41
Dinamika Kelompok Masyarakat Baduy Dalam dan Baduy Luar Di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Kepemimpinan dan Dinamika Kelompok” Dosen: Atif Nurlatif N., S.Pd Disusun Oleh: Andini Nusufa : 2221132128 Ahmad Jusman : 2221132614 Ayu Lestari : 2221130674 Hikmawatin : 2221130732 Wulan Rahmawati : 2221131832 Yuda Setia Laksana : 2221132416 Yunita Sari : 2221131021 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Prodi Pendidikan Luar Sekolah Serang 2014

Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

Dinamika Kelompok Masyarakat Baduy Dalam dan

Baduy Luar

Di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Kepemimpinan dan Dinamika

Kelompok”

Dosen: Atif Nurlatif N., S.Pd

Disusun Oleh:

Andini Nusufa : 2221132128

Ahmad Jusman : 2221132614

Ayu Lestari : 2221130674

Hikmawatin : 2221130732

Wulan Rahmawati : 2221131832

Yuda Setia Laksana : 2221132416

Yunita Sari : 2221131021

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Prodi Pendidikan Luar Sekolah

Serang – 2014

Page 2: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumwr.wb.

Dengan mengucap puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan kemampuan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang “Dinamika Kelompok Masyarakat

Baduy Dalam dan Baduy Luar”. Sholawat dan salam semoga selalu di limpahkan kepada

Nabi Muhammad SAW. Beserta para sahabat dan keluarganya.

Pada kesempatan yang baikinikami kelompok 4inginmengucapkan terimakasih

kepada BapakAtif Nurlatif N., S.Pd. selaku dosen pada mata kuliah Kepemimpinan dan

Dinamika Kelompok.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik

dan saran dari dosen dan teman-teman yang bersifat membangun ,selalu kami harapkan demi

lebih baiknya makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT

senantiasa meridhoi segala usaha kita, Aamiin.

Wassalamu’alaikumWr.Wb.

Serang, 16 Oktober 2014

Penyusun

Page 3: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................ i

Daftar Isi ................................................................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1

1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 2

1.4 Manfaat ....................................................................................................................... 2

Bab II Kajian Teori ................................................................................................................. 3

Bab III Pembahasan

3.1 Konsep – konsep Dasar Mengenai Kelompok .......................................................... 6

3.2 Definisi Dinamika Kelompok..................................................................................... 6

3.3 Suku baduy ................................................................................................................. 8

3.4 Baduy Kompol dan Cicakal Girang ............................................................................ 15

3.5 Sistem Sosial dan Budaya di Baduy ........................................................................... 19

Kesimpulan.............................................................................................................................. 36

Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 38

Page 4: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kelompok memiliki tujuan berdasarkan hal tersebut kelompok dapat di definisikan

seperti yang dikemukan Mills bahwa kelompok adalah suatu unit yang terdiri dari dua

orang atau lebih, dan berada pada satu kelompok untuk satu tujuan dan mereka

mempertimbangkan bahwa kontaknya mempunyai arti (Iskandar, 1990:120).

Suku Baduy merupakan kelompok yang memiliki ciri khas dan perbedaan, namun

mampu mengikat menjadi satu kesatuan Baduy yang utuh. Pertama, Suku Baduy Dalam

(Tangtu) atau di sebut Baduy asli, di mana pola kehidupan sehari – harinya benar – benar

sangat kuat memegang hukum adat serta kukuh pengukuh dalam melaksanakan amanat

leluhurnya. Baduy Dalam lebih menunjukkan pada replika Baduy masa lalu. Kedua,

komunitas yang menamakan dirinya Suku Baduy Luar yang pada kegiatan kehidupan

sehari – harinya mereka itu diberika suatu kebijakan atau kelonggaran dalam

melaksanakan ketentuan – ketentuan hukum adat, tetapi ada batas – batas tertentu yang

tetap mengikat mereka sebagai suatu komunitas adat khas Suku Baduy.

Pada kesempatan ini penulis tertarik dengan dinamika kelompok di masyarakat baduy

karena masyarakat Suku Baduy adalah satu kelompok masyarakat yang unik, keunikan

itu tampak dalam berbagai aspek kehidupan.

Keberadaan orang Baduy tidak lepas dari tradisi sebagai pikukuhnya. Untuk menjaga

pikukuh tersebut dan pengendalian agar tetap terpelihara, maka dilaksanakan aturan

untuk mempertahankannya yang disebut Buyut (dalam Bahasa Indonesia disebut Tabu,

dalam Bahasa Sunda disebut Pamali). Buyut adalah larangan bagi warga Baduy. Inti dari

pikukuh Baduy itu adalah Lojor teu menang dipotong, pondok teu meunang

disambung, artinya segala sesuatu yang ada dalam kehidupan, tidak boleh dikurangi

maupun ditambah, harus tetap utuh.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja Konsep – konsep dasar mengenai Kelompok?

2. Apa yang dimaksud Dinamika Kelompok?

3. Siapa Suku Baduy?

Page 5: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

4. Apa yang di maksud Baduy Kompol dan Cicakal Girang

5. Bagaimana Sistem Sosial dan Budaya di Baduy?

1.3 Tujuan

1. Mencari tahu tentang dinamika kelompok yang ada di Suku Baduy

2. Untuk mengetahui ciri khas kelompok Suku Baduy

3. Mencari tahu tentang Sistem Sosial dan Budaya di Baduy

1.4 Manfaat

1 Mengetahui dinamika kelompok suku Baduy

2. Mengetahui tentang Baduy

3. Mengetahui sosial dan budaya di Baduy

Page 6: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

BAB II

KAJIAN TEORI

Banyak kajian yang menghasilkan teori yang menelaah mengapa orang berkelompok.

Karena kelompok merupakan gejala sosial, maka telaah yang banyak dilakukan, bergerak

dari teori ilmu – ilmu sosial, seperti: sosiologi, psikologi sosial, dan komunikasi.

Teori yang dapat dianggap sebagai teori awal dan sederhana dalam melihat keinginan

manusia untuk bergabung dalam pengertian kelompok sebagaimana yang dijelaskan Yusuf

(1988:70 – 73) dengan mengutip beberapa ahli salah satunya adalah teori alasan praktis

(Practical Theory). Teori yag diajukan Reitz ini adalah menekankan segi motif/maksud orang

berkelompok. Teori ini mengacu pada teori kebutuhan Maslow, yang menurut practical

theory ini ”the group it self is the source of needs” (kelompok itu sendiri mampu memenuhi

kebutuhannya sendiri). Menurut teori ini kelompok – kelompok tersebut cenderung

memberikan kepuasan kebutuhan – kebutuhan sosial yang mendasar dari orang berkelompok.

Letak nilai praktis dari teori ini, disebabkan oleh alasan – alasan tertentu, misalnya: alasan

ekonomi, status sosial, keamanan, politis, dan alasan sosial lainnya.

Begitu juga dengan masyarakat baduy yang hidup berkelompok dan secara sengaja

mengasingkan diri dari dunia luar.

Kebudayaan adalah hasil karya manusia dalam usahanya mempertahankan hidup,

mengembangkan keturunan dan meningkatkan taraf kesejahteraan dengan segala keterbatasan

kelengkapan jasmaninya serta sumber - sumber alam yang ada disekitarnya. Kebudayaan

boleh dikatakan sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap tantangan - tantangan yang

dihadapi dalam proses penyesuaian diri mereka dengan lingkungan. Kebudayaan adalah

keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk

memahami dan menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi kerangka

landasan bagi mewujudkan dan mendorong terwujudnya kelakuan. Dalam definisi ini,

kebudayaan dilhat sebagai "mekanisme kontrol" bagi kelakuan dan tindakan-tindakan

manusia (Geertz, 1973a), atau sebagai "pola-pola bagi kelakuan manusia" (Keesing &

Page 7: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

Keesing, 1971). Dengan demikian kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan,

petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana-rencana, dan strategi-strategi, yang terdiri atas

serangkaian model-model kognitif yang digunakan secara kolektif oleh manusia yang

memilikinya sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya (Spradley, 1972).

Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan kebenarannya oleh yang

bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi

manusia serta menjadi sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk,

sesuatu yang berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa

terjadi karena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral, yang sumber dari nilai-nilai

moral tersebut adalah pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dipunyai

oleh setiap manusia (Geertz, 1973b).

Kebudayaan yang telah menjadi sistem pengetahuannya, secara terus menerus dan

setiap saat bila ada rangsangan, digunakan untuk dapat memahami dan menginterpretasi

berbagai gejala, peristiwa, dan benda-benda yang ada dalam lingkungannya sehingga

kebudayaan yang dipunyainya itu juga dipunyai oleh para warga masyarakat di mana dia

hidup. Karena, dalam kehidupan sosialnya dan dalam kehidupan sosial warga masyarakat

tersebut, selalu mewujudkan berbagai kelakuan dan hasil kelakuan yang harus saling mereka

pahami agar keteraturan sosial dan kelangsungan hidup mereka sebagai makhluk sosial dapat

tetap mereka pertahankan.

Teori tentang kebudayaan tersebut dihubungkan dengan Suku baduy (Kanekes)

merupakan sebuah suku yang ada di Indonesia, Suku ini berada di Kabupaten Lebak, Banten.

Suku baduy memiliki populasi antara 6000 hingga 9000 orang. Suku baduy ini terbagi

menjadi 2 kelompok yaitu baduy dalam dan baduy luar. Perbedaan antara suku baduy dalam

dan suku baduy luar adalah suku baduy dalam hingga saat ini masih mempertahankan budaya

mereka yaitu dengan mengisolasi diri mereka dari pengaruh dunia luar, sedangkan untuk

suku baduy luar mereka cenderung lebih terbuka atau tidak terlalu mengisolasi diri dari

pengaruh dunia luar. Suku baduy luar masih mau menerima budaya-budaya modern namun

tidak semua budaya tersebut mereka terima. Sedangkan untuk masyarakat suku baduy dalam

tidak mau menerima budaya yang datang dari luar daerahnya, mereka berpendapat bahwa

budaya tersebut dapat merusak budaya dari leluhurnya.

Bahasa yang digunakan oleh suku Baduy adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–Banten.

