62
PERAN UKM TERHADAP PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN DI INDONESIA Abstraksi Upaya pengentasan kemiskinan dapat dilakukan antara lain dengan memutus mata rantai kemiskinan itu sendiri, diantaranya adalah dengan pemberian akses yang luas terhadap sumber-sumber pembiayaan bagi Usaha Kecil dan Mikro (UKM) yang pada dasarnya merupakan bagian dari masyarakat miskin yang mempunyai kemauan dan kemampuan produktif. Meskipun kontribusi UKM dalam PDB semakin besar, namun hambatan yang dihadapinya besar pula, diantaranya kesulitan mengakses sumber-sumber pembiayaan dari lembaga-lembaga keuangan formal. Tulisan ini mencoba untuk menguraikan peranan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dalam menunjang kegiatan UKM, walaupun porsinya sebagai alternatif pembiayaan masih lebih kecil dibandingkan lembaga-lembaga keuangan formal. Namun, hal ini menarik untuk dikaji sebab perkembangan LKM ternyata searah dengan perkembangan UKM sehingga dapat dinyatakan bahwa LKM sebagai salah satu pilar sistem keuangan nasional. Selain itu juga untuk mengevaluasi dampak pada peningkatan jumlah perusahaan yang ukuran pertumbuhan produksi (nilai tambah), investasi, penyerapan tenaga kerja, teknologi perbaikan dan pertumbuhan ekonomi dengan membandingkan antara kecil dan menengah perusahaan (UKM) dengan perusahaan besar (UB). Model ekonometrik menggunakan persamaan simultan dari data yang diperoleh telah menghasilkan bahwa peran UKM memiliki lebih besar kontribusi terhadap perekonomian nasional dibandingkan dengan yang dari UB

Peran ukm terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

PERAN UKM TERHADAP PERTUMBUHAN PEREKONOMIAN DI INDONESIA

Abstraksi

Upaya pengentasan kemiskinan dapat dilakukan antara lain dengan memutus mata rantai

kemiskinan itu sendiri, diantaranya adalah dengan pemberian akses yang luas terhadap

sumber-sumber pembiayaan bagi Usaha Kecil dan Mikro (UKM) yang pada dasarnya

merupakan bagian dari masyarakat miskin yang mempunyai kemauan dan kemampuan

produktif. Meskipun kontribusi UKM dalam PDB semakin besar, namun hambatan yang

dihadapinya besar pula, diantaranya kesulitan mengakses sumber-sumber pembiayaan dari

lembaga-lembaga keuangan formal.

Tulisan ini mencoba untuk menguraikan peranan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dalam

menunjang kegiatan UKM, walaupun porsinya sebagai alternatif pembiayaan masih lebih

kecil dibandingkan lembaga-lembaga keuangan formal. Namun, hal ini menarik untuk dikaji

sebab perkembangan LKM ternyata searah dengan perkembangan UKM sehingga dapat

dinyatakan bahwa LKM sebagai salah satu pilar sistem keuangan nasional. Selain itu juga

untuk mengevaluasi dampak pada peningkatan jumlah perusahaan yang ukuran pertumbuhan

produksi (nilai tambah), investasi, penyerapan tenaga kerja, teknologi perbaikan dan

pertumbuhan ekonomi dengan membandingkan antara kecil dan menengah perusahaan

(UKM) dengan perusahaan besar (UB). Model ekonometrik menggunakan persamaan

simultan dari data yang diperoleh telah menghasilkan bahwa peran UKM memiliki lebih

besar kontribusi terhadap perekonomian nasional dibandingkan dengan yang dari UB

Untuk mewujudkan hal tersebut, terdapat dua hal yang layak direkomendasikan: pertama,

memperkuat aspek kelembagaan LKM sebagaimana yang selama ini telah berjalan pada

lembaga-lembaga keuangan formal yaitu mempercepat pengesahan RUU tentang LKM, dan

kedua, komitmen yang kuat pada pengembangan UKM yang sinergi dengan LKM. Dan pada

akhirnya upaya untuk memutus rantai kemiskinan dapat dilakukan dengan cara yang

produktif.

Page 2: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) tidak terlepas dari perkembangan

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peranan UMKM terutama sejak krisis moneter

tahun 1998 dapat dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi

nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga

kerja.

Kinerja UMKM dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Data

Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan besaran Produk Domestik Bruto yang diciptakan

UMKM dalam tahun 2003 mencapai nilai Rp 1.013,5 triliun (56,7 persen dari PDB). Jumlah

unit usaha UMKM pada tahun 2003 mencapai 42,4 juta, sedangkan jumlah tenaga kerja yang

bekerja di sektor ini tercatat 79,0 juta pekerja. Pertumbuhan PDB UMKM periode 2000 –

2003 ternyata lebih tinggi daripada total PDB, yang sumbangan pertumbuhannya lebih besar

dibandingkan dengan Usaha Besar.

Perkembangan sektor UMKM yang demikian menyiratkan bahwa terdapat potensi

yang besar atas kekuatan domestik, jika hal ini dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik

tentu akan dapat mewujudkan usaha menengah yang tangguh, seperti yang terjadi saat

perkembangan usaha-usaha menengah di Korea Selatan dan Taiwan. Namun, disisi yang lain

UMKM juga masih dihadapkan pada masalah mendasar yang secara garis besar mencakup:

pertama, masih sulitnya akses UMKM pada pasar atas produk-produk yang dihasilkannya,

kedua, masih lemahnya pengembangan dan penguatan usaha, serta ketiga, keterbatasan akses

terhadap sumber-sumber pembiyaan dari lembaga-lembaga keuangan formal khususnya dari

perbankan.

Keterbatasan akses sumber-sumber pembiayaan yang dihadapi oleh UMKM

khususnya pelaku Usaha Kecil dan Mikro (UKM) terutama dari lembaga-lembaga keuangan

formal seperti perbankan, menyebabkan mereka bergantung pada sumber-sumber informal.

Bentuk dari sumber-sumber ini beraneka ragam mulai dari pelepas uang (rentenir) hingga

berkembang dalam bentuk unit-unit simpan pinjam, koperasi dan bentuk-bentuk yang lain.

Dalam perkembangannya, lembaga-lembaga keuangan informal ini lebih mengena di

kalangan pelaku UKM karena sifatnya yang lebih fleksibel, misalnya dalam hal persyaratan

dan jumlah pinjaman yang tidak seketat persyaratan perbankan maupun keluwesan pada

Page 3: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

pencairan kredit. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa keberadaan lembaga-lembaga

keuangan informal sesuai dengan kebutuhan pelaku UKM, yang umumnya membutuhkan

pembiayaan sesuai skala dan sifat usaha kecil. Keberadaan lembaga-lembaga keuangan

informal ini kemudian disebut sebagai Lembaga Keuangan Mikro (LKM).

Namun sangat disayangkan, bahwa keberadaan LKM belum mendapat tempat yang

jelas dalam perekonomian nasional sebagaimana lembaga keuangan lainnya seperti

perbankan (termasuk didalamnya BRI unit dan BPR), asuransi, perusahaan pembiayaan.

Keberadaan perbankan telah diatur secara jelas dalam Arsitektur Perbankan Indonesia (API)

dengan Bank Indonesia sebagai motor penggeraknya, bahkan terdapat penjaminan oleh

pemerintah berupa Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang semakin mengukuhkan

keberadaan perbankan. Kondisi ini akan jauh berbeda bila dibandingkan dengan keberadaan

LKM yang telah jelas mempunyai kontribusi pada pelaku UKM yang peranannya dalam PDB

sangat besar.

Page 4: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

II. PEMBAHASAN

II.1 Peranan UKM dalam Perekonomian

Sejarah perekonomian telah ditinjau kembali untuk mengkaji ulang peranan usaha skala

kecil – menengah (UKM). Beberapa kesimpulan, setidak-tidaknya hipotesis telah ditarik

mengenai hal ini. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat sebagaimana terjadi di

Jepang, telah dikaitkan dengan besaran sektor usaha kecil. Kedua, dalam penciptaan lapangan

kerja di Amerika Serikat sejak perang dunia II, sumbangan UKM ternyata tak bisa diabaikan

(D.L. Birch, 1979).

Negara-negara berkembang yang mulai mengubah orientasinya ketika melihat

pengalaman di negara-negara industri maju tentang peranan dan sumbangan UKM dalam

pertumbuhan ekonomi. Ada perbedaan titik tolak antara perhatian terhadap UKM di negara-

negara sedang berkembang (NSB) dengan di negara-negara industri maju. Di NSB, UKM

berada dalam posisi terdesak dan tersaingi oleh usaha skala besar. UKM sendiri memiliki

berbagai ciri kelemahan, namun begitu karena UKM menyangkut kepentingan

rakyat/masyarakat banyak, maka pemerintah terdorong untuk mengembangkan dan

melindungi UKM. Sedangkan di negara-negara maju UKM mendapatkan perhatian karena

memiliki faktor-faktor positif yang selanjutnya oleh para cendekiawan (sarjana–sarjana)

diperkenalkan dan diterapkan ke NSB.

Beberapa keunggulan UKM terhadap usaha besar antara lain adalah :

Inovasi dalam teknologi yang telah dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk.

Hubungan kemanusiaan yang akrab didalam perusahaan kecil.

Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapannya terhadap

tenaga kerja.

Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah

dengan cepat dibanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis.

Terdapatnya dinamisme managerial dan peranan kewirausahaan.

Page 5: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

II.2 Peranan UKM di Indonesia

Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digambarkan sebagai sektor

yang mempunyai peranan yang penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya

berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik disektor tradisional maupun

modern. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap

perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen. 1. Departemen

Perindustrian dan Perdagangan; 2. Departemen Koperasi dan UKM, namun demikian usaha

pengembangan yang telah dilaksanakan masih belum memuaskan hasilnya, karena pada

kenyataannya kemajuan UKM sangat kecil dibandingkan dengan kemajuan yang sudah

dicapai usaha besar. Pelaksanaan kebijaksanaan UKM oleh pemerintah selama Orde Baru,

sedikit saja yang dilaksanakan, lebih banyak hanya merupakan semboyan saja, sehingga

hasilnya sangat tidak memuaskan. Pemerintah lebih berpihak pada 33 pengusaha besar

hampir disemua sektor, antara lain : perdagangan, perbankan, kehutanan, pertanian dan

industri.

Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, karena semakin terbukanya pasar

didalam negeri, merupakan ancaman bagi UKM dengan semakin banyaknya barang dan jasa

yang masuk dari luar dampak globalisasi. Oleh karena itu pembinaan dan pengembangan

UKM saat ini dirasakan semakin mendesak dan sangat strategis untuk mengangkat

perekonomian rakyat, maka kemandirian UKM dapat tercapai dimasa mendatang. Dengan

berkembangnya perekonomian rakyat diharapkan dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat, membuka kesempatan kerja, dan memakmurkan masyarakat secara keseluruhan.

