Upload
josua-sitorus
View
62
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
1
LAPORAN PRAKTIKUM
IDENTIFIKASI DAN TAKSONOMI SERANGGA
JENIS LALAT BUAH
JOSUA CRYSTOVEL
150320160005
Dosen:
Yusuf Hidayat, S.P., M.Phill., Ph.D
PASCASARJANA AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2016
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 2
Tujuan..................................................................................................................................... 4
METODOLOGI ......................................................................................................................... 5
Lokasi dan Waktu Praktikum ................................................................................................. 5
Alat dan Bahan ....................................................................................................................... 5
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................................. 6
Hasil Panduan Penggunaan Aplikasi...................................................................................... 6
Hasil Praktikum Mikroskopis ................................................................................................ 8
Pembahasan Hasil Kecocokan Identifikasi ............................................................................ 9
Pembahasan Tambahan ........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16
3
PENDAHULUAN
Lalat buah merupakan salah satu hama yang sangat ganas menyerang tanaman
hortikultura, kehadirannya sering menimbulkan kerugian besar bagi para petani, khususnya
petani buah dan sayuran. Karena jika sudah terserang buah-buah yang lebat dan siap dipetik
tersebut akan membusuk dan gugur dalam sekejap. Hal ini sangat menyedihkan bagi para
petani karena hasil panen yang dinanti bisa sirna begitu saja. Tidak heran jika lalat buah
termasuk hama yang paling ditakutkan oleh para petani setelah antraknosa (patek). Lalat buah
termasuk Ordo Diptera. Famili Tephtritidae, yang terdiri dari 4000 spesies, terbagi ke dalam
500 genera. Famili ini merupakan famili terbesar dari ordo Diptera dan merupakan salah satu
famili yang secara ekonomi sangat merugikan. Di alam ada banyak spesies lalat buah.
Beberapa spesies memiliki efek negatif, beberapa yang lainnya positif. Salah satu
spesies yang dikenal sangat merusak buah adalah Bactrocera sp. Lalat buah menyerang
dengan menyuntikkan telur mereka ke dalam buah. Ini akan menyebabkan buah menjadi
busuk dan rontok sebelum dapat dipetik. Drosophila memiliki cirri morfologi yang berdeba
antara jantan dan betinanya. Pada Drosophila jantan Memiliki ukuran tubuh yang lebih kecil
bila dibandingkan dengan yang betina. Memiliki 3 ruas dibagian abdomennya dan memiliki
sisir kelamin. Sedangkan pada yang betina ukuran relative lebih besar,memiliki 6 ruas pada
bagian abdomen dan tidak memiliki sisir kelamin (Soemartomo.S.S.1979). Pada Drosophilla
diremuka 4 pasang kromosom.Pada lalat jantan dan lalat betina umumnya adalah sama,tetapi
ada sedikit perbedaan yaitu pada salah satu kromosom jantan terdapat lengkungan seperti
mata pancing (Sepoetro.D.1975).
Gejala Serangan lalat buah yang menyerang sebetulnya adalah lalat betina. Lalat
tersebut menyerang dengan menusukkan alat peletak telurnya (ovipositor) ke dalam buah.
Tujuannya untuk meletakkan telur-telur mereka di dalam buah yang selanjutnya telur-telur
tersebut akan menetas menjadi larva dan berkembang. Gejala awal yang ditunjukkan
serangan lalat buah adalah adanya noda/titik bekas tusukan pada permukaan kulit buah.
Selanjutnya telur-telur akan menetas di dalam buah dan menjadi larva. Gangguan yang
dilakukan oleh larva-larva inilah yang akan menimbulkan noda-noda di kulit buah dan
berkembang menjadi bercak coklat di sekitarnya.Saat buah yang terserang kita belah, akan
telihat belatung atau larva lalat buah. Larva akan merusak daging buah sehingga buah
menjadi busuk dan gugur sebelum tua/masak. Buah yang gugur ini akan menjadi biang
serangan generasi berikutnya jika tidak kita musnahkan dengan segera.Bila buah yang
terserang tersebut kita bedah, biasanya akan ditemukan larva lalat buah.Sejauh ini, lalat buah
4
termasuk hama yang sulit dikendalikan. Beberapa teknik pengendalian. baik secara
tradisioanal maupun modern telah banyak diaplikasikan namun hasilnya belumlah optimal.
