BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tablet merupakan salah satu sediaan farmasi yang paling banyak dibuat atau
diproduksi dewasa ini karena bentuk tablet dapat menjamin kestabilan sifat fisika dan
kimia bahan obat. Selain itu tablet merupakan sediaan kering, mudah dalam pengemasan,
pengepakan, transportasi dan penggunannya.
Sebagai mahasiswa farmasi pembuatan tablet merupakan salah satu kompetensi
yang harus dimiliki oleh sebab itu dilakukan praktikum “Pembuatan Tablet Paracetamol
dengan Metode Granulasi Basah”. Praktikum dilakukan meliputi preformulasi, granulasi,
uji granulasi, pencetakan tablet dan uji mutu tablet.
B. Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan tablet
paracetamol menggunakan metode granulasi basah serta melakukan uji mutu fisik tablet
paracetamol untuk mengetahui kelayakan tablet.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Tablet (compressi) merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaan rata atau cembung
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan. (Anonim,
1995)
Tablet digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal atau sistemik. Pengobatan
lokal misalnya:
a. Tablet untuk vagina, berbentuk seperti amandel, oval, digunakan sebagai antiinfeksi,
antifungi, penggunaan hormon secara lokal.
b. Lozenges, trochisci digunakan untuk efek lokal di mulut dan tengorokan, umumnya
digunakan sebagai antiinfeksi. (Anief, M., 2005)
Pengobatan untuk mendapatkan efek sistemik, selain tablet biasa yang ditelan
masuk perut terdapat pula yang lain seperti:
Tablet bukal digunakan dengan cara dimasukkan di antara pipi dan gusi dalam
rongga mulut, biasanya berisi hormon steroid, absorpsi terjadi melalui mukosa mulut
masuk peredaran darah.
Tablet sublingual digunakan dengan jalan dimasukkan di bawah lidah, biasanya
berisi hormon steroid. Absorpsi terjadi melalui mukosa masuk peredaran darah.
Tablet implantasi berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril dimasukkan secara
implantasi dalam kulit badan.
Tablet hipodermik dilarutkan dalam air steril untuk injeksi untuk disuntikkan di
bawah kulit. (Anief, M., 2005)
Untuk membuat tablet diperlukan zat tambahan berupa:
Zat pengisi (diluents) dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet. Biasanya
digunakan Saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phosphas, Calcii Carbonas
dan zat lai yang cocok.
2
Zat pengikat (binder) dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat.
Biasanya yang digunakan adalah mucilago gummi arabici 10 -20% (solution
Methylcellulosum 5%)
Zat penghancur (disintegrant) dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut.
Biasanya yang digunakan adalah Amylum Manihot kering, gelatinum, agar-agar,
natrium alginate.
Zat pelicin (lubricant) dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan (matrys).
Biasanya digunakan talcum 5%, Magnesii Stearas, Acidum Stearicum. (Anief, M.,
2005)
Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain, kecuali zat pelicin dibuat
granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet dengan
baik, maka dibuat granul agar mudah mengalir (free flowing) mengisi cetakan serta
menjaga agar tablet tidak retak (capping) (Anief, M., 2005).
Dalam membuat granul ada 2 macam :
1. cara basah
2. cara kering atau disebut slugging atau pre compression (Anief, M., 2005).
Langkah – langkah dalam metode granulasi basah :
1. Menimbang dan mencampur bahan-bahan.
Bahan aktif, pengisi, penghancur ditimbang sesuai yang dibutuhkan. Untuk
pencampuran biasanya menggunakan mixer atau blender, bahan pengisi biasanya
laktosa, kaolin, manitoll, amylum, gula bubuk.
2. Pembuatan granuasi basah.
Agar campuran serbuk mengalir bebas dan merata dari hopper kedalam cetakan
mengisinya dengan tepat dan merata, biasanya perlu mengubah campuran serbuk
menjadi granula yang bebas mengalir kedalam cetakan disebut granulasi.
3. Pengayakan adonan lembab menjadi pellet atau granul.
3
Umumnya granuasi basah ditekan melaui ayakan no 6 atau 8, lalu disalurkan
kedalam fluidbeddriers dibuat granul dengan menekankan pada alat yang dibuat
berlubang – lubang.
4. Pengeringan.
Kebanyakan granul dikeringkan dalam cabinet pengering dengan system sirkulasi
udara dan pengendalian temperatur, pada metode ini granul dikeringkan pada
keadaan tertutup dan diputar – putar sambil dialirkan udara yang hangat, pada proses
ini campuran serbuk yang akan dibuat granul diubah menjadi larutan atau suspensis
dan disemprotkan, dikeringkan dalam fluidizedbed untuk menghasilkan granul yang
seragam dan mudah mengalir.
5. Pengayakan kering.
Setelah dikeringkan granul dilewatkan melalui ayakan dengan lubang lebih kecil dari
yang biasa dipakai untuk pengayakan granulasi asli.
6. Pencampuran bahan pelicin.
Setelah pengayakan kering, biasanya bahan pelicin kering ditambahkan ke dalam
granul.
7. Pembuatan tablet dengan kompresi.
Cara kerjanya memasukan granul kedalam ruang cetakan dan dikempa oleh kedua
gerakan punch atas dan bawah. (Ansel, 1982)
Syarat – syarat tablet :
memenuhi keseragaman ukuran
memenuhi keseragaman bobot
memenuhi waktu hancur
memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat
memenuhi waktu larut (dissolution test) (Anief, M., 2005)
4
B. Tinjauan Bahan
1. Paracetamol
Rumus bangun :
N-acetyl-para-aminophenol
Rumus molekul : C8H9NO2
Nama kimia : 4-hidroksiasetanilida [103-90-2]
Berat molekul : 151,16
Kandungan : Tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0%
C8H9NO2 dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian : Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N;
mudah larutan dalam etanol.