Kegiatan UKM meliputi berbagai kegiatan ekonomi, namun sebagian besar berbentuk

usaha kecil yang bergerak disektor pertanian. Pada tahun 1996 data Biro Pusat Statistik

menunjukkan jumlah UKM = 38,9 juta, dimana sektor pertanian berjumlah 22,5 juta (57,9%),

sektor industri pengolahan = 2,7 juga (6,9 %), sektor perdagangan, rumah makan dan hotel =

9,5 juta (24%) dan sisanya bergerak dibidang lain. Dari segi nilai ekspor nasional (BPS,

1998). Nilai ini jauh tertinggal bila dibandingkan ekspor usaha kecil negara-negara lain,

seperti Taiwan (65 %), Cina 50 %), Vietnam (20 %), Hongkong (17 %), dan Singapura (17

%). Oleh karena itu, perlu dibuat kebijakan yang tepat untuk mendukung UKM seperti antara

lain: perijinan, teknologi, struktur, manajemen, pelatihan dan pembiayaan.

II.3 Posisi Industri Kecil di Indonesia

Page 6: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

Usaha skala kecil di Indonesia adalah merupakan subyek diskusi dan menjadi perhatian

pemerintah karena perusahaan kecil tersebut menyebar dimana-mana, dan dapat memberi

kesempatan kerja yang potensial. Para ahli ekonomi sudah lama menyadari bahwa sektor

industri kecil sebagai salah satu karakteristik keberhasilan dan pertumbuhan ekonomi.

Industri kecil menyumbang pembangunan dengan berbagai jalan, menciptakan kesempatan

kerja, untuk perluasan angakatan kerja agi urbanisasi, dan menyediakan fleksibilitas

kebutuhan serta inovasi dalam perekonomian secara keseluruhan.

Tabel 2.1 Jumlah Unit Industri Menengah/Besar dan Industri Kecil, 1991-1997

Sumber : BPS, 1998

Tabel 2.1 menunjukkan 99.3% dari jumlah unit industri merupakan industri kecil. Begitu

pula Tabel 2.2 memperlihatkan jumlah pekerja yang diserap industri kecil lebih besar (±

67%) dibandingkan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh industri skala besar-menengah (±

23%). Oleh karena itu sudah sepantasnya pemerintah memberikan perhatian khusus dalam

pembangunan ekonomi. Namun demikian, usaha pengembangan yang telah dilakukan masih

belum memuaskan, karena dirasakan keberadaan industri kecil selalu tertinggal dibandingkan

dengan kemajuan yang dicapai oleh industri besar.

Sesuai dengan Tabel 2.3 yang memperlihatkan nilai produksi yang dihasilkan industri

skala besar-menengah jauh lebih besar (89,56%) dibandingkan nilai produksi industri kecil

hanya 10,44 %. Industri menengah-besar mengalami kenaikan persentase nilai produksi

setiap tahun dari total nilai produksi nasional.

Tabel 2.2 Tenaga Kerja Industri Menengah/Besar dan Industri Kecil di Indonesia

Page 7: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

Sumber: BPS, 1997

Tabel 2.3 Nilai Produksi yang dihasilkan Industri Menengah /Besar Industri Kecil Di

Indonesia, 1994 – 1998

Sumber : BPS, 1998

II.4 Profil Usaha Kecil di Indonesia

Dari hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Management FE UI tahun 1987 dapat

dirumuskan profil usaha kecil di Indonesia seagai berikut :

1. Hampir setengahnya dari perusahaan kecil hanya mempergunakan kapasitas 60% atau

kurang.

2. Lebih dari setengah perusahaan kecil didirikan sebagai pengembangan dari usaha kecil-

kecilan.

3. Masalah-masalah utama yang dihadapi :

a. Sebelum investasi masalah : permodalan, kemudahan usaha (lokasi, izin).

b. Pengenalan usaha : pemasaran, permodalan, hubungan usaha.

c. Peningkatan usaha : pengadaan bahan/barang.

4. Usaha menurunkan kerena : kurang modal, kurang mampu memasarkan, kurang

keterampilan teknis dan administrasi.

Page 8: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

5. Mengharapkan bantuan pemerintah berupa modal, pemasaran dan pengadaan

barang.

6. 60 % menggunakan teknologi tradisional.

7. 70 % melakukan pemasaran langsung ke konsumen.

8. Untuk memperoleh bantuan perbankan, dipandang terlalu rumit dan dokumen

dokumen yang harus disiapkan.

II.5 UKM pada Masa Krisis (Akhir 1997 – sampai saat ini)

Krisis yang terjadi di Indonesia sejak tengah tahun 1997 sampai saat ini belum

menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Krisis ini juga telah mengakibatkan kedudukan

posisi pelaku sektor ekonomi berubah. Usaha besar satu persatu pailit karena bahan baku

impor meningkat secara drastis, biaya cicilan utang meningkat sebagai akibat dari nilai tukar

rupiah terhadap dolar yang menurun dan berfluktuasi. Sektor perbankan juga ikut terpuruk

ikut memperparah sektor industri dari sisi permodalan. Banyak perusahaan yang tidak mampu

lagi meneruskan usaha karena tingkat bunga yang tinggi. Berbeda dengan UKM sebagian

besar tetap bertahan, bahkan cendrung bertambah. Mengapa demikian ?

Alasan-alasan UKM bisa bertahan dan cenderung meningkat jumlahnya pada masa krisis

adalah :

1. Sebagian besar UKM memperoduksi barang konsumsi dan jasa-jasa dengan elastitas

permintaan terhadap pendapatan yang rendah, maka tingkat pendapatan rata-rata

masyarakat tidak banyak berpengaruh terhadap permintaan barang yang dihasilkan.

Sebaliknya kenaikan tingkat pendapatan juga tidak berpengaruh pada permintaan.

2. Sebagian besar UKM tidak mendapat modal dari bank. Implikasinya keterpurukan

sektor perbankan dan naiknya suku bunga, tidak banyak mempengaruhi sektor ini.

Berbeda dengan sektor perbankan bermasalah, maka UKM ikut terganggu kegiatan

usahanya. Sedangkan usaha berkala besar dapat bertahan. Di Indonesia, UKM

mempergunakan modal sendiri dari tabungan dan aksesnya terhadap perbankan sangat

rendah.

3. UKM mempunyai modal yang terbatas dan pasar yang bersaing, dampaknya UKM

mempunyai spesialisasi produksi yang ketat. Hal ini memungkinkan UKM mudah

untuk pindah dari usaha yang satu ke usaha lain, hambatan keluar-masuk tidak ada.

Page 9: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

4. Reformasi menghapuskan hambatan-hambatan di pasar, proteksi industri hulu

dihilangkan, UKM mempunyai pilihan lebih banyak dalam pengadaan bahan baku.

Akibatnya biaya produksi turun dan efisiensi meningkat. Tetapi karena bersamaan

dengan terjadinya krisis ekonomi, maka pengaruhnya tidak terlalu besar.

5. Dengan adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan menyebabkan sektor formal

banyak memberhentikan pekerja-pekerjanya. Para penganggur tersebut memasuki

sektor informal, melakukan kegiatan usaha yang umumnya berskala kecil, akibatnya

jumlah UKM meningkat.

Pada masa krisis ekonomi yang berkepanjangan, UKM dapat bertahan dan mempunyai

potensi untuk berkembang. Dengan demikian UKM dapat dijadikan andalan untuk masa yang

akan datang dan harus didukung dengan kebijakan-kebijakan yang kondusif, serta persoalan-

persoalan yang menghambat usaha-usaha pemberdayaan UKM harus dihilangkan. Konstitusi

kebijakan ekonomi Pemerintah harus menempatkan UKM sebagai prioritas utama dalam

pemulihan ekonomi, untuk membuka kesempatan kerja dan mengurangi jumlah

pengangguran.

II.6 Pembinaan UKM

Bagian dari tulisan ini akan dimulai dengan mengajukan sebuah pertanyaan menarik

yakni : bagaimana caranya melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap UKM dalam

konteks pasar bebas dan terbuka? jika diteliti lebih rinci ternyata UKM itu tidak homogin.

Pandangan umum bahwa UKM itu memiliki sifat dan jiwa entrepreneurship

(kewiraswastaan) adalah kurang tepat. Ada sub kelompok UKM yang memiliki sifat

entrepreneurship tetapi ada pula yang tidak menunjukkan sifat tersebut. Dengan

menggunakan kriteria entrepreneurship maka kita dapat membagi UKM dalam empat bagian,

yakni :

(1) Livelihood Activities : UKM yang masuk kategori ini pada umumnya bertujuan mencari

kesempatan kerja untuk mencari nafkah. Para pelaku dikelompok ini tidak memiliki

jiwa entrepreneurship. Kelompok ini disebut sebagai sektor informal. Di Indonesia

jumlah UKM kategori ini adalah yang terbesar.

(2) Micro enterprise : UKM ini lebih bersifat “artisan” (pengrajin) dan tidak bersifat

entrepreneurship (kewiraswastaan). Jumlah UKM ini di Indonesia juga relatif besar.

Page 10: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

(3) Small Dynamic Enterprises : UKM ini yang sering memiliki jiwa entrepreneurship.

Banyak pengusaha skala menengah dan besar yang tadinya berasal dari kategori ini.

Kalau dibina dengan baik maka sebagian dari UKM kategori ini akan masuk ke

kategori empat. Jumlah kelompok UKM ini jauh lebih kecil dari jumlah UKM yang

masuk kategori satu dan dua. Kelompok UKM ini sudah bisa menerima pekerjaan sub-

kontrak dan ekspor.

(4) Fast Moving Enterprises : ini adalah UKM tulen yang memilki jiwa entrepreneurship

yang sejati. Dari kelompok ini kemudian akan muncul usaha skala menengah dan besar.

Kelompok ini jumlahnya juga lebih sedikit dari UKM kategori satu dan dua.

Dilihat dari pembinaan yang efektif maka sebaiknya pemerintah memusatkan

perhatiannya pada UKM kategori tiga dan empat. Kelompok ini juga dapat menyerap materi

pelatihan. Tujuan pembinaan terhadap UKM kategori tiga dan empat adalah untuk

mengembangkan mereka menjadi usaha sekala menengah. Secara konseptual penulis

menganggap ada dua faktor kunci yang bersifat internal yang harus diperhatikan dalam proses

pembinaan UKM. Pertama, sumber daya manusia (SDM), kemampuan untuk meningkatkan

kualitas SDM baik atas upaya sendiri atau ajakan pihak luar. Selain itu dalam SDM juga

penting untuk memperhatikan etos kerja dan mempertajam naluri bisnis. Kedua, manajemen,

pengertian manajemen dalam praktek bisnis meliputi tiga aspek yakni berpikir, bertindak, dan

pengawasan.

II.7 Lembaga Keuangan Mikro dengan Kemiskinan

Lembaga keuangan mempunyai fungsi sebagai intermediasi dalam aktifitas suatu

perekonomian. Jika fungsi ini berjalan baik, maka lembaga keuangan tersebut dapat

menghasilkan nilai tambah. Aktifitas ekonomi disini tidak membedakan antara usaha yang

dilaksanakan tersebut besar atau kecil, karena yang membedakan hanya besarnya nilai

tambah berdasarkan skala usaha. Hal ini berarti bahwa usaha kecilpun jika memanfaatkan

lembaga keuangan juga akan memberikan kenaikan nilai tambah, sehingga upaya

meningkatkan pendapatan masyarakat salah satunya dapat dilakukan dengan cara yang

produktif dengan memanfaatkan jasa intermediasi lembaga keuangan, termasuk usaha

produktif yang dilakukan oleh masyarakat miskin.

