TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Struktur dan Komposisi Plak
Secara umum komposisi plak terdiri dari air dan berbagai jenis bakteri di
dalam matriks intraseluler yang dibentuk oleh bakteri tersebut. Banyaknya bakteri
tersebut tergantung pada lokasi, diet individu dan lamanya plak tersebut
mengalami proses pematangan.
(Kadir, 1991)
2.1.1 Komposisi Secara Keseluruhan
Komposisi plak terdiri dari bahan organik dan anorganik terutama
terdiri dari bakteri dan jumlah bakteri kira-kira 250 juta/mg plak basah.
Kandungan plak mempunyai banyak air, bakteri-bakteri yang terdapat di
dalam plak berkolonisasi di atas suatu matriks, yang terdiri dari saliva dan
bahan-bahan metabolisme bakteri, misalnya polisakarida ekstraseluler
yaitu dekstran, levan dan lain-lain. Disamping komponen air, bakteri, dan
matriks interseluler, endapan plak ini juga mengandung sel-sel epitel yang
lepas, sel-sel darah putih, partikel sisa makanan, garam-garam anorganik
yaitu garam-garam kalsium dan fosfat.
(Djuita, 1989)
Menurut Roeslan (2002: 122) bakteri plak gigi mengandung tiga
komponen fungsional:
Organisme kariogenik, terutama S. mutans, L. acidophilus, dan A.
viscosus.
Organisme penyebab kelainan periodontal, khususnya Bacteroides
asaccharolyticus (gingivalis) dan Actinobacillus
(actinomycetemcomitans), walaupun A. viscous, Bakteroides
melaninogenicus, Veillonella alcalescans, Fusobakteria, dan
Spirochaetes juga terlibat.
Bahan adjuvant dan supresif, yang paling potensial adalah
lipopolisakarida (0,01%), dekstran (9,9%), levan (1%), dan sejumlah
asam lipoteikoat.
2.1.2 Komposisi Plak Masak
Tujuh puluh persen (70%) plak terdiri dari mikroba dan sisa-sisa
produk, ekstraseluler dan bakteri plak, sisa sel dan derivate glikoprotein.
Protein, karbohidrat, dan lemak juga dapat ditemukan dalam plak.
Karbohidrat yang paling sering dijumpai adalah produk bakteri dekstran
juga levan dan galaktosa. Komponen organik utama adalah kalsium,
fosfor, magnesium, potasium dan sodium. Kandungan garam anorganik
tertinggi pada permukaan lingual insisivus bawah, ion kalsium ikut
membantu perlekatan antara bakteri dengan pelikel.
(Manson dan Eley, 1993)
Komposisi bakteri dari plak pada permukaan luar terdiri dari
bakteri jenis aerob, sedangkan pada permukaan bagian dalam terdiri dari
bakteri anaerob. Bakteri anaerob cenderung lebih banyak karena oksigen
yang masuk ke bagian dalam hanya sedikit sehingga memungkinkan
bakteri anaerob tumbuh dengan subur. Bakteri di dalam plak tidak sama
dengan yang terdapat dalam rongga mulut, lactobacillus yang dulu dikira
penyebab utama karies ternyata hanya sejumlah kecil pada plak dan dalam
saliva jumlahnya lebih banyak. Sedangkan Streptococcus sangat sedikit
jumlahnya di dalam saliva dan banyak pada dental plak. Bakteri-bakteri
yang berada di dalam plak selain bisa menghasilkan asam (asidogenik)
dari makanan yang mengandung karbohidrat juga dapat bertahan dan
berkembang biak dalam suasana asam (asidurik). Distribusi bakteri di
dalam plak sangat bervariasi, namun pada umumnya bakteri di lapisan
bagian dalam berkumpul membentuk koloni yang lebih padat serta
mempunyai dinding yang lebih tebal, terutama dari jenis coccus.
(Willett, 1991; Gurenlian, 2007; Samaranayake, 2009).
