90
KONTRIBUSI PENGENDALIAN INTERNAL DAN KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP PEMERIKSAAN KECURANGAN (FRAUD AUDITING) (Studi Empiris Pada Auditor Internal dan Eksternal di Jakarta dan Bandung) Disusun Oleh : ERNAWATI 106082002595 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010M/1431H

KONTRIBUSI PENGENDALIAN INTERNAL DAN KEAHLIAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/21182/...kasus Enron ada beberapa perusahaan juga yang terkait kasus profesionalisme

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • KONTRIBUSI PENGENDALIAN INTERNAL

    DAN KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP PEMERIKSAAN

    KECURANGAN (FRAUD AUDITING)

    (Studi Empiris Pada Auditor Internal dan Eksternal

    di Jakarta dan Bandung)

    Disusun Oleh :

    ERNAWATI 106082002595

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2010M/1431H

  • KONTRIBUSI PENGENDALIAN INTERNAL

    DAN KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP PEMERIKSAAN

    KECURANGAN (FRAUD AUDITING)

    (Studi Empiris Pada Auditor Internal dan Eksternal

    di Jakarta dan Bandung)

    Skripsi

    Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

    Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

    Oleh:

    Ernawati

    NIM: 106082002595

    Dibawah bimbingan

    Pembimbing I Pembimbing II

    Dr. Yahya Hamja, MM Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM. NIP. 19490602 197803 1001 NIP. 19720516 200901 1006

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2010M/1431H

  • Hari ini Jum’at Tanggal 12 Bulan Maret Tahun 2010 telah dilakukan Ujian

    komprehensif atas nama Ernawati NIM: 106082002595 dengan judul Skripsi

    KONTRIBUSI PENGENDALIAN INTERNAL DAN KEAHLIAN

    AUDITOR TERHADAP PEMERIKSAAN KECURANGAN (FRAUD

    AUDITING) (Studi Empiris Pada Auditor Internal dan Eksternal di Jakarta

    dan Bandung). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian

    berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk

    memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

    dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 12 Maret 2010

    Tim Penguji Ujian Komprehensif

    Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si. Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si. Ketua Sekretaris

    Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli

  • Hari ini Jum’at Tanggal 14 Bulan Mei Tahun 2010 telah dilakukan Ujian Skripsi

    atas nama Ernawati NIM: 106082002595 dengan judul Skripsi KONTRIBUSI

    PENGENDALIAN INTERNAL DAN KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP

    PEMERIKSAAN KECURANGAN (FRAUD AUDITING) (Studi Empiris

    Pada Auditor Internal dan Eksternal di Jakarta dan Bandung).

    Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka

    skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 02 Juni 2010

    Tim Penguji Ujian Skripsi

    Dr. Yahya Hamja, MM Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM.

    Pembimbing I Pembimbing II

    Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si.

    Penguji Ahli I Penguji Ahli II

  • LAMPIRAN 1

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    DATA PRIBADI

    Nama : Ernawati

    Tempat & Tanggal Lahir : Banjarsari, 25 November 1985

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Alamat Rumah : Kompleks. Griya Prima Asri (GPA)

    Jl. Elang 1 C-4 No. 10 Bale Endah Bandung

    Telephone : 08588 277 9475

    Email : [email protected]

    Agama : Islam

    Kewarganegaraan : Indonesia

    Anak ke… dari… : Anak pertama dari 3 bersaudara

    DATA KELUARGA

    Nama Ayah : Sukanto

    Pekerjaan : Wiraswasta

    Nama Ibu : Ade Euis

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    Suami : Riki Fadlillah

    Pekerjaan : Wiraswasta

    Putra : Muhammad Faris Faqihuddin

    iv

    mailto:[email protected]

  • PENDIDIKAN

    SD Negeri 1 Bojong Juruh 1992 - 1998

    SLTP Negeri 2 Banjarsari 1998 - 2001

    SMKN 1 Serang 2001 - 2004

    Strata 1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi 2005 - 2010

    PENGALAMAN ORGANISASI

    Staff departemen Ekonomi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia

    (KAMMI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2008 –

    2009)

    Staff divisi Kemahasiswaan BEM Jurusan Akuntansi Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2007 – 2008)

    Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPMU)/Kongres Mahasiswa

    Universitas (KMU) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    (2007 – 2008)

    Staff divisi Litbang BEM Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas

    Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2006 – 2007)

    Sekretaris Pramuka SMK Negeri 1 Serang (2003 – 2005)

    v

  • CONTRIBUTION INTERNAL CONTROL AND AUDITOR SKILL OF FRAUD AUDITING

    (Empirical Study at internal auditor and eksternal auditor in Jakarta and Bandung)

    By:

    Ernawati

    ABSTRACT

    This research purpose to analyze contribution of internal control and auditor skill in fraud auditing. The research used purposive sampling method to collect samples. The method of analyzing data used regression. It was obtained with spreading of questionnaire to 32 internal auditor and eksternal auditor. The independent variables used in research were internal control (X1), auditor skill (X2), and fraud auditing as a dependent variable.

    The result of this analysis that internal control and auditor skill simultaneously contribution had significantly effect to fraud auditing with significant level 0,000 from the result F test. Partially, internal control contribution significantly effect to fraud auditing based on the t test, with significant level is 0,000 < 0,050 but auditor skill not contribution to fraud auditing with significant level is 0,941 > 0,050. Keyword: Internal Control, auditor skill, fraud auditing

    vi

  • KONTRIBUSI PENGENDALIAN INTERNAL

    DAN KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP PEMERIKSAAN KECURANGAN

    (Study Empiris Pada Auditor Internal dan Auditor Eksternal di Jakarta dan Bandung)

    Oleh:

    Ernawati

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi pengendalian internal dan keahlian auditor terhadap pemeriksaan kecurangan. Pengumpulan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis menggunakan regresi, data diambil dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 32 orang auditor internal dan auditor eksternal. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen, yaitu pengendalian internal (X1), keahlian auditor (X2), dan variabel dependen yaitu pemeriksaan kecurangan (Y).

    Hasil analisis menunjukan bahwa pengendalian internal dan keahlian auditor secara simultan berkontribusi terhadap pemeriksaan kecurangan dengan tingkat signifikansi 0,000 dari hasil uji F. Secara parsial berdasarkan hasil uji t menunjukan bahwa pengendalian internal berkontribusi secara signifikan terhadap pemeriksaan kecurangan dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,050 tetapi keaahlian auditor tidak berkontribusi terhadap pemeriksaan kecurangan dengan tingkat signifikansi 0,000 > 0,050.

    Kata kunci: pengendalian internal, keahlian auditor, pemeriksaan kecurangan.

    vii

  • KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-

    Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

    berjudul KONTRIBUSI PENGENDALIAN INTERNAL DAN KEAHLIAN

    AUDITOR TERHADAP PEMERIKSAAN KECURANGAN (FRAUD

    AUDITING) (Studi Empiris Pada Auditor Internal dan Eksternal di Jakarta

    dan Bandung).

    Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-

    syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa syukur pada Allah S.W.T

    atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan

    penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-

    besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini

    terutama kepada:

    1. Kedua orang tuaku tersayang, Bapak Sukanto dan Mamah Ade Euis serta

    Nenekku Ma’ Ami, terimakasih atas segala dukungan, bantuan, semangat

    dan do’anya yang tiada henti-hentinya kepada penulis. Ayu dan Agus

    adikku terimakasih atas semua bantuannya, teteh berharap kalian jadi anak

    yang bisa membanggakan orangtua dan berbakti pada keduanya

    2. Suamiku tercinta, Riki Fadlillah terimakasih atas semua dukungan,

    bantuan, dan doa’nya, buah hatiku M. Faris Faqihuddin yang lucu dan

    menggemaskan serta mertuaku dan seluruh keluarga terimakasih atas

    do’anya.

    3. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku dosen Pembimbing Skripsi I

    terimakasih telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan

    dan bimbingannya dalam penulisan skripsi ini.

    4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM. selaku dosen Pembimbing

    Skripsi II terimakasih telah bersedia meluangkan waktu, memberikan

    pengarahan dan bimbingannya dalam penulisan skripsi ini.

    viii

  • 5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakulltas Ekonomi dan

    Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    6. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si. selaku Ketua Jurusan Akuntansi

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    7. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi

    Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    8. Seluruh staff pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

    telah memberikan bantuan kepada penulis dalam hal administrasi.

    9. Sahabat-sahabatku Asri, Kaka Rika, Zakia, Oti, Tiur, dan Putri,

    terimakasih atas bantuan, motivasi dan semangat yang ditularkan.

    10. Sahabat-sahabatku di Akuntansi D 2005 khususnya Ichie, Via, Adzilah,

    Puput, Uwi, Rochmah, Rahmah, Ida, dan Sari

    11. Teman-teman Auditing D dan semua anak jurusan akuntansi angkatan

    2005

    12. Teman-teman di kosan Angrek Al-Barqah I (Fuah, Siti, Iyan, Herin dan

    Te’Uci) terimakasih atas bantuannya serta jadi tempat istirahat saat penulis

    harus bolak-balik Jakarta-Bandung, terimakasih atas kenangan dan

    keceriaan yang telah diciptakan.

    13. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang

    turut memberikan semangat dan bantuan sehingga skripsi ini dapat selesai.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

    dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis.

    Oleh karena itu, penulis membuka hati untuk menerima saran yang bersifat

    membangun dari semua pihak.

    Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan

    umumnya bagi semua pihak.

