TEKNIK EKSTRAKSI TERBAIK UNTUK ISOLASI
KAEMFEROL DARI DAUN SIRSAK (Annona muricata)
WENNY NURWENDARI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Teknik Ekstraksi
terbaik untuk Isolasi Kaemferol dari Daun Sirsak (Annona muricata)” adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2014
Wenny Nurwendari
NIM G44124010
ABSTRAK
WENNY NURWENDARI. Teknik Ekstraksi Terbaik untuk Isolasi Kaemferol
dari Daun Sirsak. Dibimbing oleh IRMANIDA BATUBARA dan SUMINAR
SETIATI ACHMADI.
Daun sirsak mengandung beragam senyawa yang memiliki aktivitas hayati,
salah satunya kaemferol sebagai antikanker. Dalam upaya mengisolasi kaemferol,
dilakukan 12 macam ekstraksi guna mencari teknik ekstraksi terbaik untuk isolasi
kaemferol dari daun sirsak. Ekstrak yang dihasilkan diuji toksisitasnya terhadap
larva Artemia salina. Semua ekstrak bersifat toksik, karena memiliki nilai LC50
kurang dari 1000 ppm. Ekstrak dengan kandungan total fenolik dan total
flavonoid yang tinggi, kandungan tanin yang rendah, dan warna spot kromatografi
lapis tipis kaempferol yang pekat dipilih untuk analisis kromatorafi cair kinerja
tinggi guna mengetahui kadar kaemferolnya. Ekstrak sonikasi daun sirsak residu
n-heksana dipilih sebagai teknik ekstraksi terbaik untuk isolasi kaemferol dari
daun sirsak dengan kandungan kaemferol dan kuersetin masing-masing 1.22%
dan 0.50%. Selain kandungan kaemferol dan kuersetin yang tinggi dibandingkan
dengan teknik ekstraksi yang lain, teknik ekstraksi sonikasi daun sirsak residu n-
heksana dipilih karena waktu ekstraksinya yang singkat dan jumlah senyawa
pengotornya yang lebih sedikit.
Kata kunci: kaemferol, ekstraksi, daun sirsak, KCKT.
ABSTRACT
WENNY NURWENDARI. The Best Extraction Technique for Kaempferol
Isolation from The Soursop Leaves (Annona muricata). Supervised by
IRMANIDA BATUBARA and SUMINAR SETIATI ACHMADI.
Soursop leaves contain various compounds that have biological activity
such as kaempferol as anticancer. Twelve extraction techniques were performed to
obtain the best extraction technique for kaempferol isolation from the soursop
leaves. Toxicity of extracts was tested against Artemia salina larvae. All extracts
were toxic because they showed LC50 value less than 1000 ppm. The extract with
high content of total phenols and total flavonoids, low content of tannin, and
intense color of spot on thin layer chromatograph was selected for high
performance liquid chromatography analysis. Sonication extraction of n-hexane
residues was chosen as the best extraction technique for kaempferol isolation from
the soursop leaves with kampferol and quercetin content of 1.22% and 0.50%,
respectively. In addition to high content of kaempferol and quercetin, sonication
was chosen due to the shortest extraction time and the least impuriteies.
Key words: kaempferol, extraction, soursop leaves, HPLC.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Kimia
TEKNIK EKSTRAKSI TERBAIK UNTUK ISOLASI
KAEMFEROL DARI DAUN SIRSAK (Anonna muricata)
WENNY NURWENDARI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Teknik Ekstrak Terbaik untuk Isolasi Kaemferol dari Daun
Sirsak (Annona muricata)
Nama : Wenny Nurwendari
NIM : G44124010
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Prof Dr Dra Purwantiningsih Sugita, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Dr Irmanida Batubara, Msi
Pembimbing I
Prof Ir Suminar Setiati Achmadi, PhD
Pembimbing II
PRAKATA
Segala puji dan rasa syukur Penulis panjatkan atas segala karunia kesehatan
dan kemudahan yang dilimpahkan oleh Allah SWT selama proses penyusunan
karya ilmiah dengan judul “Teknik Ekstraksi Terbaik untuk Isolasi Kaemferol dari
Daun Sirsak (Annona muricata)“. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan penelitian
yang dilaksanakan pada bulan Desember 2013 hingga Agustus 2014 di
Laboratorium Kimia Analitik dan Laboratorium Bersama, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, dan Pusat Studi Biofarmaka
IPB, Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Irmanida Batubara, MSi. dan
Prof. Ir. Suminar Setiati Achmadi, PhD. selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan, bimbingan, motivasi, dan doa selama penelitian. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Almarhum Bapak, Mama, Kakak-kakak
tersayang Wiwin dan Anna yang telah memberikan doa, semangat, kasih sayang,
dan dukungan selama masa studi hingga proses penyusunan karya ilmiah ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Pusat Studi Biofarmaka
selaku pemberi dana dan laboran Laboratorium Kimia Analitik IPB. Semoga
Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang diperbuat dan senantiasa
menyertai hamba-Nya dengan kasih dan sayang-Nya.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat.
Bogor, Oktober 2014
Wenny Nurwendari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Alat dan Bahan 2
Preparasi Daun Sirsak 2
Kadar Air 2
Ekstraksi 3
Uji Toksisitas dengan Metode BSLT 3
Penentapan Kadar Tanin 4
Penetapan Kadar Fenolik Total 5
Penetapan Kadar Flavonoid Total 5
Identifikasi Keberadaan Kaemferol dengan KLT 5
Pengukuran Kadar Kaemferol dengan KCKT 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Kadar Air 6
Ekstraksi 6
Toksisitas Ekstrak terhadap Larva Artemia salina 7
Kadar Fenolik Total 8
Kadar Tanin 9
Kadar Flavonoid Total 9
Identifikasi Keberadaan Kaemferol 9
Kadar Kaemferol 10
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 13
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 15
RIWAYAT HIDUP 31
DAFTAR TABEL
1 Rendemen ekstrak daun sirsak 7 2 LC50, fenolik total, tanin, flavonoid total ekstrak daun dan residunya 8
3 Kadar kaemferol dan kuersetin ekstrak terpilih 11
DAFTAR GAMBAR
1 Kromatogram KLT ekstrak daun sirsak dan residunya 10 2 Kromatogram larutan standar dan larutan ekstrak daun dan residunya 11
3 Struktur kimia kaemferol dan kuersetin 12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Bagan alir penelitian 15
2 Hasil determinasi sampel 16
3 Kadar air 17
4 Rendemen 18 5 BSLT 19 6 Kadar tanin 21 7 Kadar fenolik total 23
8 Kadar flavonoid total 26
9 Kadar kaemferol 29
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman sirsak (Annona muricata) merupakan salah satu tumbuhan yang
banyak ditemukan di negara-negara tropis, seperti Indonesia. Dalam bidang
pangan, tanaman ini ditanam secara komersial untuk diambil buahnya. Selain
dimanfaatkan sebagai bahan pangan, buah sirsak digunakan untuk mengatasi
disenteri, bisul, wasir, kekurangan vitamin C, dan antikejang (Mardiana dan
Ratnasari 2011). Tidak terbatas pada buahnya, daun sirsak juga dilaporkan
memiliki beberapa manfaat seperti menurunkan kadar gula dalam darah (Aziz et
al. 2003), memperbaiki sistem imun (Dewi et al. 2007), dan mengatasi kanker
(Mustariani 2011). Beberapa penelitian melaporkan ekstrak daun sirsak
mengandung senyawa flavonoid dan fenolik seperti kuersetin, katekin, dan
kaemferol (Santos dan Salatino 2000). Berdasarkan hasil penelitian Vega et al.
(2007), senyawa golongan flavonoid daun Annona dioca, salah satu spesies sirsak
mampu menghambat pertumbuhan sel kanker karsinoma Ehrlich.