Tapi kelompok suku baduy dapat menggunakan bahasa Indonesia untuk dapat berkomunikasi

dengan para pendatang, meskipun mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari

Page 8: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

sekolah. Orang Baduy dalam tidak mengenal budaya menulis, sehingga adat-istiadat ataupun

kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan melalui tutur lisan saja.

Masyarakat Baduy tidak mengenyam bangku sekolah, karena mereka berpendapat

bahwa pendidikan tersebut berlawanan dengan adat-istiadat mereka Sehingga mereka

menolak usulan pemerintah untuk membangun fasilitas sekolah di desa mereka.

Suku Baduy dalam merupakan bagian ataupun keseluruhan dari orang Kanekes. Tidak

seperti Kanekes Luar, warga Kanekes dalam masih memegang teguh adat-istiadat nenek

moyang mereka. Sebagian peraturan yang dianut oleh suku Kanekes Dalam antara lain:

a. Larangan menggunakan alas kaki

b. Larangan menggunakan kendaraan sebagai sarana transportasi

c. Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan (kecuali rumah sang Pu'un atau ketua adat)

d. Tidak diperbolehkan menggunakan alat elektronik ataupun Listrik. (teknologi)

e. Menggunakan kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri

serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modern.

Adapun beberapa alasan yang menyebabkan di keluarkannya warga baduy dalam menjadi

warga baduy luar yaitu :

a. Mereka telah melanggar adat masyarakat Kanekes Dalam.

b. Berkeinginan untuk keluar dari Kanekes Dalam

c. Menikah dengan anggota Kanekes Luar

Kelompok masyarakat baduy yang kedua disebut panamping atau yang lebih dikenal

dengan Suku Baduy Luar, mereka tinggal di berbagai tempat yang tersebar dan mengelilingi

wilayah Suku Baduy Dalam, seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan

lain sebagainya. Masyarakat Suku Baduy Luar memiliki ciri khas khusus yaitu mengenakan

pakaian dan ikat kepala berwarna hitam. Suku Baduy Luar adalah orang-orang yang telah

keluar dari adat dan wilayah Suku Baduy dalam.

Page 9: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Konsep – konsep Dasar Mengenai Kelompok

A. Pengertian Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang terdiri paling tidak sebanyak dua

atau lebih yang melakukan interaksi satu dengan yang lainnya dalam suatu aturan

yang saling mempengaruhi pada setiap anggotanya. Dengan demikian, pada

kelompok akan dijumpai berbagai proses seperti persepsi, adanya kebutuhan setiap

anggota, interaksi, dan sosialisasi. Proses – proses tersebut akan merupakan sesuatu

yang dinamis, ketika terjadi interaksi antar anggota kelompok. Dengan demikian,

kelompok terjadi karena adanya suatu energi kelompok yang diarahkan pada tujuan

kelompok.

B. Ciri – ciri Kelompok

1. Adanya motif yang sama

2. Adanya sikap In – Group dan Out – Group

3. Adanya solidaritas

4. Adanya struktur kelompok

5. Adanya Norma Kelompok

C. Bentuk – bentuk Kelompok

1. Kelompok Primer (Primary Group) dan Kelompok Sekunder (Secondary Group)

2. Gemeinschaft dan Gesellschaft

3. Formal Group dan Informal Group

4. Membership Group dan Reference Group

5. In-Group dan Out-Group

3.2 Definisi Dinamika Kelompok

Page 10: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

Pengertian dinamika kelompok dapat diartikan melalui asal katanya, yaitu dinamika dan

kelompok.

1. Pengertian Dinamika Kelompok

Dinamika berarti tingkah laku warga yang satu secara langsung memengaruhi

warga yang lain cara timbal balik. Jadi, dinamika berarti adanya interaksi dan

interdependensi antara anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok

yang lain secara timbal balik dan antara anggota dengan kelompok secara

keseluruhan.

Dynamic is facts or concepts which refer to conditions of change, expecially

to forcec. Keadaan ini dapat terjadi karena selama ada kelompok, semangat

kelompok (group spirit) terus menerus berada dalam kelompok itu. Oleh karena

itu, kelompok tersebut bersifat dinamis, artinya setiap saat kelompok yang

bersangkutan dapat berubah.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dinamika kelompok berarti suatu

kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan

psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lain. Dengan kata

lain, antar anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang berlangsung

dalam situasi yang diambil secara bersama – sama.

2. Persoalan Dalam Dinamika Kelompok

Di depan telah disebutkan pengertian dinamika kelompok secara jelas yang

ditarik atas dasar berbagai pendapat para ahli, baik dari ahli psikologi, ahli sosiologi,

dan ahli psikologi sosial sehingga pengertian ini menjadi lebih sempurna.

Dari pokok pengertian dinamika kelompok dapat ditarik berbagai persoalan

yang menjadi objek studi dinamika kelompok. Lebih lanjut secara ringkas dapat

disebutkan bahwa persoalan dinamika kelompok adalah semua gejala kejiwaan yang

disebabkan oleh kehidupan bersama dalam kelompok yang face to face.

a. Kohesi/persatuan

Dalam persoalan kohesi akan dilihat tingkah laku anggota dalam kelompok, seperti

proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, nilai kelompok dan

sebagainya.

b. Motif/dorongan

Page 11: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

Persoalan motif ini berkisar pada interes anggota terhadap kehidupan kelompok,

seperti kesatuan kelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok dan

sebagainya.

c. Struktur

Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan

kedudukan antar anggota, pembagian tugas dan sebagainya.

d. Pimpinan

Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan kelompok, hal ini

terlihat pada bentuk - bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, sistem

kepemimpinan dan sebagainya.

e. Perkembangan kelompok

Persoalan perkembangan kelompok dapat pula menentukan kehidupan kelompok

selanjutnya, dan ini terlihat pada perubahan dalam kelompok, senangnya anggota

tetap berada dalam kelompok, perpecahan kelompok, dan sebagainya.

3.3 Suku Baduy

Baduy termasuk kedalam Kelompok etnik atau suku bangsa yaitu suatu golongan

manusia yang anggota – anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya,

biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku ditandai oleh

pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut seperti kesamaan budaya,

bahasa, agama, perilaku, dan ciri-ciri biologis.

Baduy adalah sebutan yang melekat pada orang – orang yang tinggal di sekitar kaki

pegunungan Kendeng di desa kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak,

Provinsi Banten dengan ciri – ciri yang khas dan unik dibanding dengan orang – orang

yang ada di sekitar mereka, demikian juga dengan orang – orang daerah Banten lainnya.

Keunikan mereka terlihat jelas dalam cara berpakaian, keseragaman bentuk rumah,

penggunaan bahasa, kepercayaan, dan adat istiadat.

a. Baduy Dalam dan Baduy Luar

Baduy dalam dapat dikatakan representasi dari masyarakat Baduy masa lalu

yang mendekati pada pewaris asli budaya dan amanat leluhur kesukuan mereka.

Penetapan secara khusus wilayah perkampungan Baduy Dalam yang hanya berlokasi

Page 12: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

di tiga kampung, yaitu Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik dengan batasan hukum yang

tetap, tegas, serta mengikat ke semua pihak dan semua aspek kehidupannya.

Sedangkan Baduy Luar adalah komunitas Baduy yang dipersiapkan sebagai

penjaga, penyangga, penyaring, pelindung sekaligus penyambung silaturahmi yang

intensif dengan pihak luar sebagai bentuk penghargaan, kerja sama, dan partisipasi

aktif dalam kegiatan kenegaraan untuk menunjukkan bahwa mereka adalah salah satu

suku bangsa yang sama – sama memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga

negara Indonesia lainnya.

Mereka sangat memegang teguh pikukuh karuhun, yakni suatu doktrin yang

mewajibkan mereka melakukan berbagai hal sebagai amanat leluhurnya. Pikukuh

karuhun tersebut antara lain mewajibkan mereka untuk:

1. Betapa bagi kesejahteraan dan keselamatan pusat dunia dan alam semesta,

2. Memelihara sasaka pusaka buana,

3. Mengasuh ratu memelihara menak,

4. Menghormati guriang dan melaksanakan muja,

5. Melakukan serba setahun sekali,

6. Menyelenggarakan dan menghormati upacara adat ngalaksa,

7. Mempertahankan dan menjaga adat bulan kawalu.

Masyarakat Baduy meyakini bahwa alam semesta ini diciptakan dan dipelihara

oleh kekuasaan Tunggal Maha Pencipta yang mereka sebut Adam Tunggal. Mereka

juga mempercayai roh – roh nenek moyang mereka dengan sebutan guriang yang

selalu menjaga dan mendampingi kehidupan mereka. Di samping itu, mereka

menganggap bahwa Nabi Adam adalah leluhur dan diakui sebagai Nabinya.

Sedangkan Nabi Muhammad dipandang sebagai saudara muda dari keturunan mereka

yang memiliki amanat sebagai penutup kesempurnaan perjalanan sejarah keyakinan

manusia untuk mengkiblati Ka’bah, sehingga pada upacara tertentu mereka mengenal

dan membaca Dua Kalimah Sahadat sebagai penyempurna dari sahadat – sahadat

lainnya. Keyakinan dan kepercayaan semua itu mereka namakan Agama Islam Sunda

Wiwitan.

Page 13: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

Dua komunitas kesukuan baduy yang ada sekarang dengan jalinan kehidupan

yang harmonis antara keduanya, saling membantu, saling menghargai dan saling

menyelamatkan, hidup rukun dan damai jauh dari perselisihan, persengketaan, dan

kegaduhan secara filosofi adalah gambaran dan petunjuk pada kita bahwa Yang Maha

Kuasa menciptakan alam semesta dan kehidupan ini selalu berpasang – pasangan

untuk menjadi satu kesatuan yang kokoh, untuk direnungi, dihayati, dan ditafakuri.

Masyarakat Baduy Dalam dengan segala ketaatan, kepatuhan, serta keikhlasan

untuk selalu menunaikan amanat leluhur serta berani menerima konsekuensi atas

piliha hidupnya adalah salah satu contoh potret kehidupan masyarakat yang

kehidupan kesehariannya dilandasi oleh kesadaran, keteguhan, dan kejujuran atas

keyakinan yang mereka yakini kebenarannya.