Farmakologi :
Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik
ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal
dengan nama parasetamol, dan tersedia sebagai obat bebas
Efek analgetik Paracetamol dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri
ringan sampai sedang. Paracetamol menghilangkan nyeri, baik secara sentral maupun
secara perifer. Secara sentral diduga Paracetamol bekerja pada hipotalamus
sedangkan secara perifer, menghambat pembentukan prostaglandin di tempat
inflamasi, mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik atau
kimiawi.
Efek antipiretik dapat menurunkan suhu demam. Pada keadaan demam,
diduga termostat di hipotalamus terganggu sehingga suhu badan lebih tinggi
Senyawa Paracetamol memiliki waktu paruh 1 – 3 jam, dan tidak menyebabkan
5
perdarahan gastrointestinalis atau gangguan asam basa seperti asam asetilsalisilat,
tetapi mempunyai bentuk toksisitas hepatik sedang sampai berat.
2. Hidroksi Propil Metil Selulosa ( HPMC)
Pemerian : serbuk putih tidak berbau dan tidak memiliki rasa, larut dalam
air
Kelarutan : larut dalam air dingin, praktis tidak larut dala kloroform,
etanol, dan eter, tetapi tidak larut dalam campuran etanol dan
diklorometan, dalam campuran metanol dan diklorometan, dan
campuran air dan alkohol
Stabilitas : stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat
sejuk dan kering
OTT : inkompatibel dengan agen pengoksidasi, jika non ionic maka
tidak akan membentuk kompleks dengan garam metalik, atau
ion organik menjadi endapan yang tidak larut. Tidak boleh
dicampur dengan bahan yang mengandung aspirin, beberapa
vitamin garam-garam alkaloid.
Fungsi : penyalut tablet, pengikat tablet, stabilizing tablet, agen
peningkat viskositas
Sifat fisika kimia :
Sifat fisika kimia HPMC ditentukan oleh kandungan gugus metoksi,
hidroksipropil dan berat molekulnya. Sifat pengembangan swelling) dan kelarutan
HPMC tergantung pada berat molekul, derajat substitusi cross-linking.
HPMC mempunyai sifat larut dalam air sehingga mengahsilkan larutan yang
jernih dan dapat menghasilkan tablet yang cukup keras. Dapat digunakan sebagai
pengikat tablet pada konsentrasi 2 % sampai 5 %.
3. Amprotab
Pemerian : Tidak berbau dan berasa, serbuk berwarna putih berupa
granul-granul kecil berbentuk sferik atau oval dengan
6
ukuran dan bentuk yang berbeda untuk setiap varietas
tanaman.
Kegunaan : Glidan; pengisi tablet dan kapsul; penghancur tablet
dan kapsul; pengikat tablet.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (95%) dan air
dingin. Amilum mengembang dalam air dengan
konsentrasi 5-10 % pada 37˚C.
pH : 5,5 – 6,5
Densitas : 1,478 g/cm30
Suhu gelatinasi : 73º C untuk pati jagung.
Aliran : 10,8-11,7 g/det
Kelembaban : 11% untuk pati jagung.
Distribusi ukuran partikel: 2-32 μm untuk pati jagung.
Suhu pengembangan : 65˚C untuk pati jagung.
Stabilitas : Pati kering dan tanpa pemanasan stabil jika dilindungi
dari kelembaban yang tinggi. Jika digunakan sebagai penghancur pada tablet
dibawah kondisi normal pati biasanya inert. Larutan pati panas atau pasta secara
fisik tidak stabil dan mudah ditumbuhi mikroorganisme sehingga menghasilkan
turunan pati dan modifikasinya yang berbentuk unik.
4. Magnesium Stearat
Rumus molekul :C16H70MgO4
Pemerian : Serbuk halus licin, mudah melekat pada kulit, mempunyai bau
dan rasa yang khas lemah.
Kelarutan : Praktis tidak larut air
Stabilitas : Stabil dan simpan di tempat kering
OTT : Dengan asam kuat, garam – garam besi dan hindari
pencampuran dengan oksidator kuat.
Konsentrasi : 0,25 – 5,0 %
Kegunaan : lubrikan/zat pelicin
7
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan tempat sejuk
5. Talk
Pemerian : Berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu.
Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran
debu.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkalis, pelarut
organik dan air.
Inkompatibilitas : Tidak tercampurkan dengan campuran ammonium quartener.
Kegunaan : Sebagai glidant dan sebagai lubrikan.
6. Laktosa
Pemerian : Berupa serbuk atau massa hablur, keras, putih atau putih krem.
Tidak berbau dan rasa sedikit manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dan dalam eter.
Higroskopik : Stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau dan tidak
terpengaruh dengan kelembapan suhu ruangan.
