Upload
yanels-garsione
View
3.718
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
KRONOLOGI KASUS
Kasus Enron dimulai dengan dikeluarkannya Keppres No. 5 Tahun 1998 yang
membatalkan beberapa proyek Pemerintah, termasuk proyek PLTU Pasuruan tersebut.
Sementara itu, Enron adalah salah satu anggota yang termasuk dalam Konsorsium East Java
Power, sehingga secara otomatis ia juga dirugikan akibat pembatalan secara sepihak yang
dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.
Dengan berlandaskan pada argumentasi bahwa Pemerintah Indonesia telah melakukan
pembatalan perjanjian (breach of contract), maka Enron mengajukan klaim ke MIGA dan
memperoleh kompensasi. Karena pembatalan tersebut, Indonesia harus membayar sebesar 15
juta dollar kepada MIGA. Skema pembayaran klaim tersebut telah disepakati dengan cara
mengangsur dalam periode tertentu. Enron mulanya tidak akan mengajukan klaim kepada
MIGA, bila diikutsertakan dalam proyek pipanisasi Pertamina di Jambi.
Komentar negatif terhadap pembayaran klaim tersebut muncul akibat besarnya total
pembayaran yang harus dibayar oleh Indonesia dalam kondisi perekonomian yang sedang
morat-marit. Meski demikian dalam memandang masalah tersebut secara obyektif, perlu
dilihat terlebih dahulu perjanjian antara Pemerintah Indonesia dan Konsorsium East Java
Power, yang sayangnya merupakan barang yang tidak boleh disebarluaskan kepada publik.
Sementara bila dilihat dari kacamata hukum internasional, Indonesia memiliki komitmen
untuk tunduk pada ketentuan MIGA, termasuk mengenai konsekuensi hukum atas pembatalan
perjanjian yang dilakukannya secara sepihak terhadap para investor asing yang telah
menjaminkan investasinya (di Indonesia) kepada MIGA. Meski tidak dapat dipungkiri, kasus
Indonesia dengan Enron ini memiliki dampak untuk semakin menurunkan tingkat
kepercayaan investor asing terhadap Indonesia, yang ironisnya, adanya kepercayaan investor
asing merupakan salah satu faktor penting yang menjadi alasan diratifikasinya konvensi
MIGA oleh Indonesia.
ANALISIS KASUS
1. Badan yang memberikan jaminan asuransi (asuransi politik1) terhadap investasi asing di
negara berkembang adalah MIGA yang memiliki peranan dalam investasi asing yang
masuk ke Indonesia dengan mendaftarkan investasinya untuk dijamin oleh MIGA. MIGA
atau Multilateral Investment Guarantee Agency adalah suatu organisasi internasional di
bawah payung Bank Dunia yang dibentuk pada sekitar tahun 1985. MIGA menyediakan
jaminan terhadap investasi yang ditanam oleh para investor asing yang ada di Indonesia.
Resiko yang ditanggung oleh MIGA adalah resiko yang sifatnya non-komersial, yaitu
salah satunya adalah Pelanggaran perjanjian (breach of contract). Dalam hal terjadi
wanprestasi, maka pihak investor harus segera menempuh mekanisme penyelesaian
sengketa sesuai ketentuan yang diatur dalam perjanjian tersebut dan mendapatkan ganti
rugi atas segala kerugian yang dideritanya. Jika, dalam periode waktu tertentu, pihak
investor belum menerima pembayaran atau penyelesaian sengketa yang ditempuh gagal
karena tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah host country, maka MIGA yang akan
membayar kompensasi. Investasi asing yang dijamin oleh MIGA di Indonesia adalah
proyek PLTU Pasuruan, Jawa Timur. Pihak investornya adalah Konsorsium East Java
Power.
2. Pemerintah Indonesia dan Konsorsium2 tersebut sudah menandatangani kontrak, sehingga
pemerintah Indonesia sudah terikat kontrak pada proyek pembangunan PLTU Pasuruan
tersebut, meski pelaksanaannya belum dimulai.
3. Awal dari Kasus Enron itu pada mulanya karena dikeluarkannya Keppres No. 5 Tahun
1998 yang membatalkan beberapa proyek Pemerintah, termasuk proyek PLTU Pasuruan
tersebut, dengan pertimbangan sebagai berikut3:
Bahwa dalam upaya mengatasi gejolak moneter yang terjadi di Indonesia
beberapa bulan ini, dipandang perlu mengambil langkah-langkah kebijakan
penghematan pengeluaran di semua bidang;
1 Asuransi Risiko Politik adalah kemungkinan gangguan operasi perusahaan multinasional oleh kekuatan politik atau peristiwa yang mereka alami di negara-negara tuan rumah, negara asal, atau sebagai akibat dari perubahan dalam lingkungan internasional. Di negara-negara tuan rumah, risiko politik sangat ditentukan oleh ketidakpastian atas tindakan pemerintah dan lembaga-lembaga politikm tetapi juga oleh kelompok minoritas, seperti gerakan separatis. 2 pembiayaan bersama suatu proyek atau perusahaan yang dilakukan oleh dua atau lebih bank atau lembaga keuangan.3 Keputusan Presiden No. 5 Tahun 1998 tentang PENCABUTAN KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN STATUS PELAKSANAAN BEBERAPA PROYEK PEMERINTAH, BADAN USAHA MILIK NEGARA DANSWASTA YANG BERKAITAN DENGAN PEMERINTAH/BADAN USAHA MILIK NEGARA YANGSEMULA DITANGGUHKAN ATAU DIKAJI KEMBALI.