Sedangkan Baduy Luar adalah salah satu contoh dan potret nyata masyarakat

yang setia sebagai saudara untuk selalu menjaga, melindungi, serta membantu

berbagai kebutuhan, harapan, dan permasalahan Baduy Dalam walaupun mereka

memiliki perbedaan dalam arti kebebasan atau keringanan pelaksanaan hukum adat

dalam bentuk kegiatan gotong royong dan/ atau dalam bentuk musyawarah di

lembaga adat.

b. Perbandingan Antara Suku Baduy Dalam dengan Suku Baduy Luar

Perbedaan Persamaan/ Keseragaman

Baduy Dalam Baduy Luar

Page 14: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

1. Bentuk Rumah

- Kontur tanah tidak

diubah dibiarkan sesuai

dengan aslinya.

- Pembuatan tidak

menggunakan paku da

tidak menggunakan alat

modern seperti gergaji,

hanya menggunakan

pasak dan tali bambu/

rotan.

- Hanya memiliki satu

pintu dan tidak ada

jendela.

- Bentuk bilik sederhana

tidak pakai corak/ model.

- Lantai hanya boleh pakai

bambu/talupuh (amben)

- tata ruang terdiri dari

taraje,

papanggelgolodog,

sosoro, tepas, dan imah.

- Tidak diperkenankan

adanya variasi tambahan.

- Di setiap kampung

memiliki bangunan yang

disebut imah balai adat.

- Posisi rumah tidak boleh

menghalangi antara

rumah Puun dengan Balai

Adat.

1. Bentuk Rumah

- Tanah diubah/diratakan

sesuai keinginan.

- Pembuatan boleh

meggunakan paku dan

menggunakan alat – alat

modern.

- pintu boleh lebih dari

satu dan sudah memiliki

jendela, tetapi tidak

memakai kaca.

- Baik yang digunakan

boleh pakai corak/model

sesuai dengan

kemampuan dan

keinginan.

- Boleh pakai talupuh,

tetapi boleh pakai papan

kayu.

- Tata ruang sudah ada

tambahan sesuai dengan

keperluan, kamar tidur

lebih dari satu.

- Boleh memakai variasi

seni sesuai dengan

keinginan dan

kemampuan.

- Tidak ada Imah Balai

Adat.

- Posisi atau penempatan

rumah bebas yang

penting rapi sesuai

dengan arah Utara-

1. Bentuk Rumah

- Rumah berbentuk

nyulah nyanda

menghadap Utara-

Selatan.

- Atap memakai

rumbia dan injuk.

- Berbentuk

panggung tidak

menggunakan

tembok atau cat

yang berwarna –

warna.

- Dibuat/dibangun

dengan cara gotong

royong (rereongan).

- Pemukiman selalu

berada di dekat

sumber air (sungai)

Page 15: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

2. Pakaian

- Hanya dua warna, yaitu

hitam atau putih balacu,

umumnya memakai putih.

- Ikat kepala warna putih

- Pakaian wanita kebaya

dan samping pakai

selendang, laki – laki

tidak menggunakan celana

tetapi sarung yang dilipat.

- Perhiasan/ asesorisnya

manik – manik berwarna

– warni, tidak boleh

memakai emas/ murni.

- Memiliki tempat khusus

untuk menyimpan pakaian

(kepek atau tolok)

4. Peralatan Masak Makan,

dan Minum

- Tidak boleh menggunakan

peralatan modern, yang

ada dan diperbolehkan di

antaranya: dangdang

(seeng), kuali,

(kekenceng), kukusan

(aseupan), hihid, lumpang

(pangarih), kuluwung,

boboko, pinggan/mangkuk,

Selatan.

2. Pakaian

- Warna hitam dan putih,

tetapi lebih umum

memakai warna hitam

- Ikat kepala/lomar

berwarna corak biru

hitam

- Wanita pakai kebaya

biru renda atau hitam.

Sudah mulai memakai

batik khusus warna

sesuai dengan warna

lomar.

- Perhiasan wanita sudah

memakai gelang atau

kalung dan emas murni

- Sudah umum memiliki

lemari pakaian.

3. Peralatan Masak Makan,

dan Minum

- Penggunaan alat – alat

semi modern sudah

banyak digunakan, baik

untuk memasak maupun

alat – alat untuk makan

dan minum.

2. Pakaian

- Pakaian hanya

menggunakan dua

warna

- Wanita memakai

kebaya, laki – laki

memakai ikat kepala

Page 16: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

somong (gelas bambu) dan

botol besar tempat air

minum.

- Memasak menggunakan

tungku (hawu)

- Tidak boleh menggunakan

minyak tanah, hanya

minyak kelapa.

- Makanan dimasak secara

sederhana sekali tidak

memakai bumbu masak.

5. Alat Kesenian

- alat yang boleh

dipergunakan antara lain

angklung, kecapi,

karinding, kumbang,

tarawelet, calintu (kolecer).

- Tidak mengenal nyanyian

yang ada pembacaan

pantun – pantun.

6. Hukum Adat

- Dilarang menggunakan

sabun mandi, sikat gigi,

dan odol serta minyak

wangi (parfum).

- Dilarang menggunaka

alas kaki

- Dilarang berpergian

- Selain pakai tungku, juga

sudah banyak yang

menggunakan minyak

tanah.

- Penggunaan bumbu

masakan sudah biasa,

serta menu makanan

sudah bernilai gizi.

4. Alat Kesenian

- Selain angklung, kecapi,

karinding, kumbang,

tarawelet, calintu ada

juga gamelan tanpa

gendang , rendo (rebab),

talinting (bedug leutik)

dan suling.

- Tidak mengenal

nyanyian atau lagu syair

hanya pelantun

pantunan.

5. Hukum Adat

- Semua larangan adat

yang berlaku di Baduy

Dalam di Baduy Luar

diberikan kelonggaran

atau diperbolehkan

kecuali poligami,

Page 17: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

menggunakan kendaraan

- Dilarang memiliki alat –

alat elektronik seperti

radio, HP, foto, dan lain –

lain.

- Dilarang poligami dan

tindakan asusila

- Dilarang memiliki dan

menggunakan perhisan

emas buat wanita,

merokok bagi laki – laki

- Warga tidak

diperkenankan membuka

warung untuk berdagang.

7. Pola Hidup

- dengan segala

keterbatasan, ketat, dan

banyaknya larangan

hukum adat, maka pola

hidup sehari – hari warga

baduy dalam sangat

sederhana dan simple,

ikhlas dan menerima

hidup apa adanya,

ketaatan dan kepatuhan

kepada hukum adat tinggi

sekali, sikap tolerasi dan

budaya gotong royong

masih kuat, disiplin

terhadap waktu.

memiliki alat elektronik

modern terutama radio,

televisi, sampai saat ini

masih dilarang.

6. Pola hidup

- Mengingat kelonggaran

hukum adat maka pola

hidup baduy luar sudah

mengadopsi model atau

gaya hidup modern,

tetapi masih dalam batas

– batas normal

disesuaikan dengan

hukum adat yang

berlaku. Beberapa

individu dan kelompok

sudah memulai menjalin

kerjasama dalam

berdagang juga sudah

berorientasi pada bisnis

(pola hidup konsumtif).

- di setiap kampung sudah

tumbuh atau

Page 18: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

3.4 Baduy Kompol dan Cikakal Girang

Seperti yang kita ketahui bahwa pemukiman suku Baduy berada dan tersebar di dua

wilayah, yaitu di wilayah Baduy Dalam dan wilayah Baduy Luar. Akan tetapi mash ada

pemukiman Baduy yang lainnya yaitu pemukiman Baduy Kompol dan pemukiman

khusus Kampung Cikakal Girang, yang sebenarnya kedua perkampungan tersebut

merupaka perkampungan yang diakui dan termasuk pada pemukiman Suku Baduy yang

sangat legal.

A. Baduy Kompol

Kompol adalah sebutan nama dan wilayah yang didiami oleh sekelompok

Etnis Baduy yang berada di tanah Ulayat Baduy, tetapi secara resmi tetap diakui

sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kesukuan Baduy. Secara administratif

Kampung Kompol tersebut berada di wilayah Pemerintahan Desa Sangkanwangi

Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak dengan menempati ruang dan tempat di

RW 08 yang terbagi menjadi 5 RT, yaitu RT 01 di Kompol 1, RT 02 di Kompol 2, RT

03 Kampung Cikareo, RT 04 di Kampung Cepak Buah, dan RT 05 di kampung

Cicengal. Luas wilayah pemukiman khusus untuk warga Baduy tersebut + 25 hektar

dengan jumlah penduduk 423 jiwa, jumlah KK 174 (data akhir tahun 2008). Jarak dari

8. Hak Lainnya

- Huma Serang hanya ada

di baduy dalam

- puncak acara kawalu

hanya dilakukan di

wilayah baduy dalam

- tempat muja hanya ada di

baduy dalam.

bermunculan kios/

warung kecil yang

menyediakan kebutuhan

hidup manusia seperti

yang terjadi di luar

masyarakat Baduy.

7. Hak Lainnya

- Di baduy luar tidak

dikenal adanya Huma

Serang.

Page 19: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

kampung Kaduketug sebagai pusat pemerintahan Desa Kanekes ke Kompol + 5 Km

dan berada di posisi sebelah Utara tanah ulayat Baduy.

Pemukiman Baduy Kompol ini sekarang tidak hanya dihuni oleh warga Baduy

saja, tetapi telah bercampur dengan warga masyarakat luar Baduy yang berkeyakinan

berbeda dengan mereka, maka tidaklah heran dan wajar di pemukiman ini sedang

terjadi akulturas budaya.

Secara khusus warga Baduy yag diakui keberadaannya sebagai bagian dari

kesukuan Baduy adalah warga yang masih taat dan patuh melaksanakan segala

amanat wiwitan Baduy. Dalam hal ini, baik dalam pola kehidupan sehari – hari,

kegiatan, dan upacara adat serta keyakinan agama Sunda Wiwitan sesuai dengan

“Kesepakatan & Perjanjian” antara pemuka adat kepuunan Cikeusik dengan Nini

Hujung Galuh sebagai leluhur awal Baduy Kompol yang meminta izin hidup mandiri

dengan cara memisahkan diri dari wilayah Cikeusik keluar wilayah tanah adat,

dengan catatan segala tata cara dan pola kehidupan tetap mengabdi dan menginduk

pada adat istiadat dan budaya Baduy kepuunan Cikeusik. Keturunan Nini Hujung

Galuh ini kini bermukim di lingkungan RT 01 yang disebut Kompol satu dan di RT

02 yang disebut Kompol dua.

