Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 0
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...............................................................................................................
Transliterasi ....................................................................................................................
Lampiran
DAFTAR ISI .............................................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar belakang ....................................................................................... 1
B. Indentifikasi Seni Budaya Islam ........................................................... 7
C. Rumusan .............................................................................................. 13
D. Definisi Operasional ...............................................................................
E. Metode Penelitian ...................................................................................
1. Observasi ............................................................................................
2. Instrumen Penelitian ..........................................................................
3. Penentuan Narasumber Ahli dan Narasumber Kunci ........................
4. Wawancara ..................................................................................... 70
5. Dokumentasi................................................................................... 71
6. Analisis Data ......................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 16
A. Seni Budaya Isam ............................................................................... 16
B. Pertumbuhan Seni Qasidah ................................................................. 21
C. Perkembangan Seni Qasidah .............................................................. 25
D. Masa Keemasan Seni Qasidah ................................................................
E. Keruntuhan Seni Qasidah .......................................................................
BAB III DINAMIKA SENI QASIDAH DI KOTA AMBON ................................ 62
A. Dinamika Dakwah Dalam Seni Qasidah ..............................................
B. Seni Qasidah Mengandung Pesan Dakwah .............................................
C. Rebbana dan SDM Praktisi Qasidah.......................................................
BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................................ 74
A. Profil Lokasi Penelitian ...................................................................... 74
B. Dinamika Dakwah dalam Pagelaran Seni Qasidah ............................ 74
C. Peran Seni Qasidah Dalam menggerakkan dakwah................................
1. Spirit Maulid Nabi Muhammad ..................................................... 74
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 2
2. Acara Suguhan Seni ...................................................................... 89
3. Konsep Pagelaran ........................................................................... 91
4. Nilai Dakwah yang akan disampaikan ......................................... 103
BAB V PENUTUP ................................................................................................... 105
A. Kesimpulan ....................................................................................... 105
B. Saran .................................................................................................. 105
C. Rekomendasi ..................................................................................... 106
D. Daftar Pustaka ................................................................................... 107
E. Lampiran ........................................................................................... 109
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinamika dakwah dalam seni qasidah jika dicermati secara serius ada persoalan
akademik yang perlu ditelah secara metodologis untuk menjelaskan apa peran seni
qasidah dalam menggerakkan dakwah. Ketika memperhatikan secara sistematis seni
qasidah ini memiliki muatan Islami yang cukup signifikan dalam menggerakkan dan
mengajak masyarakat ketika pentas seni digelar. Kekuatan ini perlu dicermati apa
motivasi sebagian masyarakat sehingga, pentas seni qasidah menjadi media yang menarik
perhatian mereka. Inilah yang akan dieskplorasi dalam kajian ini untuk mendapatkan
petunjuk bahwa peran seni budaya Islam khususnya seni qasidah memiliki potensi
signifikan dalam menyampaikan dan menyebarkan pesan-pesan dakwah yang efektif
mencerahkan masyarakat di Maluku.
Gambaran kondisi seni qasidah Islam di Provinsi Maluku sangat bervariasi. Jenis
seni budaya Islam di Maluku yang sering dipentaskan dalam seni budaya Islam adalah
seni budaya sendratari, barzanji, abdau, qasidah, syawat, samra, hadrat, pukul sapu dan
gambus.1 Semua jenis seni budaya Islam termasuk qasidah menjadi pilihan masyarakat
ketika perayaan hari besar Islam, agenda politik partai tertentu, dan pagelaran seni
budaya Islam dipentaskan.
Keadaan komunitas praktisi seni qasidah ini dalam struktur masyarakat sebagai
jasa untuk mengumpulkan massa dalam acara tertentu, sehingga perannya sebagai
pencerah lewat lirik lagunya kadang kurang menjadi perhatian, tetapi mereka lebih
mementinkan keindahan cara bernyanyi, main muzik, dan penikmatnya kurang
memahami tujuan syair dari setiap lagu yang dinyanyikan. Tujuan masyarakat Maluku
dalam memahami seni juga sangat bervariasi sehingga sampai saat ini menjadi
pertanyaan apakah seni qasidah itu sebagai media dakwah atau ia sekedar pentas musik
biasa di tengah masyarakat.