Komposisi matriks interseluler dari dental plak terdiri atas
polisakarida ekstraseluler yang dibentuk oleh jenis bakteri tertentu di
dalam plak. Jenis utama bakteri yang mempunyai kemampuan untuk
membentuk polisakarida ekstraseluler adalah beberapa strain
Streptococcus yaitu Streptococcus mutans, Streptococcus bovis,
Streptococcus sanguis dan strain Streptococcus lainnya. Bakteri-bakteri ini
membentuk polisakarida ekstraseluler dari karbohidrat, terutama sukrosa
merupakan substrat utama bagi pembentukan dekstran yang merupakan
polimer glukosa dan levan yang merupakan polimer fruktosa. Pada
permukaan licin dari gigi, koloni dilakukan terutama oleh jenis-jenis
bakteri yang mempunyai kemampuan untuk membentuk dekstran,
misalnya Streptococcus mutans. Sedangkan pada permukaan akar yang
lebih terlindung terhadap tekanan-tekanan mekanik, organisme pembentuk
levan seperti Odontomyces viscosus akan berkoloni membentuk plak
(Willet, 1991; Caranza, 2006; Megananda et al., 2009).
2.2 Faktor pencegah dan pendukung pembentukan plak dan karang gigi
2.2.1 Menurut Carlsson (dalam Klaus, 1989) faktor – faktor yang
mempengaruhi proses pembentukan dental plak adalah sebagai berikut :
Lingkungan fisik yang meliputi anatomi dan posisi gigi, anatomi
jaringan sekitarnya, struktur permukaan gigi, dimana plak akan jelas
terlihat setelah dilakukan pewarnaan dengan menggunakan disclosing
solution. Pada daerah yang terlindung karena kecembungan permukaan
gigi, gigi yang letaknya salah, permukaan gigi dengan kontur tepi gusi
yang buruk, permukaan email yang cacat dan daerah cemento enamel
junction yang kasar, terlihat jumlah plak yang terbentuk lebih banyak.
Friksi atau gesekan oleh makanan yang dikunyah pada permukaan gigi
yang tidak terlindung dan pemeliharaan kebersihan mulut dapat
mencegah atau mengurangi penumpukan plak di permukaan gigi.
Pengaruh diet terhadap pembentukan plak ada dua aspek yaitu :
pengaruhnya secara fisik dan pengaruhnya sebagai sumber makanan
bagi bakteri di dalam plak. Keras lunaknya makanan mempengaruhi
pembentukan plak, plak akan terbentuk apabila kita lebih banyak
menkonsumsi makanan lunak. Terutamanya makanan yang
mengandung karbohidrat jenis sukrosa.
2.2.2 Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
komposis iplak, seperti yang dikemukakan oleh Seymour danHeasman (1992),
yaitu:
Umur subyek
Secara kuantitatif pada individu yang tua ditemukan bakteri dalam
jumlah yang lebih sedikit pada 4-8 jam sesudah pembentukan plak,
meskipun perbedaan ini tidak terjadi lagi setelah 24 jam. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa pada hari pertama dan seterusnya
plak terkumpul dengan kecepatan lebih besar pada orang
tuadibandingkan orang muda. Perbedaan tersebut kemungkinan
disebabkan karena perbedaan diet.Alternatif lain karena adanya
perubahan lingkungan oral yang disebabkan oleh berkurangnya
kecepatan aliran saliva pada manusia.
Variasi diurral
Perkembangan plak selama periode 24 jam tidak konstan. Kecepatan
perkembangannya berkurang sampai setengahnya selama periode 24
jam kedua. Salah satu kemungkinan yang dapat menerangkan hal ini
adalah bahwa koloni bakteri kekurangan makanan bila sekresi saliva
berkurang yaitu pada malam hari.
Sifat pelikel
Komposisi dan struktur pelikel mungkin mempengaruhi interaksi
antara pelikel dan koloni bakteri. Interaksi hidrofobik antara pelikel
dan bakteri di duga berperan penting dalam meningkatkan perlekatan
bakteri ke gigi.
Kekasaran permukaan
Pemukaan gigi yang tidak teratur dan kasar memudahkan kolonisasi
bakteri pada enamel. Permukaan gigi yang tidak teratur meliputi retak
sederhana pada enamel, CEJ yang menonjol dan daerah enamel
hipoplasia. Setelah kolonisasi awal pada gigi yang rusak, plak akan
berkembang lebih cepat dari pada daerah enamel yang halus.
