Upload
devi-risnawati
View
262
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Epidevii’s writing pg. 1
Critical Review (Classroom Discourse to Foster Religious Harmony)
YANG SATU YANG BERWUJUD BANYAK
By: Devi Risnawati
“Carilah ilmu sejak dari ayunan sampai ke liang lahat”
“Agama menciptakan lingkungan moral yang sangat aman dan nyaman.
Sikap anarkis yang menyebabkan kerusakan pada bangsa dan negara terhenti
ketika seluruh element menyadari kandungan dari agama yang mereka anut.
Karena pada dasarnya agama menciptakan rasa perdamaian baik dalam diri
maupun orang lain. Melalui pendidikan lah hal ini dapat diterapkan. Orang-orang
yang memegang nilai moral siap bangkit bagi bangsa.”
Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia; terutama dalam bidang
pemberantasan kebodohan, ketertinggalan dan berbagai potret duka dalam kehidupan
umat manusia dan alam raya ini.
Indonesia adalah sebuah negara yang sangat kaya akan keberadaan suku bangsa.
Secara horizontal dalam struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh kenyataan adanya
kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan-perbedaan agama, adat dan perbedaan
kedaerahan (Nasikun, 1993).Jika ingin mengetahui kualitas suatu bangsa , tengoklah
kualitas dan praktek sistem pendidikan di negara tersebut . Hampir bagi setiap negara
yang maju menyadari akan pentingnya pendidikan, sehingga terbentuklah sistem
pendidikan yang baik. Salah satu tujuan dari pendidikan dasar adalah untuk
memberikan siswa keterampilan dasar untuk mengembangkan kehidupan mereka
sebagai individu , anggota masyarakat dan warga negara . Keterampilan dasar ini
juga merupakan dasar untuk pendidikan lebih lanjut .
Epidevii’s writing pg. 2
Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan bisa lepas dari sebuah interaksi.
Interaksi tersebut kadangkala sering diwarnai dengan konflik yang dapat mengganggu
terwujudnya harmoni, penyebabnya adalah karena adanya persepsi, kepentingan
maupun tujuan yang berbeda antar individu maupun kelompok. Perbedaan antar
anggota sering kali terjadi dan bersifat deskruktif antara lain karena perbedaan agama.
Konflik antar agama biasanya dipicu oleh prasangka antar penganut satu agama dengan
yang lain, yang kemudian berkembang menjadi isu-isu yang membakar emosi.
Masalah sosial kerap timbul berulang kali seperti yang sering terjadi akhir-akhir
ini, seperti moral siswa Indonesia yaitu banyaknya tawuran antar sekolah yang tidak
jarang juga memakan korban, bentrokan antar pemuda, dan tidak kalah pula bentrokan
antar wilayah yang semakin hari semakin banyak. Hal ini disebabkan karena kurangnya
rasa toleransi antar umat ditambah rasa hormat yang semakin terkikis oleh arus
radikalisme.
Konflik sosial dan ketidakharmonisan antar agama adalah tantangan bagi para
pendidik. Pendidik harus mampu membendung arus ini dengan memberikan bekal
pengajaran yang terbaik untuk para siswanya demi terciptanya generasi yang bermoral
sebagai warga negara yang demokratis.
Dalam dunia pendidikanpun tentu kita diajarkan tentang apa itu keyakinan.
Mulai dari sekolah dasar, menengah ataupun perkuliahan. Agama sebagai pedoman
perilaku yang suci mengarahkan penganutnya untuk saling menghargai dan
menghormati. Peran pendidik sangatlah penting dalam menerapkan dasar-dasar
keyakinan agama agar tidak terjaadi hal-hal yang seperti diatas.
Untuk mewujudkan tujuan ini, kerukunan umat beragama harus dikembangkan
di sekolah sejak dini. Kerukunan umat beragama ini bertujuan untuk memotivasi dan
mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan
bangsa.
Ada 4 landasan hukum kerukunan umat beragama, yaitu:
1. Landasan Idiil, yaitu pancasila (sila pertama yakni ketuhanan yang maha Esa)
2. Landasan Konstitusional, yaitu Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) pasal
29 ayat 1.