Kegunaan : Sebagai bahan pengisi
8
BAB III
PEMBUATAN TABLET PARACETAMOL
METODE GRANULASI BASAH
A. Formula Baku
No Komposisi Fungsi Rentang % % Yang Dikehendaki
∑ Tiap Tablet (mg)
∑ 100 Tablet
(g)
1. PCT BahanAktif 76,92% 500 mg 50 g
2. HPMC Pengikat 5% 32,5 mg 3,25 g
3. Amprotab Penghancur 15% 97,5 mg 9,75 g
4. Mg Stearat Pelicin 1% 6,5 mg 0,65 g
5. Talk Pelicin 1% 6,5 mg 0,65 g
6. Lactosa Pengisi 1,08% 70,2 mg 7,02 g
Cara Perhitungan :
% Yang Dikehendaki
1.Paracetamol : x 100 % = 75,92 %
2.Lactosa : 100% - ( 76,92% + 5% + 15% + 1% + 1% ) = 1,08 %
Jumlah Tiap Tablet
1.HPMC : x 650 = 32,5 mg
2.Amprotab : x 650 mg = 97,5 mg
3.Magnesium Stearat : x 650 mg = 6,5 mg
9
4.Talc : x 650 mg = 6,5 mg
5.Lactosa : x 650 mg = 70,2 mg
Jumlah 100 Tablet
1. Paracetamol : 50 mg x100 =5000 mg =50 g
2. HPMC : 32,5 mg x 100 = 3250 mg = 3,25 g
3. Amprotab : 97,5 mg x 100 = 9750 mg = 9,75 g
4.Magnesium Stearat : 6,5 mg x 100 = 650 mg = 0,65 g
5.Talc : 6,5 mg x 100 = 650 mg = 0,65 g
6.Lactosa : 70,2 mg x 100 = 7020 mg = 7, 02 g
B. Diagram Alir Proses Produksi
Proses Granulasi Basah
10
C. Pelaksanaan
a. Penimbangan
NO NAMA BAHAN JUMLAH
1. Paracetamol 50 gram
2. HPMC 3,25 gram
11
3. Amprotab 9,75gram
4. Mg.Stearat 0,65 gram
5. Talk 0.65 gram
6. Lactosa 0,702 gram
b. Pencampuran Kering
1. Alat : Toples
2. Bahan : Paracetamol, Amprotab, Lactosa
3. Lama Pencampuran : 2 menit
4. Prosedur :
siapkan toples
masukan paracetamol, amprotab dan lactose ke dalam toples
kocok ad homogeny
c. Granulasi
1. Pembuatan larutan pengikat :
Timbang HPMC sebanyak 3,25 gram
Mengukur air sebanyak 10 ml
Masukkan sebagian air kedalam mortir, taburkan HPMC diatasnya sampai
merata dan teteskan sisa air dengan pipet tetes
Tunggu hingga mengembang
Gerus ad mucilago.
d. Pembuatan massa granul
1. Alat : mortir dan stemper
2. Lama granulasi : 20 menit
3. Prosedur :
Menimbang zat aktif paracetamol 50g,sisihkan
Menimbang amprotab 9,75 g, sisihkan
Menimbang Mg stearat 0,65 g dan talk 0,65 g kemudian bungkus dengan
kertas perkamen, sisihkan.12
Mengukur air panas 10x bobot HPMC
Tunggu hingga mengembang lalu gerus ad mucilago.
Tambahkan amprotab sedikit demi sedikit gerus ad homogen
Kemudian tambahkan lactosa gerus ad homogen
Kemudian tambahkan 3 ml air(karena sediaan kering) sedikit demi sedikit
gerus sampai menjadi adonan granul.
Bagi adonan granul menjadi 3 bagian dan kepal menjadi lonjong.
e. Pengayaan massa granul
1. Alat : ayakan
2. Diameter pengayak : 10-14 mesh
3. Prosedur :
Memarut adonan granul diatas ayakan sampai menjadi butiran granul.
f. Pengeringan
1. Alat : oven
2. Suhu : 45° C
3. Lama pengeringan : 60 menit
g. Pengayakan granul kering
1. Alat : Mesh2. Diameter : 16-20
h. Evaluasi granul
1. Uji Bobot Nyata
Bobot jenis nyata adalah perbandingan massa terhadap volume dari sejumlah
serbuk yang dituang bebas kedala suatu gelas ukur.
Alat : Gelas ukur 100 ml, mortir + stemper dan neraca analitik
Cara Kerja :
Ditimbang gelas ukur 100 ml
menggunakan necara analitik
13
Dimasukan granul yang
Sudah diayak, ke dalam gelas ukur
ad 100 ml tanpa di mampatkan
Ditimbang gelas ukur + granul
Dicatat hasil penimbangan
Hasil Pengamatan
No Berat / W
(g)
Volume
(ml)
BJ nyata
( )
1. 33,5 100 0,335
Analisa data
Rumus :
BJ Nyata =
=
=
= 0,335 g/ml
Kesimpulan : jadi dari praktikum uji bobot jenis nyata di dapat hasil 0,335
g/ml
2. Uji Bobot Jenis Mampat
Bobot jenis mampat adalah perbandingan massa terhadap volume setelah massa
tersebut dimampat sampai volume tetap.
14
Alat : Gelas ukur 100 ml, mortir + stemper, lap dan neraca analitik
Cara Kerja :
Dimasukan granul kedalam gelas
Ukur ad 100 ml
Disiapkan lap diatas meja sebagai alas
Diketuk-ketukan gelas ukur keatas meja
sebanyak 3 x replikasi (dengan ketentuan 1
replikasi = 10 ketukan)
Dicatat volume yang di dapat
Hasil Pengamatan :
No Berat
(g)
Volume
(ml)
BJ nyata
( )
1.
1.
33,5 80 0,41875
Analisis Data
Rumus :
BJ Mampat =
=
=
= 0,41875 g/ml
15
% Kompresibilitas =
=
= 20%
Kesimpulan : jadi dari praktikum uji bobot jenis mampat di dapat hasil
0.41875 g/ml dan % kompresibilitas sebesar 20% sehingga granul yang di uji
ukuran kompresibilitasnya termasuk “cukup baik”.
3. Uji Kecepatan Alir
Uji kecepatan alir merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap keseragaman
bobot tablet yang dihasilkan.
Alat : corong , nampan dan stopwatch
Cara Kerja :
a. Sebelum di tambah lubrikan
Dimasukkan granul ke dalam corong,
bagian bawah corong di tutup dengan
menggunakan jari
Disiapkan stopwatch dan nampan
Dilepaskan jari yang menutup bawah
corong secara bersamaan dengan
menjalankan stopwatch tunggu hingga
granul dalam corong habis
Diamati dan dicacat waktu yang
diperoleh
b. Setelah di tambah lubrikan
16
Dimasukkan granul ke dalam toples,
Dimasukkan Mg.stearat dan
Talk, kemudian kocok ad homogen.
