnya ) dan

Kyai Marbut ( kakeknya ) dimakamkan di desa Roworejo.

Silsilah Keluarga Besar Kyai Haji Imanadi

Pangeran Marbut, berputra :

1. Pangeran Nurmadin, berputra :

Page 10: Laporan Akulturasi Masjid Agung Kebumen - Sejarah Indonesia

7

2. Kyai Haji Imanadi, berputra : Nyai Warna, Kyai Bashar Kahfi, KH. Moh. Alwi, Nyai Warna,

Nyai Djawahir ( menantu kyai Zaenal Abidin Banjursari Buluspesantren ), H. Ahmad

3. Kyai Haji Moh. Alwi, berputra( salah satunya ) :

4. Kyai Haji Ali Awal, berputra :

dari isteri pertama :

1. Nyai Abdul Manan I ( Kemangguan Alian )

2. Nyai Abdul Manan II ( Kemangguan Alian )

3. Nyai Zaenudin ( Pekeyongan, nenek Kyai Darobi dan Kyai Baehaqi Pekeyongan )

4. Nyai Haji Hanan ( Plumbon )

5. Kyai Ismail ( Karanganyar Kebumen )

6. Kyai Kosim ( Kedung Tawon Kutowinangun Kebumen )

7. Kyai Haji Tohir ( Kedung Tawon Kutowinangun Kebumen )

dari isteri kedua :

1. Kyai Haji Abdullah Ibrahim ( Kauman )

2. Kyai Haji Soleh ( Kauman )

3. Kyai Haji Ali II ( Kauman )

4. Kyai Abdul Wahab ( Kauman )

Nyai Haji Hanan Plumbon berputra :

Kyai Pengulu Rilwan / Rokhanah ( Plumbon ), berputra :

1. Roghoyah / Makmun ( Plumbon / Kauman Kebumen )

2. Rofqoniah / Kyai Matori ( Jatisari Kebumen )

3. Sanusi ( Prembun )

4. Sugeng

5. Dulkodir

Rughoyah / Makmun berputra :

1. Rokhimah ( Tasikmalaya )

2. Kharisoh ( Rantewringin Kebumen )

3. Khotmah ( Tasikmalaya )

4. Halimah ( Tasik Pamijahan )

5. Honimah ( Kebumen )

6. Soimah ( Kebumen ).

Honimah berputra :

1. Sayyid R. Muh. Raffie Ananda / Tuti Khusniati Al Maki

2. RA. Aila Rezannia

Page 11: Laporan Akulturasi Masjid Agung Kebumen - Sejarah Indonesia

8

B. ANALISIS AKULTURASI BUDAYA PADA MASJID AGUNG KEBUMEN

No Gambar Keterangan

1.

Gerbang merupakan kaidah-kaidah dalam Hindu.

2.

Menara tunggal masjid berada di sebelah kiri dengan

tangga besi ulir telanjang tanpa penutup. Speaker yang

mengarah ke empat penjuru mata angin berada di atas

atap dek pengamatan. Pada puncak terdapat tulisan

Arab berbunyi

“Allah”.InimerupakanbentukakulturasiHindhudan

Nusantara.

3.

Identitas Masjid Agung Kebumen merupakan hasilke budayaan Islam.

4.

Memiliki bentuk atap yang tumpang tindih seperti punden berundak, dan pada atap yang tumpang tindih itu ganjil sama seperti budaya Hindu pada pembuatan pura atau candi yang berjumlah 3-11.Seperti pada arsitektur Jawa pada umumnya termasuk masjid-masjid di Jawa atapnya bersusun tiga. Bagian ke tiga atau puncak berbentuk piramidal tersebut disangga oleh empat tiang utama yang terbuat dari kayu jati atau soko guru yang sangat besar.Inimerupakanasimilasi Nusantara, Hindu-Buddha, dan Islam.

Page 12: Laporan Akulturasi Masjid Agung Kebumen - Sejarah Indonesia

9

5.

Kentongan sebagai peringatan tanda masuk shalat yang terdapat di Masjid Agung Kebumen merupakan kebudayaan asli Nusantara.

6.

Bedug sebagai peringatan tanda masuk shalat yang terdapat di Masjid Agung Kebumen merupakan kebudayaan asli Nusantara.

7.

Ruang utama Masjid Agung Kebumen yang bagian tengahnya ditopang oleh delapan tiang. Soko guru masjid awalnya dibuat dari empat pohon jati yang dibawa dari Ambal, sekitar 25 km dari Kebumen. Namun ada yang menyebutkan bahwa kayunya berasal dari hutan Buayan dan Petanahan di daerah selatan Kebumen.Inimerupakaninteraksikebudayaan Nusantara dan Islam.

8.

Tempat Imam (Maihrab) merupakan hasil dari kebudayaan Islam.

Page 13: Laporan Akulturasi Masjid Agung Kebumen - Sejarah Indonesia

10

9.

Mimbar sebagai sarana kyai menyampaikan khotbah/ceramah yang terdapat di Masjid Agung Kebumen merupakan kebudayaan Nusantara dan Islam.

10.

Jam yang terdapat di kanan kiri mihrab (tempat imam) merupakan hasil dari kebudayaan modern.

11.

Lafadz Allah yang terdapat pada dinding ruang utama Masjid Agung merupakan hasil kebudayaan Islam.

12.

Kaligrafi yang terdapat pada dinding ruang utama Masjid Agung merupakan hasil kebudayaan Islam.

13.

Serambi yang memberikesan mengayomi,merupakan kaidah– kaidah asli dari bumi Nusantara.

Page 14: Laporan Akulturasi Masjid Agung Kebumen - Sejarah Indonesia

11

BAB III

PENUTUP

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai Masjid Agung Kebumen, yaitu:

MASJID AGUNG KEBUMEN

Tahun Berdiri 1832 M

Pendiri KH Imanadi

Letak Dusun Kauman, Kutosari

Luas Tanah 1.872 m2

Luas Bangunan ± 1250 m2

Jumlah Lantai 2 Lantai

Bagian-bagian masjid

Halaman Masjid

Serambi Masjid

Menara Masjid

Ruang Utama

Tempat Wudhu & Toilet

Jumlah Bedug 2 buah ( kecil dan besar)

Renovasi 5 kali, terbesar tahun 2005

Page 15: Laporan Akulturasi Masjid Agung Kebumen - Sejarah Indonesia

12

DAFTAR PUSTAKA

http://www.thearoengbinangproject.com/masjid-agung-kebumen/

https://anakbumen.wordpress.com/2010/12/15/sejarah-masjid-agung-kebumen/

http://kebumenkab.go.id/index.php/public/news/detail/1485

http://maps.google.com

Page 16: Laporan Akulturasi Masjid Agung Kebumen - Sejarah Indonesia

13

LAMPIRAN

Masjid Agung Kebumen

Lokasi Masjid Agung Kebumen