35
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam keunikan yang berbeda dari setiap sisinya.Keunikan ini baik berupa non fisik maupun fisik yang terkandung didalamnya.Dalam keunikan non fisik berupa keaanekaragaman suku dan budaya yang di miliki oleh Indonesia dari Sabang sampai Merauke dari Pulau miangas sampai Pulau rote.Sedangkan keunikan fisik adalah keunikan bentuk Indonesia yang terdiri dari rentetan pulau-pulau yang berjejer seakan sambung menyambung dan membentuk negara kepulauan atau istilahnya adalah Nusantara (archipelago).Keunikan fisik tersebut bukan hanya itu berdasarkan dari pembentukannya saja Indonesia sudah unik beberapa pulau yang terbentuk hampir menyerupai hewan – hewan tertentu.Seperti Pulau sumatera menyerupai ikan dan Pulau papua menyerupai burung dan pulau – pulau kecil nusa tenggara dikatakan mirip dengan kalajengking. Keunikan yang lain dimiliki Indonesia adalah pertemuan dua pegunungan sirkum pasifik dan sirkum mediterania yang menyebabkan Indonesia berada pada lingkaran bola api ( ring of fire ).Keadaan ini menyebabkan banyak gunung api aktif yang menyebar di Indonesia.Namun kadang kala pergerakan lempeng ini menyebabkan daerah Indonesia rentan akan terjadinya bencana di sekitar

Bencana Laut

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bencana kelautan adalah bencana yang asal mulanya dari laut dan berimbas ke pesisir pantai yang menyebabkan kerugian bagi manusia

Citation preview

Page 1: Bencana Laut

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam keunikan yang

berbeda dari setiap sisinya.Keunikan ini baik berupa non fisik maupun fisik yang

terkandung didalamnya.Dalam keunikan non fisik berupa keaanekaragaman suku dan

budaya yang di miliki oleh Indonesia dari Sabang sampai Merauke dari Pulau

miangas sampai Pulau rote.Sedangkan keunikan fisik adalah keunikan bentuk

Indonesia yang terdiri dari rentetan pulau-pulau yang berjejer seakan sambung

menyambung dan membentuk negara kepulauan atau istilahnya adalah Nusantara

(archipelago).Keunikan fisik tersebut bukan hanya itu berdasarkan dari

pembentukannya saja Indonesia sudah unik beberapa pulau yang terbentuk hampir

menyerupai hewan – hewan tertentu.Seperti Pulau sumatera menyerupai ikan dan

Pulau papua menyerupai burung dan pulau – pulau kecil nusa tenggara dikatakan

mirip dengan kalajengking.

Keunikan yang lain dimiliki Indonesia adalah pertemuan dua pegunungan

sirkum pasifik dan sirkum mediterania yang menyebabkan Indonesia berada pada

lingkaran bola api ( ring of fire ).Keadaan ini menyebabkan banyak gunung api aktif

yang menyebar di Indonesia.Namun kadang kala pergerakan lempeng ini

menyebabkan daerah Indonesia rentan akan terjadinya bencana di sekitar daerah

Indonesia.Bencana siap datang kapan saja dan tidak dapat dipastikan kapan waktu

terjadinya untuk itu masyarakat di harapkan agar selalu siap siaga di setiap kegiatan

yang mereka laksanakan.

Klasifikasi bencana terbagi menjadi dua jenis yakni bencana yang disebabkan

oleh alam dan bencana yang disebabkan oleh non alam.Bencana non alam di

Indonesia bisa dikatakan jarang namun bukan berarti tidak pernah terjadi.Sedangkan

bencana alam bisa dikatakan sering terjadi di beberapa wilayah di Indonesia mulai

dari longsor, gempa bumi, gunung meletus, banjir atau bahkan tsunami.

Beberapa kejadian bencana yang disebutkan diatas beberapa diantaranya adalah

bencana akibat geomorfologis dan bencana kelautan .Namun pada makalah ini akan

membahas mengenai bencana kelautan.

Page 2: Bencana Laut

2

B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini rumusan masalah yang dimuat adalah :

1. Apakah bencana kelautan?

2. Apakah gelombang badai itu?

3. Apakah topan dan bagaimana terbentuknya?

4. Apakah tsunami dan bagaimana mitigasinya?

5. Bagaimana mitigasi bencana ?

C. Tujuan Penulisan

Dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang bencana

kelautan dan bagaimana mitigasinya.Semua pertanyaan diatas akan dibahas dalam bab

selanjutnya.

D. Manfaat Penulisan

Dalam penulisan makalah ini memiliki manfaat sebagai [emberi informasi serta

dapat berguna untuk menambah khasanah ilmu yang akan dimiliki baik si penulis

serta si pembaca.Bahkan dapat pula di manfaatkan sebagai media pembelajaran bagi

si pembaca..

Page 3: Bencana Laut

3

BAB II

PEMBAHASAN

Bencana laut adalah bencana alam yang berasal dari laut. lingkungan normal atau

perubahan drastis alam laut, sehingga di zona pesisir terjadi di laut atau serius

membahayakan masyarakat, ekonomi dan peristiwa-peristiwa kehidupan dan properti.

1) Gelombang badai

Gelombang badai adalah sebutan untuk fenomena gelombang laut yang terjadi karena

itupan angin badai, yang ukurannya di atas ukuran gelombang normal, yang melanda ke

daratan. Di Indonesia, secara umum masyarakat menyebut fenomena gelombang ini dengan

Gelombang Pasang. Gelombang badai dapat menyebabkan air laut masuk ke daratan dan

mencapat jarak 200 meter ke dalam daratan dari tepi pantai. Berbeda dengan tsunami yang

terjadi karena gempa, longsoran bawah laut atau letusan gunungapi bawah laut, fenomena

gelombang badai ini terjadi menyusul terjadinya badai atau tiupan angn yang sangat kencang

di lautan (fenomena meteorologi), tinggi gelombangnya dapat mencapai belasan meter di

daerah dekat sumber angin, dan gelombang terus berlangsung selama angin bertiup dan reda

bersama dengan redanya tiupan angin. Berkaitan dengan mekanisme pencetusannya,

fenomena gelombang badai ini hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu yang berkaitan

dengan musim angin tertentu, dan hanya akan melanda lokasi-lokasi tertentu pula.

