38
ANNOTETED BIBLIOGRAPHI ANNOTETED AL’ AZIZ (MANAJEMEN-B) BP/NPM : 12-170 1. JUDUL : ANALISIS DAMPAK PASAR MODERN TERHADAP PASAR TRADISIONAL 2. JUDUL : ANALISA DAMPAK PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT. 3. JUDUL : ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DAN FAKTOR PENGGANGGUNYA. JURNAL PERTAMA: (UNIVERSITAS DIPONEGORO) TAHUN 2011 PROBLEM STATEMENT a. Keberadaan minimarket yang jaraknya sangat berdekatan tentu akan memunculkan persaingan dan monopoli di wilayah tersebut b. Tumbuh pesatnya minimarket ke wilayah pemukiman, berdampak buruk bagi warung tradisional yang telah ada di wilayah tersebut. c. Dari segi harga, minimarket sering mengadakan promosi dengan potongan harga yang menarik.

Annoteted bibliographi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Annoteted bibliographi

ANNOTETED BIBLIOGRAPHI

ANNOTETED AL’ AZIZ (MANAJEMEN-B)BP/NPM : 12-170

1. JUDUL : ANALISIS DAMPAK PASAR MODERN TERHADAP PASAR TRADISIONAL

2. JUDUL : ANALISA DAMPAK PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT.

3. JUDUL : ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET DAN FAKTOR PENGGANGGUNYA.

JURNAL PERTAMA: (UNIVERSITAS DIPONEGORO) TAHUN 2011

PROBLEM STATEMENT

a. Keberadaan minimarket yang jaraknya sangat berdekatan tentu akan memunculkan persaingan dan monopoli di wilayah tersebut

b. Tumbuh pesatnya minimarket ke wilayah pemukiman, berdampak buruk bagi warung tradisional yang telah ada di wilayah tersebut.

c. Dari segi harga, minimarket sering mengadakan promosi dengan potongan harga yang menarik.

d. Tetapi dibalik dampak negatif yang terjadi pada warung tradisional denganNmunculnya minimarket, minimarket sendiri menjadi dampak positif untuk mengurangi jumlah pengangguran dengan membuka banyak kesempatan kerja.

e. Untuk menganalisis pengaruh diversifikasi produk terhadap perubahan keuntungan usaha warung tradisional akibat munculnya minimarket.

Page 2: Annoteted bibliographi

ISI

penelitian ini akan menganalisis pengaruh perubahan keuntungan usaha warung tradisional dengan munculnya minimarket (studi kasus Kecamatan Pedurungan). Pengaruh tersebut dilihat dari segi perubahan omset penjualan, jarak, dan juga diversifikasi produk yang nantinya mempengaruhi besarnya perubahan keuntungan usaha dari warung tradisional. Variabel dependen dalam model ini yaitu perubahan keuntungan usaha warung tradisional. Keuntungan terdapat dua jenis, yaitu keuntungan bisnis dan keuntungan ekonomis. Keuntungan bisnis (profit) adalah seluruh penerimaan suatu perusahaan setelah dikurangi biaya-biaya eksplisit. Sedangkan keuntungan ekonomis adalah total penerimaan yang diterima oleh suatu perusahaan setelah dikurangi biaya-biaya eksplisit dan implisit. Keuntungan merupakan tujuan utama dari produsen yang didapat dari pendapatan yang mereka terima. Omset penjualan yang diperoleh pemilik warung dapat meningkatkan keuntungan usaha karena omset penjualan diperkirakan mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap keuntungan usaha sehingga pemilik warung dapat memaksimumkan keuntungannya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK, Kementrian Koperasi dan UKM dengan PT Solusi Dinamika Manajemen (2005) semakin tinggi omset penjualan yang diperoleh maka semakin tinggi pula keuntungan usaha yang diperoleh. Variabel perubahan omset penjualan pada penelitian tersebut menunjukkan perbedaan signifikan yang didapat dari sebelum adanya minimarket dan setelah adanya minimarket di sekitar warung. Jarak kedekatan berdirinya minimarket dengan warung tradisional berpengaruh negatif terhadap keuntungan yang diperoleh pemilik warung tradisional, sehingga keuntungan yang didapat mengalami perubahan. Karena semakin dekat jarak berdirinya minimarket dengan warung tradisional, keuntungan yang diperoleh akan semakin berkurang karena adanya persaingan antara keduanya. Hal tersebut memicu beberapa pemilik warung memiliki usaha lain selain warung kelontong.

Page 3: Annoteted bibliographi

JURNAL KEDUA : UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN 2009

PROBLEM STATEMENT :

a. Dampak minimarket terhadap eksistensi warung tradisionalb. Usaha-usaha apa saja yang dapat dilakukan pasar tradisional

untuk bersaing dengan minimarketc. Mengetahui Sebaran spasial minimarket dengan cepatd. Mengetahui sebaran spasial warung tradisional

ISI

1. Data Lokasi Warung tradisional Di Kota Singaraja

Dengan menentukan titik koordinat warung tradisional di Kota Singaraja didapatkan data lokasi Warung tradisional yang penentuannya dilakukan dengan menggunakan bantuan GPS (Global Position System). Data koordinat ini merupakan bank data yang diistilahkan database.Data koordinat warung tradisional di masing-masing kelurahan menentukan dimana posisi lokasi warung. Langkah-langkah dalam menganalisis menggunakan analisis tetangga terdekat adalah sebagai berikut;

1. Penentuan Luas Wilayah Luas Kota Singaraja secara keselurahan adalah 27,89 km2.

2. Merubah bentuk keruangan Warung tradisional menjadi pola penyebaran titik. Pola keruangan Warung tradisional dapat dianalisis dengan merubah bentuk keruangan Warung tradisional yang ditunjukan dalam bentuk secara luasan menjadi kenampakan titik.

3. Memberikan nomor urut tiap Warung tradisional Memberikan nomor urut berupa hurup alpabet (A) diikuti dengan angka pada seluruh Warung tradisional setiap Kelurahan di Kota Singaraja.

