DEBBY ELVIRA 1102012051
TUGAS MANDIRI SKENARIO 1 PILEK PAGI HARI
LI.1 Anatomi saluran pernafasan atas
LO.1.1 Anatomi makro saluran pernafasan atas
Berdasarkan anatomi saluran pernafasan terdiri dari 2 bagian :
1. Saluran nafas bagian atas (Upper Respiratory Tract) : mulai dari nares anterior (lubang hidung) sampai cartilage cricoid larynx.
2. Saluran nafas bagian bawah (Lower Respiratory Tract) : dari trachea sampai ductus alveolaris / alveoli paru.
HIDUNG
Organ hidung adalah organ pertama yang berfungsi dalam saluran nafas.
2 buah nares anterior = aperture nasalis anterior (lubang hidung) Vestibulum nasi : bagian depan rongga hidung, tempat muara nares anterior. Pada
mukosa hidung terdapat cilia yang kasar berfungsi sebagai saringan udara. Rangka hidung >> bagain luar dibentuk oleh tulang2 sbb : Os. Nasal, processus
frontalis, dan os. Maxillaris. Bagian dalam hidung yang berbentuk terowongan disebut dengan “Cavum Nasi” >>
mulai dari nares anterior sampai nares posterior (choanae).
CAVUM NASI (rongga hidung) mempunyai : dasar, atap, dinding lateral dan medial. Dasar : dibentuk oleh processus palatinus os maxilla dan lamina horizontal os
palatinus. Atap : bagian bawah atap dibentuk os frontale dan os nasal, bag.tengah oleh lamina
cribrosa os ethmoidalis.
Dinding : bagian lateral oleh tonjolan tulang conchae nasalis 3 buah superior, media, dan inferior diantaranya ada saluran dinamakan meatus nasalis.
SEPTUM NASI dibentuk oelh tulang-tulang :1. Cartilago septi nasi2. Os vomer3. Lamina perpendicularis os ethmoidalis
Ada 3 buah Concha Nasalis yaitu :1. Concha nasalis superior2. Concha nasalis media3. Concha nasalis inferior
Ada 3 buah saluran keluar cairan/lender melalui hidung yaitu :
1. Meatus nasalis superior (Antara concha nasalis superior & media)2. Meatus nasalis media (Antara concha media & inferior)3. Meatus nasalis inferior (Antara concha nasalis inferior dan dinding atas maxilla)
Sinus-sinus yang berhubungan dengan cavum nasi dikenal dengan “SINUS PARANASALIS” dan namanya sesuai dengan nama tulang rongga tersebut Antara lain :
1. Sinus sphenoidalis ada 2 buah2. Sinus frontalis3. Sinus ethmoidalis4. Sinus maxillaris
Bagian depan dan atas cavum nasi dipersarafi oleh N. Opthalmicus. Mucusa hidung
dan lainnya dipersarafi oleh ganglion sphenopalatinum. Nasofaring dan concha
nasalis dipersarafi oleh cabang dari ganglion pterygopalatinum. Sedangkan N.
Olfaktorius untuk penciuman.
FARING
Merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring.
Dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
o Nasofaring
o Orofaring
o Laringofaringeal
Berfungsi untuk menyediakan saluran pada traktus repiratorius dan traktus
digestivus.
LARING
Daerahnya dimulai dari aditus laringis (pintu laring) sampai batas bawah cartilago cricoid.
Terbentuk oleh tulang dan tulang rawan. Tulangnya adalah Os. Hyoid. Tulang rawannya:
o Epiglotis: tulang rawan berbentuk sendok. Pada saat ekspirasi inspirasi biasa,
epiglotis terbuka. Pada waktu menelan, epiglotis menutup aditus laringis
agar makanan tidak masuk ke laring.
o Cartilago tyroid (adam’s apple): jaringan ikatnya adalah membrana
thyrohyoid.
o Cartilago arytenoid: ada 2. Digunakan dalam gerakan pita suara dengan
cartilago thyroid.
o Cartilago cricoid: adalah batas bawah laring
Dalam cavum laringis terdapat pita suara asli (plica vocalis) dan pita suara palsu (plica
vestibularis).
LO.1.2 Anatomi mikro saluran pernafasan atas
Sistem pernapasan dimulai dari rongga hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana
pada alveolus terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dengan pembuluh darah.
Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama:
Bagian konduksi: meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus,
bronkiolus dan bronkiolus terminalis
Bagian respirasi: meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus.
Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat silindris
bersilia dengan sel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada 5
macam sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat (brush cells),
sel basal, dan sel granul kecil.
