32
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerajinan gerabah merupakan salah satu produk tradisional yang keberadaannya masih banyak di cari di Indonesia khususnya propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbagai produk kerajinan gerabah diproduksi oleh perusahaan kerajinan diwilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu wilayah yang memproduksi beraneka macam kerajinan gerabah adalah desa Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta. Disana berkumpul pengrajin gerabah yang memproduksi berbagai macam bentuk gerabah. Perusahaan yang berada di desa Kasongan memproduksi gerabah atau tembikar dalam berbagai bentuk, seperti guci, jambangan, vas bunga, patung manusia, hewan, tumbuhan dan tempat lilin. Karena desa Kasongan menjadi pusat produksi kerajinan gerabah, sehingga desa Kasongan kini menjadi daerah wisata dan banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun internasional. .Desa Kasongan selain menjadi tempat produksi, kini telah berkembang menjadi tempat pemasaran. Banyak berdiri kios-kios yang menjadi tempat pemasaran berbagai kerajinan baik gerabah, bambu, batik kayu hingga topeng. Menurut pengelola kerajinan- kerajinan tersebut dibagi menjadi 3 kategori jenis produk kerajinan, yaitu kerajinan aksesories, home interior, dan koleksi kerajinan antik. Kerajinan yang banyak ditonjolkan umumnya berupa guci, dengan motif bunga, bunga mawar, buah buahan, alam, dan lain sebagainya. disana terdapat guci dan aneka pot, furniture, meja kursi, pernak pernik, mebel hingga hiasan interior yang banyak diminati untuk mempercantik ruangan rumah maupun kantor. Menurut para pengrajin yang berada di Kasongan, produk kerajinan yang dihasilkan banyak yang dipasarkan diluar negeri, antara lain di Malaysia, Singapura, Korea, Jepang, Amerika Serikat, dan Belanda. Desa Kasongan merupakan wujud keberhasilan dalam berwirausaha. Keratifitas dan inovasi pengrajin yang luar biasa mampu menciptakan variasi produk yang menarik bagi konsumen. Hal tersebut memberikan keuntungan yang besarbagi pengrajin sehingga omset yang diperoleh juga besar. Untuk saat ini, perkembangan dunia usaha makin tajam dengan adanya persaingan. Oleh karena itu, pemasaran yang bagus dan efisienlah yang mampu mengusai pasar kerajinan di lingkungan masyarakat.

Kwu irma

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kerajinan gerabah merupakan salah satu produk tradisional yang keberadaannya

masih banyak di cari di Indonesia khususnya propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berbagai produk kerajinan gerabah diproduksi oleh perusahaan kerajinan diwilayah

Daerah Istimewa Yogyakarta.

Salah satu wilayah yang memproduksi beraneka macam kerajinan gerabah adalah

desa Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta. Disana berkumpul pengrajin gerabah yang

memproduksi berbagai macam bentuk gerabah. Perusahaan yang berada di desa Kasongan

memproduksi gerabah atau tembikar dalam berbagai bentuk, seperti guci, jambangan, vas

bunga, patung manusia, hewan, tumbuhan dan tempat lilin. Karena desa Kasongan

menjadi pusat produksi kerajinan gerabah, sehingga desa Kasongan kini menjadi daerah

wisata dan banyak dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun internasional.

.Desa Kasongan selain menjadi tempat produksi, kini telah berkembang menjadi

tempat pemasaran. Banyak berdiri kios-kios yang menjadi tempat pemasaran berbagai

kerajinan baik gerabah, bambu, batik kayu hingga topeng. Menurut pengelola kerajinan-

kerajinan tersebut dibagi menjadi 3 kategori jenis produk kerajinan, yaitu kerajinan

aksesories, home interior, dan koleksi kerajinan antik.

Kerajinan yang banyak ditonjolkan umumnya berupa guci, dengan motif bunga,

bunga mawar, buah buahan, alam, dan lain sebagainya. disana terdapat guci dan aneka pot,

furniture, meja kursi, pernak pernik, mebel hingga hiasan interior yang banyak diminati

untuk mempercantik ruangan rumah maupun kantor.

Menurut para pengrajin yang berada di Kasongan, produk kerajinan yang dihasilkan

banyak yang dipasarkan diluar negeri, antara lain di Malaysia, Singapura, Korea, Jepang,

Amerika Serikat, dan Belanda.

Desa Kasongan merupakan wujud keberhasilan dalam berwirausaha. Keratifitas dan

inovasi pengrajin yang luar biasa mampu menciptakan variasi produk yang menarik bagi

konsumen. Hal tersebut memberikan keuntungan yang besarbagi pengrajin sehingga omset

yang diperoleh juga besar.

Untuk saat ini, perkembangan dunia usaha makin tajam dengan adanya persaingan.

Oleh karena itu, pemasaran yang bagus dan efisienlah yang mampu mengusai pasar

kerajinan di lingkungan masyarakat.

2

Keberhasilan suatu perusahaan ditentukan oleh keberhasilan pemasarannya.

Pemasaran dinyatakan berhasil jika diperoleh laba dari hasil penjualan produk yang

diciptakan.

Bertambahnya kebutuhan konsumen merupakan peluang besar yang menarik namun

persaingan dalam pemasaran produk tertentu juga menjadi semakin ketat. Untuk

memenangkan persaingan, perusahaan harus selalu memusatkan perhatiannya pada

kebutuhan dan keinginan konsumen yang terus berubah. Hal ini berarti penentu apa yang

harus diproduksi tergantung pada kebutuhan konsumen akan mudah terjual dipasar

sehingga perusahaan akan terus dapat meningkatkan penjualan. Merujuk pada hal tersebut,

maka peruahaan harus mengembangkan strategi dalam menciptakan dan

menyempurnakan produk yang dipasarkannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa hal yang telah dipaparkan dalam latar belakang, dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Produk apa saja yang diproduksi di desa Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta?

2. Bagaimana proses produksi kerajinan di desa Kasongan Kabupaten Bantul

Yogyakarta?

3. Dari manakah para pengrajin di desa Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta

memperoleh bahan produksi?

4. Apa saja kendala dalam proses produksi?

5. Bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan oleh pengrajin dan pengusaha

kerajiinan tangan di desa Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta?

6. Apa saja kendala dalam proses pemasaran?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah untuk :

1. Mendeskripsikan produk-produk yang dihasilkan pengrajin di desa Kasongan

Kabupaten Bantul Yogyakarta.

2. Mendeskripsikan proses produksi kerajinan di desa Kasongan Kabupaten Bantul

Yogyakarta.

3. Mendeskripsikan asal bahan baku untuk produksi kerajinan di desa Kasongan

Kabupaten Bantul Yogyakarta.

4. Mendeskripsikan kendala dalam proses produksi kerajinan di desa Kasongan

Kabupaten Bantul Yogyakarta.

3

5. Mendeskripsikan strategi pemasaran yang dilakukan oleh pengrajin dan pengusaha

kerajinan tangan di desa Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta.

6. Mendeskripsikan kendala dalam proses pemasaran kerajinan di desa Kasongan

Kabupaten Bantul Yogyakarta.

D. Pembatasan Masalah

Pada makalah ini, akan dipaparkan mengenai segala macam produk kerajinan yang

dihasilkan di desa Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta, proses produksi dan strategi

pemaaran yang dilaksanakan. Pembatasan masalah yang dipaparkan bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan berwirausaha bagi penulis dan pembaca setelah memahami

isi makalah ini.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

a. Penelitian dapat digunakan sebagai bahan perbandingan sampai sejauh mana teori-

teori kewirausahaan yang didapat selama masa kuliah dapat diterapkan dalam dunia

nyata.

b. Merupakan latihan bagi penulis untuk mendefinisikan masalah, menganalisis situasi

serta mengadakan penyelidikan dan penelitian bersifat formal.

2. Bagi Perusahaan

a. Sebagai sumbangan informal untuk menyusun strategi perusahaan.

b. Sebagai pertimbangan dalam mengantisipasi perkembangan permasalahan

perusahaan di bidang pemasaran.

3. Bagi Pihak Lain

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan

bagi pihak-pihak yang tertarik dengan bidang ini.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan referensi yang kelak

akan bermanfaat bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kasongan

Sekitar 8 km ke arah barat daya dan pusat kota Yogyakarta terdapat Desa Wisata

Kasongan. Desa Wisata Kasongan mi terletak di dukuh Kajen, Banguntapan, Kasihan,

Bantul yang mempunyai luas sekitar 49 hektar. Pasar Kasongan Buka mulai Pukul 09.00-

21.00 Tarif Masuk Gratis, hanya membayar ongkos parkir. Banyak Fasilitas yang bisa

anda nikmati diantaranya berbagai kerajinan gerabah dan keramik, hotel, bank, tempat

penukaran uang, pusat informasi wisata

Dari pusat Kota Yogyakarta, Anda tinggal menyelusuri jalan Bantul. Setelah

memasuki km 5,6 di jalan Bantul, pada sebelah barat terdapat sebuah koridor berbentuk

gapura merah yang bertuliskan.