Menurut cerita babad tanah leluhur Baduy tentang Baduy Kompol memang

cukup panjang dan menarik karena merupakan cerita rakyat yang diakui

kebenarannya dan ada faktanya. Komunitas Baduy Kompol itu adalah keturunan asli

dari seorang anak tokoh adat kepuunan Cikeusik yang bernama Nyi Hujung Galuh

yang memiliki sifat dan perilaku yang berbeda dengan warga perempuan lainnya serta

memiliki kelebihan – kelebihan. Sepak terjangnya kadang memusingkan,

membingungkan, dan membuat gaduh situasi karena perilakunya sering bertentangan

dengan hukum adat. Maka demi keselamatan dan kenyamanan situasi dan kondisi di

kepuunan Cikeusik maka Nyi Hujung dipanggi dan ditanya oleh pemuka adat tentang

keinginan dan harapannya. Hasil dari pertemuan dan musyawarah tersebut terungkap

3 hal penting, yaitu Nyi Hujung merasa pikiran, keinginan dan perasaannya tidak

sejalan dan tidak sesuai dengan kebiasaan – kebiasaan yang ada (adanya pertentangan

Batin), Nyi Hujung dianggap memiliki kelebihan dan kemampuan untuk hidup

mandiri dengan keyakinannya. Demi kebaikan, dan menghormati keinginan dan

harapannya maka tokoh adat bersepakat dan memutuskan untuk mengizinkan dan

merestui Nyi Hujung Galuh untuk keluar dari wilayah hukum adat Cikeusik ke

wilayah di luar Baduy dengan beberapa syarat dan perjanjian.

Page 20: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

Beberapa kesepakatan dan perjanjian tersebut yang penting di antaranya

adalah sebagai berikut.

1. Nyi Hujung Galuh bersama pengikutnya direstui dan diizinkan keluar dari

komunitas adat Baduy dalam kepuunan Cikeusik ke luar Baduy dengan syarat:

- Tetap menjalanka syariat atau tatanan hukum adat seperti warga Baduy Luar

misalnya hidup sederhaa, bentuk rumah nyulah nyanda, melakukan kegiatan

dan upacara Adat, dan tetap taat patuh terhadap Agama Sunda Wiwitan.

- Tempat bermukim harus di wilayah ke-Dangka-an yang diakui komunitas adat

Baduy yaitu di Dangka Garukgak (Kompol Sekarang).

- Penertiban terhadap pelanggaran adat dan hukuman dilaksanakan/ diurus oleh

Jaro Tujuh.

- Kehidupan tidak bebas seperti masyarakat umum, harus tetap menghormati

nilai – nilai adat istiadat Baduy.

2. Khusus untuk pelaksanaan upacara adat kawalu, 2 kali pelaksanaan menginduk ke

Baduy Dalam Cikeusik sebagai leluhurnya, yaitu pada Bulan Kasa tanggal 17 dan

Bulan Karo tanggal 18, dan satu kali dilaksanaka sendiri, yaitu pada bulan Katiga

pada penanggalan Baduy.

3. Pada acara seba tahunan mereka pun diwajibkan untuk ikut serta, baik perorangan

maupun perwakilan.

4. Untuk kasus – kasus atau kebutuhan – kebutuhan tertentu misalnya tentang

pernikahan, proses pindah keluar – masuk ke kampung pemukiman Baduy Luar

diserahkan pada kemufakatan.

B. Cicakal Girang

Ciacakal Girang adalah salah satu pemukiman yang tercatat resmi secara

administrasi di Desa Kanekes sebagai tempat bermukimnya 11.000 jiwa Etnis Baduy

dengan menempati urutan RW 08/RT 1,2 dan 3 serta tercantum pula pada Peta Tanah

Ulayat Baduy yang dikukuhkan oleh PERDA No. 32 Tahun 2001. Perihal Cicakal

Girang ini di catatan perjalanan sejarah Kesukuan Baduy memiliki cerita dan

keunikan yang sangat berbeda dengan kampung – kampung lain yang berada di

wilayah Tanah Ulayat Baduy dan dinyatakan sebagai kampung khusus yang direstui

perbedaannya oleh tokoh adat Baduy.

Di Cicakal Girang ini sudah ada sekolah formal, yaitu Madarasah Ibtidaiyah

Masyarikul Huda (MI), ada bangunan Mesjid karena warganya beragama Islam,

Page 21: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

perumahan sudah berorientasi rumah permanen, cara berpakaian sudah tidak lagi

terikat seperti pakaian Baduy Dalam dan Baduy Luar. Pendek kata Cicakal Girang

adalah Pemukiman Baduy Modern yang resmi diakui dan dilindungi oleh Etnis

Baduy.

Pemukiman Baduy Kompol dengan pemukiman Cicakal Girang, sebenarnya

kedua – duanya itu adalah jawaban yang sengaja dipersiapkan oleh leluhur Etnis

Baduy untuk membuktikan sifat dan jiwa toleransi mereka dan berorientasi jauh ke

depan, serta membuktikan bahwa tugas kesukuan mereka adalah Memelihara

Keharmonisan dan Keseimbangan Alam Ngasuh Ratu Nyayak Menak.

Kisah dan fakta Baduy Kompol adalah sebagai pembuktian bahwa sejak

dahulu Baduy sudah berpikir secara demokrasi, di mana perbedaan pendapat dan

proses untuk saling menghargai pendapat sudah menjadi tradisi dalam kehidupan etnis

mereka. Tokoh adat tidak memaksakan kehendak pada warganya yang memiliki

pandangan berbeda, tetapi juga tidak membiarkan pendapat itu merusak tatanan

hukum adat maka jalan tengahnya adalah melalui musyawarah. Walaupun pada

akhirnya harus terjadi kepahitan pada satu pihak atau warga dan keturunannya, tetapi

hasil keputusan itu mereka terima dan legowo untuk dilaksanakan dan dipatuhi

bahkan mengikat kedua belah pihak untuk menjalankan, melaksanakan serta

mengamankan keputusan tersebut.

Lain halnya dengan Cicakal Girang, pemukiman ini dibentuk oleh leluhur

mereka untuk membuktikan bahwa etnis Baduy sejak dulu komitmen denga tugas

yang diembannya yaitu Memelihara Keharmonisan dan Keseimbangan Alam, Ngasuh

Ratu Nyayak Menak. Di dalam tugas tersebut terkandung makna bahwa Baduy siap

untuk saling menghormati dan bekerja sama dengan para penguasa demi

keharmonisan dan keseimbangan hubungan dengan Dunia Luar.

Komentar para tokoh adat yang ada sekarang tentang tujuan serta asal usul

dibentuknya Pemukiman Cicakal Girang dengan memperbolehkan adanya perbedaan

pola hidup dan keyakinan yang diadopsi dari budaya luar untuk diterapkan dalam

kehidupan sehari – hari mereka di atas sebuah kesepakatan dan perjanjian. Itu semua

telah teruji kebenarannya dengan tetap terbinanya kerukunan, tetap saling

menghargai, saling membantu, bahkan saling tolong – menolong, hidup saling

berdampingan jauh dari percekcokan, dan pertentangan walau hidup dengan

keyakinan yang berbeda. Toleransi, sikap persatuan dan kesatuan, kerja sama, hormat

– menghormati dan harga menghargai di Etnis Baduy ternyata bukan hanya dalam

Page 22: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

teori, tetapi sudah diimplementasikan sejak lama pada kehidupan sehari – hari

mereka.

Cicakal Girang menunjukkan pada kita bahwa etnis Baduy adalah satu etnis

yang memiliki perangkat nilai dan filosofi hidup, yang lengkap dan menjaga

keharmonisan. Kedamaian, ketaatan, kebersamaan, kerja sama, saling menghormati,

dan ketegasan, adalah enam pilar sikap hidup yang membawa etnis Baaduy tetap

diperhitungkan eksistensi sampai sekarang. Oleh karena itu, buanglah jauh – jauh dari

pikiran kita tentang Baduy yang kaku, Baduy yang susah diajak kerja sama, dan

pandangan Baduy tidak mau menerima perubahan.

3.5 Sistem Sosial dan Budaya Baduy

Aspek paling kuat dalam pengelolaan kehidupan yang berkelanjutan di Baduy adalah

terciptanya sistem sosial dan budaya yang diturunkan dari agama dan keyakinan mereka.

Pemimpin Baduy harus dapat menjaga aspek ini. Siapa saja yang melanggar aturan-aturan

dan nilai-nilai adat maka akan mendapatkan hukuman dari pemimpin. Adanya pikukuh

yang berarti nilai-nilai kepatuhan yang harus dipatuhi oleh semua masyarakat merupakan

landasan hidup Baduy.

A. Sistem Pemerintahan

Struktur pemerintahan adat yang mengikuti adat istiadat yang dipercayai oleh

masyarakat.

Page 23: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

Tugas dan Wewenang Pemimpin Adat Suku Baduy

a. PUUN

Dilihat dari struktur pemerintahan adat, maka kedudukan puun sudah jelas

yaitu sebagai pemimpin tertinggi adat di Baduy. Fungsi dan tugas utamanya adalah

pengambil keputusan dan menetapkan hukum adat yang berlaku atas dasar hasil

musyawarah lembaga adat dan sekaligus penjamin keberlangsungan pelaksanaan

hukum adat di masyarakat Baduy. Puun sedikitnya ada 7 hal yang penting, yaitu

sebagai berikut.

1. Puun dipandang sebagai kepala adat, pemimpin tertinggi adat, atau pemberi

restu hukum adat.

2. Puun adalah raja yang memberi mandat atau tugas tentang mengelola

pemerintahan pada wakilnya yang disebut jaro tangtu.

3. Puun adalah pimpinan yang mengurus segala urusan amanat secara batiniah

untuk mendoakan keselamatan alam, lingkungan dan kehidupan seluruh umat

manusia termasuk bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(Ngabaratapakeun ngabaratanghikeun dan ngasuh ratu nyayak menak).

4. Puun tidak langsung mengurus dan/ atau memimpin semua kegiatan

kemasyarakatan secara operasional.