Penelitian tentang senyawa kaemferol yang terdapat di dalam daun sirsak
belum banyak dilakukan. Kaemferol memiliki struktur yang hampir sama dengan
kuersetin, keduanya merupakan senyawa flavonoid golongan flavonol. Senyawa
golongan flavonoid dikenal memiliki berbagai aktivitas hayati. Penggabungan
kaemferol dan kuersetin diharapkan akan memberikan aktivitas hayati yang lebih
kuat. Kaemferol di alam berada dalam bentuk kaemferol glikosida yang memiliki
banyak aktivitas hayati seperti antiradang, anticendawan (Ozçelik 2006),
antioksidan (Teffo et al. 2010), dan antidiabetes (Zang et al. 2011). Aktivitas
suatu bahan dapat diketahui dengan uji toksisitas larva udang (BSLT). Uji BSLT
digunakan sebagai uji pendahuluan untuk mengetahui potensi farmakologi suatu
senyawa bahan alam. Selain biaya yang murah, metode ini juga merupakan
penapisan awal yang dapat disempurnakan oleh uji hayati lainnya yang lebih
spesifik setelah senyawa aktif bahan alam dapat diisolasi.
Kaemferol dari bahan alam dapat dipisahkan melalui ekstraksi. Berbagai
macam teknik ekstraksi kaemferol telah banyak dikembangkan. Selain teknik
ekstraksi yang berbeda, kaemferol dapat diekstraksi dengan menggunakan pelarut
yang berbeda. Menurut Erosa-Rejon et al. (2010) kaemferol dapat diekstraksi
dengan teknik maserasi menggunakan pelarut etanol. Kaemferol juga dapat
diekstraksi dengan pelarut metanol menggunakan beberapa teknik ekstraksi,
seperti maserasi dengan bantuan sonikasi (Tang et al. 2001), teknik soxhletasi
(Loizo et al. 2007), dan teknik refluks (Zang et al. 2011). Penggunaan teknik
ekstraksi dan pelarut yang beragam menyebabkan rendemen ekstrak kaemferol
yang dihasilkan juga beragam. Oleh karena itu, diperlukan percobaan untuk
menentukan teknik ekstraksi kaemferol dari daun sirsak yang paling sederhana,
murah, cepat, dan menghasilkan rendemen ekstrak yang tinggi.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan menentukan teknik ekstraksi terbaik untuk
mengisolasi kaemferol dari daun sirsak (Annona muricata) dan membandingkan
kadar kaemferol dengan kadar kuersetin di dalam ekstrak tersebut.
Ruang Lingkup Penelitian
Metode penelitian diringkaskan dalam diagram alir pada Lampiran 1 yang
meliputi preparasi sampel, penentuan kadar air (AOAC 2006), ekstraksi daun
sirsak, uji toksisitas ekstrak dengan BSLT, uji kadar tanin, uji kadar fenolik total,
uji kadar flavonoid total, uji kromatografi lapis tipis (KLT), dan analisis kadar
kaemferol menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT).
METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan antara lain KCKT, spektrofotometer ultraviolet-
tampak (UV-Vis) Hitachi U-2800, spektrofotometer 20D+, bejana kromatografi,
dan lampu ultraviolet Camag Repostar 3. Bahan-bahan yang digunakan antara lain
daun sirsak (Lampiran 2) dari kebun Biofarmaka Bogor, standar kaemferol dari
Nacalai, standar kuersetin, larva Artemia salina, dan pereaksi Folin-Ciocalteu.
Preparasi Sampel (Mustiarini 2011)
Daun sirsak dibersihkan dengan air. Selanjutnya daun dikeringkan dalam
oven dengan suhu 50 oC selama 72 jam. Setelah itu, daun sirsak kering digiling
dan diayak menggunakan pengayak 80 mesh agar diperoleh bentuk serbuk.
Kadar Air (AOAC 2006)
Cawan porselin dikeringkan pada suhu 105 ⁰C selama 3 jam kemudian
didinginkan di dalam desikator dan ditimbang bobotnya. Sebanyak 3 gram sampel
ditimbang di dalam wadah yang telah diketahui bobotnya. Wadah berisi sampel
dikeringkan di dalam oven pada suhu 105 ⁰C selama 3 jam kemudian didinginkan
di dalam desikator dan ditimbang bobotnya. Proses pengeringan dilakukan hingga
bobot konstan. Rumus kadar air sebagai berikut:
Kadar air % = 𝑊1 − 𝑊2
𝑊1 × 100%
3
W1 = bobot sampel sebelum pengeringan (g)
W2 = bobot sampel setelah pengeringan (g)
Ekstraksi
Ekstraksi Daun Sirsak (A–D)
Maserasi. Serbuk daun sirsak sebanyak 100 g diekstraksi dengan 500 mL
pelarut etanol sebanyak 3 kali pada suhu ruang dalam waktu 1 minggu,
selanjutnya sampel disaring dan dipisahkan. Ekstrak kemudian dipekatkan dengan
penguap putar hingga menghasilkan ekstrak A (Erosa-Rejon et al. 2010).
Maserasi dengan Sonikasi. Serbuk daun sirsak sebanyak 100 g diekstraksi
dengan 500 mL pelarut air–metanol (85:15) dengan bantuan sonikasi sebanyak 3
kali dalam waktu 3 jam, selanjutnya sampel disaring dan dipisahkan. Ekstrak
kemudian dipekatkan dengan penguap putar hingga menghasilkan ekstrak B
(Tang et al. 2001).
Refluks. Serbuk daun sirsak sebanyak 100 g diekstraksi dengan 500 mL
pelarut metanol 70% pada suhu 60–70 ºC dalam waktu 3 jam. Ekstrak kemudian
dipekatkan dengan penguap putar hingga menghasilkan ekstrak C (Zang et al.
2011).
Soxhlet. Serbuk daun sirsak sebanyak 100 g diekstraksi dengan 500 mL
pelarut metanol 70% menggunakan rada soxhlet. Ekstrak kemudian dipekatkan
dengan penguap putar hingga menghasilkan ekstrak D (Loizzo et al. 2007).
Ekstraksi Daun Sirsak (Ekstrak E–L)
Soxhletasi dengan n-Heksana. Serbuk daun sirsak sebanyak 800 g
diekstraksi dengan menggunakan pelarut n-heksana. Larutan ekstrak tidak
dianalisis, sedangkan residu dibagi dua menjadi residu 1 dan residu 2. Residu 1
dibagi menjadi 4 bagian untuk diekstraksi lebih lanjut. Metode ekstraksi yang
digunakan sama dengan yang dipakai untuk mendapatkan ekstrak A–D, tetapi
dengan menggunakanan 250 mL pelarut. Ekstrak yang diperoleh berturut-turut
disebut ekstrak I–L.
Soxhletasi dengan Etil Asetat. Residu 2 n-heksana diekstraksi dengan
pelarut etil asetat. Larutan ekstrak tidak dianalisis, sedangkan residu dibagi
menjadi 4 bagian untuk diekstraksi lebih lanjut. Metode ekstraksi yang digunakan
sama dengan yang dipakai untuk mendapatkan ekstrak A–D, tetapi dengan
menggunakanan 250 mL pelarut. Ekstrak yang diperoleh berturut-turut disebut
ekstrak E–H.
Uji Toksisitas dengan Metode BSLT (Krishnaraju et al. 2005)
Penetasan telur Artemia salina
Wadah penetasan disiapkan lalu dimasukkan air laut dan telur udang,
diinkubasi pada suhu kamar (26–30 ºC) selama 48 jam dengan keadaan aerasi
konstan. Setengah bagian wadah penetasan diletakkan pada tempat gelap,
sedangkan setengah bagian lainnya diberi sumber cahaya. Larva yang telah
menetas akan bergerak ke sisi wadah dengan sumber cahaya. Larva dikumpulkan
dengan pipet dan dipisahkan dari telur ke dalam wadah lain yang berisi air laut.