    Jakarta, 2010

    (Ernawati)

    ix

  • DAFTAR ISI

    Lembar Pengesahan Skripsi ...................................................................... i

    Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ................................................. ii

    Lembar penggesahan Ujian Skripsi ........................................................... iii

    Daftar Riwayat Hidup ............................................................................... iv

    Abstract ............................................................................................ vi

    Abstrak ............................................................................................ vii

    Kata Pengantar .......................................................................................... viii

    Daftar Isi ............................................................................................ x

    Daftar Tabel ............................................................................................ xiii

    Daftar Gambar ........................................................................................... xv

    Daftar Lampiran ........................................................................................ xvi

    BAB I PENDAHULUAN............................................................. 1

    A. Latar Belakang Penelitian .......................................... 1

    B. Perumusan Masalah .................................................. 5

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................. 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................... 7

    A. Kerangka Teoritis ...................................................... 7

    1. Pengendalian Internal....................................... 7

    2. Keahlian Auditor.............................................. 10

    3. Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing)..... 20

    x

  • B. Model Penelitian ....................................................... 33

    C. Perumusan Hipotesis.................................................. 34

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................... 35

    A. Ruang Lingkup Penelitian.......................................... 35

    B. Metode Penentuan Sampel ....................................... 35

    C. Metode Pengumpulan Data ....................................... 36

    D. Metode Analisis ......................................................... 37

    E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya ... 43

    BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ................................. 47

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................... 47

    1. Tempat dan Waktu Penelitian ........................... 47

    2. Karakteristik Responden ................................... 49

    B. Analisis Deskriptif Kuantitatif ................................. 51

    1. Uji Validitas ....................................................... 51

    2. Uji Reliabilitas.................................................... 54

    C. Analisis dan Pembahasan.......................................... 57

    1. Uji Asumsi Klasik .............................................. 57

    a. Uji Multikolinieritas ..................................... 57

    b. Uji Heterokedastisitas ................................... 58

    c. Uji Normalitas ............................................... 59

    xi

  • 2. Uji Hipotesis ....................................................... 60

    a. Uji Koefisien dan Determinasi ....................... 60

    b. Uji F ................................................................ 61

    c. Uji t ................................................................. 62

    BAB V PENUTUP......................................................................... 65

    A. Kesimpulan .............................................................. 65

    B. Implikasi ................................................................... 66

    C. Saran dan Keterbatasan ............................................ 67

    Daftar Pustaka ................................................................................... 68

    Lampiran-Lampiran

    xii

  • DAFTAR TABEL

    Tabel Keterangan Hal

    2.1 Auditing vs. Fraud Examination/Fraud ............................ 26

    3.1 Audit Operasional Variabel Penelitian .............................. 45

    4.1 Deskripsi Penyebaran Kuesioner yang diterima dan Dapat

    Diolah ................................................................................ 47

    4.2 Sample dan Tingkat Pengembalian ................................... 48

    4.3 Deskripsi Statistik Demografi Responden Berdasarkan

    Jenis Kelamin .................................................................... 49

    4.4 Deskripsi Statistik Demografi Responden Berdasarkan

    Pendidikan Terakhir .......................................................... 49

    4.5 Deskripsi Statistik Demografi Responden Berdasarkan

    Jabatan ............................................................................... 50

    4.6 Deskripsi Statistik Demografi Responden Berdasarkan

    Lama Bekerja .................................................................... 51

    4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Pengendalian Internal ........... 52

    4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Keahlian Auditor .................. 53

    4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Pemeriksaan Kecurangan ..... 54

    4.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengendalian Internal ...... 55

    4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Keahlian Auditor ............. 55

    4.12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pemeriksaan Kecurangan . 56

    4.13 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................. 57

    xiii

  • 4.14 Hasil Uji koefisien Determinasi Untuk Hipotesis.............. 60

    4.15 Hasil Uji F Untuk Hipotesis............................................... 61

    4.16 Hasil Uji t Untuk Hipotesis ................................................ 62

    xiv

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar Keterangan Hal

    2.1 Fraud Triangle ................................................................... 24

    2.2 Kerangka Pemikiran........................................................... 33

    4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas............................................... 58

    4.2 Hasil Uji Normalitas ......................................................... 59

    xv

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari Fakultas

    Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Riset dari BPKP

    Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

    Lampiran 4 Daftar Jawaban Responden

    Lampiran 5 Hasil Uji SPSS

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Penelitian

    Praktik-praktik dalam dunia bisnis seringkali sudah menyimpang jauh

    dari aktivitas bisnis yang sebenarnya, Hal ini disebabkan karena tujuan bisnis

    adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, sehingga untuk

    mendapatkan keuntungan tersebut karyawan atau manajemen melakukan

    berbagai kecurangan tanpa memperhatikan aspek-aspek lainnya. Profesi

    akuntan menghadapi tantangan besar yang tidak kalah sulitnya, yaitu

    kecurangan akuntansi, kecurangan yang terjadi di dunia bisnis berupa

    kecurangan melalui pemalsuan, pencurian, tidak membayar, memalsukan

    form, pemalsuan laporan keuangan dan lainnya.

    Salah satu kecurangan terbesar yang terjadi di dunia adalah kasus

    Enron pada tahun 2001. Enron adalah perusahaan peringkat ketujuh Fortune

    500 dengan asset US $65,5 milyar yang hancur dalam waktu singkat dan

    merupakan sebuah kebangkrutan terbesar yang pernah terjadi pada sejarah

    perekonomian Amerika Serikat. Kasus ini melibatkan salah satu dari kantor

    akuntan terkenal The Big Five, Arthur Andersen & Co. auditor yang bertugas

    untuk mengaudit perusahaan tersebut merupakan auditor internal perusahaan

    yang bersangkutan. Ini merupakan salah satu penyimpangan etika profesi yang

    menyangkut integritas, objektivitas dan independensi akuntan publik. Selain

    kasus Enron ada beberapa perusahaan juga yang terkait kasus profesionalisme

    11

  • etika auditor seperti WorldCom (2001), Kimia Farma (2002), Telkom (2002),

    dan Lippo (2003).

    Sehubungan dengan semakin banyaknya kecurangan yang terjadi

    belakangan ini. Kini muncul suatu disiplin ilmu yang relatif masih baru dalam

    bidang auditing, yaitu pemeriksaan kecurangan (fraud auditing). Dengan

    meningkatnya perhatian masyarakat terhadap white collar crime dan

    kecurangan-kecurangan lainnya, maka terjadi perkembangan yang pesat pada

    fraud auditing. Perkembangan yang mengarah pada kecurangan akuntansi ini

    harus dapat dicegah dengan adanya pengendalian internal dan dilakukan

    pemeriksaan intern secara berkala. Selain berdampak pada perkembangan

    standar akuntansi dan peraturan-peraturan baru tentang kecurangan akuntansi,

    peningkatan kasus-kasus kecurangan akuntansi juga mempengaruhi profesi-

    profesi yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dengan

    kecurangan dalam lingkungan akuntansi, menuntut adanya pengembangan

    profesi akuntansi dalam hal peningkatan keahlian dan kompetensi profesi

    akuntansi, penerapan etika profesi akuntan serta peningkatan kebutuhan

    pendidikan akuntansi yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan dunia

    usaha.

    Profesi akuntan merupakan sebuah profesi yang hidup di dalam habitat

    bisnis, dimana eksistensinya dari waktu kewaktu terus semakin diakui oleh

    masyarakat bisnis itu sendiri. Peranan akuntan publik sangat dibutuhkan oleh

    kalangan dunia usaha, maka mendorong para akuntan publik ini untuk benar-

    2

  • benar memahami pelaksanaan etika yang berlaku dalam menjalankan

    profesinya.

    Ada empat elemen yang harus dimiliki oleh akuntan, yaitu: (Hery &

    Merina, 2007)

    1. Keahlian dan pemahaman tentang standar akuntansi atau standar

    penyusunan laporan keuangan.

    2. Standar pemeriksaan/auditing

    3. Etika profesi, dan

    4. Pemahaman terhadap lingkungan bisnis yang di audit.

    Berdasarkan keempat elemen tersebut sangatlah jelas bahwa seorang

    akuntan, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah wajib memegang teguh

    aturan etika profesi yang berlaku. (Hery & Merinna, 2007).

    Kepatuhan terhadap kode etik dan kepatuhan terhadap Standar

    Akuntansi Keuangan, serta Standar Profesional Akuntan Publik menjadi hal

    yang penting dalam menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat

    terhadap profesi akuntan dan jasa yang diberikan Kantor Akuntan Publik,

    Auditor adalah pihak yang mengontrol dan menjaga kepentingan

    publik di bidang yang terkait dengan keuangan. Dan bertanggungjawab untuk

    merencanakan serta melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan

    memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji baik yang

    disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Pendeteksian atas kecurangan

    akuntansi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain melalui internal

    auditing dan memanfaatkan forensic accounting. Selain itu, American Institute

    3

  • Certified Public Accountants (AICPA) juga telah mengeluarkan standar

    auditing baru No. 99 tentang kecurangan akuntansi dalam laporan keuangan,

    untuk membantu auditor menemukan resiko kecurangan. (Yuniarti dan Eti,

    2008).

    Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Darwito (2006),

    adapun perbedaan dari penelitian sebelumnya yaitu dari segi tempat

    penelitian, penelitian sebelumnya dilakukan di wilayah kota Malang

    sedangkan penelitian ini dilakukan di wilayah kota Bandung dan perbedaan

    dari segi variabel, penelitian sebelumnya ada dua variabel dependen dan satu

    variabel intervening sedangkan penelitian ini hanya ada satu variabel

    dependen dan tidak ada variabel intervening.

    Berdasarkan kasus-kasus diatas, melihat pentingnya pemeriksaan

    internal dan keahlian auditor untuk melaksanakan pemeriksaan kecurangan

    bagi seorang auditor dalam menjalankan tugasnya untuk melakukan

    pemeriksaan kecurangan, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

    pemeriksaan kecurangan (fraud auditing) dengan judul “Kontribusi

    Pengendalian Internal dan Keahlian Auditor terhadap Pemeriksaan

    Kecurangan (Fraud Auditing).”

    4

  • B. Perumusan Masalah

    Masalah yang akan menjadi perhatian utama dalam penelitian ini

    adalah:

    1. Apakah pengendalian internal berkontribusi terhadap pemeriksaan

    kecurangan (fraud auditing)?

