perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Stres
a. Definisi Stres
Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap
kebutuhan tubuh yang terganggu suatu fenomena universal yang terjadi
dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang
mengalaminya. Stres memberi dampak secara total pada individu yaitu
terhadap fisik, psikologis, intelektual dan fisiologis (Rasmun, 2004).
Stres itu sendiri merupakan respon tubuh yang sifatnya non
spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya (Hawari, 2008). Dalam
kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari stres tanpa harus
mengalami distres atau stres negative.
b. Mekanisme Stres
Menurut hasil penelitian dari tim karya tulis ilmiah mahasiswa
Fakultas Kedokeran Diponegoro Semarang (2006), mekanisme respon
tubuh terhadap stres diawali dengan adanya rangsangan yang berasal dari
luar maupun dalam tubuh individu sendiri yang akan diteruskan pada
sistem limbik sebagai pusat pengatur adaptasi. Sistem limbik meliputi
thalamus, hipotalamus, amygdala hippocampus, dan septum sistem limbik
juga dapat mempengaruhi kerja dari sistem otonom.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Hipotalamus memiliki efek yang sangat kuat pada hampir seluruh
sistem visceral tubuh kita dikarenakan hampir semua bagian dari otak
mempunyai hubungan dengannya, oleh karena hubungan inilah maka
hipotalamus dapat merespon rangsangan psikologis dan emosional. Peran
hipotalamus terhadap stres meliputi empat fungsi spesifik, fungsi spesifik
tersebut adalah ; menginisiasi aktivitas sistem saraf otonom, merangsang
hipofise anterior memproduksi hormon ACTH, memproduksi ADH atau
Vasopressin, dan merangsang kelenjar tiroid menrpoduksi hormon
tiroksin.
Hipotalamus saat stres akan mensekresikan CRH (Corticotropin
Releasing Hormone) yang memacu hipofise anterior untuk memproduksi
ACTH (adrenocortico trophic hormone) dan TFR (thyrotropin releasing
factor), pelepasan ACTH membuat kelenjar adrenal mensekresikan
beberapa hormon meliputi glukokortikoid (kortisol) adrenalin dan non
adrenalin. Pelepasan TFR akan merangsang kelenjar hipofise untuk
memproduksi tirotropin yang akan mengatur kecepatan sekresi tiroksin
dan triiodotironin pada kelenjar tiroid hormon kortisol akan menekan
sistem imun sehingga menyebabkan produksi limfosit dan eosinofil
berkurang terutama limfosit sangat ditekan produksinya, selain itu
peningkatan jumlah kortisol juga menyebabkan terjadinya penurunan
jumlah monosit dan basofil dalam sirkulasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
c. Mekanisme GAS / general adaptation syndrom
Sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrom/ GAS)
adalah konsep yang dikemukaan oleh Selya yang menggambarkan efek
umum pada tubuh tersebut (Santrock, 2003). GAS terdiri dari tiga
tahapan: peringatan (alarm reaction). Ketahanan (resistence stage), dan
kelelahan (exhaustion stage).
Pada fase pertama, yaitu reaksi alam (alam reaction), individu
mengenali adanya stresor dan mencoba melawannya. Otot menjadi lemah,
suhu tubuh menurun, dan tekanan darah juga turun. Kemudian terjadi
counter shock, dimana pertahanan terhadap stres mulai muncul, konteks
adrenal mulai membasahi dan pengeluaran hormon meningkat. Apabila
stresor presisten, maka individu akan memasuki fase resistensi (Santrock,
2003).
Pada fase kedua, resistensi (resistensi stage) yaitu respon- respon
endoktrin dan sistem simpatis tetap pada tingkat tinggi. Pada tahap ini,
tubuh membentuk tenaga baru untuk memperbaiki kerusakan. Apabila
stresor tetap berlanjut atau terjadi stresor baru yang memperburuk
keadaan, maka akan memasuki fase kelelahan (exhaustion stage).