Walaupun demikian, usaha-usaha pengendalian tetap harus kita upayakan sebisa mungkin
agar dampak dari serangan tidak terlalu merugikan.
Tujuan
Tujuan pengamatan praktikum ini dengan materi “Identifikasi dan taksonomi serangga
jenis lalat buah” adalah:
• Menambah wawasan tentang pemahaman secara langsung jenis apa lalat buah yang
menyerang pada daerah ciparanje sekitaran kampus Universitas Padjadjaran karena
lalat buah yang diambil melalui perangkap berasal dari sekitaran tersebut.
• Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan masing-masing bagian tubuh lebih spesifik
serangga (kepala, dada, sayap, perut, dan kaki) sehingga memudahkan
penglasifikasian/identifikasi di lapangan mengenai lalat buah.
• Mengenali gejala secara langsung akibat jenis-jenis serangga yang bersifat
merugikan bagi tanaman yang disebabkan lalat buah
5
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Praktikum
Kegiatan Praktikum ini dilaksanakan di Laboratium Entomologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat pada hari Sabtu, 10 Desember
2016.
Alat dan Bahan
Pengamatan dilakukan secara menggunakan peralatan dan bahan cukup sederhana di
Ruangan Laboratium Entomologi, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran yaitu:
a. Alat :
� Mikroskop
� Potongan Kertas
� Aplikasi Delta Inkey yang telah di install pada komputer/laptop masing-masing.
� Buku
� Kuas
� Alat Tulis
� Kamera Handphone
b. Bahan :
� Lalat Buah :
a. Dipersiapkan beberapa hari sebelum kegiatan praktikum dilaksanakan dengan
menggunakan perangkap Botol Bekas dan beberapa bahan lainnya seperti Cairan
atraktan lalat buah Methyl Eugenol (ME), Air Nutrisari/Deterjen, Tali, Gunting,
Pisau.
b. Perangkap Lalat buah di pasang di areal belakang kebun percobaan Ciparanje,
Jatinangor pada tanaman Cabai.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Panduan Penggunaan Aplikasi
Gambar 1. Aplikasi Delta Inkey yang telah di install
Gambar 2. Number of pale withlish to yellow postsutural stripes
= Two (lateral) (extending foward intra-aral bristle)
Gambar 3. Dominant wing pattern
= Costal-banded
Gambar 4. Costal band
= Colored from Sc to beyond R4-5
Gambar 5. Abdominal tergites
= With separate dark areas anterolateral margin of T3-T5
Gambar 6. Vein M distally
= Curved anterad
7
Gambar 7. Costal Band
= Not extending bellow R2+3
Gambar 8. Abdominal tergites
= With medial dark strip on T3-T5 and a transverse dark line on T3
Gambar 9. Dark mark on fore femur
= 0% of length of femur (all light)
8
Hasil Praktikum Mikroskopis
Gambar 10. Bentuk lalat buah yang di akan diidentifikasi di labaroratium
Gambar 11. Bentuk sayap (wings/vein)
Gambar 12. Identifikasi bentuk thorax dan kepala serangga
Gambar 13. Identikasi thorax untuk melihat postsural stripes
Gambar 14. Identifikasi abdomen dan warna femur
9
Pembahasan Hasil Kecocokan Identifikasi
Bactrocera papayae Drew & Hancock
Bactrocera conformis Doleschall
Bactrocera sp. "Malaysian B".
Body. Body predominantly black or dark fuscous, or a balanced mixture of black and
yellow.