Peristiwa gelombang badai yang terbaru terjadi di Indonesia terjadi pada pertengahan

bulan Mei 2007 yang melanda kawasan pesisir Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan pulau-pulau

Nusa Tenggara Barat dan Timur (BBC Indonesia, 2007; Antara, 2007), yang menghadap ke

Samudera Hindia; dan gelombang badai yang melanda kawasan pesisir utara Pulau Jawa di

daerah Inderamayu – Cirebon.

Gambar 1 : setting lingkungan pesisir

Page 4: Bencana Laut

4

Sumber : http://wayuancol.files.wordpress.com/

Pada Gambar terlihat bahwa terdapat dua setting lingkungan pesisir yang berbeda yang

dilanda oleh gelombang badai. Pertama, kawasan pesisir yang menghadap ke Samudera

Hindia mulai dari Sumatera sampai Nusa Tenggara Timur, dan ke-dua, kawasan pesisir yang

berada di “lingkungan dalam” (Laut Jawa) perairan Kepulauan Indonesia yaitu wilayah

pesisir Inderamayu – Cirebon, yang menghadap ke arah timur. Hal itu menunjukkan bahwa

kedua peristiwa gelombang bagai itu terjadi secara terpisah dengan dua pencetus yang

berbeda.

Pertama, gelombang badai yang melanda kawasan pesisir pulau-pulau yang menghadap

ke Samudera Hindia adalah gelombang bagai yang merupakan bagian dari fenomena yang

dikenal dengan “Southern Swell” yang muncul karena badai di Afrika Selatan pada posisi

40oS (AVISO, 2007 dan ESA, 2007). Kedua, gelombang badai yang melanda pesisir

Inderamayu – Cirebon yang menghadap ke arah timur itu adalah gelombang badai yang

timbul karena tiupan angin dari arah timur yang bertepatan dengan Musim Timur.

Gambar 2 : animasi perambatan gelombang

Sumber : http://wayuancol.files.wordpress.com/

Pada Gambar diatas Hasil animasi perambatan gelombang “Southern Swell” yang

memperlihatkan perambatan gelombang dari Afrika Selatan ke seluruh bagian Samudera

Hindia dan menjangkau Kepulauan Indonesia (AVISO, 2007 dengan modifikasi). Gambar

menunjukkan kondisi pada tanggal 17 Mei 2007.Dari dua peristiwa fenomena gelombang

badai tersebut dapat disimpulkan bahwa:

Page 5: Bencana Laut

5

1) Kawasan pesisir dari Pulau Sumatera, Jawa, Bali dan pulau-pulau Nusa Tenggara

yang menghadap ke Samudera Hindia merupakan kawasan pesisir yang berpotensi

untuk terkena gelombang badai yang datang dari Samudera Hindia. Hal ini berkaitan

dengan kemungkinan terjadinya angin siklon di Samudera Hindia. Memperhatikan

kejadian terbaru dari gelombang badai yang terjadi, maka gelombang badai di masa

datang mungkin terjadi dalam bulan Mei.

2) Segmen pantai kawasan pesisir utara Pulau Jawa yang menghadap ke arah timur

adalah kawasan pesisir yang sangat berpotensi untuk terkena gelombang badai yang

terjadi pada saat Musim Timur berlangsung di bulan Mei.

Fenomena gelombang badai muncul berkaitan dengan fenomena meteorologi berupa

tiupan angin yang kemungkinan waktu terjadinya relatif teratur sepanjang tahun sesuai

dengan perubahan musim. Dengan demikian, prediksi atau peringatan dini akan terjadinya

gelombang badai lebih mudah dilakukan dari pada prediksi atau peringatan dini tsunami.

Mengenai sifat merusak dari gelombang badai ini, kemampuan merusak dari

gelombang badai memang kecil bila dibandingkan dengan tsunami seperti yang melanda

Propinsi Nagroe Aceh Darussalam pada 26 Desember 2004. Meskipun demikian, untuk

kondisi tertentu di suatu tempat tertentu, gelombang badi bisa cukup kuat, seperti yang terjadi

pada 11 Juni 2007 di Pantai Nobbys, Newcastle, Australia. Gelombang badai yang terjadi di

kawasan pesisir itu mampu mengkandaskan kapal yang memuat batubara seberat 30.000 ton

ke pantai

2) Tornado

Kata tornado merupakan perubahan dari kata dalam Bahasa Spanyol tronada, yang

berarti badai petir,kata tornado juga diambil dari Bahasa Latin tonare, yang berarti gemuruh.

Kata ini sangat mungkin merupakan kombinasi dari bahasa Spanyol tronada dan tornar

("berputar").Tornado juga secara umum dikenal sebagai twisters.

Tornado adalah di antara badai paling kejam di Bumi, dengan potensi untuk

menyebabkan kerusakan yang sangat serius. Perubahan lapisan udara merupakan pemicu

lahirnya tornado. Dalam hal ini jika lapisan udara dingin berada diatas lapisan udara panas,

udara panas naik dengan kecepatan 300-an km/jam, udara yang menyusup dari sisi inilah

yang mengakibatkan angin berputar sehingga membentuk tornado, dan bila sudah sempurna

Page 6: Bencana Laut

6

maka sebuah tornado bisa memiliki kecepatan hingga 400 km/jam serta lebar cerobong antara

15 - 365 meter.Berikut ini gambaran proses terjadinya badai tornado:

Gambar 3 : angin tornado

Sumber : http://1.bp.blogspot.com/

Udara panas yang terus menerus menghantam bumi akan menyebabkan suhu tanah

meningkat. Dan ketika suhu panas meningkat, udara panas dan lembab yang ada di udara

akan mulai naik dan semakin naik.

Gambar 4 : fase awal tornado

Sumber : http://3.bp.blogspot.com/

Ketika udara panas, udara lembab dan dingin memenuhi udara kering, dan terangkat ke

atas, kemudian akan masuk ke lapisan udara atas. Pada fase ini sebuah awan petir mulai

tercipta.