Epidevii’s writing pg. 3
3. Landasan strategis, yaitu Ketetapan MPR No. IV tahun 1999 tantang garis-garis
besar haluan negara. Dalam GBHN dan program pembangunan Nasional
(PROPENAS) tahun 2000, dinyatakan bahwa sasaran pembangunan bidang
agama adalah terciptanya suasana kehidupan beragama dan kepercayaan kepada
Tuhan YME,penuh keimanan dan ketakwaaan, penuh kerukunan yang dinamis
antar umat, secara bersama-sama makin memperkuat landasan spiritual, moral
dan etika pembangunan bangsa, yang tercermin dalam suasana kehidupan yang
harmonis, serta kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Landasan Opersional
a. UU No. 1/PNPS/1965 tentang larangan dan pencegahan penodaan dan
penghinaan agama.
b. Keputusan bersama menteri dalam negeri dan menteri agama RI No.
01/Ber/Mdn/1969
c. SK menteri dalam negeri dan menteri agama
d. Surat dengan edaran menteri Agama RI No. MA/432.1981)
Hal paling mendesak bahwa pengajar harus mempromosikan program-program
kreatif dan inovatif untuk mendukung wacana sipil yang positif di kalangan siswa.
Hasil penelitian banyak membuktikan dan menunjukkan bahwa anak-anak usia
dini/ usia sekolah lebih memilih interaksi dengan rekan-rekan mereka di sekolah
dibanding dengan keluarga mereka sendiri. Mereka merasakan rasa yang berbeda jika
berinteraksi dengan rekan-rekannya, menganggap bahwa rekan- rekan mereka lebih
menghormati, lebih membantu, saling berbagi dan umumnya sopan terhadap satu sama
lain. Hal inilah yang harus diawasi baik oleh pengajar atau orang tuanya dalam masalah
pergaulan mereka. Salah pergaulan akan menimbulkan masalah sosial. Konsep
interaksi dengan rekan sebaya adalah komponen penting dalam teori pembangunan
sosial ( Rubin , 2009). Dan guru sebagai pengawas di lingkungan sekolahnya haruslah
memilikinilai-nilai tauladan yang baik.
Nilai pengajar pendidikan Jawa yang paling dikenal luas adalah adalah konsep
kepemimpinan yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara yang terdiri dari 3
Epidevii’s writing pg. 4
aspekkepemimpinan yaitu (1) ing ngarsa sung tuladha, (2) ing madya mangun karsa,
dan (3) tut wurihandayani. Konsep kepemimpinan pendidikan ini bahkan diadopsi
menjadi nilai pendidikan nasional di Indonesia.
Ing ngarsa sung tuladha menekankan peran pengajar sebagai tokoh yang harus bisa
diteladani, yang harus bisa membimbing dan memberi arah ke mana pendidikan di
sekolahhendak dibawa.
Ing madya mangun karsa artinya bahwa pengajar pendidikan harus bisa
membangkitkan semangat orang-orang yang beliau ajar. Harus dapat membangkitkan
gairah untuk mewujudkan kepentingan bersama. Pengajar pendidikan adalah juga
seorang motivator.
Pengajar pendidikan harus mampu juga bersikap tut wuri handayani, yaitu
mampumemberikan kesempatan bagi muridnya untuk berkembang. Pengajar
pendidikan dikatakan berhasil ketika dia mampu mengedepankan orang lain terlebih
dulu. Keberhasilan kepengajaran pendidikan terkait dengan keberhasilan dia membuat
orang-orang yang diajarnya berhasil. Secara hakiki pengajar pendidikan adalah
seseorang yang memegang kendali untuk membuat orang lain mendapatkan kendali.
Indonesia sebagai negara multikultural, siswa berasal dari latar belakang yang
berbeda seperti etnis, agama dan sosialnya yang memiliki pola pikir yang berbeda pula.
Akan banyak silang pikiran yang terjadi yang dibentuk oleh latar belakang mereka.