DesaWisata Kasongan jika menggunakan transportasi umum, kita bisa menumpang

bus jurusan Bantul dan turun di Kasongan.

Di desa Kasongan ini kamu bisa menjumpai puluhan galeri gerabah yang

tersebar di sepanjang kiri dan kanan jalan. Para wisatawan yang berkunjung ke sana bisa

memesan jenis motif gerabah atau keramik sesuai keinginannya, seperti burung merak,

naga, bunga mawar dan banyak lainnya. Produk khas Kasongan seperti guci, tempat bunga,

hiasan dinding, kini mulai banyak diminati pembeli luar negeri seperti Amerika Serikat,

Eropa, Australia, dan Spanyol.

5

B. Gerabah

a. Pengertian Gerabah

Gerabah adalah bagian dari keramik yang dilihat berdasarkan tingkat kualitas

bahannya. Namun masyarakat ada mengartikan terpisah antara gerabah dan keramik,

karena benda-benda keramik adalah benda-benda pecah belah permukaannya halus

dan mengkilap seperti porselin dalam wujud vas bunga, guci, tegel lantai dan lain-lain.

Sedangkan gerabah adalah barang-barang dari tanah liat dalam wujud seperti periuk,

belanga, tempat air dll. Untuk memperjelas hal tersebut dapat ditinjau dari beberapa

sumber berikut ini : Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995), kata

“keramik” berasal dari bahasa Yunanai (greeak) “keramikos” menunjuk pada

pengertian gerabah; ”Keramos” menunjuk pada pengertian tanah liat. “Keramikos”

terbuat dari mineral non metal, yaitu tanah liat yang dibentuk, kemudian secara

permanen menjadi keras setelah melalui proses pembakaran pada suhu tinggi. Usia

keramiik tertua dikenal dari zaman Paleolitikum 27.000 tahun lalu. Sedangkan

menurut Malcolm G. McLaren dalam Encyclopedia Americana 1996 disebutkan

keramik adalah suatu istilah yang sejak semula diterapkan pada karya yang terbuat

dari tanah liat alami dan telah melalui perlakuan pemanasan pada suhu tinggi.

Beberapa teori lain tentang ditemukannya keramik pertama kali, salah satunya

terkenal dengan “teori keranjang”.Teori ini menyebutkan pada zaman prasejarah

Keranjang anyaman digunakan orang untuk menyimpan bahan makanan. Agar tak

6

bocor keranjang tersebut dilapisi dengan tanah liat dibagian dalammnya. Setelah

terpakai keranjang di buang keperapian, kemudian keranjang itu musnah tetapi tanah

liatnya yang berbentuk wadah itu ternyata mengeras. Teori ini dihubngkan dengan

ditemukannya keramik pra sejarah, bentuk dan motif hiasannya dibagian luar berupa

relief cap tangan keranjang (Nelson, 1984 :20) Dari teori keranjang dan teori lainnya

di atas dapat dimengerti bahwa benda-benda keras dari tanah liat dari awal ditemukan

sudah dinamakan benda keramik, walaupun sifatnya masih sangat sederhana seperti

halnya gerabah dewasa ini. Pengertian ini menunjukkan bahwa gerabah adalah salah

satu bagian dari benda-benda keramik. Di Indonesia istilah ‘gerabah’ juga dikenal

dengan keramik tradisional sebagai hasil dari kegiatan kerajinan masyarakat pedesaan

dari tanah liat, ditekuni secara turun temurun.

Gerabah juga disebut keramik rakyat, karena mempunyai ciri pemakaian tanah

liat bakaran rendah dan teknik pembakaran sederhana (Oka, I.B., 1979:9). Dalam Ilmu

Purbakala (Arkeologi) istilah lain gerabah/keramik tradisional ini adalah kereweng,

pottery, terracotta dan tembikar. Istilah tersebut dipergunakan untuk menyebut

pecahan-pecahan periuk dan alat lainnya yang dibuat dari tanah liat dan ditemukan di

tempat-tempat pemakaman zaman prasejarah. Barang-barang tanah bakar yang

ditemukan di luar sarkopagus (peti mayat berbentuk Pulungan batu) berupa jembung,

piring-piring kecil, priuk-periuk kecil, stupa-stupa kecil dan sebagainya (Yudosaputro,

W., l983 :31). Berkaitan dengan hal di atas, Excerpted from Campton’s Interactive

Encyclopedia dalam “Pottery and Porcelain‟, disebutkan kriya keramik atau

pembuatan bejana dari tanah liat merupakan salah satu karya seni tertua di dunia,

seperti kutipan berikut : “The craft of ceramics, or making clay vassels, is one of the

oldest arts in the world”.

b. Sejarah Gerabah

Dalam dunia arkeologi istilah gerabah sudah terkenal. Namun, orang awam

pun mengenalnya dari sisi yang lain. Berbegai benda yang dihasilkan oleh para

pengrajin, seperti gentong, pasu, pot bunga, mangkok, cobek, kendi, dan sebagainya,

serta seringnya diadakan pameran, menandakan benda ini cukup populer di mata

masyarakat.

Istilah gerabah ini biasanya untuk menunjukkan barang pecah belah yang

terbuat dari tanah liat. Selain dengan sebutan di atas, ada pula sebagian orang

menyebutnya dengan tembikar dan sebagian lagi keramik lokal, untuk

membedakannya dari istilah keramik asing.

7

Gerabah dibuat dari satu atau dua jenis tanah liat yang dicampur. Warnanya

tidak bening, berpori, dan bersifat menyerap air. Campuran yang digunakan terdiri dari

pasir kasar atau pasir halus, dan pembakarannya antara 1000-1150 derajad Celcius.

Kadang-kadang lebih rendah dari itu. Diduga gerabah pertama kali dikenal pada masa

neolitik (kira-kira 10.000 tahun SM) di daratan Eropa dan mungkin pula sekitar akhir

masa paleolitik (kira-kira 25.000 tahun SM) di daerah Timur Dekat.

Menurut para ahli kebudayaan, gerabah merupakan kebudayaan yang universal

(menyeluruh), artinya gerabah ditemukan di mana-mana, hampir di seluruh bagian

dunia. Dalam perkembangannya, penemuannya muncul secara individual di tiap

daerah tanpa harus selalu mempengaruhi. Mungkin juga masing-masing bangsa

menemukan sendiri sistem pembuatan gerabah tanpa adanya unsur peniruan dari

bangsa lain.Gerabah muncul pertama kali pada waktu suatu bangsa mengalami masa

foodgathering (mengumpulkan makanan).

Pada masa ini masyarakat hidup secara nomaden, senantiasa berpindah-pindah

dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam corak hidup seperti itu wadah gerabah dapat

digunakan secara efektif karena gerabah merupakan benda yang ringan dan mudah

dibawa-bawa. Selain itu gerabah juga merupakan benda yang kuat, paling tidak lebih

kuat daripada yang dibuat dari bahan lain, seperti kayu, bambu atau kulit

binatang.Yang terpenting, bahan pembuatan gerabah mudah didapat. Tanah liat

terdapat di mana-mana. Karena itu adalah suatu hal yang wajar jika setiap masyarakat

bisa menjadi produsen bagi kepentingannya sendiri. Akan tetapi mengenai proses

‘penemuan’ gerabah itu sendiri, belum satu orang pun bisa menguraikannya secara

ilmiah.

Pada waktu itu beberapa orang sedang membakar hasil buruannya. Kebetulan

pembakaran itu dilakukan di atas tanah yang tergolong jenis tanah liat. Setelah selesai

membakar daging itu, mereka mendapatkan tanah di bawahnya berubah menjadi keras.

Dari sinilah muncul gagasan untuk membuat suatu wadah dari tanah liat yang dibakar.

Pembuatan gerabah jelas membutuhkan api sebagai faktor yang utama,

meskipun panas matahari barangkali dapat juga dipakai untuk fungsi yang sama.

