i
ii
UPAYA-UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM
MENGEMBANGKAN PROFESIONALISME GURU
DI MTS ASSALAFI SUSUKAN KABUPATEN
SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
AGUS YULIS SETIYAWAN
NIM 11111211
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2015
iii
iv
v
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
Jl.Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721
Website:www.iainsalatiga.ac.idEmail:[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawahini :
Nama : Agus Yulis Setiyawan
NIM : 111 11211
Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Progam Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwaskripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan atau karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 29 Agustus 2015
Yang menyatakan,
Agus Yulis Setiyawan
NIM. 11111211
vi
MOTTO
Pemimpin sejati adalah orang yang mampu
memimpin dirinya sendiri dan mampu memberikan
kemajuan terhadap sesuatu yang dipimpinya.
vii
PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Maka
kupersembahkan skripsi ini untuk :
1. Bapakku Kasri Sutrisno dan Ibuku Lilis Minawati yang selalu
memberikando’a, kasih sayang, semangat kepada penulis, hormat dan
baktiku kan selalu tertuju untukmu.
2. Nenekku (mbah Menik) dan Kakekku (mbah parsi) kalian adalah orang
yang penting bagiku yang selalu menekankan untuk menjadi manusia
yang lebih baik.
3. Adikku tersayang (Nada Trisnawati) kamu adalah teman sekaligus guru
kehidupanku.
4. Mbak sepupu aku (mb Zuly Alimah) yang mau meminjami printer buat
menyelesaikan skripsi ini dan telah banyak membantu aku.
5. Bapak Mufiq, S.Ag., M. Phil. selaku pembimbing akademik. Yang telah
banyak membantu, membimbing, memotivasi, dan memberi saran yang
terbaik buat aku.
6. Dosen pembimbing skripsi Bapak Fatchurrohman, S.Ag.,
M.Pd.Yangmembimbingdanmendidikkudenganpenuhkeikhlasandankesab
aran.
7. Bapak dan IbuDosenIAINSalatiga yang telahmengajar, mendidik,
danmemberikanbegitubanyakilmukepadapenulisselamaperkuliahan.
8. Sahabat-sahabatku yang aku sayangi.
9. Almamaterku tercintaInstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan
kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar
kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. IbuSiti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
4. Bapak Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. Sebagai dosen pembimbing skripsi yang
telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan
waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Mufiq, S.Ag., M. Phil. selaku pembimbing akademik.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
ix
7. Bapak dan ibu serta keluarga besarku yang telah mendoakan dan mendukung
penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih
sayang dan kesabaran.
8. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung
dalam penyelesaian skripsi ini
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang
setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya dengan tulisan ini semoga
bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 25 Agustus2015
Penulis,
Agus Yulis Setiyawan
NIM.11111211
ABSTRAK
Setiyawan, Agus Yulis. 2015. Upaya-upaya Kepala Sekolah Dalam
Mengembangkan Profesionalisme Guru Di MTs Assalafi Susukan
Kabupaten Semarang. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Progam Studi
Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.
Kata kunci: Upaya-upaya, kepala sekolah, pengembangan, profesionalisme,
guru.
Penelitian ini membahas tentang profesionalisme guru, upaya-upaya
kepala sekolah dalam mengembangkan profesionalisme guru, problematika dan solusi kepala sekolah dalam mengembangkan profefesionalisme guru di MTs Assalafi Susukan, Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Adapun latar belakang masalah yang ada, guru diharapkan mampu bersikap profesional dalam profesinya yaitu mempunyai kompetensi keguruan sebagai syarat profesionalisme guru.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Peneliti bertindak langsung
sebagai pengumpul data dari hasil observasi yang mendalam serta terlibat aktif dalam penelitian. Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan sedangkan data tambahan berupa dokumentasi dan observasi. Analisis data dilakukan dengan cara menelaah data yang ada, lalu melakukan reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan dan tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan keabsahan data dengan menggunakan trigulasi.
Hasil penelitian sebagai berikut: Hasil penelitian menunjukkan
profesionalisme guru sudah baik. Kepala sekolah melakukan beberapa cara untuk
mengembangkan profesionalisme guru. Tindakan-tindakan tersebut berupa
nasehat, motivasi, pengecekan dan pengawasan. Dalam pengembangan
profesionalisme kepala sekolah mengikutsertakan guru dalam kegiatan MGMP,
pelatihan-pelatihan, membatu memecahkan masalah. Hambatan yang terjadi,
sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dan tingkat kedisipilanan guru.
Solusinya,
memberikesempatanuntukmecariilmudiluarsekolahataumelanjutkanstudinya,
memberlakukanfinger print, pemotongangajibagi guru yang tidakdisiplin.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL .....................................................................................................
LEMBAR BERLOGO ................................................................................. i
JUDUL ......................................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... v
MOTO ......................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah ................................................................... 1
B. RumusanMasalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
D. ManfaatPenelitian .......................................................................... 5
E. Penegasan Istilah ............................................................................ 6
F. Metode Penelitian .......................................................................... 8
G. Sistematika Penulisan ................................................................... 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kepala Sekolah ............................................................................. 17
1. Pengertian Kepala Sekolah .................................................... 17
2. Syarat-syarat Kepala Sekolah ................................................ 18
3. Tipe-tipe Kepemimpinan ....................................................... 19
4. Fungsi dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah ....................... 20
5. Dampak Kepala Sekolah Profesional ................................... 24
B. Profesionalisme Guru ..................................................................... 28
1. Pengertian Profesionalisme Guru dan Syarat Guru ................ 28
2. Fungsi dan Peran Guru .......................................................... 30
3. Kompetensi Guru .................................................................... 32
4. Materi Uji Kompetensi Guru .................................................. 35
5. Pemberdayaan Guru ................................................................ 37
6. Teknik Pengembangan Profesionalisme Guru ....................... 38
7. Pembinaan Profesionalisme Guru ........................................... 38
8. Faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan dan
Pengembangan Profesionalisme Guru .................................... 40
9. Permasalahan Guru ................................................................ 41
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum MTs Assalafi Kenteng Susukan ...................... 42
1. Sejarah Berdirinya MTs Assalaafi Kenteng Susukan ............ 42
2. Letak Geografis ....................................................................... 44
3. Profil MTs .............................................................................. 45
4. Informasi Dokumen dan Perijinan ......................................... 46
5. Visi dan Misi .......................................................................... 46
6. Struktur Organisasi ................................................................ 47
7. Data Sarana dan Prasarana ...................................................... 48
8. Data Jumlah Guru dan Siswa ................................................. 49
B. Temuan Penelitian ......................................................................... 51
1. Profesionalisme Guru ........................................................... 51
2. Upaya-upaya Kepala Sekolah Dalam
Mengembangkan Profesionalisme Guru ................................. 52
3. Problematika yang Dihadapi Kepala Sekolah
Dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru dan
Solusinya di MTs Assalafi Susukan ....................................... 62
BAB IV ANALISIS DATA
A. Profesionalisme Guru ..................................................................... 65
B. Upaya-upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam
mengembangkan profesionalisme guru ......................................... 68
C. Problematika yang dihadapi kepala sekolah dalam
mengembangkan profesionalisme guru dan solusinya di MTs
Assalafi Susukan ............................................................................ 74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 77
B. Saran .............................................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Responden
Lampiran 2 Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Instrumen Penilaian Kinerja Guru
Lampiran 4 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran 5 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 7 DaftarNilai SKK
Lampiran 8 Riwayat Hidup Penulis
Lampiran 9 Ringkasan Power Point Skripsi
Lampiran 10 Foto Tentang MTs Assalafi Kenteng Susukan Kab. Semarang
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting untuk
pembentukan karakter sebuah peradaban dan kemajuan yang
mengiringinya. Disamping itu pendidikan merupakan wahana untuk
menciptakan generasi muda yang kompeten untuk masa depan negeri ini.
Tanpa adanya pendidikan yang berkualitas tentu saja masa depan bangsa
ini akan semakin terpuruk karena anak didiknya dididik secara
serampangan dan tidak sesuai dengan kemajuan zaman yang terus
berkembang secara cepat. Untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas
tentu saja diperlukan kerja sama dari segala pihak yang berkompeten untuk
memberikan yang terbaik dalam memajukan pendidikan yang lebih baik
dan berkualitas.
Dalam pendidikan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi
kesuksesan pendidikan, antara lain : guru, siswa, sarana dan prasarana dan
lingkungan pendidikan. Dari faktor- faktor tersebut, guru dalam proses
pembelajaran di Sekolah menduduki peran yang sangat penting dan
sebagai faktor penunjang yang lain, guru adalah sebagai subyek
pendidikan yang sangat penting untuk menentukan kesuksesan belajar
seseorang itu sendiri. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi
diri seseorang sehingga dapat berkembang.
Para guru merupakan benteng terdepan dalam terciptanya pendidikan yang
berkualitas tentu saja memerlukan kerja keras untuk menghasilkan dan
membawa anak didiknya menuju gerbang kesuksesan. Tentu saja guru
tidak berjalan sendiri tanpa memerlukan perangkat pendidikan dan pranata
pendidikan yang akan mengarahkannya dalam mendidik anak. Oleh karena
itu sistem yang baik, kurikulum yang tepat, suasana pendidikan yang
kondusif, gaji yang memadai serta kepala sekolah dalam memimpin dapat
berlaku dengan bijak dan berorientasi untuk maju.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang
paling berperan dalam meningkatkan kualiatas pendidikan. Seperti
diungkapkan Supriadi (1998: 346) bahwa: Erat hubungannya antara mutu
kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah dengan berbagai
aspek sekolah seperti disiplin sekolah, iklim budaya sekolah, dan
menurunnya perilaku nakal peserta didik. Dalam pada itu kepala sekolah
bertanggung jawab atas manajemen pendidikan secara micro, yang secara
langsung berkaiatan dengan proses pembelajaran di sekolah (Mulyasa,
2007: 25).
Madrasah Tsanawiyah Assalafi Susukan merupakan lembaga
pendidikan dan pengajaran lanjutan tingkat pertama. Tinggi rendahnya
mutu sekolah ditentukan oleh profesionalisme guru serta cara kepala
sekolah dalam melaksanakan kepemimpinannya di sekolah. Salah satu cara
untuk bisa menempuh dalam meningkatkan mutu sekolah adalah
meningkatkan profesionalisme guru tersebut.
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga
diartikan sebagai suatujabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan
pengetahuan dan ketrampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan
akademis yang intensif (Kunandar, 2007: 45).
Pada dasarnya profesionalisme guru dipengaruhi oleh faktor dari
dalam diri guru itu sendiri yaitu bagaimana guru itu bersikap terhadap
pekerjaan yang diemban. Sedangkan faktor luar diprediksi berpengaruh
terhadap profesionalisme guru yaitu kepemimpinan kepala sekolah, karena
kepala sekolah merupakan pemimpin guru di sekolah.
Keberhasilan tujuan pendidikan tidak dapat terwujud apabila tidak
didukung oleh tenaga pendidik yang profesional yaitu guru. Guru adalah
figur inspirator dan motivator murid dalam mengukir masa depannya.
Kriteria guru yaitu belajar sepanjang hayat. Proses pembelajaran
merupakan proses guru dan siswa melakukan interaksi secara bersama-
sama, pada waktu yang sudah diatur oleh sekolahan yang terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kelancaran proses pembelajaran di
sekolah di tentukan oleh perilaku dan sikap guru dalam mengajar. Sudah
jelas sekali, bahwa guru dituntut untuk cakap dalam mewujudkan prestasi
belajar siswa. Jadi sudah sangat jelas bahwa profesionalisme adalah suatu
pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan atau menuntut
keahlian. sedangkan seorang guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur formal. Maka tugas
guru akan efektif jika memiliki derajat profesionalitas tertentu yang
tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan atau ketrampilan yang
memenuhi standar mutu.
Kepala Sekolah MTS Assalafi Desa Kenteng, Kecamatan Susukan,
Kabupaten Semarang adalah salah satu contoh pemimpin madrasah yang
telah berhasil menerapkan pola kepempimpinan madrasah, sehingga
tertarik diteliti lebih lanjut karena dengan kemampuannya memadukan
semua unsur yang ada didalam madrasah dan dengan dukungan sistem
kepemimpinan yang baik menjadikan MTS Assalafi menjadi salah satu
pilihan masyarakat DesaKenteng Kec. Susukan Kab. Semarang dan
sekitarnya dalam menyekolahkan putra putrinya.
Keberhasilan yang telah dicapai tidak hanya itu saja, ternyata masih
ada keberhasilan yang lain yang mampu diraihnya setelah diterapkan
kepemimpinan kepala madrasah, yaitu kedisiplinan guru dan pegawai,
peningkatan efektifitas kinerja guru, sampai pada meningkatnya prestasi
akademik siswa, sehingga dengan kemajuan-kemajuan inilah penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai “Upaya-upaya
Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Profesionalisme Guru Di MTs
ASSALAFI Susukan Kabupaten Semarang”.
B. Rumusan Masalah
Sebagai basic question atau pokok permasalahan dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana profesionalisme guru MTS Assalafi Susukan Tahun
pelajaran 2015?
2. Apa upaya-upaya kepala MTS Assalafi dalam mengembangakan
profesionalisme guru MTS Assalafi Susukan Tahun pelalajaran 2015?
3. Apa problematika yang di hadapi Kepala sekolah dalam
mengembangkan profesionalisme guru MTS Assalafi dan bagaimana
solusinya?
C. Tujuan Penelitian
Sebagai konsekwensi dari pokok permasalahan diatas, maka tujuan
penelitian ini untuk mengetahui :
1. Profesionalisme guru MTS Assalafi Susukan Tahun pelajaran 2015.
2. Upaya-upaya kepala MTS Assalafi dalam mengembangakan
profesionalisme guru MTS Assalafi Susukan Tahun pelalajaran 2015.
3. Problematika yang di hadapi Kepala sekolah dalam mengembangkan
profesionalisme guru MTS Assalafi dan bagaimana solusinya.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua
kalangan masyarakat pada umumnya dan khususnya dapat bermanfaat
bagi para guru dan seluruh anggota sekolah.
Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini akan memberikan wawasan dan
pengetahuan, mengenai upaya-upaya kepala sekolah dalam
mengembangkan profesionalisme guru.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis hasil penelitin sebagai bahan masukan, terutama
bagi kepala sekolah dan guru di MTS Assalafi susukan, mengenai
upaya-upaya kepala sekolah dalam mengembangakan profesionalisme
guru.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul skripsi di atas,
maka penulis akan memaparkan penegasan istilah sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah adalah bapak sekaligus ibu dari semua guru yang
bertugas disekolah tersebut. Hal ini memberikan kosekwensi logis
bahwa seorang kepala sekolah haruslah mempunyai tingkat
kemampuan ebih sehingga dapat mengkontibusi segala kebutuhan
guru-guru yang bersifat psikis dan bahkan bersifat fisik. Kondisi ini
memaksa kepala sekolah untuk dapat memosisikan diri sebagaimana
yang diinginkan anak buahnya, guru-guru (saroni, 2006: 47).
2. Profesionalisme Guru
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang
pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesi juga
diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang
mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan kusus yanag diperoleh
dari pendidikan akademis yang intensif(webstar,1989).
Sementara itu yang dimaksud profesionalisme adalah kondisi, arah,
nilai tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang
berkaitan dengan pencaharian seseorang. Profesionalisme guru
merupakan kondisi, arah, nilai,tujuan dan kualitas suatu keahlian dan
kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan
dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan
pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian(kunandar, 2011:
45-46).
Dalam pengertian yang sederhana, Guru adalah orang yang
memberi ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-
tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa
juga di masjid, di surau/mushola, di rumah, dan sebagainya(Djamarah,
2005: 31).
Prefesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan
kualitas suatau keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan
pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi
mata pencaharian. Sementara itu guru yang profesional dalah guru
yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan ugas
pendidikan dan pengajaran.Kompetensi disini meliputi pengetahuan,
sikap, dan ketrampilan professional, baik yang bersifat pribadi, sosial,
maupun akademis. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengertian guru professional adalah orang yang memiliki kemampuan
dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal. Guru yang professional adalah orang yang terdidik dan
terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di
bidangnya (Kunandar, 2007: 45- 47 ).
3. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena
merupakan cara yang teratur dan sistematis untuk mencapai suatu
tujuan yang diharapkan. Metode ini diperlukan agar hasil penelitian
dapat diperoleh secara optimal.
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif
merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2003:90). Penelitian ini
disebut penelitian kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan
bercorak kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus di lapangan.
Adapun yang dimaksud kegiatan disini adalah upaya-upaya kepala
sekolah dalam mengembangkan profesionalisme guru di MTS
Assalafi Kec. Susukan Kab. Semarang.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan instrumen
utama pengambil data.Peneliti merupakan perencana, pelaksana
pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya
peneliti menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen
atau alat penelitian di sini tepat karena peneliti menjadi segalanya
dalam proses penelitian. Namun, instrumen penelitian di sini
dimaksudkan sebagai alat pengumpul data seperti tes pada
penelitian kualitatif (Moleong, 2009:168).