Head. Number of frontal bristles two pairs. Number of orbital bristles one pair. Anterior
orbital bristle of male normal, unmodified. Posterior orbital bristles reclinate; acuminate.
Ocellar bristles absent or minute, like setulae. Postocellar bristles present (minute). With both
inner and outer vertical bristles. Outer vertical, postvertical and postocellar bristles all
acuminate. Postocular bristles acuminate; reduced in number and size, hardly detectable in
25x. Genal bristle present. Head higher than long. Male and female head width the same.
Frontofacial angle much greater than a right angle and rounded. Face undulating,
convex above, concave below; with transverse sulcus, or with distinct antennal grooves and
carina; about as long as frons; vertical; with dark spots in antennal furrows. Parafacial spot
absent. Frons and parafacial without small silvery markings. Fronto-orbital plate setulose.
Frontal stripe setulose. Eye elongate, considerably higher than long. Antenna about as long as
face, or considerably longer than face (antennal segments 0.13, 0.22, 0.55; face length
0.52mm). Scape, pedicel, and first flagellomere scape and pedicel short, first flagellomere
elongate. First flagellomere longer than face; rounded apically. Arista longer than first
flagellomere; bare or with hairs distinctly shorter than greatest aristal width. Proboscis short,
capitate.
Thorax. Inner scapular bristle present and distinguishable from surrounding vestiture;
dark. Outer scapular bristle present and distinguishable from surrounding vestiture; dark.
Postpronotal bristle absent. Presutural dorsocentral bristle absent. Presutural supra-alar bristle
absent. Postsutural supra-alar bristle present. Acrostichal bristle present. Postsutural
dorsocentral bristle absent. Intra-alar bristle present, well developed, similar to postalar
bristle. Intrapostalar bristles absent. Number of scutellar bristles one pair. The single pair of
scutellar bristles apical. Anterior notopleural bristle present. Posterior notopleural bristle(s)
acuminate. Number of outstanding anepisternal bristles one. Katepisternal bristles absent.
Anepisternal bristles dark, brown to black. Long, erect setulae on laterotergite absent. Scutal
10
setulae acuminate and pale. Scutellum densely setulose. Setulae on scutellum short,
decumbent; unicolorous, acuminate. Transverse suture with the lateral branches wide apart.
Complete sclerotized postcoxal metathoracic bridge present. Scutum black with orange to
red-brown areas, or black; without a large dark central stripe which broadens basally.
Postpronotal lobe entirely pale whitish or yellowish; concolorous with lateral postsutural
stripe. Posterior half of notopleuron pale whitish or yellowish. Scutum dorsad of notopleuron
of the ground color, not whitish or yellowish. Dark lyre-like pattern on scutum absent.
Discrete shiny black spots on scutum absent. Median longitudinal black stripe on scutum
absent. Number of pale whitish to yellow postsutural stripes two (lateral). Lateral postsutural
stripes of scutum extending to intra-alar bristles or beyond (behind). Area bordering
scutoscutellar suture medially with dark brown spot, or without dark brown spot, light
colored, or without dark brown spot, brown. Distinct pale vertical anepisternal stripe
extending halfway between posterior half of notopleuron and anterior notopleural bristle.
Katepisternite with pale yellowish or whitish spot present and distinct. Transverse suture
without distinct stripe or spot. Katatergite with pale yellowish or whitish spot present and
distinct. Anatergite with pale yellowish or whitish spot present and distinct. Mediotergite
uniformly black (?). Scutum microtrichia in discrete pattern due to density differences.
Dorsum of scutellum flat or slightly convex, not swollen. Scutellum normal; without a dark
and pale pattern (at most a narrow dark basal line); with no isolated dark spots; without black
mark; without mark.
Legs. Femora slender. Fore femur with regular bristles; without ventral spines; with 1 to 3
posterodorsal and 1 posteroventral rows of bristles only. Mid femur and hind femur without
spine-like bristles. Middle leg of male without feathering. Femora all entirely of one color;
dark mark on fore femur 0% of length of femur; dark mark on middle femur 0% of length of
femur; dark mark on hind femur 0% of length of femur.