Bahwa setelah diadakan pengkajian ulang secara lebih seksama, terhadap
keputusan untuk melanjutkan pelaksanaan beberapa proyek Pemerintah, Badan
Usaha Milik Negara dan Swasta yang berkaitan dengan Pemerintah/Badan Usaha
Milik Negara yang sebelumnya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 47
Tahun 1997 telah dinyatakan dapat diteruskan, ternyata membutuhkan dana yang
sangat besar dan semakin mempersulit upaya penanggulangan gejolak;
Bahwa sehubungan dengan hal tersebut, dipandang perlu mencabut Keputusan
Presiden Nomor 47 Tahun 1997 tentang Perubahan Status Pelaksanaan Beberapa
Proyek Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara dan Swasta yang berkaitan
dengan Pemerintah/Badan Usaha Milik Negara yangSemula Ditangguhkan atau
Dikaji Kembali;
4. Sementara itu, Enron adalah salah satu anggota yang termasuk dalam Konsorsium East
Java Power, sehingga secara otomatis ia juga dirugikan akibat pembatalan secara sepihak
yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia.
5. Dengan berlandaskan pada argumentasi bahwa Pemerintah Indonesia telah melakukan
pembatalan perjanjian (breach of contract), maka Enron mengajukan klaim ke MIGA dan
memperoleh kompensasi.
6. Karena pembatalan tersebut, Indonesia harus membayar sebesar 15 juta dollar kepada
MIGA (Hak Subrogarsi4). Tetapi Enron pada mulanya tidak akan mengajukan klaim
kepada MIGA, bila diikutsertakan dalam proyek pipanisasi Pertamina di Jambi. Namun
sayangnya, pihak Pertamina menolak keterlibatan Enron dalam proyek tersebut, meski
pemenang tender dalam proyek tersebut tidak berkeberatan Enron bergabung. Sehingga
4 Subrogasi atau perpindahan hak kreditur kepada seorang pihak ketiga yang membayar kepada kreditur, dapat terjadi karena persetujuan atau karena undang-undang. (Pasal 1400 KUHD)
Art. 18 MIGA Convention, Subrogation:
a) Setelah membayar atau setuju untuk membayar kompensasi kepada pemegang jaminan , Badan akan subrogasi untuk hak atau klaim yang berkaitan dengan investasi dijamin sebagai pemegang jaminan mungkin memiliki terhadap negara tuan rumah dan obligor lainnya seperti . Kontrak jaminan harus menyediakan syarat dan ketentuan subrogasi tersebut .
b) Hak-hak Badan berdasarkan Bagian ( a) di atas harus diakui oleh semua anggota .c) Jumlah dalam mata uang negara tuan rumah yang diperoleh oleh Badan sebagai subrogee sesuai
dengan Bagian ( a) di atas harus diberikan , sehubungan dengan penggunaan dan konversi , pengobatan oleh negara tuan rumah sebagai menguntungkan sebagai pengobatan mana dana tersebut akan berhak di tangan pemegang jaminan . Dalam kasus apapun , jumlah tersebut dapat digunakan oleh Badan untuk pembayaran pengeluaran administrasi dan biaya lainnya . Badan juga akan berusaha untuk masuk ke dalam perjanjian dengan negara tuan rumah pada kegunaan lain dari mata uang tersebut sampai-sampai mereka tidak dapat digunakan secara bebas .
Enron tidak jadi terlibat dalam proyek pengganti investasinya di PLTU Pasuruan dan
kemudian mengajukan klaim terhadap MIGA.
7. Secara obyektif, perlu dilihat terlebih dahulu perjanjian antara Pemerintah Indonesia dan
Konsorsium East Java Power, yaitu:
Barang yang tidak boleh disebarluaskan kepada publik.
Indonesia memiliki komitmen untuk tunduk pada ketentuan MIGA
Konsekuensi hukum atas pembatalan perjanjian yang dilakukannya secara sepihak
terhadap para investor asing yang telah menjaminkan investasinya (di Indonesia)
kepada MIGA.
8. Kasus Indonesia dengan Enron ini memiliki dampak untuk semakin menurunkan tingkat
kepercayaan investor asing terhadap Indonesia, yang ironisnya, adanya kepercayaan
investor asing merupakan salah satu faktor penting yang menjadi alasan diratifikasinya
konvensi MIGA oleh Indonesia.