Karena itu dapat dipastikan bahwa munculnya gerabah merupakan efek lain dari

penemuan dan domestikasi api. Masyarakat yang belum mengenal api tentulah

mustahil bisa memproduksi gerabah. Dengan demikian, tafsiran bahwa gerabah mula

pertama dikenal pada masa neolitik dapat diterima, sebab penemuan dan domestikasi

api baru dikenal pada akhir masa paleolitik atau awal masa neolitik.

8

Melalui temuan-temuan lainnya diketahui bahwa pada masa itu manusia hidup

dalam corak berburu dan mengumpulkan makanan. Usaha mengumpulkan makanan

berarti membutuhkan ‘sesuatu’ untuk wadah makanan tersebut. Dalam hal ini wadah

yang paling tepat adalah gerabah karena gerabah mudah dibawa ke mana saja. Dan ini

sesuai dengan corak hidup nomaden. Karena itulah gerabah memiliki arti yang penting

bagi manusia, sehingga ia dapat diterima dalam setiap kebudayaan dan terus semakin

berkembang selama belum ditemukan wadah lain yang memiliki tingkat efektifitas

setinggi gerabah.

Penggunaan wadah gerabah oleh suatu kelompok manusia memiliki arti

penting bahkan jauh lebih penting daripada yang bisa kita bayangkan. Dengan

dikenalnya wadah yang kecil, mudah dibawa dan kuat, suatu kebudayaan maju

selangkah lagi ke arah kebudayaan yang lebih tinggi. Apa lagi dengan dikenalnya

corak kebudayaan hidup menetap, fungsi gerabah semakin meluas. Kebutuhan gerabah

yang beraneka ragam melahirkan tipe-tipe gerabah yang semakin banyak. Kalau

sebelumnya digunakan wadah lain yang jauh lebih sulit diperoleh, kini mereka bisa

membuat wadah gerabah yang lebih mudah didapat.

Gerabah sebagai salah satu benda hasil kebudayaan manusia merupakan unsur

yang paling penting dalam usaha untuk menggambarkan aspek-aspek kehidupan

manusia. Sampai kini gerabah yang berhasil ditemukan terutama berbentuk wadah,

seperti periuk, cawan, pedupaan, kendi, tempayan, piring, dan cobek.

Gerabah atau kereweng (pecahan gerabah) sering kali ditemukan di anatara

benda-benda lain pada situs arkeologi. Untuk keperluan studi arkeologi temuan ini

sangat besar manfaatnya, karena gerabah merupakan alat penunjuk yang baik dari

kebudayaan yang berbeda. Beberapa kereweng yang dapat dikenali tipenya bisa

digunakan untuk menanggali benda-benda lain yang ditemukan di sekitarnya dan

dapat pula digunakan untuk menentukan hubungannya dengan kebudayaan lain. Selain

itu gerabah merupakan benda yang sulit hancur sama sekali, terlebih lagi kalau

tersimpan dalam tanah. Itulah sebabnya gerabah yang telah berusia puluhan ribu tahun

pun masih bisa dikenal.

c. Macam Gerabah

Berdasarkan ukurannya, gerabah dapat digolongkan menjadi :

a. Gerabah Besar : gerabah jenis ini berukuran antara 60 – 150 cm, seperti guci,

patung;

9

b. Gerabah Sedang : gerabah dengan ukuran < 60 cm, seperti tempayan, kuali,

peralatan dapur, guci, tempat payung, pot bunga

c. Gerabah Kecil : gerabah jenis ini diutamakan sebagai barangbarang hiasan dan

souvenir, seperti asbak, tempat lilin, patung kecil.

Berdasarkan fungsinya, gerabah dapat digolongan menjadi :

a. Fungsional : gerabah yang dapat memberikan manfaat secara langsung kepada

penggunanya. Bentuk gerabah fungsional antara lain : pot bunga, tempat payung,

tempayan, kendi, asbak, tempat lilin dan peralatan dapur;

b. Non Fungsional : gerabah dengan golongan ini lebih diutamakan sebagai barang-

barang hiasan ruang, seperti guci.

d. Pembuatan Gerabah

Proses pembuatan gerabah pada dasarnya memiliki tahapan yang sama untuk

setiap kriyawan. Demikian juga halnya dengan proses pembuatan gerabah yang

dipasarkan di Bali, yang membedakan adalah perbedaan alat yang dipakai dalam

proses pengolahan bahan dan proses pembentukan /perwujudan.

Perbedaan alat merupakan salah satu faktor penyebab perbedaan kualitas akhir

yang dicapai oleh masing – masing kriyawan. Misalnya dalam proses pembentukan

badan gerabah dengan teknik putar, ada kariyawan yang menggunakan alat tradisional

dengan tenaga gerak kaki atau tangan, sementara kriyawan yang sudah lebih maju ada

menggunakan alat putar dengan tenaga listrik (electrick wheel). Kelebihan alat yang

kedua dibandingkan yang pertama adalah lebih stabil dalam pengoperasiannya serta

lebih efesien dalam waktu dan tenaga.

Tahapan proses pembuatan gerabah :

a. Tahap persiapan

Dalam tahapan ini yang dilakukan kriyawan adalah :

1) Mempersiapkan bahan baku tanah liat (clay) dan menjemur

2) Mempersiapkan bahan campurannya

3) Mempersiapkan alat pengolahan bahan.

b. Tahap pengolahan bahan.

Pada tahapan ini bahan diolah sesuai dengan alat pengolahan bahan yang

dimiliki kriyawan. Alat pengolahan bahan yang dimiliki masing-masing kriyawan

gerabah dewasa ini banyak yang sudah mengalami kemajuan jika dilihat dari

perkembangan teknologi yang menyertainya. Walaupun masih banyak kriyawan

10

gerabah yang masih bertahan dengan peralatan tradisi dengan berbagai

pertimbangan dianggap masih efektif. Pengolahan bahan ini dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu pengolahan bahan secara kering dan basah.

Pada umumnya pengolahan bahan gerabah yang diterapkan kriyawan gerabah

tradisional di Indonesia adalah pengolahan bahan secara kering. Teknik ini

dianggap lebih efektif dibandingkan dengan pengolahan bahan secara basah, karena

waktu, tenaga dan biaya yang diperlukan lebih lebih sedikit. Sedangkan pengolahan

bahan dengan teknik basah biasanya dilakukan oleh kriyawan yang telah memiliki

peralatan yang lebih maju. Karena pengolahan secara basah ini akan lebih banyak

memerlukan peralatan dibandingkan dengan pengolahan secara kering. Misalnya :

bak perendam tanah, alat pengaduk (mixer), alat penyerap air dan lain-lain.

Pengolahan bahan secara kering dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :

1). Penumbukan bahan sampai halus.

2). Pengayakan hasil tumbukan

3). Pencampuran bahan baku utama (tanah) dengan bahan tambahan (pasir halus

atau serbuk batu padas, dll) dengan komposisi tertentu sesuai kebiasaan yang

dilakukan kriyawan gerabah masing – masing. Kemudian tanah yang telah

tercampur ditambahkan air secukupnya dan diulek sampai rata dan homogen.

Selanjutnya bahan gerabah sudah siap dipergunakan untuk perwujudan badan

gerabah. Pencampuran ini bertujuan untuk memperkuat body gerabah pada saat

pembentukan dan pembakaran.

c. Tahap pembentukan badan gerabah.

Beberapa teknik pembentukan yang dapat diterapkan, antara lain : teknik

putar (wheel/throwing), teknik cetak (casting), teknik lempengan (slab), teknik pijit

(pinching), teknik pilin (coil), dan gabungan dari beberapa teknik diatas

(putar+slab, putar+pijit, dan lain-lain). Pembentukan gerabah ini juga dapat

dilihat dari dua tahapan yaitu tahap pembentukan awal (badan gerabah) dan tahap

pemberian dekorasi/ornamen.

Umumnya kriyawan gerabah dominan menerapkan teknik putar walaupun

dengan peralatan yang sederhana. Teknik pijit adalah teknik dasar membuat

gerabah sebelum dikenal teknik pembentukan yang lain. Teknik ini masih digemari

oleh pembuat keramik Jepang untuk membuat mangkok yang mementingkan

sentuhan tangan yang khas.

11

d. Tahap pengeringan.

Proses pengeringan dapat dilakukan dengan atau tanpa panas matahari.

Umumnya pengeringangerabah dengan panas matahari dapat dilakukan sehari

setelah proses pembentukan selesai.

e. Tahap pembakaran.