Pengentasan kemiskinan dapat dilaksanakan melalui banyak sarana dan program baik

yang bersifat langsung maupun tak langsung. Usaha ini dapat berupa transfer payment dari

pemerintah misalnya, program pangan, kesehatan, pemukiman, pendidikan, keluarga

Page 11: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

berencana, maupun usaha yang bersifat produktif misalnya melalui pinjaman dalam bentuk

micro credit.

Secara hipotesis, kaitan antara pemberdayaan kredit mikro dengan upaya pengentasan

kemiskinan merupakan pintu masuk relatif mudah bagi orang yang akan menjadi pengusaha

pemula. Jika pengusaha pemula ini tumbuh dan berkembang akan terentaskan karena menjadi

pengusaha atau karena trickle down effect dari semakin banyaknya pengusaha mikro (Krisna

Wijaya: 2005).

Menurut Marguiret Robinson (2000), pinjaman dalam bentuk micro credit merupakan

salah satu upaya yang ampuh dalam menangani kemiskinan. Hal tersebut didasarkan bahwa

pada masyarakat miskin sebenarnya terdapat perbedaan klasifikasi diantara mereka, yang

mencakup: pertama, masyarakat yang sangat miskin (the extreme poor) yakni mereka yang

tidak berpenghasilan dan tidak memiliki kegiatan produktif, kedua, masyarakat yang

dikategorikan miskin namun memiliki kegiatan ekonomi (economically active working poor),

dan ketiga, masyarakat yang berpenghasilan rendah (lower income) yakni mereka yang

memiliki penghasilan meskipun tidak banyak. Kategori ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Pendekatan yang dipakai dalam rangka pengentasan kemiskinan tentu berbeda-beda untuk

ketiga kelompok masyarakat tersebut agar sasaran pengentasan kemiskinan tercapai. Bagi

kelompok pertama akan lebih tepat jika digunakan pendekatan langsung berupa program

pangan, subsidi atau penciptaan lapangan pekerjaan. Sedangkan bagi kelompok kedua dan

ketiga, lebih efektif jika digunakan pendekatan tidak langsung misalnya penciptaan iklim

yang kondusif bagi pengembangan UKM, pengembangan berbagai jenis pinjaman mikro atau

mensinergikan UKM dengan para pelaku Usaha Menengah maupun Besar.

Page 12: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

Gambar 1

Financial Services in the Poverty Alleviation Toolbox

Sumber: Rudjito, Peran Lembaga Keuangan Mikro Dalam Otonomi Daerah Guna

Menggerakkkan Ekonomi Rakyat dan Menanggulangi Kemiskinan: Studi

Kasus Bank Rakyat Indonesia, Jurnal Keuangan Rakyat Tahun II, Nomor 1,

Maret 2003

II.8 Lembaga Keuangan Mikro

Menurut definisi yang dipakai dalam Microcredit Summit (1997), kredit mikro adalah

program pemberian kredit berjumlah kecil ke warga paling miskin untuk membiayai proyek

yang dia kerjakan sendiri agar menghasilkan pendapatan, yang memungkinkan mereka peduli

terhadap diri sendiri dan keluarganya, “programmes extend small loans to very poor for self-

employment projects that generate income, allowing them to care for themselves and their

families” (Kompas, 15 Maret 2005). Sedangkan Bank Indonesia mendefinisikan kredit mikro

merupakan kredit yang diberikan kepada para pelaku usaha produktif baik perorangan

maupun kelompok yang mempunyai hasil penjualan paling banyak seratus juta rupiah per

tahun.

Lembaga keuangan yang terlibat dalam penyaluran kredit mikro umumnya disebut

Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Menurut Asian Development Bank (ADB), lembaga

keuangan mikro (microfinance) adalah lembaga yang menyediakan jasa penyimpanan

Page 13: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

(deposits), kredit (loans), pembayaran berbagai transaksi jasa (payment services) serta money

transfers yang ditujukan bagi masyarakat miskin dan pengusaha kecil (insurance to poor and

low-income households and their microenterprises). Sedangkan bentuk LKM dapat berupa:

(1) lembaga formal misalnya bank desa dan koperasi, (2) lembaga semiformal misalnya

organisasi non pemerintah, dan (3) sumber-sumber informal misalnya pelepas uang.

LKM di Indonesia menurut Bank Indonesia dibagi menjadi dua kategori yaitu LKM yang

berwujud bank serta non bank. LKM yang berwujud bank adalah BRI Unit Desa, BPR dan

BKD (Badan Kredit Desa). Sedangkan yang bersifat non bank adalah koperasi simpan pinjam

(KSP), unit simpan pinjam (USP), lembaga dana kredit pedesaan (LDKP), baitul mal

wattanwil (BMT), lembaga swadaya masyarakat (LSM), arisan, pola pembiayaan Grameen,

pola pembiayaan ASA, kelompok swadaya masyarakat (KSM), dan credit union. Meskipun

BRI Unit Desa dan BPR dikategorikan sebagai LKM, namun akibat persyaratan peminjaman

menggunakan metode bank konvensional, pengusaha mikro kebanyakan masih kesulitan

mengaksesnya.

II.9 Analisis Perkembangan LKM dan UKM dalam Memutus Mata Rantai

Kemiskinan

Menganalisis keberadaan LKM tidak terlepas perkembangan UKM dan perkembangan

LKM itu sendiri di Indonesia. Keberadaan LKM muncul seiiring dengan pesatnya aktifitas

UKM namun di sisi lain dihadapkan pada kendala keterbatasan mengakses sumber-sumber

pembiayaan dari lembaga-lembaga keuangan formal. Pembahasan disini akan diawali dengan

perkembangan UKM, kemudian dilanjutkan dengan darimana UKM memperoleh sumber-

sumber permodalan, perkembangan LKM dan diakhiri dengan uraian potensi dan

permasalahan LKM di masa mendatang.

II.9.1 Perkembangan UKM

Berdasarkan Data BPS tahun 2005, kondisi UKM periode 2001 sampai 2004

menunjukkan perkembangan positif. Selama periode ini, kontribusi UKM terhadap produk

domestik bruto rata-rata mencapai 56,04 persen. Secara sektoral aktivitas UKM ini

mendominasi sektor pertanian, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran (Tabel 1). Sektor-

sektor ini merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja.

Page 14: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

Tabel 1

Kontribusi Usaha Kecil, Menengah dan Besar Terhadap PDB Tahun 2001 s.d. 2004

(dalam persentase)

Sumber: Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2005, Berita Statistik Maret 2005,

Badan Pusat Statistik dengan Kementerian Koperasi & Usaha Kecil Menengah

Kemampuan sektor usaha dalam menciptakan nilai tambah sangat berbeda antara satu

kelompok usaha dengan lainnya dan mencerminkan karakteristik masing-masing pelaku

usaha. Data BPS tahun 2005, menunjukkan bahwa dari jumlah 43,22 juta unit UKM tahun

2004 meningkat 1,61 persen dibandingkan dengan tahun 2003, dan jumlah ini merupakan

bagian terbesar pelaku usaha di Indonesia. Sementara tenaga kerja yang diserap oleh UKM

tahun 2004 mencapai 70,92 juta orang, turun 0,25 persen dibandingkan tahun 2003. (Tabel 2)

Tabel 2

Jumlah Unit Usaha, Penyerapan Tenaga Kerja dan

Produktivitas Berdasarkan Skala Usaha

Tahun 2003 dan 2004

Sumber: Perkembangan Indikator Makro UKM Tahun 2005, Berita Statistik Maret 2005,

Badan Pusat Statistik dengan Kementerian Koperasi & Usaha Kecil Menengah

Perkembangan kontribusi UKM dan kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja

selama periode diatas menggambarkan produktivitas pelaku UKM. Produktivitas Usaha Kecil

sebesar Rp10,37 juta per tenaga kerja tahun 2003, meningkat cukup besar pada tahun 2004

Page 15: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

menjadi Rp11,57 juta per tenaga kerja. Sementara itu produktivitas kelompok Usaha

Menengah dan Besar pada tahun 2003 masing-masing sebesar Rp33,70 juta dan Rp1,87

miliar per tenaga kerja per tahun. Pada tahun 2004 besaran ini meningkat masing-masing

menjadi Rp38,71 juta dan Rp2,22 miliar per tenaga kerja per tahun.

Dari uraian diatas, terlihat bahwa masing-masing kelompok usaha memiliki keunggulan

komparatif dan saling melengkapi satu dengan lainnya. Kelompok Usaha Besar memiliki

potensi sebagai motor pertumbuhan, sementara kelompok Usaha Kecil sebagai penyeimbang

pemerataan dan penyerapan tenaga kerja. Namun, hal ini juga memperlihatkan bahwa unit-

unit usaha kecil dan menengah pada umumnya masih menjadi sandaran hidup masyarakat

kecil yang jumlahnya besar.

Dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumber-sumber pembiayaan UKM masih

menunjukkan perkembangan yang bervariasi. Data Survei Usaha Tertintegrasi (SUSI) yang

dilakukan oleh BPS pada tahun 2001, menunjukkan bahwa dari 14.660.645 UKM yang tidak

berbadan hukum, tercatat 2.131.810 UKM yang memanfaatkan pinjaman dalam upaya

mendukung proses pengembangan usahanya. Sumber – sumber permodalan yang tersedia

bagi UKM dikategorikan dalam perbankan, koperasi, lembaga keuangan non bank, modal

ventura, perorangan, keluarga/famili, dan lain-lain. Dari total UKM yang memanfaatkan

pinjaman, sumber pinjaman yang berasal dari lain-lain masih menduduki posisi teratas dalam

memberikan pelayanan terhadap kebutuhan permodalan UKM yaitu sebanyak 639.688 UKM

atau 30,01 persen, koperasi mampu memberikan pelayanan kepada 84.037 UKM atau 3,94

persen, selebihnya adalah dari sumber perorangan sebanyak 605.191 UKM atau 28,39 persen;

perbankan sebanyak 361.688 UKM atau 16,97 persen; keluarga/famili sebanyak 350.419

UKM atau 16,44 persen; lembaga keuangan non bank sebanyak 74.785 UKM atau 3,51

persen dan modal ventura sebanyak 16.002 UKM atau 0,75 persen.

Sedangkan pada survei yang dilakukan pada tahun 2002, hasilnya menunjukkan adanya

perubahan dibandingkan tahun 2001 dimana sumber permodalan koperasi tercatat mampu

memberikan pelayanan kepada 101.025 UKM atau mengalami peningkatan sebesar 20,21

persen. Perorangan sebanyak 742.326 UKM atau mengalami peningkatan sebesar 22,66

persen, Keluarga/famili sebanyak 413.174 UKM atau mengalami peningkatan sebesar 17,91

persen.