4. Mengukur jarak terdekat

Page 4: Annoteted bibliographi

Yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan titik yang lain yang merupakan tetangga terdekatnya.

5. Perhitungan parameter tetangga terdekat (Indeks Penyebaran). Langkah terakhir adalah menghitung besarnya parameter tetangga terdekat).

2. Dampak Minimarket Terhadap Eksistensi Warung Tradisional.

(1) Modal Kerja Warung tradisional Berdasarkan hasil penelitian diperoleh modal kerja pedagang warung tradisional sebelum dan sesudah ada minimarket di Kota Singaraja, menunjukan terdapat perubahan modal kerja setelah ada minimarket. Keadaan ini terlihat dari rata-rata modal kerja yang dikeluarkan oleh pedagang warung tradisional sebelum ada minimarket yaitu sebesar Rp.920.144/bulan, kemudian rata-rata modal kerja yang dikeluarkan setelah ada minimarket yaitu sebesar Rp 534.883/bulan. Bila di rata-ratakan mengalami selisih modal sebesar Rp. 385.707/bulan dengan kata lain adanya minimarket menurunkan jumlah modal kerja yang dikeluarkan oleh pedagang warung tradisional sebesar Rp. 385.707/bulan.

(2) Pola Kegiatan Usaha Warung tradisional Pola kegiatan usaha warung tradisional dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu jarak, penggunaan tenaga kerja dan lama jam buka warung yang akan dijelaskan sebagai berikut. a) Jarak

Sebagian besar responden menyatakan jarak warung tradisional dengan minimarket antara 1 – 50 meter. Terdapat empat kelurahan yang menyatakan jarak warung tradisional dengan minimarket antara 1 – 50 meter yaitu Kelurahan Kaliuntu, Kampung Anyar, Banjar Bali dan Banjar Jawa. Terdapat satu kelurahan yang semua warung jaraknya antara 51-100 meter dengan minimarket yaitu Kelurahan Sukasada. Sedangkan enam kelurahan lainnya menyatakan variasi jarak antara warung dengan minimarket.

c) Lama jam buka Warung Lama jam buka warung sebelum dengan sesudah adanya minimarket menunjukan bahwa terdapat perubahan lamanya jam buka setelah ada minimarket. Keadaan ini terlihat dari semakin menurunnya jumlah warung yang buka selama 15-17 jam/hari yaitu dari 46 warung (90,20 %) menjadi 23 warung (45,10 %) dan sebaliknya semakin meningkat warung yang buka selama 12-14

Page 5: Annoteted bibliographi

jam/hari yaitu dari 2 warung (2,92%) menjadi 24 warung (47,05 %). Warung yang buka selama 18-20 jam/hari juga meningkat namun tidak banyak yaitu dari 3 warung (5,33 %) menjadi 4 warung (7,84%). Ini berarti bahwa dengan adanya minimarket, jam buka warung tradisional mengalami pengurangan yaitu sebelum ada minimarket jam buka warung tradisional yang paling dominan adalah jam buka selama 15-17 jam/hari namun setelah adanya minimarket jam buka yang paling dominan adalah jam buka selama 12-14 jam/hari. Menurunya jam buka warung tradisional ini disebabkan menurunnya jumlah konsumen yang datang berbelanja sehingga para pedagang menutup lebih awal warung

4. Usaha-Usaha Yang Dilakukan Warung Tradisional Untuk Bersaing Dengan Minimarket Di Kota Singaraja Aspek-aspek yang diteliti yaitu perubahan fisik dan perubahan non fisik yang dilakukan oleh Warung tradisional adalah sebagai berikut.

(1) Perubahan Fisik a) Kenyamanan ruang b) Tampilan Warung

JURNAL KETIGA : INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALI SONGO TAHUN 2010

PROBLEM STATEMENT :

a. Dampak kehadiran minimarket terhadap pasar tradisional ngaliyan.b. Bagaimana strategi yang dilakukan pasar tradisional untuk bersaing dengan pasar modern/minimarket.

ISI

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti membuktikan bahwa keberadaan pasar modern (Minimarket) disekitar pasar Ngaliyan memberikan dampak negatif, terutama kepada para pedagang kelontong yang mayoritas daganganya tersedia juga di pasar modern (minimarket). Dari sebanyak 71 pedagang kelontong, 37

Page 6: Annoteted bibliographi

pedagang (52,11%) mengalami penurunan pendapatan beras, 52 pedagang (73,23%) mengalami penurunan pendapatan pada penjualan telur, 44 pedagang (61,97%) mengalami penurunan pendapatan pada penjualan gula pasir, 40 pedagang (56,33%) mengalami penurunan pendapatan pada penjualan minyak goeng, 53 pedagang (74,47%) mengalami penurunan pendapatan pada penjualan mie instan, 65 pedagang (91,54%) mengalami penurunan pendapatan pada penjualan susu, 23 pedagang (32,39%) mengalami penurunan pendapatan pada penjualan tepung terigu, 39 pedagang (54,92%) mengalami penurunan pendapatan pada sabun cuci/detergen, 47 pedagang (66,197%) mengalami penurunan pendapatan pada penjualan sabun mandi, 38 pedagang (53,52%) mengalami penurunan pendapatan pada penjualan shampo, 59 pedagang (83,09%) mengalami penurunan pendapatan pada penjualan pasta gigi.

JURNAL KEEMPAT : FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEKALONGAN. TAHUN 2004

PROBLEM STATEMENT

a. Munculnya pasar atau toko-toko modern membuat ketatnya persaingan yang mengancam keberadaan pasar tradisional/warung.b. Asumsi bahwa segmentasi pasar tradisional dan pasar modern berbeda.c. Apakah terdapat perbedaan pendapatan pedagang antara ada dan sebelum adanya pasar modern.