Proses pembakaran (the firing process) gerabah umumnya dilakukan sekali,

berbeda dengan badan keramik yang tergolong stoneneware atau porselin yang

biasanya dibakar dua kali yaitu pertama pembakaran badan mentah (bisque fire)

dan pembakaran glazur (glaze fire). Kriyawan tradisional pada mulanya membakar

gerabahnya di ruangan terbuka seperti di halaman rumah, di ladang, atau di lahan

kosong lainnya. Menurut Daniel Rhodes model pembakaran seperti ini telah

dikenal sejak 8000 B.C. dan disebut sebagai tungku pemula (early kiln).

Penyempurnaan bentuk tungku dan metode pembakarannya telah dilakukan pada

jaman prasejarah (Rhodes, Daniel, 1968:1).

Sejalan dengan perkembangan teknologi dewasa ini, penyempurnaan tungku

pembakaran keramik juga semakin meningkat dengan efesiensi yang semakin baik.

Penyempurnaan tungku ladang selanjutnya adalah : tungku botol, tungku bak,

tungku periodik (api naik dan api naik berbalik).

f. Tahap Finishing

Finishing yang dimaksud disini adalah proses akhir dari gerabah setelah

proses pembakaran. Proses ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara

misalnya memulas dengan cat warna, melukis, menempel atau menganyam dengan

bahan lain, dan lain-lain.

C. Keramik

1. Pengertian Keramik

Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani “keramikos” yang artinya

suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran. Kamus dan

ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik sebagai suatu hasil seni dan

teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah liat yang dibakar,

seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi saat ini tidak semua

keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian keramik terbaru mencakup semua

bahan bukan logam dan anorganik yang berbentuk padat. (Yusuf, 1998:2).

12

Bahan baku keramik yang umum dipakai adalah felspard, ball clay, kwarsa,

kaolin, dan air. Sifat keramik sangat ditentukan oleh struktur kristal, komposisi kimia

dan mineral bawaannya. Oleh karena itu sifat keramik juga tergantung pada

lingkungan geologi dimana bahan diperoleh. Keramik secara umum mempunyai

kekuatan tekan lebih baik dibanding kekuatan tariknya. Strukturnya sangat rumit

dengan sedikit elektron-elektron bebas. Bersifat rapuh, keras, dan kaku.

2. Sejarah Keramik

Di Indonesia, keramik sudah dikenal sejak jaman Neolithikum, diperkirakan

rentang waktunya mulai dari 2500 SM–1000 SM. Peninggalan zaman ini diperkirakan

banyak dipengaruhi oleh para imigran dari Asia Tenggara berupa: pengetahuan

tentang kelautan, pertanian dan peternakan. Alat-alat berupa gerabah dan alat pembuat

pakaian kulit kayu. Kebutuhan manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mengalami

perubahan sesuai perkembangan zaman. Awalnya manusia membuat alat bantu untuk

kebutuhan hidupnya, mulai dari membuat kapak dari batu. Seperti di Sumatra

ditemukan pecahan-pecahan periuk belanga di Bukit Kulit Kerang.

Meskipun pecahan tembikar tersebut kecil dan berkeping-keping namun telah

terlihat adanya bukti nyata membuat wadah dari tanah liat. Teknik pembuatannya

dilakukan dengan tangan, dan untuk memadatkan serta menghaluskan digunakan

benda keras seperti papan. Cara menghias dilakukan dengan menekankan sebuah kayu

berukir, atau menekan tali, anyaman bambu, duri ikan, dan sebagainya, pada

permukaan keramik (mentah) setelah selesai pembentukan. Cara seperti ini paling

banyak dilakukan oleh perajin tradisional di berbagai daerah di pelosok tanah air.

Di pantai selatan Jawa tepatnya diantara Yogyakarta dan Pacitan ditemukan

pecahan tembikar yang berhiaskan teraan anyaman atau tenunan seperti hasil tenun

yang di buat di Sumba. Di daerah Melolo (P. Sumba) ditemukan pula periuk belanga

yang berisikan tulang-tulang manusia. Peninggalan-peninggalan prasejarah ini juga

ditemukan didaerah Banyuwangi, Kelapa Dua-Bogor, Kalumpang serta Minanga di

Sulawesi, Gilimanuk di Bali dan juga penemuan pada waktu peninggalan arkeologis di

sekitar candi Borobudur dan di Trowulan-Mojokerto.

Termasuk juga peninggalan zaman Kerajaan Majapahit (abad 16 M) banyak di

temukan bata-bata dan genteng dari tanah liat yang dibakar sebagai bahan bangunan,

namun juga benda-benda seperti celengan. Pecahan-pecahan tembikar juga ditemukan

di situs Batujaya, di Karawang Jawa Barat. Ditemukan juga fragmen yang terbuat dari

13

terracotta. Sesuai penandaaan maka tembikar-tembikar ini ada pada abad ke 3 atau 4

masehi.

Gambar tembikar juga terdapat pada relief hiasan bangunan, dan patung-

patung. Ini memberikan indikasi bahwa tradisi pembuatan benda keramik dengan

teknologi sederhana telah lama berlangsung. Artefak lainnya di gambarkan pada relief

candi Borobudur yang menunjukkan motif wanita yang sedang mengambil air dari

kolam dengan periuk bulat dan kendi serta memasak dengan kuali. Sedangkan relief

candi Prambanan dan candi Penataran (Blitar) melukiskan jambangan bunga dengan

hiasan suluran dan bunga-bungaan. Peninggalan ini juga menggambarkan akan adanya

kegiatan pembuatan keramik rakyat di pedesaan dan banyak hubungannya dengan

penemuan kebutuhan akan wadah

Keramik rakyat ini dari zaman ke zaman berkembang secara evolusioner.

Demikian pula dengan bentuk, teknik pengolahan maupun pembakarannya,

pembakaran dilakukan hanya dengan menggunakan daun-daun atau ranting-ranting

pohon yang telah kering. Mereka lebih banyak memikirkan peralatan yang ada

hubungannya dengan rumah tangga. Untuk keperluan tersebut dibuatlah benda

gerabah dari tanah liat kemudian dibentuk dan setelah kering dibakar dengan

pembakaran sederhana. Penemuan keramik merangsang kreativitas manusia untuk

menciptakan berbagai macam benda keramik yang di buat dari bahan tersebut. Pada

perkembangan selanjutnya berbagai faktor turut menentukan kemajuan keramik

diberbagai daerah.

Faktor-faktor tersebut mempengaruhi kemajuan keramik, mulai dari faktor

keperluan hidup, persedian bahan baku sampai kemajuan teknik pembakaran. Dari

faktor-faktor tersebut, faktor kebutuhan atau keperluan hidup yang merupakan

pengaruh yang dominan, sebagai contoh: negeri China.

Secara pasti sangatlah sulit untuk dikatakan daerah mana yang mula-mula yang

merupakan pusat perkembangan keramik di Indonesia. Dari segi teknik pembuatannya

benda-benda keramik yang oleh para ahli sejarah disebut “paddle and anvil technique”

atau teknik tatap batu, suatu teknik pembuatan keramik tradisional yang saat ini masih

dipergunakan di daerah-dareah di Indonesia. Meninjau hasil karya keramik dari

beberapa daerah di Indonesia sangat menarik karena terasa ada suatu karakteristik

sangat khas yang menjiwai benda-benda tersebut. Daerah tersebut antara lain

Kalimantan dengan keramik Singkawang yang menghasilkan guci-guci besar. Daerah

ini menghasilkan benda keramik dengan teknologi pembakaran tinggi mulai abad

XIX.

14

Singkawang merupakan daerah migrasi orang-orang China Hokkian, yang

banyak keahliannya membuat guci. Sementara masyarakat tradisional tetap melakukan

aktivitas untuk membuat gerabah tradisional untuk memenuhi kebutuhan hidup

dengan kekuatan apa adanya.

Pada masa penjajahan Belanda Teknologi pembuatan keramik dapat dikatakan

mulai berkembang dengan didirikannya Laboratorium Keramik atau “Het Keramische

Laboratorium” pada tahun 1922 di Bandung. Fungsi utama laboratorium ini sebagai

pusat penelitian bahan bangunan seperti bata, genteng, saluran air dan sebagainya

yang terbuat dari tanah liat. Selain itu mengembangkan juga teknologi glasir untuk

barang gerabah halus yang disebut dengan ‘aardewerk’. Bahan glasir didatangkan dari

Belanda.

Selanjutnya di Plered Purwakarta didirikan sebuah pabrik keramik dengan

dilengkap alat-alat produksi masinal untuk mengolah bahan tanah liat. Pabrik ini

berfungsi sebagi induk yang memberikan bimbingan dalam pembuatan bahan

bangunan dan gerabah halus berglasir kepada para perajin setempat. Pabrik keramik di

Pleret yang dimaksudkan sebagai pusat penyuluhan di Jawa barat terpaksa gulung

tikar. Sedangkan pusat induknya di Bandung hidupnya masih belum menentu

keberadaannya.