Fase kelelahan (exhaustion stage) terjadi ketika tubuh tidak dapat
lagi melawan stres dan energi yang diperlukan untuk mempertahankan
adaptasi sudah menipis. tahap ini ditandai dengan dominasi cabang
parasimpatis, akibatnya detak jantung dan kecepatan nafas menurun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Gambar 2.1 General Adaptation Syndrome
d. Tahapan Stres
Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari
karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat. Adapun
tahapan-tahapan stres sebagai berikut: (Hawari, 2011: 27)
1) Stres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan
biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
a) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)
b) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya.
c) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya;
namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (allout) disertai
rasa gugup yang berlebihan pula.
d) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah
semangat, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
2) Stres tahap II
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan adalah sebagai berikut:
a) Merasa letih sewaktu bangun tidur pagi, yang seharusnya merasa
segar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
b) Merasa mudah lelah sesudah makan siang
c) Lekas merasa capai menjelang sore hari
d) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman
e) Detakan jantung lebih keras dari biasanya
f) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang
g) Tidak bisa santai
3) Stres tahap III
Adapun keluhan-keluhan pada tahap III ini merupakan akibat
dari tidak menghiraukan keluhan-keluhan pada tahap II, maka semakin
nyata dan mengganggu, yaitu:
a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata: misalnya keluhan
sakit maag, buang air besar tidak teratur.
b. Ketegangan otot-otot semakin terasa
c. Perasaan ketidak tenangan dan ketegangan emosional semakin
meningkat.
d. Gangguan pola tidur, misalnya sukar untuk mulai tidur, atau
terbangun tengah malam, dan sukar kembali tidur atau bangun
terlalu pagi/dini hari dan tidak dapat kembali tidur.
e. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa mau pingsan)
Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter
untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres hendaknya
dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat guna
menambah suplai energi yang mengalami defisit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
4) Stres tahap IV
Adapun gejala stres tahap ke IV akan muncul bilamana
seseorang memaksakan diri untuk terus bekerja tanpa mengenal
istirahat, yaitu:
a) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.
b) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah
diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit
c) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan
kemampuan untuk merespons secara memadai
d) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari
e) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang
menegangkan
f) Seringkali menolak ajakan karena tiada semangat dan kegairahan
g) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun
h) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat
dijelaskan apa penyebabnya.
5) Stres tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam
stres tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut:
a) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam.
b) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang
ringan dan sederhana
c) Gangguan sistem pencernaan semakin berat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
d) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin
meningkat, mudah bingung dan panik
6) Stres tahap VI
Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami
serangan panik dan perasaan takut mati. Gambaran stres tahap ini
adalah sebagai berikut:
a) Debaran jantung teramat keras
b) Susah bernafas (sesak dan megap-megap)
c) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
d) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
e) Pingsan atau kolaps
e. Macam-macam Stres
Menurut Hidayat (2007), stres dapat dibagi menjadi tujuh macam
diantaranya:
1) Stres Fisik
Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur
yang tinggi atau yang rendah, suara yang bising, sinar matahari atau
karena tegangan arus listrik.
2) Stres Kimiawi
Stres ini disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan, zat
beracun asam basa, faktor hormon dan gas dan prinsipnya karena
pengaruh senyawa kimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3) Stres Mikrobiologik
Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri atau
parasit.
4) Stres Fisiologik
Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh
diantaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringan, organ dan
lain-lain.
5) Stres Proses Pertumbuhan dan Perkembangan
Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkembangan
seperti pada pubertas, perkawinan dan proses lanjut usia.
6) Stres Psikis atau Emosional
Stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau
ketidakmampuan kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti
hubungan interpersonal, sosial budaya atau faktor keagamaan.
f. Sumber–sumber Stres
Menurut Maramis, (2009) stresor dapat menimbulkan beberapa
keadaan yang dapat menjadi sumber stres yaitu:
1) Frustasi
Timbul bila ada aral melintang (stresor) antara kita dan tujuan kita, ada
frustasi yang timbul karena stresor dari luar, seperti bencana alam,
kecelakaan, kematian orang tercinta, norma-norma, adat istiadat,
peperangan, keguncangan ekonomi, diskriminasi rasial atau agama,
persaingan yang berlebihan, perubahan yang terlalu cepat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
pengangguran dan ketidakpastian sosial. Frustasi yang timbul karena
stresor dari dalam misalnya cacat badaniah atau kegagalan dalam
usaha dan moral sehingga penilaian diri sendiri menjadi sangat tidak
enak merupakan frustasi yang berhubungan dengan kebutuhan akan
harga diri.
2) Konflik
Terjadi bila kita tidak dapat memilih antara dua atau lebih macam
kebutuhan atau tujuan.
3) Tekanan
Tekanan dapat menimbulkan masalah penyesuaian. Tekanan sehari-
hari biarpun kecil, tetapi apabila bertumpuk-tumpuk dan berlangsung
lama (stresor jangka panjang), akan menimbulkan stres yang hebat.