Harusnya program sekolah wajib memfasilitasi kegiatan para siswa dalam berinteraksi
dengan meghadirkan wacana sipil yang positif.Indikator wacana sipil sebenarnya telah
diterapkan di sekolah-sekolah Indonesia seperti mendengarkan dengan seksama,
membaca, menyumbangkan ide-ide atau pendapat, mengajukan pertanyaan (kritis),
menyatakan sepakat atau tidak sepakat dan tentunya mencapai kompromi sesuai dengan
cara yang baik. Seluruhnya telah diaplikasikan ke dalam sistem pendidikan, tinggal
mencarai cara bagaimana agar sistem ini berjalan sesuai dengan tujuan bangsa. Siswa
diwajibkan untuk melakukan seluruh hal itu dengan didampingi oleh pengajar ahli
tentunya.
Epidevii’s writing pg. 5
Pada jenjang sekolah pengajar atau guru berfungsi untuk mengawasi siswanya,
terlebih pada sekolah dasar guru dituntut untuk mengawasi siswanya hampir setiap hari.
Para siswa masih dalam tahap pengenalan pelajaran yang membutuhkan bimbingan
yang lebih intens. Guru harus tahu bagaimana merancang dan memfasilitasi interaksi
dengan teman sebaya, cara paling sederhana adalah dengan memberikan pembelajaran
kemanusiaan sebagai bagian dari pendidikan kewarganegraan. Pelajaran
kewarganegaraan penting untuk membangun rasa kebangsaan, toleransi, empati dan
sebagainya yang menjurus ke arah perbaikan.
Pendidikan formal atau sekolah adalah dunia yang mengajarkan tentang
kemampuan siswa untuk menjaga hubungan baik dengan rekan sangatlah penting, ini
dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan individu. Sebaliknya, ketidakmampuan dalam
menjaga hubungan akan merugikan dan memiliki impact yang buruk bagi kedepannya,
seperti timbulnya konflik sosial dalam suatu lingkungan masyarakat tertentu. Cotoh dari
ketidakmapuan menjaga hubungan baik adalah banyaknya tawuran siswa yang acap kali
ditemui baik di TV, surat kabar atau radio. Tawuran terjadi karena buruknya interaksi
antar sekolah ataupun siswa dengan pihak lawannya, yang harusnya mampu diatasi
dengan menjaga hubungan baik antar sesama. Contoh lain dari tidak terjalinnya
hubungan baik adalah konflik antar etnis dan antar agama.Kondisi keberagaman rakyat
Indonesia sejak pasca krisis tahun 1997 sangat memprihatinkan. Konflik yang
bernuansa agama terjadi di daerah seperti Ambon dan Poso. Konflik ini sangat
mungkin terjadi karena kondisi masyarakat Indonesia yang multi etnis, multi agama dan
multi budaya. Ditambah dengan watak orang Indonesia yang sebagian besar mudah
terprovokasi oleh pihak ketiga yang merusak watak bangsa Indonesia. Ditambah pula
dengan krisis ekonomi dan politik yang melanda bangsa Indonesia, sehingga sebagian
besar warga merasa tertekan dan tentu keadaan ini sangat mudah untuk melakukan hal-
hal yang amoral. Bentuk-bentuk radikalisme telah mengganggu kohesi sosial dan dapat
menghasilkan saling tidak percaya di antara kelompok-kelompok sosial dalam
masyarakat . Seperti pemboman gereja di Surakarta, menyebabkan dendam dan
serangan serupa terhadap masjid. Ini bisa meningkat menjadi ketidakharmonisan antar
agama, yang nanti akan terjadi saling serang.
Epidevii’s writing pg. 6
Contoh yang dipaparkan oleh Ariliaswati pada artikel “classroom discourse to
foster religious harmony” yang telah melakukan penelitian terhadap 43 siswa kelas IV
menyatakan bahwa sekolah harus berfungsi sebagai laboratorium sebagai langkah untuk
membentuk pribadi masyarakat yang berbudi memanglah benar. Sekolah adalah wadah
dalam membentuk akhlak siswa agar berbudi dan berakhlak mulia.