    2. Apakah keahlian auditor berkontribusi terhadap pemeriksaan kecurangan

    (fraud auditing)?

    3. Apakah pengendalian internal dan keahlian auditor berkontribusi

    terhadap pemeriksaan kecurangan (fraud auditing)?

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah:

    a. Untuk mengetahui kontribusi pengendalian internal terhadap

    pemeriksaan kecurangan (fraud auditing)

    b. Untuk mengetahui kontribusi keahlian auditor terhadap pemeriksaan

    kecurangan (fraud auditing)

    c. Untuk mengetahui kontribusi pengendalian internal dan keahlian

    auditor terhadap pemeriksaan kecurangan (fraud auditing)

    5

  • 2. Manfaat Penelitian

    Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat,

    antara lain:

    a. Bagi klien/perusahaan (pengguna jasa Auditor), sebagai bahan

    masukan untuk memberikan tugas fraud audit kepada auditor yang ahli

    dan kompeten dibidangnya.

    b. Bagi auditor, dapat dijadikan masukan dalam meneliti penyebab

    kecurangan yang dilakukan organisasi, dan agar auditor melengkapi

    pengetahuannya untuk menjadi auditor yang ahli dan profesional.

    c. Bagi peneliti selanjutnya, semoga dari kekurangan-kekurangan

    penelitian ini dapat dikembangkan kembali menjadi lebih baik.

    6

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kerangka Teoritis

    1. Pengendalian Internal

    Pengendalian internal adalah suatu perencanaan organisasi dan

    semua metode yang terkoordinasi dan pengukuran-pengukuran yang

    diterapkan diperusahaan untuk mengamankan aktiva, memeriksa akurasi

    dan keandalan data aktiva, meningkatkan efisiensi operasional dan

    mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang ditetapkan.

    (Sawyer’s, 2009)

    Dari definisi di atas dapat kita lihat bahwa tujuan adanya

    pengendalian internal adalah untuk:

    a. Menjaga kekayaan organisasi.

    b. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi.

    c. Mendorong efisiensi.

    d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

    Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem pengendalian internal

    dapat dibagi menjadi dua yaitu Pengendalian Internal Akuntansi

    (Preventive Controls) dan Pengendalian Internal Administratif (Feedback

    Controls).

    Pengendalian Internal Akuntansi dibuat untuk mencegah terjadinya

    inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan dan

    7

    7

  • memeriksa keakuratan data akuntansi. Contoh: adanya pemisahan fungsi

    dan tanggung jawab antar unit organisasi.

    Pengendalian administratif dibuat untuk mendorong dilakukannya

    efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakkan manajemen (dikerjakan

    setelah adanya pengendalian akuntansi) Contoh: pemeriksaan laporan

    untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil tindakan

    Dalam teori akuntansi dan organisasi, pengendalian internal atau

    internal kontrol didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh

    sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi, yang dirancang

    untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu.

    Pengendalian internal merupakan suatu cara untuk mengarahkan,

    mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan

    penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan

    melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud (seperti mesin

    dan lahan) maupun tidak berwujud (seperti reputasi atau hak kekayaan

    intelektual seperti merek dagang).

    Pada tingkatan organisasi, tujuan pengendalian internal berkaitan

    dengan keandalan laporan keuangan, umpan balik yang tepat waktu

    terhadap pencapaian tujuan-tujuan operasional dan strategis, serta

    kepatuhan pada hukum dan regulasi. Pada tingkatan transaksi spesifik,

    pengendalian internal merujuk pada aksi yang dilakukan untuk mencapai

    suatu tujuan tertentu (misal, memastikan pembayaran terhadap pihak

    ketiga dilakukan terhadap suatu layanan yang benar-benar dilakukan).

    8

    http://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansihttp://id.wikipedia.org/wiki/Organisasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Proseshttp://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_manusiahttp://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_informasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_dayahttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Penggelapan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Mesinhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Lahan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Reputasi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Hak_kekayaan_intelektualhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hak_kekayaan_intelektualhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Merek_dagang&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Laporan_keuangan

  • Pengendalian internal merupakan unsur kunci pada Foreign Corrupt

    Practices Act (FCPA) tahun 1977 dan Sarbanes-Oxley tahun 2002 yang

    mengharuskan peningkatan pengendalian internal pada perusahaan-

    perusahaan publik Amerika Serikat.

    Elemen-elemen Pengendalian Internal

    Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway

    Commission (COSO) memperkenalkan adanya lima komponen

    pengendalian intern yang meliputi (Sawyer’s, 2009):

    a. Lingkungan pengendalian (Control Environment)

    b. Penaksiran risiko Manajemen (Management Risk)

    c. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

    d. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

    e. Pemantauan (Monitoring)

    Pengendalian internal dapat mencegah kerugian atau pemborosan

    pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian internal dapat

    menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan

    dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan

    digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan.

    Penilaian secara khusus biasanya dilakukan secara berkala saat

    terjadi perubahan pokok dalam strategi manajemen senior, struktur

    korporasi atau kegiatan usaha. Pada perusahaan besar, auditor internal

    adalah pihak yang bertanggung jawab atas pemantauan sistem

    pengendalian internal. Auditor internal juga sering melakukan penilaian

    9

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Foreign_Corrupt_Practices_Act&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Foreign_Corrupt_Practices_Act&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/1977http://id.wikipedia.org/wiki/Sarbanes-Oxleyhttp://id.wikipedia.org/wiki/2002http://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_publikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_publikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikathttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Committee_of_Sponsoring_Organizations_of_the_Treatway_Commission&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Committee_of_Sponsoring_Organizations_of_the_Treatway_Commission&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Korporasi

  • atas pengendalian internal sebagai bagian dari audit atas laporan

    keuangan.

    Prosedur Pengendalian

    Prosedur pengendalian merupakan kebijakan dan aturan mengenai

    kelakuan karyawan yang dibuat untuk menjamin bahwa tujuan

    pengendalian manajemen dapat tercapai.

    Secara umum prosedur pengendalian yang baik terdiri dari :

    a. Penggunaan wewenang secara tepat untuk melakukan suatu kegiatan

    atau transaksi.

    b. Pembagian tugas.

    c. Pembuatan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai.

    d. Keamanan yang memadai terhadap aset dan catatan.

    e. Pengecekan independen terhadap kinerja.

    2. Keahlian Auditor

    Auditor senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang

    akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai

    dengan pendidikan formal yang diperluas melalui pengalaman-

    pengalaman dan selanjutnya diperdalam selama praktik audit.

    Literatur psikologi menunjukan bahwa pengetahuan spesifik dan

    lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting untuk meningkatkan

    keahlian (Ashton, 1991; Chou dan Trothman, 1991; dan Tubs, 1992)

    dalam Murtini & Edi W (2003). Murtanto dan Gudono (1999) dalam

    10

  • Darwito (2006). Mendefinisikan keahlian diukur dengan memasukan

    unsur kinerja, seperti kemampuan (ability), pengetahuan (knowledge),

    pengalaman (experience).

    Menurut Djuni Farhan dan Abdul Halim (2004) dalam Sucipto

    (2007) faktor yang berpengaruh pada pengalaman auditor adalah:

    a. Lama bekerja

    b. Posisi akuntan

    c. Hirarki profesi

    d. Jenjang pendidikan

    e. Aktivitas profesi.

    Murtanto dan Gudono (1999) dalam Sucipto (2007) telah

    mengidentifikasi 29 karateristik yang berperan dalam membentuk

    keahlian audit, lima karakteristik yang paling penting dalam membentuk

    suatu keahlian audit tersebut adalah:

    a. Pengetahuan umum dan khusus

    b. Komunikatif

    c. Tidak mudah putus asa dan percaya diri

    d. Bertanggungjawab

    e. Berpengalaman

    Dalam penelitiannya Darwito (2006) mengemukakan faktor-faktor

    yang mempengaruhi keahlian auditor yaitu pengetahuan kognitif,

    psikologi dan strategi dalam pengambilan keputusan.

    11

  • Menurut Tan dan Libby (1997) dalam Sulistiyowati (2003),

    seorang auditor minimal harus memiliki keahlian audit yang secara garis

    besar dikelompokan menjadi dua yaitu:

    a. Keahlian teknis

    Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar seorang auditor

    berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya

    dalam lingkup akuntansi secara umum dan auditing.

    Yang termasuk keahlian teknis adalah :

    (1) Komponen pengetahuan dengan faktor-faktornya yang meliputi

    pengetahuan umum dan khusus berpengalaman, mendapat

    informasi yang cukup dan relevan, selalu berusaha untuk tahu,

    dan mempunyai visi.

    (2) Analisis tugas yang mencakup ketelitian, tegas, profesional

    dalam tugas, keterampilan teknis. Menggunakan metode

    analisis, kecermatan, loyalitas dan idealisme.

    b. Keahlian non teknis.

    Keahlian non teknis merupakan kemampuan dalam diri seorang

    auditor yang baik, dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan

    pengalaman. Menurut Rasuli (2000) dalam Sulistiyowati (2003)

    keahlian non teknis meliputi:

    (1) Ciri-ciri psikologis yang meliputi rasa percaya diri, tanggung

    jawab, ketekunan, ulet dan enerjik, cerdik dan kreatif,

    kemampuan beradaptasi, kejujuran, dan kecekatan.

    12

  • (2) Kemampuan berpikir yang analitis dan logis, cerdas, tanggap

    dan berusaha menyelesaikan masalah, berpikir cepat dan

    terperinci.

    (3) Strategi penentuan keputusan yang mencakup independen,

    objektif dan memiliki integritas.

    Hasil penelitian Murtanto dan Gudono (1999) dalam Darwito

    (2006) menunjukan bahwa komponen keahlian untuk auditor di Indonesia

    terdiri atas:

    a. Komponen Pengetahuan, yang merupakan komponen penting

    dalam suatu keahlian. Komponen ini meliputi pengetahuan

    terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman.

    b. Ciri-ciri psikologis, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas,

    kemampuan bekerjasama dengan orang lain.