Wings. Wing partly bare. Cell bc microtrichia absent. Cell c microtrichia present in apical
area. Cell dm entirely microtrichose. Dense microtrichia at end of vein A1+CuA2 in male
present. Dominant wing pattern costal-banded. Wing pattern mostly brownish. Dark
longitudinal streaks through basal cells absent. Costal band colored from Sc to beyond R4+5.
Apex of costal band not distinctly expanded. Costal band not extending below R2+3, or
extending below R2+3 (occasionally); all one color. Crossvein r-m hyaline. Crossvein dm-cu
hyaline. Crossveins r-m and dm-cu not both covered by a single crossband. Cell r2+3 apical
11
to r-m with large hyaline area. Anal band present, reaching nearly to wing margin along cell
cup extension. Cell r1 and r2+3 without darker spots within the pattern. Intercalary band
absent. Subbasal crossband absent. Marginal hyaline area in cell r1 absent or indistinct. Ratio
of width of apical band in cell r4+5 to length of r-m 0.25–0.33. Anterior apical band or costal
band not extended to vein M. Posterior apical crossband absent. Outstanding costal spine(s)
at subcostal break absent. Ratio of length of costal section 3 to costal section 4 1.1–1.2. Ratio
of pterostigmal length to width 4.25. Vein R1 dorsal setation without bare section opposite
end of vein Sc. Vein Rs dorsal setation non-setulose. Vein R2+3 generally straight.
Anteriorly-directed accessory vein emerging from R2+3 absent. Vein R4+5 dorsal setation
dense over at least proximal section; ventral setation present. Distance between crossvein r-m
and costa shorter than r-m. Cell bm broad, parallel-sided; ratio of length to width 1.8–1.9;
ratio of width to cell cup width 2.5. Vein M distally curved anterad (?). Cell dm widens
apically gradually from base. Posterodistal corner of cell dm approximately a right angle.
Cell cup extension or lobe present, vein CuA2 abruptly bent; longer than vein A1+CuA2;
with parallel margins.
Abdomen. Abdomen ovate or parallel sided. Abdominal tergites separate. Abdomen in
lateral view arched, dome-like, rather rigid. Abdominal tergite 1 broader at apex than at base;
without a prominent hump laterally. Pecten of dark bristles on tergite 3 of male present.
Tergal glands on tergite 5 present. Abdominal tergite 5 normal. 6th tergite of female normally
concealed; shorter than 5th. Abdominal setulae acuminate and pale. Abdominal
microtomentum absent. Posterior margin of sternite 5 of male with deep V-shaped posterior
concavity. Abdominal tergites 3–5 predominantly yellow to orange brown. Abdominal
tergites with medial dark stripe on T3-T5 and a transverse dark line on T3; not brown
with medial T-shaped yellow mark; with separate dark areas on anterolateral margins of
T3-T5; with dark brown transverse bands which may be interrupted medially.
Male terminalia. Epandrium in posterior view with moderately long outer surstyli, which
are up to about half as long as epandrium, or with long outer surstyli, which are more than
half as long as epandrium; lateral view with outer surstyli distinctly narrower than epandrium,
clearly differentiated. Posterior lobe of surstylus short or absent.
Female terminalia. Syntergosternite 7 straight; shorter than preabdomen; 1.3–1.35 mm;
base without a laterally projecting flap; flattened. Ratio of syntergosternite 7 to abdominal
12
tergite 5 1.2. Dorsobasal scales of eversible membrane about as large as other scales. Aculeus
length 1.77–2.12 mm. Aculeus tip gradually tapering, needle-like, with flat cross-section;
fused to main part of aculeus, not movable; 0% serrated; not serrate. Two sclerotized
spermathecae. Spermathecae tight-set coils.
Miscellaneous. Male attractant: methyl eugenol.
