26
Oleh Yonariza

konsep dasar ekonomi pertananian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: konsep dasar ekonomi pertananian

OlehYonariza

Page 2: konsep dasar ekonomi pertananian

Para pelopor Adam SmithThomas MalthusDavid Ricardo

Page 3: konsep dasar ekonomi pertananian

Spesialisasi dan Pembagian kerja (work specialization and division of labor)

Pasar bebas Keuntungan, tabungan dan investasi Upah subsisten (subsistence wage)Cadangan upah (wage fund)Supply tenaga kerja yang inelastik sempurna

pada tingkat upah subsistenHukum kenaikan hasil yang semakin menurun

Page 4: konsep dasar ekonomi pertananian

Industri sebagai motor pembangunan, namun pengembangan industri tergantung pada pertanian melalui supply dan harga pangan

Keuntungan industri pengembangannyaKeuntungan industri tergantung pada upah buruh Keuntungan yang meningkat cadangan upah

naik kompetisi untuk mendapatkan buruh upah buruh

Page 5: konsep dasar ekonomi pertananian

Upah buruh buruh naik populasi penduduk meningkat kebutuhan pangan meningkat biaya produksi pangan meningkat harga pangan naik upah buruh naik keuntungan perusahaan merosot stagnasi

Kenapa harga pangan naik ? Teori David Ricardo mengenai sewa tanah

Page 6: konsep dasar ekonomi pertananian

Anggapan dasar:Biaya produksi menentukan harga

panganSemakin kurang subur lahan yang

digunakan untuk produksi pangan, semakin mahal ongkos produksinya

Page 7: konsep dasar ekonomi pertananian

Implikasinya pada harga pangan: Bila populasi penduduk bertambah, maka perlu

tambahan produksi pangan. Untuk itu, lahan kurang subur harus ditanami

untuk meningkatkan produksi pangan (ekstensifikasi).

Dengan demikian, ongkos produksi semakin mahal sehingga harga pangan menjadi lebih mahal.

Page 8: konsep dasar ekonomi pertananian

Implikasinya pada sewa lahan: Semakin mahal harga pangan, maka semakin tinggi

tingkat keuntungan pada lahan yang subur Keuntungan yang makin tinggi ini merupakan akibat

langsung dari perbedaan produktivitas di lahan subur dan di lahan marjinal. Sehingga, peningkatan keuntungan di lahan subur ini harus dipandang sebagai imbalan pada jasa lahan dalam produksi.

Jadi, sewa lahan harus dinaikkan

Page 9: konsep dasar ekonomi pertananian

Jadi, semakin tinggi permintaan pangan sewa tanah akan semakin mahal.

Pertumbuhan penduduk permintaan pangan sewa tanah

Jadi, ‘penemuan’ tanah baru hanya akan menguntungkan tuan tanah

Tampilkan presentasi grafis di sini.

Page 10: konsep dasar ekonomi pertananian
Page 11: konsep dasar ekonomi pertananian
Page 12: konsep dasar ekonomi pertananian

Model Dualisme Sosial (oleh J.H. Booke)

Model Dualisme Teknologi (oleh B.Higgins)

Page 13: konsep dasar ekonomi pertananian

Sistem perekonomian negara berkembang tersegmentasi:

Sektor modern Sektor tradisional

Page 14: konsep dasar ekonomi pertananian

Sektor modern Mencakup industri dan perkebunan besarBerorientasi pada pasar dan pertumbuhan

ekonomi Respon terhadap stimulus ekonomi akibat

perubahan pasar dan kemajuan teknologi

Page 15: konsep dasar ekonomi pertananian

Sektor tradisional Mencakup pertanian rakyat Berorientasi pada harmoni sosial, sehingga

mengutamakan pemerataan dari pertumbuhan ekonomi

Tidak respon terhadap stimulus ekonomi dan kemajuan teknologi

Masalah “back binding supply curve” Jelaskan dengan bantuan grafis Rekomendasi

Tidak perlu pembangunan pertanian

Page 16: konsep dasar ekonomi pertananian

back bending supply curve

Page 17: konsep dasar ekonomi pertananian

Boeke (1973:1-15) menggambarkan perkembangan ekonomi di Indonesia dengan tesis dualisme ekonomi. Boeke (1973:5-10) membagi masyarakat ekonomi menjadi;-sektor modern yang kapitalistik dengan -sektor tradisional yang pra kapitalistik.

Page 18: konsep dasar ekonomi pertananian

Ciri-ciri pokok ekonomi tradisional yang prakapitalistik adalah 1.Melebih-lebihkan hubungan sosial sampai merugikan hubungan ekonominya, 2.tingkah laku ekonominya berorientasi pada konsumsi dari pada produksi; 3. terlalu mengutamakan kepentingan umum dan terlalu meremehkan kepentingan pribadi; dan 4.menyamakan hubungan kerja dengan hubungan patriarkhal.

Page 19: konsep dasar ekonomi pertananian

The "Dualistic Theory" of Underdeveloped Areas Benjamin HigginsEconomic Development and Cultural ChangeVol. 4, No. 2 (Jan., 1956), pp. 99-115

Page 20: konsep dasar ekonomi pertananian
Page 21: konsep dasar ekonomi pertananian

ekonomi modern yang kapitalistik memiliki ciri-ciri 1.beorientasi pada kepentingan produksi; 2.mengutamakan pertimbangan ekonomi di atas pertimbangan sosial3.mendahulukan kepentingan perorangan dari kepentingan bersama; dan 4.hubungan kerja bersifat lugas dan kontraktual.

Sektor modern kapitalis ditandai dengan dinamika yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi, sebaliknya sektor tradisional yang pra kapitalistik ditandai stasioner dan tidak menghasilkan pertumbuhan ekonomi. Boeke (1973:10-15) menyatakan sektor tradisional yang pra kapitalistik dan sektor modern yang kapitalistik berkembang sendiri-sendiri dan terpisah

Page 22: konsep dasar ekonomi pertananian

Perbedaan bukan pada orientasi dari pelaku ekonominya, tetapi pada perbedaan teknologi yang digunakan

Sektor ModernTeknologi yang padat modalTeknologi dengan koefisien yang tetap sehingga, tidak ada ruang untuk substitusi antara modal dan buruh

Page 23: konsep dasar ekonomi pertananian

Sektor Modern

Kapital

Q2

Labor

Q1K1

L1 L2

K2

Kalau L1 ke L2, tanpa penambahan K, maka pengangguran meningkatRasio

harga K dan L

Page 24: konsep dasar ekonomi pertananian

Sektor Tradisional

Q2

Q1

LaborL1 L2

K2

K1

Kapital Rasio harga pada K1/L1

Rasio harga pada K2/L2

Perhatikan: Perubahan rasio harga K/L mengubah penggunaan komposisi penggunaan dari K dan L

Page 25: konsep dasar ekonomi pertananian

Industrialisasi bukanlah solusi untuk masalah penganguran ini.

Pengembangan industri tergantung pada modal dari luar negeri, bukan dari akumulasi kapital

Teknologi produksi industri tidak memungkinkan penyerapan tenaga kerja yang efektif untuk mengatasi pengangguran yang semakin besar

Page 26: konsep dasar ekonomi pertananian

Jhingan, M.L. 2003. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Bab 7,8,9, dan 20