Page 24: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

5. Puun adalah sebagai pemberi keputusan tertinggi terhadap hukum adat dalam

rangka menjalankan amanah wiwitan.

6. Puun dipandang juga sebagai pemimpin spiritual karena keputusan akhir

dipilih berdasarkan wangsit (petunjuk gaib).

7. Ruang lingkup dan gerak kehidupan puun lebih sederhana dan terbatas

dibanding dengan kehidupan anggota masyarakatnya, kehidupan puun lebih

mendekati pada kehidupan seorang begawan/ resi yang jauh dari nafsu

kematerian.

Puun di wilayah Baduy jumlahnya ada tiga orang, di mana masing – masing

puun itu memiliki tugas dan wewenang yang berlainan, tetapi merupakan satu

kesatuan kekuatan yang utuh dalam mengambil keputusan dan secara bersama –

sama memegang kekuasaan pemerintahan tradisional di wilayahnya masing –

masing. Konsep ini sering diistilahkan konsep pemerintahan Tri Tunggal. Berbeda

dengan konsep Trias Politikanya Montesquieu di mana konsep ini lebih

menitikberatkan pada konsep pembagian kekuasaan negara pada lembaga legislatif,

eksekutif, dan yudikatif yang pada praktiknya menumbuhkan persaingan politis

kurang sehat. Di Baduy sangat jauh dari timbulnya persaingan kekuasaan apalagi

perebutan kekuasaan. Mereka menyadari sepenuhnya bahwa pemimpin/ kekuasaan

hanyalah sebuah kepercayaan dan amanat dari leluhurnya bukan karena semata –

mata didorong oleh keinginan pribadi.

Tiga Kepuunan memiliki tugas dan wewenang yang berbeda. Wewenang

kepuunan Cikeusik lebih menyangkut pada aspek/ bidang keagamaan, penentuan

pelaksanaan upacara – upacara adat (misalnya acara seba, kawalu, ngalaksa), da

kewenangan dalam memutuskan hukuman bagi para pelanggar adat. Kewenangan

ini sering dipandang kepuunan Cikeusik sebagai Ketua Pengadilan Hukum Adat

Baduy. Wewenang kepuunan Cikartawana menyangkut urusan keamanan dan

ketertiban, urusan kesejahteraan, pembinaan warga atau sebagai badan pelaksana

langsung di lapangan untuk memonitor, merespons permasalahan yang timbul di

wilayah Baduy. Wewenang ini lebih dipandang sebagai saksi atau Penasihat.

Adapun wewenang kepuunan Cibeo menyangkut urusan pelayanan kepada warga

masyarakat Baduy serta pelayanan dunia luar (pemerintahan), urusan sosial

kemasyarakatan termasuk urusan pengadministrasian wilayah. Cibeo dipersiapkan

Page 25: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

untuk melayani masyarakat luar yang berkepentingan dengan informasi yang

berhubungan dengan masyarakat Baduy.

Pada acara rapat adat tangtu tilu jaro tujuh tentang keagamaan, yang di

dalamnya membahas hukum adat, pergantian pemimpin, persiapan untuk upacara

adat kawalu dan ngaseuk serang penentuan penanggalan adat Baduy, puun wajib

hadir untuk membuka dan menyaksikan jalannya musyawarah adat tersebut.

Tempat pelaksanaan musyawarah di balai adat Kampung Cibeo atau Cikeusik,

sedangkan Cikartawana hanya dipakai sebagai tempat musyawarah dalam

merencanakan dan menentukan waktu/ tanggal pelaksanaan rapat adat tersebut

sebab posisi Cikartawana dalam tatanan lembaga adat hanya bertindak sebagai

saksi atau penasihat. Rapat – rapat tangtu tilu jaro tujuh di Baduy Luar tidak

disaksikan oleh puun karena adanya larangan atau pembatasan ruang gerak puun ke

Baduy luar sehingga biasanya mengutus jaro tangtu atau tokoh adat lainnya, dan

hasil rapat tersebut dilaporkan pada Puun.

Tempat – tempat rapat adat di Baduy di antaranya di Baduy Dalam di Cibeo,

dan Cikeusik. Cikartawana hanya dipakai untuk membuat rancangan saja karena

kedudukan tangtu cikartawaa dianggap sebagai penengah atau penasihat.

Sedangkan tempat musyawarah/ rapat lembaga adat di wilayah Baduy Luar hanya

di tangkesan, tanggungan duabelas, pusat jaro tujuh (warega), dan di Desa (jaro

pamarentah).

Tahapan musyawarah tangtu tilu jaro tujuh di Baduy Dalam, musyarawah

diawali dengan:

1. Pembukaan oleh jaro tangtu Cikeusik.

2. Sambutan atau pengarahan oleh puun Cikeusik, dilanjutkan oleh puun

Cikartawana, dan terakhir oleh puun Cibeo.

3. Tanggapan dan masukan dari jaro tangtu dilanjut jaro tujuh.

4. Tanggapan dan saran dari tangkesan.

5. Tanggapan dan saran dari taggungan duabelas.

6. Masukan dan informasi dari jaro pamarentah.

7. Musyawarah untuk mengambil keputusan.

8. Hasil musyawarah dilaksanakan sesuai denngan tugas dan fungsi masing –

masing.

9. Tutup dan berdoa.

Page 26: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

b. Jaro Tangtu

Jaro tangtu adalah wakil puun yang memiliki mandat untuk melaksanakan

roda pemerintahan dan segala amanat hukum adat dengan kedudukan, tugas, dan

wewenangnya sebagai berikut.

1. Jaro tangtu kedudukannya adalah sebagai tangan kanan puun yang berkaitan

dengan pelaksanaan seluruh aspek kehidupan (seluruh kegiatan adat), baik

yang berhubungan dengan sosial kemasyarakatan, pelaksanaan dan penerapan

hukum adat (rule of law) beserta penerapan sanksi, penentuan dan pengaturan

waktu kegiatan upacara – upacara adat, sosalisasi seputar tatanan hukum adat

pada masyarakat (pendidikan sederhana), penataan keamanan dan ketertiban.

2. Jaro tangtu adalah mandataris puun.

3. Jaro tangtu merupakan pusat pemecahan masalah (problem solving) dan

berkewajiban untuk mengambil sikap demi terjaminnya pelaksanaan hukum

adat dan keselamatan masyarakat Baduy.

4. Jaro tangtu berhak mengambil keputusan untuk menugskan jajaran aparat

(tokoh adat) baik jajaran aparat di Baduy Dalam maupun jajaran aparat di

Baduy Luar, baik ke tangkesan, tanggungan duabelas, maupun jaro tujuh dan

jaro pamarentah kaitannya dengan tugas urusan keluar Baduy.

5. Jaro tangtu berkewajiban mengawasi secara umum tentang pelanggaran

pelaksanaan hukum adat di masyarakat Baduy dalam maupun di Baduy luar.

c. Girang Seurat

Dalam struktur lembaga hukum adat Baduy posisi girang seurat sejajar dengan

jaro tangtu, tetapi girang seurat memiliki tugas khusus yang spesifik yaitu sebagai

pendahulu dalam menentukan waktu pelaksanaan acara ngaseuk huma serang

(huma gotong royong seluruh masyarakat Baduy) dari awal pembukaan nyacar,

nuaran, ngaduruk, ngaseuk, ngored, ngubaran huma sampai pada proses panen

yang diamanatkan oleh Dewi Sri (dewi padi) bukan petugas adat yang bertanggung

jawab di bidang keamanan. Girang seurat tidak memiliki kewenangan dan hak

seperti jaro tangtu dalam pengambilan keputusan hukum adat, tetapi dalam setiap

acara musyawarah adat beliau selalu hadir menyaksikan termasuk memberikan

saran atau nasihat. Ruang lingkup kerjanya terbatas hanya mengurus huma serang

di sekitar Baduy Dalam. Menurut hukum adat girang seurat tidak diperkenankan

bepergian keluar tanah ulayat sama halnya dengan para puun yang sedang

Page 27: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

menjabat karena bukan tugasnya, tetapi bila sudah pensiun dari jabatannya atau

sudah mantan sesekali dapat mengikuti acara keluar Baduy biasanya pada saat

acara adat seba tahunan ke kabupaten dari provinsi.

d. Wakil Jaro Tangtu (Jaro Parawari)

Tugas utama jaro parawari adalah membantu jaro tangtu dalam

mempersiapkan alat dan akomodasi untuk pelaksanaan – pelaksanaan musyawarah

adat terutama sekali dalam mempersiapkan alat dan kebutuhan untuk upacara –

upacara adat misalnya upacara adat kawalu, ngalaksa, dan upacara keagamaan

lainnya. Tugas kemasyarakatannya tergantung dari tugas/ mandat yang diberikan

oleh jaro tangtu. Posisi jaro parawari adalah merupakan tangan kanan jaro tangtu

sekaligus merupakan pelengkap pelaksanaan persiapan berbagai acara – acara adat.

Dalam hal atau keadaan tertentu wakil jaro tangtu dapat mengambil keputusan

berupa sanksi langsung bersama dengan baresan dan hasilnya harus dilaporkan

pada jaro tangtu. Selain tugas khusus tadi wakil jaro tangtu juga membantu

mensosialisasikan hukum adat pada masyarakat termasuk memberikan jawaban

atau penjelasan pada para pengunjung tentang adat istiadat maupun hal lain tentang

Baduy dengan seizin jaro tangtu.

Dari ketiga wakil jaro tangtu yang ada di Baduy Dalam, wakil jaro tangtu

kepuunan Cibeo memiliki tugas dan beban yang lebih berat dibanding dengan

wakil jaro tangtu lainnya mengingat bahwa kepuunan Cibeo memiliki tugas dan

wewenang dalam hal mengurus segi pemerintahan dan pelayanan dengan

masyarakat luar Baduy.

e. Baresan

Tugas dan wewenang baresan setara dengan jaro parawari yaitu sama – sama

membantu jaro tangtu dalam acara – acara upacara adat. Perbedaannya adalah

parawi lebih mempersiapkan alat dan akomodasi, kedua baresan lebih pada

membantu proses pelaksanaan kegiatannya agar lancar. Membantu seputar

kebutuhan adat atau kepuunan termasuk doa bersama untuk kepentingan adat

kepentingan umum. Pada saat tertentu bersama – sama dengan jaro parawari atas

dasar perintah dan tugas dari jaro tangtu mengontrol dan mengawasi pelaksanaan

hukum adat di Baduy Dalam maupun di Baduy Luar. Jika dalam keadaan darurat

Page 28: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

atau mendesak mereka bisa langsung memberikan teguran, arahan bahkan sanksi

pada warga yang melanggar adat dan hasilnya harus dilaporkan ke jaro tangtu.