Lokasi plak dalam mulut
Plak pada fisur oklusal mempuyai komposisi bakteri yang berbeda
dengan plak dento ginggiva pada permukaan gigi yang halus. Hal ini
dipengaruhi juga oleh faktor ekologi, seperti kebutuhan nutrisi, kadar
oksigen lokal, penghilangan bakteri oleh saliva.
Diet
Bakteri dalam plak mampu memetabolisme berbagai diet gula untuk
menghasilkan polimer karbohidrat yang menjadi komponen utama
matriks plak. Konsekuensinya, jika diet terdiri dari berbagai
karbohidrat, maka kuantitas kecepatan pembentukan plak akan
meningkat.
Bahan restorasi gigi
Pasien yang sering datang ke dokter gigi biasanya banyak memiliki
tumpatan berikut dengan bahan tumpatan yang berbeda-beda. Retensi
plak pada bahan-bahan tersebut bervariasi, dimana perlekatan lebih
disebabkan oleh karena adanya permukaan yang kasar daripada
struktur ataupun komposisi materialnya.Terdapat laporan bahwa
porselen meretensi plak lebih sedikit disbanding bahan lain. Akan
tetapi, perbedaan tersebut berkurang apabila bahan-bahan tersebut
dipoles dengan baik.
2.2.3 Faktor pencegah plak gigi
Plak memiliki konsistensi yang lunak sehingga mudah dibersihkan
dengan melakukan penyikatan gigi yang baik dan flossing
menggunakan benang gigi, plak akan tetap terbentuk setelah
dibersihkan. Oleh karena itu rutinitas menjaga kebersihan gigi dari
plak sangat penting.
Menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride
Selain membantu untuk membersihkan gigi dengan lebih baik, pasta
gigi juga berperan untuk melindungi gigi dari kerusakan karena
biasanya mengandung fluoride.
Pemilihan sikat gigi meliputi kelembutan bulu sikat, ukuran kepala
sikat gigi , model sikat gigi,dan gagang sikat.
2.3 Mekanisme biofilm, plak , dan karang gigi
2.3.1 Mekanisme Pembentukan Dental Plak
Mekanisme pembentukan plak terdiri dari dua tahap yaitu tahap
pembentukan lapisan acquired pelicle dan tahap proliferasi bakteri.
Acquired pelicle merupakan deposit selapis tipis dari protein saliva terdiri
– dari glikoprotein yang terbentuk beberapa detik setelah menyikat gigi.
Setelah pembentukan acquired pellicle, bakteri mulai berproliferasi
disertai dengan pembentukan matriks inter bakterial yang terdiri dari
polisakarida ekstraseluler. Polisakarida ini terdiri dari levan, dextran,
protein saliva dan hanya bakteri pembentuk polisakarida ekstraseluler
yang dapat tumbuh, yakni Streptococcus mutans, Streptococcus bovis,
Streptococcus sanguis dan Streptococcus salivarius, sehingga pada 24 jam
pertama terbentuklah lapisan tipis yang terdiri dari jenis coccus. Bakteri
tidak membentuk suatu lapisan yang kontinyu diatas permukaan aquirec
pelikel melainkan suatu kelompok-kelompok kecil yang terpisah, suasana
lingkungan pada lapisan plak masih bersifat aerob sehingga hanya
mikroorganisma aerobik dan fakultatif yang dapat tumbuh dan
berkembang biak (Klaus,1989 ; Manson,1993 ; Caranza, 2006).
Pada awal ploriferasi bakteri yang tumbuh adalah jenis coccus dan
bacillus fakultatif (Neisseria, Nocardia dan Streptococcus), dari
keseluruhan populasi 50% terdiri dari Streptococcus mutans (Willet,
1991). Dengan adanya perkembangbiakan bakteri maka lapisan plak
bertambah tebal karena adanya hasil metabolisme dan adesi bakteri pada
permukaan luar plak, lingkungan dibagian dalam plak berubah menjadi
anaerob. Setelah kolonisasi pertama oleh Streptococcus mutans berbagai
jenis mikroorganisma lain memasuki plak, hal ini dinamakan “Phenomena
of succession”, pada keadaan ini dengan bertambahnya umur plak, terjadi
pergeseran bakteri di dalam plak (Semaranayake, 2006).