Oriental, Australasian-Oceanian. S. Thailand, Malaysia, Singapore, Brunei, Indonesia
(Kalimantan, Sulawesi, Java, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores I., Timor, Maluku), Christmas
I.; introduced Indonesia (Irian Jaya), Papua New Guinea; eradicated Australia (Qld.).
Dacinae. Dacini.
Bactrocera papayae Drew & Hancock
� Cell bm ratio of width to cell cup width 2.25–2.75.
� Distance between crossvein r-m and costa shorter than r-m.
� Mediotergite uniformly black.
� Lateral postsutural stripes of scutum extending to intra-alar bristles or beyond.
� Ratio of width of apical band in cell r4+5 to length of r-m 0.25–0.33.
� Diagnostic level 1 not attained.
� Distinct pale vertical anepisternal stripe extending halfway between posterior half of
notopleuron and anterior notopleural bristle.
� Scutellum without a dark and pale pattern (at most a narrow dark basal line).
� Femora all entirely of one color.
� Face with dark spots in antennal furrows.
� Cell bc microtrichia absent.
� Abdominal tergites with dark brown transverse bands which may be interrupted
medially.
� Frontofacial angle much greater than a right angle and rounded.
� Scutum black with orange to red-brown areas; or black.
� Diagnosis for Bactrocera papayae is incomplete.
13
Sumber: Delta-Intkey
5 Taxa Remain:
(0) Bactrocera carambolae
(0) Bactrocera dorsalis
(1) Bactrocera occipitalis
(0) Bactrocera papayae
(0) Bactrocera philippinensis
Pembahasan Tambahan
Gambar 15. Perangkap Lalat Buah menggunakan botol yang berisi larutan aktraktan
Membuat perangkap lalat buah dari botol aqua air mineral. Langkah dan Cara Kerja
Potong badan botol di bawah leher setelah bagian lengkungan, gunakan cutter atau gunting.
Lepaskan tutup botol. Potongan ini akan dipasang kembali pada badan botol namun dengan
posisi terbalik sebagai lubang masuk lalat sekaligus perangkap. Sebelum dipasang, pasang
tali kawat pengikat di tengah botol jika hingga perangkap nanti mudah digantungkan. Pada
ujung yang nantinya terletak di dalam botol buat kaitan untuk tempat kapas. Setelah itu
sekalian teteskan larutan atraktan lalat buah pada kapas hingga basah. Setelah kawat pengikat
14
terpasang, terakhir adalah pemasangan mulut botol secara terbalik, kuatkan dengan lakban
beberapa kali putaran. Karena cairan yang digunakan termasuk cairan kimia yang berbahaya,
maka dianjurkan menggunakan sarung tangan dan penutup hidung. Selain itu cuci tangan
dengan air yang banyak setelah melakukan kegiatan ini.
Siklus Hidup lalat buah sekitar 20- 28 hari, dan selama hidupnya kawin dan bertelur
dapat menghasilkan 1200 butir. Kehidupan dan perkembangan lalat buah dipengaruhi oleh
banyak faktor, di antaranya suhu, kelembaban dan ketersediaan inang. Ketiga faktor tersebut
cukup terpenuhi di wilayah tropis seperti Indonesia sehingga sangat mendukung
perkembangan populasi lalat buah. Di daerah tropis lalat buah hanya mendapat gangguan
iklim lebih kecil dibandingkan di wilayah lain. misalnya daerah sedang dan dingin. Selain itu,
ketersediaan makanan di wilayah tropis lebih besar oleh karena itu serangga termasuk lalat
buah selalu mendapat pakan yang cukup. Di musim hujan, populasi lalat buah mencapai
puncaknya.