Dimasukkan bahan yang sudah
tercampur ke dalam corong,dan tutup
bagian bawah corong dengan jari
Disiapkan stopwatch dan nampan
Dilepaskan jari yang menutup bawah
corong secara bersamaan jalankan
Stopwatch tunggu hingga granul
dalam corong habis
Diamati dan dicacat waktu yang
diperoleh
Hasil Pengamatan :
No
Sebelum di tambahkan lubrikan Sesudah di tambahkan lubrikan
Berat
(g)
Detik
(t)
Kec.alir
(g/detik)
Berat
(g)
Detik
(t)
Kec.alir
(g/detik)
1. 32,788 7 4,684 33,861 6 5,6435
Analisis Data
17
Rumus :
Kecepatan alir =
a. Sebelum ditambah lubrikan
Kecepatan alir =
b. Sesudah ditambah lubrikan
Kecepatan alir =
Kesimpulan : jadi dari praktikum uji kecepatan alir di atas didapatkan hasil
bahwa sebelum ditambah lubrikan hasil yang di dapat adaalah
sedangkan setelah ditambah lubrikan hasil yang didapat
adalah . Kedua hasil tersebut sudah sesuai dengan
ketentuan karena <10 g/detik
4. Uji Sudut Istirahat
Alat : corong , nampan dan penggaris/jangka sorong
Cara kerja :
a. Sebelum di tambah lubrikan
Dimasukkan granul ke dalam corong,
bagian bawah corong di tutup dengan
menggunakan jari
Disiapkan nampan
Dilepaskan jari yang menutup bawah
corong tunggu hingga granul dalam
corong habis
18
Diamati dan dicacat jari jari gundukan
granul yang di nampan
b. Setelah di tambah lubrikan
Dimasukkan granul ke dalam toples,
Dimasukkan Mg.stearat dan
Talk, kemudian kocok ad homogen.
Disiapkan nampan
Dilepaskan jari yang menutup bawah
corong tunggu
hingga granul dalam corong habis
Diamati dan dicacat jari jari
gundukan granul yang di nampan
Hasil Pengamatan :
NoSebelum di tambahkan lubrikan Sesudah di tambahkan lubrikan
h
(cm)
r
(cm)
ὰ
(oC)
H
(cm)
r
(cm)
ὰ
(oC)
19
Dimasukkan bahan yang sudah
tercampur ke dalam corong,dan tutup
bagian bawah corong dengan jari
1. 3 4,83 31,840 2,66 4,5 30,583
Analisis Data
Rumus :
ὰ =
a. Sebelum ditambah lubrikan
ὰ = = 31,840 oC
b. Setelah ditambah lubrikan
ὰ = = 30,583 oC
Kesimpulan : jadi dari praktikum uji sudut istirahat diatas didapat hasil bahwa
sebelum ditambah lubrikan sebesar 31,840 oC sedangkan sesudah ditambah
lubrikan sebesar 30,583 oC. Kedua hasil tersebut sudah sesuai dengan
ketentuan karena <45oC
i. Pencetakan Tablet
a. Alat : Single Puch
20
b. Prosedur kerja :
j. Evalusi Tablet
1. Uji keseragaman ukuran tablet
Alat : Jangka Sorong
Prosedur :
Data hasil pengujian :
No. Dimeter (D) Tebal (T) D/T
1. 1,215 cm 0,640 cm 1,898 cm
2. 1,215 cm 0,640 cm 1,898 cm
3. 1,215 cm 0,640 cm 1,898 cm
21
4. 1,215 cm 0,620 cm I,960 cm
5. 1,215 cm 0,620 cm 1,960 cm
6. 1,215 cm 0,630 cm 1,929 cm
7. 1,215 cm 0,640 cm 1,898 cm
8. 1,215 cm 0,640 cm 1,898 cm
9. 1,215 cm 0,640 cm 1,898 cm
10. 1,215 cm 0,640 cm 1,898 cm
11. 1,215 cm 0,640 cm 1,898 cm
12. 1,215 cm 0,640 cm 1,898 cm
13. 1,215 cm 0,640 cm 1,898 cm
14. 1,215 cm 0,620 cm 1,960 cm
15. 1,215 cm 0,620 cm 1,960 cm
16. 1,215 cm 0,630 cm 1,929 cm
17. 1,215 cm 0,630 cm 1,929 cm
18. 1,215 cm 0,620 cm 1.960 cm
19. 1,215 cm 0,630 cm 1,929 cm
20. 1,215 cm 0,640 cm 1,898 cm
Syarat : garis tengah tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak
kurang dari 1 kali tebal tablet
Perhitungan:
1.
2.
3.
4.
22
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
23
19.
20.
kesimpulan : jadi, 20 tablet yang telah diuji keseragaman ukuran
telah memenuhi syarat keseragaman ukuran karena tablet memiliki D/T tidak
kurang dari 1,33 dan tidak lebih dari 3 cm
2. Uji Keseragaman Bobot
Alat : neraca analitik
Prosedur kerja :
.
Data hasil
pengujian :
24
No. Bobot
1 0,656 gram
2 0,718 gram
3 0,674 gram
4 0,704 gram
5 0,697 gram
6 0,706 gram
7 0,677 gram
8 0,673 gram
9 0,702 gram
10 0,694 gram
11 0,722 gram
12 0,713 gram
13 0,712 gram
14 0,655 gram
15 0,695 gram
16 0,632 gram
17 0,703 gram
18 0,661 gram
19 0,692 gram
20 0.674 gram
Rata2 0,698 gram
Syarat : jika ditimbang satu persatu tidak boleh lebih dari 2
tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya
lebih besar dari harga yang ditetapkan kolom A dan tidak satu tablet pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang
ditetapkan kolom B.