    Menurut Abdolmuhammadi (1999) dalam penelitian Lehmann dan

    Norman (2006) dalam Sucipto (2007) terdapat tiga kelompok akuntan

    pemeriksa yang diklasifikasikan menurut tingkat pengalamannya:

    Novice Group : Meliputi Mahasiswa dan staf yang

    mempunyai pengalaman kurang dari

    12 bulan.

    Mid-Level Experiance Group : Meliputi staf senior yang mempunyai

    pengalaman antara 12 bulan sampai

    dengan 72 bulan.

    13

  • Experiance Group : Meliputi Partner dan Manager yang

    mempunyai pengalaman lebih dari

    72 bulan.

    Menurut Raharjo (1998) dalam Sucipto (2007) Pengetahuan

    auditor yang berkaitan dengan pemeriksaan atau audit adalah:

    a. Pengetahuan jenis-jenis dokumen dalam operasi dalam

    perusahaan dan alur dokumen dalam operasi perusahaan

    b. Pengetahuan atas berbagai indikasi terjadinya kekeliruan dan

    kecurangan dan kemampuan auditor untuk mengetahui sisi

    psikologis.

    Menurut Sri Sularso dan Ainun Na’im (1999) dalam Sucipto (2007)

    faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi perkembangan

    pengetahuan akuntan pemeriksa adalah:

    a. Pengalaman Audit

    b. Diskusi mengenai audit dengan rekan kerja

    c. Pengawasan dan review oleh akuntan pemeriksa/pengawas

    d. Program pelatihan

    e. Tindak lanjut perencanaan audit

    f. Penggunaan pedoman audit.

    Disamping faktor-faktor tersebut menurut Libby dan Luft (1993)

    dalam penelitian Thomas, Davis dan Seaman (1998) dalam Sucipto

    (2007), partisipasi dalam continuing profesional education (CPE) atau

    pendidikan edukasi berkelanjutan (PPL) juga dapat meningkatkan

    14

  • pengetahuan seorang auditor dalam menjalankan tugas pengauditannya.

    Dalam penelitian tersebut ternyata continuing profesional education

    (CPE) atau pendidikan edukasi berkelanjutan (PPL) terbukti dapat

    meningkatkan pengetahuan seorang auditor yang kemudian berdampak

    pada keahlian dan performance auditor tersebut.

    Menurut Hartadi (2004) dalam Sucipto (2007), pengalaman yang

    dimiliki oleh akuntan pemeriksa yang mendukung kemampuannya untuk

    melakukan audit atau pemeriksaan adalah:

    a. Pengalaman atas penanganan berbagai bentuk kecurangan dan

    kekeliruan secara menyeluruh. Hal tersebut membuka peluang

    semakin besar bahwa pihak auditor akan mudah

    mengidentifikasi berbagai bentuk kekeliruan dan kecurangan

    dalam laporan keuangan.

    b. Pengalaman atas pengidentifikasian berbagai bentuk kekeliruan

    yang terjadi dalam laporan keuangan, dengan adanya

    pengalaman tersebut maka auditor akan tahu berbagai bentuk

    kecurangan yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen

    perusahaan.

    c. Pengalaman dalam melakukan analisa alur dokumen operasi

    perusahaan. Hal ini akan semakin memperlancar pemeriksaan

    yang dilakukan oleh auditor dan mempercepat proses

    pemeriksaan laporan keuangan perusahaan.

    15

  • Standar Profesional Akuntan Publik Tentang Keahlian Auditor

    Kompetensi mengenai keahlian auditor, telah diatur dalam Standar

    Profesional Akuntan Publik yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan

    Indonesia (IAI), yaitu standar umum seksi 210 yang mengatur tentang

    Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen. Seksi ini terdiri dari tiga

    bagian yaitu:

    1. Standar Umum Pertama,

    01 Standar umum pertama berbunyi:

    ”Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor” 02 Standar umum pertama menegaskan bahwa betapapun

    tingginya kemampuan seseorang dalam bidang lain, termasuk

    dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi

    persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika ia

    tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam

    bidang auditing.

    2. Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen

    3. Tanggal Berlaku Efektif

    16

  • Fraud Auditor

    Auditor yang sudah terlatih dalam bidang audit mempunyai potensi untuk

    menjadi fraud auditor. Di Amerika Serikat, untuk menjadi seorang pemeriksa

    fraud seseorang diharuskan menempuh pendidikan yang memenuhi syarat.

    Mereka mendapatkan pelatihan khusus di bidang pendeteksian,

    pengusutan/penyidikan, dan pencegahan terhadap fraud dan kejahatan kerah

    putih. Setiap anggota asosiasi, diharapkan dapat menjadi seorang Pemeriksa

    Fraud Bersertifikat (Certified Fraud Examiners), yang memperoleh sertifikat

    setelah melalui proses aplikasi yang ekstensif (luas) dan lulus ujian CFE yang

    seragam.

    Keanggotaan asosiasi CFE terbuka bagi semua orang yang bermoral tinggi

    dengan syarat profesional yang berkepentingan, berpendidikan, atau

    berpengalaman di bidang pemeriksaan fraud. Para CFE tersebut berasal dari

    berbagai profesi, termasuk auditor, Akuntan, penyidik fraud, spesialis pencegah

    kerugian, aparat penegak hukum, jasa/penuntut, manajer dan para eksekutif,

    pengacara, ahli kriminologi, akademisi dan pelajar, serta konsultan anti fraud.

    Lingkup kerja CFE meliputi perolehan/penggalian bukti, memeriksa rekening atau

    laporan keuangan, menyusun laporan, dan turut membantu proses penyelidikan

    dalam berbagai bentuk.

    Menurut Regar (1998) dalam Sulistiyowati (2003), seorang fraud auditor

    harus memiliki ciri-ciri khusus, antara lain sikap ingin tahu (curiosity), curiga

    pofesional (professional skepticism), ketangguhan (persistence), kreativitas

    17

  • (creativity), kepercayaan (conpidence) dan pertimbangan profesional

    (professional judgement).

    Menurut Tunggal dan Tunggal (2000) dalam Sulistiyowati (2003), seorang

    fraud auditor yang efektif harus memiliki kemampuan dan pengetahuan pada

    tingkat tertentu, dan berbagai perspektif berikut:

    • Manusia dan individu

    • Organisasi, budaya, dan motivasi

    • Ekonomi/kompetitif

    • Sosial

    • Peraturan, hukum, dan bukti (bagaimana cara melihat, mendeteksi dan

    mendokumentasikan kecurangan yang terjadi)

    • Pengawasan akuntansi, audit dan internal (kapan, di mana, dan bagaimana

    kecurangan yang paling mungkin terjadi dalam akuntansi dan laporan

    keuangan)

    Menurut Tunggal dan Tunggal (2000) dalam Sulistiyowati (2003), seorang

    fraud auditor yang efektif harus mampu secara kompeten:

    • Melakukan suatu tinjauan pengendalian intern.

    • Menilai kekuatan dan kelemahan pengendalian intern.

    • Merencanakan sekenario kerugian kecurangaan yang mungkin terjadi

    berdasarkan kelemahan-kelemahan yang diidentifikasi dalam pengendalian

    itern.

    18

  • • Mengenali keadaan-keadaan yang bisa di pertanyakan dan diperkecualikan

    dalam neraca akuntansi.

    • Mengenali transaksi-transaksi yang bisa dipertanyakan dan diperkeculikan

    (terlalu tinggi, terlalau rendah, terlalau sering, terlalau jarang, terlalu

    banyak, terlalau kecil, waktu yang janggal, tempat yang janggal, orang

    yang janggal)

    • Membedakan antara kesalahan manusia sederhana dan kelalaian dalam

    catatan yang curang.

    • Mengikuti aliaran dana masuk dan keluar akuntansi dalam perusahaan.

    • Mencari dokumen pendukung mendasar untuk transaksi-tranasaksi yang

    biasa dipertanyakan.

    • Meninjau dokemen-dokumen tersebut dari segi keanehannya, misalnya

    jumlah yang dinaikkan, pemalsuan, penjiplakan, rekening palsu,

    pembuatan faktur klaim, penghancuran data, klasifikasi akuntansi yang

    tidak cocok, ketidakteraturan dalam rangkaian, kuantitas, penetapan harga,

    penambahan atau perluasan, serta penggantian salinan-salinan untuk

    dokumen asli.

    • Mengumpulkan dan menyimpan bukti untuk memastikan kerugian asset,

    transaksi-transaksi curang, dan laporan-laporan keuangan.

    • Mendokumentasikan dan melaporkan suatu kerugian karena klaim-klain

    kejahatan atau asuransi.

    19

  • • Mengetahui kebijakan-kebijakan manajeman, administratif dan organisasi,

    prosedur dan praktik-praktik.

    • Meninjau motifasi dan iklim etis organisasi.

    3. Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing)

    Pengertian Kecurangan (Fraud)

    Pengertian kecurangan (fraud) menurut Kitab Undang-Undang

    Hukum Pidana (KUHP) dalam Tuanakota (2006) yaitu:

    a. Pasal 362: Pencurian (definisi KUHP: “mengambil barang sesuatu,

    yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan

    maksud untuk dimiliki secara melawan hukum”)

    b. Pasal 368: Pemerasan dan Pengancaman (definisi KUHP: “dengan

    maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara

    melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau

    ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang

    seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain,

    atau supaya membuat utang maupun penghapusan piutang.

    c. Pasal 372: Penggelapan (definisi KUHP: “dengan sengaja dan

    melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau

    sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam

    kekuasaanya bukan karena kejahatan”)

    d. Pasal 378: Perbuatan curang (definisi KUHP: “dengan maksud untuk

    menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,

    20

  • dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu

    muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakan orang lain

    untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi

    utang maupun menghapuskan piutang”);

    e. Pasal 396: Merugikan pemberi piutang dalam keadaan pailit.

    f. Pasal 406: Menghancurkan atau merusakkan barang (definisi KUHP:

    “dengan sengaja atau melawan hukum menghancurkan, merusakan,

    membuat tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang

    seluruhnya atau sebagian milik orang lain”).