4
Pengujian
Sebanyak 10 ekor larva dimasukkan ke dalam sumur uji yang telah berisi
4.5 mL air laut, kemudian ditambahkan larutan ekstrak sebanyak 0.5 mL. Larutan
ekstrak yang digunakan dibuat dengan ragam konsentrasi 1–5000 μg/ml. Setiap
konsentrasi diulang sebanyak 3 kali dan digunakan 1 kontrol tanpa penambahan
ekstrak. Jumlah larva udang yang mati pada suhu ruang diamati setelah 1 hari (24
jam), kemudian konsentrasi letal 50% (LC50) dihitung dengan persamaan berikut:
Kematian larva % = jumlah larva mati - jumlah larva kontrol mati
jumlah larva uji×100%
Persamaan regresi y = a + bx dibuat antara konsentrasi ekstrak (x) dan
persen kematian larva (y), lalu nilai LC50 ditentukan sebagai nilai x pada saat y =
50.
Penetapan Kadar Tanin (Sulastri 2009)
Pembuatan Larutan KMnO4 0.1000 N
Kristal KMnO4 ditimbang sebanyak 1.6001 g kemudian dilarutkan dengan
500 mL akuades, dididihkan selama 10–15 menit, kemudian disimpan selama 1
malam. Setelah itu, larutan disaring dan ditambahkan akuades hingga volume 500
mL. Larutan KMnO4 perlu distandardisasi sebelum dipakai.
Standardisasi Larutan KMnO4 0.1000 N
Kristal asam oksalat ditimbang sebanyak 0.3150 g dan dilarutkan dengan
akuades sampai volume 50 mL. Larutan dipipet sebanyak 10 mL ke dalam
Erlenmeyer, lalu ditambahkan 5 mL H2SO4 4 N dan dipanaskan sampai 70 oC.
Selanjutnya, dalam keadaan panas dititrasi dengan larutan KMnO4 sampai warna
ungu dari tetesan larutan tidak hilang, lalu dicatat volume titrasinya. Standardisasi
diulang 3 kali. Normalitas larutan KMnO4 dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut:
KMnO4= W (mg) × FP
BE asam oksalat (mg/mg ekuivalen ) × Volume KMnO4
Keterangan:
W = Bobot kristal asam oksalat (mg)
BE = bobot ekuivalen asam oksalat (63 mg/mg ekuivalen)
FP = Faktor pengenceran (10/50)
Penetapan Kadar Tanin
Ekstrak daun ditimbang sebanyak 0.5 g, ditambahkan air 50 mL, dan
dipanaskan pada suhu 40–60 oC selama 30 menit. Setelah dingin, larutan disaring
dan ditambahkan larutan indigokarmin, kemudian dititrasi dengan larutan KMnO4
0.1 N. Setiap kali penambahan, 1 mL KMnO4 hingga warna berubah dari biru
menjadi hijau. Selanjutnya titrasi dilakukan tetes demi tetes hingga warna hijau
5
menjadi kuning emas. Kadar tanin dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
% Tanin = FP (A − B) × KMnO4 × 0.00416
Bobot sampel (g)× 100%
FP = Faktor pengenceran
A = Volume KMnO4 untuk sampel (mL)
B = Volume KMnO4 untuk blangko (mL)
[KMNO4] = Konsentrasi KMnO4 yang telah distandardisasi (N)
0.00416 = Faktor koreksi, 1 mL KMnO4 0.1 N setara dengan 0.00416
gram tanin
Penetapan Fenolik Total (Apsari dan Susanti 2011)
Sebanyak 25 mg ekstrak daun dilarutkan sampai volume 25 mL dengan
campuran metanol–air (1:1). Larutan ekstrak yang diperoleh dipipet 300 µL,
ditambahkan 1.5 mL reagen Folin-Ciocalteu (1:10), dan dikocok. Setelah itu
didiamkan selama 3 menit dan masing-masing larutan ditambah 1.2 mL Na2CO3
7.5%, dikocok agar homogen. Larutan diukur absorbansnya pada panjang
gelombang 765 nm.
Penetapan Kadar Flavonoid Total (Depkes RI 2000)
Sebanyak 200 mg ekstrak daun dilarutkan dalam aseton dengan
penambahan heksametilenatetramina (HMT) 2%. Lalu dihidrolisis menggunakan
HCl 25% pada suhu 80 oC selama 30 menit. Hasil hidrolisis dipartisi
menggunakan etil asetat. Fraksi etil asetat ditampung, lalu ditambahkan AlCl3 2%
sehingga membentuk warna fluoresens yang absorbansnya diukur dengan
spektrofotometer UV-Vis pada λ 425 nm.
Identifikasi Keberadaan Kaemferol dengan KLT
Sebanyak 15 mg ekstrak dihidrolisis dengan menggunakan HCl 4 N,
kemudian dipartisi dengan etil asetat. Fraksi etil asetat ditampung, kemudian
pelarut diuapkan. Ekstrak yang dihasilkan ditambahkan 1 mL metanol. Larutan
sampel dan standar (Sebanyak 1 mg standar kaemferol dilarutkan ke dalam 1 mL
metanol) ditotolkan pada pelat silika gel, kemudian dielusi dengan eluen
klorofom–metanol 9.75:0.25. Hasil elusi diamati di bawah lampu ultraviolet pada
λ 366 nm.
6
Pengukuran Kadar Kaemferol dengan KCKT (Wang dan Helliwell 2001)
Sistem KCKT
Sistem yang digunakan meliputi, kolom C18, fase gerak 30% asetonitril dan
70% dapar KH2PO4 0.025 M yang ditambah H3PO4 sampai pH 2.5. Sistem elusi
isokratik, dengan laju alir 1.0 mL/menit, dan luas puncak diukur pada 370 nm.
Penyiapan Standar
Standar kaemferol dan kuersetin masing-masing 5 mg dilarutkan dengan
metanol untuk membuat larutan standar induk dengan konsentrasi 500 ppm,
kemudian dibuat deret larutan standar dengan konsentrasi 5 dan 50 ppm. Larutan
standar disaring dengan menggunakan kertas saring Millipore 0.45 µm. Larutan
yang dihasilkan diinjeksikan sebanyak 20 µL ke dalam KCKT.
Hidrolisis Sampel Ekstrak dihidrolisis dengan HCl 4 M, lalu dipartisi dengan etil asetat. Fraksi
etil asetat ditampung, lalu diuapkan pelarutnya, kemudian dilarutkan dengan
metanol. Larutan disaring menggunakan kertas saring Millipore 0,45 µm, lalu
diinjeksikan sebanyak 20 µL ke dalam KCKT. Analisis sampel diulang 2 kali.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air
Penetapan kadar air berguna untuk mengetahui ketahanan suatu bahan
sehingga dapat diperkirakan cara penyimpanan terbaik untuk menghindari
pengaruh aktivitas jamur (mikrob). Rerata kadar air serbuk daun sirsak kering
sebesar 2.83%. Syarat kadar air untuk simplisia tanaman obat menurut Depkes RI
(1995) tidak boleh lebih dari 10%. Kadar air yang terkandung lebih kecil dari 10%
menunjukkan kestabilan optimum bahan akan tercapai dan pertumbuhan mikrob
dapat dikurangi sehingga dapat memperpanjang masa simpan tanaman kering
(Winarno 2002). Air yang terkandung dalam serbuk daun sirsak dihilangkan
dengan pemanasan pada suhu 105 oC. Menurut Harjadi (1993), pemanasan pada
suhu 100–105 oC akan menghilangkan air yang terikat secara fisis di dalam suatu
bahan. Perhitungan kadar air disajikan pada Lampiran 3.