Page 7: Bencana Laut

7

Gambar 5 : fase tornado

Sumber : http://3.bp.blogspot.com/

Pergerakan udara keatas yang terjadi sangat cepat dan adanya angin dari sisi samping

menyebabkan arah yang berbeda dan membentuk sebuah pusaran.

Gambar 6 : fase tornado

Sumber : http://3.bp.blogspot.com/

Sebuah kerucut hasil putaran udara yang berpilin tersebut mulai terbentuk dan terlihat

dari awan ke permukaan tanah. Seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Page 8: Bencana Laut

8

Gambar 7 : fase akhir tornado

Sumber : http://3.bp.blogspot.com/

Tornado adalah kolom udara yang berputar kencang yang membentuk hubungan antara

awan cumulonimbus atau dalam kejadian langka dari dasar awan cumulus dengan permukaan

tanah.  Tornado muncul dalam banyak ukuran namun umumnya berbentuk corong kondensasi

yang terlihat jelas yang ujungnya yang menyentuh bumi menyempit dan sering dikelilingi

oleh awan yang membawa puing-puing.

Umumnya tornado memiliki kecepatan angin 177 km/jam atau lebih dengan rata-rata

jangkauan 75 m dan menempuh beberapa kilometer sebelum menghilang. Beberapa tornado

yang mencapai kecepatan angin lebih dari 300-480 km/jam memiliki lebar lebih dari satu mil

(1.6 km) dan dapat bertahan di permukaan dengan lebih dari 100 km.

Meskipun tornado telah diamati di tiap benua kecuali Antartika, tornado lebih sering

terjadi di Amerika Serikat. Tornado juga umumnya terjadi di Kanada bagian selatan, selatan-

tengah dan timur Asia, timur-tengah Amerika Latin, Afrika Selatan, barat laut dan tengah

Eropa, Italia, barat dan selatan Australia, dan Selandia Baru.

Beberapa mitigasi Untuk melindungi diri sendiri maupun orang lain dari bencana topan,

kita perlu mengetahui apa saja yang harus kita lakukan untuk menanggulanginya. Sebelum

terjadi :

a. Tetapkan suatu daerah di rumah sebagai tempat berlindung.

b. Buat rencana komunikasi darurat jika terjadi perpisahan.

c. Ketahui perbedaan antara kemungkinan adanya tornado (dikeluarkan ketika tornado

yang mungkin akan terjadi di daerah Anda) dan peringatan adanya tornado (tornado

telah terlihat oleh radar).

d. Ambil tempat berlindung di sebuah bangunan dengan pondasi yang kuat.

Page 9: Bencana Laut

9

e. Jika toilet tidak tersedia, berbaring di selokan atau dataran rendah.

f. Pelajari tanda-tanda bahaya: sebelum tornado menghantam, angin dapat mereda dan

udara dapat menjadi diam, dan umumnya terjadi di dekat tepi badai, Anda seringkali

dapat melihat jelas langit setelah tornado.

Saat terjadi tornado dan korban berada di dalam rumah :

a. Pergilah ke ruang bawah tanah atau bagian terendah dari bangunan.

b. Jika tidak ada ruang bawah tanah, pergi ke sebuah lorong dalam atau ruangan tanpa

jendela.

c. Pergi ke tengah ruangan, menjauhlah dari sudut karena mereka menarik puing-puing.

d. Berlidunglah di bawah perabot yang kokoh dan berpeganglah pada benda tersebut.

e. Gunakan lengan untuk melindungi kepala dan leher.

f. Jika berada dalam mobil , segera keluar dan cari tempat perlindungan.

Saat di sekolah atau kantor hal yang dilakukan adalah :

a. Pergi ke lantai terendah dalam gedung, hindari atap yang lebar seperti auditorium,

atau kafetaria.

b. Cari perabot yang kuat dan berlindunglah di bawahnya.

c. Gunakan lengan untuk melindungi kepala dan leher.

Saat di luar ruangan bila terjadi tornado hal yang dilakukan adalah :

a. Cobalah untuk masuk ke dalam, jika tidak memungkinkan , berbaringlah di selokan

atau dataran rendah atau berjongkok dekat sebuah bangunan yang kuat, dan sadari

potensi banjir.

b. Gunakan lengan untuk melindungi kepala dan leher.

Saat terjadi tornado bila berada di dalam mobil hal yang harus dilakukan adalah:

a. Jangan pernah mencoba mengendarai dan melawan tornado dengan kendaraan.

b. Keluar dari mobil dengan segera dan cobalah untuk menemukan tempat berlindung di

sebuah gedung atau bangunan yang kuat.

c. Berbaringlah di selokan atau dataran rendah yang jauh dari kendaraan. 

Setelah terjadi tornado hal yang harus dilakukan adalah :

Page 10: Bencana Laut

10

a. Bantulah orang lain yang terjebak atau terluka , dan jangan mencoba untuk

memindahkan orang-orang yang terluka kecuali mereka berada dalam bahaya dengan 

cedera.

b. Nyalakan radio atau televisi untuk mendapatkan informasi terbaru.

c. Tetap keluar dari bangunan yang rusak dan kembali ke rumah hanya ketika petugas

mengatakan aman.

d. Gunakan telepon hanya untuk panggilan darurat.

e. Bersihkan obat-obatan yang tumpah, pemutih, bensin, atau cairan yang mudah

terbakar lainnya dengan segera.

f. Tinggalkan bangunan jika Anda mencium bau gas atau asap kimia.

g. Ambil foto kerusakan untuk mengklaim asuransi.

h. Ingat untuk membantu tetangga yang mungkin membutuhkan bantuan.