Pada tahap kedua, dihari kedua sampai keempat apabila kebersihan
mulut diabaikan, coccus gram negatif dan bacillus bertambah jumlahnya
(dari 7% menjadi 30%) dimana 15% diantaranya terdiri dari bacillus yang
bersifat anaerob. Pada hari kelima Fusobacterium, Actinomyces dan
Veillonella yang aerob bertambah jumlahnya. Pada saat plak matang dihari
ketujuh ditandai dengan munculnya bakteri jenis Spirochaeta, Vibrio dan
jenis filamen terus bertambah, dimana peningkatan paling menonjol pada
Actinomyces naeslundi. Pada hari ke-28 dan ke-29 jumlah Streptococcus
terus berkurang (Semaranayake, 2006 ; Gurenlian, 2007 ; Megananda et
al, 2009).
Plak akan meningkat jumlahnya setelah kolonisasi awal permukaan gigi
melalui dua mekanisme terpisah, yaitu:
Multiplikasi dari bakteri yang telah melekat pada permukaan
gigi
Multiplikasi serta perlekatan lanjut bakteri yang ada dengan
bakeri baru (Suci, 2011 )
2.3.2 Pembentukan Kalkulus
Rongga mulut manusia tidak pernah bebas dari bakteri dan
umumnya bakteri plak memegang peranan penting dalam menentukan
pembentukan kalkulus. Pelekatan kalkulus dimulai dengan pembentukan
plak gigi, sedangkan permukaan kalkulus supragingival dan kalkulus
subgingival selalu diliputi oleh plak gigi. Kalkulus merupakan suatu
endapan amorf atau kristal lunak yang terbentuk pada gigi atau protesa dan
membentuk lapisan konsentris. Kalkulus ini biasanya terbentuk setelah 2-
14 hari terbentuknya plak. Kalkulus disebut juga "tartar" merupakan
endapan keras hasil mineralisasi plak gigi, melekat erat mengelilingi
mahkota dan akar gigi. Selain pada permukaan gigi, kalkulus juga terdapat
pada gigi tiruan dan restorasi gigi dan hanya bisa hilang dengan tindakan
scalling. Penelitian morfologi kalkulus menggunakan scanning electron
microscopy (SEM) menunjukkan bahwa kalkulus supragingival dan
kalkulus subgingival kasar dan porus serta terdapat retensi dan plak gigi.
Permukaan luar kalkulus selalu diliputi oleh organisme-organisme bentuk
filamen dan bulat, sedangkan permukaan dalam kalkulus tidak. Ada
perbedaan jumlah koloni pada plak gigi dengan atau tanpa kalkulus
supragingival. Pada plak gigi kelompok kalkulus terdapat lebih banyak
spesies Bacteroides intermedius, Bacteroides melaninogenicus serta
Capnocytophaga. Organisme yang terdapat pada plak gigi yang sudah
matang juga terdapat pada kalkulus. Ditemukan ada 22 mikroorganisme di
dalamnya. Bakteri plak diperkirakan memegang peranan penting dalam
pembentukan kalkulus, yaitu dalam proses mineralisasi, meningkatkan
kejenuhan cairan di sekitarnya sehingga lingkungannya menjadi tidak
stabil atau merusak faktor penghambat mineralisasi. Sumber mineral untuk
kalkulus supragingival diperoleh dan saliva, sedangkan kalkulus
subgingival dari serum darah. Kalkulus terjadi karena pengendapan garam
kalsium fosfat, kalsium karbonat dan magnesium fosfat. Komposisi
kalkulus dipengaruhi oleh lokasi kalkulus dalam mulut serta waktu
pembentukan kalkulus. Pada suatu saat kalkulus dapat cepat terbentuk,
sedangkan pada saat yang lain lambat atau tidak terbentuk kalkulus.
Kalkulus melekat erat dengan gigi dan hanya bisa dibersihkan
dengan scaller, atau alat ekstraktor oleh dokter gigi. Kalkulus mula-mula
kuning, lama-kelamaan dapat berwarna coklat atau kehitaman sesuai
dengan kebiasaan seperti merokok atau minum kopi. Kalkulus dapat
menyebabkan gigi goyang dan mudah tanggal karena penurunan gusi, gusi
bengkak, gusi berdarah terutama saat menyikat gigi dan halitosis (bau
mulut).
