4
Laut dan Masa Depan Indonesia Sebagai negara kepulauan yang terlahir menjadi poros maritim, sudah barang tentu Indonesia memiliki posisi geostrategis yang penting di mata dunia inter- nasional. Indonesia setidaknya memiliki panjang garis pantai sekitar 95.181 km, 17.480 pulau, dan luas wilayah laut yang diperkirakan mencapai 9 juta km2 dengan keanekaragaman kekayaan laut tropis terkaya, ribuan jenis spesies moluska, krustasea dan ikan, serta luas terumbu karang yang diperkirakan sekitar 16,5% dari terumbu karang dunia. Sehingga sudah tepat ketika ketika bangsa ini berpaling ke laut sebagai orientasi baru pembangunan ditengah dominasi pem- bangunan berbasis daratan selama 69 tahun Indonesia merdeka. Sayangnya, harapan Indonesia baru yang bertumpu pada laut, dibayang-bayangi oleh sejumlah persoalan. Sudah menjadi rahasia umum jikalau pengamanan di laut kita lemah sehingga laut kerap kali menjadi pintu-pintu kejahatan. Penye- lundupan, Illegal-Unreported-Unregulated (IUU) Fishing, pencemaran, hingga menjadi jalur perdagangan manusia kerap terjadi di laut. Permasalahan tersebut semakin terasa berat manakala dihadapkan pada sejumlah kerusakan ekosistem yang terjadi di kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil. Sementara kontribusi dari sektor tersebut terhadap penerimaan negara tidak seberapa. Akibatnya nega- ra ini tidak memiliki porsi belanja yang besar untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat nelayan yang selama ini menjadi kelompok masyarakat termiskin di Indonesia. Ini adalah pekerjaan rumah yang harus dipecahkan bersama oleh se- tiap elemen masyarakat demi menegakkan amanat UUD 1945. #SaveOurSea Laut adalah warisan bersama ummat manusia . Sudah sepatutnya dijaga dari generasi ke generasi . Selamatkan Laut Indonesia OVERVIEW GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA Sumber Foto dari Media

Selamatkan Laut Indonesia - acch.kpk.go.id · mil laut untuk batas laut teritorial, 0-24 mil laut zona tambahan, dan 0-200 mil laut zona ekonomi eksklusif. Diperkirakan luas laut

Embed Size (px)

Citation preview

Laut dan Masa Depan Indonesia

Sebagai negara kepulauan yang terlahir menjadi poros maritim, sudah barang

tentu Indonesia memiliki posisi geostrategis yang penting di mata dunia inter-

nasional. Indonesia setidaknya memiliki panjang garis pantai sekitar 95.181 km,

17.480 pulau, dan luas wilayah laut yang diperkirakan mencapai 9 juta km2

dengan keanekaragaman kekayaan laut tropis terkaya, ribuan jenis spesies

moluska, krustasea dan ikan, serta luas terumbu karang yang diperkirakan sekitar

16,5% dari terumbu karang dunia. Sehingga sudah tepat ketika ketika bangsa ini

berpaling ke laut sebagai orientasi baru pembangunan ditengah dominasi pem-

bangunan berbasis daratan selama 69 tahun Indonesia merdeka.

Sayangnya, harapan Indonesia baru yang bertumpu pada laut, dibayang-bayangi

oleh sejumlah persoalan. Sudah menjadi rahasia umum jikalau pengamanan di

laut kita lemah sehingga laut kerap kali menjadi pintu-pintu kejahatan. Penye-

lundupan, Illegal-Unreported-Unregulated (IUU) Fishing, pencemaran, hingga

menjadi jalur perdagangan manusia kerap terjadi di laut. Permasalahan tersebut

semakin terasa berat manakala dihadapkan pada sejumlah kerusakan ekosistem

yang terjadi di kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil. Sementara kontribusi

dari sektor tersebut terhadap penerimaan negara tidak seberapa. Akibatnya nega-

ra ini tidak memiliki porsi belanja yang besar untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat nelayan yang selama ini menjadi kelompok masyarakat termiskin di

Indonesia. Ini adalah pekerjaan rumah yang harus dipecahkan bersama oleh se-

tiap elemen masyarakat demi menegakkan amanat UUD 1945.