Di tatanan lembaga hukum adat Baduy dikenal dua nama baresan, yaitu ada

yang disebut baresan salapan dan ada yang disebut baresan tujuh. Selain sebagai

simbol adat, disebut baresan salapan karena jumlah anggotanya sembilan orang

disebut baresan tujuh karena anggotanya berjumlah tujuh orang. Baresan salapan

adanya di Baduy Dalam di Cibeo dan Cikeusik, sedangkan baresan tujuh adanya di

Baduy Dalam Cikartawana. Menurut jaro sami, jaro tangtu Cibeo, adanya istilah

tujuh dan salapan waktu itu didasarkan pada perbandingan sedikit banyaknya

jumlah penduduk di kampung tersebut, kebetulan pada saat itu di Cikartawana

jumlah penduduknya lebih sedikit bila dibandingkan dengan Cibeo dan Cikeusik.

Ada hal lain secara khusus yang membedakan tentang hal ikhwal kepuunan

Cikartawana.

f. Tangkesan

Tangkesan adalah salah satu pemangku adat Baduy yang berasal dari warga

Baduy luar berkedudukan di kampung Cicatang, tangkesan ini memiliki kharisma,

wibawa yang cukup tinggi bahkan disegani oleh seluruh warga Baduy, baik Baduy

Dalam maupun Baduy Luar termasuk dihormati oleh para pemimpin adat Baduy.

Kewibawaan itu timbul karena tugas dan wewenang tangkesan cukup besar,

termasuk salah satunya adalah memberikan saran dan nasihat pada puun – puun

dalam hal adat. Tangkesan adalah tokoh adat yang memiliki pengaruh kuat dalam

mengangkat, melantik, dan memberhentikan para petugas adat yang berada di

Baduy Luar, tetapi tidak untuk pemangku adat Baduy Dalam, tangkesan juga

memiliki kelebihan dan kemampuan berdoa dalam hal yang bersifat transendental

(supranatural) untuk keselamatan bumi alam, bangsa dan negara juga bagi warga/

masyarakat yang tertimpa masalah termasuk mendoakan tentang masalah yang

dihadapi puun. Ada hubungan timbal – balik bila ada kesusahan yang dialami

puun, puun akan meminta doa kepada tangkesan, dan sebaliknya bila tangkesan

mengalami kesulitan tangkesan akan meminta doa pada puun.

Tugas dan wewenang lain yang melekat dalam kegiatan sehari – hari

tangkesan adalah sebagai berikut.

1. Memberikan petunjuk, saran, nasihat ke tokoh – tokoh adat yang ada di Baduy

Dalam, tetapi tidak bisa memberhentikan tokoh – tokoh di dalam.

Page 29: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

2. Mengatur dan penentu waktu kegiatan upacara – upacara adat termasuk

upacara perkawinan dan sunatan di wilayah Baduy Luar.

3. Penasihat lembaga adat di Baduy Luar terutama pada seluruh aparat jaro tujuh,

jaro warega juga jaro pamarentah.

4. Pengatur, pembimbing dan mengawasi kinerja tugas jaro tujuh karena

tangkesan adalah pusatnya atau pemimpin jaro tujuh.

5. Bersama dengan jaro tanggungan duabelas memberikan bimbingan dan

sekaligus pengawasan kepada seluruh masyarakat Baduy untuk tetap

meneguhkan dan mematuhkan pelaksanaan amanat wiwitan.

6. Melayani dan/ atau menolong warga Baduy maupun masyarakat luar Baduy

melalui pendekatan doa dan jampe – jampe.

g. Jaro Tanggungan Duabelas

Dalam struktur lembaga adat kedudukan jaro tanggungan duabelas sejajar

dengan tangkesan dan sama – sama merupakan pimpinan dari jaro tujuh.

Tangkesan bertindak sebagai Bapaknya jaro tujuh,sedangkan tanggungan duabelas

lebih berfungsi sebagai saksi jaro tujuh. Tugas utamanya adalah mengurus bidang

keamanan dengan memberikan perlingdungan dan tindakan hukum kepada seluruh

masyarakat Baduy atas segala bentuk tindakan pelanggaran hukum adat baik di

wilayah Baduy maupun di luar batas wilayah Baduy yang dilakukan oleh warga

Baduy ataupun warga luar Baduy. Penulis mengistilahkannya sebagai Jaksa.

Tugas dan wewenang lain yang merupakan tanggung jawab jaro taggungan

ini adalah sebagai berikut.

1. Bersama dengan tangkesan memberikan nasihat dan saran pada puun berkaitan

dengan hukum adat.

2. Wajib hadir dalam acara musyawarah lembaga adat tangtu tilu jaro tujuh.

3. Memberikan penjelasan, bimbingan, arahan kepada seluruh masyarakat Baduy

tentang larangan, buyut pantangan ulah pamali dan sekaligus mengajak untuk

tetap menjaga sikap, dan perilaku yang menunjukkan taat dan patuh pada

seluruh pikukuh karuhun/ amanat wiwitan.

4. Mengontrol leuweung pangauban (hutan atau gunung penyimpangan) di luar

Baduy beserta kejadian dan permasalahannya bersama dengan jaro tujuh dan

jaro pamarentahan agar tidak dirusak manusia demi keselamatan alam sekitar.

Lokasi pangauban yang dititipkan karuhun-nya itu antara lain: Gunung

Page 30: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

Pulosari, Gunung Honje, Gunung Bangkok, Gunung Madur, Daerah Ujung

Kulon, Gunung Karang, Aseupan, Gunung Liman, tempat – tempat pertapaan

dan Pegunungan Kandeng. Hasil dari pengontrola itu biasanya dilaporkan dan

diajukan ke pihak pemerintahan pada saat acara seba untuk segera diambil

jalan keluarnya.

h. Jaro Tujuh

Jaro tujuh adalah petugas adat yang diangkat dari warga Baduy Luar dengan

tugas utamanya lebih dititikberatkan pada pelaksanaan kebijakan/ keputusan

hukum adat dan sekaligus mengawasi pelaksanaan hukum adat pada masyarakat

Baduy termasuk mengawasi pelanggaran – pelanggaran terhadap hukum adat, baik

yang dilakukan oleh masyarakat Baduy sendiri ataupun pelanggaran yang

dilakukan oleh orang luar Baduy. Disebut jaro tujuh karena jumlah personilnya

adalah 7 orang di maa masing – masing orang memiliki tanggung jawab untuk

mengurus, membina masyarakat Dangka – Dangka yag ada di wilayah Baduy. Jadi,

jaro yang berjumlah tujuh orang ini sering diistilahkan jaro dangka. Sedangkan

jaro warega adalah khusus sebutan untuk jaro tujuh yang bertugas dan bertaggung

jawab untuk mengurus dangka Kamancing yang sekarang dipindahkan ke

Kampung Cipondoh Baduy, dan Dangka ini dipandang sebagai pusatnya jaro tujuh

Dangka istilah yang digunakan oleh masyarakat.baduy tentang pembagian

wilayah atau batasan-batasan wilayah untuk mempermudah

pembinaan,pengontrolan, dan pengawasan kegiatan masyarakat baduy, baik yag

berada di wilayah baduy dan/ atau masyarakat baduy yang berada di luar wilayah

baduy dalam melaksanakan amanat wiwitan, termasuk aspek keselamatan

warganya. Ayah mursid memberikan batasan bahwa dangka dipandang sebagai

paku-paku alam penegakan hukum adat. Jumlah dangka yang ada dan diakui

keberadaannya adalah sembilan.semula empat dangka berada di luar wilayah

baduy dan lima dangka berada di dalam wilayah baduy. Oleh karena berbagai

hambatan, tantangan serta perubahan situasi dan kondisi sekarang tinggal dua

dangka yang masih bertahan diluar wilayah baduy.

Dari sembilan dangka ini masing-masing ada pemimpinnya atau jaro-nya.

Khusus untuk dangka sangiang asuh dan singa layang memiliki tugas khusus

sehingga tidak dimasukan/dicantumkan secara konkret dalam struktur lembaga

adat.

Page 31: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

Tugas dan wewenang jaro tujuh adalah sebagai berikut.

1. Mempertanggungjawabkan amanat perjalanan pelaksanaan hukum adat, aturan

wiwitan di masyarakat masing – masing dangka.

2. Mengurus pelaksanaan hukum adat di Baduy Luar dan Luar Baduy.

3. Memberika usulan – usulan seputar seputar pelaksanaan adat dan sosial

kemasyarakatan lainnya.

4. Mengawasi, mengontrol jaro pamarentahan bersama tangkesan, jaro

tanggungan duabelas yang diapantau oleh perangkat tokoh adat Baduy Dalam,

karena secara adat jaro pamarentahan harus tunduk, patuh dan taat terhadap

keputusan lembaga adat.

5. Memberikan kebijakan – kebijakan atau menyeleksi dengan tegas terhadap

bentuk program – program pemerintahan dan/ atau lembaga lain dari pihak

luar dengan tidak harus melihat masukan dari pihak lain (bersifat independen)

atau dengan kata lain menyeleksi dan menyimpulkan keputusan yang rasional

untuk kedua belah pihak.

6. Para jaro tujuh berkewajiban meminta bantuan, petunjuk kepada tangkesan

dan jaro tanggungan duabelas bila ada permasalahan sebelum mengambil

keputusan.

i. Jaro Pamarentah

Posisi jaro pamarentah sebelumnya ada pada kekuatan dan tugas jaro tujuh

yang berpusat di Cibeo di bawah pembinaan jaro tangtu cibeo sebagai tokoh adat

yang membidangi hubungan dengan pemerintahan Belanda pada saat itu. Demi

keselamatan dan kelangsungan hukum adat dari pengaruh dan dorongan Belanda

sebagai penjajah, maka sebagai langkah penyelamatan adat dibentuklah jaro

pamarentahan di Baduy luar yang ditempatkan di Cihulu (Dangka Cipatik) dan

orang pertama yang ditugaskan untuk menjabat adalah juragan Tarpi yang berasal

dari Cibeo. Maka sejak itulah di Baduy terbentuk lembaga adat jaro pamarentah

yang sekarang disertakan dengan tingkatan kepala Desa.