    Tindakan yang Temasuk Kategori Kecurangan (Fraud) menurut

    Simon (1995) dalam Prasetyawati (2003) dalam Darwito (2006),

    mengemukakan beberapa hal yang termasuk kedalam kategori

    kecurangan (fraud), yaitu:

    a. Suap (bribery) adalah memberi, menerima, menawarkan atau

    meminta “sesuatu” untuk mempengaruhi pegawai pemerintah dalam

    melaksanakan tugasnya, atau agar melalaikan pelaksanaan tugas-

    tugasnya yang sah secara hukum. Mempengaruhi atau meminta suatu

    jabatan atau berkolusi untuk melakukan suatu jenis kecurangan. Suap

    dalam bisnis (commercial bribery) adalah memberi, menerima,

    menawarkan atau meminta ”sesuatu” untuk mempengaruhi sesuatu

    b. Konflik kepentingan (conflict of interest) terjadi ketika seseorang

    atau organisasi bertindak atas nama orang lain atau organisasi lain

    21

  • dan memiliki atau kepentingan pribadi dalam tindakan yang

    dilakukannya.

    c. Kecurangan karena laporan dan klaim palsu, terjadi ketika seseorang

    dengan sadar dan sengaja mengubah fakta yang material atau

    membuat penyajian yang palsu atau fiktif.

    d. Penggelapan (embezzlement) adalah kecurangan dalam pertukaran

    pemilikan pribadi dengan orang lain, dimana kepemilikan tersebut

    diperoleh berdasarkan hubungan kepercayaan. Penggelapan ditandai

    oleh penyalahgunaan uang atau harta dan pemalsuan catatan

    keuangan sehingga sulit untuk dideteksi.

    Dalam kamus Inggris Indonesia (Echols dan Shadly, 2007) fraud

    berarti penipuan, seorang penipu atau gadungan, kecurangan,

    penggelapan.

    Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecurangan

    merupakan suatu perbuatan yang bertentangan dengan kebenaran yang

    dilakukan dengan sengaja, dengan tujuan untuk memperoleh sesuatu yang

    bukan merupakan hak pelakunya.

    Beberapa aktivitas yang mendorong terjadinya kecurangan (fraud)

    antara lain adalah:

    a. Aktivitas yang berhubungan dengan pengeluaran, yang meliputi:

    klaim terhadap keuntungan dan bantuan, pembayaran kontrak, saham

    dan persediaan yang bernilai, penyewaan karyawan, mobil, bonus

    dan pembayaran lembur, biaya tempat tinggal, pasien rumah sakit,

    22

  • biaya kas kecil, dana tidak resmi untuk persaudaraan atau kelompok,

    serta karyawan yang dibayar berdasarkan jam kerja.

    b. Aktivitas yang berhubungan dengan pendapatan, meliputi kas yang

    diperoleh dan penyewaan, parkir mobil, biaya risensi, hadiah untuk

    trevel, pembayaran pinjaman hipotik, pinjaman pengembangan

    industri, cek yang menggunakan inisial, penimbunan iklan dan

    sebagainya.

    Ada juga istilah lain yang seringkali dipergunakan untuk

    menggambarkan suatu jenis fraud, yakni kejahatan kerah putih atau white

    collar crime. Kejahatan kerah putih yang dikenal dalam bahasa inggris

    white-collar crime. Istilah ini dikenalkan oleh Edwin H. Sutherland

    (1939) dalam Tuanakota (2006), kemudian Edwin H. Sutherland

    menerbitkan monograf berjudul White-Collar Crime yang catatan kakinya

    ia menjelaskan makna istilah white-collar crime sebagai:

    “Crime in the upper, white-collar class, which is composed of respectable, or at least resfected, business, and professional men”.

    (Kejahatan kelas atas, kelas manusia berkerah putih yang terdiri

    atas orang-orang bisnis dan professional terhormat atau dihormati.

    Belum ada kesepakatan definisi dari white collar crime. Ada suatu

    definisi yang diusulkan Albert J. Reiss, Jr. dan Albert Biderman dalam

    Tuanakota (2006):

    “White-collar crime violations are those are those violations of law to which penalities are attached that involve use, of a violator’s position of economic power, influence or trust in the legitimate economic or political institutional order for the purpose of illegal gain, or to commit illegal act for personal or organitational gain.”

    23

  • Pelanggaran kerah putih adalah pelanggaran terhadap hukum yang

    terkena sanksi tertentu dan yang meliputi pemanfaatan kedudukan

    pelakunya yang mempunyai kekuasaan ekonomi, pengaruh, atau

    kepercayaan dalam lembaga-lembaga yang sebenarnya mempunyai

    legitimasi ekonomi dan politik namun disalahgunakan untuk keuntungan

    ilegal atau untuk melakukan kegiatan ilegal untuk keuntungan pribadi

    atau golongan.

    Fraud Triangle

    Donald R. Cressey dalam penelitiannya dalam Tuanakota (2006)

    membuat hipotesa yang lebih dikenal dengan fraud triangle atau segitiga

    fraud, seperti terlihat dalam gambar di bawah ini:

    PERCEIVED OPORTUNITY

    RATIONALIZATION PRESSURE

    Gambar 2.1 Fraud Triangle

    Sumber: Tuanakota (2006)

    24

  • Sisi pertama dari segitiga fraud diberi judul Pressure yang

    merupakan perceived non-shareable financial need. Sisi keduanya,

    Perseived Oportunity. Sisi ketiga, Rationalization.

    Ada 3 kondisi muncul pada saat kecurangan muncul yaitu:

    1. Pressure/Incentive, merupakan tekanan/dorongan yang

    menghasilkan adanya alasan untuk melakukan kecurangan,

    2. Oportunity, merupakan kesempatan yang menyebabkan

    kecurangan timbul, seperti kurangnya pengendalian atau

    pengendalian yang tidak efektif dan ketidakmampuan manajemen

    untuk melakukan pengawasan,

    3. Attitude/Rationalization, setiap pelaku kecurangan umumnya

    memiliki sikap-sikap yang membuat mereka merasionalkan

    tindakan kecurangan. (Yuniarti dan Eti, 2008).

    Bentuk-bentuk kecurangan

    Tergantung pada siapa pelakunya, kecurangan dapat

    diklasifikasikan dalam dua katogori besar yaitu :

    a. Kecurangan yang merugikan perusahaan

    Perusahaan merupakan korban kecurangan yang biasanya

    dilakukan oleh karyawan jenjang menengah kebawah. Bentuk

    kecurangan dalam katagori ini misalnya : Lapping, Chaech, Qitting,

    maupun pencurian harta kekayaan perusahaan.

    b. Kecurangan yang menguntungkan perusahaan

    25

  • Biasanya dilakukan oleh karyawan jenjang atas atau

    manajemen puncak. Kecurangan ini dilakukan untuk mengelabui

    pemegang saham, kreditur maupaun fiskus. Bentuk kecurangan

    dalam katagori ini misalnya: Smoothing profits melalui praktek

    pencatatan penjualan, laba dan aktiva yang lebih besar, mencatat

    biaya-biaya yang lebih kecil, tidak mencatat retur penjualan, dan lain

    lain. Kecurangan yang dilakukan untuk mengelabui fiskus misalnya

    dalam bentuk ”under in voicing” dan memperbesar biaya yang dapat

    diperhitungkan untuk laporan fiskal.

    Pengertian Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing)

    Definisi fraud auditing menurut Association of Certified Fraud

    Examiner (1993) dalam Prasetyawati (2003) dalam Darwito (2006)

    adalah:

    “An initial approach (proactive) to ditecting financial frauds, using accaunting records and informations, analytical relationship and awardness of fraud perpetrations and concealments efforts”.

    Audit Umum dan Pemeriksaa Kecurangan

    Perbedaan antara audit umum (general audit atau opinion audit)

    dan pemeriksaan atas fraud dapat dilihat dalam kolom berikut:

    Tabel 2.1 Auditing vs. Fraud Examination/Fraud Auditing

    Issue Auditing Fraud Examination

    Timing

    Recurring Audit dilakukan secara teratur, berkala, dan berulang kembali (recurring.)

    Non Recurring Pemeriksaan fraud tidak berulang kembali, dilakukan setelah ada cukup indikasi.

    26

  • Scope Objective Relationship Methodology Presumption

    General Lingkup audit adalah pemeriksaan umum atas data keuangan Opinion Tujuan ajaran audit adalah untuk memberikan pendapat atas laporan keuangean Non Adversarial Sifat pekerjaan audit adalah tidak bermusuhan. Audit Techniques Audit dilakukan terutama dengan pemeriksaan data keuangan. Professional Skepticism Auditor melaksanakan tugasnya dengan professional skepticism

    Specific Pemeriksaan fraud diarahkan pada dugaan, tuduhan atau sangkaan yang spesifik. Affix Blame Tujuan pemeriksaan fraud adalah untuk memastikan apakah fraud memang terjadi, dan untuk menentukan siapa yang bertanggungjawab. Adversarial Karena pada akhirnya pemeriksa harus menentukan siapa yang bersalah, sifat pemeriksaan fraud adalah bermusuhan. Fraud Examination Pemeriksaan fraud dilakukan dengan memeriksa dokumen, telaah data ekstern, dan wawancara. Proof Pemeriksa fraud berupaya mengumpulkan bukti untuk mendukung atau membantah dugaan, tuduhan atau sangkaan terjadinya fraud

    Sumber: Tuanakota, 2006

    Fraud selalu tersembunyi

    Berbeda dengan kejahatan lain, sifat perbuatan fraud adalah

    tersembunyi atau mengandung tipuan (yang terlihat di permukaan

    bukanlah yang sebenarnya terjadi atau berlangsung).