#SaveOurSea

Laut adalah warisan bersama ummat manusia . Sudah

sepatutnya dijaga dari generasi ke generasi .

Selamatkan Laut Indonesia OVERVIEW

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA

Sumber Foto dari Media

PROBLEMATIKA PENGELOLAAN TATA RUANG LAUT DAN SUMBERDAYA KELAUTAN INDONESIA

Sebagaimana disebutkan dalam UU Kelautan,

pasal 5 ayat (1) yakni: Indonesia merupakan

negara kepulauan yang seluruhnya terdiri atas

kepulauan-kepulauan dan mencakup pulau-

pulau besar dan kecil yang merupakan satu

kesatuan wilayah, politik, ekonomi, sosial bu-

daya, dan historis yang batas-batas wilayahnya

ditarik dari garis pangkal kepulauan. Penjela-

san lebih jauh tentang garis pangkal kepulauan,

tidak ditemukan dalam penjelasan pada UU

Kelautan. Disisi lain, UU Perairan memung-

kinkan penggunaan garis pangkal biasa atau

garis pangkal lurus. Pasal 5 ayat (1) UU

Perairan menyebutkan bahwa garis pangkal

kepulauan Indonesia ditarik dengan

menggunakan garis pangkal lurus kepulauan,

namun sesuai ayat (2) dalam hal garis pangkal

lurus kepulauan tidak dapat digunakan maka

digunakan garis pangkal biasa atau garis

pangkal lurus. Mengacu pada UU Perairan,

selama ini penetapan titik koordinat garis

pangkal kepulauan didasarkan pada PP No. 38

tahun 2002 sebagaimana telah diubah oleh PP

No. 37 tahun 2008 tentang Daftar Koordinat

Geografis Titik-titik Garis Pangkal Kepulauan

Indonesia. Berdasarkan PP tersebut, penarikan

titik koordinat garis pangkal kepulauan tidak

hanya didasarkan pada garis pangkal kepu-

lauan, namun juga garis pangkal biasa. Sebagai

contoh, pada perairan Laut Timor (08°14'20"S

dan 127°38'34"T, dengan data Tg. Karang, P.

Leti, Titik Dasar No. TD.110, Pilar Pendekatan

No. TR.196, Antara TD.110-TD.110A, Nomor

Peta No. 375) ditentukan dengan

menggunakan garis pangkal biasa. Secara kese-

luruhan terdapat 31 segmen garis pangkal

biasa yang dipakai untuk menarik batas wilayah

laut Indonesia. Dengan tidak digunakannya

garis pangkal lurus atau garis pangkal biasa,

maka luas wilayah laut Indonesia, dapat berku-

rang sejumlah 31 segmen tersebut pada 0-12

mil laut untuk batas laut teritorial, 0-24 mil laut

zona tambahan, dan 0-200 mil laut zona

ekonomi eksklusif. Diperkirakan luas laut teri-

torial yang hilang akibat tidak digunakannya

garis pangkal lurus atau garis pangkal biasa,

sekitar 5.030 km2 . Persoalan ini tentu saja

menjadi ancaman tersendiri bagi penegakan

kedaulatan NKRI di laut.

1. Tata batas wilayah laut Indonesia yang

belum jelas. Hingga saat ini terdapat

beberapa segmen perbatasan dengan

negara tetangga yang belum selesai,

sejumlah permasalahan dalam penun-

jukan garis pangkal, serta penentuan

jumlah pulau dan luas laut Indonesia.

2. Penataan ruang laut yang belum

lengkap dan masih bersifat parsial.

UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengel-

olaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau

Kecil (UU Pesisir) menyebutkan bah-

wa pengelolaan wilayah pesisir, pulau-

pulau kecil, hingga laut sejauh 12 mil

mencakup kegiatan perencanaan,

pemanfaatan, pengawasan, dan pen-

gendalian terhadap interaksi manusia

dalam memanfaatkan sumberdaya.

Namun hingga Desember 2014, baru

sedikit rencana zonasi tata ruang wila-

yah yang telah disusun. Disisi lain,

penggunaan ruang laut selama ini

telah mencakup berbagai sektor

kegiatan antara lain perikanan, pe-

layaran, pariwisata, pertambangan,

dan lain sebagainya. Ketiadaan

rencana tata ruang tersebut menjadi-

kan penggunaan ruang oleh berbagai

sektor menjadi tumpang tindih,

penggunaan yang tidak optimal, dan

berpotensi menciptakan kerusakan

sumberdaya alam.

3. Peraturan perundang-undangan yang

belum lengkap dan masih tumpang

tindih satu sama lain. Pengelolaan

ruang laut dan sumberdaya kelautan

di Indonesia setidaknya harus tunduk

pada berbagai aturan perundang-

undangan yang berlaku. Akan tetapi

hingga akhir tahun 2014, aturan

pelaksana undang-undang tersebut

belum sepenuhnya diselesaikan.

4. Tidak terkendalinya pencemaran dan

kerusakan di laut. Aturan perundang-

undangan mewajibkan dilakukannya

pengendalian terhadap kegiatan yang

dapat mencemari dan menimbulkan

kerusakan di laut. Dalam faktanya, kerusakan

dan pencemaran pesisir dan laut sangat marak

terjadi diberbagai kawasan di Indonesia Kerusa-

kan terjadi pada terumbu karang, padang

lamun, hutan mangrove, hingga pencemaran air

laut oleh limbah domestik, industri dan

tumpahan minyak di laut.

5. Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum

di laut. Berbagai kasus pelanggaran hukum di

laut seperti penangkapan ikan ilegal, pencema-

ran, penggunaan bahan peledak, penye-

lundupan, dan sebagainya menunjukkan bahwa

laut menjadi salah satu pintu utama kejahatan.

Hal ini disebabkan selama ini penegakan hukum

di laut lemah oleh karena kombinasi dari

sejumlah faktor seperti sarana dan prasarana

patroli laut yang tidak memadai dan jumlah

petugas pengamanan yang tidak berbanding

lurus dengan luas wilayah laut yang harus di-

awasi.

6. Sistem data dan informasi terkait wilayah laut,

penggunaan ruang laut, dan pemanfaatan sum-

berdaya yang ada didalamnya, belum lengkap

dan tidak terintegrasi. Pemanfaatan laut

untuk kepentingan navigasi, perikanan, dan

kepentingan lainnya harus dicatatkan dalam

sistem data dan informasi yang berbasis IT.

Akan tetapi, hingga saat ini sistem data dan

informasi tersebut masih bersifat parsial dan

belum sepenuhnya didisain untuk dapat me-

monitoring kegiatan disektor kelautan secara

real time.

7. Belum optimalnya penerimaan negara dari pem-

anfaatan ruang laut dan sumberdaya yang ada di

dalamnya. Penerimaan negara dari perikanan

tangkap yang menggunakan sumberdaya dari

laut, relatif masih sangat kecil. Rata-rata persen-

tase Penerimaan Negara Bukan Pajak dari peri-

kanan tangkap hanya sebesar 0,3% dari total

nolai produksi sektor tersebut yang sebesar Rp

77,3 Triliun pada tahun 2013.

8. Belum optimalnya program pemerintah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang

menggantungkan hidupnya pada laut. Berbagai

upaya telah dilakukan oleh pemerintah dan

berbagai pihak untuk membantu peningkatan

kesejahteraan masyarakat nelayan belum ber-

jalan optimal.