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTS Assalafi Desa Kenteng
Kec. Susukan Kab. Semarang.
4. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2009 : 157)
sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata,
dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis
datanya dibagi dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis,
dan foto.
Jenis-jenis data diatas digolongkan menjadi dua yaitu
sumber data primer dan sekunder.Sumber data primer adalah
sumber data yang dikumpulkan langsung dari informan utama
yaitu Kepala Sekolah MTS Assalafi.
Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang
mendukung penelitian seperti dari guru, pengurus,dan juga bahan-
bahan pustaka dan dokumentasi lapangan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penilitian ini penulis menggunakan alat pengumpulan data,
yaitu:
a. Interview/wawancara
Menurut Esterberg (2002) wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu
topik tertentu (Sugiyono, 2014 : 317).
Sedangkan menurut Dudung Abdurrahman (2003: 10)
wawancara adalah suatu metode penelitian yang meliputi
pengumpulan data melalui interaksi verbal langsung anatara
pewawancara dengan responden, pengumpulan data ini
dilakukan dengan bertanya, namun dalam pelaksanaanya, ada 2
(dua) cara dilakukan ,yaitu secara lisan dan mengunakan
tulisan.
Dalam penelitian ini jenis wawancara yang dilakukan
adalah pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara.
Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat
kerangka dan garis besar materi yang dirumuskan dan tidak
perlu ditanyakan secara berurutan (Moleong, 2009:187).
Interviev atau wawancara dalam penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh informasi tentang:
1) Profesionalisme guru MTS Assalafi Susukan Tahun
pelajaran 2015?
2) Upaya-upaya kepala MTS Assalafi dalam
mengembangakan profesionalisme guru MTS Assalafi
Susukan Tahun pelalajaran 2015?
3) Problematika yang di hadapi Kepala sekolah dalam
mengembangkan profesionalisme guru MTS Assalafi dan
bagaimana solusinya?
b. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, traskip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan
sebagainya(Arikunto, 1996:234).
Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data
tentangkeadaan kepala sekolah,guru, dan sebagainya di MTs
Assalafi Kec. Susukan Kab. Semarang.
c. Metode Observasi
Metode observasi adalah pengamatan yang meliputi
kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 1996: 145). Teknik
ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan
situasi dan kondisi MTS Assalafi Kec. Susukan Kab.
Semarang.
6. Analisis Data
Analisis data menurut Bogdan (1980), adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga
dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit,
menyusun ke dalam suatu pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Sugiyono, 2014 : 334).
Menurut Bogdan dan Biklen analisis data kualitatif adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain
(Moleong, 2009: 248). Tujuan analisis data adalah untuk
menyederhanakan seluruh data yang terkumpul, menyajikannya
dalam suatu susunan yang sistematis, kemudian mengolah dan
menafsirkan atau memaknai ( Imam dan Tobroni, 2003: 134).
Metode analisis data yang penulis gunakan adalah metode
analisis data kualitatif, yaitu data yang berbentuk uraian kemudian
penulis tafsirkan untuk mendapatkan makna yang terkandung.
Dengan menggunakan metode ini tidaklah dimaksudkan untuk
memperoleh penelitian yang baru akan tetapi hanya mendapatkan
kejelasan atau penjelasan suatu pengertian tertentu dari penelaahan
obyek penelitian. Metode yang digunakan untuk membahas
sekaligus sebagai kerangka pikir pada penelitian adalah sebagai
berikut :
a. Reduksi Data
Mereduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal pokok,
mengfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya dan membuang yang tidak perlu (Sugiyono, 2014: 338).
Dalam reduksi data, penulis mengumpulkan data hasil
wawancara ataupun informasi lain dari hasil observasi sesuai
dengan tipologi data tersebut. Hasil data ataupun informasi
yang diperoleh disusun secara sistematis dan identifikasi secara
sederhana agar memperoleh gambaran yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
b. Menyusun Kategorisasi
Kategorisasi merupakan upaya memilih-milih setiap satuan
kedalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan (Moleong,
2009: 288). Penulis kemudian mengklasifikasikan atau
mengolah berdasarkan katagori masing-masing menurut fokus
masalahnya.
c. Sintesisasi
Mensintesiskan merupakan mencari kaitan antara satu
kategori dengan kategori lainnya (Moleong, 2009: 289). Penulis
melakukan penanganan suatu objek tertentu dengan cara
menggabung-gabungkan pengertian yang satu dengan yang
lainnya, sehingga menghasilkan pengertian yang baru. Dengan
demikian sintesis dilakukan dengan pendekatan deskriptif.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh, penulis
menggunakan cara ketekunan dan keajegan pengamatan serta
triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,
2009: 330). Dalam pelaksanaannya peneliti membandingkan data
dari informan primer dengan informan lain, hingga data benar-
benar dapat teruji kebenarannya. Ada dua macam triagulasi yang
digunakan yaitu:
a. Triagulasi sumber data
Triagulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan tehnik yang sama
(Sugiyono, 2011:241).
b. Triagulasi Metode
Triagulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa tehnik
pengumpulan data dengan metode yang sama (Moleong,
2011:331).
G. Sistematika Penulisan Skripsi
BAB I:PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian, definisi
operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II : LANDASAN TEORI
Menjelaskan tentang pengertian kepala sekolah, syarat-
syarat kepemimpinan, tipe-tipe kepemimpinan, fungsi dan
tanggung jawab kepala sekolah, teknik pengembangan
profesionalisme guru, pembinaan profesionalisme guru, faktor-
faktor yang mempengaruhi dan pengembangan profesionalisme
guru, dampak kepala sekolah profesional. Membahas mengenai
profesionalisme guru yang meliputi tentang pengertian
profesionalisme, fungsi dan peran guru, kriteria guru ideal, syarat
guru, pemberdayaan guru dan permasalahan guru.
BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN
Merupakan pembahasan tentang gambaran umum MTs
Assalafi Susukan Kabupaten Semarang meliputi profil MTs
Assalafi, sejarah MTs Assalafi dan keadaan dan letak geografis
MTs Assalafi, Struktur organisasi MTs Assalafi, program
kegiatan MTs Assalafi, Sarana dan prasarana pendidikan MTs
Assalafi, peraturan MTs Assalafi, jadwal belajar mengajar MTs
Assalafi, keadaan guru dan siswa MTs Assalafi,dan temuan data
penelitian.
BAB IV : ANALISIS DATA
Kemudian dalam Bab IV membahas mengenai analisis data
yang meliputi: analisis data tentanganalisis data tentang
profesionalisme guru,upaya-upaya kepala sekolah dalam
mengembangkan profesionalisme guru, problematika yang
dihadapi kepala sekolah dalam mengembangkan profesionalisme
guru dan solusinya.
BAB V : PENUTUP
Di dalam Bab V ini akan diuraikan mengenai kesimpulan
dan mengenai kesimpulan dan saran.Sedangkan bagian akhir
skripsi ini berisi tentang lampiran-lampiran yang mendukung isi
dari skripsi, kemudian daftar pustaka.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kepala Sekolah
1. Pengertian Kepala Sekolah
Pada sebuah sekolah, kepala sekolah adalah bapak sekaligus ibu
dari semua guru yang bertugas disekolah tersebut. Hal ini memberikan
kosekwensi logis bahwa seorang kepala sekolah haruslah mempunyai
tingkat kemampuan lebih sehingga dapat mengkontibusi segala
kebutuhan guru-guru yang bersifat psikis dan bahkan bersifat fisik.
Kondisi ini memaksa kepala sekolah untuk dapat memosisikan diri
sebagaimana yang diinginkan anak buahnya, guru-guru (Saroni, 2006:
47)
Dalam kaitannya peran kepala sekolah dalam meningkatkan
kinerja tenaga kependidikn, perlu dipahami bahwa setiap kepala
sekolah bertnggung jawab mengarahkan apa yang baik bagi tenaga
kependidikan, dan dia sendiri harus berbuat baik. Fungsi pemimpin
hendaknya diartiakan seperti motto Ki Hadjar Dewantara: Ing ngarso
sung tulada, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani “di depan
menjadi teladan, di tengah membina kemauan, di belakang menjadi
pendorong atau memotivasi”(Mulyasa, 2007: 160).
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan
yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan
(Mulyasa, 2007: 24).
2. Syarat-syarat Kepala Sekolah
Disamping ijazah dan pengalaman kerja, ada syarat lain yang
tidak kurang pentingnya, yaitu persyaratan kepribadian dan kecakapan
yang dimilikinya. Seorang kepala sekolah hendaknya memiliki
kepribadian yang baik sesuai dengan kepemimpinan yang akan
dipegangnya. Ia hendaknya memiliki sifat-sifat jujur, adil dan dapat
dipercaaya, suka menolong dan membantu guru dalam menjalankan
tugas dan mengatasi kesulitan-kesulitan, bersifat supel dan ramah,
mempunyai sifat tegas dan konsekuen yang tidak kaku. Seorang
kepala sekolah harus berjiwa nasional dan memiliki filsafah hidup
yang sesuai dengan falsafah dan dasar negara kita.
Berdasarkan teori-teori diatas, maka syarat seorang kepala
sekolah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki ijazah yang sesuai dengan ketentuan atau peraturan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
b. Mempunyai pengalaman kerja yang cukup, disekolah yang sejenis
dengan sekolah yang dipimpinnya.
c. Mempunyai sifat kepribadian yang baik, terutama sikap dan sifat-
sifat kepribadian yang diperlukan bagi kepentingan kependidikan.
d. Mempunyai keahlian dan pengetahuan yang luas, terutama
mengenai bidang-bidang pengetahuan pekerjaan yang diperlukan
bagi sekolah yang dipimpinnya.
e. Mempunyai dan ide inisiatif yang baik untuk kemajuan dan
pengembangan sekolahnya (Daryanto, 2008: 92).
3. Tipe-tipe Kepemimpinan
Tipe seorang pemimpin satu dengan yang lainnya berbeda-beda,
sesuai dengan karakter dan kepribadian masing-masing. Tipe-tipe
kepemiminan menurut G. R. Terry sebagaimana ditisir Maman Ukas,
ada enam tipe:
a. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam sistem
kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan
mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan
atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang
bersangkutan.
b. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership).
Segala sesuatu kebijakan dilaksanakan bawahan-bawahan atau
media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
c. Tipe kepemimpinan otoriter (authoritarian leadership).
Pemimpin otoriter biasanya bbekerja keras, sungguh-sungguh,
teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang
berlaku secara ketat dan intruksi-intruksinya harus ditaati.
d. Tipe kepemimpinan demokratis (democratic leadership).
Pemimpin yng demokratis menganggap dirinya sebagai bagian
dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya
berusaha bertanggung jawab atas terlaksananya tujuan bersama.
e. Tipe kepemimpinan paternalistik (paternalistic leadership).
Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat
kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok.
f. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indigenous leadership).
Biasanya, tipe kepemimpinan ini timbul dari sekelompok orang-
orang informal, di mana mungkin ia berlatih dengan adanya
sistem kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari
kelompok yang bersangkutan (Asmani, 2009: 100-101).
4. Fungsi Dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah
a. Kepala Sekolah Sebagai Administrator
1) Kepala Sekolah sebagai Penanggungjawab
Kepala sekolah merupakan personel sekolah yang
bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah.
Ia mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk
menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam
lingkungan sekolah yang dipimpinya dengan dasar pancasila
dan bertujuan untuk:
a) Meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa
b) Meningkatkan kecerdasan dan keterampilan
c) Mempertinggi budi pekerti
d) Memperkuat kepribadian
e) Mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.
2) Kepala Sekolah sebagai Pimpinan Sekolah
Aswarni Sudjud, Moh. Saleh dan Tatang M. Amirin dalam
bukunya yang berjudul “Administrasi Pendidikan”
menyebutkan bahwa fungsi kepala sekolah adalah:
a) Perumus tujuan Kerja dan pembuat kebijaksanaan (policy)
sekolah.
b) Pengatur tata kerja (mengorganisasi) sekolah, yang
mencakup:
1) Mengatur pembagian tugas dan wewenang.
2) Mengatur petugas pelaksana.
3) Menyelenggarakan kegiatan (mengkoordinasi).
c) Pensupervisi kegiatan sekolah, meliputi:
1) Mengawasi kelancaran kegiatan.
2) Mengarahkan pelaksanaan kegiatan.
3) Mengevaluasi (menilai) pelaksanaan kegiatan.
4) Membimbing dan meningkatkan kemampuan pelaksana
dansebagainya (daryanto, 2008: 80-82).
b. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam
kemampuan menyusun dan melaksanakan program supervisi
pendidikan serta memanfaatkan hasilnya. Dalam pelaksanaannya
kepala sekolah sebagai supervisor harus memperhatikan prisip-prisip:
(1) hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkis, (2) dilaksanakan
secara demokratis, (3) berpusat pada tenaga kependidikan, (4)
dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan, (5) merupakan
bantuan profesiaonal.
c. Kepala Sekolah Sebagai Leader
Kepala sekolah sebagai leader harus mampu memberikan
petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga
kependidikan.
Kemampuan yang harus diwujudkan kepala sekolah sebagai
leader dapat dianalisis dari kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga
kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil
keputusan, dan kemampuan berkomunikasi.
Kepribadian kepala sekolah sebagai leader akan tercermin akan
tercermin dalam sifat-sifat (1) jujur, (2) pecaya diri, (3) tanggung
jawab, (4) berani mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar,
(6) emosi yang stabil, (7) teladan.
d. Kepala Sekolah Sebagai Inovator
Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator,
kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin
hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru,
mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh
tenaga kependidikan disekolah, dan mengembangkan model-model
pembelajaran yang inovatif.
Kepala sekolah sebagi innovator akan tercermin dari cara-cara ia
melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif,
integratif, rasional dan obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, serta
adaptabel dan fleksibel.
e. Kepala Sekolah Sebagai motivator
Sebagai motivator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang
tepat untuk memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan
dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat
ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan urusan
kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan
berbagai sumber belajar melalui pengembangan pusat sumber belajar
(PSB).
Terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan kepala sekolah
untuk mendorong tenaga kependidikan agar mau dan mampu
meningkatkan profesionalismenya. Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1) Para tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan
yang dilakukannya menarik, dan menyenangkan.
2) Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan
kepada para tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui
tujuan ia bekerja. Para tenaga kependidikaan juga dapat dilibatkan
dalam penyusunan tujuan tersebut.
3) Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil dari
setiap pekerjaannya.
4) Pemberian hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-
waktu hukuman juga diperlukan.
5) Usahakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan
jalan memperhatikan kodisi fisiknya, memberikan rasa aman,
menunjukkna bahwa kepala sekolah memperhatikan mereka,
mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap pegawai
pernah memperoleh kepuasan dan penghargaan (Mulyasa, 2007:
111-122).
5. Dampak Kepala Sekolah Profesional
Kepala sekolah profesional dalam paradigma baru manajemen
pendidikan akan memberikan dampak positif dan perubahan yang
cukup mendasar dalam pembaharuan sistem pendidikan disekolah.
Dampak tersebut antara lain:
a. Efektifitas proses pendidikan
b. Tumbuhnya kepemimpinan sekolah yang kuat
c. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif
d. Budaya mutu
e. Teamwork yang kompak, cerdas, dan dinamis
f. Kemandirian
g. Partisipasi warga sekolah dan masyarakat
h. Transparasi manajemen
i. Kemauan untuk berubah
j. Evaluasai dan perbaikan berkelanjutan
k. Tnggap terhadap kebutuhan
l. Akuntabilitas
m. Sustainabilitas (Mulyasa, 2007: 89-94).
B. Profesionalisme Guru
1. Profesionalisme guru dan Syarat Guru
a) Pengertian Profesionalisme Guru
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu
bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang.
Profesi juga diartikan sebagai suatujabatan atau pekerjaan tertentu
yang mensyaratkan pengetahuan dan ketrampilan khusus yang
diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif (webstar, 1989).
Profesi adalah suatu keahlian (skill) dan kewenagana dalam
suatu jabatan tertentu ynag mensyaratkan kompetensi
(pengetahuan, sikap, keterampilan) tertentu secara khusus yang
yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Profesi
biasanya berkaitan dengan mata pencaharian seseorang dalam
memenuhi kebutuhan hidup. Dengaan demikian, profesi guru
adalah keahlian dan kewenangan kusus dalam bidang pendidikan,
pengajaran, dan pelatih yang ditekuni untuk menjadi mata
pencaharian dalam memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan.
Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan dan
kualitas suatu keahlian dan kewenagan yang berkaitan dengan mata
pencaharian seseorang.
Prefesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan
dan kualitas suatau keahlian dan kewenangan dalam bidang
pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan
seseorang yang menjadi mata pencaharian. Sementara itu guru
yang profesional dalah guru yang memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan untuk melakukan ugas pendidikan dan
pengajaran.Kompetensi disini meliputi pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan professional, baik yang bersifat pribadi, sosial,
maupun akademis. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengertian guru professional adalah orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga
ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan maksimal. Guru yang professional adalah orang yang
terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang
kaya di bidangnya (Kunandar, 2007: 45- 47 ).
Guru adalah orang yang memberi ilmu pengetahuan kepada
anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang
melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti
dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di
surau/mushola, di rumah, dan sebagainya (Djamarah, 2005: 31).
Menurut Reminsa (2008), ada beberapa syarat untuk
menjadi guru ideal, antara lain memiliki kemampuan intelektual
yang memadai, kemampuan memehami visi dan misi pendidikan,
keahlian mentransfer ilmu pengetahuan atau metodologi
pembelajaran, memahami konsep perkembangan anak psikologi
perkembangan, kemampuan mengorganisasi dan mencari
pemecahan masalah, kreatif dan memiliki seni dalam mendidik.
Peran guru sangat vital bagi pembentukan kepribadian, cita-
cita, visi misi yang menjadi impian hidup anak didiknya di masa
depan. Kalau guru-guru yang berintereaksi langsung dengan murid
kurang profesional, kreatif, dan produktif, maka anak didik akan
lahir sebagai kader penerus bangsa yang malas, suka mengeluh,
pesimis dalam menghadapi masa depan.
Guru yang kreatif adalah guru yang selalu bertanya pada
dirinya sendiri, apakah sudah menjadi guru yang baik, Apakah dia
sudah mendidik dengan benar, Apakah anak didiknya mengerti
pelajaran yang dia sampaikan. Selalu melakukan introspeksi dan
memperbaiki diri. Selalu merasa kurang dalam proses
pembelajarannya. Tidak pernah puas dengan apa yang dilakukan.
Selalu ada novasi baru yang dia ciptakan dalam proses
pembelajarannya. Selalu memperbaiki proses pembelajarannya
melalui penelitian tindakan kelas (PTK). Selalu belajar sesuatu
yang baru, dan merasa tertarik untuk membenahi cara mengajarnya
(Ma’mur, 2010: 17-32).
F. Syarat Guru
Dalam perspektif agama, syarat menjadi guru yang ideal
sebagaimana disampaikan KH. Moh. Hasyim Asy’ari, ada 20
macam :
1) Selalu istiqomah dalam muraqabah kepada Allah SWT.
2) Senantiasa berlaku khauf (takut kepada Allah) dalam segala
ucapan dan tindakan.
3) Senatiasa bersikap tenang.
4) Senantiasa bersifat wara’(meninggalkan perkara syubhat dan
perkara yang tidak bermanfaat).
5) Selalu bersikap tawadhuk.
6) Selalu bersikap khusyu’ terhadap Allah.
7) Menjadikan Allah SWT sebagai tempat meminta pertolongan
dalam segala keadaan.
8) Tidak menjadikan ilmunya sebagai tangga mencapai
keuntungan duniawi, baik jabatan, harta, popularitas, atau agar
lebih maju dibanding temannya yang lain.
9) Tidak diskriminatif terhadap murid.
10) Bersikap zuhud terhadap urusan dunia sebatas apa yang ia
butuhkan, yang tidak membahayakan dirinya sendiri, keluarga,
bersikap sederhana dan bersikap qana’ah.
11) Menjauhkan diri dari tempat-tempat yang rendah dan hina
menurut manusia, juga hal-hal yang dibenci oleh syariat
maupun adat setempat misalnya.
12) Menjauhkan diri dari tempat-tempat kotor dan maksiat
walaupun jauh dari keramaian.
13) Selalu menjaga syiar-syiar Islam dan zhahir-zhahir hukum,
seperti sholat jamaah dimasjid, menyebarkan salam, amar
ma’ruf nahyi munkar, serta senantiasa sabar terhadap musibah
yang menimpanya.
14) Menegakkan sunnah-sunnah dan menghapus segala hal yang
mengandung unsur bid’ah, menegakkan segala hal yang
mengandung kemaslahatan bagi kaum muslimin dengan jalan
yang dibenarkan syariat, dengan cara yang baik dan lembut,
baik menurut adat istiadat maupun watak.
15) Membiasakan diri melakukan sunnah yang bersifat syariat ,
baik qauliyah atau fi’liyah, seperti membaca ayat-ayat suci al-
qur’an baik dihati atau dilisan.
16) Bergaul dengan ahklak yang baik, seperti menampakkan wajah
berseri, banyak mengucapkan dan menebarluaskan salam.
17) Membersihkan hati dan tindakan dari aklak yang jelek dan
dilanjutkan dengan perbuatan yang baik.
18) Seanantiasa bersemangat untuk mengembangkan ilmu dan
bersungguh-sungguh dalam setiap aktifitas ibadah.
19) Tidak boleh membeda bedakan status, nasab, dan usia dalam
mengambil hikmah dari semua orang.
20) Membiasakan diri untuk menyusun dan merangkum
pengetahuan (Asmani, 2010: 32-38).
2. Fungsi dan Peran Guru
Selain sebagai aktor utama kesuksesan pendidikan yang
dicanangkan, ada beberapa fungsi dan tugas lain seorang guru, antara
lain:
a. Pendidik
Tugas pertama guru adalah mendidik murid-murid sesuai
dengan materi pelajaran yang diberika kepadanya. Sebagai seorang
pendidik, ilmu adalah syarat utama. Membaca, menulis, berdiskusi,
mengikuti informasi, dan responsif terhadap masalah kekinian
sangat menunjang kualitas ilmu guru.
b. Pemipin
Guru juga seorang pemimpin kelas. Karena itu, ia harus bisa
menguasai, mengendaikan, dan mengarahkan kelas menuju
tercapainya tujuan pembelajaran yang berkualitas. Sebagai seorang
pemimpin, guru harus terbuka, demokratis, dan menghindari cara-
cara kekerasan.
c. Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru bertugas memfasilitasi murid untuk
menemukan dann mengembangkan bakatnya secar pesat.
Menemukan bakat anak didik bukan persoalan mudah, ia
membutuhkan eksperimentasi maksimal, latihan terus menerus,
dan evaluasi rutin.
d. Motivator
Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu
membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didik
bagaimanapun latar belakang hidup keluarganya.
e. Administrator
Tugas administrator yaitu dalam mengajar, guru harus
mengabsen terlebih dahulu, mengisi urnal kelas dengan lengkap,
mulai dari nama, materi yang disampaikan, kondisi siswa, dan
tanda tangan. Pada waktu ujian, ia harus membuat soal uian,
mengawasi, mengoreksi, memberinila rapor kepada wali kelas.
f. Evaluator
Dalam mengevaluasi, guru bisa memakai banyak cara,
dengan merenungkan sendiri proses pembelajaran yang diterapkan,
meneliti kelemahan dan kelebihan, atau dengan cara yang lebih
objektif, meminta pendapat orang lain, misalnya kepala sekolah,
guru yang lain, dan murid-muridnya.
Khusus para murid, guru bisa menggunakan metode lisan, namun
lebih objektif kalau menggunakan tulisan dengan menggunakna
quasioner berupa pertanyaan-pertanyaan ritis dalam lembar khusus
yang berisi masukan bebas dengan tanpa identitas nama muridnya,
sehingga mereka tidak terbebai dengan apa yang akan ditulisnya
(Ma’mur, 2010: 39-54).
3. Kompetensi Guru
Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajiban secra bertanggung jawab dan
layak atau kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan
profesi keguruan. Menurut Mulyasa (dalam Asdiqoh, 2013:24)
menjelaskan sedikitnya terdapat dua kategori kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang guru yaitu: a. Kompetensi profesional:
kemahiran merancang, melaksanakan dan menilai tugas sebagai guru
yang meliputi penguasaan ilmu pengetahuan dan tehnologi
pendidikan, b. Kompetensi personal yang meliputi etika, moral,
pengabdian, kemampuan sosial dan spiritual. Untuk menciptakan
peserta didik yang berkualitas guru harus menguasai empat
kompetensi:
1) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik dalam standar
pendidikan nasional sebagaimana dikutip Asmani (dalam Asdiqoh,
2013:32) penjelasan pasal 28 ayat 3 butir (a) adalah kemampuan
mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan penembangan peserta
didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Dalam RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) tentang
guru dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik
yang sekurang-kurangnya meliputi:
a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
b) Pemahaman terhadap peserta didik.
c) Pengembangan kurikulum/silabus.
d) Perancangan pembelajaran.
e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
f) Pemanfaatan hasil belajar.
g) Evaluasi hasil belajar.
h) Pengembangan peserta didik untuk mengaktuilasasikan
berbagai potensi yang dimilikinya (Asmani, 2009: 60).
2) Kompetensi Profesional
Menurut Asmani (dalam Asdiqoh, 2013:29) mengemukakan
bahwa pengertian kompetensi profesional adalah penguasaan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam mencakup
penguasaan materi kurikulum mata pelajaran disekolah dan
subtansi keilmuan secara filosofis.
Dari berbagai sumber yang membahas tentang kompetensi
guru, secara umum dapat diidentifikasi dan disarikan tentang
indikator profesional guru sebagai berikut:
a) Guru dituntut menguasai bahan ajar.
b) Guru mampu mengelola program belajar mengajar.
c) Guru mampu mengelola kelas.
d) Guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran.
e) Guru menguasai landasan-landasan kependidikan.
f) Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar.
g) Guru mampu menilai prestasi belajar siswa untuk kepentingan
pengajaran.
h) Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan.
i) Guru mengenal dan mampu ikut penyelenggaraan administrasi
sekolah.
j) Guru memahami prinsip-prinsip penelitian pendidikan dan
mampu menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan untuk
kepentingan pengajaran (Kunandar, 2007: 55-56).
3) Kompetensi Kepribadian
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat
(3) butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlaq mulia (Mulyasa, 2008: 117).
4) Kompetensi Sosial
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28
ayat (3) butir d dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan
kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Hal tersebut
diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi
sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
yang sekurang-kurangnya memiliki kompetensi untuk:
a) Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat
b) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara
fungsional
c) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik
d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar (Mulyasa,
2008: 173).
4. Materi Uji Kompetensi Guru
Materi uji kompetensi guru dijabarkan dari kriteria professional.
Kriteria professional jabatan guru mencakup fisik, kepribadian,
keilmuan, dan ketrampilan sebagai berikut :
a. Kemampuan Dasar (kepribadian)
1) Beriman dan bertaqwa
2) Berwawasan pancasila
3) Mandiri penuh tanggung jawab
4) Berwibawa
5) Berdisiplin
6) Berdedikasi
7) Bersosialisasi dengan masyarakat
8) Mencintai peserta didik dan peduli dengan pendidikannya
b. Kemampuan Umum (Kemampuan Mengajar)
1) Menguasai ilmu pendidikan dan keguruan
2) Menguasai kurikulum
3) Menguasai didaktik metodik umum
4) Menguasai pengelolaan kelas
5) Mampu melaksanakan monitoring dan pemanfaatan panjangan
kelas
6) Mampu mengembangkan dan aktualisasi diri
c. Kemampuan Khusus (Pengembangan ketrampilan mengajar)
1) Ketrampilan bertanya
2) Memberi penguatan
3) Mengadakan variasi
4) Menjelaskan
5) Membuka dan menutup pelajaran
6) Membimbing diskusi kelompok kecil
7) Mengelola kelas
8) Mengajar kelompok kecil dan perseorangan (Mulyasa, 2005:
190-192).
5. Pemberdayaan Guru
Kelompok kerja guru dan tenaga kependidikan mengemukakan
langkah-langkah peberdayaan guru berdasarkan hasil analisis atas
kondisi guru di indonesia adalah:
a. Peningkatan kesejahteraan guru
Peningkatan kesejahteraan dapat berupa kesejahteraan
ekstrinsik dan intrinsik. Kesejahteraan ekstrinsik terkait gaji yang
layak yang minimal dapat memenuhi kebutuhan fisik.
b. Pengembangan karir guru
Pengembangan karir antara lain dapat dilakukan dengan
sistem promosi terbuka dan jujur sehinnga membuka peluang untuk
berkompetisi secara fair iantara sesama guru.
c. Peningkatan kemampuan para guru
Peningkatan profesional guru dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti: Pendidikan lanjutan dalam jabatan, inservice
training, pembentukan wadah-wadah peningkatan kwalitas guru.
d. Mengatasi beban psikologis guru
Sekolah perlu mengembangkan pembinaan guru secara
orang perorang dan bersifat pendekatan pribadi untuk memenuhi
keutuhan masing-masing guru (Marno & Idris, 2010: 26-28).
6. Teknik Pengembangan Profesionalisme guru
Macam-macam teknik pembinaan yang dilakukan kepala
sekolah dan pengawas, tujuannya untuk meningkatkan proses belajar
mengajar. Ahmad (dalam Supriadi, 2009:32) menjelaskan teknik-
teknik pembinaan yaitu: (a) kunjungan kelas; (b) pertemuan pribadi;
(c) rapat dewan guru; (d) kunjungan antar kelas; (e) kunjungn antar
sekolah; (f) penerbitan buletin profesional; (g) penataran; (h)
pertemuan dalam kelompok kerja; (i) pemanfaatan guru model dan (j)
kunjungan penilik keluar wilayah kerja.
7. Pembinaan Profesionalisme Guru
Pembinaan Profesionalisme Guru Meliputi:
a. Membina Profesi Mengajar
Dalam usaha meningkatkan profesi mengajar, berkaitan
dengan usaha guru membantu murid-murid dalam memperbaiki
proses belajarnya. Proses belajar mengajar yang dilakukan ole
gurutersebut merupakan suatu sistem, yaitu seperangkat obyek
terdiri dari komponen-komponen yang saling bergantung.
Menurut Sahertian (dalam Murti’ah, 2007:84) bahwa situasi
proses belajar mengajar itu atas dasar beberapa komponen yang
perlu ditingkatkan. Komponen-komponen tersebut mencakup
bebrapa hal yaitu:
1) Membantu guru melihat dengan jelas kaitan antara tujuan-
tujuan pendidikan.
2) Membantu guru agar lebih mampu membimbing pengalaman
belajar dan keaktifan belajar murid.
3) Membantu guru dalam menggunakan sumber media dan
media belajar.
4) Membantu guru dalam menerapkan metode dan teknik
mengajar.
5) Membantu guru dalam menganalisa kesulitan-kesulitan
belajar dan kebutuhan belajar murid.
6) Membantu guru dalam proses belajar mengajar dan hasil
belajar murid.
b. Membina Sikap Personal Profesional Guru
Sikap personal guru merupakan suatu sikap yang ada pada
guru tersebut, tidak semua sikap guru tampak lebih baik. Ada
beberapa hal yang yang mempunyai sikap guru dalam kehidupan,
masalah yang sering dihadapi guru yang berhubungan dengan
sikap personalnya diantaranya masalah keluh kesah, masalah
kesejahteraan guru, dan masalah pribadi Sahertian (dalam
Murti’ah 2007:94).
Untuk bisa membantu guru-guru, kepala sekolah dapat
menggunakan teknik-teknik tertentu agar masalah yang dihadapi
oleh guru tersebut dapat dipecahkan tanpa menimbulkan
ketidaksenjangan antara rekan sejawatnya atau dengan kepala
sekolah.
8. Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan dan Pengembangan
Profesionalisme Guru.
a. Faktor Pendukung
1) Faktor internal: (a) antusias guru yang luar biasa; (b)
keinginan guru untuk mengembangkan kompetensinya; (c)
kesadaran guru dalam menghadapi tantangan global.
2) Faktor eksternal: (a) pengawasan kepala sekolah; (b) fasilitas
yang memadai.
b. Faktor Penghambat
1) Faktor internal: (a) kurangnya semangat guru dalam
meningkatkan kualitas dirinya; (b) kesibukan guru diluar
sekolah.
2) Faktor eksternal
Kurangnya dana
Faktor penghambat yang satu ini memang sering terjadi
disetiap organisasi manapun, baik formal maupun non
formal. Sehingga perlu adanya solusi tepat dalam masalah
ini, yaitu dengan mencari sumber dana lain agar pelaksanaan
strategi pembinaan dan pengembangan profesionalisme guru
tetap terlaksana sesuai dengan tujuan yang diharapkan
(Mufarrihah, 2010:159-161).
9. Permasalahan Guru
Dimasa lalu mungkin juga masa sekarang, suasana lingkungan
belajar sering dipersepsikan sebagai suatu lingkungan yang menyiksa,
membosankan, kurang merangsang, dan berlangsung secara monoton
sehingga anak-anak belajar secara terpaksa dan kurang bergairah. Di
lain pihak para guru juga berada dalam suasana lingkungan yang
kurang menyenangkan dan seringkali terjebak dalam rutinitas sehari-
hari. Oleh karena itu, diperlukan perubahan paradigma (pola pikir)
guru, dari pola pikir tradisional menuju pola pikir professional.