Tetapi walaupun dengan pemasukan teknologi impor ini, keramik Indonesia

belum mengalami kemajuan yang pesat. Pusat penyuluhan bidang keramik sasarannya

pada kehidupan gerabah pedesaan saja. Masyarakat kota belum banyak mengenal

keramik bakaran tinggi pada masa itu, dan lebih suka menggunakan barang impor dari

negeri China atau Eropa.

Dengan masuknya tentara Jepang , pabrik keramik di Bandung telah diubah

namanya menjadi “Toki Shinkenjo”. Laboratorium ini berfungsi sebagai balai

penelitian yang meneliti dan mengembangkan serta memproduksi barang-barang

keramik dengan suhu bakar tinggi. Produknya antara lain: bata tahan api, botol sake,

dan sebagainya. Barang-barang tersebut dibuat untuk keperluan bala tentara Jepang di

Indonesia.

Sejak pemerintahan dipegang pemerintah republik Indonesia, maka “Toki

Shinkenjo” berubah nama menjadi Balai Penyelidikan Keramik (BPK), dalam

operasionalnya dilengkapi dengan alat-alat pengujian dan alat-alat produksi yang lebih

modern. Fungsi dan tugas BPK semakin berkembang, tidak hanya berporduksi barang-

barang keramik, gelas, isolator listrik tetapi juga aktif melakukan kegiatan penelitian

barang-barang mentah keramik hasil temuan bahan keramik di beberapa tempat.

15

Dengan diketemukannya bahan-bahan mentah yang melimpah seperti kaolin,

felspard, kwarsa dan sebagainya. maka sejak tahaun 1960-an bermunculan pabrik-

pabrik keramik dibebebrapa kota. Produknya pun bermacam-macam seperti produk

gerabah, stoneware dan porselin, jenis produksinya antara lain peralatan makan dan

minum, benda hias, barang tahan api, bata tahan api, alat-alat teknik, gips, email, dan

keramik bahan bangunan.

Sekitar tahun 1969 BPK mencoba mengembangkan apa yang disebut dengan

keramik ‘biru putih’ yaitu imitasi keramik China yang pembakarannya pada suhu 1300

derajat celcius. Dengan diperkenalkanya produk ala China ini maka banyak

perusahaan lain di kota Bandung memproduksinya; seperti pabrik keramik di Kiara

Condong, pabrik keramik Tanah Agung di kota Malang, serta pabrik keramik di

Plered-Purwakarta. Produk keramik dengan corak biru putih tersebut ternyata banyak

penggemarnya. Pada masa Pelita ke dua munculah harapan-harapan baru untuk

penggunaan benda keramik di hotel-hotel di Jakarta dan di kota-kota lain.

Benda keramik tersebut berupa peralatan makan, hiasan dan tempat bunga.

Kemudian berlanjut ke masyarakat kota yang mulai terbiasa menggunakan benda-

benda keramik dan sedikit demi sedikit munculah keinginan benda tersebut sebagai

kebutuhan rumah tangga.

Kehidupan dunia keramik mulai bangkit dan tumbuhnya perusahaan kecil dan

menengah yang bergerak dibidang keramik seperti terdapat di Bandung, Plered-

Purwokweto, Klampok, Bayat-Klaten, Malang, Yogyakarta dan lainnya daerah di luar

Jawa. Dengan perjalanan waktu, dan dengan adanya pendidikan tinggi seni rupa

seperti ITB Bandung,ASRI (ISI) Yogyakarta, ASTI (ISI) Surakarta dan universitas

lainnya mulai menelurkan seniman akademisi keramik yang turut menghidupkan

dunia keramik saat ini. Namun, ditengah kemajuan industri keramik dunia, industri

keramik Indonesia belum mengalami kemajuan yang signifikan walaupun kemajuan

dalam bidang keramik ini sudah menjadi tuntutan pasar. Hal ini disebabkan karena

sarana dan prasarana, berupa alat-alat untuk mengembangkan industri keramik itu

termasuk mahal. Selain itu teknologi yang adapun sulit didapat. Sebab bahan-bahan

untuk keramik maju harus bahan yang lebih murni. Tetapi usaha-usaha untuk

mengembangkan industri keramik, berupa penelitian-penelitian tetap dilakukan,

kegiatan seperti ini telah menjadi kegiatan rutin seperti Balai Besar Keramik di

Bandung, juga kegiatan-kegiatan pengembangan desain untuk benda keramik di

industri seperti di Sango Semarang, industri keramik di Tangerang dan di industri

16

lainnya. Dari hasil pembinaan dan bimbingan dari pemerintah dan pihak terkait, baik

produktivitas dan variasi bentuk juga pengalaman perajin semakin meningkat.

Perkembangan dari bentuk produk keramik yang masih melekat ciri khas dari

masing-masing daerah semakin menarik dan memperkaya hasil budaya bangsa.

Perkembangan dunia pariwisata yang makin maju memberikan dampak yang sangat

bagus bagi perkembangan keramik.

Dengan dicanangkannya desa wisata seperti: di desa Pager Jurang-Bayat

Klaten, desa Kasongan-Bantul, Klampok-Banjarnegara, Banyumulek- Lombok

semakin meningkatkan produktivitas dan kualitas juga pemasaran produk keramik

yang semakin berkembang hingga kini.

Meskipun pecahan tembikar tersebut kecil dan berkeping-keping namun telah

terlihat adanya bukti nyata membuat wadah dari tanah liat. Teknik pembuatannya

dilakukan dengan tangan, dan untuk memadatkan serta menghaluskan digunakan

benda keras seperti papan. Cara menghias dilakukan dengan menekankan sebuah kayu

berukir, atau menekan tali, anyaman bambu, duri ikan, dan sebagainya, pada

permukaan keramik (mentah) setelah selesai pembentukan. Cara seperti ini paling

banyak dilakukan oleh perajin tradisional di berbagai daerah di pelosok tanah air.

3. Sifat Keramik

Sifat yang umum dan mudah dilihat secara fisik pada kebanyakan jenis

keramik adalah britle atau rapuh, hal ini dapat kita lihat pada keramik jenis tradisional

seperti barang pecah belah, gelas, kendi, gerabah dan sebagainya, coba jatuhkan piring

yang terbuat dari keramik bandingkan dengan piring dari logam, pasti keramik mudah

pecah, walaupun sifat ini tidak berlaku pada jenis keramik tertentu, terutama jenis

keramik hasil sintering, dan campuran sintering antara keramik dengan logam.

Sifat lainya adalah tahan suhu tinggi, sebagai contoh keramik tradisional yang

terdiri dari clay, flint dan feldfar tahan sampai dengan suhu 1200 C, keramik

engineering seperti keramik oksida mampu tahan sampai dengan suhu 2000 C.

kekuatan tekan tinggi, sifat ini merupakan salah satu faktor yang membuat penelitian

tentang keramik terus berkembang.

Keramik biasanya material yang kuat, dan keras dan juga tahan korosi. Sifat-

sifat ini bersama dengan kerapatan yang rendah dan juga titik lelehnya yang tinggi,

membuat keramik merupakan material struktural yang menarik. Aplikasi struktural

keramik maju termasuk komponen untuk mesin mobil dan struktur pesawat. Misalnya,

17

TiC mempunyai kekerasan 4 kali kekerasan baja. Jadi, kawat baja dalam struktur

pesawat dapat diganti dengan kawat TiC yang mampu menahan beban yang sama

hanya dengan diameter separuhnya dan 31 persen berat. Semen dan tanah liat adalah

contoh yang lain, keduanya dapat dibentuk ketika basah namun ketika kering akan

menghasilkan objek yang lebih keras dan lebih kuat. Material yang sangat kuat seperti

alumina (Al2O3) dan silikon karbida (SiC) digunakan sebagai abrasif untuk grinding

dan polishing.

Keterbatasan utama keramik adalah kerapuhannya, yakni kecenderungan

untuk patah tiba-tiba dengan deformasi plastik yang sedikit. Ini merupakan masalah

khusus bila bahan ini digunakan untuk aplikasi struktural. Dalam logam, elektron-

elektron yang terdelokalisasi memungkinkan atom-atomnya berubah-ubah

tetangganya tanpa semua ikatan dalam strukturnya putus. Hal inilah yang

memungkinkan logam terdeformasi di bawah pengaruh tekanan. Tapi, dalam keramik,

karena kombinasi ikatan ion dan kovalen, partikel-partikelnya tidak mudah bergeser.

