2.4 Iatrogenic Emergency atau Kecelakaan Kerja Perawatan Endodontik
2.4.1 Perforasi selama preparasi akses
2.4.1.1 Penyebab
Tidak diperhatikannya derajat inklinasi aksial gigi terhadap gigi tetangga
dan tulang alveolar akan mengakibatkan terlalu banyak pengambilan struktur gigi
atau terjadinya perforasi pada mahkota atau pada akar. Arah bur yang tidak sejajar
dengan sumbu panjang gigi akan mengakibatkan berlebihannya pengambilan
struktur gigi atau perforasi. Pencarian kamar pulpa atau orifis saluran akar melalui
kavitas yang tidak dipreparasi dengan baik juga dapat menyebabkan kecelakaan.
Demikian pula kelalaian dalam mengenali jika kamar pulpa pada gigi berakar
jamak telah menyempit atau mendatar yang akan mengakibatkan terbuangnya
terlalu banyak struktur gigi atau terjadinya perforasi di daerah furkasi.
2.4.1.2 Pencegahan
Pemeriksaan klinis. Penguasaan morfologi gigi merupakan hal mutlak
yang diperlukan dalam upaya menghindari perforasi kamr pulpa. Selain itu
perhatikan pula lokasi dan penyudutan gigi tetangga sehingga arah preparasi dapat
ditentukan dengan baik. Hendaknya disediakan pula radiografi gigi dengan
penyudutan yang berbeda sehingga diketahui ukuran dan luasnya kamar pulpa
serta kemungkinan adanya perubahan interna seperti kalsifikasi atau resorpsi.
Pengenalan dan perawatan. Perforasi ke dalam ligamen periodontium
atau tulang biasanya mengakibatkan pendarahan seketika dan lama. Saluran akar
atau kamar pulpa merupakaan daerah yang sukar dikeringkan. Peletakan cotton
pelet dapat meningkatkan pendarahan.
Perforasi harus dikenali sedini mungkin guna mrenghindari kerusakan
lebih lanjut pada jaringan periodontium. Tanda dini perforasi: (1) nyeri mendadak
ketika dilakukan pengukuran panjang kerja padahal anestesinya sudah cukup
adekuat; (2)perdarahan yang mendadak; (3) rasa nyeri terbakar atau rasa tidak
enak selam irigasi dengan NaOCl.
Perforasi selama preparasi kavitas akses menimbulkan berbagai masalah
dan akan mempengaruhi prognosisnya jangka pajangnya. Jika perforasi terjadi
pasien harus dipertimbangkan dirujuk ke spesialis. Setelah evaluasi jangka panjag
prosedur lain seperti pembedahan mungkin diperlukan jika di kemudian hari
timbul kegagalan lagi.
2.4.2 Perforasi Akar lateral
Lokasi dan ukuran perforasi selama akses merupakan hal yang penting
dalam suatu perforasi lateral. Jika defeknya terletak pada atau dia atas ketinggian
tulang alveolar maka prognosis untuk reparasi perforasi itu baik. Defek ini dapat
dengan mudah dideteksi dam di reparasi dengan material restoratif standar seperti
amalgam‚ SIK‚ atau komposit. Kadang-kadang perlu dilakukan kuretase
periodontium atau prosedur flap untuk menempatkan‚ membuang‚ atau
menghaluskan. Pada beberapa kasus reparasi yang paling baik adalah dibuatkan
mahkota penuh yang marginnya meluas kearah apeks guna menutup defek.
Gigi-gigi yang mengalami perforasi di bawah tulang alveolar di daerah
sepertiga koronal akar pada umumnya memiliki prognosis yang buruk.
Perlekatannya sering turun dan terbentuk poket periodontium ysng meluas ke arah
apeks paling sedikit sedalam defek. Terapinya ditujukan untuk memposisikan
bagian apeks dari defek di atas tulang alveolar. Ekstrusi akar secara ortodonsia
umumnya merupakan prosedur pilihan bagi gigi yang berada di zona estetik.
Pemanjangan mahkota juga bisa dipertimbangkan jika tidak mengganggu faktor
estetik.
2.4.3 Perforasi Furkasi
Perforasi di daerah furkasi terdiri dari dua tipe: tipe direk dan tipe
stripping. Perforasi direk biasanya terjadi selama pencarian orifis saluran akar.