Beberapa macam teori dikemukakan oleh para peneliti mengenai proses
terbentuknya kalkulus, antara lain:
Teori CO
Menurut teori ini, pengendapan garam kalsium fosfat terjadi akibat
adanya perbedaan tekanan CO2 dalam rongga mulut dengan tekanan CO2
dari duktus saliva, yang menyebabkan pH saliva meningkat sehingga
larutan menjadi jenuh.
Teori Protein
Pada konsentrasi tinggi, protein koloida saliva bersinggungan
dengan permukaan gigi maka protein tersebut akan keluar dari saliva,
sehingga mengurangi stabilitas larutannya dan terjadi pengendapan garam
kalsium fosfat.
Teori Fosfatase
Fosfatase berasal dari plak gigi, sel-sel epitel mati atau bakteri.
Fosfatase membantu proses hidrolisa fosfat saliva sehingga terjadi
pengendapan garam kalsium fosfat.
Teori Esterase
Esterase terdapat pada mikroorganisme, membantu proses
hidrolisis ester lemak menjadi asam lemak bebas yang dengan kalsium
membentuk kalsium fosfat.
Teori Amonia
Pada waktu tidur, aliran saliva berkurang, urea saliva akan
membentuk amonia sehingga pH saliva naik dan terjadi pengendapan
garam kalsium fosfat.
Teori Pembenihan
Plak gigi merupakan tempat pembentukan inti ion-ion kalsium dan
fosfor yang akan membentuk kristal inti hidroksiapatit dan berfungsi
sebagai benih kristal kalsium fosfat dari saliva jenuh.
Diketahui ada dua macam kalkulus menurut letaknya terhadap
gingival margin yaitu kalkulus supragingival dan kalkulus subgingival.
Kalkulus supragingival terletak di atas margin gingiva, dapat terlihat
langsung di dalam mulut, warnanya putih kekuning-kuningan dan
distribusinya dipengaruhi oleh muara duktus saliva mayor. Kalkulus
subgingival terletak di bawah margin gingiva, tidak dapat terlihat langsung
di dalam mulut, dan warnanya kehitaman. Endapan kalkulus supragingival
terbanyak adalah pada permukaan bukal gigi molar pertama maksila, dan
pada permukaan lingual gigi insisivus pertama dan kedua mandibula.
Endapan kalkulus subgingival paling banyak terdapat pada gigi insisivus
pertama dan kedua mandibula, diikuti oleh gigi molar pertama maksila,
kemudian gigi-gigi anterior maksila. (Sriono, 2005)
2.4 Dampak dari pembentukan plak dan karang gigi
2.4.1 Dampak Plak
Bakteri – bakteri dalam plak yang melekat pada permukaan gigi
terutamanya Streptococcus dan Lactobasilus akan memetabolisme sisa
makanan yang bersifat kariogenik terutama yang berasal dari jenis
karbohidrat yang fermentable, seperti sukrosa, glukosa, fruktosa, maltose.
Gula ini mempunyai molekul yang kecil dana mempunyai berat yang
rendah sehingga mudah meresap dan dimetabolisme oleh bakteri, hasil
metabolisme oleh bakteri tersebut selain dapat menghasilkan asam juga
menghasilkan polisakarida ekstraseluler dan polisakarida intraseluler,
alcohol dan CO2. Selain dihasilkan oleh Streptococcus dan Lactobasilus,
asam dan polisakarida ekstraseluler dan intraseluler juga dihasilkan oleh
Stapilococcus,
Neisseria, Enterococcus, akan tetapi bakteri ini tidak tahan hidup dalam
lingkungan asam dan hanya dapat hidup sampai pH 6 – 6,5, sedangkan
Streptococcus dapat tahan sampai pH 4,5 dan Lactobacilus dapat tahan
sampai pH 4. Streptococcus dan Lactobasilus selain asidogenik juga
bersifat asidurik (Kidd, 1992).