Keramiknya dengan mudah putus bila gaya yang terlalu besar diterapkan.

Faktur rapuh terjadi bila pembentukan dan propagasi keretakan yang cepat.

Dalam padatan kristalin, retakan tumbuh melalui butiran (trans granular) dan

sepanjang bidang cleavage (keretakan) dalam kristalnya. Permukaan tempat putus

yang dihasilkan mungkin memiliki tekstur yang penuh butiran atau kasar. Material

yang amorf tidak memiliki butiran dan bidang kristal yang teratur, sehingga

permukaan putus kemungkinan besar mulus penampakannya.

Kekuatan tekan penting untuk keramik yang digunakan untuk struktur seperti

bangunan. Kekuatan tekan keramik biasanya lebih besar dari kekuatan tariknya. Untuk

memperbaiki sifat ini biasanya keramik di-pretekan dalam keadaan tertekan.

Keramik memiliki karakteristik yang memungkinkannya digunakan untuk

berbagai aplikasi termasuk :

kapasitas panas yang baik dan konduktivitas panas yang rendah,

Tahan korosi,

Sifat listriknya dapat insulator, semikonduktor, konduktor bahkan

superkonduktor,

Sifatnya dapat magnetik dan non-magnetik atau semimagnetik) Keras dan kuat,

namun rapuh.

18

4. Macam Keramik

Pada umumnya keramik terbagi dua, yaitu Keramik tradisional dan keramik

halus.

a. Keramik tradisional yaitu keramik yang dibuat dengan menggunakan bahan

alam, seperti kuarsa, kaolin, dll. Yang termasuk keramik ini adalah: barang

pecah belah (dinnerware), keperluan rumah tangga (tile, bricks), dan untuk

industri (refractory).

b. Keramik halus (Fine ceramics) atau keramik modern atau biasa disebut

keramik teknik, advanced ceramic, engineering ceramic, techical ceramic)

adalah keramik yang dibuat dengan menggunakan oksida-oksida logam atau

logam, seperti: oksida logam (Al2O3, ZrO2, MgO,dll). Penggunaannya:

elemen pemanas, semikonduktor, komponen turbin, dan pada bidang

medis. (Joelianingsih, 2004).

Ada pula keramuk yang terbuat dari tanah liat/lempung yang mengalami suatu

proses pengerasan dengan pembakaran suhu tinggi. Berikut ini adalah macamnya:

a. Gerabah (Earthenware), dibuat dari semua jenis bahan tanah liat yang plastis

dan mudah dibentuk dan dibakar pada suhu maksimum 1000°C. Keramik jenis

ini struktur dan teksturnya sangat rapuh, kasar dan masih berpori. Agar supaya

kedap air, gerabah kasar harus dilapisi glasir, semen atau bahan pelapis

lainnya. Gerabah termasuk keramik berkualitas rendah apabila dibandingkan

dengan keramik batu (stoneware) atau porselin. Bata, genteng, paso, pot, anglo,

kendi, gentong dan sebagainya termasuk keramik jenis gerabah. Genteng telah

banyak dibuat berglasir dengan warna yang menarik sehingga menambah

kekuatannya.

b. Keramik Batu (Stoneware), dibuat dari bahan lempung plastis yang dicampur

dengan bahan tahan api sehingga dapat dibakar pada suhu tinggi (1200°-

1300°C). Keramik jenis ini mempunyai struktur dan tekstur halus dan kokoh,

kuat dan berat seperti batu. Keramik jenis termasuk kualitas golongan

menengah.

c. Porselin (Porcelain), adalah jenis keramik bakaran suhu tinggi yang dibuat

dari bahan lempung murni yang tahan api, seperti kaolin, alumina dan silika.

Oleh karena badan porselin jenis ini berwarna putih bahkan bisa tembus

cahaya, maka sering disebut keramik putih. Pada umumnya, porselin dipijar

sampai suhu 1350°C atau 1400°C, bahkan ada yang lebih tinggi lagi hingga

19

mencapai 1500°C. Porselin yang tampaknya tipis dan rapuh sebenarnya

mempunyai kekuatan karena struktur dan teksturnya rapat serta keras seperti

gelas. Oleh karena keramik ini dibakar pada suhu tinggi maka dalam bodi

porselin terjadi penggelasan atau vitrifikasi. Secara teknis keramik jenis ini

mempunyai kualitas tinggi dan bagus, disamping mempunyai daya tarik

tersendiri karena keindahan dan kelembutan khas porselin. Juga bahannya

sangat peka dan cemerlang terhadap warna-warna glasir.

c. Keramik Baru (New Ceramic), adalah keramik yang secara teknis, diproses

untuk keperluan teknologi tinggi seperti peralatan mobil, listrik, konstruksi,

komputer, cerobong pesawat, kristal optik, keramik metal, keramik multi lapis,

keramik multi fungsi, komposit keramik, silikon, bioceramic, dan keramik

magnit. Sifat khas dari material keramik jenis ini disesuaikan dengan keperluan

yang bersifat teknis seperti tahan benturan, tahan gesek, tahan panas, tahan

karat, tahan suhu kejut seperti isolator, bahan pelapis dan komponen teknis

lainnya.

5. Pembuatan Keramik

Pembuatan keramik umumnya mirip dengan pembuatan gerabah, namun

dengan penyempurnaan dibagian akhhir, keramik menjad bahan produksi yang

sempurna untuk kerajinan yang memiliki nilai jual yang tinggi. Berikut ini adalah

teknik-teknik pembuatan keramik.

a. Teknik coil (lilit pilin)

b. Teknik tatap batu/pijat

c. teknik Teknik slab (lempengan)

d. Teknik putar

e. Teknik cetak.

Cara pembentukan dengan tangan langsung seperti coil, lempengan atau pijat

jari merupakan teknik pembentukan keramik tradisional yang bebas untuk membuat

bentuk-bentuk yang diinginkan. Bentuknya tidak selalu simetris. Teknik ini sering

dipakai oleh seniman atau para penggemar keramik.

Teknik pembentukan dengan alat putar dapat menghasilkan banyak bentuk

yang simetris (bulat, silindris) dan bervariasi. Cara pembentukan dengan teknik putar

ini sering dipakai oleh para pengrajin di sentra-sentara keramik. Pengrajin keramik

tradisional biasanya menggunakan alat putar tangan (hand wheel) atau alat putar kaki

20

(kick wheel). Para pengrajin bekerja di atas alat putar dan menghasilkan bentuk-

bentuk yang sama seperti gentong, guci dll

Teknik pembentukan dengan cetak dapat memproduksi barang dengan

jumlah yang banyak dalam waktu relatif singkat dengan bentuk dan ukuran yang sama

pula. Bahan cetakan yang biasa dipakai adalah berupa gips, seperti untuk cetakan

berongga, cetakan padat, cetakan jigger maupun cetakan untuk dekorasi tempel. Cara

ini digunakan pada pabrik-pabrik keramik dengan produksi massal, seperti alat alat

rumah tangga piring, cangkir, mangkok gelas dan lain-lain.

Disamping cara-cara pembentukan diatas, para pengrajin keramik tradisonal

dapat membentuk keramik dengan teknik cetak pres, seperti yang dilakukan pengrajin

genteng, tegel dinding maupun hiasan dinding dengan berbagai motif seperti binatang

atau tumbuh-tumbuhan

Proses pembentukan ini diantaranya adalah slip casting, pressure casting,

injection molding, dan extruction. Setelah dibentuk, keramik kemudian dipanaskan

dengan proses yang dikenal dengan nama densifikasi (densification) agar material

yang terbantuk lebih kuat dan padat.

Slip Casting adalah proses untuk membuat keramik yang berlubang. Proses

ini menggunakan cetakan dengan dinding yang berlubang-lunagng kecil dan

memanfaatkan daya kapilaritas air.

Pada proses ini, bubuk keramik dituangkan pada cetakan dan diberi tekanan.

Tekanan tersebut membuat bubuk keramik menjadi lapisan solid keramik yang

berbentuk seperti cetakan.

Teknik cetak adalah proses ini digunakan untuk membuat objek yang kecil

dan rumit. Metode ini menggunaan piston untuk menekan bubuk keramik melalui pipa

panas masuk ke cetakan. Pada cetakan tersebut, bubuk keramik didinginkan dan

mengeras sesuai dengan bentuk cetakan. Ketika objek tersebut telah mengeras,

cetakan dibuka dan bagian keramik dipisahkan.