Merupakan suatu defek yang berupa lubang ke dalam furkasi oleh bur; oleh
karena itu perforasi ini dapat di akses berukuran kecil dan berdinding. Perforasi
semacam ini harus segara direparasi dengan MTA (Mineral Trioxide Aggregate)
atau jika kondisnya kering bisa diberi SIK dalam upaya untuk menutup rapat
defeknya. Prognosisnya biasanya baik jika defeknya bisa ditutup rapat dengan
segera.
Perforasi stripping adalah perforasi yang mengenai sisi furkasi dari
permukaan akar arah korona yang diakibatkan oleh preparasi yang berlebihan
ketika ingin mencapai saluran akar berbentuk corong dengan memakai bur.
Perforasi stripping biasanya tidak dapata diakses dan memerlukan tindakan yang
lebih rumit. Akibat umum dari perforasi stripping adalah terbentuknya poket
periodontal. Kegagalan dalam jangka panjang bisa mengakibatkan kerusakan
periodontium dan hilangnya perlekatan epitel. Penggunaan MTA yang benar akan
meningkatkan secara signifikan prognosisi reparasi non bedah untuk perforasi
stripping dibanding dengan material reparasi lainnya.
Perawatan Nonbedah. Jika layak dilakukan perbaikan nonbedah terhadap
perforasi furkasi lebih baik dibandingkan tindakan bedah. Material seperti
amalgam‚ gutaperca‚ ZnO-eugenol‚ Cavit‚ Ca(OH)2 telah digunakan untuk
menutup defek secara klinis maupun eksperimen. Reparasinya sukar karena ada
masalah dalam penglihatan‚ pengendalian perdarahan‚ dan manajemen serta
kemampuan menutup secara rapat defeknya
Perawatan bedah. Pembedahan memerlukan prosedur restorasi yang
kompleks dan kebersihan mulut pasien pun harus baik. Gigi-gigi yang akarnya
divergen dan tinggi tulangnya memungkinkan preparasi margin mahkota yang
adekuat merupakan indikasi bagi pembedahan teknik hemiseksi atau bikuspidasi.
Replantasi intensional diindikasikan jika defeknya tidak dapat diakses atau apabila
mempunyai masalah yang banyak seperti perforasi bersama-sama dengan
instrumen yang patah atau jika prognosis untuk alternatif bedah lain tidak baik.
Prognosis. Faktor yang mempengaruhi prognosis jangka panjang gigi
yang perforasinya telah mengalami reparasi adalah lokasi defek dalam
hubungannya dengan tulang alveolar‚ panjang batang akar‚ aksesbilitas bagi
reparasi‚ ukuran defek‚ ada atau tidaknya hubungan periodontium dengan
defek‚ selang waktu antara perforasi dan reparasi‚ kemampuan merapatkan tepi
dari material restorasi‚ dan faktor-faktor subyektif seperti keahlian dokter dan
higiene oral pasien. Pengenalan dan reparasi secara dini akan meningkatkan
prognosis karena akan meminimalkan kerusakan jarinagan periodontium.
Perforasi yang tidak terdeteksi atau tidak dirawat pada daerah furkasi
biasanya akan mengakibatkan defek poriodontium berhubunagan melalui sulkus
ginggiva yang menyebabkan prognosisnya menjadi lebih buruk.
2.4.4 Kecelakaan selama Pembersihan dan Pembentukan Saluran Akar
Kecelakaan prosedur yang paling sering terjadi selama proses pembersihan
dan pembentukan saluran akar adalah terbentuknya birai‚ terbentuknya saluran
akar artifisial‚ patahnya instrumen‚ dan keluarnya larutan irigasi ke periapeks.
Upaya perbaikan untuk kecelakaan ini biasanya sulit dilakukan dan merupakan
kasus rujukan ke spesialis.
2.4.4.1 Terbentuknya Birai (Ledge)
Birai (ledge) adalah suatu daerah artifikasi yang tidak beraturan pada
permukaan dinding saluran akar yang merintangi penempatan instrumen untuk
mencapai ujung saluran. Birai terbentuk karena penggunaan instrumen yang
terlalu besar, tidak sesuai dengan urutan; penempatan instrumen yang kurang dari
panjang kerja atau penggunaan instrumen yang lurus serta tidak fleksibel di dalam
saluran akar yang bengkok.