Menurut Mulyasa (2005) ada tujuh kesalahan yang sering
dilakukan guru antara lain:
a. Mengambil jalan pintas dalam pembelajaran
b. Menunggu peserta didik berperilaku negatif
c. Menggunakan destructive discipline
d. Mengabaikan perbedaan peserta didik
e. Merasa paling pandai dan tahu
f. Tidak adil
Beberapa paradigma baru yang harus diperhatikan guru dewasa ini
adalah sebagai berikut:
a. Tidak terjebak pada rutinitas belaka, tetapi selalu mengembangkan
dan memberdayakan diri secara terus-menerus untuk meningkatkan
kualifikasi dan kompetensinya baik melalui pendidikan formal
maupun pelatihan, seminar, lokakarya dan lainnya. Guru jangan
hanya terjebak pada aktifitas datang, mengajar, pulang, begitu
berulang-ulang sehingga lupa mengembangkan potensi dirinya
secara maksimal.
b. Guru mampu menyusun dan melaksanakan strategi dan model
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAIKEM) yang dapat menggairahkan motifasi
belajar peserta didik.
c. Dominasi guru dalam pembelajaran, dikurangi sehingga
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih berani,
mandiri, dan kreatif dalam proses belajar-mengajar.
Guru menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar
sebagai suatu profesi yang menyenangkan (Kunandar, 2007: 42-
43).
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. GambaranUmum MTs AssalafiKenteng
1. SejarahBerdirinya MTs AssalafiKenteng
Pada tahun 1985 berdirilah pondok pesantren Mahirul-Hikam
Assalafi, dimulai dengan 40 orang santri mukim dan sekitar 90 orang
santri yang non mukim, dari tahun ketahun bertambahlah santri
dilingkungan pondok ini, kemudian mulai tahun 1987 mulai diadakan
pendidikan madrasah diniyah di Pondok Pesantren Assalafi, dari
madrasah ibtida’, al-ula, dan wustho. Dari tahun ketahun
bertambahlah siswa dan santri pada pondok ini, pada tahun 1991
diresmikan pondok pesantren ini dengan sebutan “Yayasan
Pendidikan dan Kesejahteraan Umat Islam Assalafi” dengan akta
notaris oleh Nur Fari’ah Latif, SH pada tahun 1991. Yayasan Assalafi
diketuai Langsung oleh pengasuh pesantren yaitu KH. Muhammad
Toha, S.Pd, M.Pd. Setelah pesantren memiliki badan hukum,
menimbang dengan segala perkembangan santri dan perkembangan
zaman, maka Pondok Pesantren Assalafi berinisiatif untuk mengikuti
progam pemerintah wajib belajar 9 tahun. Dewan pengurus yayasan
dan para pemuka pendidikan dilingkungan Kecamatan Susukan
dikumpulkan dan bermusyawarah untuk mendirikan Sebuah Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs). Kemudian
menghasilkan satu keputusan berdirinya sebuah MTs, yang diberi
nama MTs Asssalafi.
Mulai juli 1993 berdirilah sebuah MTs di Kenteng, dengan
murid pertama 160 orang untuk dijadikan empat kelas, saat itu Kepala
sekolahnya adalah Maftah Bajuri dengan dibantu 22 orang pendidik
dari para sarjana dilingkungan Kecamatan Susukan, Kecamatan
Tengaran, dan Kecamatan Suruh. Saat itu sekolah masih menginduk
pada MTs Negeri Susukan yang menjadi kepala sekolah adalah
Drs.H.Qowaid. 5 tahun sekolah berdiri akhirnya diadakan akreditasi
sekolah oleh Depag Kab.Semarang. Pada tahun 1996 kepala sekolah
di MTs Assalafi adalah Bapak Syamsul Marwan, SE. Beliau adalah
santri mukim yang berasal dari Palembang,Sumatra Selatan. Sekolah
semakin berkembang karena didukung oleh fasilitas, semangat kerja
dari para dewan guru dan dewan komite sekolah, kemudian pada
tahun 1999/2000 MTs Assalafi mengalami pergantiaan kepala
sekolahyaitu Bapak Jony Mohandis, S.Ag. Saat itu sekolah semakin
berkembang dan siswa menjadi semakin banyak.
Melihat perkembangan sekolah Yayasan ingin meningkatkan
program yaitu dengan mendirikan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pada tahun 2002/2003 berdirilah SMA Assalafi. Hal ini bertujuan
untuk mempermudah siswa-siswi MTs Assalafi untuk melanjutkan
sekolahnya. Pada tahun 2006 kepala sekolah digantikan oleh Dra. Dwi
Astuti sampai saat ini. Sekolah mengalami peningkatan dengan
beberapa kali meluluskan siswa-siswinya dengan kelulusan 100%. Hal
itu merupakan berkat usaha keras dewan guru juga siswa-siswi,dengan
tidak meninggalkan konsep tawakal dan ihtiyar yaitu dengan diadakan
jam tambahan disertai mujahadah untuk mendekatkan diri pada Allah.
2. Letak Geografis
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Assalafi, terletak di wilayah
kabupaten Semarang, tepatnya di dusun Talok, RT 18 RW 05, desa
Kenteng, Kecamatan Susukan. Sekitar 43 km arah selatan dari ibu
kota kabupaten Semarang memiliki aksesibilitas baik, mudah
dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain di sekitarnya oleh
jalur transportasi jalan raya. Wilayah desa Kenteng merupakan salah
satu desa pinggiran dari arah kabupaten Semarang. Dilihat dari
topografi, ketinggian wilayah Kenteng berada pada 765 m ketinggian
dari permukaan air laut dengan curah hujan rata-rata 2000-3000
mm/tahun, serta suhu rata-rata pertahun adalah 23-29oC. Desa
Kenteng disebelah utara dilalui sungai kalongan yang merupakan
perbatasan desa kemetul kecamatan susukan. Keberadaan sungai
dengan air yang mengalir sepanjang tahun di desa kenteng tersebut
membantu dalam menjaga kondisi permukaan air tanah. Secara
administrasi desa Kenteng terletak dikecamatan susukan, kabupaten
semarang. Dengan batas sebelah utara yaitu desa Kemetul, sebelah
selatan yaitu desa Duren kecamatan Tengaran, dan sebelah barat yaitu
Cukil kecamatan Tengaran, serta sebelah timur desa Koripan, desa
Kenteng merupakan bagian dari wilayah pemerintah kecamatan
Susukan kabupaten Semarang yang terletak di pinggir utara dengan
luas tanah 7563 m2
dengan kondisi tanah perbukitan.
3. Profil MTs AssalafiKenteng
a. Identitas
1) NSM : 121233220008
2) NPSN : 20320527
3) Status Madrasah : Swasta
4) WaktuBelajar : Pagi
5) NamaMadrasah : MTs Assalafi
6) NPWP : 00.003.410.8.505.000
b. Alamat Madrasah
1) Jalan/Kampung :Jl.Klero-Suruh,Km.05, Desa
Kenteng, Dsn.Talok, RT.18 RW.05
2) Wilayah daerah :Pedesaan
3) Propinsi : Jawa Tengah
4) Kabupaten/Kota : Kab. Semarang
5) Kecamatan : Susukan
6) Desa/Kelurahan : Kenteng
7) Jarak Pusat ke Kecamatan : 6 KM
8) Jarak Puasat ke Kabupaten : 60 KM
9) KodePos : 50777
10) Latitude (Lintang) :-7.408469
11) Longitude (Bujur) : 110.592694
c. InformasiDokumendanPerijinan
1) TahunBerdiri : 1994
2) No. SK Pendirian :Wk.5.c/PP.00.6/3267/1994
3) Tgl SK Pendirian : 10-03-1994
4) No. SK IzinOperasional :Kd.11.22/4/PP.00/IV/1994
5) Tgl SK IzinOperasional : 04-12-1994
6) Status Akreditasi : B
7) TahunAkreditasi : 2009
8) No. SK Akreditasi :
Kw.11.4/4/PP.03.2/624.22.29/2009
4. Visi dan Misi
a. Visi
` “Terwujudnya generasi islam yang islami, qiro’ah, tekun
beribadah, berakhlak karimah, dan berprestasi”.
b. Misi
1) Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dalam
pencapaian prestasi akademik dan non akademik.
2) Mewujudkan pembelajaran dan pembiasaan dalam
mempelajari Al-Qur’an dan menjalankan agama islam.
3) Mewujudkan pembentukan karakter islami yang
mengaktualisasi diri dalam masyarakat.
4) Meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme tenaga
pendidikan sesuai dengan perkembangan dunia pendidikan.
5) Menyelenggarakan tata kelola madrasah yang efektif, efisien,
transparan dan akuntabel.
5. StukturOrganisasi
StrukturOrganisasiMtsAssalafiSusukan
TahunPelajaran 2014/2015
6.
KepalaSekolah:
Ahmad Jamsuki, S.Ag.
Waka Kurikulum:
Nur Habib, S.Kom.
Waka Kesiswaan:
Nur Istiqomah, S.Pd.I.
Waka Sarpras
Abdul Nurkolis, S.Pd.
WaliKelas VII A
Siti Zumaroh, S.Pd.I.
WaliKelas VII B:
Rini Fatmawati, S.Pd.
Wali Kelas VIII A
Siti Robiatun, S.Pd.
Wali Kelas VIII B:
Drs. Ahmad Hasuna
Wali Kelas VII C
Sri Haryanti, S.Pd.
WaliKelas IX A:
Dra.DwiAstuti
Wali Kelas IX B
Ngatiyatun, S.Pd.
7. Data SaranaPrasarana
a. Tanah danBangunan
1) Luas Tanah : 7563 m2
2) LuasBangunan : 4356 m2
b. SaranaPendukungBelajar/Mengajar
Tabel 3.1
SaranaPendukungBelajar/Mengajar
No JenisRuang
Kondisi (Unit)
Baik RusakRinga
n
RusakBera
t
1. RuangKelas 3 3 1
2. RuangKepala Madrasah - - -
3. Ruang Guru - 1 -
4. Ruang Tata Usaha - 1 -
5. RuangLaboratorium IPA - - -
6. RuangLaboratoriumKomput
er - - -
7. RuangLaboratoriumBahasa - - -
8. RuangPerpustakaan - - -
9. Ruang UKS - - -
10. RuangKeterampilan - - -
11. RuangKesenian - - -
12. Ruang Toilet Guru - 1 1
13. Ruang Toilet Siswa - 1 -
8. Data Jumlah Guru danSiswa
a. Data guru
Tabel 3.2
Data Guru
NO NIP/NIGNP Nama Lengkap
Personal
Status Alamat
1 121233220008020001
H. M. Thoha, S.Pd. Guru Al-Qur’an
Hadist
Desa Kenteng, Kec. Susukan,
Kab.Semarang
2 121233220008020002
Drs. Ahmad Hasuna Guru Bahasa
Indonesia
Desa Kemetul, Kec. Susukan,
Kab.Semarang
3 121233220008020003
Ahmad Jamsuki, S.Ag Kepala Sekolah/
Guru Fiqih
Desa Trian, Kec Suruh, Kab.
Semarang
4 121233220008020004
Dra. Dwi Astuti Guru IPS Terpadu
Desa Kenteng, Kec. Susukan,
Kab.Semarang
5 121233220008020005 Aminnudin Asrori, S.Ag Guru SKI Ampel, Kab. Boyolali
6 121233220008020006
Syamsul Hadi, S.Ag Guru Penjaskes
Pabelan, Kec.Pabelan, Kab.
Semarang
7 121233220008020007
Nur Istiqomah, S.Pd.I Guru Bahasa
Inggris
Pabelan, Kec.Pabelan, Kab.
Semarang
8 121233220008020008 Nur Habib, S.Kom Guru TIK
Desa Kenteng, Kec. Susukan,
Kab.Semarang
9 121233220008020009
Rini Fatmawati, S.Pd Guru Matematika
Desa Kenteng, Kec. Susukan,
Kab.Semarang
10 121233220008020010
Abdul Nur Kholis, S.Pd Guru Bahasa
Jawa
Desa Kenteng, Kec. Susukan,
Kab.Semarang
11 121233220008020011 Ngatiyatun, S.Pd Guru IPA
Bancak, Kec. Susukan, Kab.
Semarang
12 121233220008020012 Sri Haryanti, S.Pd Guru Matematika Susukan, Kab, Semarang
13 121233220008020013 Najib Saifullah, S.Pd.I
Guru Bahasa
Arab
Desa Kenteng, Kec. Susukan,
Kab.Semarang
14 121233220008020014 Siti Zumaroh, S.Pd.I
Guru Bahasa
Inggris
Desa Kenteng, Kec. Susukan,
Kab.Semarang
15 121233220008020015 Siti Robiatun, S.Pd Guru SBK Suruh, Kab. Semarang
16 121233220008020016 Eva Yuliana Guru IPA
Desa Kenteng, Kec. Susukan,
Kab.Semarang
17 121233220008020017 Taufiq Riza Guru SBK
Regunung,Kec.Tengaran, Kab.
Semarang
18 121233220008020018 Nur Kholis Karyawan
Desa Kenteng, Kec. Susukan,
Kab.Semarang
b. Data Siswa
Tabel 3.3
Data JumlahSiswaTahunAjaran 2014/2015
No.
UraianSiswa&Rombel
Kelas 7 Kelas 8 Kelas 9
Lk. Pr. Lk. Pr. Lk. Pr.
1. JumlahSiswaAwal TP 2013/2014 27 31 46 33 24 22
2. JumlahSiswaPindahMasuk
3. JumlahSiswaPindahKeluar
4. JumlahSiswa Drop-out Keluar
5. JumlahSiswa Drop-out Kembali
6. JumlahSiswaNaikKelas
7. JumlahSiswa Lulus
8. JumlahRombel
B. Temuan Penelitian
Berdasarkan temuan penelitian di MTs Assalafi Susukan tentang
profesionalisme guru di MTs Assalafi Susukan. Beberapa garis besar yang
dapat tergambarkan sebagai berikut:
1. Profesionalisme Guru
a) Kompetensi Kepribadian
Seorang guru dinilai tidak hanya dari aspek keilmuan saja,
tapi juga aspek kepribadian yang ditampilkannya. Mampukah
menarik anak didik dan memunculkan aura optimis dalam
menghadapi berbagai tantangan hidup.
Kompetensi kepribadian yang dilakukan guru MTs Assalafi
Susukan berdasarkan pengamatan saya yang terjadi adalah guru
dalam menerima tamu sangat ramah, itu terbukti saat saya
melaksanakan penelitian disana pada 16 september 2015 guru
menerima saya dengan ramah tamah dan murah senyum. Dalam
hal kedisiplinan yang saya amati pada 21 september 2015 guru
datang kesekolah tepat waktu karena jam 07.00 guru rutin
melaksanakan sholat dhuha bersama-sama dengan karyawan dan
murid setiap pagi dihalaman sekolahan dan jam 07.30 guru
memulai KBM.
b) Kompetensi Pedagogik
Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan pada 17
september 2015 guru membuat RPP sebelum mengajar, dalam
kegiatan KBM di kelas guru memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi, setelah pembelajaran guru melakukan evaluasi
untuk mengetahui pemahaman peserta didik.
c) Kompetensi Profesional
Berdasarkan data yang saya peroleh dan pengamatan yang
saya lakukan pada 16 september 2015 sampai 19 september 2015
guru mengajar sesuai dengan bidangnya, guru dalam
menyampaikan pembelajaran guru sudah menguasai materi, guru
juga memakai seragam yang telah ditetapkan sekolah tersebut.
Sampai saat ini guru yang sudah sertifikasi 95%.
d) Kompetensi Sosial
Berdasarkan pengamatan yang saya lakukan di MTs
Assalafi Susukan pada 16 september 2015 sampai 19 september
2015 guru dalam bertingkah laku dan berkomunikasi secara sopan
santun, ramah dalam menerima tamu, ada infaq untuk subsidi anak
tidak mampu.
2. Upaya-upaya yang Dilakukan Kepala Sekolah Dalam
Mengembangkan Profesionalisme Guru:
a) Kompetensi Kepribadian
1) Menurut AJ selaku kepala sekolah, beliau menuturkan bahwa:
“Dari masing-masing guru dipanggil untuk menyelesaikan
masalah-masalah atau sharing mencari solusi yang terbaik,
memaksimalkan kinerja guru, menjadi tutor sebaya, sehingga
kepribadian bisa meningkat” (wawancara, AJ. 18/09/15).
Menurut NH:
“Upaya kepala sekolah dalam mengembangkan kompetensi
kepribadian guru, tentunya kepala sekolah tetap mengawasi
tindakan guru dan memberikan masukan-masukan yang baik,
sharing, menjadi tutor sebaya, dsb” (wawancara, NH.
18/09/15).