Page 16: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

Gambar 1

Sumber-Sumber yang Melayani UKM Tidak Berbadan Hukum

dan UKM yang dilayani Tahun 2001 dan 2002

Sumber: Statistik Perkoperasian 2005, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Pembiayaan yang bersumber dari lembaga keuangan non bank sebanyak 82.962 UKM

atau mengalami peningkatan sebesar 10,93 persen, perbankan sebanyak 385.383 UKM atau

mengalami peningkatan sebesar 6,55 persen dan sumber permodalan lainnya sebanyak

661.629 UKM atau mengalami peningkatan sebesar 3,43 persen. Sedangkan sumber

permodalan yang berasal dari modal ventura mengalami penurunan dari tahun sebelumnya

hingga mencapai 50,18 persen yaitu dari 16.002 UKM menjadi 7.972 UKM. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar UKM belum tersentuh oleh lembaga-lembaga keuangan

(Gambar 1).

Sedangkan dilihat dari lembaga keuangan formal yang identik dengan perbankan,

pemberian berbagai kredit untuk membantu permodalan UKM sangat kecil persentasenya jika

dibandingkan dengan jumlah kredit yang diberikan kepada pelaku Usaha Besar. Bahkan

dalam rentang tahun 2000 sampai dengan 2004 kredit yang diberikan kepada UMKM

porsinya semakin mengecil (Lihat Tabel 3). Hal ini semakin memperjelas bahwa hanya

menggantungkan sumber pembiayaan dari lembaga keuangan formal tidak akan mampu

mengembangkan UKM, oleh karena itu perlu dikembangkan alternatif sumber-sumber

pembiayaan yang mampu menjawab kebutuhan UKM yaitu LKM.

Page 17: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

Tabel 3

Posisi Kredit Rupiah dan Valuta Asing pada Bank-bank Umum

Tahun 2000 s.d. 2004 (dalam miliar rupiah)

Sumber : Bank Indonesia

II.9.2 Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro dan Permasalahannya

Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) terjadi seiring dengan perkembangan

UKM serta masih banyaknya hambatan UKM dalam mengakses sumber-sumber pembiayaan

dari lembaga-lembaga keuangan formal. Hambatan ini timbul karena lembaga-lembaga

keuangan formal pada umumnya memperlakukan UKM sama dengan Usaha Menengah dan

Besar dalam setiap pengajuan pembiayaan, yang antara lain mencakup kecukupan jaminan,

modal, maupun kelayakan usaha (Persyaratan 5-C). Padahal hampir sebagian besar pelaku

UKM tidak mampu memenuhi persyaratan tersebut disamping kebutuhan mereka masih

dalam skala kecil, yang dipandang oleh sebagian pelaku lembaga-lembaga keuangan formal

memberatkan biaya operasional. Contoh yang mudah adalah bank yang memberikan kredit

kepada nasabah sebesar satu miliar rupiah dengan kredit sebesar satu juta rupiah memerlukan

biaya operasional yang sama, bahkan lebih mahal kredit kecil jika nasabah yang meminjam

kategori kredit kecil ini semakin banyak. Selain itu berkembangnya LKM juga tidak terlepas

dari karakterisitik LKM yang memberikan kemudahan kepada pelaku UKM dalam

mengakses sumber-sumber pembiayaan.

Walaupun biaya atas dana pinjaman dari LKM lebih tinggi sedikit dari tingkat bunga

perbankan, LKM memberikan kelebihan misalnya berupa tiadanya jaminan/agunan seperti

yang dipersyaratkan oleh perbankan bahkan dalam beberapa jenis LKM pinjaman didasarkan

pada kepercayaan karena biasanya peminjam beserta aktivitasnya sudah dikenal oleh LKM,

kemudahan yang lain adalah pencairan dan pengembalian pinjaman yang fleksibel yang juga

sering disesuaikan dengan cash flow peminjam.

Page 18: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

Jenis LKM lebih banyak didominasi oleh Unit Simpan Pinjam (USP), namun dari aspek

besarnya perputaran pinjaman lebih didominasi oleh perbankan yaitu BRI Unit dan BPR. Hal

ini terjadi karena skim kredit yang ditawarkan oleh BRI Unit dan BPR lebih besar daripada

USP. Perkembangan LKM dapat dilihat pada indikator tabel 4.

Tabel 4

Beberapa Indikator Perkembangan Lembaga Keuangan Mikro

Sumber: Kompilasi Data Gema PKM-Oktober 2004 dalam Artikel Bambang Ismawan

dan Setyo Budiantoro, Mapping Microfinance in Indonesia, Jurnal Ekonomi

Rakyat, Edisi Maret 2005

Dari data diatas, terlihat bahwa jumlah UMKM yang berjumlah 42 jutaan ternyata yang

menikmati akses permodalan dari lembaga-lembaga keuangan baik perbankan maupun LKM

hanya sebesar 22,14 persen. Kondisi ini menggambarkan bahwa fungsi intermediasi lembaga

perbankan tidak berjalan dengan baik serta masih lebarnya permasalahan yang dihadapi oleh

UMKM. Namun, di sisi yang lain hal ini juga memberikan potensi yang sangat besar dalam

penyaluran kredit karena masih terbuka pasar yang luas untuk skim-skim kredit skala mikro.

Selain berbagai peluang diatas, perkembangan LKM masih dihadapkan pada berbagai

kendala baik hambatan internal LKM maupun kondisi eksternal LKM yang kurang kondusif.

Kondisi eksternal yang dihadapi oleh LKM adalah aspek kelembagaan, yang antara lain

mengakibatkan bentuk LKM beraneka ragam. BRI Unitdan BPR sebagai bagian dari LKM

secara kelembagaan lebih jelas karena mengacu pada ketentuan perbankan dengan pembinaan

dari Bank Indonesia, sehingga LKM jenis ini lebih terarah bahkan terjamin kepercayaannya

karena merupakan bagian dari kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan berhak

mendapatkan fasilitas dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Page 19: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

Sedangkan pada LKM yang berbentuk koperasi simpan pinjam atau unit simpan pinjam,

segala ketentuan operasional dan arah pengembangannya mengikuti ketentuan yang

ditetapkan oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Bahkan, bagi LKM

lainnya yang berbentuk Bank Kredit Desa, LDKP, credit union maupun lembaga non

pemerintah lainnya tidak jelas kelembagaan dan pembinaannya. Padahal, fungsi LKM tidak

berbeda dengan lembaga perbankan formal dalam hal sebagai lembaga intermediasi

keuangan, yang didalamnya juga mengemban kepercayaan dari nasabah atau anggota yang

menempatkan dananya. Kondisi kelembagaan yang beragam dan tidak jelas tersebut, akan

dapat mempersulit pengembangan LKM di masa mendatang. Padahal secara fakta LKM

mempunyai peranan yang signifikan dalam mendukung perkembangan UKM. Kondisi

infrastruktur dan kelembagaan LKM secara ringkas terlihat dalam Tabel 5.

Tabel 5

Kondisi Infrastruktur dan Kelembagaan Lembaga Keuangan Mikro

Sumber: Didin Wahyudin, Key Succes Factors In MicroFinancing, paper pada Diskusi Panel

Microfinance Revolution: “Future Perspective for Indonesian Market”, Jakarta, 7

Desember 2004

Selain masalah eksternal di atas, LKM juga dihadapkan masalah internal yang

menyangkut aspek operasional dan pemberdayaan usaha. Masalah pertama menyangkut

kemampuan LKM dalam menghimpun dana, sebagian besar LKM masih terbatas

kemampuannya karena masih bergantung sedikit banyaknya anggota atau besaran modal

sendiri. Kemampuan SDM LKM dalam mengelola usaha sebagian besar masih terbatas,

sehingga dalam jangka panjang akan mempengaruhi perkembangan usaha LKM bahkan dapat

menghambat. Ringkasan permasalahan LKM disajikan dalam Tabel 6.

Page 20: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

Tabel 6

Potensi dan Permasalahan yang Dihadapi Lembaga Keuangan Mikro

Sumber: Didin Wahyudin, Key Succes Factors In MicroFinancing, paper pada Diskusi Panel

Microfinance Revolution: “Future Perspective for Indonesian Market”, Jakarta, 7

Desember 2004

II.9.3 Dampak Keberadaan LKM Dalam Memutus Mata Rantai Kemiskinan

Sebagaimana diketahui bahwa pinjaman mikro dapat digunakan membantu UKM dalam

mengakses sumber-sumber pembiayaan, dan karakteristik UKM jika dilihat dari aspek

pendapatan lebih mendekati kelompok masyarakat yang dikategorikan miskin namun

memiliki kegiatan ekonomi (economically active working poor) dan masyarakat yang

berpenghasilan rendah (lower income) yakni mereka yang memiliki penghasilan meskipun

tidak banyak. Kelompok masyarakat ini akan cenderung tetap berpenghasilan rendah bahkan

menjadi miskin, jika kesulitan yang mereka hadapi dalam melakukan aktifitas usaha tetap

dibiarkan tanpa ada usaha-usaha perbaikan.

Keberadaan LKM yang relatif mampu menjawab kesulitan tersebut ternyata selaras

dengan perkembangan UKM. Walaupun kontribusi dalam pembiayaan dalam skala nasional

masih kecil dibandingkan dengan peran lembaga perbankan formal, namun terdapat potensi

yang besar yang dapat dimanfaatkan LKM untuk memperbesar perannya dalam pembiayaan

UKM yang ditunjukkan dengan masih banyak jumlah UKM yang belum memanfaatkan akses

Page 21: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

pembiayaan dari lembaga keuangan serta masih sulitnya akses pembiayaan dari lembaga

perbankan. Sehingga tumpuan terbesar adalah LKM.

Data pada tabel 1 dan gambar 1 diatas menunjukkan bahwa jumlah UKM yang

berjumlah 42 jutaan ternyata yang menikmati akses permodalan dari lembaga-lembaga

keuangan baik perbankan maupun LKM hanya sebesar 22,14 persen. Jika jumlah UKM yang

belum memanfaatkan kredit mikro sekitar 30 jutaan unit, misalnya satu persen-nya

memanfaatkan kredit mikro rata-rata sebesar Rp 2 juta maka akan muncul potensi permintaan

kredit mikro total sebesar 0,3 juta unit x Rp 2 juta = Rp 600 triliun. Jumlah ini tentu tidak

semuanya dimanfaatkan oleh lembaga perbankan, tetapi akan lebih banyak melalui LKM.

Selain jumlah pasar kredit mikro yang masih luas, potensi yang masih besar bagi LKM

adalah karakterisitik dari LKM itu sendiri. LKM umumnya dalam penyaluran kreditnya

menyesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat.

Jika contoh diatas dijalankan, maka akan membawa effect multiplier yang luar biasa

karena akan dapat menggerakkan roda perekonomian. Bergulirnya aktivitas UKM akan

meningkatkan proses produksi, menyerap tenaga kerja, dan pada akhirnya akan meningkatkan

pendapatan kalangan pelaku UKM. Dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan

masyarakat miskin.