4) Krisis
Keadaan seperti ini dikarenakan stresor mendadak dan besar yang
menimbulkan stres pada seorang individu atau pun suatu kelompok,
misalnya: kematian, kecelakaan, penyakit yang memerlukan operasi,
masuk sekolah untuk pertama kali.
g. DASS (Depression Anxiety and Stress Scale)
DASS adalah kuesioner 42 item yang dirancang untuk mengukur
keadaan-keadaan depresi, kegelisahan dan stress. Masing-masing tiga
skala tersebut mengandung 14 item, yang dibagi ke dalam subskala terdiri
dari 2-5 item dengan kandungan yang serupa. Skala Depresi mengukur
dysphoria, hopelessness (keputusasaan), devaluasi kehidupan, self-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
depreciation (pendepresiasian diri sendiri), kurangnya minat/keterlibatan,
anhedonia, dan inertia (kelesuan). Skala Kegelisahan menilai
pembangkitan otonom, efek otot tulang, kegelisahan situasional, dan
pengalaman subyektif terhadap efek kegelisahan. Skala Stress (item-item)
adalah sensitive sampai tingkat-tingat pembangkitan non-spesifik kronis.
Skala ini menilai kesulitan untuk tenang atau santai, pembangkitan
kegelisahan (nervous arousal), dan mudah tersinggung/gelisah
(upset/agitated), mudah marah/overreaktif, dan tidak sabaran. Para
responden diminta menggunakan skala-skala keparahan/frekwensi 4-poin
untuk menilai sejauh mana mereka telah mengalami masing-masing
keadaan selama minggu yang lalu. (http://www.aadan.co.cc/konsep
cemas, stress dan adaptasi.htm)
Penilaian depresi, kegelisahan dan stress dihitung dengan
menjumlah skor-skor untuk item-item yang relevan. Item-item skala
depresi adalah 3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 37, 38, 42. Item
skala kegelisahan adalah 2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 41, 41.
Item-item skala stress adalah 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35,
39. Untuk scoring masing-masing responden,skor pada masing-masing
subskala, kemudian dievaluasi seperti di severity-rating index (indeks
penilaian keparahan) di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Tabel.1 skala DASS
Depresi Kegelisahan Stress
Normal 0 – 9 0 – 7 0 – 14
Ringan 10 – 13 8 – 9 15 – 18
Moderat (sedang) 14 – 20 10 – 14 19 – 25
Parah 21 – 27 15 – 19 26 – 33
Sangat Parah 28+ 20+ 34
2. Mekanisme Koping
a. Pengertian Koping
Kata koping berasal dari cope yang dapat diartikan sebagai
menghadapi, melawan, ataupun mengatasi, walaupun demikian belum ada
istilah dalam bahasa Indonesia yang tepat untuk mewakili istilah ini.
Pengetian koping hampir sama dengan penyesuaian (adjustment).
Penyesuaian mengandung pengertian yang lebih luas jika dibandingkan
dengan koping, yaitu semua reaksi terhadap tuntutan baik yang berasal
dari lingkungan maupun berasal dari dalam diri seseorang. Sedangkan
koping (coping behavior) dikhususkan pada bagaimana seseorang
mengatasi tuntutan yang menekan (Lazarus, 2005: 139)
Strategi koping merupakan usaha yang dilakukan individu
bertujuan untuk menyesuaikan diri dari tuntutan baik yang berasal dari
dalam diri individu dan luar diri individu yang dianggap batas
kemampuannya (Lazarus dalam Rostiana, 2003:50)
Solomon, dkk. (1998: 280) menyebutkan bahwa “strategi koping
adalah usaha yang dilakukan individu untuk menyeimbangkan emosi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dalam situasi yang penuh tekanan”. Koping dilakukan untuk memberikan
reaksi terhadap tekanan yang berfungsi untuk memecahkan, mengurangi,
dan menggantikan kondisi yang penuh tekanan. Koping dilakukan untuk
memberikan reaksi terhadap tekanan yang berfungsi untuk memecahkan,
mengurangi, dan menggantikan kondisi yang penuh tekanan.
Koping merupakan usaha yang dilakukan individu yang bertujuan
untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan dari dalam dan luar dirinya
yang dianggap diluar batas kemampuannya (Lazarus, 2005:139).