Perhitungan :
Penyimpangan bobot rata-rata kolom A 5% kolom B 10%
Rentang 5% = bobot rat-rata x 5%
= 0,689 x 5%
= 0,034 gram
Rentang bawah = bobot rata-rata - rentang 5%
= 0,689 – 0,034
= 0,655 gram
Rentang atas = bobot rata-rata + rentang 5%
= 0,689 + 0,034
= 0,723 gram
Rentang 10% = bobot rata- rata x 10%
= 0,689 x 10%
= 0,0689 gram
Rentang bawah = bobot rata-rata – rentang 10%
= 0,689 – 0,0689
= 0,620 gram
Rentang atas = bobot rata-rata - rentang 10%
= 0,689 + 0,0689
= 0,758 gram
Kesimpulan : jadi dari uji kesragaman bobot menggunakan 20
tablet dengan rentang 5% menunjukan penyimpangan bobot tablet hanya ada
pada satu tablet (memenuhi syarat ; karena batas maksimal tablet yang
menyimpang adalah 2 tablet). Pengujian menggunakan rentang 10 %
25
menunjukkan bahwa 20 tablet tersebut juga memenuhi syarat keseragaman
bobot.
3. Uji Kekerasan Tablet
Alat : Hardness tester
Prosedur Kerja :
Data Hasil Pengujian :
Tablet Newton Kg
1 68 6,94
2 76 7,76
3 88 8,98
4 104 10,61
26
Ambil 10 tablet
Letakkan tablet uji diantara dua baja yang bergerak
Jalankan alat, amati angka yang tertera pada alat
Hingga tablet pecah maka angka pada alat akan berhenti
Catat angka tersebut dan lakukan perhitungan
5 82 8,37
6 58 5,92
7 58 5,92
8 83 8,47
9 62 6,33
10 80 8,16
Total 77,46
Syarat : Syarat dari uji kekerasan tablet adalah tablet harus
berada pada bobot kisaran 4-8 kg.
Perhitungan :
Rata-rata kerasan tablet : kg
Kesimpulan : jadi dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa
tablet yang diuji memenuhi syarat uji kekerasan tablet karena syarat uji
kerapuhan menyebutkan bahwa kekerasan tablet harus berada pada bobot
kisaran 4-8 kg sehingga hasil yang didapat memenuhi uji kekerasan tablet.
4. Uji Kerapuhan Tablet
Alat : Friabilator
Prosedur Kerja :
27
Ambil 20 tablet bagi menjadi 2 kelompok tablet
Satu persatu dijepit dengan pinset, dibersihkan dengan kuas, timbang
tiap kelompok
Masukkan tablet kelompok A ke satu sisi alat, dan kelompok B pada
sisi yang lain
Data Hasil Pengamatan :
Tablet W awal W akhir
1 0,662 g 0,672 g
2 0,673 g 0,697 g
3 0,703 g 0,703 g
4 0,694 g 0,677 g
5 0,682 g 0,706 g
6 0,706 g 0,696 g
7 0,670 g 0,698 g
8 0,711 g 0,591 g
9 0,698 g 0,703 g
10 0,653 g 0,717 g
11 0,716 g 0,711 g
12 0,705 g 0,671 g
28
Keluarkan tablet dari alat dan bersihkan dengan menggunakan
kuas dengan hati-hati
Timbang kembali tablet tersebut
Jalankan alat dengan kecepatan 25 putaran permenit selama 4 menit
Hitung presentase kehilangan bobotnya
13 0,663 g 0,658 g
14 0,704 g 0,705 g
15 0,673 g 0,565 g
16 0,692 g 0,547 g
17 0,697 g 0,582 g
18 0,722 g 0,577 g
19 0,717 g 0,629 g
20 0,634 g 0,575 g
Total bobot tablet awal = 13,775g
Total bobot pecah = 3,475g
Jumlah yang masih utuh = 14 tablet
Persyaratan : % kerapuhan kurang dari 1%
Perhitungan :
Bobot rata-rata awal =
= 0,735
% rata-rata 100%
= 5,7 %
Kesimpulan : jadi dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa
tablet yang diuji tidak memenuhi persyaratan karena % kerapuhannya lebih
29
dari 1% sedangkan syarat uji kerapuhan menyatakan bahwa % kerapuhan
harus kurang dari 1%.
5. Uji Waktu hancur Tablet
Uji waktu hancur adalah indikator disintegrasi sediaan, yaitu pecahnya sediaan
padat menjadi granul-granul.
Alat : disintegration tester
Prosedur Kerja :
30
Ambil 6 tablet
Masukkan tablet yang akan diuji pada masing masing tabung keranjang disusul satu cakram pada tiap tiap
tabung
Keranjang dimasukkan dalam beaker glass berukuran 1 liter yaang berisikan air suling dengan suhu 37o ± 2o sebagai
media
Amati semua tablet , jika semua tablet hancur sempurna matikan alat lalu
angkat keranjaang
Jalankan alat
Catat waktu yang diperlukan tablet untuk hancur semua menjadi granul
Data Hasil Pengujian :
Tablet Waktu
1 23 menit
2 22 menit
3 26 menit
4 27 menit
5 25 menit
6 25 menit
Syarat : untuk tablet tidak bersalut syarat waktu hancur tablet
adalah < 15 menit.
Kesimpulan : jadi dari data hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa 6
tablet yang diuji tidak memenuhi syarat waktu hancur tablet karena waktu
yang dibutuhkaan ke 6 tablet yang diuji untuk dapat hancur menjadi granul
lebih dari 15 menit
6. Uji Disolusi
Uji disolusi adalah Indikator disolusi sediaan menggambarkan jumlah zat aktif yang
terlarut dalam media disolusi.