Extrusion adalah proses kontinu yang manama bubuk keramik dipanaskan

didalam sebuah tong yang panjang. Terdapat baling-baling yang memutar dan

mendorong material panas tersebut kedalam cetakan. Karena prosesnya yang kontinu,

setelah terbentuk dan didinginkan, keramik dipotong pada panjang tertentu. Proses ini

digunakan untuk membuat pipa keramik, ubin dan bata modern.

Proses densifikasi menggunakan panas yang tinggi untuk menjadikan sebuah

keramik menjadi produk yang keras dan padat. Setelah dibentuk, keramik dipanaskan

pada tungku (furnace) dengan temperatur antara 1000 sampai 1700 C. Pada proses

21

pemanasan, partikel-partikel bubuk menyatu dan memadat. Proses pemadatan ini

menyebabkan objek keramik menyusut hingga 20 persen dari ukuran aslinya. Tujuan

dari proses pemanasan ini adalah untuk memaksimalkan kekerasan keramik dengan

mendapatkan struktur internal yang tersusun rapih dan sangat padat.

22

BAB III

PEMBAHASAN

Pada pembahasan kali ini akan dibahas mengenai hasil wawancara yang telah penulis

lakukan di desa Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta. Karena di desa Kasongan ini

terdapat pengrajin/kriyawan dan pengusaha, maka untuk proses pembuatannya dan proses

pemasarannya juga terpisah. Ada penduduk yang menjadi pengrajin kriyawan saja, ada yang

hanya menjadi pengusaha dengan mengumpulkan hasil kerajinan dari kriyawan dan

menjualnya di gerai, dan ada yan menjadi pengrajin/ kriyawan sekaligus pengusaha yang

memiliki gerai untuk memasarkan hasil kerajinannnya. Berikut ini adalah laporan produksi

dan laporan pemasaran gerabah di desa Kasongan.

A. Laporan Produksi

Wawancara pertama yang penulis lakukan adalah dengan bapak Toyo yang

merupakan pengrajin/ kriyawan di desa Kasongan Kabupaten Bantul Yogyakarta.

Bapak Toyo seorang pengrajin gerabah asl desa Kasongan. Beliau telah menjadi

oengrajiin selama 15 tahun. Di studio kerja pak Toyo, beliau mengatakan membuat

tungku untuk membatik, asbak, patung dan guci. Menurut pak Toyo, saat ini yang paling

banyak diminati tungku dan patung Dimas-Diajeng.

Kerajinan yang dibuat oleh bapak Toyo keseluruhan berasal dari tanah liat yang

berasal dari daerah lain, karena tanah Kasongan kualitanya kurang. Tanah itu berasal dari

Bantul dan Trowulan.

23

Karena di Kasongan sendiri kualitas tanahnya rendah, saat dibakar akan

menghasilkan kuaitas yang rendah juga. Maka dari itu diperlukan beberapa proses untuk

membuat gerabah. Proses itu diantaranya adalah penyiapan bahan, pencetakan,

pengeringan, pembakaran dan finishing.

Penyiapan bahan baku di Kasongan dengan mendatangkan tanah dari luar daerah.

Pencetakan adalah membuat cetakan (mask) bahan produksi, yang hasilnya akan

membentuk gerabah menjadi bentuk-bentuk yang diingin kan. pembuatan mask

menggunakan gips, karena sifatnya yang mudah menyerap air sehingga tidak lengket

untuk mencetak jika dicampur dengan tanah.

Menurut pak Toyo, satu hari, seorang pengrajin dapat mencetak 20 pasang patung

Dimas-Diajeng. Setelah dicetak patung dikeringkan dianginkan ditempat teduh,

kemudian baru dijemur dibawah terik matahari selama 1 hari.

Setelah itu patung dibakar di dalam oven selama 8 jam. Suhu pembakaran di

Kasongan ± 900oC -1000oC. Setelah pembakaran selesai disortir mana yang perlu

diperbaiki dan mana yang langsung masuk proses finishing. Jika retak < 50% maka

diperbaiki, namun jika retak > 50% maka patung itu rusak dan dibuang.

Pada proses finishing, patung diampelas sampai halus kemudian disemprot warna

dasar dengan menggunakan cat tembok. Kemudian baru diwarnai menurut selera.

Disinilah kreatifitas pengrajin sangat diperlukan agar tampilan patung menjadi indah dan

menarik.

Patung Dimas-Diajeng ini jika dibeli di gerai harganya Rp. 70.000,-. Pengrajin

menjual pada gerai Rp. 50.000,-. jika ada pembeli yang langsung membeli di pengrajin

harganya Rp. 60.000,-.

24

Pemasaran yang dilakukan adalah dari

pengrajin ke gerai- gerai yang ada di jalan utama

desa Kasongan. Banyak dari gerabah- gerabah itu

kemudian dikrim ke Bali, Singapura, Australia,

Jerman, Amerika, Malaysia, Belanda. T idak

sedikit pula wiatawan yang langsung datang ke

pengrajin dan membeli apa yang mereka

inginkan.

Permodalan untuk gerabah disesuai denan

kemampuan. Pak Toyo menyebutnya biaya

cadangan yang diperoleh setelah perhitungan

penjualan. Harga penjualan itu sudah diperhitungkan dengan biaya produksi dan tenaga

produksinya, dan biaya cadangan. Jadi tidak ada istilah rugi. Keuntungan yang didapat itu

diperoleh dari per barang, karena pembuatannya memerlukan waktu yang lama, jadi

keuntungan yang diperoleh juga lumayan besar.

Kalau memilik gerai, pemasaran mudah karena memiliki tempat untuk memajang

gerabah-gerabah itu. Untuk pengrajin, pemasaran melalui gerai dan wisatawan-isatawan

yang langsung datang kesini.

B. Laporan Pemasaran

Wawancara selanjutnya adalah dengan mbak Tri yang merupakan pemilik salah

satu gerai kerajinan disana.

25

Di gerai kerajinan milik mbak Tri, dijual beraneka kerajinan mulai dari souvenir

gerabah, keramik dan ornamen dari batu yang diukir. Sebagai contoh, disana menjual

lampu, vas bunga, guci, bunga-bunga hiasan, kotak penyimpanan dan massih banyak lagi.

Menurut mbak Tri, kerajinan di gerai tersebut terbuat dari b ahan tanah liat, batu

apung, kayu. Namun yang paling banyak terbuat dari tanah liat dan batu apung.

Kerajinan gerabah yang dijual disini,

banyak diambil dari pengrajin di Kasongan. Gerai

mbak Tri ini tidak memproduksi gerabah, hanya

memasarkan saja. Para pengrajin membuat

kerajinan berdasarkan pesanan. Ada juga

pengrajin yang menjual hasil kerajinannya ke

gerai untuk dijual kembali.

Segala kerajinan yang dijual disana rata-rata dibanderol dengan harga Rp.

100.000,- hingga jutaan rupiah. Guci yang sedang dijual dengan harga Rp. 400.000,-

sampai Rp. 700.000,- Cermin dari batu apung dijual dengan harga Rp. 400.000,- sampai

Rp. 1.000.000,-

Menurutnya, sebuah guci besar yang terbuat dari batu apung pernah dijualnya

dengan harga Rp. 4.750.000,-. Hal itu dikarenakan proes pembuatannya yang sulit karena

pahatan-pahatan yang kecil dan rumit sehingga membutuhkan ketelitian yang bagus.

Biasanya orang-orang yang datang ke gerai untuk melihat-lihat dan membeli.

Namun, gerai mbak Tri lebih banyak mendistribusikan gerabahnya ke Bali. Menurutnya,

di Bali banyak permintaan gerabah maupun keramik untuk dijual kembali atau untuk

pelengkap ruangan rumah, hotel maupun kantor. Selain ke Bali, gerabah juga di ekspor

juga ke luar negeri, ke Singapura dan Belanda.

Sekarang ini, pemasaran ke luar negeri berkurang, karena permintaan sedikit.

Selain itu, orang luar negeri sudah dapat membuat gerabah sendiri sehingga mereka

mampu memproduksi dan memasarkan sendiri.

Mereka datang di Kasongan, menikah dengan orang Kasongan, dan belajar

membuat kerajinan-kerajinan yang kemudian dipasarkan negara mereka atau negara lain.

Beberapa gerai di Kasongan adalah milik orang luar negeri

Modal yang digunakan seuai dengan kemampuan. Gerai mbak Tri ini

mendapatkan modal dari luar negeri, jadi modal yang besar dengan mudah untuk

didapatkan. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan kerajinan rata-rata 15% dari

setiap barang.