Koping dikonsepsikan sebagai proses yang dinamis. Individu
merubah secara konstan pikiran dan prilaku mereka dalam merespon
perubahan dalam penilaian terhadap kondisi stress dan tuntutan-tuntutan
dalam situasi tersebut (Cheng, 2001)
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa strategi
koping adalah usaha yang dilakukan individu yang bertujuan untuk
menyelesaikan tugas atau masalah yang sedang dialami sehingga individu
tidak lagi merasa tertekan dan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan
yang terjadi.
b. Bentuk-bentuk Strategi Koping
Lazarus dan Folkman (2005: 338) membedakan strategi koping
menjadi dua, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
1) Strategi menghadapi masalah yang berorientasi pada masalah (SMM-
M).
Merupakan usaha individu untuk mengurangi atau
menghilangkan stres yang dirasakanya dengan cara menghadapi
masalah yang menjadi penyebab timbulnya stress secara langsung
biasa dikenal dengan istilah problem focused coping.
Bentuk strategi koping in adalah:
a) Kehati-hatian, yaitu individu memikirkan dan mempertimbangkan
secara matang beberapa alternatif pemecahan dengan oranag lain
tentang masalah yang dihadapinya.
b) Tindakan Instrumental, meliputi tindakan yang ditujukan untuk
menyelesaikan masalah secara langsung serta menyusun rencana-
rencana apa yang dilakukan.
c) Negosiasi, meliputi usaha yang sedang ditujukkan kepada orang
lain yang terlibat atau yang menjadi penyebab atas masalah yang
sedang dihadapinya untuk serta memikirkan atau menyelesaikan
masalah.
Menurut Pestanjee (2003: 13), strategi koping yang paling
sering digunakan ada 2 yaitu:
a) Pendekatan (approach), yaitu usaha aktif menghadapi masalah dan
menyelesaikan sehingga tidak lagi menekan individu.
b) Menghindar (avoidance), yaitu usaha untuk mengurangi
ketegangan dan menghindar dari masalah, individu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
menggunakan stratergi ini akan menunjukkan reaksi psikis, yaitu
stress dari pada individu yang menggunakan pendekatan sebagai
strategi koping
2) Strategi menghadapi masalah yang berorientasi pada emosi (SMME)
Merupakan usaha yang dilakukan individu untuk mengurangi
atau menghilangkan stress yang dirasakanya tidak menghadapi
masalahnya secara langsung, emosi dan untuk mempertahakan
keseimbangan efeksinya dikenal dengan istilah emotion focused
coping.
Tingkah laku koping yang berorientasi pada emosi antara lain:
a) Pelarian dari masalah, yaitu menghindari masalah dengan cara
berkhayal atau membayangkan seandainya berada pada situasi
yang menyenangkan.
b) Menyalahkan diri sendiri, yaitu suatu tindakan pasif berlangsung
dalam batin, individu cenderung untuk menyalahkan dan
menghukum diri sendiri serta menyesal dengan apa yang telah
terjadi.
c) Pengurangan beban masalah, yaitu usaha untuk menolak,
merenungkan sesuatu masalah dan bertindak seolah-olah tidak
terjadi apa-apa.
d) Pencarian arti, yaitu usaha untuk menemukan kepercayaan baru
atau suatu yang penting dari kehidupan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Starategi koping menurut Pareek (Pestanjee, 2003: 14)
a) Impunitive, individu menganggap bahwa tidak ada lagi yang
dapat menghadapi tekanan luar.
b) Intro punitive, yaitu tindakan menyalahkan diri sendiri untuk
mengatasi masalah yang terjadi.
c) Exstra punitive, yaitu individu melakukan tindakan agresi untuk
mengatasi masalah yang dihadapi.
d) Pefensife, individu melakukan pengingkaran atau rasionalaisasi
ketika menghadapi masalah.
e) Impersitive, individu merasa optimis bahwa waktu akan
menyelesaikan masalah dan keadaan akan membaik kembali.
f) Intro persitive, individu percaya bahwa harus bertindak sendiri
untuk mengatasi masalah.
g) Intra persitive, individu menghadapi orang lain akan membantu
menyelesaikan masalahnya.