B. Pola Kehidupan Masyarakat Baduy

Hubungan antar aspek kehidupan di Baduy memiliki integrasi yang

sinergis dalam menciptakan kehidupan yang berkelanjutan. Visi yang tersirat

dalam ideologi kehidupan mereka dapat dipahami dan dijalankan oleh seluruh

Page 32: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

masyarakat di Baduy. Pandangan masyarakat Baduy relatif sama terhadap

hubungan antara kehidupan sosial budaya, ekonomi, serta pengelolaan

lingkungan. Mereka mampu membuat instrumen-instrumen yang menjamin

keberlanjutan kehidupan disana. Mereka tidak pernah mengenal istilah

pembangunan berkelanjutan yang dideklarasikan oleh Negara-negara anggota UN

di Rio de Janerio atau Education for Sustainable Development yang dibawa oleh

UNESCO. Meskipun demikian dengan belajar dari keyakinan dan tata nilai

mereka mampu membuat intrumen-instrumen untuk menciptakan sustainable

development di wilayah mereka.

Ada tiga aspek kehidupan yang diciptakan oleh masyarakat Baduy untuk

menciptakan keberlanjutan kehidupan mereka, yaitu sistem sosial dan budaya

yang sangat kuat, pengaturan sistem ekonomi berbasis pada pemenuhan

kebutuhan primer, dan pengaturan pengelolaan lingkungan hidup. Ketiga aspek

tersebut ditata oleh mereka untuk menjamin terciptanya kehidupan yang layak

bagi masyarakat Baduy.

C. Agama, Ideologi dan Budaya

Baduy adalah masyarakat yang meyakini Nabi Adam sebagai leluhur langsung

mereka da mengklaim mereka sebagai komunitas paling tua di dunia atau suatu

kelompok keturuan dari manusia pertama yang diturunkan Allah ke muka bumi

ini dengan sebutan Adam Tunggal, kemudian tanah ulayat yang sekarang mereka

tempati diyakini juga sebagai tanah awal diturunkannya Adam Tunggal ke muka

bumi ini sehingga wilayah tersebut mereka anggap sebagai intinya jagat dan cikal

adanya manusia di muka bumi ini. Seluruh keyakinan itu mereka namakan Agama

Slam Sunda Wiwitan.

Agama Slam Sunda Wiwitan adalah ajaran khusus yang diperuntukkan untuk

kesukuan mereka dan tidak untuk disebarkan kepada masyarakat luar. Ajaran ini

juga melekat pada kehidupan sehari – hari mereka dalam bentuk kegiatan –

kegiatan adat, ajaran ini lebih menekankan pada bagaimana manusia ini menjaga

dan memelihara dan lingkungan.

Keyakinan dalam kehidupan yang menghargai alam sebagai pelindung

kehidupan mereka, memunculkan banyak ritual-ritual serta aturan-aturan untuk

menjaga kelestarian alam. Mereka berpendapat kerusakan pada alam berarti

kerusakan pada manusia yang ada di dalamnya. Bencana alam hanya akan muncul

Page 33: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

ketika manusia mulai mengusik ketenangan alam. Ketakutan mereka pada

bencana-bencana alam yang muncul justru semakin mendekatkan mereka pada

alam dan menghindari dari kerusakan-kerusakan.

Dikatakan oleh pemimpin mereka bahwa alam bukanlan sumber daya yang

harus dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, tetapi alam

merupakan titipan dari Tuhan untuk dijaga manusia untuk generasi yang akan

datang. Dengan filosofi seperti itu mereka menjaga kelestarian lingkungan di Desa

Kanekes secara turun temurun.

Masyarakat Baduy memiliki kepercayaan, bahwa mereka tercipta di bumi

sebagai kelompok penjaga alam baik hutan dan air di lingkungannya. Mereka

beranggapan bahwa Desa Kanekes merupakan salah titik pusat alam di dunia,

sehingga jika titik pusat tersebut rusak karena ulah manusia maka Pulau Jawa

akan terjadi bencana dan kehancuran.

Kepercayaan dan anggapan tersebut mendorong masyarakat Baduy untuk

secara mati-matian menjaga kelestarian lingkungannya. Dari alam mereka mampu

memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, yaitu makan, tempat tinggal, dan pakaian.

Bagi mereka kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup di dunia adalah tiga hal

tersebut, sehingga selebihnya bukanlah kebutuhan tetapi keinginan atau nafsu

manusia. Tidak ada usaha masyarakat Baduy untuk memperkaya diri, tetapi hanya

memenuhi kebutuhan dasar mereka saja. Meskipun hidup dalam kondisi seperti

itu, masyarakat Baduy hidup sangat mandiri tidak pernah berharap atau meminta

bantuan dari luar.

Kemandirian untuk menolak bantuan terutama dari luar ini berhubungan

dengan dua hal, pertama mereka memiliki prinsip bahwa lebih baik menolong

daripada ditolong dan kedua mereka mencoba melakukan filter terhadap

modernisasi. Prinsip lebih baik menolong ini bukan sekedar slogan tetapi benar-

benar merupakan spirit yang diterapkan diseluruh aspek kehidupan. Sementara

penolakan atau penerimaan bantuan dari luar harus mendapatkan izin dari

pemimpin tertinggi mereka. Masyarakat Baduy sangat ketat sekali untuk

melakukan filterisasi budaya dari luar.

Pemerintah Indonesia pernah menawarkan bantuan untuk melakukan

perkerasan terhadap jalan di Baduy, tetapi mereka menolaknya dengan alasan

bahwa perkerasan jalan akan mengubah kondisi alam yang juga akan memberikan

dampak perubahaan kebiasaan hidup mereka. Proteksi nilai-nilai di Baduy

Page 34: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

terhadap pengaruh dari luar ini sejalan dengan kepercayaan dalam agama Sunda

Wiwitan yang mereka anut, yaitu adanya konsep “tanpa perubahan apapun”, atau

“perubahan sesedikit mungkin”.

D. PERKAWINAN MASYARAKAT BADUY (NGAHALIMPUKEUN)

Di setiap etnis manapun upacara pelaksanaan perkawinan pasti sesuai dengan

budaya, aturan, dan kepercayaan masing-masing kesukuannya. Etnis baduy

memandang dan menempatkan perkawinan adalah sesuatu yang sangat penting

dan wajib di laksanakan oleh seluruh warga karena merupakan salah satu hukum

alam yang harus terjadi dan di lakukan oleh setiap manusia yang normal. Mereka

biasa menyebutkannya sebagai suatu rukun hirup. Maknanya bila perkawinan ini

tidak di laksanakan oleh manusia maka manusia tersebut menyalahi kodratnya.

Sistem perkawinan di masyarakat baduy di kenal dua jenis, yaitu perkawinan

yang berlaku di masyarakat baduy dalam dan perkawinan di masyarakat baduy

luar. Kedua sistem perkawinan tersebut memiliki perbedaan dan persamaan.

Pernikahan di masyarakat baduy dalam adalah pernikahan yang di jodohkan oleh

kesepakatan antara keluarga kedua belah pihak dengan restu serta petunjuk tokoh

adat masing-masing kampung dengan melalui proses dan tahapan tertentu yaitu

tiga tahapan lamaran. Secara singkat dan jelas ayah mursid mengatakan bahwa:

“perkawinan yang berlakuy di adat baduy ada dua, pertama, perkawinan di baduy

dalam sistemnya di jodohkan, proses pelaksanaannya tiga tahapan lamaran, dari

lamaran kesatu sampai lamaran ketiga lamanya satu tahun. Di baduy dalam tidak

mengenal adanya masa pacaran seperti umumnya di luar baduy. Sedangkan di

baduy luar caranya ada dua, pertama dengan dijodohkan, dan yang kedua memilih

sendiri, tetapi harus di setujui oleh orang tuanya”.

a. PROSES PERKAWINAN DI BADUY DALAM

Seperti penjelasan di atas proses perkawinan di baduy dalam melalui

tiga tahapan lamaran, yaitu lamaran yang pertama pihak keluarga laki-laki

mendatangi pihak keluarga perempuan, untuk bermusyawarah membicarakan

rencana perjodohan, sampai di temukannya titik kesepakatan antara kedua

belah pihak tersebut. Kemudian pihak laki-laki mendatangi jaro tangtu untuk

bermusyawarah kembali mengenai hasil kesepakatan dengan pihak

perempuan. Kedatangan pihak laki-laki menemui jaro tangtu itu dengan

membawa perlengkapan nyirih sebagai syarat yang harus di laksanakan dalam

proses lamaran pertama ini.

Page 35: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

Setelah tahapan lamaran pertama selesai di lakukan, maka di lanjutkan

dengan proses lamaran kedua. Untuk lamaran kedua ini langkah atau

tahapannya tidak berbeda jauh dengan proses lamaran pertama, hanya saja

pada tahapan ini di lengkapi dengan acara tukar cincin yang di siapkan oleh

pihak laki-laki yang di sebut dengan tunangan atau dalam bahasa aslinya

disebut nyereuhan. Perlengkapan nyirih disiapkan kedua belah pihak secara

bersama-sama tidak seperti pada lamaran pertama yang hanya dilakukan pihak

laki-laki saja. Proses lamaran kedua ini merupakan acara yang tergolong cukup

besar karena di dalamnya melibatkan semua pihak dan perangkat adat serta

puun sebagai pimpinan mereka.

Ada ketentuan khusus bagi pihak laki-laki, dan merupakan keharusan

yang wajib di lakukan setelah selesai melaksanakan lamaran kedua, yaitu

selama tiga hari tiga malam pihak laki-laki harus membantu kerja di ladang

atau di kebun calon mertuanya. Adapun bentuk bantuan yang harus di kerjakan

sesuai dengan perintah calon mertuanya misalnya membersihkan rumput di

ladang atau kebun dan tidak boleh membantah. Kemudian dalm kurun waktu

tersebut pihak laki-laki harus mengumpulkan kayu bakar untuk khusus

memasak nasi pengantin yang akan di lakukan pada lamaran ketiga.