ISI

Keberadaan pasar, khusunya pasartradisional, merupakan salah satu indikator paling nyata kegiatan ekonomi masyarakat disuatu wilayah. Pemerintahharus memperhatikan keberadaan pasar tradisional sebagai salah satu sarana publik yang mendukung kegiatanekonomi masyrakat. Perkembangan jaman dan perubahan gaya hidup yang dipromosikan begitu hebat oleh berbagaimedia telah membuat eksistensi pasar tradisional menjadi sedikit terusik. Namun demikian pasar tradisional ternyata masih mampu untuk bertahan dan bersaing ditengah serbuan

Page 7: Annoteted bibliographi

pasar modern dalam berbagai bentuk. (Indrakh, 2007).Maraknya pembangunan pasar modern membuat pedagang pasar tradisional tidak mampu bertahan. Beberapa berita terbaru dimedia masa mengatakan bahwa tidak sedikit pasartradisional yang tersebar di pelosok Indonesia kolaps, hal ini diduga akibat dari pembangunan pasar modern di Indonesia yang semakin marak. Dari berbagai hasil penelitian yang penulis kutip, kondisi usaha dan kinerja pasar tradisional menunjukkan penurunan setelah beroperasinya pasar modern. Ini diantaranya menyangkut kinerja : aset,omset penjualan, perputaran barang dagangan dan keuntungan serta pendaapatan pedagang tradisional. Haldiatas memberikan keinginan bagi penulis untuk mengangkatnya dalam penelitian, dengan tujuan untuk mengetahui dampat dari pasar modern terhadap pendapatanpedagang tradisional di kota Pekalongan juga untu membuktikan dampak pasar pasar modern terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional di kotaPekalongan. Mendasarkan pada kondisi dan identifikasi masalah, maka dapat diambil suatu hipotesis yaitu : Terdapat perbedaan pendapatan yang diperoleh pedagangpasar tradisional antara sebelum dan setelah adanya pasar modern di kota Pekalongan.

JURNAL KELIMA : STUDI KEBIJAKAN PERATURANBUPATI NO.

16 TENTANG MINIMARKET. TAHUN 2013

PROBLEM STATEMENT

a. Dampak minimarket terhadap omzet pasar tradisional atau warung.b. kehadiran minimarket membuktikan bahwa kapitalisme mulai menjelajah Indonesia.c. perlu adanya PERDA mengenai pengendalian pertumbuhan pasar modern.

ISI

Hasil penelitian Direktur LembagaPenelitian Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) Arianto A. Patunru (Kompas, 19

Page 8: Annoteted bibliographi

Februari 2011) bahwa minimarket dan warung kecil menunjukkan sifat saling melengkapi, complementary. Penelitian tersebut juga menunjukkan belum ada korelasi langsung keberadaan minimarket menyebabkan warung kecil mati di Kota Jakarta. Akan tetapi, Arianto mengakui bahwa pertumbuhan pasar modern maupun jenis usaha lain wajib dikendalikan.Pengendaliannya dapat dilakukan dengan penerapan regulasi tentang tata kota. Begitupun dengan Perbud Bekasi No. 16 Tahun 2007 Tentang Minimarket menyatakan bahwa minimarket wajib menjalin pola kemitraan dengan usaha kecil, menengah, koperasi, pengrajin dan pedagan setempat. Dalam Rencana Tata Letak Bangunan dan atau awal proses perizinan, minimarket juga wajib menyediakan lahan/ruang untuk tempat usaha kecil/pedagang kaki limadi lingkungan setempat, 10% untuk minimarket dengan luas antara 100 M2 - 200 M2 dan 20% untuk minimarket _500 M2. Maka, beberapa jenis usaha bermunculan di area halaman/ruang yang disediakan minimarket, seperti martabak, gorengan, aneka jus segar, dan sebagainya. Realitas yang terjadi ada beberapa daerah yang kurang memenuhi peraturan yang ada, seperti yang terjadi di Jalan Ki Hajar Dewantara Desa Karang Asih Kecamatan Cikarang Utara Kabupaten Bekasi, dari awal pertigaan masuk ke jalan tersebut di sebelah kanan jalan berdiri sebuah minimarket dengan luas 100 M2 - 200 M2 yang membuka waktu pelayanan 24 jam. Dari minimarket pertama dalam jarak 200 m di sebelah kiri jalan berdiri sebuah minimarket kedua dengan luas 100 M2 - 200 M2 yang berbeda label. Dari minimarket kedua sekitar jarak 100 M, di sebelah kiri jalan berdiri minimarket ketiga dengan label yang sama dengan minimarket kedua akan tetapi dengan luas 500 M2. Kurang lebih 400 m dari minimarket ke tiga, di sebelakanan h jalan berdiri minimarket keempat yang sama labelnya dengan minimarket pertama dengan luas 100 M2 - 200 M2. Jika kit melihat kenyataan ini, muncul pertanyaan, apakah minimarket memberikan dampak yang tinggi terhadap pedagang kecil? Apakah kehadiran minimarket mempengaruhi omset pedagang tradisional atau pedagang kecil? Dan bagaimana kelanjutan usaha pedagang kecil tersebut?

Page 9: Annoteted bibliographi

2. JUDUL : DAMPAK PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT

JURNAL PERTAMA : UNIVERSITAS SEBELAS MARET JAKARTA TAHUN 2007

PROBLEM STATEMENT

1. Peningkatan pajak dan devisa pemerintah dari sektor pariwisata

2. Semakin memburuknya kesenjangan pendampatan antara berbagai kelompok masyarakat.

3. Sejauh mana dampak pariwisata terhadap perekonomian masyarakat.

4. Munculnya dampak-dampak negative yang terjadi akibat eksplorasi kepariwisataan pada mass tourism.

5. Bagaimana identifikasi, pemetaan dan analisis manfaat ekonomi yang tercipta dari penerapan konsep CBTpada desa wisata kebon agung

6. Berapa nilai koefisien multiplier yang terjadi dari adanya dampak ekonomi yang disebabkan oleh kunjungan di desa wisata kebon agung

Page 10: Annoteted bibliographi

7. Seperti apa keterbatasan konsep CBT yang diterapkan pada pengembangan wisata di desa kebon agung.

ISI

Pariwisata adalah sejumlah kegiatan terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya,adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang keluar masuk suatu kota atau daerah dan negara (Schularad). Oka A. Yoeti dalam bukunya menuliskan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ketempat lain , dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan hidup guna bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Dalam kajian yang lebih kompleks lagi, terkait dengan keterkaitan yang terjadi, Mc Intosh (1984) menjelaskan sebagai berikut: “Tourism is a composite of activities, services, and industries thatdeliver a travel experience Tourism is the sum of phenomena andrelationships arising from the interaction of tourists, business, hostgovernments, and host communities in the process of attractingandhosting these tourists and other visitor”. Sedangkan berdasarkan UU NO 10 Tahun 2009 tentangkepariwisataan, pada pasal 1 disebutkan bahwa Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.