Strategi koping yang berfokus pada emosi termasuk penolakan,
karena tekanan atau merasa bingung dapat di hindari dengan memikirkan
hal-hal yang nyata, melakukan aktivitas, mencari kesibukan, melakukan
sesuatu yang berkonsentrasi pada apa yang dilakukan. Strategi koping
yang berfokus pada emosi juga bisa dihindari dengan memikirkan
harapan-harapan yang diinginkan, selalu mencoba untuk berfikir ulang
apa yang telah terjadi. Strategi ini adalah yang paling mudah untuk
menghindari diri dari rasa sakit dan putus asa, dan srategi koping yang
berfokus pada masalah dapat dilakukan dengan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
a) Mengubah gaya hidup. Problem focused coping adalah penting dalam
kehidupan individu selama masalah-masalah itu merupakan bagian
dalam hidupnya dan adanya usaha untuk menyelesaikanya.
b) Mencari informasi, langkah pertama mencari informasi tentang
masalah yang dipercaya sehingga akan memberikan masukan dan akan
memudahkan dalam menyelesaikan masalah
c. Aspek-aspek strategi koping
Carver (2005: 270) menyebutkan aspek-aspek stategi koping antara
lain:
1) Keaktifan diri, suatu tindakan untuk mencoba menghilangkan atau
mengelabui penyebab stress atau memperbaiki akibatnya dengan cara
tidak langsung.
2) Perencanaan, memikirkan tentang bagaimana mengetasi penyebab
stress antara lain dengan membuat strategi untuk bertindak,
memikirkan tentang langkah upaya yang perlu diambil dalam
menangani suatu masalah.
3) Kontrol diri, individu membatasi keterlibatanya dalam aktivitas
kompetisi atau persaingan dan tidak bertinak terburu-buru.
4) Mencari dukungan sosial, mencari pertolongan, informasi, dukungan
moral simpati atau pengertian.
5) Mengingkari, pengingkaran terhadap suatu masalah.
6) Penerimaan, suatu yang penuh dengan stress dan keadaan yang
memaksanya untuk mengatasi masalah tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
7) Religiusitas, sikap individu menenangkan dan menyelesaikan masalah
secara keagamaan.
Aspek-aspek strategi koping menurut Folkman dan Lazarus (dalam
Anam, dkk 2005: 340):
1) Seeking social support, mencoba untuk memperoleh informasi atau
dukungan secara emosional.
2) Distancing, mengeluarkan upaya kognitif untuk melepaskan diri dari
masalah atau membuat sebuah harapan positif.
3) Escape avoidance, mengkhayal mengenai situasi atau melakukan
tindakan menghindar dari situasi yang tidak menyenangkan.
4) Self control, mencoba untuk mengatur perasaan diri sendiri atau
tindakan dalam hubunganya untuk menyelesaika masalah.
5) Accepting responsibility, menerima untuk menjalani masalah yang
dihadapi sementara mencoba untuk memikirkan jalan keluarnya.
6) Positive reaprasial, mencoba untuk membuat suatu arti positif dari
situasi dalam masa perkembangan kepribadian, kadang-kadang dengan
sifat rerigius.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
strategi koping adalah usaha yang dilakukan individu dalam mengatasi
masalah yang dialami dengan mengoptimalkan potensi diri (keaktifan,
perencanaan, kontrol diri, pengingkaran, distancing, escape avoidance,
self control, dan accepting responsibility), mengoptimalkan peran
lingkungan (mencari dukungan sosial dan seeking social support) serta
usaha yang bersifat religious (positive reoprasial).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi koping.
Mu’tadin (dalam Agung, 2008: 23) menyebutkan strategi koping
yang dilakukan oleh individu untuk menangani situasi yang mengandung
tekanan ditentukan oleh :
1) Kesehatan fisik, merupakan hal yang penting karena selama dalam usaha
mengatasi sters individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang cukup
besar.
2) Keyakinnan atau pandangan positif, keyakinan menjadi sumber daya
psikologis seperti exsternal locus of control yang mengarahkan individu
pada penilaian ketidakberdayaan (helpness) yang akan menurunkan
kemampuan stategi koping tipe problem focused coping.
3) Keterampilan memecahkan masalah, meliputi kemampuan untuk
mencari info, menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan
tujuan untuk menghasilkan alternative tindakan kemudian
mempertimbangkan alternative tersebut sehubungan dengan hasil yang
ingin dicapai dan pada akhirnya melaksanakan rencana dengan
melakukan suatu tindakan yang tepat.
4) Ketrampilan sosial, meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan
bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial
yang berlaku di masyarakat.