Siswa SD adalah anak- anak yang belum mampu memberikan alasan atas dasar
informasi yang ia berikan dan bukti argumen mereka kepada lawan bicaranya, tapi
mereka akan mengekspresikan kesepakatan atau ketidaksepakatan dengan cara yang
sopan terhadap lawan bicaranya. Belajar dari anak kecil (siswa sekolah dasar) adalah
belajar tentang rasa percaya dan keyakinan yang tinggi akan sesuatu. Mereka akan
sangat lantang dan yakin ketika ditanya tentang masa depan, seperti menjawab akan
menjadi apakah ia kelak. Pendidikan tidak hanya mengembangankan penalaran nalar
tapi pendidikan akan kemasyarakatan pun sangat penting. Penalaran ilmiah berguna
dalam mengembangkan manusia berintelektual, manusia yang berilmu. Sedangkan
belajar membaca kehidupan bermasyarakat adalah belajar menjaddi warga negara yang
beradab.
Pendidikan Indonesia masih gagal dalam mencetak adab para siswa. Banyak
para politisi dan birokrat berkuasa karena telah mendapat pendidikan tinggi namun
gagal dalam hal adab mereka. Mereka sukses di intelektual tapi gagal dalam
kemasyarakatan. Seperti insiden memalukan pada tahun 2010 , ketika anggota parlemen
saling bertukar kata-kata kasar dengan cara tidak sopan dalam sidang yang disiarkan
langsung di seluruh negeri . Alih-alih mendidik anak-anak sekolah , politisi ini telah
menetapkan contoh yang sangat miskin yang tercermin dari sikap tidak terpuji tersebut.
Contoh lain yang masih hangat diperbincangkan adalah masalah koruptor yang makin
tumbuh subur di tanah air tercinta ini. Mereka “mengaku” bekerja untuk rakyat, tapi
karena adab dan tidak memiliki moral maka rakyatlah yang bekerja untuk mereka para
koruptor.
Melihat realita para birokrat dan politisi yang gagal dalam memasyarakatkan
masyarakat, sekolah harus membenahi diri dan memberdayakan fungsi pendidikan
secara benar tanpa adanya tipuan nisbi. Sekolah juga harusnya memberikan metode
Epidevii’s writing pg. 7
pendidikan yang bermakna seperti interaksi dengan siswa yang beragama lain, etnis
yang berbeda dan dari kelompok-kelompok sosial yang berbeda. Dengan tujuan agar
mereka mampu menerima perbedaan dan memiliki sikap toleransi terhadap sesama.
Siswa akan bisa belajar bagaimana kehidupan orang lain yang nanti akan menimbulkan
rasa penerimaan atas perbedaan. Seperti membangun tempat peribadatan di area
kampus/sekolah, kegiatan ini adalah bentuk efektif dalam penerapan ilmu agama dalam
lingkungan multikultur. Yang mana tujuan dari penerapan pendidikan agama adalah
karena Agama menciptakan lingkungan moral yang sangat aman dan nyaman. Sikap
anarkis yang menyebabkan kerusakan pada bangsa dan negara terhenti ketika seluruh
element menyadari kandungan dari agama yang mereka anut. Karena pada dasarnya
agama menciptakan rasa perdamaian baik dalam diri maupun orang lain. Melalui
pendidikan lah hal ini dapat diterapkan. Orang-orang yang memegang nilai moral siap
bangkit bagi bangsa.
Di Indonesia dikenal pula yang namanya pendidikan liberal. Pendidikan liberal
harus mencakup pengetahuan tentang etnis, agama dan minoritas bahasa dan budaya.
Dengan demikian didefinisikan , pendidikan liberal bertujuan membebaskan siswa dari
sikap acuh terhadap orang lain . Pada dasarnya ini merupakan penempaan insan kamil ,
yaitu orang yang ideal yang memenuhi kriteria untuk mengasumsikan setiap pekerjaan
atau penunjukan sebagai warga negara yang demokratis .
Dari paparan diatas maka telah jelas bahwa konflik sosial terjadi karena
kurangnya pendidikan tentang toleransi multietnis, toleransi multiagama dan toleransi
multikultur. Konflik itu hadir serta merta karena kurangnya pendidikan sejak dini
kepada para siswa. Khususnya siswa sekolah dasar yang masih sangat membutuhkan
pegawasan yang intens oleh gurunya.