3) El nina dan La nina

El-Nino, menurut sejarahnya adalah sebuah fenomena yang teramati oleh para

penduduk atau nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai sekitar Samudera Pasifik

bagian timur menjelang hari natal (Desember). Fenomena yang teramati adalah

meningkatnya suhu permukaan laut yang biasanya dingin. Fenomena ini mengakibatkan

perairan yang tadinya subur dan kaya akan ikan (akibat adanya upwelling atau arus naik

permukaan yang membawa banyak nutrien dari dasar) menjadi sebaliknya. Pemberian nama

El-Nino pada fenomena ini disebabkan oleh karena kejadian ini seringkali terjadi pada bulan

Desember. El-Nino (bahasa Spanyol) sendiri dapat diartikan sebagai “anak lelaki”. Di

kemudian hari para ahli juga menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu

permukaan laut, terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut

akibat menguatnya upwelling. Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama La-Nina

(juga bahasa Spanyol) yang berarti “anak perempuan” (oseanografi.blogspot.com., 2005).

Fenomena ini memiliki periode 2-7 tahun.Jadi berdasarkan hal diatas dapat kita

memberi pengertian bahwa yang dimaksud dengan El-Nino adalah fenomena dimana terjadi

peningkatan suhu permukaan laut yang biasanya dingin yang menyebabkan upwelling dan

biasaya kita indikasikasikan dengan kekeringan pada daerah tersebut dan La-Nina adalah

fenomena dimanaterjadi pendingginan suhu permukaan laut akibat menguatnya upwellig dan

biasanya kita indikasikan dengan banjir pada daerah tersebut.

Proses kejadian El Nino dan La Nina

Page 11: Bencana Laut

11

Gambar 8 : proses el nino

Sumber : http://3.bp.blogspot.com/

Ketika Peru mengalami musim panas, arus laut dingin Humbolt tergantikan oleh arus

laut panas. Kuatnya penyinaran oleh sinar matahari pada perairan di Pasifik Tengah dan

Timur menyebabkan meningkatnya suhu dan kelembapan udara pada atmosfer sehingga

tekanan udara di Pasifik Tengah dan Timur menjadi rendah. Hal ini diikuti oleh kemunculan

awan-awan konvektif, atau awan yang terbentuk oleh penyinaran matahari yang kuat.

Di sisi lain, di bagian Pasifik Barat awan sulit terbentuk. Daerah Pasifik Barat

contohnya adalah Indonesia, yang pada dasarnya cuacanya dipengaruhi oleh angin muson,

angin pasat, dan angin lokal walaupun sebenarnya pengaruh angin muson yang lebih kuat

berasal dari daratan Asia. Oleh karena sifat udara adalah bergerak dari tekanan udara tinggi

ke tekanan udara rendah, udara dari Pasifik Barat akan bergerak ke Pasifik Tengah dan

Timur. Hal ini menyebabkan awan konvektif di atas Indonesia bergeser ke Pasifik tengah dan

Timur.

Pada La Nina, atau kebalikan dari El Nino, fenomena tersebut terjadi saat permukaan

laut di Pasifik Tengah dan Timur suhunya lebih rendah dari biasanya pada waktu-waktu

tertentu. Kemudian, tekanan udara di kawasan Pasifik Barat jadi menurun yang

memungkinkan terbentuknya awan. Sebagai akibatnya, tekanan udara di Pasifik Tengah dan

Timur menjadi tinggi sehingga proses pembentukan awan terhambat.

Page 12: Bencana Laut

12

Gambar 9 : proses la nina

Sumber : http://3.bp.blogspot.com/

Sementara itu, di bagian Pasifik Barat, misalnya di Indonesia, tekanan udara menjadi

rendah sehingga mudah terbentuk awan cumulus nimbus. Awan ini menimbulkan turunnya

hujan lebat yang disertai petir. Seperti yang disebutkan sebelumnya, sifat udara yang

bergerak dari tekanan udara tinggi ke tekanan udara rendah menyebabkan udara dari Pasifik

Tengah dan Timur bergerak ke Pasifik Barat. Hal ini menyebabkan awan konvektif di atas

Pasifik Tengah dan Timur bergeser ke Pasifik Barat.

Dampak El-Nino

Fenomena El-Nino mengakibatkan perairan yang tadinya subur menjadi sebaliknya. Ini

diakibatkan karena upwelling yang membawa banyak nutrien dari dasar laut dan biasanya

upwelling menjadi tempat berkumpulnya ikan dan plankton menjadi melemah. Air hangat

dengan kandungan nutrisi yang rendah menyebar di sepanjang pantai sehingga panen para

nelayan berkurang.Salah satu contoh kasus adalah pada fase El-Nino air dari Laut Maluku

banyak terhisap ke dalam Samudra Pasifik untuk menggantikan air yang terhisap kearah

timur. Untuk mengganti kekosongan di Laut Maluku, maka terjadi peristiwa upwelling. Hal

ini bisa menyebabkan melimpahnya plankton atau sering disebut dengan red tide.

Hal ini jelas tidak menguntungkan bagi kehidupan di laut, karena red tide bisa

menghasilkan racun yang bisa mengganggu kehidupan bawah laut terutama pada ikan.lain

yang disebabkan oleh El-Nino adalah matinya karang-karang atau sering disebut dengan

coral bleaching. Menurut saya hal ini disebabkan karena El-Nino bisa menghangatkan suhu

laut. Karena suhu laut naik maka alga yang hidup pada coral mengalami kematian sehingga

jaringan terumbu menjadi menjadi pudar sehingga warna putih kalsium karbonat yang seperti

tulang kelihatan.

Page 13: Bencana Laut

13

Coral bleaching yang terjadi di Indonesia telah terjadi selama periode El-Nino pada

tahun 1998, yang terlihat mulai dari kepulauan Riau sampai Kepulauan Seribu, kepulauan

Karimun Jawa, Pulau Bali, Pulau Lombok dan Selat Sunda. Gejala coral bleaching ini

pertama kali dilaporkan di Pulau Bali dan Pulau Lombok pada awal Maret 1998 dan di

Kepulauan Seribu pada awal Mei 1998. Pada Akhir Agustus kematian terumbu karang ini

semakin meluas bahkan mencapai 90-95%. Dari semua spesies terumbu karang yang mati

spesies yang paling banyak mengalami kematian adalah Acrocpora spp.

Pemantauan suhu secara terus-menerus yang dilakukan di pulau Pari menunjukan bahwa

pemanasan air dimulai pada 10 Januari dan mencapai suhu maksimum sekitar 19 Maret 1998.