Birai dan ferforasi lateral dapat memberikan pengaruh yang merugikan
pada prognosis selama kejadian ini menghalangi pembersihan, pembentukan dan
pengisian saluran akar yang memadai.
Menurut definisinya suatu birai terbentuk jika panjang kerja tidak lagi
dapat diperbaiki dan patensi dari saluran akar hilang. Penyebab utama birai adalah
(1) akses lurus ke saluran akar yang tidak adekuat; (2) irigasi yang tidak adekuat;
(3) pelebaran berlebihan dari saluran akar yang melengkung dan; (4)
tertumpuknya debris di daerah apeks saluran akar.
Pencegahan Terbentuknya Birai
Evaluasi perawatan. Pencegahan birai dimulai dengan memeriksakan
radiograf praperawatan guna melihat bagaimana kelengkungan salauran
akar‚ panjangnya‚ dan ukuran awalnya.
Kurvatur. Yang paling penting adalah kurvatur pada sepertiga korona
saluran akar. Kurvatur yang tajam di daerah ini merupakan predisposisi terjadinya
birai di daerah apeks. Akses lurus ke arah orifis saluran akar bisa diperoleh selama
preparasi akses namun aksesbilitas ke daerah apeks bisa diperoleh hanya jika
saluran akar melebar ke arah korona. Kurvatur daerah apeks yang parah
memerlukan suatu tahapan pembersihan dan pembentukan yang tepat agar
patensinya tetap terjaga.
Panjang. Lebih panjang akarnya akan lebih mudah terjadinya birai
dibanding akar yang lebih pendek. Untuk mencegah terjadinya birai patensi harus
dijaga dengan seksama.
Ukuran awal. Saluran akar yang berdiameter kecil lebih rawan
terbentuknya birai dibandingkan dengan yang berdiameter besar. Pada
pemeriksaan radiografis kemungkinan kelengkungannya tidak terlihat karena
menggunakan teknik penyudutan lurus.
Prosedur teknik. Penentuan panjang kerja dalam proses pembersihan dan
pembentukan adalah kelanjutan dari preparasi akses. Akses lurus yang optimum
pada sepertiga apeks tidak akan tercapai jika proses pembersihan dan
pembentukannya belum selesai dengan baik. Pengukuran panjang kerja yang
akurat merupakan suatu keharusan karena pembersihan dan pembentukan yang
tidak mencapai panjang kerja adalah cikal bakal terjadinya birai. Oleh karena itu
sering melakukan rekapitulasi bersama-sama dengan pemakaian pelumas
merupakan tindakan yang mutlak perlu. NaOCl dapat dipakai di awal tindakan
untuk mengontrol perdarahan dan pembersihan debris.
Cara Penanganan Birai
Sekali terbentuk suatu birai akan sukar diperbaiki. Sebagai upaya awal
lewatkan birai tersebut dengan kirgi no.10 agar panjang kerjanya dapat diperoleh
kembali. Ujung kirgi dibengkokkan dengan cukup tajam dan difungsikan dalam
saluran akar sesuai dengan kelengkungan saluran akar. Pemakaian pelumas akan
sangat membantu. Cobalah gerakkan kirgi demikian rupa sehingga riang saluran
akar aslinya yang terletak sedikit ke arah apeks dari birai dapat dirasakan. Jika
saluran akar yang asli telah ditemukan kirgi kemudian difungsikan dalan gerakan
reaming dan sekali-sekali gerakan ke atas dan ke bawah untuk mempertahankan
ruangan dan menghilangkan debris walaupun hal ini tidak selalu berhasil.
Jika saluran akar aslinya tidak dapat ditemukan dengan cara ini
pembersihan dan pembentukan ruang saluran akar yang ada diselesaikan pada
panjang kerja yang baru. Adakalanya pelebaran ke arah orifis memungkinkan
birai di lewatkan (by-pass) dengan menyediakan akses yang lebih baik ke dalam
saluran akar apeks. Kirgi kecil dibengkokkan dipakai pada cara ini. Jika hal ini
berhasil ruang saluran akar apeks harus dibersihkan dan dibentuk secara bertahap
seperti corong sampai ukuran yang memadai. Menghilangkan seluruh birai atau
menguranginya akan mempermudah obturasi.