Sekolah sebagai pusat pembudayaan, harus dipimpin oleh kepala sekolah yang
kuat yang mengakomodasi nilai lokal sebagai dasar ke arah globalisasi. Pendidikan
adalah transformasi budaya, yang sebagai pedoman, arah, dan kesepakatan prosedural di
sekolah. Membudayakan dapat didefinisikan sebagai tempat pelestarian atau konservasi,
pengayaan, perluasan, kreativitas dan transfer dari satu orang ke orang lain atau dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini dapat terjadi di sekolah. Kepala sekolah
Epidevii’s writing pg. 8
membuat guru dan siswa berbudaya untuk memiliki kemampuan nyata dalam berbagai
bidang kehidupan. Mereka diharapkan untuk menghadapi hidup dari yang sederhana
sampai tantangan yang kompleks. Proses ini harus dikembangkan dan disesuaikan
dengan keadaan setempat masing-masing.
Model pendidikan yang harusnya diterapkan oleh sekolah-sekolah di Indonesia
yang multikultur harusnya mampu menganut dan merangkul seluruh aspek baik dari
agama, etnis, bahasa, dan budaya. Pendidikan etnopedagogi terkait erat dengan
pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural memuat perangkat kepercayaan
yang memandang penting kearifan lokal dan keberagaman yang dimiliki komunitas
etnis untuk membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, dan kelompok
sosial maupun negara. Ketika etnopedagogi memandang pengetahuan atau kearifan
lokal sebagai sumber inovasi dan keterampilan, dilanjutkan dengan pendidikan
multikultural yang memberdayakan inovasi dan keterampilan itu agar dapat
menyumbangkan masukan positif bagi kelompok sosial lain dan budaya nasional. Jenis
pendidikan seperti inilah yang harusnya diterapkan. Merangkul tanpa membedakan,
menyamakan tanpa menyatukan.
Kepemimpinan etnopedagogi mengadopsi beberapa nilai-nilai dari teori
pedagogi, kepemimpinan, dan budaya lokal. Intinya adalah memimpin sekolah dengan
kombinasi nilai-nilai global dan lokal. Indonesia tergolong dalam negara berkembang
yang memiliki nilai-nilai tertentu. Dipengaruhi oleh globalisasi, Indonesia harus
mengadopsi inovasi dari negara-negara maju dan beradaptasi ke dalam nilai-nilai lokal.
Peran pemimpin sekolah adalah untuk mengadopsi, mengadaptasi, dan
mentransformasikan inovasi dan nilai-nilainya ke nilai-nilai lokal sekolah dengan
harmonis. Nilai-nilai etnis lokal umumnya digunakan di setiap sekolah, serta nilai-nilai
global yang tidak bertentangan. Pertumbuhan dan perkembangan budaya sangat
tergantung pada pola pikir dan perilaku manusia itu sendiri dalam menerima rangsangan
dari luar atau dari dalam. Setiap perubahan nilai sosial di antara orang-orang yang
sekarang terjadi. Perlu upaya untuk menanamkan nilai-nilai budaya kepada masyarakat.
Salah satu upaya adalah bagaimana mengembangkan guru dan siswa melalui penilaian
nilai atau latar belakang sosialbudaya. Upaya ini diharapkan dapat menciptakan budaya
nasional yang kuat yang dapat memperkuat solidaritas dan menyatukan bangsa,
Epidevii’s writing pg. 9
sekaligus bisa menjadi kebanggaan nasional. Hal ini diyakini bahwa sekolah itu
terkandung nilai-nilai sosial-budaya masyarakat (local genius,local wisdom), dan
memiliki fungsi sosial sebagai penguat nilai-nilai dan norma yang berlaku di negara
kita.