1Hamja Silawane Praktisi Seni Lagu, wawancara oleh penulis di café Lela di Kota Ambon 20 Januari
2013.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 4
Realitas ini akibat perubahn sosial dan dominasi imprealisme seni budaya global.
Dalam perspektif sosiologi Talcoot Parson bahwa struktur setiap masyarakat memiliki
prilaku yang berbeda-beda, dan memiliki keyakinan tersendiri dalam mencapai
tujuannya.2 Komunitas seniman adalah bagian dari sistem dalam interaksi sosial, praktisi
seni memiliki pencitraan tersendiri di tengah masyarakat kerena keahliannya
menyuguhkan nyanyian qasidahsebagai bentuk kesenangan tersendiri bagi masyarakat.3
Fokus kajian ini pada seni qasidah di sanggar sari el-Muluk yang sering dipentaskan
di Maluku. Kajian ini akan menelaah secara sistematis apakah dinamika seni qasidah
memiliki peran strategis dalam menggerakkan dakwah di Maluku, atau sekedar
nyanyaian biasa yang tidak memiliki peran pencerahan di tengah masyarakat. Disebut
seni budaya Islam bagi masyarakat Maluku karena seni qasidah memiliki syair bernuansa
Islami, busana muslim, dan aransemen musiknya semua bernuansa Islami. Peran seni
qasidah inilah yang akan ditelaah secara metodologis dan sistematis di tengah
masyarakat Maluku bagaimana seni qasidah memiliki peran dalam sistem sosial dalam
menggerakkan dakwah di Maluku?
Ketika memperhatikan secara serius pertumbuhan dan perkembangan seni qasidah
di Maluku ternyata seni qasidah mengalami tantangan yang cukup berat dan cenderung
bisa punah karena didominasi oleh imprealisme budaya global yang menyuguhkan prilaku
hedonisme, materialisme, dan kapitalisme. Realitas ini mulai berubah sejak listrik masuk
desa sehingga peran-peran seni qasidah mulai kurang berkembang dan masyarakat mulai
banyak pilihan lewat suguhan seni di televisi, radio, handphone, dan internet.
Ketika teknologi komunikasi masuk Desa maka pintu-pintu panca indra masyarakat
mulai terbuka dan bebas mengakses berbagai macam produk seni budaya dari peradaban
budaya global. Keadaan ini membuat prilaku masyarakat bergaya westernisasi akibat
lemahnya ketahanan seni budaya masyarakat di Maluku, sehingga cenderung lebih
banyak mengadopsi seni budaya barat dan melupakan seni budaya qasidah sebagai seni
yang Islami mulai terpinggirkan secara sistematis oleh dominasi budaya global.
2Talcott Parson, Interactional System Community (London, Sage Press, 2008), h. 77.
3Suf Kasman, Pencitaraan Media Harian Kompas dan Harian Republika dalam konflik Kerusuhan di
Maluku (Cet. I; Jakarta: Balai Litbang Kementrian Agama RI, 2012), h. 32.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 5
Sampai saat ini kondisi sosial masyarakat Maluku masih di dominasi oleh
imprealisme budaya global, kenyataan ini membuktikan bahwa seni qasidah
terpinggirkan secara sistematis. Komunitas praktisi seni qasidah sebagai bagian dari
struktur masyarakat di Maluku digunakan jasanya ketika ada agenda politik oleh partai
tertentu untuk menarik simpati masyarakat. Keadaan ini menunjukkan bahwa jasa
praktisi seni qasidah mulai disalahgunakan oleh komunitas sosial tertentu karena
komunitas seni qasidah sudah bergeser dari fungsinya spiritualnya sebagai pencerah
tetapi ia sekedar pengisi acara bagi struktur sosial yang lain.
Sebagian para ahli sosial menggambarkan bahwa inilah cara pandang yang dapat
merusak struktur sosial masyarakat ketika spirit sosial saling bertolakbelakang ia tidak
sinergis. Keadaan ini bertambah parah ketika hadirnya idiologi hedonisme, materialisme,
dan kapitalisme. Cara pandang masyarakat dalam memahami qasidah-pun mulai berubah.