Prognosis
Gagal tidaknya perawatan akibat akan terjadi birai bergantung pada jumlah
debris yang tertinggal pada bagian saluran akar yang tidak terjamah instrumen dan
bagian saluran akar yang tidak terobturasi. Jumlahnya bergantung pada kapan
birai terbentuk selama preparasi. Secara umum birai yang pendek dan terletak di
daerah apeks memiliki prognosis baik. Pesien harus diberitahu tentang
prognosisnya‚ pentingnya pemeriksaan ulang‚ dan tanda apa saja yang
menandakan terjadinya kegagalan. Jika kemudian hari terdapat gejala klinis atau
tanda kegagalan pada radiograf maka pasien mungkin harus dirujuk untuk
pembedahan atau perawatan ulang.
2.4.4.2 Terjadinya Saluran Artifisial
Penyebab dan Pencegahannya
Penyimpangan saluran akar dari jalur aslinya dan terbentuknya saluran
akar artifisial menyebabkan birai yang berlebihan. Kejadian ini diawali oleh faktor
yang menyebabkan birai dan untuk pencegahanya, ikuti pedoman untuk
menghindari terjdinya birai. Urutan terjadinya saluran akar artifisial :
a. Terbentuk birai dan panjang kerja yang benar tidak dapat dicapai.
b. Operator terus mempreparasi ke arah apeks untuk mencapai panjang kerja,
sehingga tercipta suatu saluran akar artifisial.
c. Jika diteruskan akan terjadi perforasi permukaan akar.
Manajemen
Menangani saluran akar yang telah memiliki birai berlebihan sangat sukar.
Saluran akar yang asli sulit ditemukan, dinegosiasi kembali, dan
dipreparasi.Sebelum mengobturasi, periksa apakah ada perforasi atau tidak. Jika
tidak ada perforasi, saluran akar diobturasi teknik gutaperca yang dipanaskan
bersama-sama denga semen saluran akar. Jika ada perforasi, defeknya harus
direparasi secara interna atau secara bedah.
Prognosis
Gigi yang saluran akar aslinya dapat dinegosiasi ulang da diobturasi
dengan baik maka prognosisnya sama dengan gigi yang tidak mengalami
kecelakaan prosedural. Jika banyak saluran akar yang tidak terinstrumentasi dan
terobturasi dengan baik maka progonosisnya lebih buruk. Biasanya dilakukan
pembedahan untuk memotong bagian akar yang tidak terinstrumentasi dan
terobturasi.
2.4.5 Perforasi Akar
2.4.5.1 Perforasi Apeks
Perforasi apeks dapat terjadi melewati foramen apikalis
(overinstrumentation) atau melalui badan akar (saluran akar baru yang
menyebabkan perforasi).
Etiologi. Instrumentasi saluran akar yang melewati konstriksi apeks,
panjang kerja yang tidak benar, dan ketidakmampuan mempertahankan panjang
kerja yang tepat sehingga terjadi zipping (melebarnya foramen apikalis).
Indikasi. Muncul darah segar di dalam saluran akar atau pada instrumen,
ada nyeri selama preparasi saluran akar (sebelumnya gigi asimtomatik), apical
stop hilang secara mendadak. Dapat juga dikonfirmasikan dengan electronic apex
locator
Pencegahan. Panjang kerja harus tepat dan terus dipertahankan selama
prosedur. Pada saluran akar yang bengkok, perhatikan kelenturan dan ukuran file.
Prosedur step back dan preparasi corong dikatakan dapat meluruskan saluran akar
dan mengurangi panjang kerja sekitar 1-2mm.
Perawatan. Perhitungan panjang kerja baru, pembuatan apical seat, dan
pengobturasian saluran akar dengan panjang kerja yang baru.
Prognosis. Keberhasilan perawatan bergantung pada ukuran dan bentuk
defek. Apeks yang terbuka (corong terbalik) merupakan bentuk yang sukar
ditutup rapat dan dapat menyebabkan ekstrusi material obturasi.
2.4.5.2 Perforasi Lateral (di pertengahan akar)
Etiologi. Ketidakmampuan untuk mempertahakan kelengkungan saluran
akar dan tekanan atau dorongan file yang salah arah.
Indikator. Darah segar di dalam saluran akar atau pada instrumen, nyeri
mendadak saat prosedur, dan penyimpangan instrumen dari arah aslinya.