Ekstraksi
Ekstraksi senyawa aktif dari tanaman obat adalah pemisahan secara fisis
atau kimiawi dengan menggunakan cairan atau padatan. Pelarut alkohol telah
banyak digunakan pada penelitian senyawa flavonoid sebelumnya. Pelarut alkohol
lazim digunakan dalam proses ekstraksi awal karena kemampuannya melarutkan
komponen polar maupun nonpolar (Harborne 1987). Daun sirsak dihaluskan
hingga berukuran 80 mesh. Hal ini bertujuan meningkatkan luas permukaan
sehingga ekstraksi berlangsung lebih efisien. Sebelum dilakukan beberapa uji,
7
ekstrak yang diperoleh dihitung rendemennya. Penentuan rendemen berfungsi
mengetahui jumlah metabolit sekunder yang terbawa oleh pelarut tersebut, tetapi
komponen yang terkandung tidak dapat diketahui.
Tabel 1 Rendemen ektstrak dari daun sirsak dan residunya
Sampel Ekstraksi Rendemen (%)
Daun
Maserasi 10.04
Sonikasi 9.16
Refluks 6.88
Soxhletasi 18.64
Residu n-heksana
Maserasi 9.67
Sonikasi 9.81
Refluks 6.11
Soxhletasi 17.36
Residu etil asetat
Maserasi 3.18
Sonikasi 4.09
Refluks 4.73
Soxhletasi 12.76
Rendemen yang dihasilkan oleh setiap teknik ekstraksi pada residu ekstraksi
menurun dibandingkan dengan pada serbuk daun (Tabel 1). Hal ini menunjukkan
adanya beberapa senyawa yang terekstraksi dalam pelarut n-heksana dan etil
asetat. Teknik soxhletasi menghasilkan rendemen paling tinggi karena teknik
tersebut bersifat sinambung dan pelarut yang digunakan selalu dalam keadaan
segar sehingga meningkatkan efektivitas ekstraksi. Setelah dihitung rendemennya,
ekstrak diuji BSLT, kadar tanin, kadar total fenolik, dan total flavonoid, serta diuji
KLT, dan KCKT. Perhitungan rendemen ekstrak daun dan residunya disajikan
pada Lampiran 4.
Toksisitas Ekstrak terhadap Larva Artemia salina
LC50 merupakan konsentrasi senyawa bioaktif yang dapat menyebabkan
kematian 50% populasi hewan uji. Hasil uji BSLT pada Tabel 2 menunjukkan
bahwa semua ekstrak daun sirsak memiliki nilai LC50 kurang dari 1000 ppm.
Menurut Meyer et al. (1982), suatu ekstrak dikatakan toksik jika memiliki nilai
LC50 kurang dari 1000 ppm setelah waktu kontak 24 jam, sedangkan menurut
Krishnaraju et al. (2005), suatu ekstrak dikatakan aktif berpotensi sebagai
antikanker jika nilai LC50 kurang dari 1000 ppm. Oleh karena itu, dapat
dinyatakan bahwa ekstrak daun sirsak dari setiap teknik ekstraksi aktif dan
berpotensi sebagai antikanker. Ekstrak soxhlet secara umum memiliki nilai LC50
yang paling rendah, hal ini menunjukkan bahwa ekstrak soxhlet memiliki nilai
toksisitas yang paling tinggi. Perhitungan nilai LC50 ekstrak daun dan residunya
disajikan pada Lampiran 5.
8
Kadar Fenolik Total
Uji fenolik total dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa polifenol di
dalam daun sirsak. Prinsip dari metode ini adalah terbentuknya kompleks
berwarna biru sebagai hasil reaksi antara senyawa fenolik dan reagen Folin-
Ciocalteu yang dapat diukur absorbansnya pada panjang gelombang 765 nm.
Senyawa fenolik bereaksi dengan reagen Folin-Ciocalteu dalam suasana basa agar
terjadi disosiasi proton pada senyawa fenolik menjadi ion fenolat. Untuk
menciptakan kondisi basa tersebut, ditambah Na2CO3 7,5% (Apsari dan Susanti
2011). Reaksi yang terjadi tidak spesifik, sehingga tidak dapat digunakan untuk
membedakan jenis senyawa golongan polifenol. Warna larutan akan semakin
pekat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ion fenolat.
Pada penentuan kadar fenolik total, digunakan larutan standar asam galat
atau asam 3,4,5-trihidroksibenzoat (C6H2(OH)3CO2H) dengan variasi konsentrasi
10, 20, 30, 40, 50, dan 60 µg/mL, kemudian dibuat kurva kalibrasi (Lampiran 6).
Persamaan regresi yang dihasilkan dari kurva kalibrasi standar digunakan untuk
menghitung besarnya kadar fenolik total di dalam ekstrak berdasarkan besarnya
absorbans. Hasil analisis disajikan pada Tabel 2. Kadar fenolik total pada residu
etil asetat lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak lain untuk setiap teknik
ekstraksi. Ekstrak dengan total fenolik tinggi dipertimbangkan untuk digunakan
pada tahap isolasi kaemferol.
Tabel 2 LC50, fenolik total, dan flavonoid total ekstrak daun sirsak
Ekstraksi LC50 (ppm) Tanin (%) Fenolik total
(%)
Flavonoid
total (%)
Dari tahap ekstraksi daun secara langsung
Maserasi 209.20 ± 13.89 7.59 ± 0.09 13.94 ± 0.08 10.25 ± 0.03
Sonikasi 128.49 ± 2.91 5.18 ± 0.12 14.28 ± 0.05 4.46 ± 0.01
Refluks 79.09 ± 1.52 4.98 ± 0.05 10.35 ± 0.05 1.72 ± 0.03
Soxhletasi 46.07 ± 4.26 5.59 ± 0.06 12.89 ± 0.08 7.05 ± 0.07
Dari tahap ekstraksi daun residu n-heksana
Maserasi 455.07 ± 14.05 4.93 ± 0.07 10.41 ± 0.02 5.60 ± 0.11
Sonikasi 150.56 ± 2.72 4.59 ± 0.16 11.41 ± 0.04 4.50 ± 0.07
Refluks 93.10 ± 4.46 6.24 ± 0.06 8.69 ± 0.09 0.88 ± 0.01
Soxhletasi 152.40 ± 3.26 6.96 ± 0.08 16.44 ± 0.02 2.27 ± 0.00
Dari tahap ekstraksi daun residu etil asetat
Maserasi 300.09 ± 5.86 4.84 ± 0.05 9.63 ± 0.14 0.81 ± 0.01
Sonikasi 647.98 ± 11.21 6.74 ± 0.17 8.55 ± 0.11 1.12 ± 0.00
Refluks 299.90 ± 7.09 6.87 ± 0.13 6.16 ± 0.14 0.85 ± 0.00
Soxhletasi 197.64 ± 8.86 3.78 ± 0.05 8.20 ± 0.06 0.63 ± 0.01
9
Kadar Tanin
Kadar tanin pada penelitian ini diukur dengan metode titrimetri
menggunakan KMnO4 sebagai titran. Kadar tanin yang diperoleh dari setiap
ekstraksi berbeda. Kadar tanin paling tinggi diperoleh pada ekstrak maserasi daun
sirsak tanpa perlakuan soxhletasi n-heksana, sedangkan kadar tanin terendah yaitu
ekstrak soxhsletasi residu etil asetat (Tabel 2). Secara umum, ekstrak residu etil
asetat mengandung kadar tanin yang paling rendah. Hal ini menujukkan adanya
sebagian tanin yang hilang ketika daun diekstraksi dengan pelarut etil asetat.
Tanin merupakan salah satu metabolit sekunder yang terkandung dalam
daun sirsak (Nurjanah 2014). Tanin termasuk ke dalam senyawa fenolik yang
memiliki beberapa aktivitas, seperti antidiare, antikanker, dan anti–HIV
(Sumarawati dan Hussaana 2010). Toksisitas tanin dalam ekstrak daun sirsak akan
berpengaruh pada nilai LC50, sehingga kadar tanin dalam masing-masing ekstrak
perlu ditentukan. Ekstrak dengan nilai LC50 rendah dan kadar tanin yang rendah
dipertimbangkan untuk digunakan pada tahap isolasi kaemferol. Perhitungan
kadar tanin ekstrak daun dan residunya disajikan pada Lampiran 7.