II.9.4 Upaya-upaya Pemecahan Masalah

Berpijak pada kondisi dan permasalahan LKM diatas, maka upaya-upaya yang dapat

dilakukan guna mengembangkan LKM dan bahkan menjadikannya sebagai bagian dari sistem

keuangan nasional yang mencakup:

II.9.4.1 Memperkuat kelembagaan LKM

Keberadaan LKM tersebar di berbagai bidang dengan instansi pembina yang berbeda-

beda mulai dari Bank Indonesia, Departemen/Dinas Perkoperasian dan UKM hingga

pemerintah daerah. Kondisi ini terjadi karena belum ada ketentuan yang mengatur secara

jelas keberadaan LKM, walaupun ada masih parsial. Kelembagaan ini sangat penting karena

secara hukum akan melandasi operasional mereka, namun harus dihindari dengan adanya

ketentuan akan menghambat perkembangan LKM itu sendiri. Upaya yang saat ini sedang

dilakukan oleh pemerintah dengan merancang Rancangan Undang-Undang tentang LKM

hendaknya dilakukan secara intensif dan mendalam dalam arti muatan RUU ini harus

mencerminkan karakteristik LKM di Indonesia, agar tujuan yang diinginkan tercapai.

Page 22: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

Aspek lain yang perlu diperhatikan, bahwa LKM sebagaimana lembaga-lembaga

keuangan formal lainnya menempatkan faktor kepercayaan sebagai hal yang utama dalam

perekonomian. Jika Bank Indonesia mempunyai Arsitektur Perbankan Indonesia (API)

sebagai blue print dalam mengembangkan dan memperkuat lembaga perbankan menjadi

industri keuangan yang tangguh, maka pemerintah hendaknya juga memiliki blue print yang

sama dalam pengembangan dan penguatan industri LKM. Kenyataan menunjukkan industri

perbankan yang tangguh tidak otomatis mengangkat UKM menjadi lebih besar, karena sangat

sedikit porsi pembiayaan yang disediakan untuk pelaku UKM.

Bila LKM sudah diarahkan untuk menjadi lebih kuat, maka harus dilanjutkan dengan

dukungan yang lain, misalnya banyak LKM yang mengandalkan penerimaannya dari sumber-

sumber pihak ketiga yang mayoritas dari perorangan. Untuk memberi rasa aman dan percaya

masyarakat kepada eksistensi LKM wajar jika pemerintah memberikan jaminan atas uang

yang telah ditempatkan masyarakat kepada LKM, misalnya semacam jaminan atas simpanan

yang ditempatkan para nasabah di lembaga perbankan. Begitu pula dengan kredit yang telah

disalurkan kepada masyarakat.

II.9.4.2 Komitmen dalam Memperkuat UKM

Perkembangan LKM pada dasarnya mengikuti perkembangan aktifitas usaha para pelaku

UKM, jika UKM semakin menghasilkan nilai tambah yang semakin besar maka kebutuhan

akan pembiayaan bagi UKM semakin besar pula yang berarti pasar usaha LKM semakin

terbuka luas. Sehingga usaha-usaha untuk memperkuat UKM menjadi bagian yang tidak

terpisahkan jika menginginkan LKM semakin kuat.

Sebagaimana diawal telah diungkapkan, masalah pokok UKM mencakup pertama, masih

sulitnya akses UMKM pada pasar atas produk-produk yang dihasilkannya, kedua, masih

lemahnya pengembangan dan penguatan usaha, serta ketiga, keterbatasan akses terhadap

sumber-sumber pembiyaan dari lembaga-lembaga keuangan formal khususnya dari

perbankan. Masalah pertama dan kedua yang akan menjadi pusat perhatian, upaya untuk

membuka pasar secara luas terhadap produk-produk UKM merupakan hal yang utama. Begitu

pula upaya-upaya pendampingan dalam penguatan dan pengembangan usaha UKM masih

terbuka untuk dijalankan.

Page 23: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

II.10 Potensi Jumlah Usaha Kecil dan Menengah Dalam Peranannya Menstimulasi

Perekonomian

Seperti yang telah kita ketahui, beberapa tahun terakhir ini eksistensi dan peran Usaha

Kecil dan Menengah (UKM) dalam perekonomian nasional makin mengemuka. Berawal dari

makin terpuruknya perekonomian nasional saat terjadinya krisis moneter pada tahun 1997

hingga lambatnya pemulihan ekonomi pada tahun-tahun berikutnya setelah krisis. Keadaan

krisis tersebut membangkitkan sebuah perubahan paradigma peletakkan fundamental

perekonomian nasional. Tambunan (2002) telah menunjukkan sejumlah kasus sebagai bukti

adanya kesalahan mengabaikan pengembangan perekonomian yang mengutamakan usaha-

usaha berskala kecil dan menengah yang dominan dikerjakan masyarakat Indonesia. Kasus

seperti lambatnya pemulihan ekonomi secara total hingga saat ini tidak lain berkaitan dengan

kesalahan strategi pembangunan industri yang bias ke Usaha Besar (UB) dan mengabaikan

Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Fakta yang terjadi, saat krisis UB yang berbasis bahan baku impor mengalami

kebangkrutan sementara UKM yang berbasis bahan baku domestik tetap eksis. Jika

pengembangan industri domestik lebih tertuju pada industri yang berbasis bahan baku lokal

dan merakyat seperti industri kecil dan menengah maka hal ini berpotensi untuk meletakan

fundamen industri nasional yang kokoh di masa depan. Hal ini adalah lebih baik dibanding

mengandalkan industri besar berbasis bahan baku luar negeri yang intensif membutuhkan

banyak devisa tetapi tidak menjangkau secara luas komunitas usaha masyarakat Indonesia

dan pencari kerja domestik.

Anjuran untuk kembali membangun industri dalam negeri berbasis UKM memiliki

sejumlah alasan. UKM sesungguhnya memiliki peran yang besar dalam perekonomian. Peran

UKM tersebutantara lain: (1) sebagai lapangan kerja yang mampu menyerap banyak tenaga

kerja sehingga berpotensi mengurangi pengangguran dan kemiskinan, (2) memberikan

kontribusi kepada peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB)/Gross Domestic Product

(GDP) dan pertumbuhan ekonomi, dan (3) berkontribusi terhadap peningkatan ekspor

sekaligus berpotensi memperluas ekspor dan investasi.

Sesuai fakta dan kondisi yang ada, perekonomian Indonesia didominasi usaha kecil dan

menengah. Aktivitas usaha-usaha ekonomi masyarakat dominan berskala kecil hingga

menengah, sementara usaha berskala besar relatif hanya berjumlah sedikit. Meskipun

perekonomian Indonesia didominasi UKM, namun sejak semula pemerintah lebih

Page 24: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

mengandalkan usaha besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi baik sektoral maupun

nasional. Sementara itu usaha-usaha kecil dan menengah kurang mendapat perhatian

pemerintah untuk dikembangkan. Baru pada beberapa tahun terakhir ini perhatian dan upaya

pengembangan UKM makin kuat dilakukan.

Menurut data (BPS, 2006) UKM mencapai jumlah 49.689.588 unit usaha. Jumlah unit

usaha yang besar ini memiliki kapasitas untuk menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar

yaitu jika masingmasing unit dapat menyerap dua hingga tiga orang maka akan potensial

untuk menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan. Sedikit bernada pesimis dari

berbagai kalangan, UKM potensial mengurangi pengangguran tetapi saat ini pengangguran

terus meningkat. Juga apakah memang jumlah UKM yang besar itu memiliki peranan yang

potensial didalam meningkatkan investasi nasional? Seberapa besar kemampuan UKM yang

berjumlah besar itu dalam menyerap tenagakerja, menyumbangkan nilai ekspor lebih besar,

dan memberikan kontribusi pada nilai tambah dan pertumbuhan ekonomi di masa datang

dibanding UB? Peranan UKM inilah yang dianalisis dalam studi ini dengan membandingkan

dengan peranan UB.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak kenaikan jumlah unit usaha terhadap

pertumbuhan produksi (nilai tambah), investasi, penyerapan tenagakerja, kemajuan teknologi,

dan pertumbuhan ekonomi, dengan membandingkan antara UKM dan UB.

Penelitian ini melihat pada beberapa aspek dari UKM dan UB seperti berikut : (1)

penggunaan input kapital, teknologi, dan tenaga kerja, (2) produksi, (3) jumlah ekspor, (dan

4) pendapatan nasional. Sektor-sektor produksi terdiri dari sektor-sektor ekonomi.

II.11 Fungsi Produksi Output

Untuk mengetahui seberapa besar output yang dihasilkan dalam suatu perekonomian dan

pengaruh fungsional dari faktor pembentuknya, Solow telah membentuk sebuah fungsi

produksi agregat sebagai berikut (Romer, 1996) :

Yt = F(Kt ,AtLt ) ...................................................................................... (1)

keterangan :

Y = output

K, L, A = masing-masing adalah kapital, labor, dan pengetahuan

Page 25: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

t = waktu.

Berdasarkan fungsi produksi tersebut maka untuk mengamati pertumbuhan perekonomian

dari waktu ke waktu, sumber pertumbuhan diletakkan kepada dinamika k, yaitu pertumbuhan

ekonomi terjadi karena pertumbuhan kapital. Pertumbuhan kapital atau perubahan stok

kapital per unit efektif labor merupakan selisih antara investasi aktual per efektif labor dan

investasi break even.

Romer (1996) dalam model endogenous growth memasukkan knowledge sebagai peubah

endogen. Selain kapital fisik, model ini juga memasukkan human capital sebagai faktor

utama penentu pertumbuhan ekonomi. Fungsi produksi agregat yang ditunjukkan adalah :

Y(t) [(1 - aK )K(t)] α [A(t)(1 - aL )L(t)]1- α , 0 < α < 1. .............. (2)

Fungsi produksi ini bersifat constant returns to scale pada kapital dan labor.

Pada model human capital, fungsi produksi agregat dinyatakan sebagai :

Y(t) = K(t)αH(t)β[A(t)L(t)]1−α−β , α > 0, β > 0, α + β < 0, ........... (3)

dimana H adalah stok human capital, dan persamaan tersebut bersifat constant returns bagi

K, H, dan L bersama-sama. Dalam model human capital, technological progress dianggap

eksogen.

Dalam konteks teori perdagangan internasional, Chacholiades (1978) menunjukkan

fungsi produksi suatu perekonomian dengan tiga produksi, masing-masing X, Y dan Z. X dan

Y adalah produksi akhir sedangkan Z sebagai barang intermediate. Fungsi produksi masing-

masing adalah :

X = F(Lx ,Tx ,Zx ) ............................................................................... (4)

Y = G(Ly ,Ty ,Zy ) .............................................................................. (5)

Z = H(Lz ,Tz ) ........................................................................................ (6)

keterangan :

X, Y = produksi barang akhir X dan Y

Z = produksi barang intermediate Z

Lx, Ly, Lz = jumlah tenaga kerja bagi produksi barang X, Y, dan Z

Page 26: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

Tx, Ty, Tz = jumlah lahan bagi produksi barang X, Y, dan Z.