Page 11: Annoteted bibliographi

JURNAL KEDUA : UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG. TAHUN 2009

PROBLEM STATEMENT

a. Pengaruh apa sajakah yang timbul akibat adanya aktivitas pariwisata di dalam obyek wisata bukit cina dan seberapa besar pengaruhnya terhadap kehidupan sosial dan ekonomi setempat.

b. Apakah adanya obyek wisata bukit cinta mempengaruhi terhadap sosial ekonomi masyarakat di wilayah studi

c. Bagaiamana pengaruh sosial-ekonomi pariwisata terhadap aspek keruangan serta pengembangan kawasan obyek wisata bukit cinta berdasarkan keberadaan terhadap konstelasi wilayah kabupaten semarang.

ISI

Sebagai salah satu sektor pembangunan yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ( Soemardjan, 1977: 58 ), periwisata dianggap sebagai suatu aset yang strategis untuk mendorong pembangunan pada wilayah – wilayah tertentu yang mempunyai potensi objek wisata. Dengan adanya perkembangan industri pariwisata di suatu wilayah, arus urbanisasi ke kota – kota besar dapat lebih ditekan. Hal ini disebabkan pariwisata memiliki tiga aspek pengaruh yaitu aspek ekonomis ( sumber devisa, pajak – pajak ), aspek sosial ( penciptaan lapangan kerja ) dan aspek budaya ( Hartono, 1974 : 45 ). keberadaan sektor pariwisata tersebut seharusnya memperoleh dukungan dari semua pihak seperti pemerintah daerah sebagai pengelola, masyarakat yang berada di lokasi objek wisata serta partisipasi pihak swasta sebagai pengembang. Selain peran yang dimilikinya, pariwisata juga merupakan suatu sektor yang tidak jauh berbeda dengan sektor ekonomi yang lain yaitu dalam proses perkembangannya juga mempunyai dampak atau pengaruh dibidang sosial dan ekonomi. Pengaruh yang ditimbulkan tersebut dapat berupa pengaruh positif maupun negatif terhadap kehidupan masyarakat setempat. Untuk mencegah perubahaan itu menuju ke arah negatif maka diperlukan suatu perencanaan yang mencakup aspek sosial dan ekonomi, sehingga sedapat mungkin masyarakat setempat ikut terlibat di dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata. Hal ini perlu dilakukan untuk mendukung keberhasilan pengembangan daerah wisata yang bersangkutan ( Kodyat , 1982 : 4 ) . proses

Page 12: Annoteted bibliographi

pembangunan dan pengembangan suatu wilayah dapat ditunjang oleh potensi wisata yang dimilikinya. Demikian juga , dengan salah satu daerah tujuan wisata yang terdapat di wilayah Kabupaten Semarang yaitu kawasan wisata Rawa Pening, yang dinilai mempunyai potensi yang cukup tinggi dalam memberikan kontribusi terhadap peningkatan PDRB Semarang. Dengan kondisi tersebut maka kawasan Rawa Pening semakin dipacu untu meningkatkan kualitas kawasan dengan pembangunan dan perbaikan sarana serta prasarana penunjang wisata. Halm ini bertujuan agar jumlah wisatawan yang berkunjung ke dalam kawsan semakin meningkat.Adanya peningkatan kunjungan wisatawan dan aktivitas pariwisata yang berlangsung di dalam kawasan, secara tidak langsung telah menimbulkan pengaruh terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat. Hal tersebut sesuai dengan ungkapan Davyd J. Greenwood ( 1976 ).

JURNAL KEDUA : MADE SUYANA UTAMA (MASYARAKAT) TAHUN 2011

PROBLEM STATEMENT :

a. Pengaruh pariwisata terhadap kinerja perekonomianb. Pengaruh perkembangan pariwisata terhadap perubahan

struktur ekonomi di balic. Pengaruh perkembangan pariwisata terhadap kesejahteraan

masyarakat di provinsi balid. Pengaruh kinerja perekonomian terhadap perubahan struktur

ekonomi di provinsi baliue. Pengaruh kenerja perekonomian di bali terhadap kesejahteraan

masyarakat diprovinsi balif. Pengaruh perubahan struktur ekonomi terhadap kesejahteraan

masyarakat di provinsi bali.

Page 13: Annoteted bibliographi

ISI

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja perekonomian berpengaruh signifikan terhadap perubahan struktur ekonomi. Dengan kata lain, dengan terjadinya pertumbuhan PDRB dan penyerapan tenaga kerja yang pesat di Provinsi Bali menyebabkan struktur ekonomi berubah dari pertanian ke non pertanian (industri dan jasa). Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Kuznet seperti yang dikutip oleh Chenery (1975), Ghatak (1984: 49), dan Tambunan (2003) bahwa perubahan strukturekonomi cenderung diakibatkan oleh adanya pertumbuhan ekonomi yang pesat dan perubahan permintaan dan penawaran produk barang dan jasa dalam perekonomian. Berkaitan dengan perubahan struktur tenaga kerja, hasil penelitian ini sesuaidengan temuan dari Zagler (2000) yang ditulis dalam jurnal yang berjudul: Economic Growth, Structural Change, and Search Unemployment, menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi telah menyebabkan terjadinya perubahan struktur ekonomi dan adanya perpindahan tenaga kerja dari sektor industri ke jasa

JURNAL KETIGA : DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA DI KAB. BANTEN. 2000

PROBLEM STATEMENT :

a. Seberapa pengeluaran pariwisata di destinasib. Sejauh mana pariwisata dapat menggerakan bisnis lokalc. Seberapa besar pendapatan pariwisata dapat meningkatan

pendapatan rumah tangga dan usaha kecil dan menengahd. Seberapa banyak pariwisata dapat menciptakan lapangan kerja

dan usaha barue. Berapa kontribusi pajak dari pariwisata.