Perawatan. Hitung panjang kerja baru, kemudian bersihkan, bentuk dan
obturasi dengan panjang kerja baru. Saluran akar yang perforasi diirigasi dengan
larutan konsentrasi rendah (NaOCl 0,5% atau saline).
Prognosis. Keberhasilan bergantung pada saluran akar yang tidak
terbersihkan (debridement kurang sempurna) dan tidak terobturasi. Gigi yang
tidak terbersihkan dan tidak terobturasi dengan baik prognosisnya buruk.
2.4.5.3 Perforasi Akar Daerah Korona
Etiologi. Preparasi akses untuk menemukan lokasi orifis atau saat prosedur
melebarkan daerah korona saluran akar.
Perawatan dan Prognosis. Reparasi perforasi stripping di daerah
sepertiga korona akar mempunyai prognosis jangka panjang yang paling buruk.
Defeknya biasanya tidak mungkin dijangkau oleh reparasi yang adekuat, namun
diupayakan untuk menutup rapat defek secara interna walaupun prognosisnya
diragukan.
2.4.6 Instrumen Patah
Etiologi. Instrumen saluran akar yang tidak kuat dan tidak begitu lentur.
Pemakaian yang berlebihan atau tekanan pada file yang terlalu besar merupakan
penyebab yang utama.
Indikator. Instrumen yang patah bisa dilihat dari memendeknya instrumen
ketika ditarik dari saluran akar dan kemudian ditandai dengan hilangnya patensi
dari panjang aslinya. Untuk konfirmasi, diperlukan radiograf.
Pencegahan. Diperlukan pelumasan yang berkesinambungan, baik dengan
irigan atau pelumas. Periksa setiap instrumen sebelum digunakan, perhatikan jika
ada ulir yang melar atau merapat. Untuk mencegah kemacetan, setiap file harus
difungsikan sampai terasa longgar baru gunakan file dengan ukuran yang lebih
besar.
Perawatan. Terdapat 3 ancangan : (1) mencoba mengangkat instrumen,
(2) mencoba mem-by-pass-nya, dan (3) mempreparasi dan mengobturasi sampai
ke segmen patahan. Perawatan awalnya sama dengan perawatan pada birai.
Setelah berhasil melakukan by pass, gunakan jarum ekstirpasi untuk mengangkat
segmen patahan. Baru kemudian saluran akar dibersihkan, dibentuk, dan
diobturasi dengan panjang kerja yang baru.
Prognosis. Prognosis yang paling baik jika patahnya instrumen yang besar
terjadi pada tahap akhir preparasi dan mendekati panjang kerja. Prognosisnya
lebih buruk untuk gigi yang saluran akarnya belum terbersihkan dan yang patah
adalah instrumen kecil dekat apeks atau melewati foramen apikalis pada tahap
preparasi awal.
2.4.7 Kecelakan Lain
2.4.7.1 Terisap atau Tertelannya Instrumen
Kejadian terisap atau tertelanya instrumen bisa dicegah dengan pemakaian
rubber dam saat prosedur perawatan, ini merupakan standar perawatan. Dalam
kasus ini ada kemungkinan timbulnya tuntutan hukum. Untuk mengeluarkan
instrumen yang tertelan atau terisap biasanya dilakukan prosedur pembedahan.
2.4.7.2 Ekstrusi Irigan
Langkah perawatan - Sumber: www.smile-mag.com
Biasanya disebabkan oleh macetnya jarum irigasi di dalam saluran akar
(terutama keluar dari lubang perforasi) disertai pengeluaran cairan irigasi (NaOCl)
dengan tekanan kuat akan menyebabkan masuknya cairan irigasi ke dalam
periradikuler. Sehingga menyebabkan inflamasi dan rasa tidak enak pada pasien.
Namun hal ini akan mereda dengan sendirinya. Perawatannya hanya paliatif,
pasien diberi analgesik dan ditenangkan hatinya.
2.4.7.3 Kecelakaan Selama Obturasi
1) Obturasi Kurang
Etiologi. Adanya barier alamiah dalam saluran akar, birai yang terbentuk
saat preparasi saluran akar, pembentukan corong yang tidak memadai, dan
tekanan kondensasi yang tidak adekuat.