Fungsi produksi di atas tetap bersifat contstan return to scale, dan digunakan untuk

menghasilkan kuantitas produksi barang X dan Y yang diperuntukkan bagi konsumsi

domestik dan untuk diekspor ke luar negeri.

Moshin dan Anam (1999) memperluas fungsi agregat dengan memasukkan faktor ekspor

sebagai berikut :

Y = Y(K,L,G,X) .................................................................................. (7)

keterangan :

Y = output agregat

K, L = masing-masing input kapital dan labor

G = pengeluaran pemerintah

X = ekspor nasional.

II.12 Fungsi Produksi Input

Selain menghasilkan fungsi produksi agregat, Romer (1996) juga membentuk fungsi

produksi dari input-input secara agregat. Fungsi produksi kapital dan teknologi baru

tergantung pada stok kapital, labor, dan level teknologi yang ada. Fungsi produksi masing-

masing sesuai asumsi Cobb-Douglas adalah :

Ḱ(t) = s(1 − aK )α (1 − a L )1−α K(t)α A(t)1−α L(t)1−α ................................ (8)

Ấ(t) = B[aKK(t)]β[a LL(t)]γ A(t)θ, B > 0, β ≥ 0, γ ≥ 0. ...................... (9)

dimana B adalah sebuah parameter shift. Fungsi produksi kapital diasumsikan bersifat

constant returns to scale tetapi fungsi produksi knowledge diasumsikan bersifat increasing

returns to scale.

Chirichiello (1994) berdasarkan teori klasik, menunjukkan fungsi permintaan dan

penawaran tenaga kerja secara agregat sebagai berikut :

Ld = Ld (W/ P) ........................................................................................... (10)

Ls = Ls (W/ P) ............................................................................................ (11)

Page 27: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

keterangan :

Ld, Ls = masing-masing permintaan dan penawaran tenaga kerja

W = tingkat upah nominal

P = tingkat harga

W / P = tingkat upah riil.

Baik permintaan maupun penawaran tenaga kerja keduanya merupakan fungsi dari upah riil.

Kedua fungsi diturunkan berdasarkan motivasi dari perusahaan dan rumahtangga yaitu

perusahaan bertujuan memaksimumkan profitnya sedangkan rumahtangga memaksimumkan

utilitasnya.

II.13 Fungsi Penawaran Ekspor dan Permintaan Impor

Branson dan Litvack (1981) menyatakan untuk tingkat agregat demand luar negeri dan

harga tertentu, ekspor riil tergantung pada level harga domestik dan exchange rate. Fungsi

penawaran ekspor dimaksud dapat ditulis dalam bentuk :

X = X(P,p) .................................................................................................. (12)

keterangan :

X = jumlah penawaran ekspor

P = tingkat harga domestik

p = nilai tukar.

Kenaikan baik harga domestik maupun nilai tukar akan menaikkan harga produk tersebut di

luar negeri sehingga mengurangi permintaan ekspor luar negeri sehingga penawaran ekspor

domestik dapat menurun.

Sedangkan permintaan impor tergantung pada level income domestik, nilai tukar, dan

harga barang pesaing domestik. Kenaikan income akan menaikkan permintaan barang-barang

impor, begitu juga kenaikan nilai tukar cenderung akan menaikkan impor. Sedangkan

kenaikan level harga domestik untuk barang-barang pesaing impor, akan cenderung

menaikkan permintaan impor. Fungsi impor dapat ditulis sebagai :

M = M(Y,P,p) ............................................................................................ (13)

Page 28: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

keterangan :

M = jumlah impor

Y = tingkat income

P, p = masing-masing harga domestik dan nilai tukar.

Fungsi permintaan ekspor maupun impor juga ditunjukkan oleh Khan (1985) dalam studi

tentang permintaan ekspor dan impor di negara berkembang. Kedua fungsi dimaksud adalah :

X = X((PX/ PW),Yf ) ............................................................................... (14)

M = M((PM/ PD),Yd) .............................................................................. (15)

keterangan :

X, M = jumlah ekspor dan impor

PX = harga per unit ekspor

PM = harga per unit impor

PW = level harga dunia

PD = level harga domestik

Yf = income riil negara luar negeri

Yd = income riil negara domestik.

Bahmani-Oskooee (1986) mengestimasi ekspor dan impor agregat dengan menggunakan

fungsi sebagai berikut :

X = X(YW, (PX/ PXW),E) ...................................................................... (16)

M = M(Y,(PM/ PD),E) .................................................................................. (17)

keterangan :

X, M = jumlah ekspor dan impor

YW = rata-rata bobot GNP riil negara-negara patner perdagangan

Y = GNP riil negara domestik

Page 29: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

PX = harga ekspor

PXW = rata-rata bobot harga ekspor negara-negara patner perdagangan

PM = harga impor

PD = level harga domestik

E = ekspor sebagai pembobot nilai tukar efektif.

II.14 Unit Analisis dan Sumber Data

Perekonomian secara sektoral terdiri dari 9 (sembilan) sektor. Tiga sektor pertama : (1)

pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan dan penggalian, dan (3)

industri pengolahan, menghasilkan produk untuk tujuan konsumsi dalam negeri dan untuk

ekspor, dan karena itu disebut sektor-sektor berorientasi ekspor. Enam sektor lainnya : (4)

listrik, gas dan air bersih, (5) bangunan, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7)

pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan (9) jasa-

jasa, menghasilkan produk hanya untuk konsumsi dalam negeri, selanjutnya disebut sebagai

sektor-sektor berorientasi domestik. Masingmasing sektor memiliki tiga skala usaha yaitu

Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM), dan Usaha Besar (UB). Data yang digunakan

adalah pool data (cross section dan time series) yang bersumber dari Badan Pusat Statistik

dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.

II.15 Model dan Metode Analisis Data

Perumusan model terbagi atas 3 blok yaitu UK, UM, dan UB, dan analisis dilakukan

pada dua kelompok atau katageri yaitu sektor berorientasi domestik dan sektor berorientasi

ekspor, sebagai berikut :

Kelompok Sektor Berorientasi Domestik

Blok Sektor Usaha Kecil

KUKD = a0 + a1 SBI + a2 RAUKD + a3 UUKD + a4 RQUKD

+ a5 GUKD + a6 LKUKD + e1 ..................................................... (18)

AUKD = b0 + b1 HUKD + b2 LUKD + b3 RQUKD + b4 RGUKD

+ b5 LAUKD + e2 ............................................................................ (19)

Page 30: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

LUKD = c0 + c1 UMR + c2 RHUKD + c3 UUKD + c4 QUKD

+ c5 RPUKD + c6 LLUKD + e3 .................................................. (20)

QUKD = d0 + d1 KUKD + d2 HUKD + d3 RAUKD + d4 LUKD

+ d5 RGUKD + d6 GDP + d7 LQUKD + e4 ................................. (21)

PUKD = e0 + e1 ER + e2 RQUKD + e3 PUMD

+ e4 LPUKD + e5 ........................................................................ (22)

Blok Sektor Usaha Menengah

KUMD = f0 + f1 SBI + f2 RAUMD + f3 UUMD + f4 QUMD

+ f5 RPUMD + f6 GUMD + f7 LKUMD + e6 ................................ (23)

AUMD = g0 + g1 RKUMD + g2 HUMD + g3 RQUMD

+ g4 LAUMD + e7 ..................................................................... (24)

LUMD = h0 + h1 UMR + h2 RKUMD + h3 AUMD + h4 UUMD

+ h5 RQUMD + h6 GUMD + h7 LLUMD + e8 ............................. (25)

QUMD = i0 + i1 KUMD + i2 HUMD + i3 RAUMD + i4 MLUMD

+ i5 RPUMD + i6 RGUMD + i7 GDP + i8 LQUMD + e9 ................ (26)

PUMD = j0 + j1 RER + j2 RQUMD + j3 LPUMD + e10 ............................... (27)

Blok Sektor Usaha Besar

KUBD = k0 + k1 SBI + k2 RAUBD + k3 LUUBD + k4 MQUBD

+ k5 PUBD + k6 LKUBD + e11 ................................................. (28)

AUBD = l0 + l1 KUBD + l2 MLUBD + l3 RQUBD

+ l4 LAUBD + e12 ........................................................................ (29)

LUBD = m0 + m1 UMR + m2 KUBD + m3 AUBD + m4 UUBD

+ m5 RQUBD + m6 GUBD + m7 LLUBD + e13 ........................... (30)

Page 31: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

QUBD = n0 + n1 MKUBD + n2 AUBD + n3 RLUBD + n4 RPUBD

+ n5 GUBD + n6 GDP + n7 LQUBD + e14 .................................. (31)

PUBD = o0 + o1 ER + o2 SBI + o3 RQUBD + o4 LPUBD + e15 ................. (32)

Kelompok Sektor Berorientasi Ekspor

Blok Sektor Usaha Kecil

KUKS = p0 + p1 SBI + p2 RHUKS + p3 EUK + p4 QUKS

+ p5 PUKS + p6 LKUKS + e16 ................................................... (33)

AUKS = q0 + q1 KUKS + q2 HUKS + q3 LUKS + q4 QUKS

+ q5 GUKS + q6 LAUKS + e17 ................................................... (34)

LUKS = r0 + r1 UMR + r2 KUKS + r3 UUKS + r4 QUKS

+ r5 LLUKS + e18 ...................................................................... (35)

QUKS = s0 + s1 MKUKS + s2 HUKS + s3 AUKS + s4 LUKS + s5 EUK

+ s6 GUKS + s7 RPUKS + s8 GDP + s9 LQUKS + e19 .............. (36)

PUKS = t0 + t1 ER + t2 PEUK + t3 RQUKS + t4 LPUKS + e20 .................. (37)

EUK = u0 + u1 PEUK + u2 ER + u3 QUKS + u4 LEUK + e21 .................. (38)

PEUK = v0 + v1 PEUM + v2 EUK + v3 LPEUK + e22 ................................ (39)

Blok Sektor Usaha Menengah

KUMS = w0 + w1 SBI + w2 RAUMS + w3 EUM + w4 RQUMS

+ w5 PUMS + w6 GUMS + w7 RINAS + w8 LKUMS + e23 ............ (40)

AUMS = x0 + x1 KUMS + x2 HUMS + x3 RLUMS + x4 QUMS

+ x5 RGUMS + x6 LAUMS + e24 ............................................... (41)

LUMS = y0 + y1 UMR + y2 KUMS + y3 HUMS + y4 AUMS

+ y5 UUMS + y6 MQUMS + y7 RPUMS + y8 LLUMS + e25 ......... (42)

Page 32: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

QUMS = z0 + z1 + KUMS + z2 RAUMS + z3 LUMS + z4 EUM

+ z5 GUMS + z6 RPUMS + z7 GDP + z8 LQUMS + e26 .............. (43)

PUMS = aa0 + aa1 ER + aa2 PEUM + aa3 RQUMS

+ aa4 LPUMS + e27 ................................................................... (44)