5) Dukungan sosial, meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan info dan
emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota
keluarga lain, saudara teman dan lingkungan masyarakat sekitar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
6) Materi, meliputi sumber daya berupa uang, barang-barang atau layanan
yang biasanya dapat dibeli.
Beberapa peneliti menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
koping yaitu:
1) Usia
Menurut Garmezy dan Rutter penggunaan koping akan berbeda
untuk setiap tingkatan usia, penelitian yang dilakukan oleh folkman,
dkk menunjukkan bahwa pada usia muda akan mengggunakan problem
focused coping, sedangkan pada usia tua akan menggunakan emotion
focused coping. hal ini disebabkan pada orang yang lebih tua memiliki
anggapan bahwa dirinya tidak mampu melakukan perubahan terhadap
masalah yang dihadapi sehingga akan bereaksi dengan mengatur
emosinya dari pada pemecahhan masalah.
2) Jenis kelamin
Secara umum respon-respon koping antara pria dn wanita hampir
sama, tapi wanita lebih lemah atau lebih sering menggunakan
penyaluran emosi dari pada pria (Patnani, 2004: 42)
3) Individu yang memiliki kesehatan mental yang buruk
Individu yang demikian kurang efektif dalam memilih strategi
menghadapi tekanan. Fakta ini diperkuat dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa orang depresi mempunyai tekanan yang berbeda
dengan orang yang non depresi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Berdasarkan uarian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi strategi koping antara lain: faktor internal (usia, jenis
kelamin, kesehatan fisik dan mental, keyakinan atau pandangan positif,
ketrampilan memecahkan masalah, ketrampilan sosial serta materi) dan
faktor eksternal yaitu dukungan sosial.
3. Stres pada Mahasiswa
a. Pengertian Stres pada Mahasiswa
Sarafino (2004) menyatakan bahwa stres adalah kondisi yang
disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan, persepsi
menimbulkan jarak antara tuntutan-tuntutan, berasal dari situasi yang
bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang. Stres
muncul sebagai akibat dari adanya tuntutan yang melebihi kemampuan
individu untuk memenuhinya. Seseorang yang tidak bisa memenuhi
tuntutan kebutuhan, akan merasakan suatu kondisi ketegangan dalam diri.
Ketegangan yang berlangsung lama dan tidak ada penyelesaian, akan
berkembang menjadi stres. Senada dengan pengertian diatas Bishop (2002)
menyatakan bahwa stres adalah interaksi antara individu dengan
lingkungan, menimbulkan suatu tekanan dalam diri individu akibat adanya
suatu tuntutan yang melebihi batas kemampuan individu untuk
menghadapinya dan memberikan respon fisik maupun psikis terhadap
tuntutan yang dipersepsi. Pengertian ini menekankan adanya tuntutan pada
diri seseorang yang melebihi kemampuannya, dan adanya proses persepsi
yang dilakukan oleh individu terhadap kejadian atau hal di lingkungan
yang menjadi sumber stres.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Skripsi merupakan salah satu bentuk penelitian ilmiah. Pada
hakikatnya, penelitian ilmiah adalah proses kreatif seorang peneliti dalam
menjawab fenomena yang dialaminya (Nurastuti, 2006). Bentuk tulisan
yang berjenis penelitian harus berbeda dengan bentuk tulisan lainnya.
Setidaknya ada unsur-unsur berfikir ilmiah. Jhon Dewey dalam Subana &
Sudrajat, (2005) menyatakan, dalam tulisan yang berbentuk penelitian
ilmiah, peneliti harus dapat mengungkapkan adanya persoalan dan
permasalahan yang diungkap melalui hipotesis. Adanya informasi, fakta,
bukti, dan data yang dapat dianalisis dan diakhiri oleh kesimpulan serta
implikasinya.
b. Aspek-aspek Stres pada Mahasiswa
Aspek-aspek stres menurut Sarafino (2004) ada dua, yaitu:
1) Aspek Biologis
Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres
yang dialami individu antara lain: sakit kepala, gangguan tidur,
gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit dan produksi
keringat yang berlebihan.
2) Aspek Psikologis
Aspek psikologis stres berupa gejala psikis. Gejala psikis dari stres
antara lain:
a) Gejala Kognisi
Kondisi stres dapat mengganggu proses pikir individu. Individu
yang mengalami stres cendrung mengalami gangguan daya ingat,
perhatian dan konsentrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
b) Gejala Emosi
Kondisi stres dapat mengganggu kestabilan emosi individu.