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Seksi : Schizophora
Subseksi : Acalyptratae
Superfamili : Tephritoidea
Famili : Tephritidae
Secara fisik lalat buah dewasa berukuran sekitar 1-6 mm, berkepala besar, berleher
sangat kecil. Warnanya bervariasi mulai dari kuning cerah, orange, hitam, coklat, atau
kombinasinya. Disebut tephritidae (berarti bor) karena terdapat ovipositor pada lalat betina
yang berfungsi untuk memasukkan telur ke dalam buah.
Tanaman Inang Sasaran utama dari lalat buah adalah tanaman buah, mulai dari cabai, tomat,
pare, mentimun, terong, melon, semangka, nangka, jeruk, apel, belimbing, mangga, lengkeng,
pepaya, pisang, jambu air, jambu biji, dan banyak lagi.
Siklus Hidup Lalat buah mempunyai empat stadium yaitu telur, larva, pupa dan imago
(serangga dewasa). Seperti yang telah disebutkan, lalat buah betina meletakkan telur ke
15
dalam buah dengan ovipositornya (alat peletak telur). Telur berwarna putih, berbentuk bulat
panjang, diletakkan berkelompok 2–15 butir dan dalam waktu ±2 hari. Telur yang diletakkan
di dalam buah akan menetas menjadi 1arva. Seekor lalat betina mampu menghasilkan telur
1200–1500 butir. Larva berwarna putih keruh atau putih kekuning-kuningan, berbentuk bulat
panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Larva terdiri atas tiga instar, dengan lama
stadium larva 6–9 hari.
Larva setelah berkembang maksimum akan membuat lubang keluar untuk meloncat dan
melenting dari buah dan masuk ke dalam tanah untuk menjadi pupa. Pupa berwarna coklat,
dengan bentuk oval, panjang ± 5 mm dan lama stadium pupa 4–10 hari.
Imago rata-rata berukuran panjang ±7 mm, lebar ±3 mm dengan warna toraks dan
abdomen antar spesies lalat buah bervariasi misalnya oranye, merah kecoklatan, coklat, atau
hitam. Demikian pula sayapnya transparan dengan bercak-bercak pita (band) yang bervariasi
merupakan ciri masing-masing spesies lalat buah. Pada lalat betina ujung abdomennya lebih
runcing dan mempunyai alat peletak telur, sedangkan abdomen lalat jantan lebih bulat.
Secara keseluruhan daur hidup lalat buah berkisar ± 25 hari.
16
DAFTAR PUSTAKA
Agrios. 1998. Plant Pathologi. New York: Academic Press
Agrios. 2010. Petunjuk Praktis Membuat Pestisida Organik. Hlmn: 20-23. ISBN 979-006-
279-6. Jakarta: Agromedia Pustaka
Goodenough.1984. Genetika Edisi ketiga Jilid Satu. Erlangga: Jakarta
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/4111 Pemanfaatan Tanaman Selasih Ungu
(Ocimum sanctum Linn) Sebagai Atraktan Lalat Buah (Bactrocera dorsalis) Pada
Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava) Dalam Rangka Pengembangan Pestisida Nabati
Ramah Lingkungan
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/46796 Keefektifan tiga atraktan menggunakan
bola berwarna dalam menangkap imago lalat buah pada jambu biji di Kecamatan Tanah
Sareal Kota Bogor
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/56345 Evaluasi Lima Ekstrak Tanaman sebagai
Penolak Lalat Buah Bactrocera sp. (Diptera: Tephritidae) pada Cabai Merah.
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Hlmn :22. Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve
Kamrin MA. 1997. Pesticide Profiles: Toxicity, Environmental, Impact, and Fate. New York:
Lewis Publisher
Perhimpunan Etomologi Indonesia. Cabang Bogor. 1999. Prosiding, Perhimpunan Etomologi
Indonesia. Bogor: Perhimpunan Entomologi Indonesia, Cabang Bogor
Pracaya.1999. Hama penyakit tanaman. Hlmn: 275-274. ISBN 979-489-098-7. Bogor: Niaga
Swadaya
Sepoetro.1975. Pengantar Genetika Dasar. Universitas Indonesia Press:Jakarta