EUM = bb0 + bb1 PEUM + bb2 ER + bb3 QUMS

+ bb4 LEUM + e28 ..................................................................... (45)

MUM = cc0 + cc1 ER + cc2 GDP + cc3 QUMS + cc4 LMUM + e29 ............. (46)

PEUM = dd0 + dd1 ER + dd2 PEUB + dd3 EUM + dd4 LPEUM + e30 ......... (47)

Blok Sektor Usaha Besar

KUBS = ee0 + ee1 SBI + ee2 EUB + ee3 QUBS + ee4 RINAS

+ ee5 LKUBS + e31 .................................................................. (48)

AUBS = ff0 + ff1 MKUBS + ff2 LUBS + ff3 QUBS + ff4 RGUBS

+ ff5 LAUBS + e32 .................................................................... (49)

LUBS = gg0 + gg1 UMR + gg2 AUBS + gg3 UUBS + gg4 RQUBS

+ gg5 RPUBS + gg6 LLUBS + e33 ............................................. (50)

QUBS = hh0 + hh1 KUBS + hh2 AUBS + hh3 MLUBS + hh4 EUB

+ hh5 GUBS + hh6 PUBS + hh7 GDP + hh8 LQUBS + e34 ........ (51)

PUBS = ii0 + ii1 RPEUB + ii2 PMUB + ii3 RQUBS

+ ii4 LPUBS + e35 ..................................................................... (52)

EUB = jj0 + jj1 PEUB + jj2 ER + jj3 QUBS + jj4 LEUB + e36 .................... (53)

MUB = kk0 + kk1 ER + kk2 GDP + kk3 EUB + kk4 LMUB + e37 ................ (54)

PEUB = ll0 + ll1 ER + ll2 EUB + ll3 LPEUB + e38 ...................................... (55)

Model Total Output Nasional

Page 33: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

GDP = QUKD + QUMD + QUBD + QUKS + QUMS + QUBS ................. (56)

keterangan :

K(UK,UM,UB)D = Investasi (UK, UM, UB) sektor domestik

K(UK,UM,UB)S = Investasi (UK, UM, UB) sektor ekspor

A(UK,UM,UB)D = Teknologi (UK, UM, UB) sektor domestik

A(UK,UM,UB)S = Teknologi (UK, UM, UB) sektor ekspor

L(UK,UM,UB)D = Tenagakerja (UK, UM, UB) sektor domestik

L(UK,UM,UB)S = Tenagakerja (UK, UM, UB) sektor ekspor

H(UK,UM)D = Human capital (UK, UM) sektor domestik

H(UK,UM)S = Human capital (UK, UM) sektor ekspor

Q(UK,UM,UB)D = Output (UK, UM, UB) sektor domestik

Q(UK,UM,UB)S = Output (UK, UM, UB) sektor ekspor

P(UK,UM,UB)D = Harga output (UK, UM, UB) sektor domestik

P(UK,UM,UB)S = Harga output (UK, UM, UB) sektor ekspor

E(UK,UM,UB) = Ekspor (UK, UM, UB)

PE(UK,UM,UB) = Harga ekspor (UK, UM, UB)

M(UM,UB) = Impor (UM, UB)

U(UK,UM,UB)D = Unit usaha (UK, UM, UB) sektor domestik

U(UK,UM,UB)S = Unit usaha (UK, UM, UB) sektor ekspor

G(UK,UM,UB)D = Goverment exp. (UK, UM, UB) sektor domestik

G(UK,UM,UB)S = Goverment exp. (UK, UM, UB) sektor ekspor

SBI = Suku bunga

ER = Nilai tukar

Page 34: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

UMR = Upah Minimum Regional

GDP = Gross Domestic Product.

M = Marginal masing-masing peubah

R = Rasio masing-masing peubah

L = Lag masing-masing peubah.

II.16 Identifikasi dan Pendugaan Model

Model yang dirumuskan dalam studi ini adalah model persamaan struktural secara

simultan. Model memiliki 39 persamaan terdiri dari 38 persamaan struktural dan satu

persamaan identitas. Jumlah peubah endogen sebanyak 39 dan peubah eksogen sebanyak 57.

Setelah model diidentifikasi dengan menggunakan order condition, diperoleh seluruh

persamaan adalah “overidentified” sehingga metode pendugaan yang dapat diterapkan adalah

metode 2 SLS (Two Stage Least Squares).

II.17 Validasi Model

Untuk keperluan simulasi terlebih dahulu model divalidasi untuk mengetahui apakah

model sudah cukup baik atau belum. Untuk itu digunakan kriteria statistik “ Root Mean

Squares Error (RMSE), Root Mean Squares Percent Error (RMSPE), dan U-Theil (Theil’s

Inequality Coefficient). Penggunaan kriteria statistik bertujuan untuk membandingkan nilai

aktual dengan nilai dugaan peubah endogen.

II.18 Simulasi dan Evaluasi Dampak Peningkatan Unit Usaha

Simulasi dilakukan untuk mengevaluasi dampak yang terjadi yaitu

perubahan/pertumbuhan pada ekspor, input, output, dan GDP atau pertumbuhan eknomi.

Sebelum simulasi, dilakukan divalidasi terhadap model. Hasil validasi menunjukkan kriteria

RMSE dan RMSPE keduanya tidak memenuhi syarat, dan yang memenuhi hanya U-Theil.

Kriteria U-Theil mensyaratkan nilainya harus mendekati nol. Sesuai kriteria ini, hasil validasi

menunjukkan bahwa nilai U-Theil semua peubah endogen mendekati nol. Karena itu model

dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk melakukan simulasi.

II.19 Hasil Simulasi

Simulasi terhadap kenaikan unit usaha sebesar 10% memberikan hasil seperti pada Tabel

1.

Page 35: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

Pertumbuhan Input, Output, Ekspor, dan Ekonomi sebagai Dampak Peningkatan Unit

Usaha

Dampak pada Sektor Berorientasi Domestik

Pada sektor domestik, kenaikan unit usaha sebesar 10% pada UK (Tabel) (skenario

1UD1) berdampak meningkatkan investasi rata-rata selama periode sampel 1997 – 2005

sebesar Rp 8.801 juta atau 0,66%. Pada UM investasi meningkat sebesar Rp 4.961 juta atau

0,38%, dan pada UKM investasi meningkat sebesar Rp 13.762 juta atau 1,04%. Skenario

1UD2 yaitu kenaikan unit usaha 10% pada UB, berdampak menurunkan investasi rata-rata

per tahun sebesar Rp 13.151 juta atau -0,30%. Di antara ketiga skala usaha, kenaikan

investasi pada UK lebih tinggi dibanding UM dan UB. Antara UKM dan UB, UKM

mencapai kenaikan investasi sebesar Rp 13.762 juta atau 1,04%, sedangkan UB mengalami

penurunan investasi.

Kenaikan unit usaha berdampak meningkatkan teknologi rata-rata per tahun pada UK

sebesar Rp 5.777 juta atau 0,14%. Pada UM, teknologi meningkat sebesar Rp 71 juta atau

0,02%, dan pada UKM teknologi meningkat Rp 5.848 juta atau 0,17%. Sedangkan pada UB,

teknologi ratarata meningkat sebesar Rp 2 .312 juta atau 0,34%. Hasil ini menunjukkan, UK

lebih baik dalam hal peningkatan teknologi. Dampak terhadap penyerapan tenagakerja adalah

UK mencapai kenaikan penyerapan rata-rata sebanyak 95.462 orang atau 4,98%, UM

mencapai kenaikan rata-rata sebanyak 21.527 orang atau 7,12%, dan UKM mencapai

kenaikan 116.989 orang atau 12,11%. Sementara pada UB, penyerapan tenagakerja hanya

meningkat rata-rata sebanyak 205 orang atau 2,20%. Sesuai hasil ini UK, UM, dan UKM

lebih baik, yang mana menunjukkan bahwa peningkatan unit usaha pada UK, UM, dan UKM

potensial menyerap tenagakerja lebih banyak dibanding UB.

Page 36: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

Tabel Hasil Simulasi Kenaikan Unit Usaha 10%

Keterangan : 1) Kontribusi UKM terhadap GDP

2) Kontribusi UB terhadap GDP

Dampak kenaikan unit usaha terhadap produksi adalah, pada UK produksi meningkat

ratarata sebesar Rp 57.407 juta atau 0,76%. Pada UM, produksi meningkat Rp 5.705 juta atau

0,16%, dan pada UKM produksi meningkat sebesar Rp 63.112 juta atau 0,92%. Sedangkan

pada UB, produksi meningkat sebesar Rp 10.080 juta atau 0,19%. Produksi UK dan UKM

mengalami peningkatan lima kali lebih besar dibanding UB. Kenaikan unit usaha juga

memberikan dampak pada kenaikan GDP. Dampak yang mengalir melalui UK, UM, dan

UKM antara lain menyebabkan GDP meningkat sebesar Rp 79.546 juta atau 0,23%.

Sedangkan dampak yang mengalir melalui UB hanya meningkatkan GDP sebesar Rp 11.630

juta atau 0,03%. Hasil ini menunjukkan, kenaikan unit usaha menghasilkan efek yang dapat

meningkatkan peran UK, UM, dan UKM dalam memberikan kotribusi pada GDP jauh

melebihi UB.

Page 37: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

Dampak pada Sektor Berorientasi Ekspor

Peningkatan unit usaha 10% (skenario 1US1) pada sektor berorientasi ekspor (Tabel 1)

berdampak meningkatkan investasi pada UK rata-rata sebesar Rp 800 juta atau 0,45%. Pada

UM, investasi meningkat rata-rata Rp 6.443 juta atau 1,16%, dan pada UKM investasi

meningkat Rp. 7.243 juta atau 1,62%. Pada UB, kenaikan unit usaha (skenario 1US2)

berdampak meningkatkan investasi rata-rata hanya sebesar Rp 716 juta atau 0,06%. Kenaikan

investasi pada UB berada jauh di bawah kenaikan pada UK, UM, dan UKM. Kenaikan

investasi pada UM jauh lebih tinggi dibanding UK dan UB. Begitu juga UKM mengalami

peningkatan investasi jauh lebih tinggi dibanding UB.

Peningkatan unit usaha berdampak meningkatkan teknologi pada UK, UM, UKM, dan

UB. Pada UK, teknologi meningkat rata-rata sebesar Rp 269.702 juta atau 7,25%, pada UM

sebesar Rp 9.159 juta atau 5,12%, pada UKM rata-rata sebesar Rp 278.861 juta atau 12,37%,

dan pada UB, teknologi hanya meningkat sebesar Rp 5.444 juta atau 0,55%. Persentase

kenaikan teknologi pada UK dan UM yang jauh lebih tinggi ini menunjukkan kedua

kelompok usaha ini belum jenuh dalam pengembangan teknologi dibanding UB yang sudah

tinggi teknologinya.