Menurut NI:
“Kepala sekolah hanya memberi saran, masukan kepada guru.
Karena ini menyangkut kepribadian guru, jadi guru tersebutlah
yang lebih mengetahui” (wawancara, NI: 18/09/15).
Menurut SH:
“Di adakannya shalat dhuha setiap pagi, sharing dan kepala
sekolah memberi contoh yang baik” (wawancara, SH. 18/09/15).
2) Cara kepala sekolah agar guru datang tepat waktu ke sekolah
Menurut AJ selaku kepala sekolah:
“Sebagai orang yang diberi kepercayaan dari yayasan untuk
memimpin sekolah, saya sebagai kepala sekolah mempunyai
tanggung jawab besar mengelola sekolah dengan baik agar
menghasilkan lulusan yang berkualitas serta bermanfaat bagi
bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan tersebut salah satu
yang perlu diperhatikan adalah profesionalisme guru, karena
dengan guru yang profesional tentunya akan menghasilkan
lulusan dengan kualitas unggul. Guru yang profesional adalah
orang yang mempunyai kemampuan dan mempunyai keahlian
khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan
tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal. Absensinya disini dengan finger print jadi secara
otomatis guru akan datang kesekolah dengan tepat waktu”
(wawancara, AJ. 17/09/15).
Menurut NH cara kepala sekolah agar guru datang kesekolah
tepat waktu adalah:
“Begini mas, kepala sekolah datang lebih pagi, keliling
memeriksa kehadiran guru dan memberi sangsi bagi guru yang
terlambat” (wawancara, NH.17/09/15).
Sependapat dengan bapak NH, ibu NI mengemukakan bahwa
cara kepala sekolah agar guru datang kesekolah datang tepat
waktu adalah:
“hmmmz gini mas, kepala sekolah memberi contoh yaitu
dengan datang pagi secara otomatis guru termotivasi dan
absensi dengan finger print”(wawancara, NI.17/19/15).
Pendapat senada juga diungkapkan oleh ibu SH, beliau
mengatakan bahwa:
“iya disini absensinya dengan finger print, jadi guru sangat
jarang ada yang terlambat bahkan bisa dikatakan tidak ada guru
yang terlambat kalau tidak ada halangan yang
mendadak”(wawancara, SH.17/19/15).
3) Cara kepala sekolah menumbuhkan semangat kerja dan
tanggung jawab para guru terhadap pekerjaan mereka
Menurut AJ selaku kepala sekolah, beliau menuturkan bahwa:
“Cara saya menumbuhkan semangat kerja dan tanggung jawab
para guru terhadap pekerjaan mereka disini saya memberi
contoh disiplin, guru saya minta administrasinya dan saya
memonitoring(wawancara, AJ.17/09/15).
Menurut penuturan NH, cara kepala sekolah untuk
menumbuhkan semangat kerja dan tanggung jawab para guru
terhadap pekerjaan mereka adalah:
“Ya kepala sekolah hanya sekedar memberi motivasi terhadap
guru-guru, memberi contoh disiplin dan guru diminta
administratornya(wawancara, NH.17/09/15).
Menurut ibu NI selaku guru bahasa inggris beliau mengatakan
bahwa:
“Hmmmzzz apa ya, gini mas diadakannya supervisi dan
perbulan ada monitoring kepala sekolah juga memberi suntikan
motivasi, baik secara individu maupun secara kelompok
”(wawancara, NI.17/19/15).
Ibu SH juga berpendapat dengan ibu NI bahwa:
“Kepala sekolah mengadakan supervisi setiap sebulan
sekali”(wawancara, SH.17/19/15).
4) Cara kepala sekolah untuk menjadikan para guru supaya
menjadi contoh yang baik bagi siswanya
AJ selaku kepala sekolah mengungkapkan bahwa:
“Yang kalau saya tidak ada penekanan kusus buat para guru,
karena kalaau menurut saya guru sudah tau bagaiamana harus
bersikap terhadap sesama ataupun terhadap siswanya”
(wawancara, AJ.17/09/15).
Menurut NH cara kepala sekolah untuk menjadikan guru
supaya menjadi contoh yang baik bagi siswanya adalah:
“Singkron juga dengan progam kepala sekolah, guru, karyawan
bersama murid-murid melaksanakan sholat dhuha setiap pagi,
bersih lingkungan setiap satu minggu sekali”(wawancara,
NH.17/09/15).
Menurut NI menuturkan bahwa:
“Begini mas, kalau disini guru sudah tau tata cara guru dengan
guru, guru dengan murid, dan guru terhadap kepala
sekolah”(wawancara, NI.17/09/15).
SH juga mengatakan bahwa:
“Kepala sekolah mengingatakan agar sopan kepada siapa saja,
khususnya kalau masih dilingkungan sekolah”(wawancara,
SH.17/09/15).
b) Kompetensi Pedagogik
1) Menurut AF selaku kepala sekolah, beliau mengatakan bahwa:
“Untuk mengembangkan kompetensi pedagogik guru, saya
arahkan ke MGMP sekecamatan Susukan dan yang senior
mengarahkan terhadap yang junior, membantu cara membuat
RPP dan metode, melakukan kunjungan kelas” (wawancara,
AF. 18/09/15).
Menurut NH:
“Untuk hal ini kepala sekolah membantu saya apabila saya
mengalami kesulitan KBM, pembuatan RPP dan metode”
(wawancara, NH. 18/09/15).
Menurut NI:
“Kepala sekolah menyuruh untuk banyak membaca agar
menambah pengetahuan” (wawancara, NI. 18/09/15).
Menurut SH:
“Kepala sekolah menganjurkan agar kegiatan yang sekiranya
dapat kompetensi pedagogik saya, seperti mengikuti MGMP,
seminar dan pelatihan-pelatihan” (wawancara, SH. 18/09/15).
2) Cara kepala sekolah membantu guru yang kesulitan dalam
memahami keberagaman siswa siswinya:
Menurut AJ selaku kepala sekolah mengatakan bahwa:
“Untuk memahami karakter tiap peserta didik memang
membutuhkan waktu yang tidak singkat, terutama dalam
kegiatan pembelajaran. Maka saya menghimbau kepada
bapak/ibu guru untuk lebih inovatif dan kreatif. Agar
siswa/siswinya tertarik terhadap mata peljaran
tersebut”(wawancara, AJ.17/09/15).
Menurut NH mengatakan bahwa:
“Gini mas, tiap guru kan mempunyai karakter masing-masing
jadi kepala sekolah hanya menekankan dalam kegiatan
pembelajaran agar lebih menarik sehingga siswa/siswinya
tidak jenuh terhadap pelajaran tersebut(wawancara,
NH.17/09/15).
Ibu NI Juga sependapat dengan bapak NH, beliau mengatakan
bahwa:
“Kepala sekolah hanya menekankan bahwa dalam KBM guru
dituntut agar semenarik mungkin dalam menyamoaikan materi
agar siswa/siswinya tidak jenuh sehingga bisa tercapainya
pembelajaran yang efektif”(wawancara, NI.17/09/15).
Menurut SH mengatakan bahwa:
“Yang dilakukan kepala sekolah Cuma memberikan
pengarahan saja, beliau bersedia membatu saya kalau
mengalami kesulitan”(wawancara, SH.17/09/15).
3) Cara kepala sekolah lakukan agar guru membuat RPP sebelum
mengajar
AJ selaku kepala sekolah mengatakan bahwa:
“Kalau saya harus ngecek setiap hari spertinya tidak mungkin
mas, karena saya pasti juga ada keperluan yang lain dan
pastinya guru tidak membuat RPP setiap hari. Jadi untuk RPP
saya selalu adakan rapat sekali dalam sebulan”(wawancara,
AJ.17/09/15).
NH selaku guru TIK mengatakan bahwa:
“Untuk RPP diadakan rapat bulanan dan kepala sekolah selalu
mengingatkan karena kepala sekolah mewajibkan harus
membuat RPP sebelum mengajar”(wawancara, NH.17/09/15).
Menurut NI cara kepala sekolah dalam pembuatan RPP adalah:
“Guru disuruh membuat RPP lalu diajaukan ke kepala sekolah
setelah di tandatangani oleh kepala sekolah selanjutnya
dikembaliakan”(wawancara, NI.17/09/15).
Menurut SH:
“RPPnya diminta, ditandatangani dan sering mengadakan
supervisi’(wawancara, SH.17/09/15).
4) Cara kepala sekolah dalam membantu menyelesaikan masalah
yang dihadapai para guru dalam kegiatan belajar mengajar
Menurut AJ selaku kepala sekolah, beliau mengatakan bahwa:
“Bagi guru yang mengalami kesulitan saya terbuka kalau mau
minta bantuan terhadap saya. Kalau saya bisa membantu saya
akan membantu sehingga masalah yang dihadapi bisa
terpecahkan”(wawancara, AJ.17/09/15).
Menurut NH, beliau mengatakan bahwa:
“Apabila guru mengalami masalah kepala sekolah akan
membantu secara langsung face to face untuk mencari solusi
yang tepat”(wawancara, NH.17/09/15).
Menurut NI mengatakan bahwa;
“Kalau saya ada masalah dalam KBM ya saya curhat kepada
kepala sekolah, dan beliau memberi masukan yang terbaik buat
saya” (wawancara, NI. 17/09/15).
Ibu SH mengatakan bahwa:
“Kalau sudah ada pengaduan, kepala sekolah baru bisa
membantu memecahkan masalahnya, dan beliau selalu siap
untuk membantu” (wawancara SH. 17/09/15).
5) Cara kepala sekolah dalam melakukan kunjungan kelas
Menurut AJ selaku kepala sekolah, beliau mengatakan bahwa:
“Kunjungan kelas ya, saya lakukan saya lakukan secara acak
agar saya bisa mengetahui kesiapan guru saat mengajar”
(wawancara, AJ. 17/09/15).
NH mengatakan bahwa:
“Kunjungan kelas hanya monitoring saat pergantian jam
pelajaran”(wawancara, NH. 17/09/15).
NI mengatakan bahwa:
“Jadwal kunjungan kelas memang sudah ada namun kepala
sekolah tidak berpatokan pada jadwal tersebut agar guru
sewaktu-waktu selalu siap”(wawancara, NI. 17/09/15).
SH mengatakan bahwa:
“Kunjungan kelas telah di jadwal oleh humas”(wawancara,
SH. 17/09/15).
6) Cara kepala sekolah dalam mengontrol dan mengoreksi
pekerjaan guru
Menurut AJ selaku kepala sekolah, beliau mengatakan bahwa:
“Saya memeriksa cara mengajar, metode yang digunakan guru,
melihat jurnal, apakah guru sudah melaksanakan tugasnya atau
belum”(wawancara, AJ. 17/09/15).
NH mengatakan bahwa:
“Sudah ada instrumen penilaian kinerja guru”(wawancara,
NH.17/09/15).
Menurut NI juga berpendapat sama dengan kepala sekolah,
yaitu:
“Kepala sekolah memeriksa cara mengajar, metode apa yang
saya gunakan, serta melihat jurnal” (wawancara, NI. 17/09/15).
Menurut SH mengatakan bahwa:
“Perangkat diminta dan ditandatangani setiap akhir tahun”
(wawancara, SH. 17/09/15).
c) Kompetensi profesional
1) Upaya apa yang dilakukan kepala sekolah dalam
pengembangan silabus dan kurikulum?
Menurut AJ selaku kepala sekolah, beliau menuturkan bahwa:
“Saya mengharuskan guru membuat silabus. Untuk yang
sertifikasi diwajibkan mempunyai analisis pembelajaran, buku
kepribadian anak, untuk yang sertifikaksi harus mempunyai
analisis pembelajaran, dll” (wawancara, AJ. 18/09/15).
Menurut NH:
“Membagi tugas pengajaran sesuai bidang keahliannya,
mengikut sertakan dalam MGMP, pelatihan, seminar, dll.”
(wawancara, NH. 18/09/15).
Menurut NI:
“Kepala sekolah memberi kesempatan untuk mengembangkan
diri dan mengikuti pelatihan-pelatihan yang bermanfaat”
(wawancara, NI. 18/09/15).
Menurut SH:
“Kepala sekolah memberi pengarahan agar mengembangkan
kemampuan yang dimiliki, salah satunya dengan banyak
membaca” (wawancara, SH. 18/09/15).
2) Upaya kepala sekolah apabila ada guru yang belum memiliki
kualifikasi S1
Menurut AJ selaku kepala sekolah, beliau menuturkan bahwa:
“Alhamdulillah mas, kebetulan di sini guru sudah S1 semua.
Kalau karyawan ada yang belum S1 saya ikutkan beasiswa”
(wawancara, AJ. 17/09/15).
Menurut NH :
“Kepala sekolah menganjurkan untuk segera menyelesaikan S1
nya. Kebetulan disini yang guru sudah S1 semua mas”
(wawancara, NH. 17/09/15).
Menurut NI mengatakan bahwa :
“Ada progam atau beasiswa S1 mas, kepala sekolah memberi
informasi dan memotivasi untuk ikut” (wawancara, NI.
17/09/15).
Menurut SH :
“Suruh kuliah lagi lewat jalur biasa maupun reguler”
(wawancara, SH. 17/09/15).
3) Cara kepala sekolah dalam mengatur pembagian tugas kepada
guru dalam mengajar ataupun administrasi sekolah.
Menurut AJ selaku kepala sekolah, beliau mengatakan bahwa:
“Saya sesuaikan dengan bidang dan kemampuan yang dia
miliki. Karena memang saya usahakan seperti itu”
(wawancara, AJ. 17/09/15).
Menurut NH mengatakan bahwa:
“Pembagian tugas dari kurikulum dan untuk tugas lainnya
disesuaikan dengan kemampuannya” (wawancara, NH.
17/09/15).
Menurut NI :
“Di tiap rapat awal tahun pendataan guru ada brp? Mata
pelajaran yang kurang apa saja? Bila ada guru yang jam nya
kurang, maka diambilkan jam guru yang sisa di anggap masih
linear” (wawancara, NI. 17/09/15).
Menurut SH :
“Di buatkan SK pembagian tugas dan jadwal mengajar dan di
sesuaikan dengan kualifikasi yang dimilikinya” (wawancara,
SH. 17/09/15).
4) Cara kepala sekolah lakukan dalam memperbanyak sumber
Belajar
Menurut AJ selaku kepala sekolah, beliau mengatakan bahwa:
“Iya buku-buku diperpustakaan saya tambah agar lebih
banyak” (wawancara, AJ. 17/09/15).
Menurut NH :
“Guru dihimbau jangan hanya fokus pada buku, dalam
pembelajaran jangan hanya model konvensional tetapi juga
visual”(wawancara, NH. 17/09/15).
Menurut NI :
“Mengajukan bantuan ke kemenag. Belajar tidak hanya dengan
buku tetapi dimana saja kita berada” (wawancara, NI.
17/09/15).
Menurut SH :
“Cara memperbanyak sumber ajar membelikan buku bisa juga
internet” (wawancara, SH. 17/09/15).
d. Kompetensi Sosial
1) Menurut AJ selaku kepala sekolah, beliau mengatakan bahwa:
“Kalau sosial ada infak seiklasnya untuk subsidi anak-anak
tidak mampu, memiliki rasa keterbukaan, menjaga kejujuran
dan rasa saling menjaga” (wawancara, AJ. 18/09/15).
Menurut NH:
“Kepala sekolah memberi saran agar menjaga sikap, berbicara
santun, dan bekerjasama dalam kebaikan” (wawancara, NH.
18/09/15).
Menurut NI:
“Saling menghargai, bertingkah laku sopan, bertutur kata
santun” (wawancara, NI. 18/09/15).
Menurut SH:
“Kepala sekolah menganjurkan untuk saling bekerja sama,
saling tolong menolong. Hmmm intinya kita sebagai makluk
sosial bisa berinteraksi dengan baik mas” (wawancara, SH.
18/09/15).
2) Cara kepala sekolah dalam membangun hubungan guru agar
tetap harmonis
AJ selaku kepala sekolah menuturkan bahwa :
“Membiasakan bertutur kata yang santun, bertingkah laku yang
sopan, bergotong royong, membiasakan bersalaman kalau
waktu bertemu”(wawancara, AJ. 17/09/15).
Menurut NH:
“Selalu berkomunikasi, ramah, dan saling mengingatkan”
(wawancara, NH. 17/09/15).
Menurut NI:
“Tidak memisahkan kantor kepala sekolah dengan ruang guru
karena agar terbiasa, kalau ada guru yang keliru menegurnya
secara halus tidak di depan forum”(wawancara, NI. 17/09/15).
Menurut SH:
“Di bentuk kekeluargaan dan forum silaturahmi guru baik
formal maupun non formal”(wawancara, SH. 17/09/15).
3) Cara kepala sekolah agar guru selalu bertutur kata yang santun
terhadap sesama ataupun masyarakat
Menurut AJ selaku kepala sekolah, beliau mengatakan bahwa:
“Kalau guru dalam bertutur kata sudah baik semua mas, jadi
saya tidak ada penekanan khusus untuk itu”(wawancara,
17/09/15).