Rongga hidung
Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum di sekitar
nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum
merupakan epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi)
yang dibagi dua oleh septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media,
inferior) pada masing-masing dinding lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh
epitel respirasi, sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk
fungsi menghidu/membaui. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel
sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan
epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson yang bersinaps
dengan neuron olfaktorius otak), sel basal (berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada
lamina propria. Kelenjar Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel
olfaktorius sehingga memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa,
konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat setiap udara yang masuk
mengalami pembersihan, pelembapan dan penghangatan sebelum masuk lebih jauh.
Sinus paranasalis
Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus sphenoid,
semuanya berhubungan langsung dengan rongga hidung. Sinus-sinus tersebut
dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel goblet yang lebih
sedikit serta lamina propria yang mengandung sedikit kelenjar kecil penghasil mukus
yang menyatu dengan periosteum. Aktivitas silia mendorong mukus ke rongga
hidung.
Faring
Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan palatum
mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng.
Laring
Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada lamina
propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup
yang mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada fungsi
fonasi. Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan memiliki
permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh
epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan laringeal ditutupi oleh epitel respirasi
bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa
dan serosa.
Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam
lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis)
yang terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah
membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis gepeng, ligamentum
vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot rangka). Otot muskulus vokalis akan
membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang berbeda-beda.
LI.2 Respon Imun
LO.2.1 Fisiologi pernafasan bagian atas
Respirasi yang terdapat dalam tubuh mengalami 2 proses sebagai berikut :
1. Respirasi External : Proses pernafasan biasa mulai dari hidung sampai paru, disini terjadi pertukaran gas (O2 dan CO2) di alveoli organ paru.
2. Respirasi Internal : Proses selanjutnya mulai dari organ paru masuknya O2 kedalam vena pulmonalis masuk sirkulasi darah melalui jantung dan distribusikan sampai kedalam seluruh sel dan jaringan.
Secara fisiologis proses pernafasan yang normal terjadi dalam 2 bentuk :
1. Respirasi Costalis, dilakukan oleh M.Intercostalis externus dan internus.2. Respirasi Diafragmatika, dilakukan oleh gerakan M. Diafragma.
Skematis Jalan Nafas
Inspirasi >> Udara masuk hidung melalui lubang hidung atau nares anterior (aperture nasalis anterior) >> Vestibulum nasi >> Cavum nasi, terbagi dua oleh sekat hidung yaitu septum nasi
Udara dari cavum nasi masuk ke nares posterior (Choanae) dan berhubungan dengan >> Nasopharynx >> Oropharynx
Pada oropharynx epiglottis yang berfungsi membuka dan menutup aditus larynges (pintu laring). Bila aditus terbuka udara masuk daerah cavum larynx sampai disini termasuk saluran nafas bagian atas. Tapi bila menelan epiglottis menutup aditus laringis dan makanan masuk laryngopharynx (kerongkongan) >> esophagus.
Udara masuk saluran nafas bagian bawah >> Trachea >> Bronchus Primer >> Bronchus Sekunder >> Bronchiolus Segmentalis (Tersier) >> Bronchiolus terminalis >> Organ Paru melalui bronchioles respiratorius >> ductus alveolaris >> alveoli paru >> terjadi difusi pertukeran O2 dan CO2.
Fungsi Nonrespiratorik Sistem Pernapasan
Rute untuk mengeluarkan air dan panas. Udara atmosfer yang dihirup (diinspirasi) dilembabkan dan dihangatkan oleh saluran napas sebelum dihembuskan (diekspirasikan). Pelembaban udara yang masuk merupakan hal esensial untuk mencegah dinding alveolus mongering. Oksigen dan CO2 tidak dapat berdifusi menembus membrane yang kering.
Meningkatkan aliran balik vena. Membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengubah jumlah
CO2 penghasil H+ yang dikeluarkan. Memungkinkan kita berbicara, menyanyi, dan vokalisasi lain. Merupakan system pertahanan terhadap benda asing yang terhirup. Mengeluarkan, memodifikasi, mengaktifkan, atau menginaktifkan berbagai bahan
yang mengalir melewati sirkulasi paru. Contoh prostaglandin dapat masuk ke dalam darah tapi diinaktifkan ketika mengalir melewati paru sehingga tidak menimbulkan efek sistemik. Sebaliknya paru mengaktifkan angiotensin II, suatu hormon yang berperan penting dalam mengatur konsentrasi Na+ di CES.
Hidung berfungsi sebagai organ penciuman
Terdapat 3 tekanan yang berperan penting dalam ventilasi :
1. Tekanan atmosfer (barometric) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer pada benda dipermukaan bumi. Pada ketinggian permukaan laut tekanan ini sama dengan 760 mm Hg. Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahan ketinggian di atas permukaan laut karena lapisan-lapisan udara diatas permukaan bumi juga semakin menipis.