Alat : disolution tester (Tipe Dayung) dan spuit
ProsedurKerja :
31
Masukkan sejumlah volume media disolusi( Aquadest ) kedalam wadah (Aquarium danTabung ), pasang alat
Panaskan alat hingga suhu 37o±0,5oC
Masukkan1 tablet kedalam alat, hilangkan gelembung dari permukaan sediaan dan jalankan alat selama 30
menit dengan kecepatan 50 rpm
Syarat : dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari
80% dari jumlah yang tertera pada etiket
Kesimpulan : jadi dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa
tablet yang diuji tidak memenuhi syarat uji disolusi tablet, hal ini dikarenakan
dalam waktu 30 menit kadar tablet yang terdisolusi hanya mendekati 80%
bukan tepat 80%, sedangkan syarat uji disolusi menyebutkan bahwa dalam
waktu 30 menit tablet harus larut tidak kurang dari 80%. Sehingga tablet yang
diuji dikatakan belum memenuhi syarat uji disolusi .
32
Dalam interval waktu atau pada tiap menit ke 10, 20 dan 30 ambil larutan
dari tabung sebanyak 10 ml pada daerah pertengahan antara permukaan media disolusi dan bagian atas daun
( alatdayung ) tidak < 10 ml dan setiap penggantian harus diganti dengan larutan sejumlah sama
Amati dan catat hasil perolehan data
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Proses Granulasi Basah
Granulasi basah adalah metode pembuatan tablet dengan pencampuran fase dalam
tablet terlebih dahulu dengan pengikat yang basah, digranulasi lalu dicampurkan dengan
fase luar tablet, kemudian dicetak menjadi tablet. Metode granulasi basah digunakan
karena zat aktif yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu paracetamol memiliki laju
air yang buruk sehingga tidak memungkinkan metode kempa langsung. Paracetamol
sebagai zat aktif dengan efek analgesic dan antipiretik dimasukkan atau digunakan dalam
praktikum ini adalah karena sifatnya yang stabil dalam pemanasan lama. Sedangkan
33
amprotab digunakan karena merupakan zat tambahan yang digunakan sebagai pengisi dan
pengikat karena harganya yang ekonomis. HPMC digunakan sebagai bahan pengikat, Mg
stearat dan talcum sebagai bahan pelican yang dapat meningkatkan sifat alir bahan aktif
obat. Selain bahan – bahan yang telah disebutkan ditambahkan pula lactosa sebagai bahan
pengisi.
Dalam pembuatan tablet dengan metode granulasi basah hal pertama yang
harus dilakukan adalah menimbang bahan sesuai dengan yang telah ditentukan seperti
berikut :
1. PCT : 50 gram
2. HPMC : 3,25 gram
3. Amprotab : 9,75 gram
4. Mg Stearat : 0,65 gram
5. Talk : 0,65 gram
6. Lactosa : 0,702 gram
7. Aquadest sebanyank 3x berat bahan pengikat yaitu sebesar 9,75 gram/ml
dibulatkan menjadi 10 ml
Setelah semua bahan ditimbang bahan dimasukkan kedalam toples. Bahan
tersebut yaitu PCT,Amprotab dan lactose. Bahan HPMC dibuat mucilago dengan cara
merebus air terlebih dahulu ukur dengan gelas ukur sebanyak 10 ml masukkan kedalam
mortar lalu taburkan HPMC tunggu sampai mengembang lalu gerus ad mucilago. Dalam
penggerusan ini mucilage HPMC dan air yang terbentuk sudah sesuai ketentuan karena
dapat timbul bunyi (kreks, kreks). Setelah itu masukkan dalam toples kedalam mortar
sedikit demi sedikit sambil terus digerus. Karena massa yang terbentuk terlalu kering dan
kurang homogen maka praktikan menambahkan air sebanyak 3 ml agar adonan dapat
sesuai dengan ketentuan. Setelah itu adonan atau hasil pencampuran mucilago dan bahan
di toples dikempal dan dilihat apakah sudah dapat diayak atau belum. Kemudian bahan
diayak dengan mesh 14 sehingga terbentuk granul . granul yang baik ukurannya harus
hamper sama. Dan granul yang terbentuk pun sudah sesuai dengan ketentuan. Maka
langkah selanjutnya adalah dioven dengan suhu 800C. praktikan tidak menggunakan suhu
450C sesuai ketentuan karena terlalu membutuhkan waktu yang lama .
34
Sebelum dioven dan setelah dioven granul ditimbang dan didapatkan hasil bahwa
sebelum dioven massa granul sebesar 70,188 gramdan setelah dioven massa granul
sebesar 60,649 gram. Dari sini dapat dilihat bahwa massa setelah dioven mengalami
penurunan sebesar kurang lebih 10 gram. Hal ini disebabkan karena ketika dioven air
dalam massa granul menguap sehingga massanya berkurang. Setelah itu massa granul
disimpan dalam toples.
B. Evaluasi granul
1. Uji Bobot Jenis Nyata
Dari data yang didapatkan dari hasil uji bobot jenis nyata, hasil pengujian
menunjukkan bahwa bobot gelas ukur 100 ml yang digunakan adalah sebesar
141,976 g. Setelah granul dimasukkan dalam gelas ukur 100 ml kemudian ditimbang
kembali bobot yang didapat adalah 175,467 g. Dari sini kita dapat mengetahui
bahwa bobot granul saja sebesar 33,5 g. Dengan melakukan perhitungan bobot jenis
nyata yaitu berat granul dibagi dengan volume gelas ukur maka didapatkan hasil
bahwa bobot jenis nyata granul yang diuji sebesar 0,335 g/ml.
2. Uji Bobot Jenis Mampat
Pengujian bobot jenis mampat dimulai dari granul yang digunakan pada uji
bobot jenis nyata tadi dengan berat 33,5 g dimasukkan kedalam gelas ukur secara
bebas kemudian granul tersebut dimampatkan dengan mengetuk-ngetuk gelas ukur
pada meja sebanyak 3 replikasi (1 replikasi = 10 ketukan) atau sampai volume granul
tetap. Dari pemampatan ini didapatkan volume granul sebesar 80 ml. Kemudian
dilakukan perhitungan bobot jenis nyata dan didapatkan bobot jenis nyata granul
0,48175 g/ml.