Kadar Flavonoid Total
Uji total flavonoid dilakukan sebagai pendekatan yang baik dalam
pemilihan teknik ekstraksi untuk isolasi kaemferol dari daun sirsak. Kaemferol
merupakan senyawa golongan flavonoid, sehingga ekstrak dengan kadar total
flavonoid tinggi dipertimbangkan untuk digunakan pada tahap isolasi kaemferol.
Total flavonoid pada ekstrak daun diperoleh dengan cara memasukkan nilai
absorbans ekstrak pada kurva standar kuersetin. Ekstrak dengan total flavonoid
tertinggi yaitu ekstrak maserasi, namun nilainya menurun setelah dilakukan
perlakuan soxhletasi dengan n-heksana dan etil asetat. Ekstrak refluks memiliki
kadar total flavonoid yang paling rendah dibandingkan ekstrak yang lain (Tabel 2).
Perhitungan kadar total flavonoid ekstrak daun dan residunya disajikan pada
Lampiran 8.
Flavonoid di alam berada dalam bentuk flavonoid glikosida, sehingga perlu
dihidrolisis terlebih dahulu dengan penambahan suatu asam, yaitu HCl. Proses
hidrolisis oleh asam akan memutus ikatan antara flavonoid dengan senyawa gula
membentuk flavonoid aglikon yang bersifat lebih non polar, sehingga perlu
dipartisi dengan pelarut etil asetat. Flavonoid aglikon akan membentuk kompleks
berwarna dengan AlCl3 yang dapat diukur absorbansnya pada panjang gelombang
425 nm.
Identifikasi Keberadaan Kaemferol
Kromatografi lapis tipis merupakan cara sederhana pada identifikasi
senyawa flavonoid. Data yang diperoleh berupa harga Rf dan warna spot
kromatogram. Prosedur uji dengan KLT dilakukan untuk mengidentifikasi adanya
senyawa kaempferol di setiap ekstrak daun sirsak dengan cara membandingkan
nilai Rf sampel dengan standar kaemferol. Selain untuk analisis kualitatif, uji KLT
juga dapat digunakan sebagai uji semikuantitatif suatu senyawa dengan cara
10
membandingkan ukuran dan intensitas warna spot yang muncul antara sampel dan
standar. Fase diam yang digunakan adalah silika gel yang dilekatkan pada pelat
aluminium, sedangkan eluen yang digunakan adalah klorofom–metanol
(9.75:0.25). Deteksi spot dilakukan dengan lampu UV 366 nm. Kromatogram
yang dihasilkan dari uji KLT disajikan pada Gambar 1.
Keberadaan kaemferol dalam ekstrak ditandai dengan adanya spot yang
memiliki Rf yang sama dengan standar kaemferol. Rf standar kaemferol pada uji
KLT ini adalah 0.10. Dilihat dari kromatogram yang dihasilkan, semua ekstrak
mengandung kaempferol, tetapi jumlahnya berbeda. Ekstrak residu etil asetat
mengandung kaemferol yang lebih sedikit dibandingkan dengan ekstrak daun
sirsak yang lain. Hal ini dapat dilihat dari kepekatan warna spot yang lebih pudar
dan ukuran spot yang lebih tipis. Ekstrak yang dihasilkan dari ekstraksi daun
sirsak langsung, tanpa perlakuan soxhletasi n-heksana dan etil asetat
menghasilkan banyak spot. Hal ini menunjukkan senyawa yang terekstraksi untuk
setiap teknik ekstraksi tersebut lebih beragam dibandingkan dengan ekstrak daun
sirsak residu n-heksana dan residu etil asetat, karena pada ekstrak residu n-
heksana dan etil asetat ada sebagian senyawa yang hilang ketika diekstraksi
dengan pelarut n-heksana dan etil asetat. Adanya senyawa yang larut dalam n-
heksana dan etil asetat akan mengurangi jumlah senyawa yang tidak diinginkan.
Hal ini lebih disukai, karena akan mempermudah tahap isolasi kaemferol.
Kadar Kaemferol
Analisis KCKT dilakukan untuk mengetahui kadar kaemferol dalam 5
ekstrak terpilih yaitu ekstrak maserasi, sonikasi, dan soxhletasi daun sirsak,
Gambar 1 Kromatogram hasil uji KLT ekstrak daun sirsak dan
residunya (dari kiri ke kanan), standar kaemferol, ekstrak
maserasi daun, Ekstrak maserasi residu n-heksana, Ekstrak
maserasi residu etil asetat, Ekstrak sonikasi daun, Ekstrak
sonikasi residu n-heksana, Ekstrak sonikasi residu etil asetat,
Ekstrak refluks daun, Ekstrak refluks residu n-heksana, Ekstrak
refluks residu etil asetat, Ekstrak sokslets residu etil asetat,
Ekstrak sokslets residu n-heksana, Ekstrak sokslets daun.
11
ekstrak maserasi dan sonikasi residu n-heksana. Selain kaemferol, senyawa
kuersetin juga diukur kadarnya menggunakan KCKT. Kadar kaemferol dan
kuersetin pada ekstrak diperoleh dengan cara memasukkan nilai luas puncak
ekstrak pada kurva standar. Ragam konsentrasi standar yang digunakan yaitu 5, 50,
dan 500 ppm. Hasilnya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Kadar kaemferol dan kuersetin ekstrak terpilih
Tahap ekstraksi Ekstrak Kaemferol (ppm) Kuersetin (ppm)
Daun
Maserasi 1.02 ± 0.01 0.42 ± 0.01
Sonikasi 0.84 ± 0.01 0.36 ± 0.01
Soxhletasi 0.43 ± 0.01 0.19 ± 0.01
Residu n-heksana Maserasi 1.11 ± 0.01 0.44 ± 0.01
Sonikasi 1.22 ± 0.01 0.50 ± 0.01
Kelima ekstrak yang diuji KCKT dipilih berdasarkan nilai LC50 yang rendah,
kadar tanin yang rendah, kadar fenolik total yang tinggi, kadar flavonoid total
yang tinggi, dan warna spot KLT yang pekat. Pada Tabel 3, kelima ekstrak yang
diuji memiliki kadar kaemferol yang lebih tinggi dibandingkan kuersetin. Hal ini
menunjukkan bahwa kadar kaemferol di dalam daun sirsak lebih tinggi
dibandingkan kuersetin. Kadar kaemferol dan kuersetin terendah dari kelima
ekstrak ialah dari ekstrak soxhletasi, sedangkan ekstrak dengan kadar kaemferol
dan kuersetin tertinggi ialah dari ekstrak sonikasi residu n-heksana. Kromatogram
dapat dilihat pada Gambar 2. Kromatogram ekstrak sonikasi residu n-heksana
memiliki puncak yang paling tinggi. Pada teknik ekstraksi yang sama, kadar
kaemferol dan kuersetin ekstrak residu n-heksana lebih tinggi dibandingkan
dengan ekstrak daun. Perhitungan disajikan pada Lampiran 9.
Gambar 2 Kromatogram larutan standar dan larutan ekstrak daun dan residunya
Puncak pertama yang muncul menunjukkan senyawa kuersetin, sedangkan
puncak kedua menunjukkan senyawa kaemferol. Menurut Wang dan Heliwell
(2001), kuersetin memiliki waktu retensi yang lebih singkat dibandingkan
kaemferol pada pengukuran KCKT fase terbalik, karena senyawa kuersetin
bersifat lebih polar dibandingkan senyawa kaemferol. Sifat polar dari kuersetin
Waktu retensi (menit)
uV
Kuersetin
Kaemferol
Standar 50 ppm
Ekstrak maserasi daun
Ekstrak maserasi residu
n-heksana
Ekstrak soxhletasi daun
Ekstrak sonikasi daun Ekstrak sonikasi residu
n--heksana
12
dipengaruhi oleh struktur kuersetin yang memiliki gugus hidroksil yang lebih
banyak dari kaemferol (Gambar 3).