2. Tekanan intra-alveolus dikenal juga sebagai tekanan intraparu adalah tekanan didalam alveolus.
3. Tekanan intrapleura adalah tekanan didalam kantung pleura. Tekanan ini dikenal juga sebagai tekanan intrathoraks yaitu tekanan yang ditimbulkan diluar paru didalam rongga thoraks.
VOLUME & KAPASITAS PARU
Volume alun napas ( tidal volume ). Volum udara yang masuk atau keluar paru selama satu kali bernapas. Nilai rerata pada kondisi istirahat = 500ml.
Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume, IRV). Volum udara tambahan yang dapat secara maksimal dihirup di atas volume alun napas istirahat. IRV dicapai oleh kontraksi maksimal diafragma, otot intercostal eksternal, dan otot inspirasi tambahan. Nilai rerata = 3000 ml.
Kapasitas inspirasi (inspiratory capacity, IC). Volume udara maksimal yang dapat dihirup pada akhir ekspirasi tenang normal (IC = IRV + TV). Nilai rerata = 3500 ml.
Volume cadangan ekspirasi (expiratory reserve volume, ERV) . Volum udara tambahan yang dapat secara aktif dikeluarkan dengan mengontraksikan secara maksimal otot-otot ekspirasi melebihi udara yang secara normal dihembuskan secara pasif pada akhir volum alun napas istirahat. Nilai rerata = 1000 ml.
Volume Residual (residual volume, RV). Volume udara minimal yang tertinggal di paru bahkan setelah ekspirasi maksimal. Nilai rerata=1200 ml. Volume residual tidak dapat diukur secara langsung dengan spirometer, karena volume udara ini tidak keluar dan masuk paru. Namun, volume ini dapat ditentukan secara tidak langsung melalui teknik pengenceran gas yang melibatkan inspirasi sejumlah tertentu gas penjejak tak berbahaya misalnya helium.
Kapasitas residual fungsional (FRC). Volume udara di paru pada akhir ekspirasi pasif normal (FRC = ERV +RV). Nilai rerata = 2200 ml.
Kapasitas vital (VC). Volum udara maksimal yang dapat dikeluarkan dalam satu kali bernapas setelah inspirasi maksimal. (VC = IRV + TV + ERV). VC mencerminkan perubahan volume maksimal yang dapat terjadi di paru. Nilai rerata = 4500 ml
Kapasitas paru total (TLC) . Volum udara maksimal yang dapat ditampung oleh paru (TLC = VC + RV). Nilai rerata = 5700 ml.
Volum ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV). Volum udara yang dapat dihembuskan selama detik pertama ekspirasi dalam suatu penentuan VC. Pengukuran ini menunjukan laju aliran udara paru maksimal yang dapat dicapai.
LO.2.2 Mekanisme pertahanan saluran pernafasan bagian atas
Ada dua sistem pertahanan tubuh manusia, yaitu sistem pertahanan tubuh bawaan atau non-spesifik dan sistem pertahanan tubuh adaptif atau spesifik.
Sistem kekebalan tubuh bawaan atau non-spesifik adalah pertahanan pertama dalam melawan invasi organisme sedangkan system kekebalan adaptif atau spesifik bertindak sebagai pertahanan kedua terhadap paparan ulang dari pathogen yang sama.
LI.3 Rhinitis Alergi
LO.3.1 Definisi
Rhinitis adalah suatu inflamasi dari lapisan hidung yang ditandai dengan gejala rhinorrhea pada nasal bagian anterior dan posterior, bersin, hidung gatal dan tersumbat. Gejala tersebut terjadi selama lebih dari satu jam selama 2 hari atau lebih.
Rhinitis alergi adalah penyakit tidak menular yang paling umum terjadi. Penyakit ini dimediasi oleh IgE sebagai respon imun terhadap allergen.
Mukosa nasal bersambung dengan sinus paranasal, dapat terjadi kongesti ostia yang menyebabkan sinusitis. Hal tersebut tidak akan terjadi bila tidak diawali dengan rhinitis. Kata “Rhinosinusitis” diganti menjadi “Sinusitis”
LO.3.2 Klasifikasi
LO.3.3 Etiologi
LO.3.4 Patofisiologi
LO.3.5 Manifestasi Klinis
LO.3.6 Pemeriksaan
LO.3.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding
LO.3.8 Penatalaksanaan
LO.3.9 Pencegahan
LO.3.10 Prognosis
LI.4 Wudhu