Dari data yang didapat dari hasil bobot jenis mampat, selanjutnya
digunakan untuk menghitung % kompresibilitas dan di dapatkan hasil %
kompresibilitas granul sebesar 20%. Hasil % kompresibilitas ini dapat dinyatakan
“cukup baik” karena rentang % kompresibilkitas granul yang dinyatakan cukup baik
adalah antara 11-20%.
35
3. Uji Kecepatan Alir
Uji kecepatan alir dilakukan dengan cara memasukkan granul ke dalam
corong kemudian dihitung waktu yang dibutuhkan granul untuk melewati corong
tersebut hingga granul habis. Dari uji kecepatan alir yang dilakukan didapatkan hasil
bahwa sebelum ditambah lubrikan hasil yang didapat adaalah
sedangkan setelah ditambah lubrikan hasil yang didapat adalah .
Kedua hasil tersebut sudah sesuai dengan ketentuan karena <10 g/detik.
4. Uji Sudut Istirahat
Saat uji kecepatan alir granul yang melewati corong akan jatuh di nampan
sehingga membentuk gundukan. Dari gundukan tersebut dihitung diameter dan tinggi
gundukannya untuk menentukan sudut istirhat. Dari uji sudut istirahat yang dilakukan
didapat hasil bahwa sebelum ditambah lubrikan sebesar 31,840 oC sedangkan sesudah
ditambah lubrikan sebesar 30,583 oC. Kedua hasil tersebut sudah sesuai dengan
ketentuan karena <45oC
C. Evaluasi tablet
1. Uji keseragaman bobot
Dari data yang didapatkan hasil keseragaman ukuran, hasil pengujian
ukuran menggunakan sampel 20 tablet yang diuji menunjukkan bahwa tablet-tablet
paracetamol tersebut telah memenuhi syarat uji keseragaman ukuran. Yang mana
syarat tersebut menyatakan bahwa kecuali dinyatakan lain garis tengah tablet tidak
lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari kali tebal tablet.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai D/T 20 tablet yang diuji berkisar
antara ,898; ; dan cm. Nilai tersebut tidak lebih dari 3 cm dan tidak
kurang dari 1,333 tebal tablet. Sehingga dinyatakan memenuhi syarat.
2. Uji keseragaman ukuran
Data yang didapat dari uji keseragaman bobot menggunakan sampel 20
tablet paracetamol menunjukkan tablet paracetamol telah memenuhi syarat uji
36
keseragaman bobot. Yang mana syarat tersebut menyatakan bahwa jika ditimbang
satu per satu tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yng ditetapkan kolom A
dan ada satupun tablet yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih
besar dari haga yang di tetapkan di kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet maka
dapat digunakan tablet yang bobot rata-ratanya menyimpang dari harga yang
ditetapkan di kolom B.
Dalam pengujian keseragaman bobot yang digunakan untuk penyimpangan
tablet rata-rataadalah rentang 5% (kolom A) dan rentang 10% (kolom B). Hal ini
dikarenakan berat tablet yang digunakan lebih dari 300mg. Untuk rentang 5%
rentang bawahnyaadalah 0,655 g sedangkan rentang atasnyaadalah 0,729 g. Dari
bobot 20 tablet yang ditimbang tidak semua tablet memiliki bobot di atas rentang
bawah. Pada tablet no. 16 beratnya hanya 0,632 g. Berat tablet tersebut kurang dari
rentang bawah yaitu 0,655g. Namun demikian tablet tetap dinyatakan memenuhi
syarat. Hal ini dikarenakan dalam syarat disebutkan bahwa tidak lebih dari 2 tablet
yang masing-masing bobotnya menyimpang, karena data yang didapat hanya 1 tablet
yang menyimpang bobotnya dengan menggunakan rentang penyimpangan 5%.
Selain rentang 5%, kami juga menggunakan rentang 10%. Untuk rentang
10% rentang bawah yang didapat adalah 0,620g sedangkan rentang atasnyaadalah
0,758g. Dan bobot 20 tablet yang ditimbang semuanya memiliki bobot diatas rentang
bawah dan di bawah rentang atas. Sehingga hasil pengujian menunjukkan tablet
memenuhi syarat uji keseragaman bobot
3. Uji kekerasan
Dari data yang didapat dari uji kekerasan tablet menggunakan hardnes
tester, hasil pengujian menunjukkan hasil bahwa 10 tablet yang diuji memiliki nilai
gaya yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet ke 1 adalah 68 N/6,94 kg, tablet ke
2 adalah 76 N /7,76 kg, tablet ke 3 adalah 88 N/8,98 kg, tablet ke 4 adalah 104
N/10,61 kg, tablet ke 5 adalah 82 N/ 8,37 kg, tablet ke 6 adalah 58 N/ 5,92 kg, tablet
ke 7 adalah 58 N/ 5,92 kg, tablet ke 8 adalah 83 N / 8,47 kg, tablet ke 9 adalah 62 N/
6,63 kg, dan tablet ke 10 adalah 80 N/ 8,16 kg.
37
Nilai-nilai gaya tersebut kemudian dijumlahkan dan rata-ratanya sehingga
didapatkan rata-rata kekerasan 10 tablet adalah 7,746 kg. Rata-rata tersebut sudah
sesuai dengan syarat uji kekerasan tablet yang tertera pada FI3, syarat tersebut
menyebutkan bahwa persyaratan tablet konvesional adalah 4-8 kg sehingga, tablet
paracetamol yang diuji dapat disimpulkan bahwa sudah memiliki persyaratan uji
kekerasan tablet.
4. Uji kerapuhan
Data yang didapatkan dari uji kerapuhan tablet menggunakan friabilator,
hasil pengujian menunjukkan bahwa dari 20 tablet yang telah diuji jumlah tablet
yang masih utut adalah 14 tablet sedangkan tablet yang pecah adalah 6 tablet.