Hasil Kajian KPK pada tahun 2014 menunjukkan adanya sejumlah permasalahan dalam

pengelolaan ruang laut dan sumberdaya kelautan Indonesia. Permasalahan tersebut terkait

dengan aspek batas wilayah laut, tata ruang wilayah laut, pengelolaan sumberdaya kelau-

tan, kapasitas kelembagaan, serta kelemahan dalam aturan perundang-undangan.

Batas Wilayah Laut dan

Kedaulatan Bangsa

Gerakan Nasional Penyelamatan SDA: Koordinasi dan Supervisi

Pengelolaan Ruang Laut dan Sumberdaya Kelautan Indonesia

Penyelamatan sumberdaya kelautan meru-

pakan tugas bersama semua elemen bangsa.

Dalam hal ini, KPK menjalankan fungsi se-

bagai trigger mechanism dengan

menggunakan peran koordinasi dan supervi-

si pemberantasan korupsi sesuai dengan

amanat UU No. 30 tahun 2002. Karenanya,

KPK mendorong pelibatan banyak pihak da-

lam kegiatan serta mengakselerasi berbagai

bentuk upaya yang dapat membantu

penyelamatan sumberdaya kelautan Indone-

sia.

KPK dalam hal ini juga menggunakan pen-

dekatan pencegahan yang lebih ofensif

dengan mengedepankan perbaikan sistem

dan pembangunan budaya anti korupsi.

Kegiatan ini juga merupakan gabungan dari

berbagai pola perbaikan sistem yang telah

dilakukan KPK selama ini yakni kegiatan

pemantauan terhadap tindak lanjut atas

hasil kajian serta kegiatan koordinasi dan

supervisi atas pengelolaan berbagai sektor

sumberdaya alam. Upaya perbaikan di

sektor kelautan merupakan satu kesatuan

dengan upaya penyelamatan sumberdaya

alam yang ada di darat.

Kegiatan ini setidaknya melibatkan 21 Ke-

menterian/Lembaga dan 34 Pemerintah

Provinsi. Dalam melaksanakan Rencana aksi,

setiap unsur pemerintah tersebut diharap-

kan dapat berkoordinasi secara intensif un-

tuk mendorong pencapaian setiap sasaran .

Keterlibatan Civil Society Organization (CSO)

secara luas mutlak harus dilakukan. Dalam

kegiatan ini, CSO akan berperan untuk me-

monitor pelaksanaan Rencana Aksi, mem-

berikan masukan untuk perbaikan kebijakan,

dan menyebarluaskan informasi terkait

kegiatan. Pelaksanaan kegiatan dilakukan

setidaknya dalam 7 tahapan yakni pem-

bangunan kesepahaman dengan para pihak,

pelengkapan data/informasi, penyem-

purnaan instrumen, Kick of Meeting, Imple-

mentasi renaksi, monitoring, evaluasi, dan

tindak lanjut atas hasil evaluasi. Pelaksa-

naan Rencana Aksi direncanakan selesai

sampai akhir 2016.

Tujuan dan Sasaran Kegiatan

Monitoring Pelaksanaan

Rencana Aksi dan Pelaksanaan

Kewajiban Pelaku Usaha

Instrumen pelaksanaan kegiatan

berupa Rencana aksi dan Format

Monitoring Pelaksanaan Kewajiban

Pelaku Usaha. Kunci kesuksesan

kegiatan terletak pada implementasi

Rencana Aksi dan Pelaksanaan

Kewajiban Para Pihak. Untuk itu,

Pemerintah Provinsi dan Kementeri-

an/Lembaga terkait diminta untuk

melakukan pelaporan sebanyak 3

tahap (Maret, Juni dan Desember

2015). Laporan tersebut dievaluasi

secara berkala dan setiap permasala-

han yang muncul ditindaklanjuti

oleh pihak terkait.