Menurut Gibbons dan Banghart (1967), Jordan dan Kayes (1966)
menyatakan bahwa Streptococcus kariogenik mempunyai sifat – sifat yang
memegang peranan utama dalam proses karies gigi. Streptococcus
memfermentasi berbagai jenis karbohidrat menjadi asam sehingga
mengakibatkan turunnya pH. Streptococcus membentuk dan menyimpan
polisakarida intraseluler dari berbagai jenis karbohidrat kemudian
polisakarida simpanan ini dapat dipecah kembali oleh bakteri tersebut
apabila karbohidrat eksogen berkurang, sehingga asam akan terus menerus
terbentuk. Streptococcus juga memiliki kemampuan untuk membentuk
polisakarida ekstraseluler (dekstran dan levan) yang menyebabkan sifat
adesif dan kohesif dari plak (Kidd, 1992 ; Willet, 1991).
2.4.2 Potensi Patologis Dental Plak Terhadap Terjadinya Penyakit
Jaringan Keras dan Jaringan Lunak Gigi
Plak yang melekat erat pada permukaan gigi dan gingival
mempunyai potensi yang cukup besar terhadap terjadinya penyakit pada
jaringan keras gigi maupun jaringan pendukungnya. Keadaan ini
disebabkan karena plak mengandung berbagai macam bakteri dengan
berbagai macam hasil metabolismenya. Penyakit yang ditimbulkan oleh
bakteri terhadap jaringan keras gigi maupun jaringan pendukungnya
tergantung dari umur dan ketebalan plak (yang akan mempengaruhi pH,
komposisi organik dan anorganik serta macam dan jumlah bakteri), jenis
makanan dalam diet dan banyaknya aliran saliva. Metabolisme karbohidrat
oleh bakteri asidogenik akan menghasilkan pembentukan dan penimbunan
asam, asam ini akan mengakibatkan terjadinya dekalsifikasi dan destruksi
permukaan gigi sehingga terjadi karies. Sedangkan metabolisme protein
akan menghasilkan bahan toksik terhadap jaringan lunak, selain itu juga
menghasilkan produksi basa seperti NH3 yang dapat meningkatkan pH
dan merangsang deposisi serta penimbunan garam kalsium dan fosfat yang
menyebabkan terjadinya kalkulus (Klaus, 1989 ; Megananda et al, 2009).
2.4.3 Dental plak sebagai penyebab terjadinya karies
Bakteri – bakteri dalam plak yang melekat pada permukaan gigi
terutamanya Streptococcus dan Lactobasilus akan memetabolisme sisa
makanan yang bersifat kariogenik terutama yang berasal dari jenis
karbohidrat yang fermentable, seperti sukrosa, glukosa, fruktosa, maltose.
Gula ini mempunyai molekul yang kecil dan mempunyai berat yang
rendah sehingga mudah meresap dan dimetabolisme oleh bakteri, hasil
metabolisme oleh bakteri tersebut selain dapat menghasilkan asam juga
menghasilkan polisakarida ekstraseluler dan polisakarida intraseluler,
alkohol dan CO2. Selain dihasilkan oleh Streptococcus dan Lactobasilus,
asam dan polisakarida ekstraseluler dan intraseluler juga dihasilkan oleh
Stapilococcus, Neisseria, Enterococcus, akan tetapi bakteri ini tidak tahan
hidup dalam lingkungan asam dan hanya dapat hidup sampai pH 6 – 6,5,
sedangkan Streptococcus dapat tahan sampai pH 4,5 dan Lactobacilus
dapat tahan sampai pH 4. Streptococcus dan Lactobasilus selain
asidogenik juga bersifat asidurik (Kidd, 1992).
Asam yang paling banyak dihasilkan adalah asam laktat, selain itu
juga asam piruvat, asam asetat, asam propionate dan asam formiat. Asam
yang terbentuk dari hasil metabolisme ini selain dapat merusak gigi, juga
dipergunakan oleh bakteri untuk mendapatkan energi. Asam – asam ini
akan dipertahankan oleh plak permukaan email dan akan mengakibatkan
turunnya pH di dalam plak dan pada permukaan email sampai 5,2 – 5,5
(pH kritis) dalam waktu 1-3 menit, tetapi adapula yang mengatakan bahwa
Streptococcus untuk menurunkan pH permukaan email menjadi pH 6,0 –
5,0 membutuhkan waktu kurang dari 13 menit. Pada Lactobasilus
memerlukan waktu beberapa hari untuk menghasilkan penurunan pH yang
sama. Plak akan bersifat asam untuk beberapa waktu dan akan kembali ke
pH normal (pH 7) dibutuhkan waktu 30 – 60 menit. Pada seseorang yang
terlalu sering mengkonsumsi gula dan terus – menerus maka pH akan tetap
dibawah pH normal, dalam waktu tertentu akan mengakibatkan terjadinya
demineralisasi dari permukaan email yang rentan diikuti dengan terjadinya
pelarutan kalsium dan phospat dari email, selanjutnya akan terjadi
kerusakan / destruksi email sehingga terjadilah karies gigi (Megananda et
al, 2009 ; Semaranayake, 2009 ; Wikipedia, 2010).