Menurut NH:
“Otomatis sudah santun karena sebagai guru MTs dan satu
yayasan dengan pondok pesantren”(wawancara, NH.
17/09/15).
Menurut NI:
“Kalau dalam bertutur kata disini sudah otomatis santun mas,
kalau ada ya waktu guyon”(wawancara, NI. 17/09/15).
Menurut SH:
“Alhamdulillah mas sudah santun semua”(wawancara,
17/09/15).
4) Cara kepala sekolah apabila ada guru baru, belum mampu
beradaptasi terhadap lingkungan kerja
Menurut AJ selaku kepala sekolah, beliau menuturkan bahwa:
“Saya kenalkan dengan guru maupun karyawan dan
lingkungan sekitar, mengikut sertakan dalam kegiatan”
(wawancara, AJ. 17/09/15).
Menurut NH :
“Komunikasi dan dikenalkan dengan lingkungan”(wawancara,
NH. 17/09/15).
Menurut NI:
“Cara membantu guru baru ya mengenalkan, mengikut
sertakan dalam kegiatan, gampang membaur karena merasa
dilibatkan” (wawancara, NI. 17/09/15).
Menurut SH:
“Lebih ditekankan pada pembinaan ahlaq”(wawancara, SH.
17/09/15).
3. Problematika yang Dihadapi Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan
Profesionalisme Guru dan Solusinya di MTs Assalafi Susukan.
a) Faktor yang menghambat pengembangan profesionalisme guru di
MTs Assalafi Susukan
AJ selaku kepala sekolah, beliau mengatakan bahwa faktor yang
menghambat adalah:
“Begini mas, kalau masalah faktor penghambat tentunya masih
banyak sekali terutama dari faktor internal seperti Latar belakang
pendidikan, kriteria dan watak guru, kurangnya semangat guru dan
kesejahteraan guru.
Kalau faktor eksternal itu ada lingkungan kerja guru, sarana belajar
mengajar, dan pengawasan dari atasan” (wawancara, AJ. 18/09/15).
Menurut NH:
“Menurut saya faktor yang menghambat pengembangan
profesionalisme guru ada banyak. Salah satunya kedisiplinan,
faktor kemampuan guru, faktor kepala sekolah dan faktor
lingkungan” (wawancara, NH. 18/09/15).
Menurut NI:
“Yang saya ketahui seperti faktor sarana dan prasarana,
kemampuan setiap guru, dan pengawasan dari kepala sekolah”
(wawancara, NI. 18/09/15).
Menurut SH:
“Hmmm...hambatan ya faktor internal dan eksternal mas. Faktor
internal seperti kepribadian guru, semangat kerja guru, kalau faktor
eksternal seperti lingkungan sekolah, pengawasan gitu mas”
(wawancara, SH. 18/09/15).
b) Upaya-upaya yang dilakukan kepala sekolah untuk mengatasi
hambatan pengembangan profesionalisme guru di MTs Assalafi
Susukan.
Upaya-upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam mengatasi
pengembangan profesionalisme guru
Menurut AJ selaku kepala sekolah, beliau menuturkan bahwa:
“Misalnya kalau ada guru yang terlambat saya memberlakuksn
hukuman, hukumannya potong gaji, itu dihitung berapa kali guru
terlambat dan nanti diakumulasikan setelah akhir bulan. Saya juga
memberi contoh yang baik” (wawancara, AJ. 18/09/15).
Menurut NH:
“Ya gini mas, kepala sekolah memberi contoh yang baik, kalau ada
guru yang kelirupun kepala sekolah menegur secara halus”
(wawancara, NH. 18/09/15).
Menurut NI:
“Biasanya kepala sekolah memberi suntikan motivasi agar guru
lebih bersemangat mas dan memberi nasehat kepada guru mas”
(wawancara, NI. 18/09/15).
Menurut SH:
“Begini mas beliau memberi hukuman kepada guru yang sering
terlambat berupa potongan gaji. Itu merupakan salah satu cara agar
disiplin waktu” (wawancara, SH. 18/09/15).
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Profesionalisme Guru
Prefesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan dan
kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan
pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata
pencaharian. Sementara itu guru yang profesional dalah guru yang
memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan ugas
pendidikan dan pengajaran.Kompetensidisinimeliputipengetahuan, sikap,
danketrampilan professional, baik yang bersifatpribadi, sosial,
maupunakademis. Dari uraian di
atasdapatditarikkesimpulanbahwapengertian guru professional adalah
orang yang
memilikikemampuandankeahliankhususdalambidangkeguruansehinggaiam
ampumelakukantugasdanfungsinyasebagai guru
dengankemampuanmaksimal. Guru yang professional adalah orang yang
terdidikdanterlatihdenganbaik, sertamemilikipengalaman yang kaya di
bidangnya (Kunandar, 2007: 45- 47 ).
Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan di MTs Assalafi
Susukan penulis dapat tergambarkan tentang profesionalisme guru:
1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian yang terjadi di MTs Assalafi Susukan
sudah baik, berdasarkan data yang saya peroleh guru dalam menerima
tamu sangat ramah, itu terbukti saat saya melaksanakan penelitian
disana pada 16 september 2015 guru menerima saya dengan ramah
tamah dan murah senyum. Dalam hal kedisiplinan yang saya amati
pada 21 september 2015 guru datang kesekolah tepat waktu karena jam
07.00 guru rutin melaksanakan sholat dhuha bersama-sama dengan
karyawan dan murid setiap pagi dihalaman sekolahan.
Keterangan ini sesuai dengan Asmani (2009: 155) guru yang
profesional adalah yang siap untuk memberikan bimbingan nurani dan
akhlak yang tinggi kepada muridnya. Karena dana pendidikan dana
pendidikan yang diberikan bersumber dari ketulusan hati, maka guru
benar-benar siap sebagi spiritual pertnerbagi muridnya.
2. Kompetensi Pedagogik
Berdasarkan hasil penelitian di MTs Assalafi Susukan, guru
membuat RPP sebelum mengajar, dalam kegiatan KBM guru
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Itu semua guru
sudah bisa dikatakan berhasil dalam kopetensi pedagogik guru.
Langkah-langkah tersebut sudah sesuai dengan Mulyasa (2008:
107) penggunaan tehnologi dalam pendidikan dan pembelajaran
dimaksutkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan
pembelajaran. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memiliki kemampuan
menggunakan dan mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu
sistem jaringan komputer yang dapat diakses oleh peserta didik. Oleh
karena itu seyogyanya guru dan calon guru dibekali dengan berbagai
kompetensi yang berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi sebagai teknologi pembelajaran.
3. Kompetensi Profesional
Dari hasil penelitian diketahui bahwa kompetensi profesional
guru MTs Assalafi Susukan. Guru dalam mengajar disesuaikan dengan
bidang keahliannya, menggunakan berbagai alat media, guru juga
memakai seragam yang telah ditetapkan sekolah tersebut.
Keterangan ini sesuai dengan Samana (1994: 61) guru
hendaknya menguasai bahan ajar wajib (pokok), bahan ajar pengayaan,
dan bahan ajar penunjang dengan baikuntuk keperluan pengajaran.
Guru hendaknya mampu menjabarkan serta mengorganisasi bahan ajar
secara sistematis, relevan dengan tujuan, selaras dengan perkembangan
mental siswa, selaras dengan tututan perkembangan ilmu serta
teknologi(mutakhir), dan dengan memeperhatikan kondisi serta
fasilitas yang ada di sekolah atau yang ada disekitar lingkungan
sekolah.
4. Kompetensi Sosial
Dari hasil penelitian tentang kompetensi sosial yang dilakukan
guru MTs Assalafi Susukan sudah baik misalnya dalam bertingkah
laku dan berkomunikasi guru melaksanakan secara sopan santun,
ramah dalam menerima tamu, ada infaq untuk subsidi anak tidak
mampu.
Langkah-langkah guru tersebut sudah berhasil dalam
kompetensi sosial guru, seperti pendapat yang disampaikan Lardizabal
(dalam Samana, 1994: 55) menyebutkan bahwa guru menghayati serta
mengamalkan nilai hidup (termasuk nilai-nilai moral dan keimanan).
Mengamalkan nilai hidup berarti guru yang bersangkutan dengan
situasi tahu, mau, dan melakukan perbuatan nyata yang baik yang
mendamaikan diri beserta lingkungan sosialnya.
B. Upaya-upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam mengembangkan
profesionalisme guru
1. Kompetensi Kepribadian
Dalam mengembangkan kompetensi kepribadian guru, kepala
sekolah berperan sebagai inovator, beliau berpesan untuk
memaksimalkan kinerja guru, memberi teladan kepada seluruh tenaga
kependidikan.
Keterangan ini sesuai dengan peran kepala sekolah sebagai
inovator yang diungkapkan oleh Mulyasa (2007:118 ) dalam rangka
melakukan peran dan fungsinya sebagai innovator, kepala sekolah
harus memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang
harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan
setiap kegiatan, memberikan teladan kepada seluruh tenaga
kependidikan disekolah, dan mengembangkan model-model
pembelajaran yang inovatif.
Dalam hal kedisiplinan penulis menemukan cara yang
diterapkan oleh kepala sekolah MTs Assalafi Susukan untuk mengatasi
keterlambatan kehadiran guru beliau menggunakan cara memberikan
sanksi kepada guru yang kurang disiplin, sanksi yang diterapkan
berupa pemotongan gaji. Tetapi sangat jarang ada guru yang terlambat
karena absensinya sudah menggunakan finger print sehingga guru rata-
rata jam 07.40 guru sudah dilokasi sekolahan.
Langkah kepala sekolah tersebut sesuai dengan peran kepala
sekolah sebagai administrasi personalia atau kepegawaian, seperti
pendapat yang disampaikan Danim dan Khairil, (2013:81) mereka
menyebutkan bahwa administrasi personalia bertujuan untuk
mendayagunakan tenaga guru secara efektif dan efisien untuk
mencapai hasil yang optimal.
Untuk menumbuhkan semangat kerja yang dilakukan kepala
sekolah yaitu memberikan motivasi dan menasehati secara harus
sehinnga mudah diterima oleh guru yang dinasehati. Kepala sekolah
juga bersedia membantu guru yang mengalami masalah dalam
kegiatan KBM maupun pribadi. Seperti yang diungkapkan Bafadal
(dalam Murti’ah, 2007: 95) beliau menyatakan bahwa kepala sekolah
harus bisa membina sikap personal profesional guru yaitu dengan
membantu dalam memecahkan keluh kesah guru. Keluh kesah guru
adalah suatu yang dialami dalam situasi kerja dimana seorang guru
merasa tidak nyaman. Seorang guru yang mengalami banyak masalah
akan berpengaruh terhadap semangat sebagai seorang pendidik.
2. Kompetensi Pedagogik
Dalam mengembangkan kompetensi pedagogik guru di MTs
Assalafi Susukan upaya yang dilakukan kepala sekolah adalah
berperan sebagai informan yang memberikan informasi terbaru
kepada guru untuk senantiasa mengembangkan diri membaca buku
atau membaca dari sumber yang lain, kepala sekolah juga melakukan
pengawasan terhadap kinerja guru. Kepala sekolah melakukan
kunjungan kelas, memberikan saran untuk mengikuti organisasi
keguruan dan memberi waktu kepada guru untuk mengikuti kegiatan
MGMP, pelatihan, seminar dan sebagainya.
Upaya kepala sekolah untuk mengembangkan kompetensi
pedagogik sudah tepat. Cara ini sesuai dengan yang disampaikan oleh
Asmani (2012: 37) beliau menyampaikan bahwa dalam rangka
melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer. Kepala sekolah perlu
meiliki strategi yang tepat untuk pemberdayaan guru dan tenaga
kependidikan melaui persaingan dalm kebersamaan, memberi
kesempatan kepada guru dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya, mendorong keterlibatan seluruh guru dan tenaga
kependidikan dalam berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik
yang dilaksanakan di sekolah seperti MGMP tingkat sekolah. Kegiatan
yang berada diluar sekolah misalnya dengan memberikan kesempatan
melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan
yang diselenggarakan pihak lain.
Upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam membantu guru
yang mengalami masalah yaitu beliau siap membantu untuk mencari
solusi yang terbaik. Kepala sekolah tidak keberatan sama sekali ketika
ada guru yang minta bantuannya.
Upaya tersebut merupakan salah satu fungsi kepemimpinan
kepala sekolah yang dijelaskan (dalam rohani dan ahmadi, 1991: 89-
100) dalam buku tersebut dijelaskan bahwa kepemimpinan kepala
sekolah berfungsi untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah,
baik secara personal maupun kelompok dengan memberikan saran
dalam mengatasinya.
Salah satu cara yang dilakukan dalam pembinaan kompetensi
pedagogik guru di MTs Assalafi Susukan yaitu dengan melakukan
monitoring, observasi, kunjungan kelas dan pemeriksaan administrasi.
Tindakan tersebut mencerminkan peran kepala sekolah sebagai
administrator dan sesuai dengan pendapat yang dikatakan oleh Danim
dan Khairil, (2013:81) administrator adalah orang yang menjalankan
kegiatan administrasi. Kepala sekolah sebagai administrator memiliki
hubungan erat dengan berbagai aktifitas administrasi sekolah baik dari
pendekatan fungsional maupun pendekatan substansial. Secara
fungsional, kepala sekolah harus mampu merencanakan,
mengorganisasikan, menata staf, melaksanakan, mengawasi,
mengendalikan, mengevaluasi, dan melakukan tindak lanjut. Secara
substansial kepala sekolah harus mampu mengelolakurikulum,
ketenagaan, kesiswaan, hubungan kemasyarakatan, layanan khusus,
administrasi kearsipan, dan administrasi keuangan.
3. Kompetensi Profesional
Dalam mengembangkan kompetensi profesional guru, upaya
yang dilakukan kepala sekolah adalah guru yang belum memiliki
kualifikasi S1 dianjurkan untuk menyelesaikan S1 nya dengan jalur
beasiswa maupun reguler, mengikut sertakan dalam seminar, kepala
sekolah memberi kesempatan untuk mengembangkan diri dan
mengikuti pelatihan-pelatihan yang bermanfaat, kepala sekolah
memberi pengarahan agar mengembangkan kemampuan yang dimiliki,
banyak menambah sumber pengetahuan salah satunya dengan banyak
membaca buku, untuk guru yang sertifikasi diwajibkan mempunyai
analisis pembelajaran, buku kepribadian anak.
Upaya kepala sekolah untuk mengembangkan kompetensi
pedagogik sudah tepat. Cara ini sesuai dengan yang disampaikan oleh
Asmani (2012: 37) beliau menyampaikan bahwa dalam rangka
melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer. Kepala sekolah perlu
meiliki strategi yang tepat untuk pemberdayaan guru dan tenaga
kependidikan melaui persaingan dalm kebersamaan, memberi
kesempatan kepada guru dan tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya, mendorong keterlibatan seluruh guru dan tenaga
kependidikan dalam berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik
yang dilaksanakan di sekolah seperti MGMP tingkat sekolah. Kegiatan
yang berada diluar sekolah misalnya dengan memberikan kesempatan
melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan
yang diselenggarakan pihak lain.
Upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam membagi tugas
mengajar yaitu disesuaikan dengan kualifikasi yang dimiliki oleh guru,
kualifikasi ini diperkuat oleh penuturan NH dan SH yang mengatakan
bahwa pembagian tugas mengajar menyesuaikan dengan kualifikasi
tersebut.
Langkah ini sesuai dengan peran kepala sekolah sebagai manajer
seperti yang terdapat dalam buku (Danim dan Khairil, 2013: 80)
disebutkan bahwa kepala sekolah harus mampumengoptimasi dan
mengakses sumberdaya sekolah untuk mewujudkan visi, misi dan
mencapai tujuannya.
4. Kompetensi Sosial
Dalam mengembangkan kompetensi sosial guru, yang
diupayakan kepala sekolah adalah dengan mengadakan infak
seiklasnya untuk subsidi anak-anak tidak mampu, memiliki rasa
keterbukaan, menjaga kejujuran dan rasa saling menjaga, kepala
sekolah memberi saran agar menjaga sikap, berbicara santun, dan
bekerjasama dalam kebaikan, bermusyawarah apabila ada
permasalahan untuk mencari solusinya ini juga akan meletih guru
untuk pandai berbicara dihadapan orang banyak dan meltih untuk
berani mengutarakan pendapat.