9. Pada kasus ini seharusnya organisasi internasional seperti MIGA maupun Enron harus
memperhatikan Prinsip Prefensi Negara Berkembang, yang dimana prinsip ini
Mensyaratkan perlunya suatu kelonggaran-kelonggaran atas aturan-aturan hukum tertentu
bagi negara berkembang negara-negara berkembang ini perlu mendapatkan perlakukan
khusus manakala negara-negara maju berhubungan dengan mereka, misalnya pengurangan
bea masuk untuk produk-produk negara sedang berkembang ke dalam pasar negara maju.
Dasar teori dari sistem prefensi ini :
Negara-Negara harus diperbolehkan untuk menyimpang dari kewajiban-kewajiban
MFN untuk memperbolehkan mereka guna mengurangi tingkat tarifnya pada
impor-impor barang, manakala barang-barang tersebut berasal dari negara-negara
sedang berkembang.
Menurut mereka, hal tersebut akan memberikan negara-negara sedang berkembang
suatu keuntungan kompetitif tertentu dalam masyarakat industri yang menjadi
sasaran ekspor.
tetapi pada kenyataannya Enron tidak memperhatikan prinsip tersebut dan menambah
kerugian bangsa Indonesia yang pada saat itu kondisi ekonomi bangsa Indonesia lagi
dalam masa yang sulit. sehinnga pada akhirnya dikeluarkan Keppres No.5 Tahun 1998
yang merupakan wujud dari pembatalan sepihak pemerintah Indonesia karena besarnya
biaya proyek yang harus dikeluarkan pemerintah Indonesia untuk membangun proyek-
proyek yang mereka perjanjikan.
PENYELESAIAN SENGKETA
Penyelesaian sengketa antara Enron dengan pemerintahan Indonesia, adalah
Pemerintah Indonesia telah melakukan pembatalan perjanjian (breach of contract), maka
Enron mengajukan klaim ke MIGA dan memperoleh kompensasi. Karena pembatalan
tersebut, Indonesia harus membayar sebesar 15 juta dolar kepada MIGA karena Indonesia
telah meratifikasi MIGA Convention, sehingga Indonesia menjadi negara anggota MIGA dg
segala hak dan kewajibannya. Kewajiban Indonesia adalah menerima hak subrogasi MIGA.
MIGA karena hak subrogasi, setelah membayar asuransi kerugian kepada investor asing
yg menderita non-commercial risk di Indonesia, berhak menuntut pengembalian/pembayaran
kembali dari Pemerintah Indonesia atas asuransi yg sudah dibayarkannya kepada investor
asing tsb. Skema pembayaran klaim tersebut telah disepakati dengan cara mengangsur dalam
periode tertentu. Enron mulanya tidak akan mengajukan klaim kepada MIGA, apabila bila
diikutsertakan dalam proyek pipanisasi Pertamina di Jambi. Tetapi pihak Pertamina menolak
keterlibatan Enron dalam proyek tersebut.
Secara obyektif, perlu dilihat terlebih dahulu perjanjian antara Pemerintah Indonesia dan
Konsorsium East Java Power, yaitu:
Barang yang tidak boleh disebarluaskan kepada publik.
Sementara bila dilihat dari kacamata hukum internasional, Indonesia memiliki
komitmen untuk tunduk pada ketentuan MIGA
Konsekuensi hukum atas pembatalan perjanjian yang dilakukannya secara
sepihak terhadap para investor asing yang telah menjaminkan investasinya (di
Indonesia) kepada MIGA.
KESIMPULAN
Dapat dismpulkan bahwa dalam kasus ini ditemukan fakta-fakta, yang diantaranya adalah
Barang yang tidak boleh disebar luaskan kepada publik.
Sementara bila dilihat dari kacamata hukum internasional, Indonesia memiliki
komitmen untuk tunduk pada ketentuan MIGA karena Pemerintah Indonesia
telah meratifikasi konvensi MIGA, yaitu salah satu kewajiban pemerintah
Indonesia adalah Hak Subrogasi MIGA.
Konsekuensi hukum atas pembatalan perjanjian yang dilakukannya secara
sepihak terhadap para investor asing yang telah menjaminkan investasinya (di
Indonesia) kepada MIGA. Dengan adanya Hak Subrogasi yang dimiliki oleh
MIGA yang merupakan kewajiban pemerintah Indonesia untuk memenuhinya
maka pemerintah Indonesia harus membayar sebesar 15 juta dollar AS sebagai
bentuk sanksi atas pembatalan kontrak secara sepihak Indonesia kepada
Enron.
TUGAS TERSTRUKTUR 2 HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL
TENTANG
SENGKETA INTERNASIONAL ANTARA ENRON DAN INDONESIA (MIGA – INDONESIA)
oleh
Kelompok 3
Agustinus Riyan A 115010100111079
Yanels Grasione D 115010107111103
Aditya Wardana 115010107111102
Mario Gumpar Sianipar 115010107111206
Emir Muharamsyah 115010107111204
David Oloan Purba 115010105111009
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2014