Selama terjadinya pemutihan tercatat sehu air meningkat dekitar 2-3oC lebih tinggi dari nilai

rata-rata normalnya.

Menurut Dr. Wahyu S Hantoro, pakar iklim dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

(LIPI) mengatakan kerugian akibat kehadiran El-Nino tidak hanya menimpa manusia dan

sumber daya nabati, tetapi juga menimpa sumber daya hewani perairan, termasuk terumbu

karang. Pada 1997, banyak terumbu karang yang mati bukan hanya karena perubahan suhu

tetapi juga karena masuknya abu hasil pembakaran hutan ke perairan. Terumbu karang

dikenal sebagai hewan yang sensitif terhadap perubahan suhu

Cara Penanggulangan El-Nino

Seperti yang kita ketahui bahwa El-Nino bukan gejala yang disebabkan oleh ulah

manusia El-Nino adalah peristiwa alam. Oleh sebab itu El-Nino tidak bisa dicegah maupun

dihentikan, maka kita hanya bisa mencoba mengurangi dampak yang dihasilkan oleh El-

Nino. Oleh sebab itu, tindakan yang dapat dilakukan untuk beradaptasi dengan El-Nino

adalah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan kepada masyarakat dari jauh-jauh hari.

Selain itu pemerintah juga harus mempersiapkan segala upaya untuk mencegah besarnya

akibat yang dihasilkan oleh El-Nino, seperti membuat gerakan hemat air karena

El-Nino bisa membuat kemarau yang berkepanjangan, mengatur tata penggunaan air,

irigasi, termasuk ketersediaan air di waduk-waduk, dll.El-Nino juga bisa mengancam

kehidupan nelayan tradisional di Indonesia. Menurut yang saya baca dari beberapa situs

internet mengatakan bahwa para nelayan hanya bisa pasrah dan menunggu El-Nino berlalu

karena mereka tidak mempunyai alat yang memadai untuk menangkap ikan.

Dampak El Nino dan La Nina di Indonesia

Page 14: Bencana Laut

14

Dampak yang paling nyata dari fenomena El Nino adalah kekeringan di Indonesia yang

menyebabkan langkanya air di sejumlah daerah dan kemudian berakibat pada penurunan

produksi pertanian karena tertundanya masa tanam. Selain itu, meluasnya kebakaran hutan

yang terjadi di beberapa wilayah di Kalimantan dan Sumatera juga diindikasikan sebagai

salah satu dampak dari fenomena El Nino tersebut. Untuk La Nina, dampak yang paling

terasa adalah hujan deras yang juga menyebabkan gagal panen pada pertanian karena sawah

tergenang.

Ada juga keuntungan dari El Nino, yaitu bergerak masuknya ikan tuna yang berada di

Samudera Hindia ke selatan Indonesia. Hal itu terjadi karena perairan di timur samudera

mendingin, sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan Jawa menghangat. Akibat

proses ini, Indonesia mendapat banyak ikan tuna, sebuah berkah yang perlu dimanfaatkan.

Dampak La-Nina

Hasil La-Nina sebagian besar kebalikan dari orang-orang dari El Nino , misalnya, El-

Nino akan menyebabkan periode basah di AS Midwestern, sedangkan La-Nina biasanya akan

menyebabkan musim kemarau di daerah ini. Di sisi lain dari Pasifik La-Nina dapat

menyebabkan hujan lebat. Untuk India, El-Nino sering menjadi penyebab keprihatinan

karena dampak buruk terhadap monsun barat, ini terjadi pada tahun 2009. La-Nina, di sisi

lain, sering menguntungkan bagi monsun, terutama di paruh kedua. La-Nina yang muncul di

Pasifik pada tahun 2010 mungkin membantu mengakhiri musim barat selatan-tahun lalu pada

catatan yang menguntungkan.

Tapi kemudian, hal itu juga memberikan kontribusi terhadap banjir di Australia, yang

mengakibatkan salah satu bencana terburuk negara itu alam dengan sebagian besar Negara

Queensland baik di bawah air dari banjir 'proporsi alkitabiah' atau dipukuli oleh Badai Tropis,

termasuk kategori 5 Siklon Tropis Yasi. Hal ini melancarkan kekacauan serupa di Brazil

selatan-timur dan memainkan bagian dalam hujan deras dan banjir akibat yang telah

mempengaruhi Sri Lanka. Cara Penanggulangan La-Nina

Untuk menggulangi La-Nina hal yang harus dilakukan adalah pembuatan waduk,

restorasi / reboisasi hutan yang gundul untuk memperluas resapan air, dan penertiban

pembuangan sampah di daerah sungai

4) Tsunami

Page 15: Bencana Laut

15

Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh macam-

macam gangguan di dasar samudra. Gangguan ini dapat berupa gempa bumi, pergeseran

lempeng, atau gunung meletus. Tsunami tidak kelihatan saat masih berada jauh di tengah

lautan, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat ini akan

semakin membesar.pengertian tentang tsunami,penyebab tsunami,bahaya tsunami,sebab

terjadi nya gelombang tsunami,tsunami aceh 26 desember 2004 dan pengertian tsunami dan

penebabnya

Tsunami juga sering disangka sebagai gelombang air pasang. Ini karena saat mencapai

daratan, gelombang ini memang lebih menyerupai air pasang yang tinggi daripada

menyerupai ombak biasa yang mencapai pantai secara alami oleh tiupan angin. Namun

sebenarnya gelombang tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan peristiwa pasang surut air

laut. Karena itu untuk menghindari pemahaman yang salah, para ahli oseanografi sering

menggunakan istilah gelombang laut seismik (seismic sea wave) untuk menyebut tsunami,

yang secara ilmiah lebih akurat.

 Tsunami dapat dipicu oleh bermacam-macam gangguan (disturbance) berskala besar

terhadap air laut, misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng, meletusnya gunung berapi di

bawah laut, atau tumbukan benda langit. Tsunami dapat terjadi apabila dasar laut bergerak

secara tiba-tiba dan mengalami perpindahan vertikal.