ISI

Page 14: Annoteted bibliographi

Spillane (1993), mengutip pernyataan IUOTO (international union of official travel organization), menyatakan delapan alasan pengembangan pariwisata yaitu :1. Pariwisata sebagai faktor pemicu bagi perkembangan ekonomi nasional

maupun international.2. Memicu kemakmuran melalui perkembangan komunikasi, transportasi,

akomodasi, jasa-jasa pelayanan lainya.3. Perhatian khusus terhadap pelestarian budaya, nilai nilai sosial agar

bernilai ekonomi.4. Pemerataan kesejahteraan yang diakibatkan oleh adanya konsumsi

wisatawan di destinasi wisata.5. Penghasil devisa6. Pemicu perdagangan international7. Pemicu pertumbuhan dan perkembangan lembaga pendidikan profesi

pariwisata maupun lembaga yang khusus membentuk jiwa hospitality yang handal dan santun.

8. Pangsa pasar bagi produk lokal sehingga aneka-ragam produk terus berkembang, seiiring dinamika sosial ekonomi pada daerah suatu destinasi.

JURNAL KEEMPAT : UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2002

PROBLEM STATEMENT :

a. Mendeskripsikan kondisi masyarakat Desa Banten sebelum adanya pengembangan pariwisata di Kawasan Banten Lama dilihat dari aspek ekonomi yang meliputi Perubahan mata pencarian, Pendapatan dan kesempatan kerja.

b. Mendeskripsikan kondisi masyarakat Desa Banten sesudah adanya pengembangan pariwisata di Kawasan Banten Lama dilihat dari aspek ekonomi yang meliputi Perubahan mata pencarian, Pendapatan dan kesempatan kerja.

c. Analisis Pengaruh pengembangan pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal di Kawasan Banten Lama dilihat dari aspek ekonomi yang meliputi Perubahan mata pencarian, Pendapatan dan kesempatan kerja

Page 15: Annoteted bibliographi

ISI

Pada tahap analisis data ini yang bertujuan untuk mengetahui dampak pengembangan pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal dilihat dari aspek ekonomi. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif merupakan teknik analisis yang mentransformasikan data mentah kedalam bentuk data yang mudah dimengerti dan di interpretasikan serta menyusun dan menyajikan data menjadi informasi yang jelas.

JURNAL KELIMA : UNIVERSITAS PADJADJARAN. 2011

PROBLEM STATEMENT :

a. Feedback effect dan keterkaitan antara sektor pariwisata dengan sektor-sektor lainya dimasing-masing propinsi pada tahun 2000 dan 2005.

ISI

Peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian dapat berupa menciptakan atau menambah lapangan dan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar di lingkungan dimana industri itu berdiri seperti

Page 16: Annoteted bibliographi

dalam usaha akomodasi, restoran, pemandu wisata, seniman, biro perjalanan dan jasa lainnya. Industri pariwisata juga memberikan kontribusi langsung terhadap sektor lain berupa usaha – usaha pembuatan atau perbaikan jalanraya, pelabuhan, bandara, program kebersihan dan kesehatan yang kesemuanya dapat memberikan keuntungan dan kesenangan baik bagi masyarakat dalam lingkungan wilayah yang bersangkutan maupunbagi wisatawan. Sektor pariwisata memacu dan memberi kontribusi kepada pelaksanaan proyek – proyek pada berbagai sektor di negara – negara berkembang dan maju (Pendit, 1994). Pembangunan kepariwisataan menurut UU No. 9 Tahun 2010 tentang Kepariwisataan bertujuan untuk: Meningkatkan pertumbuhan ekonomi; Meningkatkan kesejahteraan rakyat; Menghapus kemiskinan;

Mengatasi pengangguran; Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya; Memajukan kebudayaan; Mengangkat citra bangsa; Memupuk rasa cinta tanah air; Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; danMempererat persahabatan antarbangsa. Pembangunan kepariwisataan Indonesia meliputi industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran dan kelembagaan kepariwisataan.Penelitian yang dilakukan oleh Ernita (2003), yang menganalisa dampak pengeluaran wisatawan terhadap distribusi pendapatan dan perekonomian di Propinsi Bali, menunjukkan pengeluaran wisatawan secara bersamaan mendorong peningkatan pertumbuhan perekonomian di Bali.

JUDUL : ANALSIS PENDAPATAN PETANI KARET DAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA. 2013

JURNAL PERTAMA : UNIVERSITAS BATURAJA

PROBLEM STATEMENT :

a. Berapa pendapatan petani yang menjual karet ke pabrik dank e tangkulak didesa batumarta III kecamatan lubuk raja kabupaten OKU.?

Page 17: Annoteted bibliographi

b. Apakah pendapatan petani di desa batumarta III kecamatan lubuk raja kabupaten OKU yang menjual karet ke pabrik lebih tinggi secaera statistic dibandingkan pendapatan petani yang menjual karet ke tengkulak.?