    Pembuktian fraud secara timbal balik

    27

  • Pembuktian ada atau telaah terjadinya fraud meliputi upaya untuk

    membuktikan fraud itu tidak terjadi. Dan sebaliknya, untuk membuktikan

    fraud tidak terjadi, kita harus berupaya membuktikan fraud itu terjadi.

    Harus ada upaya pembuktian timbal balik atau reverse proof. Kedua sisi

    fraud (terjadi dan tidak terjadi) harus diperiksa.

    Peranan Pengendalian Internal Dalam Pemeriksaan Kecurangan

    (Fraud Auditing)

    Auditor akan membuat prosedur pemeriksaan sesuai dengan

    keadaan khusus yang diteliti, namun, garis pedoman umum berikut ini

    dapat dipakai sebagai pedoman Internal control dalam suatu bidang

    dimana fraud diperkirakan terjadi haruslah diselidiki secara mendalam,

    internal control yang sehat akan sangat membantu membatasi

    kemungkinan fraud atau penggelapan. Godaan untuk melakukan fraud

    terutama timbul bila seorang pegawai menemukan kelemahan tertentu

    dalam suatu sistem disuatu perusahaan. Karena itu, bila internal control

    disusun baik dan diterapkan sebagaimana mestinya, kemungkinan

    terjadinya fraud (kecurangan) amatlah sangat kecil. Namun demikian

    adanya internal control tidaklah menjamin bahwa suatu fraud itu dalam

    setiap keadaan tidak mungkin terjadi.

    Prinsip-Prinsip Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing)

    28

  • Bologna dan Linquist (1995) dalam Prasetyawati (2003) dalam

    Darwito (2006) mengemukakan tiga belas prinsip fraud auditing sebagai

    berikut:

    c. Fraud auditing tidak seperti financial auditing. Fraud auditing lebih

    merupakan serangkaian pemikiran (mind set) daripada sebuah

    metodologi.

    d. Fraud auditor tidak seperti financial auditor, fraud auditor lebih

    memfokuskan pada hal yang tidak lazim (exception), keanehan

    (oddities), accounting irregulirities dan pola tingkah laku bukan

    pada kesalahan (errors) dan penghilangan (ommisiions).

    e. Fraud auditing dipelajari terutama melalui pengalaman bukan dari

    buku-buku teks audit maupun kertas kerja tahun lalu. Belajar

    menjadi seorang fraud auditor berarti belajar untuk berfikir seperti

    pencuri “dimanakah letak kerangka terlemah dari rantai

    pengendalian intern”.

    f. Dari perspektif financial audit, kecurangan (fraud) adalah salah saji

    yang disengaja atas fakta-fakta keuangan dalam jumlah yang

    material. Dari perspektif fraud auditing, kecurangan adalah salah

    saji yang disengaja atas fakta-fakta keuangan.

    g. Kecurangan (fraud) dilakukan dengan alasan ekonomi, egosentris

    dan psikotik (psychotic).

    h. Kecurangan (fraud) cenderung mencakup suatu teori yang terstruktur

    tentang motif, kesempatan, dan keuntungan (benefit).

    29

  • i. Kecurangan (fraud) dalam tingkat akuntansi yang terkomputerisasi

    dapat terjadi pada saat proses input , troughput atau output.

    j. Pola kecurangan yang umum pada pegawai level bawah meliputi

    masalah-masalah yang berkaitan dengan pengeluaran (hutang, gaji,

    dan klaim atas keuntungan serta biaya).

    Pendeteksian Kecurangan Berdasarkan Statement Auditing Standard (SAS) No. 99 oleh American Institute Of Certified Publik Accountant (AICPA) SAS No. 99 dalam Yuniarti dan Eti (2006) merupakan standar

    pendeteksian kecurangan yang dikeluarkan oleh AICPA sebagai

    tanggapan atas maraknya kasus akuntansi, terutama yang melibatkan

    auditor dan memberikan pemahaman tentang definisi fraud dan

    karakteristiknya, pengumpulan, identifikasi, analisa, evaluasi serta

    pengkomunikasian kecurangan.

    Ramos (2003) dalam Yuniarti dan Eti (2006) menyatakan bahwa

    SAS No. 99 menjelaskan proses dimana auditor perlu melakukan:

    a. Pengumpulan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi

    risiko atas pelaporan keuangan yang salah yang mengarah pada

    kecurangan.

    b. Memeriksa dan menguji risiko-risiko tersebut setelah mengevaluasi

    program dan sistem pengendalian.

    c. Memberikan tanggapan atas hasil pemeriksaan.

    30

  • SAS No. 99 mengharuskan auditor untuk mengumpulkan dan

    mempertimbangkan informasi yang lebih banyak dibanding standar

    sebelumnya yakni, SAS No. 82.

    a. Sesi Brainstorming

    SAS No. 99 mengharuskan adanya sesi brainstorming

    untuk mendiskusikan bagian mana laporan keuangan perusahaan

    mungkin mengandung unsur kecurangan.

    b. Pengumpulan Informasi

    yang diperlukan untuk mengidentifikasi risiko dari salah saji

    material yang timbul sebagai akibat dari suatu kecurangan dengan

    cara sebagai berikut:

    a. Melakukan wawancara dengan pihak manajemen dan

    pihak terkait lainnya dalam entitas yang bersangkutan.

    b. Memepertimbangkan hasil prosedur analitikal yang

    dilakukan pada tahap perencanaan audit.

    c. Memperkirakan dan mempertimbangkan faktor-faktor

    risiko.

    d. Mempertimbangkan informasi-informasi terkait lainnya.

    c. Identifikasi Risiko

    SAS No. 99 mengharuskan auditor untuk menggunakan

    informasi yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi risiko

    yang muncul sebagai salah saji yang material. Auditor harus dapat

    31

  • mengidentifikasi risiko dan mensistensikan bagaimana risiko

    tersebut dapat menunjuk kearah salah saji yang material sebagai

    akibat dari kecurangan.

    d. Evaluasi atas Program dan Sistem Pengendalian Klien

    SAS No. 99 mengharuskan auditor untuk mengevaluasi

    program dan sistem pengendalian dalam suatu perusahaan yang

    mengarahkan pada pengidentifikasian risiko atas salah saji yang

    material yang diakibatkan oleh kecurangan. Auditor harus

    mempertimbangkan sistem pengendalian yang mana yang dapat

    mengurangi risiko- risiko kecurangan yang teridentifikasi.

    e. Respon atas Hasil Pemeriksaan (audit)

    Respon yang diberikan auditor sebagai hasil proses audit

    yang dilakukan dapat berupa:

    1) Tanggapan menyeluruh atas bagaimana audit

    dilaksanakan,

    2) Tanggapan atas akun-akun tertentu atau tingkat transaksi

    tertentu.

    3) SAS No. 99 menyediakan panduan umum untuk

    memodifikasi bentuk, penetapan waktu dan perluasan

    prosedur audit yang dapat dilakukan untuk mengarahkan

    risiko teridentifikasi sebagai kecurangan.

    4) Tanggapan atas adanya pengendalian yang berlebihan oleh

    manajemen (management override of internal control).

    32

  • f. Komunikasi atas Hasil Pemeriksaan

    SAS No. 99 menyatakan bahwa: Standar ini mengharuskan

    bahwa setiap bukti-bukti yang menunjukan adanya kecurangan

    harus dikomunikasikan kepada pihak manajemen dan pihak terkait

    lainnya, termasuk komite audit dan dewan direksi perusahaan.

    g. Pendeteksian Kecurangan dengan Akuntansi Forensik

    Akuntansi forensik merupakan praktek yang memanfaatkan

    kemampuan akuntansi, auditing, dan kemampuan investigasi untuk

    membantu penyidik untuk membuat terang perkara pidana khusus

    yang sedang dihadapi penyidik, serta mengumpulkan bukti-bukti

    dokumenter/surat untuk mendukung dakwaan jaksa.

    b. Model Penelitian

    Gambar dibawah ini menunjukan kerangka pemikiran yang dibuat

    dalam model penelitian mengenai Kontribusi Pengendalian Internal dan

    Keahlian Auditor terhadap Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing).

    Model hubungan kontribusi pengendalian internal dan keahlian auditor

    terhadap pemeriksaan kecurangan.

    Pengendalian Internal

    Keahlian Auditor

    Pemeriksaan Kecurangan

    33

  • Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

    Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

    c. PERUMUSAN HIPOTESIS

    Berdasarkan pemikiran diatas maka hipotesis yang diajukan dalam

    penelitian ini adalah:

    Ha1 : Pengendalian internal berkontribusi secara signifikan terhadap

    pemeriksaan kecurangan (fraud auditing).

    Ha2 : Keahlian Auditor berkontribusi secara signifikan terhadap

    pemeriksaan kecurangan (fraud auditing).

    Ha3 : Pengendalian internal dan keahlian Auditor berkontribusi secara

    signifikan terhadap pemeriksaan kecurangan (fraud auditing).

    34

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk menguji kontribusi pengendalian internal

    dan keahlian auditor terhadap pemeriksaan kecurangan. Dalam penelitan ini

    terdapat tiga variabel yaitu 2 variabel independen (pengendalian internal dan

    keahlian auditor) dan 1 variabel dependen (pemeriksaan kecurangan).

    B. Metode Penentuan Sampel

    Sampel dalam penelitian ini adalah auditor internal dan auditor

    eksternal yang bekerja pada instansi pemerintah dan pada kantor akuntan

    publik di wilayah Jakarta dan Bandung.

    35

  • Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode

    purposive sampling, yaitu metode yang berguna untuk mengumpulkan sampel

    non probabilitas berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. (Sekaran, 2006).

    Kriteria Responden

    Responden dalam penelitian ini yaitu para auditor internal dan auditor

    eksternal yang memiliki kriteria:

    1. Memiliki pengalaman kerja dan professional

    2. Memiliki keahlian dalam bidang akuntansi, auditing dan hukum

    3. Jika seorang auditor eksternal minimal auditor senior

    4. Memiliki pengalaman pernah melakukan fraud auditing

    5. Pernah mengikuti pelatihan khusus dibidang pendeteksian,

    pengusutan, penyidikan dan pencegahan terhadap fraud dan

    kejahatan kerah putih.