Langkah yang harus dilakukan Sinoman Sadar Bencana ini antara lain :

a. Petakan daerah rawan genangan tertinggi tsunami, jalur evakuasi, dan tempat

penampungan sementara yang cukup aman.

b. Berkoordinasi dengan Badan Meterologi dan Geofisika (BMG), kepolisian,

pemerintah daerah, dan rumah sakit. Jika data dari BMG mengenai peringatan dini

bencana tak bisa diharapkan kecepatannya, komunitas ini harus menghimpun gejala-

gejala alam yang tidak biasa terjadi.

c. Melakukan pertemuan rutin untuk menambah pengetahuan mengenai gempa dan

tsunami. Jika perlu, mendatangkan ahli.

d. Melakukan latihan secara reguler, baik terjadwal maupun tidak terjadwal.

e. Buat deadline waktu respon evakuasi untuk diterapkan saat latihan agar dalam

bencana sesungguhnya telah terbiasa merespon secara cepat.

f. Buat kode tertentu yang dikenali masyarakat sekitar untuk menandakan evakuasi.

Semisal di Pulau Simeuleu yang paling dekat dengan episentrum gempa Aceh,

Page 16: Bencana Laut

16

memiliki istilah Semong yang diteriakkan berulang kali untuk menunjukkan adanya

tsunami. Dengan kode ini, otomatis harus dilakukan evakuasi secepatnya ke tempat

yang lebih tinggi.Menyebarkan gambar peta evakuasi di pelosok daerah tempat

anggota komunitas tinggal.

g. Menyebarkan gambar peta evakuasi di pelosok daerah tempat anggota komunitas

tinggal.

Sedangkan langkah yang harus dilakukan tiap individu adalah :

a. Siapkan satu tas darurat yang sudah diisi keperluan-keperluan mengungsi untuk 3

hari. Di dalamnya termasuk, pakaian, makanan, surat-surat berharga, dan minuman

secukupnya. Jangan membawa tas terlalu berat karena akan mengurangi kelincahan

mobilitas.

b. Selalu merespon tiap latihan dengan serius sama seperti saat terjadinya bencana.

c. Selalu peka dengan fenomena alam yang tidak biasa.

Untuk membaca tanda-tanda alam sebelum terjadinya tsunami, Amien Widodo

memberikan sejumlah petunjuk berdasarkan pengalaman tsunami-tsunami sebelumnya.

1. Terdengar suara gemuruh yang terjadi akibat pergeseran lapisan tanah. Suara ini bisa

didengar dalam radius ratusan kilometer seperti yang terjadi saat gempa dan tsunami

di Pangandaran lalu.

2. Jika pusat gempa berada di bawah permukaan laut dikedalaman dangkal dan kekuatan

lebih dari 6 skala richter, perlu diwaspadai adanya tsunami.

3. Jangka waktu sapuan gelombang tsunami di pesisir bisa dihitung berdasarkan jarak

episentrumnya dengan pesisir.

4. Garis pantai dengan cepat surut karena gaya yang ditimbulkan pergeseran lapisan

tanah. Surutnya garis pantai ini bisa jadi cukup jauh.Karena surutnya garis pantai,

tercium bau-bau yang khas seperti bau amis dan kadang bau belerang.

5. Untuk wilayah yang memiliki jaringan pipa bawah tanah, terjadi kerusakan jaringan-

jaringan pipa akibat gerakan permukaan tanah.

Dalam sejumlah kasus, perilaku binatang juga bisa dijadikan peringatan dini terjadinya

tsunami. Sesaat sebelum tsunami di Aceh, ribuan burung panik dan menjauhi pantai,

sedangkan gajah-gajah di Thailand gelisah dan juga menjauhi pantai.

Upaya Mitigasi tsunami

Page 17: Bencana Laut

17

Mitigasi bencana gempa yang dilakukan oleh pemerintah ialah memberi peringatan dini

saat terjadi gempa bumi. Sedangkan untuk mendeteksi kemungkinan adanya bahaya tsunami,

telah dipasang beberapa alat peringatan tsunami di beberapa perairan Indonesia di antaranya

di Samudra Hindia sepanjang pantai barat Sumatera, Selat Sunda, Utara dan Pulau Komodo.

Saat ini telah terpasang lebih dari 90 alat pendeteksi tsunami yang dipasang di perairan

Indonesia.

Gambar 10 :Alat pendeteksi tsunami yang dipasang di perairan Indonesia

(Sumber: www.beritajakarta.com)

Jepang telah membangun dinding penahan tsunami setinggi 4,5 – 10 meter pada daerah

pantai yang padat penduduk. Ketika gempa tahun 1993 menimpa Hokkaido tahun 2011 lalu

di area Tohoku, tinggi gelombang tsunami mencapai 30 m. Dinding penahan terlampaui

namun dapat mengurangi kecepatan tsunami. Korban jiwa memang tidak terhindarkan.

Dinding semacam ini dapat digunakan di Aceh atau daerah lainnya (Pangandaran) yang

rawan Tsunami, namun efektivitas dinding penahan tersebut perlu dilakukan penelitian.

Pembuatan model dengan alat sentrifugal dan uji laboratorium dapat mensimulasikan tinggi

gelombang yang dikehendaki.

Mitigasi harus memperhatikan semua tindakan yang diambil untuk mengurangi

pengaruh dari bencana dan kondisi yang peka dalam rangka mengurangi bencana yang lebih

besar di kemudian hari. Oleh karena itu, seluruh aktivitas mitigasi difokuskan pada bencana

itu sendiri atau bagian/elemen dari ancaman.

Tsunami Early Warning System (TEWS) adalah upaya untuk mitigasi bencana tsunami.

Hal sederhana yang dapat dilakukan untuk memberi peringatan dini bagi penduduk yang

berada di sekitar kota/pantai yang memiliki potensi tsunami adalah memberi peringatan

Page 18: Bencana Laut

18

melalui sirene atau televisi/radio lokal yang dapat dengan segera mensosialisasikan akan

terjadinya Tsunami. Menurut pengalaman di Aceh ada jeda waktu sekitar 30 menit sampai

gelombang mencapai pantai. Saat ini di daerah yang rawan seperti Aceh dan Pangandaran

sedang disiapkan perangkat alat pendeteksi dini untuk memperkirakan terjadinya gempa

maupun tsunami.

