6
Siapa yang hilang ? Pagi itu sangat cerah, seperti biasa aku dan keluargaku menjalani aktivitas seperti biasa. Tepatnya hari itu adalah hari minggu, hari dimana kami tunggu untuk berkumpul bersama-sama “nisaa” saut seseorang dari depan rumah “nis dipanggil” teriak adikku memanggil nisa Ternyata Ariby “teman adikku” sudah menunggu di depan Rumah untuk mengajak Nisa “adik bungsuku” bermain. Setiap sabtu dan minggu dia sering sekali datang ke Rumah untuk bermain, hmmm entah apa yang dia senangkan ketika dia bermain di Rumahku bersama adikku. Mereka bermain bersama dengan gembira. Dan setiap sabtu minggu juga rumahku adalah tempat bekumpulnya anak-anak kecil samping rumah yang ingin bermain dengan ke-2 adikku. Menurut tetanggaku Rumahku adalah Rumah penitipan, disaat keluarganya sedang arisan, kondangan, besuk orang sakit, dan lain sebagainya mereka menitipkan anaknya di Rumahku. Katanya sih mereka tidak khawatir jika mereka menitipkan anak-anak mereka di Rumahku. Beberapa jam telah berlalu “bu, aku, Ariby, dan Dinda mau ke tengah komplek dulu ya. Mau mencari bunga” izin Nisa “jangan jauh-jauh de, cepet ya!” pinta Ibu “iyaaaa” janji Nisa Waktu terus berjalan, entah kenapa adikku tak kunjung balik ke Rumah? Janji yang dia utarakan tadi kepada ibu tak ia tepatkan. “Ariby” saut seorang perempuan di sepan Rumah

Kartika dwi rachmawati

Embed Size (px)

DESCRIPTION

membuat karangan cerita-mata pelajaran Bahasa Indonesia

Citation preview

Siapa yang hilang ?Pagi itu sangat cerah, seperti biasa aku dan keluargaku menjalani aktivitas seperti

biasa. Tepatnya hari itu adalah hari minggu, hari dimana kami tunggu untuk berkumpul bersama-sama

“nisaa” saut seseorang dari depan rumah

“nis dipanggil” teriak adikku memanggil nisa

Ternyata Ariby “teman adikku” sudah menunggu di depan Rumah untuk mengajak Nisa “adik bungsuku” bermain. Setiap sabtu dan minggu dia sering sekali datang ke Rumah untuk bermain, hmmm entah apa yang dia senangkan ketika dia bermain di Rumahku bersama adikku.

Mereka bermain bersama dengan gembira. Dan setiap sabtu minggu juga rumahku adalah tempat bekumpulnya anak-anak kecil samping rumah yang ingin bermain dengan ke-2 adikku. Menurut tetanggaku Rumahku adalah Rumah penitipan, disaat keluarganya sedang arisan, kondangan, besuk orang sakit, dan lain sebagainya mereka menitipkan anaknya di Rumahku. Katanya sih mereka tidak khawatir jika mereka menitipkan anak-anak mereka di Rumahku.

Beberapa jam telah berlalu

“bu, aku, Ariby, dan Dinda mau ke tengah komplek dulu ya. Mau mencari bunga” izin Nisa

“jangan jauh-jauh de, cepet ya!” pinta Ibu

“iyaaaa” janji Nisa

Waktu terus berjalan, entah kenapa adikku tak kunjung balik ke Rumah? Janji yang dia utarakan tadi kepada ibu tak ia tepatkan.

“Ariby” saut seorang perempuan di sepan Rumah

Aku menuju depan Rumah. Perempuan tersebut menanyakan anaknya kepadaku. Aku menjawab “Ariby, Nisa dan Dinda lagi jalan-jalan ke tengah komplek katanya sih mau mencari bunga”. Perempuan tersebutpun langsung bergegas pergi untuk mencari anaknya ke tengah komplek.