Menurut Gibbons dan Banghart (1967), Jordan dan Kayes (1966)
menyatakan bahwa Streptococcus kariogenik mempunyai sifat – sifat yang
memegang peranan utama dalam proses karies gigi. Streptococcus
memfermentasi berbagai jenis karbohidrat menjadi asam sehingga
mengakibatkan turunnya pH. Streptococcus membentuk dan menyimpan
polisakarida intraseluler dari berbagai jenis karbohidrat kemudian
polisakarida simpanan ini dapat dipecah kembali oleh bakteri tersebut
apabila karbohidrat eksogen berkurang, sehingga asam akan terus menerus
terbentuk. Streptococcus juga memiliki kemampuan untuk membentuk
polisakarida ekstraseluler (dekstran dan levan) yang menyebabkan sifat
adesif dan kohesif dari plak (Kidd, 1992 ; Willet, 1991).
Katz (1971) menggambarkan proses karies gigi secara diagramatik
sebagai berikut (Megananda et al, 2009) :
Bakteri + karbohidrat -----polisakarida extraseluler (PES)
PES + bakteri + saliva ------plak gigiBakteri asidogenik dalam
plak + karbohidrat ------asam Asam + permukaan gigi --------karies
gigi.
2.4.4 Dental plak sebagai penyebab kelainan jaringan periodontal
Faktor lokal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit
periodontal antara lain adalah bakteri dalam plak, kalkulus, material alba
dan food debris. Semua faktor lokal tersebut terjadi akibat kurangnya
kebiasaan memelihara kebersihan gigi dan mulut. Loe et al (1965)
mengadakan penelitian mengenai proses terjadinya gingivitis pada pasien
– pasien dengan gingival sehat, dengan cara mengabaikan kebersihan gigi
dan mulut serta meneliti perubahan – perubahan yang terjadi pada
mikroflora plak. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang erat
antara plak dan gingivitis. Gejala – gejala klinis gingivitis mulai terlihat 10
– 21 hari setelah prosedur pembersihan gigi dan mulut dihentikan.
Theilade dan Ritz menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur plak
juga akan terjadi perubahan pada jumlah dan jenis bakteri. Coccus dan
batang Gram positif merupakan bakteri yang dominan pada permulaan,
setelah beberapa hari akan berkurang. Selanjutnya coccus Gram negatif,
filamen fusobakterium, vibrio, spirochaeta dan jenis lainnya akan
bertambah dan terdapat bukti – bukti bahwa perubahan – perubahan ini
berhubungan erat dengan bertambahnya potensi patologis plak gigi
terhadap periodontal (Klaus, 1989 ; Manson,1993).
Terjadinya inflamasi pada gingival oleh bakteri di dalam plak
disebabkan karena bakteri tersebut menghasilkan enzim – enzim yang
mampu menghidrolisa komponen interseluler dari epitel gingival dan
jaringan ikat di bawahnya. Enzim – enzim hidrolitik yang berperan pada
proses inflamasi ini yaitu enzim hialuronidase, lipase, kolagenase,
betaglukoranidase, chondrolitin sulfatase, dekarboksilase, peroksidase dan
katalase. Beberapa jenis bakteri berbentuk filament seperti Bacteroides
melaninogenicus mempunyai kemampuan untuk menghasilkan kolagenase
(enzim yang dapat menghidrolisa kolagen), Odontomyces viscosus dan
beberapa jenis lainnya mempunyai potensi patogenik terbesar terhadap
gingival. Iritasi terjadi karena toxin yang dihasilkan oleh bakteri dalam
plak dan akan mengakibatkan degenerasi dari epitel gingival dan inflamasi
jaringan ikat dibawahnya. Dinding sel dari bakteri Gram negatif yang
banyak terdapat pada plak dewasa mengandung endotoksin yang akan
dilepaskan setelah bakteri tersebut mati. Bakteri dalam plak dan hasil
metabolismenya merangsang terjadinya reaksi antigen antibodi yang
abnormal pada jaringan gingival sebagai respon tubuh terhadap antigen
bakteri (Semaranayake, 2006 ; Megananda, 2009).