Sudah menjadi keharusan bagi Indonesia untuk memiliki suatu sistem peringatan dini

tsunami TEWS yang terintegrasi, apalagi dengan pengalaman yang menimpa negeri semaju

Jepang yang tetap kewalahan menghadapi tsunami. Sejauh ini, Indonesia telah menerima

bantuan beberapa unit buoy dari Jerman, Norwegia, dan beberapa negara sahabat. Bahkan

beberapa waktu lalu, Indonesia juga telah menerima satu unit buoy dari Amerika Serikat.

Buoy adalah sebuah alat pendeteksi tsunami (Deep-Ocean Assessment and Reporting of

Tsunami/DART) yang terapung di permukaan laut dan merupakan bagian dari skema

teknologi TEWS yang disandingkan dengan perangkat OBU (Ocean Bottom Unit) yang

terpasang di dasar laut. OBU dipasang bersama seismometer untuk mendeteksi kekuatan

gempa di dasar laut. Ketika terjadi getaran gempa, OBU akan mengirimkan informasi

kekuatan gempa ke buoy yang dilengkapi dengan penerima GPS (Global Positioning System)

untuk memberikan data posisi derajat lintang dan derajat bujur unit yang terapung.

Kemudian, buoy langsung memberikan informasi lewat satelit pemancar untuk diteruskan ke

master station yang ada di daratan. Jika kekuatan gempa mengindikasikan akan ada tsunami,

pihak terkait yang berada di master station segera memberikan informasi ke beberapa

institusi untuk memberikan peringatan dini kepada masyarakat berupa alarm maupun

penyiaran darurat radio dan televisi.

Page 19: Bencana Laut

19

Gambar 11 :Skema kerja TEWS

(Sumber: www.majalaheindonesia.com)

Selain itu prinsip TEWS harus pula memperhatikan hal-hal berikut ini.

1. Dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa khususnya di daerah rawan gempa.

Konstruksi bangunan tahan gempa biasanya di desain agar memberikan rasa aman

bagi penghuninya terhadap bencana gempa. Dengan mengikuti konstruksi yang tahan

gempa ini, dampak gempa dapat diminimalkan sehingga korban jiwa akibat runtuhnya

bangunan juga akan lebih sedikit.

2. Penguatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas terbaik. 

Setiap bangunan tentunya harus memiliki standar kualitas bangunan yang baik.

Dengan mengikuti standar yang ada, bangunan akan kokoh dan dapat bertahan

terhadap goncangan atau getaran yang diakibatkan oleh gempa bumi. Bangunan yang

mengikuti standar ialah bangunan yang dibuat dengan perencanaan yang matang agar

aman dan nyaman untuk ditempati.

3. Pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi.

Kegiatan pembangunan fasilitas umum seperti sekolah, pasar, rumah sakit, dan yang

lainnya juga harus memiliki standar kualitas yang tinggi. Rumah sakit terutama

sebagai fasilitas umum yang sifatnya penting dalam kondisi darurat saat bencana

harus memiliki bangunan yang kuat.

4. Pengaturan daerah pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah

rawan gempa bumi.

Page 20: Bencana Laut

20

5. Zonasi daerah rawan gempa bumi dan pengaturan penggunaan lahan.

Kegiatan zonasi dapat dilakukan dengan bantuan ilmu terapan seperti Sistem

Informasi Geografi (SIG) yang mampu memberikan gambaran dari kondisi/fenomena

yang terjadi di permukaan bumi. Indonesia sudah sarat pengalaman gempa. Oleh

karena itu, selain mempelajari proses terjadinya gempa bumi, kita masih harus mau

belajar dari pengalaman masa lalu agar mampu meminimalkan dampak gempa bumi.

Untuk jangka panjang, pemerintah bersama-sama peneliti ilmu geofisika perlu

membuat peta zonasi gempa bumi tektonik. Peta semacam ini secara global sudah

ada, namun perlu dikembangkan peta yang lebih rinci, misalnya peta zonasi gempa

untuk setiap provinsi atau bahkan setingkat kabupaten, disertai dengan peraturan

bangunan tahan gempa. Di samping itu, perlu diupayakan untuk merapatkan jaringan

seismograf (alat pendeteksi dan pencatat gempa bumi) di seluruh wilayah Indonesia,

sehingga peta bencana dapat dibuat per kecamatan atau bahkan per desa.Untuk jangka

pendek, perlu dilakukan riset yang lebih rinci di setiap segmen patahan (sesar) aktif

seperti Sesar Opak (Bantul), Sesar Menoreh (Kulon Progo), serta sesar-sesar mikro

aktif lainnya, yang sering memicu terjadinya gempa bumi tektonik. Perlu juga

disarankan kepada penduduk untuk tidak bermukim di wilayah yang diperkirakan

rawan gempa bumi. Selain itu, studi deformasi kerak bumi dilakukan dengan jalan

pemantauan dan monitoring gempa bumi mikro, pergerakan kerak bumi, memetakan

sesar-sesar aktif, dan mempelajari karakteristik seismologi suatu daerah. Memang

benar terjadinya gempa bumi tidak dapat kita cegah, tetapi para pakar dapat

memprediksi dan melakukan langkah antisipasi.

6. Pendidikan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya gempa bumi dan cara

penyelamatan diri jika terjadi gempa bumi.Berbagai cara telah dilakukan oleh

pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang konsen terhadap

mitigasi bencana. Pendidikan dan penyuluhan ini penting bagi masyarakat di daerah

rawan gempa dan sekaligus rawan tsunami.