Peningkatan unit usaha berdampak meningkatkan penyerapan tenagakerja yang besar

pada sektor ekspor. Pada UK, penyerapan tenagakerja rata-rata mencapai 504.904 orang atau

14,11%, pada UM penyerapan mencapai 35.592 orang atau 9,81%, dan pada UKM

penyerapan mencapai 540.496 orang atau 23,97%. Sedangkan pada UB, penyerapan

tenagakerja meningkat rata-rata hanya sebanyak 441 orang atau 1,77%. Hasil ini

menunjukkan pada sektor ekspor, UK, UM, dan UKM adalah golongan unit usaha yang

berperan sebagai ladang penyerapan tenagakerja. Hasil ini juga menunjukkan UK sektor

ekspor sangat dominan dalam menyerap tenagakerja dibanding UM dan UB.

Kenaikan unit usaha berdampak meningkatkan input dan juga output pada masing-

masing skala usaha. Pada UK, produksi meningkat rata-rata sebesar Rp 328.246 juta atau

6,17%, pada UM produksi meningkat Rp 78.093 juta atau 3,62%, dan pada UKM produksi

meningkat sebesar Rp 406.339 juta atau 9,79%. Sedangkan pada UB, produksi meningkat

rata-rata hanya sebesar Rp 60.101 juta atau 0,54%. Akumulasi dampak yang mengalir ke

GDP antara lain, UK dan UM menyumbang kenaikan pada GDP sebesar Rp 378.305 juta

atau 1,08%, sedangkan UB hanya menyumbangkan Rp 63.109 juta atau 0,18%. Hasil ini

Page 38: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

menunjukkan UK, UM, dan UKM lebih baik kontribusinya pada produksi maupun GDP

dibanding UB ketika unit usaha ditingkatkan.

Dampak kenaikan unit usaha pada jumlah ekspor antara lain meningkatkan ekspor UK

ratarata sebesar Rp 5.008 juta atau 0,29%, UM sebesar Rp 106.414 juta atau 1,86%, UKM

sebesar Rp 111.422 juta atau 2,14%, dan UB sebesar Rp 17.084 juta atau 0,05%. Hasil ini

menunjukkan UM mengalami kenaikan ekspor yang lebih tinggi dibanding UK dan UB

ketika unit usaha dinaikan. Sedangkan antara UKM dan UB, UKM memberikan kenaikan

ekspor yang lebih tinggi dibanding UB.

Skenario 1UDS1 dan 1UDS2 digunakan untuk mengetahui dampak kenaikan unit usaha

secara total pada UKM dan UB. Hasil simulasi gabungan ini yaitu kenaikan unit usaha pada

UKM (baik sektor domestik maupun sektor ekspor) dan UB (sektor domestik dan sektor

ekspor) masingmasing sebesar 10% dapat dilihat pada Tabel. Kenaikan unit usaha pada UKM

berdampak meningkatkan investasinya rata-rata sebesar Rp 16.707 juta atau 2,34%.

Sedangkan pada UB, kenaikan unit usaha berdampak menurunkan investasinya sebesar Rp

12.960 juta atau -0,25%. Meskipun penurunan ini kecil, namun menunjukkan bahwa

kenaikan unit usaha memiliki dampak negatif bagi UB.

Kenaikan unit usaha berdampak meningkatkan teknologi UKM rata-rata sebesar Rp

284.485 juta atau 12,43% dan menaikan penyerapan tenagakerja sebanyak 658.036 orang

atau 36,17%. Sedangkan dampak pada UB adalah teknologi meningkat rata-rata hanya

sebesar Rp 7.748 juta atau 0,89% dan menaikan penyerapan tenagakerja rata-rata 644 orang

atau 3,96%. Hasil ini menunjukkan kenaikan unit usaha dapat mendorong kemajuan

teknologi lebih tinggi pada UKM dan menyerap tenagakerja lebih banyak dibanding pada

UB.

Dampak kenaikan unit usaha pada produksi, ekspor, dan GDP adalah, pada UKM

produksi meningkat rata-rata Rp 472.720 juta atau 10,17%, ekspor meningkat rata-rata Rp

111.697 juta atau 2,15%, dan GDP meningkat sebesar Rp 457.851 juta 1,31%. Sementara

pada UB, produksi meningkat rata-rata sebesar Rp 71.270 juta atau 0,74%, ekspor meningkat

sebesar Rp 17.354 juta atau 0,06%, dan GDP meningkat sebesar Rp 74.740 juta atau 0,21%.

Hasil ini juga menunjukkan kontribusi UKM lebih tinggi baik pada produksi, ekspor maupun

GDP dibandingkan dengan UB.

Page 39: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

III. Penutup

III.1 Simpulan

Berdasarkan uraian diatas, maka kesimpulan yang bisa diketengahkan adalah sebagai

berikut:

1. Upaya pengentasan kemiskinan dapat dilakukan dengan memutus mata rantai kemiskinan

itu sendiri, antara lain dengan memperluas akses Usaha Kecil dan Mikro (UKM) dalam

mendapatkan fasilitas permodalan yang tidak hanya bersumber dari lembaga keuangan

formal tapi juga dari Lembaga Keuangan Mikro (LKM),

2. LKM ternyata mampu memberikan berbagai jenis pembiayaan kepada UKM walaupun

tidak sebesar lembaga keuangan formal, sehingga dapat menjadi alternatif pembiayaan

yang cukup potensial mengingat sebagian besar pelaku UKM belum memanfaatkan

lembaga-lembaga keuangan,

3. Potensi yang cukup besar tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal, karena LKM

masih menghadapi berbagai kendala dan keterbatasan antara lain aspek kelembagaan

yang tumpang tindih, keterbatasan sumber daya manusia dalam pengelolaan LKM dan

kecukupan modal,

4. Upaya untuk menguatkan dan mengembangkan LKM sebagai salah satu pilar sistem

keuangan nasional, diantaranya yang mendesak adalah menuntaskan RUU tentang LKM

agar terdapat kejelasan dalam pengembangan LKM. Serta komitmen pemerintah dalam

memperkuat UKM sebagai bagian tidak terpisahkan dari pengembangan LKM

5. UKM dengan jumlah unit usaha berjumlah besar tersebut memiliki peran lebih besar

memberikan kontribusi pada perekonomian nasional dibanding UB.

6. Melalui simulasi peningkatan jumlah unit usaha, peran UKM terlihat pada kenaikan

investasi, kemajuan teknologi, kenaikan produksi, ekspor, dan kontribusi pada

pertumbuhan ekonomi baik pada sektor-sektor ekonomi berorientasi domestik maupun

pada sektor-sektor berorientasi ekspor. Kenaikan yang terjadi pada sektor berorientasi

ekspor jauh lebih tinggi dibanding sektor berorientasi domestik kecuali investasi.

Page 40: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

III.2 Saran

Sedangkan saran yang relevan dalam permasalahan yang terdapat dalam materi yang

disajikan ini adalah:

1. Perlunya strategi jangka panjang yang jelas dalam pengembangan LKM baik cetak biru

maupun kelembagaannya sebagaimana strategi yang telah berjalan pada industri

perbankan, mengingat kontribusi LKM yang cukup besar dalam pengembangan UKM

2. Perlunya pendalaman dan pengkajian yang lebih intensif tentang karakteristik LKM di

Indonesia, agar RUU tentang LKM yang dihasilkan nanti akan menjadikan LKM semakin

berkembang dan tangguh bukan sebaliknya.

Page 41: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Darwin (Penyunting), Model-Model Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah, Pusat

Penelitian Ekonomi – LIPI, Jakarta, 2003.

Didin Wahyudin, Key Succes Factors In MicroFinancing, paper pada Diskusi Panel

Microfinance Revolution: “Future Perspective for Indonesian Market”, Jakarta, 7

Desember 2004.

Djoko Retnadi, Menengok Kebijakan UMKM di Malaysia, Kompas, Sabtu, 16 Oktober 2004.

Iman Sugema, The Next Revolution, paper pada Diskusi Panel Microfinance Revolution:

“Future Perspective for Indonesian Market”, Jakarta, 7 Desember 2004.

Krisna Wijaya, “Kredit Mikro Bukan Hibah”, Harian Kompas, Selasa, 1 Maret 2005.

Nopirin, Ekonomi Moneter, Penerbit BPFE-Yogyakarta, 1990.

Marquerite S. Robinson, 1993, Beberapa Strategi yang Berhasil Untuk Mengembangkan

Bank Pedesaan: Pengalaman dengan Bank Rakyat Indonesia 1970 – 1990, dalam

Bunga Rampai Pembiayaan Pertanian Pedesaan, Sugianto (Ed.), Penerbit Institut Bankir

Indonesia, Jakarta.

Michael P. Todaro, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Terjemahan, Edisi Ketujuh,

Penerbit Erlangga, Jakarta, 2000.

Setyo Budiantoro, 2003, RUU Lembaga Keuangan Mikro: Jangan Jauhkan Lembaga

Keuangan Dari Masyarakat, Jurnal Keuangan Rakyat Tahun II, Nomor 8, Nopember

2003, Yogyakarta.

Rudjito, 2003, Peran Lembaga Keuangan Mikro Dalam Otonomi Daerah Guna

Menggerakkkan Ekonomi Rakyat dan Menanggulangi Kemiskinan: Studi Kasus Bank Rakyat

Indonesia, Jurnal Keuangan Rakyat Tahun II, Nomor 1, Maret 2003, Jogjakarta

Badan Pusat Statistik. (2006). Indikator makro ekonomi usaha kecil menengah. Kinerja UKM

dalam perekonomian Indonesia tahun 2005. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Bahmani-Oskooee. (1986). Determinants of international trade flows: The case of developing

countries. Journal of Development Economics, 20, 107–407.

Page 42: Peran ukm  terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia

Branson, W.H. & Litvack, J.M. (1981). Macroeconomics. New York: Harper and Row

Publishers.

Chacholiades, M. (1978). International trade theory and policy. Tokyo: McGraw-Hill

International.

Chirichiello, G. (1994). Macroeconomic model and controversies. New York: St. Martin’s

Press, Inc.

Khan, M.S. (1974). Impor and export demand in developing countries. IMF Staff Papers, 21,

678–

693.

Moshin, M. & Anam, M. (1999). Export and economic growth: Evidence from the Asean

countries.

Canada: Department of Economics, York University.

Heatubun, Potensi Jumlah Usaha Kecil dan Menengah dalam Peranannya Menstimulasi

Perekonomian

45

Romer, D. (1996). Advance Macroeconomics. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Tambunan, M. (2002). Strategi industrialisasi berbasis usaha kecil dan menengah: Sebuah

rekonstruksi pada masa pemulihan dan pasca krisis ekonomi. Orasi Ilmiah Guru Besar Ilmu

Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, 19

Oktober 2002, Bogor.

Adolf B. Heaubun. “ POTENSI JUMLAH USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PERANANNYA

MENSTIMULASI PEREKONOMIAN”.Dalam lppm.ut.ac.id/htmpublikasi/04-adolf.pdf

Wiloejo Wiryo Wijono.2010.“ PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SEBAGAI SALAH SATU

PILAR SISTEM KEUANGAN NASIONAL: UPAYA KONKRIT MEMUTUS MATA RANTAI

KEMISKINAN”.Dalam www.fiskal.depkeu.go.id/2010/adoku/wiloejo-1.pdf