2.5 Pencegahan dan pengobatan plak dan karang gigi
2.5.1 Pencegahan Plak
Pencegahan plak gigi dapat dilakukan :
Secara mekanik yaitu dengan menyikat gigi dan pembersihan
interdental dengan menggunakan benang gigi (dental floss).
Secara kimiawi yaitu kumur-kumur dengan cairan antiseptis.
Mengurangi konsumsi makanan manis dan lengket.
Memperbanyak konsumsi buah-buahan yang berair dan sayuran
berserat.
Memperbanyak minum air putih
Mengurangi minuman kopi, teh, soda dan berhenti merokok yang
dapat menimbulkan lapisan tipis dipermukaan gigi yang disebut stain
sehingga warna gigi jadi kusam, kecoklat-coklatan.
Memijat gusi dengan menggunakan dental water jet
Pemeriksaan gigi secara berkala.
(Besford, 1996)
Kekuatan fisiologis alami yang membersihkan rongga mulut tidak
mampu menghilangkan plak gigi. Sehingga mengontrol plak merupakan
cara untuk menghilangkan plak dan mencegah akumulasinya. Inilah
tingkatan utama dalam pencegahan penyakit gusi dan karies. (Srigupta,
2004)
Vitamin A, C dan D dikenal memiliki peran penting dalam menjaga
kesehatan mulut dan mencegah pembentukan plak. Vitamin-vitamin
tersebut juga penting untuk menjaga tulang, gusi, dan gigi agar tetap kuat
dan bebas penyakit.
2.5.2 Peranan Vitamin dalam pencegahan dan pengobatan
Vitamin A
Vitamin A berkontribusi penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan gigi, tulang, jaringan lunak, rambut, kulit, serta
penglihatan. Vitamin A juga membantu memelihara kesehatan mulut,
membuat gigi kuat, dan mencegah plak. Beta-karoten atau prekursor
vitamin A memiliki sifat antioksidan kuat untuk mencegah penyakit
periodontal dan melawan pembusukan gigi. Vitamin A ditemukan dalam
berbagai makanan seperti wortel, melon, brokoli, ubi jalar, susu, telur,
bayam, dan ikan.
Vitamin C
Vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air dan ampuh
melawan infeksi serta memperbaiki jaringan tubuh. Vitamin C menjaga
gusi, gigi, tulang, pembuluh darah, jaringan tubuh, dan kulit agar tetap
sehat. Vitamin C efektif pula menghambat pertumbuhan plak, mencegah
kanker, dan radang gusi. Vitamin C juga mengandung antioksidan untuk
melawan mikroorganisme yang membentuk biofilm pada gigi. Vitamin ini
ditemukan dalam jeruk, berry, brokoli, kembang kol, paprika dan peterseli.
Karena tidak disimpan dalam tubuh, untuk mengambil suplemen vitamin
C, terutama jika tidak mengkonsumsinya dalam jumlah yang cukup.
Vitamin D
Vitamin D sangat penting untuk menjaga gigi, gusi, dan tulang tetap
kuat dan sehat. Vitamin ini membantu memperkuat tulang rahang untuk
menghindari tanggalnya gigi, melawan penyakit periodontal dan
membantu melindungi gigi dari penumpukan plak. Vitamin D dibuat di
dalam tubuh dengan bantuan paparan sinar matahari, tetapi juga dapat
ditemukan dalam makanan seperti ikan, susu, telur, mentega dan keju.
Vitamin ini mampu memperkuat sistem kekebalan tubuh yang pada
akhirnya melawan bakteri yang menyebabkan penyakit dan peradangan
gusi.
(MH, Putri.2010)
Recommended