Tahapan proses lamaran yang ketiga ini cukup penting, karena di

dalamnya terdiri dari syarat yang di lakukan dalam proses yang di lakukan

dalam proses lamaran sebelumnya di tambah syarat pada lamaran ketiga.

Penekanannya adalah kedua belah pihak sama-sama mempersiapkan syarat-

syarat dalam proses ini. Di antaranya, kedua belah pihak sama-sama

mempersiapkan baju nikah. Pihak laki-laki mempersiapkan baju untuk pihak

perempuan, begitupun sebaliknya.dan pihak laki-laki harus memprsiapkan

perlengkapan & peralatan rumah tangga. Lamaran yang ketiga juga acaranya

di laksanakan di balai adat yang di pimpin oleh puun serta di hadiri kedua

belah pihak dan perangkat adat, yang di saksikan oleh seluruh masyarakat

baduy dalam. Acara tadi di namakan seserahan.

b. PROSES PERKAWINAN DI BADUY LUAR

Untuk tata cara perkawinan masyarakat baduy luar ada dua cara, yang

pertama caranya sama persis dengan cara perkawinan masyarakat baduy

dalam. Sedangkan untuk langkah yang kedua, yaitu dengan cara mencari jodoh

sendiri ada sedikit perbedaan.letak perbedaan tersebut adalah pihak laki-laki

Page 36: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

boleh mencari jodoh sendiri dengan bebas, baik yang satu kampung maupun

beda kampung tanpa di jodohkan. Ada sedikit perbedaan bahwa pada proses

perkawinan di baduy luar, calon mempelai laki-laki satu hari sebelum

perkawinan di wajibkan membaca dahulu syahadat kanjeng nabi muhammad

SAW di hadapan penghulu terdekat. Kalau di baduy dalam tidak di kenal

perceraian, di baduy luar di kenal adanya perceraian, tetapi bukan berarti

poligami di perbolehkan.

c. WAKTU PELAKSANAAN UPACARA PERKAWINAN

Sama halnya dengan masyarakat lain, perihal waktu pelaksanaan

perkawinan tentu memiliki budaya dan aturan masing-masing sesuai dengan

keyakinan dan kepercayaannya. Sesuai dengan aturan sistem penanggalan adat

baduy maka waktu pelaksanaan perkawinan di suku baduy harus mengikuti

penjadwalan yang sudah di tentukan dan bersifat baku. Upacara perkawinan

masyarakat baduy dalam di laksanakan pada bulan kelima, ke enam, dan bulan

ke tujuh.

d. DETAIL TAHAPAN RITUAL PELAKSANAAN PERKAWINAN

Secara umum dan menyeluruh acara proses pelaksanaan perkawinan suku

baduy sama dan seragam, baik tentang penetapan waktu, tata caranya dan

tahapan proses ritualnya, termasuk syarat-syarat yang harus di penuhi serta

hal-hal yang menjadi pantangan/larangan.

1. Waktu pernikahan

Waktu pernikahan ini di laksanakan pada bulan kelima, ke enam, ke

tujuh pada penanggalan adat baduy. Waktu ini berlaku untuk warga baduy

dalam dan baduy luar. Pada ketiga waktu bulan tersebut di yakini

merupakan bulan barokah bagi pelaksanaan perkawinan.

2. Proses pelaksanaan perkawinan

Proses pelaksanaan perkawinan di laksanakan selama 3 hari berturut-

turut. Aturan ini pun berlaku di baduy dalam dan baduy luar. Tradisi ini

sudah baku di laksanakan secara turun temurun sejak mereka lahir.

Penetapan jadwal di atur oleh tokoh adat khusus yang menangani masalah

perkawinan, yaitu tangkesan, para kaum dalem beserta rencang (wakil

atau utusa) di Baduy Luar dan para puun di Baduy Dalam dengan cara

dimusyawarahkan berdasarkan dari data calon pengantin yang masuk dan

diusulkan 2 atau 3 bulan sebelumnya.

Page 37: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

3. Isi acara/kegiatan

Pada tiga hari yang menjadi jadwal baku pelaksanaan perkawinan

berbeda-beda. Hari pertama merupakan hari persiapan untuk memulai

acara dengan terlebih dahulu di niatkan melalui acara ritual berdo’a oleh

pemuka adat termasuk mengumpulkana dan menyediakan berbagai

makanan dan minuman sebagai hidangan untuk para tamu undangan. Hari

kedua lebih di khususkan untuk menerima kunjungan para tetangga dan

kerabat, juga para tamu undangan, yang ingin mengucapkan selamat pada

pengantin dan keluarga yang mengadakan hajatan.

Pada hari kedua ini sore sampai malam lebih kurang jam21.00

dilaksanakan akad nikah yang dilakukan khusus oleh Penghulu yang

beragama Islam dari luar Baduy untuk memimpin akad dan membimbing

calon pengantin membacakan sahadat Nabi Muhammad sebagai salah satu

syarat perkawinan di Baduy Luar. Menurut hukum adat Baduy dalam,

calon pengantin tidak di wajibkan untuk membacakan dua kalimat

syahadat, cukup di sahkan oleh puun.

Hari ketiga adalah Puncak Ritual Acara Perkawinan Adat Baduy.

Disebut puncak acara karena pada hari ketiga inilah pasangan calon

pengantin dinyatakan syah kawin apabila sudah melalui acara yang

mereka sebut turun penganten atau acara panghurip sampai acara

dibubarkan oleh tokoh adat di rumah pegantin. Bila acara ini tidak di ikuti

dan dilaksanakan oleh pasangan perkawinan maka perkawinan bagi warga

Baduy tersebut di nyatakan tidak sempurna.

Ada beberapa hal atau catatan khusus yang harus kita pahami dan

menjadi batasan yang harus kita hormati oleh siapapun. Misalnya

pemotretan, pempublikasian, izin menghadiri, tata car yang dilarang

diliput karena acara ritual perkawinan ini berbeda dan berada wilayah

hukum adat/tanah ulayat yang kental dengan berbagai tradisi yang

mengikat.

Hal yang menarik adanya keharusan membuat congcot (tumpeng) yang

terbuat dari daun kawung ngora (aren muda) yang berisi tentang

lemareun,ikan asin dan beras. Congcot tersebut di sajikan khusus untuk

para sesepuh atau kokolotan yang hadir, mengatur dan memimpin

pelaksanaan pengesahan perkawinan secara adat, misalnya jaro

Page 38: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

warega,tangkesan, kaum daleum, jaro duabelas dan kokolotan kampung,

Congcot tersebut dibuat pada hari ketiga puncak acara ritual.

Puncak acara ritual penesahan perkawinan secara adat tersebut mereka

namakan turun penganten.Acara turun pengantin ini dilaksanakan secara

singkat berkisar antara 10-20menit. Acara tersebut sering disebut juga

acara mempersatukan kedua insan da bersumpah untuk sehidup semati

sejalan siring untuk membentuk dan menjalankan rumah tangga yang baik

dengan disaksikan dan sekaligus di doakan oleh tokoh adat tersebut diatas.

Page 39: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

KESIMPULAN

Kelompok adalah sekumpulan orang yang terdiri paling tidak sebanyak dua atau lebih

yang melakukan interaksi satu dengan yang lainnya dalam suatu aturan yang saling

mempengaruhi pada setiap anggotanya.

Dinamika kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih

yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang

lain. Dengan kata lain, antar anggota kelompok mempunyai hubungan psikologis yang

berlangsung dalam situasi yang diambil secara bersama – sama.

Baduy merupakan suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda di wilayah

Kabupaten Lebak, Banten. Populasi mereka sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan mereka

merupakan salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Selain itu mereka juga

memiliki keyakinan tabu untuk difoto, khususnya penduduk wilayah Baduy dalam.

Terdapat dua macam kelompok di baduy yaitu Baduy dalam dan baduy luar.Baduy

dalam dapat dikatakan representasi dari masyarakat Baduy masa lalu yang mendekati pada

pewaris asli budaya dan amanat leluhur kesukuan mereka. Penetapan secara khusus wilayah

perkampungan Baduy Dalam yang hanya berlokasi di tiga kampung, yaitu Cibeo,

Cikartawana, dan Cikeusik dengan batasan hukum yang tetap, tegas, serta mengikat ke semua

pihak dan semua aspek kehidupannya.

Sedangkan Baduy Luar adalah komunitas Baduy yang dipersiapkan sebagai penjaga,

penyangga, penyaring, pelindung sekaligus penyambung silaturahmi yang intensif dengan

pihak luar sebagai bentuk penghargaan, kerja sama, dan partisipasi aktif dalam kegiatan

kenegaraan untuk menunjukkan bahwa mereka adalah salah satu suku bangsa yang sama –

sama memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan warga negara Indonesia lainnya. Selain

Baduy dalam dan Baduy Luar terdapat pemukiman Baduy yang di akui dan termasuk Etnis

suku Baduy yaitu Baduy Kompol dan Cicakal Girang. Baduy yang sudah bercampur dengan

luar.

Aspek paling kuat dalam pengelolaan kehidupan yang berkelanjutan di Baduy adalah

terciptanya sistem sosial dan budaya yang diturunkan dari agama dan keyakinan mereka.

Page 40: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

Pemimpin Baduy harus dapat menjaga aspek ini. Siapa saja yang melanggar aturan-aturan

dan nilai-nilai adat maka akan mendapatkan hukuman dari pemimpin. Adanya pikukuh yang

berarti nilai-nilai kepatuhan yang harus dipatuhi oleh semua masyarakat merupakan landasan

hidup Baduy. Intrumen yang diciptakan oleh masyarakat Baduy dalam sistem sosial dan

budaya ini mencakup aspek administrasi pemerintahan, kependudukan, agama dan adat

istiadat, hak asasi manusia, dan pendidikan.

Page 41: Dinamika Masyarakat Suku Baduy Dalam dan Baduy Luar

DAFTAR PUSTAKA

Asep kurnia, Ahmad Sihabudin. 2010. Saatnya Baduy Bicara. Jakarta: PT Bumi Aksara

Abu huraerah, Purwanto. 2010. Dinamika Kelompok. Bandung: PT Refika Aditama

http://www.agepp.net/files/agepp_indonesia1_baduy_fullversion_ind.pdf

http://arissetiyad.blogspot.com/2013/02/dinamika-kelompok-sosial.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Kelompok_etnik