    Responden dalam penelitian ini adalah auditor internal dan

    auditor eksternal yang menjabat sebagai: partner, manajer, supervisor,

    dan auditor senior.

    35

    C. Metode Pengumpulan Data

    Dalam memperoleh data-data untuk penelitian ini, peneliti

    menggunakan dua cara yaitu:

    1. Penelitian Pustaka (Library Research)

    36

  • Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data

    sekunder (Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002). Peneliti

    memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti

    melalui buku, majalah, artikel, jurnal, skripsi, tesis, internet dan media

    lainnya yang berkaitan dengan judul penelitian.

    2. Penelitian Lapangan (Field Research)

    Data utama dalam penelitian ini di peroleh melalui penelitian

    lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data

    primer) yang dikumpulkan melalui metode survey dengan menggunakan

    kuesioner. Kuesioner adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan

    data primer yang berisi sekumpulan pertanyaan berdasarkan pengetahuan

    dan pengalaman pihak bersangkutan sesuai dengan penelitian yang

    dibutuhkan. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup

    yaitu seperangkat daftar pertanyaan dengan kemungkinan jawaban yang

    telah tersedia, dimana responden hanya memiliki satu dari jawaban yang

    ada. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah auditor

    internal dan auditor eksternal yang bekerja pada instansi pemerintah dan

    kantor akuntan publik. Peneliti mengirimkan kuesioner secara langsung

    ataupun melalui perantara serta dilakukan pula dengan menghubungi

    responden lewat telephone untuk memproses lebih lanjut.

    D. Metode Analisis

    1. Uji Statistik Deskriptif

    37

  • Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi

    mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan data demografi

    responden.

    Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data

    yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,

    minimum, sum, range, kurtoris, dan skewness (kemencengan distribusi).

    (Ghozali, 2005).

    2. Uji Kuantitas Data

    Untuk melakukan uji kualitas data, maka peneliti melakukan uji

    validitas dan realibilitas:

    a. Uji Validitas Data

    Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid

    tidaknya pertanyaan pada kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid

    jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang

    akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas ini menggunakan

    Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara

    nilai yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila Pearson

    Corelation yang memiliki nilai di bawah 0,05 berarti data yang

    diperoleh adalah valid. (Ghozali, 2005).

    Kriteria yang digunakan untuk menentukan valid atau tidak

    valid adalah jika kolerasi antara skor masing-masing butir pertanyaan

    dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi dibawah 0,05 maka

    38

  • butir pertanyaan tersebut valid sebaliknya jika total skor mempunyai

    tingkat signifikasi diatas 0,05 maka butir pertanyaan tersebut tidak

    valid. (Santoso, 2004).

    Kriteria Pengujian:

    Jika nilai Pearson Corelation < 0,05 maka H0 diterima.

    Jika nilai Pearson Corelation > 0,05 maka H0 ditolak.

    Hipotesis:

    H0 = Pertanyaan dalam kuesioner yaitu valid

    H1 = Pertanyaan dalam kuesioner yaitu tidak valid

    b. Uji Reliabitas Data

    Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variabel

    yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga

    menghasilkan hasil yang konsisten meskipun diuji berkali-kali. Suatu

    kuesioner dapat dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang

    terhadap pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu

    kewaktu.

    Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

    1. Repeated Measure atau pengukuran ulang: disini seseorang akan

    disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan

    kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawaban.

    39

  • 2. One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya

    sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan

    lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.

    Untuk menguji reliabilitas menggunakan uji statistik yang

    menghasilkan Cronbach Alpha. Jika hasil dari Cronbach Alpha > 0,60

    maka dikatakan reliabel sedangkan sebaliknya data tersebut tidak

    reliabel. (Ghozali, 2005).

    3. Uji Asumsi Klasik

    a. Uji Multikolinieritas

    Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model

    regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

    Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar

    variabel independen. (Ghozali, 2005).

    Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya

    Variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap

    variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel

    independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel

    independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel

    independen lainnya. Jadi nilai Tolerance yang rendah sama dengan

    nilai VIF yang tinggi (karena VIF =1/T). Nilai cutoff yang umum

    dipakai untuk menunjukan adanya Multikolinieritas adalah nilai

    Tolerance < 0,10 sama dengan nilai VIF > 0,10. (Ghozali, 2005).

    40

  • Apabila VIF lebih kecil dari 0,10 atau lebih besar dari 10 maka

    terjadi multikolinieritas sebaliknya tidak terjadi multikolinieritas antar

    variabel independen apabila nilai VIF berada pada kisaran 0,10

    sampai 10. Hair, dkk (1999) yang dikutip oleh Trisnaningsih (2004)

    dalam Rosita (2008) dalam Senjani (2009).

    i. Uji Heterokedastisitas

    Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

    model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu

    pengamatan kepengamatan lain. Jika varians dari pengamatan

    kepengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika

    berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah

    yang homoskedatisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. (Ghozali,

    2005).

    b. Uji Normalitas Data

    Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah

    model regresi, variabel pengganggu dan residual memiliki distribusi

    normal. (Ghozali, 2005).

    Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat

    penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik Normal P-

    Plot atau dengan melihat histogram dari residunya. Dasar

    pengambilan keputusan:

    41

  • 1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

    garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola

    distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

    normalitas.

    2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak

    mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak

    menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi tidak

    memenuhi asumsi normalitas. (Ghozali, 2005).

    4. Uji Hipotesis

    Untuk menguji kontribusi Pengendalian Internal dan Keahlian

    Auditor terhadap Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing) maka

    dilakukan uji hipotesis:

    a. Koefisien Determinasi

    Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa

    jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai

    R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

    menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang

    mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan

    42

  • hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

    variabel-variabel dependen. (Ghozali, 2005).

    b. Uji F

    Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji keseluruhan

    variabel independen terhadap variabel dependen secara bebas dengan

    signifikansi sebesar 0.05. (Ghozali, 2005).

    Dapat disimpulkan:

    1) Jika nilai signifikan < 0.05, maka Ha diterima

    2) Jika nilai signifikan > 0.05, maka Ha ditolak

    c. Pengujian secara Individual (Uji t)

    Pengujian secara individual (Uji t) digunakan untuk

    mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap

    variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. (Ghozali,

    2005).

    Untuk dapat mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan

    dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen,

    maka nilai signifikan t dibandingkan dengan derajat kepercayaannya.

    Apabila sig t lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima.

    Demikan pula sebaliknya jika sig t lebih kecil dari 0.05, maka H0

    43

  • ditolak. Bila H0 ditolak ini berarti ada hubungan antara variabel

    independen terhadap variabal dependen. (Ghozali, 2005).

    E. Operasional Variabel Penelitian

    Pada bagian ini akan diuraikan mengenai definisi dari masing-masing

    variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.

    Variabel-variabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini

    sebagai berikut:

    1. Pengendalian Internal

    Pengendalian Internal adalah suatu proses, dijalankan oleh dewan

    komisaris, managemen, dan karyawan lain dari suatu entitas, dirancang

    untuk memberikan jaminan memadai sehubungan dengan pencapaian

    tujuan perusahaan. Instrumen yang digunakan variabel ini adalah

    instrumen yang di gunakan oleh Jamaludin Iskak (1999). Variabel ini

    diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin dari sangat tidak setuju

    (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4), sangat setuju (5).

    2. Keahlian Auditor

    Keahlian Auditor adalah kemampuan (ability) seseorang yang

    memiliki pengetahuan (knowledge) dan keterampilan prosedural yang luas

    ditunjukan dalam pengalaman (experience) audit. Instrumen yang

    digunakan variabel ini adalah instrumen yang di gunakan oleh Jamaludin

    Iskak (1999). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin

    44

  • dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4),

    sangat setuju (5).

    3. Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing)

    Kecurangan (fraud) merupakan perbuatan yang bertentangan

    dengan kebenaran seperti penipuan, penggelapan yang dilakukan dengan

    sengaja, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan bagi pelakunya dan

    merugikan orang lain atau suatu organisasi. Instrumen yang digunakan

    variabel ini adalah instrumen yang di gunakan oleh Jamaludin Iskak

    (1999). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin dari

    sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4),

    sangat setuju (5).

    Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian

    Variabel Sub Variabel Indikator Skala

    Pengukuran Pengendalian Internal

    1. Fungsi pengendalian internal

    2. Pembagian tugas dan wewenang

    3. Prosedur audit internal

    4. Laporan audit internal

    1. Fungsi pengendalian internal

    2. Fungsi pengendalian internal untuk menyediakan informasi sebagai pedoman dalam perencanaan

    3. Fungsi Pengendalian internal untuk mencegah pemborosan sumber daya perusahaan

    4. Fungsi pengendalian inernal untuk mencegah terjadinya fraud

    5. Pemisahan fungsi, wewenang dan tanggung

    Skala Interval

    45

  • jawab 6. Prosedur audit internal. 7. Laporan audit internal

    Keahlian Auditor

    1. Kemampuan (ability),

    2. Pengetahuan (knowledge),

    3. Pengalaman (experience)

    1. Sikap yang harus dimiliki oleh seorang fraud auditor

    2. Professional Skepticism dan professional judgement

    3. Memiliki penetahuan dalam bidang akuntansi dan auditing

    4. Memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam bidang sosial, ekonomi dan hukum

    5. Pelatihan khusus pendeteksian dan pencegahan fraud

    6. Memiliki pengalaman minimal 3 tahun

    7. Pengalaman melakukan fraud auditing

    Skala Interval

    Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing)

    1. Perencanaan fraud auditing

    2. Indikasi-indikasi kecurangan

    3. Dokumentasi 4. Bukti yang

    cukup 5. Laporan

    hasil pemeriksaan

    1. Perencanaan pemeriksaan kecurangan (fraud auditing)

    2. Pemeriksa merancang pemeriksaan untuk mendeteksi fraud

    3. Indikasi-indikasi kecurangan

    4. Pemahaman tentang pengendalian internal

    5. Pemeriksaan yang detail dan terfokus pada temuan yang mengindikasikan kecurangan

    6. Bukti yang cukup 7. Dokumentasi hasil

    pemeriksaan 8. Laporan hasil pemeriksaan

    Skala Interval

    Sumber: Penelitian yang Diolah, 2009

    46

  • 47

  • BAB IV

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

    1. Tempat Dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada auditor internal yang bekerja pada

    instansi pemerintah yang berada di wilayah kota Jakarta dan Bandung dan

    auditor eksternal yang bekerja di kantor akuntan publik yang berada di

    wilayah kota Bandung. Auditor eksternal yang menjadi objek penelitian

    meliputi partner, manajer, supervisor, dan auditor senior.

    Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner

    penelitian secara langsung maupun melalui perantara kepada responden.

    Penyebaran kuesioner dimulai tanggal 24 Mei 2010 sampai 2 Juni 2010

    yang dilakukan kepada 2 kantor instansi pemerintah dan 3 kantor akuntan

    publik (KAP) yang berada di wilayah DKI Jakarta dan kota Bandung.

    Dengan peta distribusi sebagai berikut:

    Tabel 4.1 Deskripsi penyebaran Kuesioner yang Diterima dan Dapat Diolah

    No Nama Instansi Wilayah Kuesioner

    Dikirim

    Kuesioner

    diterima

    1 Badan Pengawasan

    Keuangan dan

    Pembangunan (BPKP)

    Jakarta 10 8

    2 Bank Jabar Bandung Bandung 10 10

    4847

  • 3 Prof. DR. H. TB.

    Hasanuddin dan Rekan

    (Pusat)

    Bandung 7 7

    4 Arifin, Halid dan Rekan Bandung 7 5

    5 AF. Rachman dan Soetjipto

    WS

    Bandung

    6

    4

    Total 40 34 Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

    Kuesioner yang disebarkan berjumlah 40 buah sedangkan yang

    kembali dan dapat diolah berjumlah 34 buah atau 85%. Jumlah kuesioner

    yang tidak kembali adalah 6 buah atau 15%. Kuesioner yang dapat diolah

    berjumlah 32 buah atau 80%, sedangkan yang tidak dapat diolah karena

    tidak memenuhi kriteria sebagai responden berjumlah 2 buah atau 5%.

    Data sampel ini dapat dilihat dalam tabel 4.2.

    Tabel 4.2 Sampel dan Tingkat Pengembalian

    Keterangan Jumlah Persentase

    Jumlah kuesioner yang disebar

    Jumlah kuesioner yang tidak kembali

    Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah

    Jumlah kuesioner yang dapat diolah

    40

    6

    2

    32

    100%

    15%

    5%

    80% Sumber: Hasil Penelitian yang diolah, 2009

    Dari data dalam tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 40 kuesioner

    yang disebar yang telah terkumpul kembali adalah sebanyak 34 kuesioner

    atau 85% dan yang dapat diolah sebanyak 32 kuesioner atau 80%. Hal ini

    menunjukan tingkat pengembalian (response rate) yang cukup bagus.

    49

  • 2. Karakteristik Responden

    Berikut ini adalah karakteristik dari responden disajikan dalam

    tabel berikut:

    Tabel 4.3 Deskripsi Statistik Demografi Responden

    Berdasarkan Jenis Kelamin

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    Laki-laki 21 65.6 65.6 65.6

    Perempuan 11 34.4 34.4 100.0

    Valid

    Total 32 100.0 100.0

    Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

    Tabel 4.3 diatas memberikan informasi mengenai deskripsi statistik

    demografi responden berdasarkan jenis kelamin yang menjelaskan

    mengenai frekuensi absolut dan presentase rensponden. Dari tabel

    tersebut, dapat diketahui bahwa responden laki-laki mendominasi (65,6%)

    dibanding responden wanita (34,4%).

    Tabel 4.4 Deskripsi Statistik Demografi Responden

    Berdasarkan Pendidikan Terakhir

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    D3 5 15.6 15.6 15.6

    S1 23 71.9 71.9 87.5

    S2 4 12.5 12.5 100.0

    Valid

    Total 32 100.0 100.0 Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

    50

  • Tabel 4.4 memberikan informasi mengenai deskripsi statistik

    demografi responden berdasarkan pendidikan yang menjelaskan mengenai

    frekuensi absolut dan presentase rensponden. Dari tabel tersebut, dapat

    diketahui bahwa responden yang berpendidikan terakhir Strata 1

    mendominasi (71,9%) dibanding responden yang berpendidikan terakhir

    Diploma 3 (15,6%) dan Strata 2 (12,5).

    Tabel 4.5 Deskripsi Statistik Demografi Responden

    Berdasarkan Jabatan

    Frequency Percent

    Valid

    Percent

    Cumulative

    Percent

    Auditor Internal 18 56.2 56.2 56.2

    Auditor Eksternal 14 43.8 43.8 100.0

    Valid

    Total 32 100.0 100.0 Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

    Tabel 4.5 menunjukan bahwa kategori jabatan auditor internal

    merupakan responden terbanyak dalam penelitian ini, yaitu sebanyak

    56,2% dibandingkan auditor eksternal sebanyak 43,8%.

    51

  • Tabel 4.6 Deskripsi Statistik Demografi Responden

    Berdasarkan Lama Bekerja

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    5 th 19 59.4 59.4 100.0

    Valid

    Total 32 100.0 100.0 Sumber: Hasil Penelitian yang diolah, 2009

    Tabel 4.6 menjelaskan bahwa jumlah responden yang memiliki

    pengalaman lebih dari 5 tahun merupakan responden terbanyak dalam

    penelitian ini, yaitu sebanyak 59,4% dibandingkan responden yang

    memiliki pengalaman antara 3 sampai 5 tahun sebanyak 40,6%, sementara

    untuk responden yang memiliki pengalaman kurang dari 1 tahun 0% dan 1

    sampai 3 tahun 0%.

    B. Analisis Deskriptif Kuantitatif

    1. Uji Validitas

    Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

    suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

    kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

    kuesioner tersebut. Uji signifikansi dilakukan dengan menggunakan

    Pearson Corelation, suatu model dikatakan valid jika tingkat

    signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat

    dikatakan valid. (Ghozali, 2005)

    52

  • Tabel berikut menunjukan hasil uji validitas:

    Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas

    Variabel Pengendalian Internal

    Item Pearson Corelation

    Sig (2-tailed) Kesimpulan

    Variabel Kualitas

    Auditor

    PI1

    PI2

    PI3

    PI4

    PI5

    PI6

    PI7

    0,453**

    0,803**

    0,829**

    0,690**

    0,645**

    0,588**

    0,829**

    0,009

    0,000

    0,000

    0,000

    0,000

    0,000

    0,000

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

    Tabel 4.7 Menunjukan variabel pengendalian internal yang terdiri

    dari 7 butir pertanyaan yang keseluruhannya adalah valid, dengan tingkat

    signifikansi lebih kecil dari 0,05. Suatu model dikatakan valid jika tingkat

    signifikansinya dibawah 0,05. (Ghozali, 2005).

    53

  • Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas

    Variabel Keahlian Auditor

    Item Pearson Corelation

    Sig (2-tailed) Kesimpulan

    Variabel Keahlian

    Auditor

    KA1

    KA2

    KA3

    KA4

    KA5

    KA6

    KA7

    KA8

    0,410*

    0,503**

    0,402*

    0,616**

    0,647**

    0,636**

    0,728**

    0,507**

    0,020

    0,003

    0,023

    0,000

    0,000

    0,000

    0,000

    0,000

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

    Tabel 4.8 Menunjukan variabel keahlian auditor yang terdiri dari 8

    butir pertanyaan yang keseluruhannya adalah valid, dengan tingkat

    signifikansi lebih kecil dari 0,05. Suatu model dikatakan valid jika tingkat

    signifikansinya dibawah 0,05. (Ghozali, 2005).

    54

  • Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas

    Variabel Pemeriksaan Kecurangan

    Item Pearson Corelation

    Sig (2-tailed) Kesimpulan

    Variabel

    Pemeriksaan

    Kecurangan

    PK1

    PK2

    PK3

    PK4

    PK5

    PK6

    PK7

    PK8

    PK9

    PK10

    PK11

    PK12

    PK13

    0,717**

    0,614**

    0,604**

    0,582**

    0,446**

    0,741**

    0,767**

    0,756**

    0,761**

    0,652**

    0,594**

    0,595**

    0,620**

    0,000

    0,000

    0,000

    0,000

    0,011

    0,000

    0,000

    0,000

    0,000

    0,000

    0,000

    0,000

    0,000

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Valid

    Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

    Berdasarkan tabel 4.9 Menunjukan variabel pemeriksaan

    kecurangan (fraud auditing) yang terdiri dari 13 butir pertanyaan yang

    keseluruhannya adalah valid, dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari

    0,05. Suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya dibawah

    0,05. (Ghozali, 2005).

    55

  • 2. Uji Reliabilitas

    Uji reliabilitas ini dilakkukan untuk menilai konsistensinya dari

    instrumen penelitian, instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach

    Alpha diatas 0,6. (Ghozali, 2005)

    Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas

    Variabel Pengendalia Internal

    Cronbach's menilsAlpha

    Cronbach's Alpha Based on

    Standardized Items N of Items

    .821 .818 7Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

    Berdasarkan tabel 4.10 Menunjukan nilai cronbach’s alpha atas

    variabel pengendalian internal sebesar 0,821, sehingga dapat disimpulkan

    bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai

    cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Hal ini sesuai dengan pendapat

    Ghozali (2005) Instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha

    diatas 0,6.

    Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas

    Variabel Keahlian Auditor

    Cronbach'