Faktor Kunci Keberhasilan

Mengedepankan kepentingan bangsa

yang lebih besar diatas kepentingan

sektoral/kelompok tertentu

Dukungan politik, anggaran, dan

program dari instansi kunci

Konsistensi dan keinginan kuat untuk

melaksanakan agenda dalam Rencana

aksi

Sinergi lintas pemerintah, termasuk

aparat penegak hukum

Keterlibatan yang luas dari

masyakarat

Setiap tahapan dalam pelaksanaan

kegiatan dilaksanakan dalam se-

mangat berintegritas

Tujuan

1. Penegasan dan penegakan kedaulatan serta hak berdaulat Negara Kesatuan Republik Indonesia atas wilayah laut melalui penegasan batas

wilayah laut Indonesia, pengaturan pengelolaan ruang laut dan pemanfaatan sumberdaya yang ada di dalamnya.

2. Mendorong perbaikan tata kelola sektor kelautan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan memperhatikan aspek keberlanju-

tan, konsistensi, keterpaduan, kepastian hukum, kemitraan, pemerataan, peran serta masyarakat, keterbukaan, desentralisasi, akuntabili-

tas, dan keadilan.

3. Perbaikan sistem pengelolaan ruang laut dan sumberdaya kelautan didorong untuk mencegah korupsi, kerugian keuangan negara dan ke-

hilangan kekayaan negara.

Sasaran

1. Pengembangan sistem data dan informasi yang terintegrasi termasuk database, perizinan, monitoring dan evaluasi.

2. Mendorong perbaikan tatakelola di sektor kelautan

3. Mendorong kepatuhan para pihak dalam melaksanakan kewajibannya.

4. Melakukan harmonisasi terhadap aturan perundang-undangan yang terkait. 5. Meningkatkan kapasistas kelembagaan terutama kelembagaan yang berhubungan langsung dengan pengelolaan sumberdaya kelautan. 6. Menjamin perlindungan dan pemberian hak-hak masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya kelautan seusai dengan yang ditetapkan oleh

UUD 1945 dan aturan perundang-undangan lainnya.

Pelaksanaan kegiatan pada 24 Provinsi dan Kementerian/Lembaga terkait. Fokus kegiatan pada 6 sasaran kegiatan yakni: perlindungan

dan pemulihan kekayaan negara, penguatan hak masyarakat, pembenahan regulasi, penguatan kelembagaan aparatur negara, pening-

katan kepatuhan terhadap regulasi, dan pembangunan sistem pengendalian anti korupsi.

Koordinasi dan Supervisi atas Pengelolaan Sektor Kehutanan dan Perkebunan

Kesepakatan dilakukan oleh 12 Kementerian/Lembaga yang ditandatangani pada 11 Maret 2013. Fokus kesepakatan pada 3 hal yakni

harmonisasi regulasi, percepatan pengukuhan kawasan hutan melalui penyelarasan teknis dan prosedur , serta resoluasi konflik.

Nota Kesepakatan Bersama Percepatan Pengukuhan Kawasan Hutan

Kegiatan dilakukan pada 12 Provinsi (tahap I) dan 19 Provinsi (tahap II). Kegiatan difokuskan pada 5 hal yakni penataan izin,

pengawasan produksi, pengawasan penjualan, pengawasan pengolahan dan pemurnian, serta pelaksanaan kewajiban pelaku

usaha pertambangan.

Koordinasi dan Supervisi atas Pengelolaan Pertambangan Minerba

Kegiatan dilakukan di 34 provinsi dan pada Kementerian/Lembaga terkait. Sasaran kegiatan yakni pengembangan sistem data dan

informasi, perbaikan tata kelola, pelaksanaan kewajiban pelaku usaha, harmonisasi regulasi, kelembagaan, dan perlindungan hak-

hak masyaraklat.

Koordinasi dan Supervisi Pengelolaan Ruang Laut dan Sumberdaya Kelautan

Upaya KPK dalam

Mencegah Korupsi di

Sektor SDA

TIM PENCEGAHAN KORUPSI SUMBERDAYA ALAM

DIREKTORAT LITBANG KPK

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia

Alamat : Jl. H.R. Rasuna Said Kav C-1, Jakarta 12920

Tel : (021) 2557 8418

Email : [email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected]

Situs web : www.kpk.go.id