Kepala sekolah juga mencoba untuk melatih kecakapan
berbicara guru dengan berdiskusi. Karena kecakapan berbicara sangat
penting bagi guru dalam KBM. Dengan kecakapan berbicara dapat
memberikan manfaat untuk menyakinkan, mempengaruhi, atau
menjadi penguatan suatu materi yang disampaikan kepada peserta
didik. Pernyataan tersebut sesuai dengan fungsi kepemimimpinan
kepala sekolah sekolah yang dikemukakan oleh Rohani dan Ahmadi,
(1991: 89-90) bahwa kepemimpinan kepala sekolah berfungsi untuk
mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berfikir dan
mengeluarkan pendapat, baik secara perseorangan ataupun kelompok
dalam menetapkan keputusan yang mampu memenuhi aspirasi di
dalam sekolah.
C. Problematika yang dihadapi kepala sekolah dalam mengembangkan
profesionalisme guru dan solusinya di MTs Assalafi Susukan.
1. Problematika atau faktor penghambat yang dihadapi kepala sekolah
dalam mengembangkan profesionalisme guru di MTs Assalafi
Susukan.
Faktor penghambat yang dialami oleh AJ selaku kepala sekolah
MTs Assalafi Susukan adalah ada dua faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal disini adalah faktor yang bersumber
dari dalam diri guru tersebut seperti Latar belakang pendidikan,
kriteria dan watak guru, dan kesejahteraan guru. Faktor-faktor itulah
yang bisa menghambat pengembangan profesionalisme guru. Maka
dari itu dalam pembinaan guru perlu adanya kerjasama antara guru
dengan kepala sekolah agar tujuan yang di cita-citakan dapat terwujud.
Tidak jauh berbeda dengan yang dikatakan oleh Mufarriah, (2010:
159-161) beliau mengatakan : Faktor yang menghambat bersumber
dari dalam guru tersebut atau internal adalah seperti Latar belakang
pendidikan, kriteria dan watak guru, kurangnya semangat guru tersebut
dalam meningkatkan kualiatas dirinya. Kemudian yang termasuk
faktor eksternal adalah lingkungan kerja guru, sarana belajar mengajar,
dan pengawasan dari atasan.
2. Solusi atau Upaya-upaya yang Dilakukan Kepala sekolah Untuk
Mengatasi Pengembangan Profesionalisme Guru di MTs Assalafi
Susukan.
Dalam mengatasi hambatan yang dilakukan kepala sekolah
adalah memberi suntikan motivasi agar guru lebih bersemangat dan
memberi nasehat kepada guru. Kepala sekolah selalu siap dalam
membatu guru yang mengalami masalah.
Menurut penuturan dari beberapa guru yang saya wawancarai
mengatakan bahwa kepala sekolah memberi suntikan motivasi,
memberi masukan, menasehati dan kepala sekolah selalu siap
membantu guru yang mempunyai masalah KBM maupun pribadi.
Untuk faktor penghambat dari luar kepala sekolah mengupayakan agar
guru meningkatkan kedisiplinan. Misalnya kedisiplinan guru, kepala
sekolah menerapkan sistem pemotongan gaji dan hasil pemotongan
gaji tersebut uangnya digunakan untuk tambahan khas sarana dan
prasarana sekolah. Dilihat dari beberapa pernyataan tersebut, kepala
sekolah telah berusaha dan tetap mencoba untuk menyelesaikan
masalah atau hambatan yang ada dalam proses pembinaan dan
pengembangan profesionalisme guru.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang “upaya-upaya kepala sekolah
dalam mengembangkan profesionalisme guru” di MTs Assalafi Susukan
Kabupaten Semarang, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Profesionalisme guru di MTs Assalafi sudah baik dalam hal
kepribadian, sudah bisa dikatakan menjadi suri tauladan yang baik.
Kompetensi pedagogik guru juga sudah baik terbukti semua sudah
memenuhi kualifikasi S1. Kompetensi profesionalnya pun juga sudah
baik, guru mampu memahami pembelajaran dengan baik. Juga
memiliki kepekaan sosial yang sangat tinggi.
2. Kepala sekolah MTs Assalafi Susukan sudah bisa dikatakan berhasil
dalam mengembangkan profesionalisme guru.
a. Kompetensi Kepribadian
Dalam melaksanakan pengembangan kompetensi
kepribadian yang dilakukan kepala sekolah adalah guru harus
disiplin, kalau ada yang terlambat maka akan diberi sanksi. Kepala
sekolah memberi motivasi terhadap guru dan nasehat yang terbaik.
b. Kompetensi Pedagogik
Dalam pengembangan kompetensi pedagogik guru maka
yang dilakukan kepala sekolah membantu memecahkan masalah
yang dihadapi guru baik personal maupun kelompok,
mengikutsertakan guru dalam kegiatan MGMP, seminar, pelatihan
dll.
c. Kompetensi Profesional
Dalam melaksanakan pengembangan kompetensi
profesional kepala sekolah kepala sekolah memberi tugas mengajar
sesuai bidang yang dimiliki guru. Mengikutsertakan guru dalam
kegiatan MGMP, seminar, pelatihan dsb.
d. Kompetensi Sosial
Dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan
kompetensi sosial yang dilakukan kepala sekolah adalah
menganjurkan bertutur kata yang santun serta bertingkah laku yang
ramah, membiasakan saling bersalaman waktu bertemu dan
bertegur sapa selalu senyum.
3. Faktor yang menghambat pengembangan profesionalisme guru dan
solusi yang dihadapi kepala sekolah di MTs Assalafi Susukan
Kabupaten Semarang.
a. Faktor Penghambat
1) Faktor Internal Seperti:
Latar belakang pendidikan, kriteria dan watak guru.
2) Faktor Eksternal Seperti:
Lingkungan kerja guru dan sarana belajar mengajar.
b. Solusi yang dilakukan kepala sekolah dalam mengatasi hambatan-
hambatan tersebut
a. Memberi kesempatan untuk mecari ilmu diluar sekolah atau
melanjutkan studinya.
b. Memberlakukan finger print
c. Pemotongan gaji bagi guru yang tidak disiplin
B. Saran
Sarana dan prasaran di MTs Assalafi sebagai penunjang kegiatan
pembelajaran agar lebih dilengkapi, sehingga kebutuhan belajar siswa
dapat terpenuhi dan tidak ada kendala.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Asdiqoh, Siti. 2013. Etika Profesi Keguruan. Yogyakarta: Trust Media
Publishing.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan
Profesional. Jogjakarta. Power Books.
______. 2010. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif & Inofatif. Jogjakarta: Diva
Press.
______. 2012. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif & Inofatif. Jogjakarta: Diva
Press.
Danim, Sudarwan dan Khairil. 2013. Profesi Kependidikan. Bandung: Alfabeta
CV.
Daryanto. 2008. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Imam, Suprayogo dan Tobroni. 2003. Metodologi Sosial Agama. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Kunandar.2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
_______. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Marno dan Idris. 2010. Strategi & Metode Pengajaran. Jogjakarta: AR-Ruzz
Media Group.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. 2005.Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
dan Menyenangkan. PT: Remaja Rosdakarya.
_______. 2007. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
_______. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
_______. 2011. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Rohani, Ahmad. 1991. Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Samana, A. 1994. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Kanisus.
Saroni, Muhammad. 2006. Manajemen Sekolah Kiat Menjadi Pendidik Yang
Kompeten. Jogjakarta: AR-Ruzz Media.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif
dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Profil Responden
a. Ahmad Jamsuki, S.Ag.
Beliau merupakan kepala sekolah MTs Assalafi Susukan
juga mengajar sebagai guru fiqih, beralamatkan di Desa Trian,
Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Beliau merupakan
lulusan S1 Syariah di Tribakti kediri.
b. NurHabib, S.Kom
Beliau adalah guru TIK beralamatkan di Desa Kenteng,
Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.
c. Nur Istiqomah, S.Pd.I
Beliau adalah guru Bahasa Inggris beralamatkan di Karang
Tengah Tuntang.
d. Sri Haryanti, S.Pd
Beliau adalah guru Matematika beralamatkan di Susukan,
Kab. Semarang.
Narasumber : Ahmad Jamsuki, S.Ag.
Alamat : Desa Trian, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang
Guru/Jabatan : Guru Fiqh/Kepala Sekolah
Waktu Wawancara : 17 Sampai 18 September 2015
Peneliti :Assalamualaikum
Narasumber :Waalaikumsalam. Ada perlu apa mas?
Peneliti :Ini saya Agus dari IAIN Salatiga mau penelitian tentang upaya-
upaya kepala sekolah dalam mengembangkan profesionalisme guru
di MTs sini untuk menyelesaikan skripsi, apakah bapak memberi
izin untuk melakukan penelitian disini?
Narasumber :O ya mas, silahkan
Peneliti :Langsung saja iya pak?
Narasumber :Iya mas, apa yang ditanyakan?
Peneliti :Bagaimana cara bapak agar guru datang kesekolah tepat waktu?
Narasumber :Sebagai orang yang diberi kepercayaan dari yayasan untuk
memimpin sekolah, saya sebagai kepala sekolah mempunyai
tanggung jawab besar mengelola sekolah dengan baik agar
menghasilkan lulusan yang berkualitas serta bermanfaat bagi
bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan tersebut salah satu yang
perlu diperhatikan adalah profesionalisme guru, karena dengan
guru yang profesional tentunya akan menghasilkan lulusan dengan
kualitas unggul. Guru yang profesional adalah orang yang
mempunyai kemampuan dan mempunyai keahlian khusus dalam
bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Absensinya
disini dengan finger print jadi secara otomatis guru akan datang
kesekolah dengan tepat waktu.
Peneliti :Bagaimana cara bapak menumbuhkan semangat kerja dan
tanggung jawab para guru terhadap pekerjaan mereka?
Narasumber :Cara saya menumbuhkan semangat kerja dan tanggung jawab para
guru terhadap pekerjaan mereka disini saya memberi contoh
disiplin, guru saya minta administrasinya dan saya memonitoring.
Peneliti :Bagaimana cara bapak untuk menjadiakan para guru supaya
menjadi contoh yang baik bagi siswanya?
Narasumber :Yang kalau saya tidak ada penekanan kusus buat para guru, karena
kalaau menurut saya guru sudah tau bagaiamana harus bersikap
terhadap sesama ataupun terhadap siswanya.
Peneliti :Bagaimana cara bapak untuk membantu guru yang kesulitan
dalam memahami keberagaman siswa siswinya?
Narasumber :Untuk memahami karakter tiap peserta didik memang
membutuhkan waktu yang tidak singkat, terutama dalam kegiatan
pembelajaran. Maka saya menghimbau kepada bapak/ibu guru
untuk lebih inovatif dan kreatif.Agar siswa/siswinya tertarik
terhadap mata peljaran tersebut.
Peneliti :Bagaimana cara bapak agar guru membuat RPP sebelum mengajar
Narasumber :Kalau saya harus ngecek setiap hari spertinya tidak mungkin mas,
karena saya pasti juga ada keperluan yang lain dan pastinya guru
tidak membuat RPP setiap hari. Jadi untuk RPP saya selalu adakan
rapat sekali dalam sebulan.
Peneliti :Bagaimana cara bapak dalam membantu menyelesaikan masalah
yang dihadapai para guru dalam kegiatan belajar mengajar?
Narasumber :Bagi guru yang mengalami kesulitan saya terbuka kalau mau
minta bantuan terhadap saya. Kalau saya bisa membantu saya akan
membantu sehingga masalah yang dihadapi bisa terpecahkan.
Peneliti :Bagaiman cara bapak dalam melakukan kunjungan kelas?
Narasumber :Kunjungan kelas ya, saya lakukan saya lakukan secara acak agar
saya bisa mengetahui kesiapan guru saat mengajar.
Peneliti :Bagaiman cara bapak dalam mengontrol dan mengoreksi
pekerjaan guru?
Narasumber :Saya memeriksa cara mengajar, metode yang digunakan guru,
melihat jurnal, apakah guru sudah melaksanakan tugasnya atau
belum.
Peneliti :Upaya apa yang bapak lakukan apabila ada guru yang belum
memiliki kualifikasi S1?
Narasumber : Alhamdulillah mas, kebetulan di sini guru sudah S1 semua. Kalau
karyawan ada yang belum S1 saya ikutkan beasiswa.
Peneliti :Bagaiman cara bapak dalam mengatur pembagian tugas kepada
guru dalam mengajar ataupun administrasi sekolah?
Narasumber :Saya sesuaikan dengan bidang dan kemampuan yang dia miliki.
Karena memang saya usahakan seperti itu.
Peneliti :Apa yang bapak lakukan dalam memperbanyak sumber Belajar?
Narasumber :Iya buku-buku diperpustakaan saya tambah agar lebih banyak.
Peneliti :Bagaiman cara bapak dalam membangun hubungan guru agar
tetap harmonis?
Narasumber :Membiasakan bertutur kata yang santun, bertingkah laku yang
sopan, bergotong royong, membiasakan bersalaman kalau waktu
bertemu.
Peneliti :Bagaiman cara bapak agar guru selalu bertutur kata yang santun
terhadap sesama ataupun masyarakat?
Narasumber :Kalau guru dalam bertutur kata sudah baik semua mas, jadi saya
tidak ada penekanan khusus untuk itu.
Peneliti :Bagaimana cara bapak apabila ada guru baru, belum mampu
beradaptasi terhadap lingkungan kerja?
Narasumber :Saya kenalkan dengan guru maupun karyawan dan lingkungan
sekitar, mengikut sertakan dalam kegiatan.
Peneliti :Faktor apa yang menghambat pengembangan profesionalisme guru
di MTs Assalafi Susukan?
Narasumber :“Begini mas, kalau masalah faktor penghambat tentunya masih
banyak sekali terutama dari faktor internal seperti Latar belakang
pendidikan, kriteria dan watak guru, kurangnya semangat guru dan
kesejahteraan guru.
Kalau faktor eksternal itu ada lingkungan kerja guru, sarana belajar
mengajar, dan pengawasan dari atasan.
Peneliti :Upaya-upaya apa yang bapak lakukan dalam mengatasi
pengembangan profesionalisme guru?
Narasumber :Misalnya kalau ada guru yang terlambat saya memberlakuksn
hukuman, hukumannya potong gaji, itu dihitung berapa kali guru
terlambat dan nanti diakumulasikan setelah akhir bulan dan uang
dari hasil pemotongan gaji tersebut saya gunakan untuk
penambahan kas sarana dan prasarana. Saya juga memberi contoh
yang baik.
Peneliti :Terima kasih pak atas izin yang bapak berikan terhadap saya dan
telah menerima saya dengan baik.
Narasumber :Iya mas sama-sama, semoga bermanfaat dan menjadi Sarjana.
Butuh guru berapa lagi mas?Saya carikan.
Peneliti :Amin. Tiga lagi pak “Beliau memanggilkan guru yang tidak ada
jadwal mengajar”.
Narasumber : Nur Habib, S.Kom.
Alamat : Desa Kenteng, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang
Jabatan : Guru TIK
Waktu Wawancara : 17 Sampai 18 September 2015
Peneliti :Assalamualaikum
Narasumber :Waalaikumsalam. Ada yang bisa saya bantu?
Peneliti :Iya pak. Ini saya Agus dari IAIN Salatiga mau penelitian tentang
upaya-upaya kepala sekolah dalam mengembangkan
profesionalisme guru di MTs sini untuk menyelesaikan skripsi,
apakah bapak memberi izin untuk melakukan penelitian disini?
Narasumber : O ya mas, silahkan
Peneliti : Langsung saja iya pak?
Narasumber : Iya mas, apa yang ditanyakan?
Peneliti : Bagaimana cara kepala sekolah agar guru datang kesekolah tepat
waktu?
Narasumber : Begini mas, kepala sekolah datang lebih pagi, keliling memeriksa
kehadiran guru dan memberi sangsi bagi guru yang terlambat
Peneliti :Bagaimana car kepal sekolah dalam menumbuhkan semangat
kerja dan tanggung jawab para guru terhadap pekerjaan mereka?
Narasumber :Ya kepala sekolah hanya sekedar memberi motivasi terhadap
guru-guru, memberi contoh disiplin dan guru diminta
administratornya.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah untuk menjadiakan para guru
supaya menjadi contoh yang baik bagi siswanya?
Narasumber :Singkron juga dengan progam kepala sekolah, guru, karyawan
bersama murid-murid melaksanakan sholat dhuha setiap pagi,
bersih lingkungan setiap satu minggu sekali.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah untuk membantu guru yang
kesulitan dalam memahami keberagaman siswa siswinya?
Narasumber : Gini mas, tiap guru kan mempunyai karakter masing-masing jadi
kepala sekolah hanya menekankan dalam kegiatan pembelajaran
agar lebih menarik sehingga siswa/siswinya tidak jenuh terhadap
pelajaran.
Peneliti :Bagaimana cara kepal sekolah agar guru membuat RPP sebelum
mengajar?
Narasumber :Untuk RPP diadakan rapat bulanan dan kepala sekolah selalu
mengingatkan karena kepala sekolah mewajibkan harus membuat
RPP sebelum mengajar.
Peneliti :Bagaimana cara kepal sekolah dalam membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapai para guru dalam kegiatan belajar
mengajar?