ISI

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Batumarta III Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU pada bulan September bulan Februari 2013. Penentuan lokasi dilakukan dengan sengaja (purposive). Metode penarikan contoh yang digunakan adalah metode acak berlapis tak berimbang (disproportionate stratified random sampling). Petani contoh adalah petani karet di Desa Batumarta III Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU yang terdiri dari dua strata berdasarkan tempat penjualan karetnya yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1 sebagaiberikut :

Menurut Soekartawi (2006), untuk menganalisis pendapatan petani digunakan rumus-rumus sebagai berikut :

Pd = TR – TCTR = Y x PyTC = FC + VC

Di mana :Pd = Pendapatan usahatani karet (Rp/ha/th)TR = Total penerimaan usahatani karet (Rp/ha/th)TC = Total biaya usahatani karet (Rp/ha/th)Y = Jumlah produksi karet (kg/ha/th)Py = Harga karet (Rp/kg)FC = Biaya tetap usahatani karet (Rp/ha/th)VC = Biaya variabel usahatani karet (Rp/ha/th)

Untuk membandingkan pendapatanpetani yang menjual karet ke pabrik dan ke tengkulak digunakan uji ranking bertanda Wilcoxon, yaitu dengan meranking selisih pendapatan petani yang menjual karet ke pabrik dengan pendapatan petani yang menjual karet ke tengkulak. Pengujian dilakukan dengan menggunakan statistik Tyang diperoleh dengan menjumlahkan ranking bertanda positif atau negatif yang menghasilkan jumlah paling sedikit (Munajat,

Page 18: Annoteted bibliographi

2007). Dengan hipotesis :

H0 : Tidak terdapat perbedaan pendapatanantara petani yang menjual ke pabrikdengan petani yang menjual ketengkulakH1 : Terdapat perbedaan pendapatan antara petani yang menjual ke pabrik dengan petani yang menjual ke tengkulak.

JURNAL KEDUA : YUSRI MUHAMMAD YUSUF DAN ZULKIFLI. 2014

PROBLEM STATEMENT

a. Seberapa besar perbedaan rata-rata pendapatan antara petani tanaman karet PB 260 dengan petani karet lokal.

b. Melihat O/I ratio usaha tani tanaman karet klon PB 260 dan usaha tani tanaman karet lokal.

c. Melihat B/C ratio atau perbandingan antara pertambahan output dan pertambahan input antara tanaman lokal dengan karet PB 260.

ISI

Karakteristik petani sampel usahatani tanaman karet PB260 dan usahatani tanaman karet lokal di Nagari Muaro Boditahun 2010 dapat dilihat pada tabel 1.Tabel 1. Karakteristik Petani Sampel Usahatani TanamanKaret PB 260 dan Usahatani Tanaman Karet Lokaldi Nagari Muaro Bodi Tahun 2010.

No Uraian Usaha tanaman karet PB 260 Usaha tanaman karet lokal

Rata-rata Range Rata-rata range1 Umur (th) 45.41 35-56 46.85 35-582 Luas lahan

(ha)1.05 0.5-2 0.9 0.5-1.75

3 Pendidikan SLTP SD-DIII SD SD-SLTA4 Jumlah

tantangan 3.59 2-5 3.85 2-7

Page 19: Annoteted bibliographi

(org)5 Pengalaman

bertani (th)15.80 5-24 16.95 8-24

Pada tabel 1 dapat diketahui bahwa umur petani sampeltanaman karet PB 260 berkisar 35-56 tahun dengan rata-rata 45,41 tahun, sedangkan umur petani sampel tanaman karet lokal 38-59 tahun dengan rata-rata 46,85 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel berada pada usia produktif. Luas lahan petani sampel tanaman karet PB 260 berkisarantara 0,5-2 ha dengan ratar-rata 1,05 ha, sedangkan luas lahan petani sampel tanaman karet lokal berkisar antara 0,5- 1,75 ha dengan rata-rata 0,95 ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel memiliki lahan yang tidak terlalu luas untuk lahan usahataninya.

Tingkat pendidikan petani sampel tanaman karet berkisar antara SD – DIII dengan rata-rata SLTP, sedangkan petani sampel tanaman karet lokal berkisar antara SD – SLTA dengan rata-rata SD. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani telah lulus sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan petani sampel relatif masih rendah, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pola pikir petani dalam mengusahakan usahataninya. Menurut Mosher (1981) pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan tentang teknologi pertanian yang baru karena pendidikan merupakan sarana belajar di mana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju praktekpertanian yang modern.Jumlah tanggungan keluarga petani sampel tanaman karet PB 260 berkisar antara 2-6 orang dengan rata-rata sebesar 3,59 orang sedangkan jumlah tanggungan petani sampel tanaman karet lokal berkisar antara 2-7 orang denganrata-rata 3,85 orang. Hal ini menunjukkan jumlah tanggungankeluarga petani sampel tidak terlalu banyak, ini akan berpengaruh terhadap pola produksi dan konsumsi petani serta mengakibatkan perbedaan produksi dan pendapatan. Pengalaman bertani petani sampel tanaman karet PB260 berkisar antara 5-24 tahun dengan rata-rata 15,18 tahun, petani sampel tanaman karet lokal berkisar 8-24 tahun dengan rata-rata 16,29 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel telah menggeluti usahatani tanaman karet cukup lama, yang berarti bahwa petani sampel telah mahir berusahatanitanaman karet. Pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh petani juga akan mendukung keberhasilan dalam berusaha tani.

JURNAL KETIGA : UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Page 20: Annoteted bibliographi

PROBLEM STATEMENT

a. Bagaimana perubahan iklim terhadap optimasi pendapatan petani karet

b. Bagaimana pengaruh perubahan iklim terhadap pemberian air didaerah irigasi way mital.

c. Perbandingan hasil produksi pertanian sebelum dan sesudah terjadinya perubahan iklim di daerah irigasi way mital.?

ISI

Dampak dari pemanasan global terhadap lingkungan dan kehidupan, dapat dibedakan menurut tingkat kenaikan suhu dan rentang waktu. Bila suhubumi meningkat hingga 3°C diramalkan sebagian belahan bumi akan tenggelam, karena meningkatnya muka air laut akibat melelehnya es di daerah kutub,misalnya Bangladesh akan tenggelam. Bencana tsunami akan terjadi lagi di beberapa tempat, kekeringan dan berkurangnya beberapa mata air, kelaparan dimana- mana. Akibatnya banyak penduduk dari daerah-daerah yang terkena bencana akan mengungsi ke tempat lain. Peningkatan jumlah pengungsi di suatutempat akan berdampak terhadap stabilitas sosial dan ekonomi, kejadian tersebut sudah sering kita dengar terjadi di Indonesia paska bencana.