Beberapa sumber lain menyatakan ada dua jenis dalam upaya mitigasi bencana tsunami

yakni :

1) Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Struktural

Upaya structural dalam menangani masalah bencana tsunami adalah upaya teknis yang

bertujuan untuk meredam/mengurangi energy gelombang tsunami yang menjalar ke kawasan

Page 21: Bencana Laut

21

pantai. Berdasarkan pemahaman atas mekanisme terjadinya tsunami, karateristik gelombang

tsunami, inventarisasi dan identifikasi kerusakan struktur bangunan, maka upaya structural

tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Alami, seperti penanaman hutan mangrove/ green belt, disepanjang kawasan pantai

dan perlindungan terumbu karang.

b. Buatan,Pembangunan breakwater, seawall, pemecah gelombang sejajar pantai untuk

menahan tsunami,Memperkuat desain bangunan serta infrastruktur lainnya dengan

kaidah teknik bangunan tahan bencana tsunami dan tata ruang akrab bencana, dengan

mengembangkan beberapa insentif anatara lain Retrofitting dan Relokasi.

2) Upaya Mitigasi Bencana Tsunami Non Struktural

Upaya Non structural merupakan upaya non teknis yang menyangkut penyesuaian dan

pengaturan tentang kegiatan manusia agar sejalan dan sesuai dengan upaya mitigasi structural

maupun upaya lainnya. Upaya non structural tersebut meliputi antara lain :

a. Kebijakan tentang tata guna lahan/  tata ruang/ zonasi kawasan pantai yang aman

bencana,

b. Kebijakan tentang standarisasi bangunan (pemukiman maupun bangunan lainnya)

serta infrastruktur sarana dan prasarana,

c. Mikrozonasi daerah rawan bencana dalam skala local,

d. Pembuatan peta potensi bencana tsunami, peta tingkat kerentanan dan peta tingkat

ketahanan, sehingga dapat didesain komplek pemukiman “akrab bencana” yang

memperhaikan berbagai aspek,

e. Kebijakan tentang eksplorasi dan kegiatan perekonomian masyarakat kawasan pantai,

f. Pelatihan dan simulasi mitigasi bencana tsunami,

g. Penyuluhan dan sosialisasi upaya mitigasi bencana tsunami dan,Pengembangan

system peringatan dini adanya bahaya tsunami

Mitigasi Bencana Kelautan

Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang rawan terhadap berbagai ancaman

bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gunung berapi, banjir, tanah longsor kekeringan

Page 22: Bencana Laut

22

dan angin badai. Itu disebabkan lantaran wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi

aktif dunia akibat pertemuan tiga lempeng tektonik (Lempeng Samudra Indo-Australia,

Lempeng Benua Eurasia dan Lempeng Samudra Pasifik). Berkaitan dengan hal tersebut

Pemerintah Indonesia berupaya melakukan Mitigasi Bencana dan Adaptasi Perubahan Iklim.

Dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia melakukan

Launching Sistem Informasi Mitigasi Bencana dan Adaptasi Lingkungan (SI-MAIL). Ini

adalah program yang diluncurkan guna memberikan informasi berkaitan dengan arah angin,

gempa, tsunami dan bahaya lainnya. “Informasi ini disebarkan oleh Dinas Kelautan dan

Perikanan setempat.

Mitigasi bencana adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak risiko

bencana, melaui beberapa hal. Sedangkan mitigasi perubahan iklim adalah tindakan–tindakan

yang dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca supaya global warming atau

pemanasan global bisa di turunkan. 

Upaya–upaya mengurangi dampak iklim masyarakat belum banyak yang tahu dan

dianggap sebagai kegiatan yang menakut–nakuti, yang belum tentu benar, masalahnya adalah

belum ada data yang disebut data kerentanan wilayah pesisir.. Perubahan iklim diprediksi

dengan adanya kenaikan air laut yang mencapai 7 mili dalam satu tahun. Untuk pesisir di

Pantai Utara Jawa perubahan iklim bercampur dengan kenaikan permukaan air tanah. Ada

erosi, ada kenaikan permukaan air laut.

Menurunkan Emisi Karbon

Untuk mengantispiasi kenaikan permukaan air laut karena perubahan iklim hanya bisa

dilakukan dengan menurunkan emisi karbon, supaya perubahan iklim dapat diramalkan,

mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, mengurangi penebangan hutan, mengurangi

penggunaaan kendaraan bermotor, tidak membuang samaph sembarang, dan perbanyak hutan

atau perbanyak tanaman.

SI-MAIL merupakan Program Pusat Informasi tentang Mitigasi Bencana dan Adaptasi.

Informasi ini akan disebarluaskan kepada masyarakat nelayan dan masyarakat pesisir melalui

layanan SMS langsung dari BMKG. Sementara itu, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Jawa Tengah yang diwakili Kabid. Kelautan Pesisir dan Pulau – Pulau Kecil,

mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim dapat dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu

pendekatan struktural dan nonstruktural. 

Page 23: Bencana Laut

23

Mitigasi struktural dilakukan dengan melakukan upaya mengurangi dampak bencana

dan perubahan iklim yang bersifat fisik. Mitigasi ini dibedakan menjadi dua kelompok yaitu

alami, seperti penanaman hutan pantai, di sepanjang pantai dan perlindungan terumbu karang

dan buatan, seperti pembangunan pemecah gelombang, shelter retrofitting ruang.Untuk

upaya mitigasi non-struktural adalah melalui sosialisasi penyadaran masyarakat, peningkatan

kapasitas kelembagaan, dan whorkshop untuk mengurangi pemanasan global.

Page 24: Bencana Laut

24

.DAFTAR PUSTAKA

http://wahyuancol.wordpress.com/2008/07/01/gelombang-badai-gelombang-tinggi/

http://alikaviamaru.blogspot.com/2013/04/makalah-tsunami-dan-pengrtian-tsunami.html

http://kskbiogama.wordpress.com/2010/03/22/identiikasi-dan-mitigasi-bencana-tsunami/

Ilyas,Tommy.2006. Mitigasi Gempa dan Tsunami di Daerah perkotaan.  Makalah Seminar

Bidang Kerekayasaan, Fakultas Teknik, Universitas Sam Ratulangi.

http://www.kkp.go.id/index.php/mobile/arsip/c/9465/Mitigasi-Bencana-Kelautan-Luncurkan-

SI-Mail-di-Batang/?category_id=58