Sekembalinya perempuan ke Rumahku

“ba Tikaaaaaa, kata orang komplek Nisa sama Ariby di culik. Dinda ditinggalkan begitu saja” tangis perempuan tesebut

“dimana?” kataku

“di tengah komplek” jawabnya

Akupun langsung teriak memanggil ibuku. Dan memberi tahu kabar tersebut kepadanya. Sontak ibu, adikkku yang lainnya, serta kakakku terkejut mendengar kabar tersebut. Ibukku langsung menggambil Handpone dan dicarinya kontak ayahku. Ketika hari itu, ayahku sedang sibuk dengan urusannya sebagai ketua lingkungan (RT). Ayahku menganggap bahwa kabar tersebut adalah kabar bohong, dan tidak benar adanya. Setelah ibu meyakinkan lebih, ayahku langsung bergegas menuju ke Rumah.

Perempuan tadi adalah mamah dari Ariby, dia langsng menancapkan gas motornya untuk pergi mencari anaknya yang entah berada dimana pada saat itu.

Entah apa yang ada di benakku saat itu, ketika kabar itu terdengar di telingaku. Akupun langsung pergi ke tengah komplek tanpa menggunakan kerudung. Aku mengajak adikku serta Arum “teman adikku” untuk ikut serta denganku dalam pencaharian adikku di tengah komplek. Jalan kaki adalah langkah yang ku tempuh saat itu, aku tidak berpikir panjang lagi.

Sesampainya di tengah komplek

Semua penghuni komplek ke luar dari Rumahnya. Mamah ariby ternyata berada di tempat itu juga. Dinda menceritakan semua kejadian itu kepada kita semua dengan menangis. Yang ada pikiranku adalah Nisa-nisa–nisa adikku, aku menangis karena kehilangannya. Walaupun selama ini aku pusing dengan semua manjanya dia terhadap ke-2 orang tua ku.

Ternyata sebelum pelaku menculik Ariby dan adikku dia juga menculik anak dari Blok A. Anak itu berkata “tadi aku sama mamah lagi ke alfamart, aku disuruh mamah nunggu dimotor aja. Ada ibu-ibu yang memberi aku permen, dan mengajak aku untuk ikut bersamanya. Tapi sekarang kalung aku udah gak ada” setelah dia bercerita, anak itu igin pulang dan bertemu dengan mamahnya lagi. Anak itupun langsung diantarkan pulang oleh penjual isi ulang galon yang berda ditempat itu juga.

“deeee, gimana? Sudah ketemu?”

Ku dengar suara teriakkan kakakku memanggilku. Kakakku mengendarai motor bersama ibuku untuk mencari adikku.

“ka ini minum dulu!” seorang ibu menjulurkan tangan dan sambil memegang segelas air untuk diminumkannya kepadaku

“makasih” kataku sambil menangis

“sudah jangan menangis, nanti pasti ketemu kok. Paling kayak anak tadi, cuman diambil perhiasannya doang terus ditaruh di tempat yang tidak jauh dari tempat dia menculik” katanya menenangkanku

Setelah penghuni komplek berbica, aku berpikir. Iya juga sih mungkin cuman diambil perhiasannya doang. Tapi dimana penculik itu menaruh adikku? Anak tadi beruntung dia diculik di Blok A dan ditaruh di Blok K, nah setelah dia menculik anak tadi dia mengambil adikku dan temannya. Adikku diculik di Blok K terus ditaruh dimana? Pertanyaan tersebut yang menyelimuti pikiranku sekarang.

“de, pulang aja gih sana! Nanti aku sama ibu aja yang cari. Tadi sih sdah ke Rumah ba Lisa “saudaraku” dan menanyakannya kepada le Darmi “tanteku” tetapi mereka semua tidak mengetahuinya” pinta kakakku

Aku, adikku, serta Arum bergegas pulang. Kami mengikut sertakan Dinda dalam perjalanan kami menuju Rumah.

Sesampainya di Rumah

Ku jalan menuju kamar dan yang ku lakukan pada saat itu adalah menangis di bawah tutupan bantal, karena aku tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Ku dengar suara air, diambilnya air untuk wudhu oleh adikku. Dia shalat dan dipenjatkannya do’a kepada Allah SWT untuk keselamatan dan kembalinya adikku ke tengah-tengah kami lagi.

Polisi, ternyata ayah Ariby memanggil polisi untuk mengungkap kasus penculikan yang menimpa anaknya dan adikku. Dinda yang pada saat itu adalah satu-satunya saksi yang ada pada saat penculikan berlangsung bersama Nisa dan Ariby. Dinda menungkapkan semua yang tejadi pada saat kejadian berlangsung kepada polisi. Setelah Dinda memberikan saksi atas semua kejadian tersebut, polisi menuturkan bahwa kasus penculikan sedang marak, dan polisi sedang mengatasi beberapa kasus yang berkenaan dengan penculikan. Mereka berkata “mungkin pelakunya sama dengan pelaku yang kami buron saat ini.”