26

Strategi pemasaran yang di lakukan gerai mbak Tri sekarang ini adalah melalui

mulut ke mulut, pamflet dan online sehingga jaringan semakin luas dan pembeli juga

semakin banyak.

27

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil wawancara yang telah saya lakukan dapat disimpulkan bahwa

desa Kasongan Bantul Yogyakarta merupakan daerah wisata kerajinan gerabah dan

keramik yang terkenal di Yogyakarta. Di Kasongan banyak di produksi berbagai macam

gerabah dan keramik hingga souvenir pernikahan.

Dengan kreatifitas dan inovasi para pengrajin tanah liat dapat ubah menjadi barang

yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi bahkan sampai di ekspor ke luar negeri

ssemial ke Australia dan Perancis.

Strategi pemasaran yang baik mampu mendatangkan keuntungan yang memuaskan.

Sehingga para pengrajin serta penjual kerajinan gerabah dan keramik semakin banyak.

Oleh karena itu banyak konsumen yang datang langsung ke desa Kasongan untuk

membeli kerajinan disana.

28

DAFTAR PUSTAKA

http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/market/kasongan/

http://tempat-wisatajogja.blogspot.com/2012/05/wisata-pasar-kasongan.html

http://rainbownettalaga.blogspot.com/2012/11/makalah-gerabah.html

http://walpaperhd99.blogspot.com/2013/12/pembakaran-keramik-gerabah.html

29

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Hasil wawancara dengan pak Toyo

Apa saja yang dijual disini?

Disini hanya membuat gerabahnya mbak. Kami disini membuat tungku untuk membatik,

asbak, patung dan guci. Yang paling banyak diminati sekarang adalah tungku dan patung

Dimas-Diajeng.

dari bahan apa saja segala kerajinan yang dijual disini?

Kerajinan yang dibuat disini keseluruhan berasal dari tanah liat.

Dari manakah mendapatkan bahan itu?

Karena kasongan sudah jarang lahan menggali, maka kam mendatang kan dari daerah lain.

Dari manakah tanah itu pak?

Kami mendatangnkan tanah dari Bantul dan Trowulan.

Bagaimana proses produksinya?

Karena di Kasongan sendiri kualitas tanahnya rendah, saat dibakar akan menghasilkan kuaitas

yang rendah juga. Maka dari itu diperlukan beberapa proses untuk membuat gerabah. Proses

itu diantaranya adalah penyiapan bahan, pencetakan, pengeringan, pembakaran dan finishing.

Penyiapan bahan baku di Kasongan dengan mendatangkan tanah dari luar daerah. Pencetakan

adalah membuat cetakan (mask) bahan produksi, yang hasilnya akan membentuk gerabah

menjadi bentuk-bentuk yang diinginkan. pembuatan mask menggunakan gips, karena sifatnya

yang mudah menyerap air sehingga tidak lengket untuk mencetak jika dicampur dengan

tanah.

Satu hari, seorang pengrajin dapat mencetak 20 pasang patung Dimas-Diajeng. Setelah

dicetak patung dikeringkan dianginkan ditempat teduh, kemudian baru dijemur dibawah terik

matahari selama 1 hari.

Setelah itu patung dibakar di dalam oven selama 8 jam. Suhu pembakaran di Kasongan ±

900oC -1000oC. Setelah pembakaran selesai disortir mana yang perlu diperbaiki dan mana

yang langsung masuk proses finishing. Jika retak < 50% maka diperbaiki, namun jika retak >

50% maka patung itu rusak dan dibuang.

pada proses finishing, patung diampelas sampai halus kemudian disemprot warna dasar

dengan menggunakan cat tembok. Kemudian baru diwarnai menurut selera. Disinilah

kreatifitas pengrajin sangat diperlukan agar tampilan patung menjadi indah dan menarik.

Masing-masing produk dijual dengan harga berapa?

30

Patung Dimas-Diajeng ini jika dibeli di gerai harganya Rp. 70.000,-. Pengrajin menjual pada

gerai Rp. 50.000,-. jika ada pembeli yang langsung membeli di pengrajin harganya Rp.

60.000,-.

Pemasarannya di distribusikan kemana saja?

Pendistribusian kalau langsung dari pengrajin ke gerai- gerai di depan tadi. Banyak dari

gerabah- gerabah itu dikrim ke Bali, Singapura, Australia, Jerman, Amerika, Malaysia,

Belanda.

Terkadang ada juga yang langsung kesini, membeli apa yang mereka inginkan.

Perkiraan modal yang dibutuhkan untuk usaha ini berapa?

Yang ada adalah biaya cadangan yang diperoleh setelah perhitungan penjualan. Harga

penjualan itu sudah diperhitungkan dengan biaya produksi dan tenaga produksinya. Jadi tidak

ada istilah rugi.

Lalu keuntungannya yang diadapatkan perhari barapa?

Keuntungan yang didapat itu diperoleh dari per barang, karena pembuatannya memerlukan

waktu yang lama, jadi keuntungan yang diperoleh juga lumayan.

Pemasaran yang baik itu yang bagaimana untuk memasarkan gerabah-gerabah ini?

Kalau memilik gerai, pemasaran mudah karena memiliki tempat untuk memajang gerabah-

gerabah itu. Untuk pengrajin, pemasaran melalui gerai dan wisatawan-isatawan yang

langsung datang kesini.

31

Hasil wawancara dengan mbak Tri

Apa saja yang dijual digerai ini?

lampu, vas bunga, guci, bunga-bunga hiasan, kotak penyimpanan

dari bahan apa saja segala kerajinan yang dijual disini?

Dari bahan tanah liat, batu apung, kayu, yang paling banyak terbuat dari tanah liat mbak

Bagaimana proses produksinya?

Untuk produksi, kami mengambil hasil kerajinan dari pengrajin disektar sini, yang sekiranya

sesuai kami pasarkan disini.

Biasanya para pengrajin kami membuat kerajinan berdaarkan pesanan. Jadi sesuai permintaan

konsumen.

Tapi yan dipajang disini ini memang khusus untuk pemaaran, jadi pembeli tidak harus pesan.

Kalau sekiranya pas, bisa langsung membelinya.

Untuk pemasarannya, maing-masing produk dijual dengan harga berapa?

Untuk lampu seperti ini, dijual dengan harga Rp. 100.000,-

Untuk guci yang sedang dijual dengan harga Rp. 400.000,- sampai Rp. 700.000,-

Guci besar dijual dengan harga Rp. 700.000,- hingga jutaan, tergantung kerumitan motif guci

sendiri

Cermin yan disana dijual dengan harga Rp. 400.000,- sampai Rp. 1.000.000,-

Pernah beberapa waktu lalu ada guci besar yang terjual Rp. 4.750.000,-. Hal itu karena model

guci yang antik dengan ornamen yang unik berupa pahatan-pahatan kecil. Proses

pembuatannya jua memerlukan waktu yang lama dan harus teliti.

Untuk pemasarannya di distribusikan kemana saja?

Biasanya orang-orang yan datang langung kesini untuk melihat-lihat. Tapi, di gerai kami ini

paling banyak di distribusikan ke Bali. Di Bali banyak permintaan gerabah maupun keramik

untuk dijual kembali atau untuk pelengkap ruangan rumah, hotel maupun kantor.

Selain ke Bali, di ekspor juga ke luar negeri, ke Singapura dan Belanda.

Pemasaran keluar negeri memberikan keuntungan yang lebh atau sama saja jika di jual di

dalam negeri?

Sekarang ini, pemasaran ke luar negeri berkurang, karena permintaan sedikit. Selain itu, orang

luar negeri sudah dapat membuat gerabah sendiri sehingga mereka mampu memproduksi dan

memasarkan sendiri.

Mereka datang disini, menikah dengan orang sini, dan belajar membuat kerajinan-kerajinan

yang kemudian dipasarkan negara mereka atau negara lain. Beberapa gerai di Kasonan sini

juga milik orang luar negeri

untuk modal, perkiraan modal yang dibutuhkan untuk usaha ini berapa?

32

Modalnya ya besar, soalnya modal yang kami dapat juda dari luar negeri

Lalu keuntungannya yang diadapatkan perhari barapa?

Masalah untung, setiap penjualan kami mendapat untung 15% , jadi setiap sebuah barang

terjual, kami mendapat 15% keuntungannnya

Misalnya, guci ini kami membelinya dari pengrajin Rp. 750.000, kami menjualnya dengan

harga Rp. 870.000

Pemasaran yang baik itu yang bagaimana untuk memasarkan gerabah-gerabah ini?

Strategi pemasaran yang kami lakukan sekarang ini adalah melalui mulut ke mulut, pamflet

dan online