Gambar 3 Struktur kimia kaemferol (a) dan kuersetin (b)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Teknik ekstraksi terbaik untuk mengisolasi kaemferol dari daun sirsak yaitu
sonikasi dengan menggunakan pelarut metanol–air (85:15), sebelumnya daun
sirsak disoxhlet dengan n-heksana. Ekstrak dari teknik ekstraksi tersebut
mengandung 1.22% kaemferol dan 0.50% kuersetin.
Saran
Disarankan fraksionasi terhadap ekstrak terbaik agar diperoleh senyawa
kaemferol murni. Selain itu, disarankan pengujian toksisitas fraksi tersebut
terhadap larva Artemia salina agar diketahui nilai LC50 senyawa kaemferol murni
dan pengukuran kadar kaemferol hasil fraksionasi dengan KCKT sehingga
diketahui kadar kaemferol sebelum dan sesudah fraksionasi.
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] The Association of Official Analytical Chemist. 2006. Official Methods
of Analysis. Ed ke-18.Washington DC(US): Association of Official
Analytical Chemist.
[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika
Indonesia. Jilid VI. Jakarta(ID): Direktorat Jendral, Pengawasan Obat dan
Makanan.
Apsari PD, Susanti H. 2011. Perbandingan kadar fenolik total ekstrak metanol
kelopak merah dan ungu bunga rosella (Hibiscus sabdariffa, Linn) secara
(a) (b)
13
spektrofotometri. Fakultas Farmasi dan Fakultas Kesehatan Universitas
Ahmad Dahlan.
Aziz AR, Hasneli Y, Woferst R. 2003. Efektifitas air rebusan daun sirsak (Annona
muricata) terhadap kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus tipe II.
Bibliography 37(1): 1-10.
Dewi LK, Widyarti S, Rifa‟I M. 2007. Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun
sirsak (Annona muricata L.) terhadap jumlah sel T CD4+ dan CD8
+ pada
timus (Mus musculus). Jurnal Biologi Univ. Brawijaya: 24-26.
Erosa-Rejon G, Pena-Rodriguez LM, dan Sterner O. 2010. Isolation of
kaempferol-3-rutinoside from the leaf extract of Sideroxylon foetidissimum
Subsp. Gaumeri. Revista Latinoamericana de Quimica 38(1):8-11.
Harborne JB. 1987. Metode fitokimia. Padmawinata K, penerjemah. Bandung
(ID): ITB. Terjemahan dari: Phytochemical Methods.
Krishnaraju AV, Rao TVN, Sundararaju D, Vanisree M, Tsay HS, dan Subbaraju
GV. 2005. Assessment of bioactivity of Indian medicinal plants using brine
shrimp (Artemcx ia salina) lethality assay. International Journal of Applied
Science and Engineering. 3(2): 125-134.
Loizzo MR, Said A, Tundis R, Rashed K, Statti GA, Hufner A, dan Menichini F.
2007. Inhibition of Angiotensin Converting Enzyme (ACE) by flavonoids
isolated from Ailanthus excelsa (Roxb) (Simaroubaceae). Phytother. Res.
21(1):32-36.
Mardiana L, Ratnasari J. 2011. Ramuan dan Khasiat Sirsak. Jakarta (ID): Penebar
Swadaya.
Mustariani BAA. 2011. Potensi kaempferol daun sirsak sebagai penghambat
poliferasi sel kanker raji [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Ozçelik B, Orhan I, Toker G. 2006. Antiviral and antimicrobial assessment of
some selected flavonoids. Z Naturforsch C 61(9):632-638.
Santos DYAC, Salatino MLF. 2000. Foliar flavonoids of annonaceae from Brazil:
taxonomic significance. Phytochemistry 55(1):567-573.
Sulastri T. 2009. Analisis kadar tannin ekstrak air dan ekstrak etanol pada biji
pinang sirih (Areca Catechu. L). Jurnal Chemica. 1(10): 59-63.
Tang Y, Lou F, Wang J, Li Y, dan Zhuang S. 2001. Coumaryl flavonol glycosides
from the leaves of Ginko biloba. Phytochemistry. 58:1251-1256.
Teffo LS, Aderogba MA, dan Eloff JN. 2010. Antibacterial and antioxidant
activities of four kaempferol methyl ethers isolated from Dodonaea viscosa
Jacq. Var. angustifolia leaf extracts. South African Journal of Botany.
76(2):25-29.
Vega MRG. 2007. Flavonoids from Annona dioca leaves and their effects in
Ehrlich carcinoma cells, DNA-topoisomerase I and II. Journal Brazzil
Chemistry Society 18(8):1554-1559.
Wahyuni WT. 2010. Pengoptimuman dan validasi sidik jari kromatografi cair
kinerja tinggi ekstrak Phylanthus niruri L. [Thesis]. Bogor: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Wang H, Helliwell K. 2001. Determination of flavonols in green tea and black tea
leaves and green tea infusions by high-performance liquid chromatography.
Food Research International. 34(2): 223-227.
Zang Y, Sato H, Igarashi K. 2011. Anti-diabetic effect of a kaempferol glycoside-
rich fraction from unripe soybean (Edamame, Glycine max L. Merrill.
14
„Jindai‟) leaves on KK-A mice. 2011. Biosci. Biotechnol. Biochem.
75(9):1677-1684.
Zuhud E. 2010. Kanker Lenyap Berkat Sirsak. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
15
Lampiran 1 Diagram alir penelitian
Daun Sirsak Serbuk 80 mesh
Sokslet (n-heksana) Ekstraksi
Maserasi
Sonikasi Soxhletasi
Refluks Residu
Maserasi
Sonikasi Soxhletasi
Refluks
Sokslet (etil asetat)
Maserasi
Sonikasi Soxhletasi
Refluks
Residu
Ekstrak
Rendemen, Uji BSLT, Uji Tanin, Uji Total Fenolik, Uji Total
Flavonoid, Identifikasi Kaemferol dengan KLT
Analisis KCKT
Ekstraksi terbaik
16
Lampiran 2 Hasil determinasi sampel
17
Lampiran 3 Kadar air
Ulangan Bobot cawan
kosong (g)
Bobot cawan + sampel (g) Bobot sampel (g) Kadar air
(%) Awal Akhir awal akhir
1 2.0305 5.0310 4.9457 3.0005 2.9152 2.84
2 1.9792 4.9801 4.8952 3.0009 2.9160 2.83
3 1.9641 4.9644 4.8801 3.0003 2.9160 2.81
Rerata
2.83
Contoh perhitungan:
Kadar air % = bobot sampel awal - bobot sampel akhir