Individu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala mudah
marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu,
merasa sedih dan depresi.
c) Gejala Tingkah Laku
Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang
cendrung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan
interpersonal.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres pada Mahasiswa
Menurut Smet (1994), faktor-faktor yang mempengaruhi stres antara lain:
1) Variabel dalam Diri Individu
Variabel dalam diri individu meliputi: umur, tahap kehidupan, jenis
kelamin, temperamen, faktor genetik, inteligensi, suku, kebudayaan,
status ekonomi.
2) Karakteristik Kepribadian
Karakteristik kepribadian meliputi: introvert-ekstrovert, stabilitas
emosi secara umum, kepribadian ketabahan, locus of control,
kekebalan, ketahanan.
3) Variabel Sosial-Kognitif
Variabel sosial-kognitif meliputi: dukungan sosial yang dirasakan,
jaringan sosial, dan kontrol pribadi yang dirasakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
4) Hubungan dengan Lingkungan Sosial
Hubungan dengan lingkungan sosial adalah dukungan sosial yang
diterima dan integrasi dalam hubungan interpersonal.
5) Strategi Koping
Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsur-
unsur pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber
stres yang menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari
lingkungan sekitar.
Stres dalam penulisan skripsi adalah adanya perbedaan antara harapan
dan kenyataan pada mahasiswa dalam proses menyusun skripsi. Dalam
proses menyusun skripsi, ada beberapa hal dan faktor yang memicu
munculnya stres yang menyebabkan ketegangan dalam diri mahasiswa
yang bersangkutan. Maka faktor-faktor lain yang mempengaruhi stres pada
mahasiswa antara lain:
a. Faktor Internal Mahasiswa
1) Jenis Kelamin
Penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa wanita cendrung
memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan pria. Secara
umum wanita mengalami stres 30% lebih tinggi dari pada pria.
2) Self Efficacy
Kurangnya pemahaman mahasiswa terhadap materi-materi
perkuliahan yang telah dilalui menjadi salah satu sumber stres
internal. Hal ini dikarenakan mahasiswa tersebut kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
memberikan perhatian pada saat mengikuti kuliah. Sehingga pada
saat mereka mengerjakan skripsi, mahasiswa tersebut harus
kembali mengingat dan mempelajari kembali materi perkuliahan
dasar yang telah diajarkan selama proses perkuliahan sebelumnya.
Penguasaan metodologi juga termasuk dalam hal ini karena
metodologi penelitian merupakan salah satu mata kuliah prasyarat
skripsi.
3) Karakteristik Kepribadian Mahasiswa
Adanya perbedaan karakteristik kepribadian mahasiswa yang
sedang menyusun skripsi menyebabkan adanya perbedaan reaksi
terhadap sumber stres yang sama. Mahasiswa yang memiliki
kepribadian ketabahan memiliki daya tahan terhadap sumber stres
yang lebih tinggi dari pada mahasiswa yang tidak memiliki
kepribadian ketabahan.
4) Strategi Koping Mahasiswa
Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan
unsur-unsur pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari
dan sumber stres yang menyangkut tuntutan dan ancaman yang
berasal dari lingkungan sekitar. Strategi koping yang digunakan
oleh mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dalam menghadapi
stres, berpengaruh pada tingkat stresnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
5) Inteligensi
Mahasiswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang lebih tinggi
akan lebih tahan terhadap sumber stres dari pada mahasiswa yang
memiliki inteligensi rendah, karena tingkat intelegensi berkaitan
dengan penyesuaian diri. Mahasiswa yang memiliki inteligensi
yang tinggi cenderung lebih adaptif dalam menyesuaikan diri.
b. Faktor Eksternal Mahasiswa
1) Birokrasi Penelitian
Dalam menyusun sebuah penelitian, ada tahap-tahap dan persiapan
yang harus ikuti dan dilakukan oleh mahasiswa. Selain itu, saat
hendak melakukan penelitian dan pengambilan data, mahasiswa
harus mengikuti aturan yang berlaku di tempat penelitian. Setiap
tempat memiliki kebijakan sendiri. Ada tempat-tempat penelitian
yang memiliki aturan ketat dan rumit bagi mahasiswa yang
melakukan penelitian. Hal ini dapat memicu timbulnya stres dalam
diri mahasiswa yang hendak mengambil data untuk skripsi.