Perawatan dan Prognosis. Biasanya gutaperca diangkat kembali dan
dilakukan perawatan ulang. Pengangkatan gutaperca dilakukan dengan
menariknnya berlawanan arah dengan arah pemasangan. Jika gutaperca didorong
ke apeks dengan tekanan yang meningkat pada instrumen pemampat, dapat
menimbulkan resiko fraktur akar. Teknik gutaperca yang dipanaskan sebenarnya
memberikan obturasi yang lebih baik untuk daerah saluran akar yang tidak teratur.
2) Obturasi Berlebih
Material obturasi yang menonjol dari apeks menyebabkan kerusakan
jaringan dan inflamasi. Rasa sensitif sewaktu mengunnyah berlangsung selama
beberapa hari.
Etiologi. Biasanya merupakan kelanjutan dari over instrumentation yang
melewati konstriksi apeks, tidak memadainya bentuk corong saluran akar yang
telah dipreparasi, resorpsi inflamasi apikal, dan akar yang belum terbentuk
sempurna.
Pencegahan. Ikuti panduan untuk mencegah perforasi foramen apikalis.
Preparasi saluran akar berbentuk corong. File yang besar dan kon master
sepanjang panjang kerja harus memiliki stop yang positif. Sama seperti obturasi
yang kurang, gutaperca dapat diambil sebelum semen saluran akarnya mengeras.
Perawatan dan Prognosis. Jika terlihat tanda-tanda kegagalan, mungkin
diperlukan tindakan bedah untuk mengambil material yang berlebih dan
menambal ujung apeksnya. Prognosis jangka panjang ditentukan oleh kualitas
kerapatan apeks, jumlah material yang keluar apeks dan biokompatibilitasnya,
respon host, dan toksisitas serta kemampuan material untuk menambal apeks
dengan rapat.
3) Fraktur Akar Vertikal
Etiologi. Prosedur perawatan saluran akar dan faktor-faktor terkaitnya
(misalnya pemasangan pasak). Penyebab utama fraktur akar vertikal adalah
sementasi pasak dan yang kedua adalah aplikasi tekanan kondensasi yang
berlebihan ketika mengobturasi saluran akar.
Indikator. Fraktur akar vertikal yang sudah lama terjadi sering disertai
poket periodontium yang dangkal atau stoma saluran sinus serta adanya
radiolusensi lateral yang meluas ke bagian apeks dari fraktur vertikal. Untuk
konfirmasi, fraktur vertikal harus diperiksa secara visual (menggunakan bedah
eksploratori atau restorasi).
Pencegahan. Cara terbaik untuk menghindari fraktur akar vertikal adalah
dengan melakukan preparasi saluran akar yang benar dan mengobturasi dengan
tekanan yang seimbang, tidak berlebihan.
Perawatan dan Prognosis. Fraktur akar vertikal yang komplit memiliki
prognosis paling buruk. Perawatannya dengan pencabutan akar gigi yang terkena
pada gigi yang berakar jamak atau pencabutan seluruh gigi pada gigi berakar
tunggal.
4) Kecelakaan Selama Preparasi Rongga Pasak
Dalam preparasi saluran akar untuk pemasangan pasak, bur harus dipakai
secara bertahap. Perhitungan yang kurang tepat dan preparasi yang tidak benar
dapat menimbulkan perforasi.
Indikator. Keluarnya darah segar selama preparasi pasak merupakan
indikasi adanya perforasi akar. Adanya stoma saluran sinus atau defek probing
yang meluas sampai ke basis pasak sering merupakan tanda fraktur akar atau
perforasi. Radiograf memperlihatkan radiolusensi lateral sepanjang akar atau
daerah perforasi.
Perawatan dan Prognosis. Gigi dengan fraktur akar vertikal akibat
preparasi ruang pasak dan pasca pemasangan pasak prognosisnya sama dengan
gigi yang mengalami fraktur selama obturasi akar yang terlibat (atau gigi)
biasanya tidak mempunyai harapan lagi dan harus diekstraksi. Manajemen
perforasi pasak umumnya dengan pembedahan jika pasaknya tidak bisa dicabut.
Jika pasaknya bisa dicabut lebih baik dirawat dengan tindakan non-bedah. Gigi
dengan perforasi akar yang kecil, terletak di regio apeks, dan dapat diakses untuk
reparasi secara bedah memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan
gigi yang memiliki perforasi besar, dekat dengan sulkus gingiva atau tidak dapat
dijangkau untuk reparasi secara bedah.