bobot sampel awal×100%
= (3.0005 - 2.9152)g
3.0005 g×100%
= 2.84 %
18
Lampiran 4 Rendemen
Ekstraksi Bobot sampel
(g)
Wadah
kosong (g)
Wadah +
ekstrak (g) Ekstrak (g)
Rendemen
(%)
Tahap ekstraksi daun sirsak langsung
Maserasi 100.0654 74.5622 84.3196 9.7574 10.04
Sonikasi 99.9947 36.9106 45.8086 8.8980 9.16
Refluks 100.0044 74.7527 81.4412 6.6885 6.88
Soxhletasi 100.0029 74.1997 92.3131 18.1134 18.64
Tahap ekstraksi daun sirsak residu n-heksana
Maserasi 49.9879 74.4350 79.1327 4.6977 9.67
Sonikasi 50.0001 38.0991 42.8652 4.7661 9.81
Refluks 49.9867 37.8473 40.8163 2.9690 6.11
Soxhletasi 50.0001 37.4319 45.8681 8.4362 17.36
Tahap ekstraksi daun sirsak residu etil asetat
Maserasi 100.0059 36.8917 39.9785 3.0868 3.18
Sonikasi 50.0047 37.5489 39.5360 1.9871 4.09
Refluks 50.0003 37.8950 40.1921 2.2971 4.73
Soxhletasi 49.9996 36.8634 43.0656 6.2022 12.76
Contoh perhitungan:
Rendemen % = bobot ekstrak
bobot sampel × (100 − Kadar air)× 100%
= bobot ekstrak
bobot sampel × (100 − Kadar air)× 100%
= 9.7574 g
100.0654 g × (100 − 8.44)%× 100%
= 10.04 %
19
Lampiran 5 BSLT
Ekstrak
Konsentrasi
larutan induk
(ppm)
Konsentrasi
ekstrak (ppm)
Larva mati LC50 rerata
I II III
Tahap ekstraksi daun sirsak langsung
Maserasi 724
18.1000 2 3 2
209.20 ± 13.89
36.2000 3 3 3
72.4000 5 5 6
434.4000 7 7 7
579.2000 8 8 8
Sonikasi 3404
64.6760 1 2 2
128.49 ± 2.91
85.1000 3 2 3
108.9280 4 4 4
129.3520 6 5 5
149.7760 6 6 6
Refluks 3412
44.3560 4 3 4
79.09 ± 1.52
64.8280 5 5 4
85.3000 5 6 5
109.1840 6 6 6
129.6560 6 7 7
Soxhletasi 612
12.2400 1 3 3
46.07 ± 4.26
21.4200 4 4 4
39.7800 5 5 4
58.1400 6 6 6
76.5000 6 7 7
Tahap ekstraksi daun sirsak residu n-heksana
Maserasi 3248
308.5600 3 4 3
455.07 ± 14.05
406.0000 5 5 5
519.6800 6 5 6
617.1200 6 7 6
714.5600 7 7 7
Sonikasi 2128
69.1600 1 2 2
150.56 ± 2.72
101.0800 4 3 4
133.0000 4 5 5
170.2400 5 6 5
202.1600 8 6 7
Refluks 1248
58.2400 5 4 5
93.10 ± 4.46 108.1600 5 6 5
266.2400 7 6 6
316.1600 8 7 6
20
366.0800 9 7 7
Soxhletasi 3108
80.8080 3 3 2
152.40 ± 3.26
118.1040 4 4 4
155.4000 5 5 4
189.9120 5 7 7
236.2080 8 7 8
Tahap ekstraksi daun sirsak residu etil asetat
Maserasi 3816
124.0200 2 3 3
300.09 ± 5.86
181.2600 3 4 3
238.5000 4 4 4
305.2800 5 5 5
362.5200 6 6 6
Sonikasi 4936
320.8400 2 1 2
647.98 ± 11.21
468.9200 4 4 3
617.0000 5 5 5
789.7600 6 6 6
937.8400 7 8 8
Refluks 3788
123.1100 2 2 3
299.90 ± 7.09
179.9300 3 3 4
303.4000 5 5 4
359.8600 6 6 6
416.6800 7 7 7
Soxhletasi 4472
116.2720 3 3 2
197.64 ± 8.86
169.9360 4 3 5
223.6000 5 6 6
286.2080 7 8 7
339.8720 8 9 9
Contoh perhitungan:
Persamaan regresi ekstrak maserasi daun sirsak langsung ulangan I
y = a + bx
y = 29.132 + 0.0915x
x = y − 29.132
0.0915
Nilai LC50 ekstrak maserasi
x = 50 − 29.132
0.0915= 228.3600 ppm
21
Lampiran 6 Kadar Tanin
a) Standardisasi KMNO4
Ulangan Volume asam
oksalat (mL)
Volume H2SO4
(mL)
Volume KMnO4
(mL)
Konsentrasi
KMnO4 (N)
1 10.00 5.00 9.95 0.1007
2 10.00 5.00 9.95 0.1007
3 10.00 5.00 10.00 0.1002
Rerata 0.1005
RSD 0.0002
Contoh perhitungan:
Bobot asam oksalat = 0.3156 g
KMnO4 = bobot asam oksalat (mg)
BE asam oksalat(mg/ekuivalen) × volume KMnO4 (mL) × FP
= 315.6 (mg)
63 (mg/ekuivalen) × 9.95 (mL)
= 0.1007 N
b) Penentuan kadar tanin ekstrak daun sirsak
Ekstrak Bobot ekstrak
(g) Ulangan
Volume KMnO4
sampel (mL) Tanin rerata (%)
Dari tahap ekstraksi daun
Maserasi 0.3916
1 7.30
7.59 ± 0.09 2 7.30
3 7.20
Sonikasi 0.1157
1 7.40
5.18 ± 0.12 2 7.50
3 7.40
Refluks 0.2758
1 8.70
4.98 ± 0.05 2 8.60
3 8.70
Soxhletasi 0.4169
1 7.90
5.59 ± 0.06 2 8.00
3 7.90
Dari tahap ekstraksi residu n-heksana
Maserasi 0.3488
1 7.35
4.93 ± 0.07 2 7.50
3 7.40
22
Sonikasi 0.6624
1 14.70
4.59 ± 0.16 2 14.20
3 14.80
Refluks 0.3669
1 18.20
6.24 ± 0.06 2 18.17
3 18.40
Soxhletasi 0.2685
1 7.80
6.96 ± 0.08 2 7.70
3 7.80
Dari tahap ekstraksi residu etil asetat
Maserasi 0.3916
1 7.90
4.84 ± 0.05 2 7.80
3 7.80
Sonikasi 0.1157
1 5.10
6.74 ± 0.17 2 5.20
3 5.20
Refluks 0.2758
1 16.60
6.87 ± 0.13 2 16.30
3 16.20
Soxhletasi 0.4169
1 7.00
3.78 ± 0.05 2 7.10
3 7.10
Contoh perhitungan:
Tanin % = FP (A − B) × 0.00416
bobot ekstrak (g)× 100%
= 10 (7.30 − 3.30) mL × 0.00416
0.2187 (g)× 100%
= 7.65%
23
Lampiran 7 Kadar fenolik total
a) Kurva kalibrasi
Konsentrasi induk
(µg/mL)
Volume induk
(mL)
Konsentrasi standar
(µg/mL) Absorbans
502
0.20 10.0400 0.067
0.40 20.0800 0.109
0.60 30.1200 0.199
0.80 40.1600 0.226
1.00 50.2000 0.315
1.20 60.2400 0.353
Gambar Kurva Kalibrasi standar asam galat
b) Penentuan kadar fenolik total ekstrak daun sirsak
Ekstrak Bobot ekstrak (g) Ulangan Absorbans Konsentrasi flavonoid
(%)
Dari tahap ekstraksi daun
Maserasi 0.0226
1 0.321
13.94 ± 0.08 2 0.323
3 0.320
Sonikasi 0.0192
1 0.278
14.28 ± 0.05 2 0.280
3 0.277
Refluks 0.026 1 0.272
10.35 ± 0.05 2 0.272
y = 0.005x + 0.004
R² = 0.984
0.000
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
0.300
0.350
0.400
0.0000 10.0000 20.0000 30.0000 40.0000 50.0000 60.0000 70.0000
Abso
rban
s
Konsentrasi standar (µg/mL)
24
3 0.275
Soxhletasi 0.0158
1 0.206
12.89 ± 0.08 2 0.208
3 0.209
Dari tahap ekstraksi residu n-heksana
Maserasi 0.0252
1 0.266
10.41 ± 0.02 2 0.267
3 0.266
Sonikasi 0.0229
1 0.264
11.41 ± 0.04 2 0.266
3 0.266
Refluks 0.0237
1 0.212
8.69 ± 0.09 2 0.211
3 0.207
Soxhletasi 0.0187
1 0.311
16.44 ± 0.02 2 0.311
3 0.312