Narasumber :Apabila guru mengalami masalah kepala sekolah akan membantu
secara langsung face to face untuk mencari solusi yang tepat.
Peneliti :Bagaiman cara kepala sekolah dalam melakukan kunjungan kelas?
Narasumber : Kunjungan kelas hanya monitoring saat pergantian jam pelajaran
Peneliti :Bagaiman kepal sekolah dalam mengontrol dan mengoreksi
pekerjaan guru?
Narasumber : Sudah ada instrumen penilaian kinerja guru.
Peneliti :Upaya apa yang kepal sekolah lakukan apabila ada guru yang
belum memiliki kualifikasi S1?
Narasumber :Kepala sekolah menganjurkan untuk segera menyelesaikan S1
nya. Kebetulan disini yang guru sudah S1 semua mas.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah dalam mengatur pembagian tugas
kepada guru dalam mengajar ataupun administrasi sekolah?
Narasumber :Pembagian tugas dari kurikulum dan untuk tugas lainnya
disesuaikan dengan kemampuannya.
Peneliti :Apa yang kepal sekolah lakukan dalam memperbanyak sumber
Belajar?
Narasumber :Guru dihimbau jangan hanya fokus pada buku, dalam
pembelajaran jangan hanya model konvensional tetapi juga visual
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah dalam membangun hubungan guru
agar tetap harmonis?
Narasumber :Selalu berkomunikasi, ramah, dan saling mengingatkan.
Peneliti :Bagaiman cara kepala sekolah agar guru selalu bertutur kata yang
santun terhadap sesama ataupun masyarakat?
Narasumber :Otomatis sudah santun karena sebagai guru MTs dan satu yayasan
dengan pondok pesantren
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah apabila ada guru baru, belum
mampu beradaptasi terhadap lingkungan kerja?
Narasumber : Komunikasi dan dikenalkan dengan lingkungan.
Peneliti :Faktor apa yang menghambat pengembangan profesionalisme guru
di MTs Assalafi Susukan?
Narasumber :Menurut saya faktor yang menghambat pengembangan
profesionalisme guru ada banyak. Salah satunya kedisiplinan,
faktor kemampuan guru, faktor kepala sekolah dan faktor
lingkungan.
Peneliti :Upaya-upaya apa yang kepala sekolah lakukan dalam mengatasi
pengembangan profesionalisme guru?
Narasumber :Ya gini mas, kepala sekolah memberi contoh yang baik, kalau ada
guru yang kelirupun kepala sekolah menegur secara halus.
Peneliti :Terima kasih pak atas waktu yang bapak luangkan terhadap saya.
Narasumber :Iya mas sama-sama.
Narasumber : Nur Istiqomah, S.Pd.I.
Alamat : Karang Tengah, Tuntang
Jabatan : Guru Bahasa Inggris
Waktu Wawancara : 17 Sampai 18 September 2015
Peneliti :Assalamualaikum
Narasumber :Waalaikumsalam. Ada perlu apa mas?
Peneliti :Ini saya Agus dari IAIN Salatiga mau penelitian tentang upaya-
upaya kepala sekolah dalam mengembangkan profesionalisme guru
di MTs sini untuk menyelesaikan skripsi,
Narasumber : Silahkan mas
Peneliti : Langsung saja iya Bu?
Narasumber : Iya mas, apa yang mau ditanyakan?
Peneliti : Bagaimana cara kepala sekolah agar guru datang kesekolah tepat
waktu?
Narasumber :hmmmz gini mas, kepala sekolah memberi contoh yaitu dengan
datang pagi secara otomatis guru termotivasi dan absensi dengan
finger print.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah dalam menumbuhkan semangat
kerja dan tanggung jawab para guru terhadap pekerjaan mereka?
Narasumber : Hmmmzzz apa ya, gini mas diadakannya supervisi dan perbulan
ada monitoring kepala sekolah juga memberi suntikan motivasi,
baik secara individu maupun secara kelompok.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah untuk menjadiakan para guru
supaya menjadi contoh yang baik bagi siswanya?
Narasumber : Begini mas, kalau disini guru sudah tau tata cara guru dengan
guru, guru dengan murid, dan guru terhadap kepala sekolah.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah untuk membantu guru yang
kesulitan dalam memahami keberagaman siswa siswinya?
Narasumber : Kepala sekolah hanya menekankan bahwa dalam KBM guru
dituntut agar semenarik mungkin dalam menyamoaikan materi agar
siswa/siswinya tidak jenuh sehingga bisa tercapainya pembelajaran
yang efektif.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah agar guru membuat RPP sebelum
mengajar?
Narasumber :Guru disuruh membuat RPP lalu diajaukan ke kepala sekolah
setelah di tandatangani oleh kepala sekolah selanjutnya
dikembaliakan.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah dalam membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapai para guru dalam kegiatan belajar
mengajar?
Narasumber :Apabila guru mengalami masalah kepala sekolah akan membantu
secara langsung face to face untuk mencari solusi yang tepat.
Peneliti :Bagaiman cara kepala sekolah dalam melakukan kunjungan kelas?
Narasumber :Jadwal kunjungan kelas memang sudah ada namun kepala
sekolah tidak berpatokan pada jadwal tersebut agar guru sewaktu-
waktu selalu siap.
Peneliti :Bagaimana kepala sekolah dalam mengontrol dan mengoreksi
pekerjaan guru?
Narasumber : Kepala sekolah memeriksa cara mengajar, metode apa yang saya
gunakan, serta melihat jurnal.
Peneliti :Upaya apa yang kepala sekolah lakukan apabila ada guru yang
belum memiliki kualifikasi S1?
Narasumber : Ada progam atau beasiswa S1 mas, kepala sekolah memberi
informasi dan memotivasi untuk ikut.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah dalam mengatur pembagian tugas
kepada guru dalam mengajar ataupun administrasi sekolah?
Narasumber : Di tiap rapat awal tahun pendataan guru ada brp? Mata pelajaran
yang kurang apa saja? Bila ada guru yang jam nya kurang, maka
diambilkan jam guru yang sisa di anggap masih linear.
Peneliti :Apa yang kepala sekolah lakukan dalam memperbanyak sumber
Belajar?
Narasumber :Mengajukan bantuan ke kemenag. Belajar tidak hanya dengan
buku tetapi dimana saja kita berada.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah dalam membangun hubungan guru
agar tetap harmonis?
Narasumber : Tidak memisahkan kantor kepala sekolah dengan ruang guru
karena agar terbiasa, kalau ada guru yang keliru menegurnya
secara halus tidak di depan forum.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah agar guru selalu bertutur kata yang
santun terhadap sesama ataupun masyarakat?
Narasumber :Otomatis sudah santun karena sebagai guru MTs dan satu yayasan
dengan pondok pesantren
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah apabila ada guru baru, belum
mampu beradaptasi terhadap lingkungan kerja?
Narasumber : Komunikasi dan dikenalkan dengan lingkungan.
Peneliti :Faktor apa yang menghambat pengembangan profesionalisme guru
di MTs Assalafi Susukan?
Narasumber :Yang saya ketahui seperti faktor sarana dan prasarana,
kemampuan setiap guru, dan pengawasan dari kepala sekolah.
Peneliti :Upaya-upaya apa yang kepala sekolah lakukan dalam mengatasi
pengembangan profesionalisme guru?
Narasumber :Biasanya kepala sekolah memberi suntikan motivasi agar guru
lebih bersemangat mas dan memberi nasehat kepada guru mas.
Peneliti :Terima kasih bu, atas waktu yang ibu berikan.
Narasumber :Iya mas, sama-sama.
Narasumber : Sri Haryanti, S.Pd.
Alamat : Susukan, Kabupaten Semarang.
Jabatan : Guru Matematika
Waktu Wawancara : 17 Sampai 18 September 2015
Peneliti :Assalamualaikum
Narasumber :Waalaikumsalam. Bagaimana mas?
Peneliti :Ini saya Agus dari IAIN Salatiga mau penelitian tentang upaya-
upaya kepala sekolah dalam mengembangkan profesionalisme guru
di MTs sini untuk menyelesaikan skripsi.
Narasumber : Silahkan mas
Peneliti : Langsung saja iya Bu?
Narasumber : Iya mas, mau tanya apa?
Peneliti : Bagaimana cara kepala sekolah agar guru datang kesekolah tepat
waktu?
Narasumber :Iya disini absensinya dengan finger print, jadi guru sangat jarang
ada yang terlambat bahkan bisa dikatakan tidak ada guru yang
terlambat kalau tidak ada halangan yang mendadak.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah dalam menumbuhkan semangat
kerja dan tanggung jawab para guru terhadap pekerjaan mereka?
Narasumber : Mengadakan supervisi setiap sebulan sekali.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah untuk menjadiakan para guru
supaya menjadi contoh yang baik bagi siswanya?
Narasumber :Kepala sekolah mengingatakan agar sopan kepada siapa saja,
khususnya kalau masih dilingkungan sekolah.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah untuk membantu guru yang
kesulitan dalam memahami keberagaman siswa siswinya?
Narasumber :Yang dilakukan kepala sekolah Cuma memberikan pengarahan
saja, beliau bersedia membatu saya kalau mengalami kesulitan.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah agar guru membuat RPP sebelum
mengajar?
Narasumber :RPPnya diminta, ditandatangani dan sering mengadakan supervisi.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah dalam membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapai para guru dalam kegiatan belajar
mengajar?
Narasumber :Kalau sudah ada pengaduan, kepala sekolah baru bisa membantu
memecahkan masalahnya, dan beliau selalu siap untuk membantu.
Peneliti :Bagaiman cara kepala sekolah dalam melakukan kunjungan kelas?
Narasumber : Kunjungan kelas telah di jadwal oleh humas.
Peneliti :Bagaimana kepala sekolah dalam mengontrol dan mengoreksi
pekerjaan guru?
Narasumber : Perangkat diminta dan ditandatangani setiap akhir tahun.
Peneliti :Upaya apa yang kepala sekolah lakukan apabila ada guru yang
belum memiliki kualifikasi S1?
Narasumber : Suruh kuliah lagi lewat jalur biasa maupun reguler.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah dalam mengatur pembagian tugas
kepada guru dalam mengajar ataupun administrasi sekolah?
Narasumber :Di buatkan SK pembagian tugas dan jadwal mengajar dan di
sesuaikan dengan kualifikasi yang dimilikinya
Peneliti :Apa yang kepala sekolah lakukan dalam memperbanyak sumber
Belajar?
Narasumber :Cara memperbanyak sumber ajar membelikan buku bisa juga
internet.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah dalam membangun hubungan guru
agar tetap harmonis?
Narasumber : Di bentuk kekeluargaan dan forum silaturahmi guru baik formal
maupun non formal.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah agar guru selalu bertutur kata yang
santun terhadap sesama ataupun masyarakat?
Narasumber : Alhamdulillah mas sudah santun semua.
Peneliti :Bagaimana cara kepala sekolah apabila ada guru baru, belum
mampu beradaptasi terhadap lingkungan kerja?
Narasumber : Lebih ditekankan pada pembinaan ahlaq.
Peneliti :Faktor apa yang menghambat pengembangan profesionalisme guru
di MTs Assalafi Susukan?
Narasumber : Hmmm...hambatan ya faktor internal dan eksternal mas. Faktor
internal seperti kepribadian guru, semangat kerja guru, kalau faktor
eksternal seperti lingkungan sekolah, pengawasan gitu mas
Peneliti :Upaya-upaya apa yang kepala sekolah lakukan dalam mengatasi
pengembangan profesionalisme guru?
Narasumber :Begini mas beliau memberi hukuman kepada guru yang sering
terlambat berupa potongan gaji. Itu merupakan salah satu cara agar
disiplin waktu.
Peneliti :Terima kasih bu.
Narasumber :Iya mas. Sama sama.
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Agus Yulis Setiyawan Jurusan : Tarbiyah
NIM : 111-11-211 Progdi : PAI
P.A. : Mufiq, S.Ag., M.Phil.
No. Jenis Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai
1 Orientasi Pengenalan
Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK)
STAIN Salatiga
20-22 Agustus
2011
Peserta
3
2 Orientasi Dasar Keislaman
(ODK) STAIN Salatiga
24 Agustus 2011 Peserta 2
3 User Education
(pendidikan pemakai)
19 September
2011
Peserta 2
4 Enterpreneurship dan
koperasi
25 Agustus 2011 Peserta 2
5 Talkshow Pra Nikah
dengan tema “Menjemput
Jodoh Impian”
09 November
2014
Peserta 2
6 Fenomena Islam di
Salatiga
28 November
2014
Peserta 2
7 PAB (penerimaan anggota
baru) JQH AL-FURQON
STAIN Salatiga
13-14 Desember
2014
Peserta 2
8 Meraih Kesuksesan dengan
Berwirausaha
21 Desember 2014 Peserta 2
9 Seminar Regional dengan
Tema “Menuju Pendidikan
Indonesia yang ideal”
24 Febuari 2014 Peserta 4
10 (AMT) Membangun
Mahasiswa Cerdas Emosi,
Spiritual, dan Intelektual
23 Agustus 2011 Peserta 2
11
Talkshow dengan Tema
“Ciptakan Karakter
Mahasiswa Religius dan
Berahlaq Mulia
19 September
2014
Peserta 2
12 Public Hearing “Meniti
Langkah Baru IAIN
Salatiga”
13 Juni 2015 Peserta 2
13 Sosialisasi Progam
Pendewasaan Usia
Perkawinan (PUP)
12 Juni 2015 Peserta 2
14 Piagam Penghargaan
“Pesantren Kilat SMP N 9”
11 Juli 2015 Pemateri 4
15 Workshop Nasional
“Sukses Akademik, Sukses
Bakat dan Hidup
Bermartabat dengan
Karya”
16 Desember 2014 Peserta 8
16 Kejuaraan Wushu Putra
Nusantara Cup
06 Januari 2012 Juara 3
Shan Sau
56 kg
Putra
3
17 Seminar Nasional
Enterpreneurship
16 November
2014
Peserta 8
18 National Symposium for
Muhammadiyah’s dengan
Tema “Reposition of
School in the Global
Competition”
23 Juni 2012 Peserta 2
19 National Seminar
“Understanding the World
by Understanding the
Language and the Culture”
04 Juni 2015 Peserta 8
20 Seminar Nasional Bahasa
Arab ITTAQO
“Implementasi Kurikulum
2013 pada Mapel Bahasa
Arab Tingkat Dasar dan
Tingkat Menengah dalam
Upaya Menjawab
Tantangan Pengajaran
Bahasa Arab”
04 November
2014
Peserta 8
21 Seminar Nasional
“Berkontribusi untuk
Negeri Melalui Televisi”
05 November
2014
Peserta 8
22 Seminar Nasional “Taqwa
Intelektual dan
Profesional”
18 Juli 2014 Peserta 8
23 Seminar Nasional “Peran
Mahasiswa dalam
Mengawal BLSM”
03 Juli 2014 Peserta 8
24 Seminar Nasional “Peran
Mahasiswa dalam
Mengawal Masa Depan
25 September
2014
Peserta 8
Indonesia Pasca Pilpres
2014”
25 Seminar Nasional
“Kesehatan Islami”
10 Agustus 2015 Peserta 8
26 Sertifikat “Progam Ma’had
Mahasiswa 1 Tahun”
20 Juni 2012 Peserta 2
27
Seminar Regional Dengan
Tema“Meningkatkan
Nasionalisme Ditengah
Goncangan Disintegrasi
dan Pengikisan Ideologi
Nasional”
26 Oktober 2011 Peserta 4
28 Seminar Regional Dengan
Tema“INDONESIA
SATU”
29 Oktober 2012 Peserta 4
29 Seminar Regional Dengan
Tema “Negara Islam dalam
Tinjauan Islam Indonesia
dan NKRI”
30 November
2011
Peserta 4
JUMLAH
124
Salatiga, 25 September 2015
Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaandan
Kerjasama
Achmad Maimun, M.Ag.
NIP:19700510 199803 1003
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Agus Yulis Setiyawan
NIM : 11111211
Jurusan/Progdi : Tarbiyah/PAI
Tempat/Tanggal Lahir : Kab. Semarang/11 Agustus 1992
Alamat : Dsn. Kidul Jurang, Rt 10/Rw 02, Ds. Kemetul, Kec.
Susukan, Kab. Semarang
Nama Ayah : Kasri Sutrisno
Nama Ibu : Lilis Minawati
Agama : Islam
Pendidikan :- SD N Kemetul lulus tahun 2005
- SMP N 2 Susukan lulus tahun 2008
- SMK PGRI 2 Salatiga lulus tahun 2011
Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.
Kemetul, 25 Agustus 2015.
Penulis,
AGUS YULIS SETIYAWAN
111 11 211
Foto MTs Assalafi Kenteng Susukan Kabupaten Semarang
Halaman MTs Assalafi SusukanWawancara dengan kepala sekolah
Wawancara dengan guru Halaman MTs Assalafi