2) Status Sosial Ekonomi
Orang yang memiliki status ekonomi yang rendah cenderung
memiliki tingkat stres yang tinggi. Rendahnya pendapatan
menyebabkan adanya kesulitan ekonomi sehingga sering
menyebabkan tekanan dalam hidup.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
3) Keterbatasan Sarana dan Prasarana
Keterbatasan sarana dan prasarana adalah timbulnya kesulitan
mencari bahan-bahan rujukan dalam penyusunan skripsi. Baha-
bahan rujukan tersebut dapat berupa jurnal, buku maupun literatur
lainnya yang dibutuhkan mahasiswa dalam proses penyusunan
skripsi. Selain itu keterbatasan dana untuk melakukan berbagai
kegiatan terkait skripsi juga merupakan hambatan tersendiri.
Fasilitas untuk penyusunan seperti komputer dan printer juga
merupakan sarana penting yang harus dipenuhi.
4) Dosen Pembimbing
Dosen pembimbing merupakan salah satu faktor eksternal bagi
mahasiswa dalam proses penyusunan skripsi. Kesulitan untuk
mengatur jadwal bimbingan dengan dosen pembimbing menjadi
kendala dalam proses penulisan skripsi. Selain itu, pengembalian
hasil pemeriksaan atau revisi skripsi yang memakan waktu lama
pun menjadi stresor tersendiri bagi mahasiswa yang sedang
mengerjakan skripsi.
5) Beban Kerja atau Work Load
Beban kerja adalah tuntutan pekerjaan atau tugas yang diterima
seseorang dan dianggap sebagai suatu beban. Beban kerja
mempunyai dua pengertian yaitu: qualitative overload dan
quantitative overload. Qualitative overload mengarah pada
pengertian ketidakmampuan seseorang dalam menyelesaikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
pekerjaannya (too difficult to do). Sedangkan quantitative overload
adalah keharusan mengerjakan terlalu banyak tugas dalam
keterbatasan waktu (too much to do).
6) Dukungan Sosial
Dukungan sosial penting bagi mahasiswa yang mengalami stres.
Adanya dukungan sosial akan memberikan peredam bagi stres
mahasiswa, sedangkan tidak adanya dukungan sosial akan
membuat mahasiswa relatif lebih rentan dibandingkan dengan
mahasiswa yang mendapatkan dukungan sosial.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian tentang “Gambaran Stres dan Mekanisme Koping pada
Mahasiswa Semester VIII S-1 Keperawatan dalam Proses Penyusunan Skripsi di
USAHID Surakarta”, sepengetahuan penulis, penulis belum pernah menjumpai
penelitian seperti yang dilakukan penulis saat ini. Namun ada penelitian yang
sejenis antara lain:
1. Penelitian mengenai “Hubungan Mekanisme Koping Individu dengan
Kecemasan dalam Menghadapi Ujian Seminar Proposal Mahasiswa USAHID
Surakarta” oleh Sri Winarni (2006). Persamaan penelitian ini sama-sama
meneliti mekanisme koping mahasiswa dan kesamaan juga terletak pada
lokasi penelitian. Perbedaan penelitian ini terletak pada jenis penelitiannya
yaitu kuantitatif noneksperimen dan menggunakan kuesioner sebagai
instrument penelitiannya, sedangkan jenis penelitian yang dilakukan peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
yaitu kualitatif, menggunakan pedoman wawancara mendalam dan pedoman
Focus Group Discussion (FGD).
2. Penelitian mengenai “Hubungan Stressor Psikososial dengan Kecemasan pada
Mahasiswa semester VI dalam Menghadapi Penyusunan Proposal Karya Tulis
Ilmiah di Akademi Keperawatan” oleh Dwi Meirita Reslina (2007), penelitian
ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional dan
instrument yang digunakan yaitu kuesioner. Perbedaan penelitian ini terletak
pada lokasi penelitian, jenis penelitian yang dilakukan peneliti yaitu kualitatif,
menggunakan pedoman wawancara mendalam dan menggunakan instrument
penelitian Focus Group Discussion (FGD). Persamaan pada penelitian ini
sama-sama meneliti tentang stres mahasiswa.
C. Kerangka Penelitian
Gambar.2 Kerangka Konsep Penelitian
stres
Mekanisme koping
Adaptif
Maladaptif
Mahasiswa yang akan menghadapi
penyusunan tugas akhir, proposal dan
skripsi.
Rasa takut
Cemas
Gelisah
Depresi
Pusing
Jantung berdebar-debar
tertekan dan
Tidak semangat belajar.