Etnopedagogi adalah praktik pendidikan berbasis pengetahuan lokal dalam
berbagaiaspek kehidupan. Etnopedagogi memandang pengetahuan ataukearifan lokal
(indigenous knowledge, local wisdom) sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang
dapat diberdayakan untuk kesejahteraan masyarakat. Kearifan lokal adalah koleksi
fakta, konsep, keyakinan, dan persepsi masyarakat terhadap lingkungan mereka. Ini
termasuk cara mengamati dan mengukur lingkungan, memecahkan masalah, dan
validasi informasi. Singkatnya, kearifan lokal adalah proses bagaimana pengetahuan
dihasilkan, disimpan, diterapkan, dikelola, dan diwariskan. (Alwasilah, 2008)
Menurut A. Chaedar Alwasilah (2008) ada beberapa karakteristik dari kearifan
lokal: (1) berdasarkan pengalaman, (2) diuji setelah digunakan selama berabad-abad, (3)
dapat disesuaikan dengan budaya sekarang, (4) terpadu di setiap hari praktik dan
lembaga-lembaga masyarakat, (5) umumnya dilakukan oleh individu atau masyarakat
secara keseluruhan, (6) adalah dinamis dan selalu berubah, dan (7) sangat terkait dengan
sistem kepercayaan. Pemberdayaan melalui adaptasi pengetahuan lokal, termasuk
reinterpretasi nilai-nilai yang terkandung dalam sejumlah peribahasa, dengan kondisi
kontemporer adalah strategi cerdas untuk memecahkan masalah sosial karena dalam
banyak hal masalah-masalah sosial yang berasal dari isu-isu lokal juga. Pemimpin lebih
mudah untuk mengarahkan anak buahnya dengan norma-norma yang umum di
masyarakat dimana pertumbuhan sekolah. Kearifan lokal bisa menjadi kendaraan yang
Sinergi tujuan modernisasi dengan pelestarian keunggulan lokal.
Etnopedagogi didefinisikan sebagai model pembelajaran lintas-budaya. Guru
mampumengajar di setting budaya yang setempat yang mungkin berbeda. Siswa adalah
pembelajarlintas budaya. Siswa mana pun di dunia biasanya menunjukkan ada pola
pikir serupa. Hal inidapat diartikan bahwa untuk memberikan pemahaman baru harus
disesuaikan dengan nilai-nilai budaya yang berlaku di lingkungan setempat. Hal baru
dapat dengan mudah diterima jika mengandung nilai-nilai yang sejalan dengan nilai-
nilai lokal. Pendidikan juga menyediakan nilai-nilai universal yang harus ada di setiap
Epidevii’s writing pg. 10
nilai order di dunia. Sebaliknya, nilai-nilai lokal yang sangat baik juga bisa diangkat dan
disosialisasikan ke dalam dunia yang lebih luas. Pendidikan melalui pendekatan
etnopedagogi, melihat pengetahuan lokal sebagai sumber inovasi dan keterampilan yang
dapat diberdayakan. Sehingga diharapkan mampu meminimalisir konflik sosial yang
kerap terjadi karena perbedaan dengan model pendidikan etnopedagogi ini karena
Indonesia itu satu tapi berwujud banyak dari agama, etnis, kultur namun harus tetap
Bhineka Tunggal Ika.
Epidevii’s writing pg. 11
REFERENSI
Alwashilah, A. Chaedar. 2012. Pokoknya Rekayasa Literasi. Bandung: PT Kiblat
Buku Utama.
________. 2008. Tujuh Ayat Etnopedagogi. Artikel dalam Pikiran Rakyat Bandung, 23
Januari 2008
Aceng, Rahmat. 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Kencana Prenada Media Group.
Internet
http://books.google.co.id/books?id=6Cg47GP_SzkC&pg=PA169&dq=kerukunan+antar+umat+b
eragama&hl=id&sa=X&ei=axMKU7XqBcWrkgWbwID4Dw&redir_esc=y#v=onepage&q=kerukun
an%20antar%20umat%20beragama&f=false
http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/12/30/mymfwf-kurikulum-2013-
momentum-integrasi-ilmu-umumagama
http://nasional.sindonews.com/read/2014/01/03/15/823377/ruu-kerukunan-antar-umat-
beragama-masuk-tahap-pembahasan