Model Optimasi

Dalam hal yang dimaksud dengan model optimasi adalah penyusunan model suatu sistem yang sesuai dengan keadaan nyata, yang nantinya dapat dirubahke dalam model matematis dengan pemisahan elemen- elemen pokok agar suatu penyelesaian yang sesuai dengan sasaran atau tujuan pengambilan keputusandapat tercapai. Fungsi optimasi ini adalah untuk mendapatkan perbedaan ketersediaan air akibat pengaruh perubahaniklim serta besarnya nilai manfaat atau keuntungan pada setiap musim tanam.

Optimasi dengan Program Linier

Optimasi adalah suatu rancangan dalam pemecahan model-model perencanaan dengan mendasarkan pada fungsi matematika yang membatasi. Yang termasuk dalam teknik optimasi berkendala antara lain: (Montarcih dan Soetopo, 2009.

Page 21: Annoteted bibliographi

Model Program Linier

Pada dasarnya model program linier memiliki tiga unsur penting yaitu:1. Variabel PutusanAdalah variabel yang akan dicari berdasarkan musim tanam untuk setiap pola tata tanam padipadi dan palawija bagi tujuan yang hendak dicapai.2. Fungsi TujuanAdalah fungsi matematika yang harus dimaksimumkan atau diminimumkan, dan mencerminkan untuk mendapatkan sasaran yang hendak dicapai.3. Fungsi KendalaAdalah fungsi matematika yang menjadi kendala bagi usaha untuk memaksimumkan atau meminimumkan fungsi tujuan, mewakili kendala yangharus dicapai.

Fasilitas Solver Pada Microsoft Excel

Solver adalah fasilitas didalam program Microsoft Excel pada Windows. Digunakan untuk menyelesaikan masalah optimasi. Solver digunakan untuk mencari solusi maksimum maupun minimum suatu permasalahan yang kita hadapi.

Kondisi Daerah Studi

Jaringan Irigasi Way Mital yang terletak di Desa Gemba Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Propinsi Maluku adalah salah satu Propinsi di Indonesia yang terletak di Kabupaten Seram Bagian Barat dan merupakan Kabupaten yang terluas di wilayahnya dari 10 Kabupaten/Kotamadyayang ada di Propinsi Maluku. Hal ini didukung dengan luas wilayahnya 5.176 km2 dan jumlah penduduknya 163.478. Dengan tingkat pertumbuhan rata-rata0,13% per tahun. Kabupaten Seram Bagian Barat juga dikenal sebagai daerah yang kaya akan potensi diantaranya dari pertanian, perkebunan, kehutanan, tanaman obat keluarga dan lain sebagainya. Jaringan Irigasi Way Mital merupakan jaringan irigasi kabupaten sehingga pengelolaan ada pada Dinas pengairan Kabupaten Seram Bagian Barat dengan luas total daerah irigasi yang dilayani sebesar 127 Ha.Jaringan irigasi way mital terdiri dari tiga saluran sekunder dan empat saluran tersier yaitu : saluran sekunder Way Mital, saluran tersier Kairatu, saluran tersier Gemba, saluran tersier Hatusua dan saluran tersier way mital. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten.

Seram Bagian Barat adalah sebagai berikut:Sebelah Utara : Laut SeramSebelah Selatan : Laut Banda

Page 22: Annoteted bibliographi

Sebelah Timur : Kabupaten Maluku TengahSebelah Barat : Laut Buru(Sumber: Sistem informasi agribisnis Kabupaten Seram Bagian Barat. html)

JURNAL KEEMPAT : UNIVERSITAS AIRLANGGA TAHUN 2006

PROBLEM STATEMENT

a. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap keberlangsungan pertanian karet.

b. Produktivitas karet yang semakin hari semakin rendah.

ISI

Karet (Hevea brasiliensis) merupakan spesies tanaman yang termasuk dalam famili Euphorbiace atau tanaman getah-getahan. Tanaman ini dapat tumbuh pada kondisi lingkungan yang memiliki iklim tropis dan toleran terhadap berbagai kondisi tanah, bahkan pada kondisi tanah yang kurang sesuai dengan tanaman yang lain. Tanpa memandang jenis tanah, karet dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH 3,5-7,0. Keberhasilan suatu usahatani karet ditentukan oleh faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas. Faktor tindakan kultur teknis paling banyak mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas. Beberapa faktor yang erat pengaruhnya antara lain: pembibitan,pembukaan dan persiapan lahan, seleksi dan penanaman bibit, pemeliharaan tanaman (meliputi: penyisipan, penunasan, induksi percabangan, manajemen tajuk, pengendalian gulma, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit) panen, dan peremajaan.

JURNAL KELIMA : UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TH 2009

PROBLEM STATEMENT

a. Rendahnya produktivitas karetb. Tingginya proporsi tanaman karet tuac. Keterbatasan modal untuk membeli bibit unggul

Page 23: Annoteted bibliographi

d. Herbisida serta sarana produksi pertanian di tingkat petani masih terbatas.

ISI

Pengumpulan Data Penelitian menggunakan data primer dan data sekunder yang diperoleh di Kabupaten Mandailing Natal. Data primer berupa data usaha tani perkebunan karet rakyat (input, output dan harga dalam pengusahaan kebun karet rakyat) serta data harga pasar cup lump karet di tingkat petani, pedagang pengumpul, serta pabrik. Data sekunder berupa peta kesesuaian lahan untuk tanaman karet, peta administrasi Kabupaten Mandailing Natal, peta kawasan hutan di Kabupaten Mandailing Natal, peta hutan tanaman rakyat Kabupaten Mandailing Natal dan peta present land use Kabupaten Mandailing Natal, draft RTRW Kabupaten Mandailing Natal, serta peraturan perundang-undangan yang terkait. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga Desember 2010. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan petani dan pedagang pengumpul yang dipilih secara purposive. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Bappeda di Kabupaten Mandailing Natal, dan dinas/instansi terkait lainnya.