Sebelum dilakukan pengujian 20 tablet paracetamol ditimbang terlebih dahulu di
neraca analitik satu per satub dan didapatkan berat awal sebesar 13,775 kg.
Kemudian setelah diuji dengan alat friabilator masing-masing tablet ditimbang
kembali dan didapatkan berat total utuh adalah 9,705 g sedangkan berat total
tabletpecah adalah 3,475 g. Berdasarkan data bobot total tersebut kemudian
dilakukan lagi perhitun gan bobot rata-rata tablet awal dan % rata-rata kerapuhan 20
tablet. % rata-rata kerapuhan tablet menujukkan angka sebesar 5,714%.
Hasil diatas tidak sesuai/ tidak memenuhi persyaratan kerapuhan tablet.
Dimana syarat kerapuhan tablet menyebutkan bahwa persyaratan kerapuhan untuk
tablet konversional adalah kurang dari 0,5-1%. Sehingga tablet paracetamol yang
diuji dapat disimpulkan bahwa tidak memenuhi persyaratan uji kekerasan tablet.
Ketidaksesuaian hasil dengan starat yang ditetapkan disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya yaitu lamanya durasi antara pengujian dan pencetakan sehingga dalam
penyimpanannya tablet dapat mengalami berbagai perubahan kestabilan maupun
mengalami reaksi karena pengaruh lingkungan sekitar. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi ketidaksesuaian uji kerapuhan adalah formulasi yang salah sehingga
menyebabkan kurang kuat dan mudah rapuh.
5. Uji waktu hancur
38
Dari data hasil praktikum uji ini, waktu yang dibutuhkan tablet nomor 1
untuk hancur menjadi granul adalah 23 menit, tablet nomor 2 adalah 22 menit , tablet
nomor 3 adalah 26 menit, tablet nomor 4 adalah 27 menit, tablet nomor 5 adalah 25
menit dan tablet nomor 6 juga 23 menit. Waktu hancur 6 tablet tersebut tidak
memenuhi syarat uji waktu hancur tablet. Dimana syarat uji waktu hancur
menyebutkan bahwa untuk tablet tidak bersalut waktu yang dibutuhkan untuk tablet
hancur adalah kurang dari 15 menit. Keenam tablet yang diuji semuanya memiliki
waktu hancur lebih dari 15 menit. Sehingga keenam tablet yang diuji dikatakan tidak
memenuhi syarat uji waktu hancur.
Tidak memenuhinya syarat uji waktu hancur dari tablet yang diuji dapat
disebabkan karena pada formulasi , HPMC atau bahan pengikat yang digunakan
persentasenya cukup tinggi yaitu 5 %. Sifat melekat dari HPMC apabila sediaan
menggunakan bahan pelarut organik cenderung menjadi lebih kental dan merekat.
Banyaknya pengikat yang digunakan sangat berpengaruh dalam formulasi sediaan
semakin banyak yang digunakan maka semakin merekat bahan yang satu dengan
yang lainnya. Jadi ketika diuji waktu hancur dengan alat disintregation tester suatu
tablet akan memakan waktu yang lama untuk hancur semua secara sempurna.
Selain penggunaan bahan pengikat yang cukup besar, lamanya waktu hancur
tablet juga disebabkan karena penambahan tekanan pada waktu pentabletan
menyebabkan penurunan porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan
bertambahnya kekerasan tablet akan menghambat penetrasi cairan ke dalam pori –
pori tablet sehingga memperpanjang waktu hancur tablet.
6. Uji disolusi
Dari data hasil praktikum uji disolusi yang dilakukan kadar paracetamol
yang terdisolusi adalah mendekati 80%. Data hasil pengamatan tersebut dapat
dikatakan tidak memenuhi syarat uji disolusi yang telah ditetapkan. Dimana syarat
uji disolusi menyebutkan bahwa dalam waktu 30 menit tablet harus larut tidak
kurang dari 80% dari jumlah yang tertera pada etiket. Karena hasil pengamatan yang
39
didapat hanya mendekati 80% maka tablet paracetamol yang diuji tidak memenuhi
syarat uji disolusi.
Penyebab tablet paracetamol tidak memenuhi syarat uji disolusi disebabkan
oleh beberapa factor yaitu suhu, viskositas, PH, ukuran partikel, polimorfisme dan
sifat permukaan zat. Selain itu dapat juga disebabkan karena beberapa factor lainnya
yaitu sifat fisika kimia obat, factor formulasi, dan factor lingkungan. Dalam
praktikum ini penyebab tablet paracetamol yang diuji belum memenuhi uji disolusi
cenderung disebabkan karena factor formulasi. Hal ini disebabkan karena dalam
formulasi pembuatan tablet paracetamol ini menggunakan bahan pengikat(mg
stearat) dengan persentase yang cukup besar yaitu 5%. Mg stearat memiliki sifat
hidrofob dan dapat menaikkan tegangan antarmuka obat dengan medium disolusi
oleh karenanya penambahan bahan pengikat dengan persentase yang cukup besar
dapat menyebabkan jumlah obat yang larut atau tersdisolusi menjadi sedikit.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uji terhadap tablet paracetamol yang dilakukan diketahui bahwa tablet
paracetamol yang telah dibuat menggunakan metode granulasi basah tidak layak untuk
40
dipasarkan karena tablet tersebut tidak memenuhi persyaratan uji kerapuhan, uji waktu
hancur dan uji disolusi. Hal ini disebabkan karena komposisi bahan pengikat yang
digunakan terlalu banyak yaitu 5%. Tablet yang tidak memenuhi persyaratan uji
kerapuhan dapat mempengaruhi ketahanan tablet saat pengemasan, distribusi dan
penyimpanan. Tablet yang tidak memenuhi persyaratan uji waktu hancur dan uji disolusi
dapat mengindikasikan kecepatan absorbsi paracetamol di dalam tubuh lambat sehingga
mempengaruhi efek terapi paracetamol.
41