Waktupun terus berganti, setelah semua berusa untuk mencari dan mengungkapkan kasus tersebut…

“sudah ketemu kedua anak yang dicari, sekarang lagi di Rumah Ariby” kata laki-laki yang sehari-harinya berpropesi sebagai satpam dilingkunganku

Aku keluar Rumah dan teriak bahagia. Ku panggil ibu untuk mendengar kabar bahagia tersebut.

“ayo ikut!” ajak seorang laki-laki tua yang sudah siap membawa motor kepadaku

“kemana?” tanyaku bingung

“nyamper adik kamu.” Jawabnya

Ajakan tetangga yang datang kepadaku tak ku bantah, ku naik motornya dan langsung pergi ke Rumah Ariby untuk menjemput adikkku pulang. Lagi-lagi aku lupa menggunakan kerudung, saking terburu-burunya. Dan aku lupa berpamitan oleh orang tuaku dan kakakku.

Sesampainya di Rumah Ariby

Banyak orang yang sudah mengerubungi Rumah tersebut, entah seberapa heboh berita penculikan yang menerpa komplekku tersebut. Polisi yang tadi datang untuk mendengar kesaksian dari Dinda “salah satu teman adikku” tersebut sudah ada di Rumah itu juga.

Akupun tidak berpikir panjang langsung mesasuki rumah tersebut, polisi menyarankan kami untuk tidak bertanya banyak tentang kejadian yang menimpa mereka. Kulihat adikku dan kupeluknya, yang kurasakan saat itu adalah lega sudah bertemu dengannya. Ku menangis bahagia saat betemu dengannya.

Mamah Aribypun datang setelah mencari anaknya dan langsung memeluk ariby. Sama sepertiku, diapun nangis bahagis karena anknya sudah ketemu. Tak lama kemudian ayah dan ibuku datang untuk menjemput adikku juga. Setelah berbincang-bincang akhirnya adikku bisa dibawa pulang.

Sesampainya diRumah

Hari itu aku memanjakan adikku, seteh kejadian tersebut adikku kelihatan murung. Aku ingin sekali dia kembali seperti semula. Makannya aku memanjakan dia dengan apa yang dia inginkan. Dan para tetangga yang ada di sekitar Rumahku datang secara bergantian untuk melihat adikku dan menanyakan tentang kejadia yang menimpa adik dan temannya tersebut.

Malampun mejelang

Malam itu akhirnya kami dapat berkumpul bersama-sama lagi setelah pencaharian yang melelahkan. Sedidit-sedikit kami menanyakan kepada Nisa tentang kejadian yang menimpanya. Tetapi apa yang dia katakana kadang tidak jelas dan dia tidak mengetahi

sepenuhnya tentang penculikan yang menimpanya. Jelas, yang namanya diculik ya pasti di hipnotis makannya korbannya tidak mengetahui secara penuh bagaimana yang dia alami selama penculikan itu berlngsung.

Dari penuturannya dapat disimpulkan bahwa “penculiknya perempuan, menggunakan masker penutup mulut, menggunakan helm, dan tidak menggunakkan kerudung, menggunakan motor mio merah, pelakunya berkedok minta diantarkan untuk memberikan surat kepada guru mereka disekolahannya, adikku dan temannya diajak muter-muter sampai ke Mahkota Simpruk. Dan ketika ia diculik ia sempat bertemu juga dengan mamahnya dari Ariby itu sendiri, yang anehnya kenapa dia tidak berteriak untuk memanggilnya“. Untungnya dia ditaruh di tempat yang tidak jauh dengan Rumah Ariby itu sendiri.

Aku bersyukur kepada Allah SWT yang masih memberikan keselamatan untuk adikku sehingga kami masih dapat berkumpul bersama-sama lagi, meskipun adiku sekarang bukanlah adikku yang seceria yang dulu. Setiap dia ditanya kejadian yang pernah menimpanya tersebut dia langsung menangis. Dia enggan orang lain mengingatkan kejadian itu padanya.