Dari tahap ekstraksi residu etil asetat
Maserasi 0.026
1 0.254
9.63 ± 0.14 2 0.250
3 0.259
Sonikasi 0.0226
1 0.194
8.55 ± 0.11 2 0.200
3 0.198
Refluks 0.0248
1 0.152
6.16 ± 0.14 2 0.158
3 0.160
Soxhletasi 0.0202
1 0.170
8.20 ± 0.06 2 0.168
3 0.171
Contoh perhitungan ekstrak maserasi daun ulangan 1
Persamaan regresi
y = a + bx
y = 0.004 + 0.005x
x = y − 0.004
0.005
25
Konsentrasi fenolik total (µg/mL)
x = 0.321 − 0.004
0.005= 63.4000 µg/mL
Konsentrasi fenolik total (g/g ekstrak)
= Konsentrasi fenolik (µg/mL) × 10−6 (µg/g) × volume sampel (mL) × FP
bobot ekstrak (g)× 100%
= 63.4000 (µg/mL) × 10−6 (µg/g) × 25.00 (mL) × 2
0.0026 (g)× 100%
= 13.94%
26
Lampiran 8 Kadar flavonoid total
a) Kurva kalibrasi standar kuersetin
Tabel Standar kuersetin
Konsentrasi
standar (ppm) Absorbans
0.5000 0.015
1.0000 0.033
5.0000 0.183
10.0000 0.360
15.0000 0.539
25.0000 0.902
Gambar Kurva kalibrasi standar
b) Kadar total flavonoid sampel
Ekstrak Bobot
ekstrak (g) Ulangan Absorbans
Konsentrasi
flavonoid total (%)
Rerata konsentrasi
(%)
Dari tahap ekstraksi daun
Maserasi 0.2014
1 0.598 10.30
10.25 ± 0.03 2 0.593 10.22
3 0.594 10.24
Sonikasi 0.2003
1 0.513 4.45
4.46 ± 0.01 2 0.516 4.47
3 0.514 4.46
Refluks 0.2015 1 0.202 1.75 1.72 ± 0.03
y = 0.0361x - 0.0017
R² = 1
0.000
0.100
0.200
0.300
0.400
0.500
0.600
0.700
0.800
0.900
1.000
0.0000 5.0000 10.0000 15.0000 20.0000 25.0000 30.0000
Abso
rban
s
Konsentrasi standar kuersetin (ppm)
27
2 0.194 1.68
3 0.200 1.73
Soxhletasi 0.2007
1 0.827 7.15
7.05 ± 0.07 2 0.811 7.01
3 0.809 6.99
Dari tahap ekstraksi residu n-heksana
Maserasi
0.2005
1 0.665 5.76
5.60 ± 0.11
2 0.637 5.51
3 0.640 5.54
Sonikasi 0.2014
1 0.532 4.59
4.50 ± 0.07 2 0.514 4.43
3 0.518 4.47
Refluks 0.2001
1 0.286 0.87
0.88 ± 0.01 2 0.291 0.88
3 0.294 0.89
Soxhletasi 0.2014
1 0.398 2.27
2.27 ± 0.00 2 0.398 2.27
3 0.398 2.27
Dari tahap ekstraksi residu etil asetat
Maserasi
0.2007
1 0.254 0.79
0.81 ± 0.01
2 0.264 0.82
3 0.262 0.81
Sonikasi 0.2008
1 0.392 1.12
1.12 ± 0.00 2 0.392 1.12
3 0.389 1.12
Refluks 0.2007
1 0.278 0.85
0.85 ± 0.00 2 0.279 0.85
3 0.280 0.85
Soxhletasi 0.2006
1 0.180 0.61
0.63 ± 0.01 2 0.188 0.63
3 0.188 0.63
Contoh perhitungan ekstrak maserasi daun
Konsentrasi flavonoid (ppm)
y = 0.0361 − 0.0017x
x = y − 0.0017
0.0361=
0.0598 − 0.0017
0.0361= 16.6122 ppm
28
Konsentrasi flavonoid (%)
= Kons.(ppm)10−6(L/mL)(g/mg) × 50mL × (25/10)(100/5) × FP
Bobot ekstrak (g)× 100%
= 16.6122(mg/L)10−6(L/mL)(g/mg) × 50mL × (25/10)(100/5) × 2
0.2014 (g)× 100%
= 10.30%
Konsentrasi flavonoid rerata (%)
= Konsentrasi flavonoid (ulg 1 + ulg 2 + ulg 3)
3
= (10.30 + 10.22 + 10.24)%
3
= 10.25%
29
Lampiran 9 Kadar Kaemferol
a) Pengukuran standar
Larutan Luas puncak Konsentrasi (ppm)
Kuersetin Kaemferol Kuersetin Kaemferol
standar 5 ppm 390065 317879 4.9 5.1
standar 50 ppm 3678346 3121401 49 51
standar 500 ppm 37557416 33031575 490 510
Contoh perhitungan:
Bobot standar kuersetin = 4.9 mg
Bobot standar kaempferol = 5.1 mg
Kons. std kuersetin = Bobot standar kuersetin (mg)
Volume labu (L)=
4.9 (mg)
0.01 (L)= 490 ppm
Kons. std kaemferol = Bobot standar kaemferol (mg)
Volume labu (L)=
5.1 (mg)
0.01 (L)= 510 ppm
b) Hasil pengukuran ekstrak
Kaemferol
Tahap
ekstraksi Ekstrak Ulg
Luas puncak
kaemferol
Konsentrasi
(ppm)
Konsentrasi rerata
(%)
Daun sirsak
langsung
Maserasi 1 1922532 31.1091
1.02 ± 0.01 2 1910572 30.9250
Sonikasi 1 1565765 25.6156
0.84 ± 0.01 2 1576024 25.7736
Soxhletasi 1 755217 13.1347
0.42 ± 0.01 2 748799 13.0355
Daun sirsak
residu n-
heksana
Maserasi 1 2116288 34.0926
1.11 ± 0.01 2 2105359 33.9243
Sonikasi 1 2335337 37.4656
1.22 ± 0.01 2 2321661 37.2550
30
Kuersetin
Tahap
ekstraksi Ekstrak Ulg
Luas puncak
kuersetin
Konsentrasi
(ppm)
Konsentrasi rerata
(%)
Daun sirsak
langsung
Maserasi 1 971690 13.0681
0.42 ± 0.01 2 950981 12.7981
Sonikasi 1 831496 11.2403
0.36 ± 0.01 2 813647 11.0076
Soxhletasi 1 425147 5.9425
0.19 ± 0.00 2 425117 5.9421
Daun sirsak
residu n-
heksana
Maserasi 1 1016299 13.6497
0.44 ± 0.01 2 999763 13.4341
Sonikasi 1 1165572 15.5958
0.50 ± 0.01 2 1120115 15.0032
Contoh perhitungan:
Ekstrak maserasi daun ulangan 1
Konsentrasi kaemferol (ppm) ekstrak maserasi
Persamaan regresi :
y = - 97788 + 64942.97 x
x = y + 97788
64942.97=
1922532 + 97788
64942.97= 31.1091 ppm
Konsentrasi kaemferol (%)
= Konsentrasi (ppm) × volume (mL) × 10−3 L/mL
Bobot ekstrak (mg) × 100%
= 31.1091 (mg/L) × 10.00 (mL) × 10−3 L/mL
30.6 (mg) × 100%
= 1.02%
31
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 16 Desember 1991 sebagai putri
ketiga dari almarhum Bapak H. Acu Sulaeman dan Ibu Hj. Mumung Kuswati.
Penulis lulus dari SMA Negeri 6 Bogor pada tahun 2009 dan pada tahun yang
sama diterima di Akademi Kimia Analisis (AKA) Bogor. Penulis lulus dari AKA
Bogor dengan predikat Sangat Memuaskan pada tahun 2012 dan melanjutkan
pendidikan S1 melalui Program Alih Jenis Jurusan Kimia Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2012.
Selama menjalani masa perkuliahan di AKA Bogor, Penulis pernah
mengikuti kegiatan Pelatihan Pengantar Sistem Manajemen Lingkungan (ISO
14001) dan Pelatihan Pengantar Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2001).
Penulis melakukan Praktik Kerja Lapang di PT Aventis Pharma dengan judul
laporan Analisis Tablet Antihistamin Siap Kemas di PT Aventis Pharma.