Teknik Analisis Data Penentuan lokasi berpotensi untuk pengembangan karet rakyat Penentuan lokasi yang berpotensi untuk pengembangan karet rakyat berdasarkan aspek fisik dilakukan dengan meng-overlay peta hasil evaluasi kesesuaian lahan yang telah dibuat oleh Bappeda Kabupaten Mandailing Natal dengan peta administrasi Kabupaten Mandailing Natal dengan skala 1:50 000.

Analisis kelayakan finansial Data didapatkan melalui wawancara dan penyebaran kuesioner pada petani di desa-desa yang merupakan pewakil kelas kesesuaian lahan. Enam desa ditetapkan sebagai lokasi pengambilan data, yakni untuk kelas kesesuaian lahan S1 Desa Sihepeng, Kecamatan Siabu dan Desa Malintang Jae, Kecamatan Bukit Malintang, untuk Desa Purba Baru, Kecamatan Lembah Sorik Merapi dan Desa

Roburan Lombang, Kecamatan Panyabungan Selatan untuk kelas kesesuaian lahan S2, dan Desa Tambangan Pasoman, Kecamatan Tambangan, Desa Hutarimbaru SM, Kecamatan Kotanopan untuk kelas kesesuaian lahan S3. Pemilihan petani

Page 24: Annoteted bibliographi

dilakukan secara purposive sampling sebanyak 25 orang per desa, yakni petani yang memiliki curahan kerja utama pada usaha tani karet, memiliki lahan karet serta membangun sendiri kebunnya sejak awal, dan memiliki kebun karet yang telah berproduksi. Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan finansial menurut Soekartawi (1996) adalah sebagai berikut:

a. Net present value (NPV) yang merupakan selisih antara present value dari arus benefit dikurangi present value dari arus cost; b. Net benefit cost ratio (Net BCR) yang merupakan perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang positif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negatif; c. Internal rate of return (IRR) yang dinyatakan dengan persen (%), yang merupakan tolok ukur dari keberhasilan proyek tingkat suku bunga pada saat NPV=0.

Kelayakan usaha ditentukan dengan mempertimbangkan ketiga alat analisis tersebut. Usaha tersebut layak apabila NPV>0, Net B/C>1, dan IRR persentasenya lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang ditentukan. Pada penelitian ini juga dilakukan penghitungan payback period (masa pengembalian modal petani) dan analisis sensitivitas dengan melakukan skenario menaikkan harga input, menaikkan suku bunga, dan menghitung break event point (BEP) volume produksi dan harga penjualan (BEP terjadi pada saat keuntungan sama dengan 0).

Analisis margin tata niaga Margin tata niaga digunakan untuk mengetahui siapa yang menikmati keuntungan terbesar dari rantai pemasaran yang ada. Margin tata niaga diketahui dengan menghitung perbedaan harga di tingkat petani dan di tingkat pabrik. Analisis ini dilakukan menggunakan data hasil wawancara dengan 2 orang pedagang pengumpul tingkat desa dan 2 orang pedagang pengumpul tingkat kecamatan. Pemilihan responden dilakukan secara sengaja (purposive).

Analisis keterpaduan/integrasi pasar Analisis keterpaduan pasar pada penelitian ini mengacu pada model yang dikembangkan oleh Ravallion (1986) dan Heytens (1986), dengan rumus berikut: Pft = (1+b1) Pft-1 + b2 (Pet – Pet-1) + (b3 – b1)Pet-1 + μt dengan Pft = harga Karet tingkat petani pada tahun t Pft-1 = harga Karet tingkat petani pada tahun sebelumnya Pet = harga Karet tingkat pabrik pada tahun t

Page 25: Annoteted bibliographi

Pet-1 = harga Karet tingkat pabrik pada tahun sebelumnya t = periode waktu μt = galat Forum Pascasarjana Vol. 35 No. 1 Januari 2012: 1-13 4

Page 26: Annoteted bibliographi

Koefisien b2 menunjukkan seberapa jauh perubahan harga di tingkat eksportir ditransmisikan ke tingkat petani. Keterpaduan pasar jangka pendek akan tercapai pada saat koefisien b2=1. Koefisien (1+b1) dan (b3-b1) masing-masing mencerminkan seberapa jauh kontribusi relatif harga periode sebelumnya, baik di tingkat petani maupun di pabrik, terhadap tingkat harga yang berlaku sekarang di tingkat petani. Rasio antara kedua koefisien tersebut menunjukkan indeks hubungan pasar (index of marketing connection/IMC) yang menunjukkan tinggi atau rendahnya keterpaduan antara kedua pasar yang bersangkutan. Nilai IMC yang semakin mendekati nol menunjukkan adanya keterpaduan pasar jangka panjang.

Arahan Kebijakan Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat Penyusunan arahan pengembangan perkebunan karet rakyat di Kabupaten Mandailing Natal dilakukan secara pemetaan dan deskriptif. Peta arahan pengembangan perkebunan rakyat dibuat dengan meng-overlay peta kesesuaian lahan tanaman karet dengan peta penggunaan lahan sekarang (present land use), peta kawasan hutan (SK.44/Menhut-II/2005 tanggal 16 Februari 2005 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Sumatera Utara seluas ± 3 742 120 ha), peta cadangan Hutan Tanaman Rakyat/HTR (SK.113/Menhut-II/2008 tanggal 21 April 2008 tentang Pencadangan Areal Hutan untuk Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat seluas ± 9 815 ha di Kabupaten Mandailing Natal) dan disesuaikan dengan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Mandailing Natal (belum disahkan) serta mempertimbangkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.37/Menhut-II/2007 tentang Hutan Kemasyarakatan serta Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2008 jo Nomor P.14/Menhut-II/2010 tentang Hutan Desa, serta Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

_______________________________________________________

OLEH:

AL’AZIZBP : 12-170