Upload
hery-purwanto
View
504
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
Pemberontakan DI/TII Aceh
Pemberontakan DI/TII Aceh
Terjadi mulai 20 september 1953 yang Di pimpin oleh “ Tengku Daud Beureuh” .
Negara Islam Indonesia (NII) juga dikenal dengan nama Darul Islam (DI) yang artinya Rumah Islam adalah gerakan politik yang diproklamasikan pada 7 Agustus 1949 oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di desa Cisampah, kecamatan Ciawiligar, kawedanan Cisayong Tasikmalaya, Jawa Barat.
Pemberontakan DI/TII Aceh
NII/DI bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam proklamasinya undang-undangnya dinyatakan bahwa "Negara berdasarkan Islam" dan "Hukum yang tertinggi adalah Al Quran dan Hadits". Seperti halnya dengan DI/TII yang terjadi di Aceh.
Pemberontakan DI/TII Aceh
Pemberontakan DI/TII di Aceh dimulai pada tanggal 20 September 1953.Dimulai dengan pernyataan Proklamasi berdirinya Negara Islam Indonesia oleh Daud Beureueh, yang menyatakan bahwa Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia (NII) dibawah kepemimpinan Imam Besar NII Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Pemberontakan DI/TII Aceh
Daud Beureueh adalah seorang pemimpin sipil, agama, dan militer di Aceh pada masa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia ketika agresi militer pertama Belanda pada pertengahan tahun 1947. Sebagai "Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh" ia berkuasa penuh atas pertahanan daerah Aceh dan menguasai seluruh aparat pemerintahan baik sipil maupun militer.
Pemberontakan DI/TII Aceh
Alasan pertama yang menjadi latar dari gerakan DI/TII Aceh adalah kekecewaan para tokoh pimpinan masyarakat di Aceh atas dileburnya provinsi Aceh kedalam provinsi Sumatera Utara yang beribukota di Medan.
Pemberontakan DI/TII Aceh
Peleburan Aceh ke Sumatra Utara seakan mengabaikan jasa baik masyarakat Aceh ketika perjuangan mempertahankan kedaulatan Negara Republik Indonesia dimasa revolusi fisik kemerdekaan Indonesia (1945-1950).
Pemberontakan DI/TII Aceh
Keputusan peleburan itu ditentang para alim ulama Aceh, karena masyarakat Sumatera Utara dan Aceh memiliki karakter dan kultur yang berbeda. Bung Karno tidak mengindahkan struktur kepemimpinan adat dan tak menghargai peranan ulama dalam kehidupan bernegara. Padahal, rakyat Aceh itu sangat besar kepercayaannya kepada ulama.
Pemberontakan DI/TII Aceh
Kekecewaan Daud Beureueh terhadap Jakarta semakin berat dengan beredarnya rumor tentang sebuah dokumen rahasia dari Jakarta. Yang di kirim oleh Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo yang isinya berupa perintah pembunuhan terhadap 300 tokoh masyarakat Aceh. Rumor ini disebut sebagai les hitam.
Pemberontakan DI/TII Aceh
Les Hitam tersebut dikabarkan diambil oleh Jakarta berdasarkan kecurigaan dan laporan bahwa Aceh sedang bersiap buat sebuah pemberontakan guna memisahkan diri dari negara Indonesia.
Pemberontakan DI/TII Aceh
Pada tahun 1953, rakyat Aceh mengangkat senjata melawan negara. Perlawanan senjata yang dipimpin oleh Teungku Daud Beureuh yang mengagaskan Negara Islam Indonesia ini didukung sepenuhnya oleh rakyat Aceh yang notabene Islam. Beureuh melakukan gerilya. Tentara NII pun dibentuk, bernama Tentara Islam Indonesia (TII)
Pemberontakan DI/TII Aceh
Pada 1955 telah terjadi pembunuhan masal oleh TNI. Sekitar 64 warga Aceh tak berdosa dibariskan di lapangan lalu ditembaki. Aksi ini mengecewakan tokoh Aceh yang pro-Soekarno.
Pemberontakan DI/TII Aceh
Melalui berbagai gejolak dan perundingan, pada 1959, Aceh memperoleh status provinsi daerah istimewa
Melalui berbagai gejolak dan perundingan, pada 1959, Aceh memperoleh status provinsi daerah istimewa.
Pemberontakan DI/TII Aceh
Tahun 1962, Beureuh dibujuk menantunya El Ibrahimy agar menuruti Menhankam AH Nasution untuk menyerah. Beureuh menurut karena ada janji akan dibuatkan UU Syariat Islam bagi rakyat Aceh.
Pemberontakan DI/TII Aceh