Sebagai perbandingan pada masa lalu qasidah sebagai media dakwah sekarang ini
berubah menjadi pemuas hedonisme. Ketika cara pandang masyarakat dalam menikmati
seni qasidah berubah menjadi hiburan belaka maka seni qasidah mulai bergeser menjadi
budaya hedonisme ia bukan lagi media dakwah tetapi berpindah menjadi media politik
semata.
Untuk membuktikan pernyataan tersebut apakah seni qasidah digerakkan oleh
kepentingan politik atau kepentingan agama? Realitas ini sangat menarik untuk dikaji
dengan menggunakan teori Ervin Gopman yang dikenal dengan teori dramaturgis.
Menurut Ervin Gopman bahwa prilaku manusia di panggung belakang dan di panggun
depan sangat berbeda, menurut perspektif teori ini manusia itu seperti orang munafik
sangat berbeda tampilan depan dan tampilan dilubuk hati yang sebenarnya.4 Teori
dramaturgis inilah yang akan dijadikan alat analisis untuk memandu penelitian ini dalam
mengungkap fakta-fakta yang tampak di tengah masyarakat sebagai penikmati seni dan
praktisi seni qasidah di Maluku.
4Ervin Gopman, Dramatugis Communication diterjemahkan oleh Dedy Mulyana dengan Judul
Dramaturgi Komunikasi (Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 554.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 6
Selain itu seni qasidah mulai bergeser fungsinya sekedar mengumbar syahwat
kesenangan, keteraturan syair, mengumbar prilaku materialisme yang berlebihan lewat
busana mahal, dan penggunaan alat muzik yang canggih tetapi kering dengan nilai-nilai
pencerahan. Dinamika dakwah dalam pagelaran seni qasidah yang dilakukan Lembaga
Seni Qasidah (LASQI) Provinsi Maluku menggelar berbagai festival dan rapat kerja
untuk meperbaiki cara pandang sebuah seni qasidah sebagai media pencerahan spiritual
karena pergeseran cara pandang tentang seni mulai bergeser.
Pergeseran ini dalam perspektif Marxian sebagai ahli sosiologi perubahan
mengungkapkan bahwa perubahan tak terelakkan ketika ada kekuatan besar yang akan
merubah paradigma lama menjadi paradigma baru. Menurut Marxian setiap perubahan
ada idiologi dan spirit laten yang menggerakkan sebuah perubahan boleh jadi idiologi
hedonisme, materialisme, dan kapitalisme.5 Dalam paradigma dakwah Syekh Ali Mahfuz
konsepnya adalah al-maslaha konsep ini berpandangan bahwa setiap idiologi yang
dianggap baik ketika idiologi itu memiliki spirit rahmatalil’alamin yakni paradigma yang
memiliki idiologi keselamatan secara universal bagi seluruh umat manusia.6 Ini juga
idiologi perubahan sosial.
Ekspresi jejak perubahan seni qaidah inilah yang perlu di telaah secara metodologis
apakah sesuai dengan prinsip-prinsip Al-Quran dan Sunnah atau peradaban seni budaya
Islam di Maluku telah terkontaminasi dengan peradaban moderen yang lebih
menonjolkan estetika tanpa menghiraukan pesan-pesan spirit pencerahan. Kajian ini
dieksplorasi dalam pembahasan selanjutnya ketika ingin mendapat petunjuk kondisi seni
qasidah di Maluku.
5Marxian, Sosiologi perubahan Sosial Masyarakat (Cet. I; Yogyakata: Pustaka Pelajar, 2010), h.
213. Bandingkan dengan Pitor Stomka, Sosiologi Perubahan Sosial (Cet. I; Jakarta: Prenada, 2001), h. 351.
6Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah: Edisi Revisi (Cet. Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h.
216.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 7
B. Masalah Penelitian
Dari perjalanan sejarah kemanusiaan dalam dunia seni budaya Islam tidak semua
dibahas dalam kajian ini, karena pertimbangan waktu dan keterbatasan pembiayaan
sehingga akan merumuskan beberapa tema yang menjadi konsentrasi penelitian antara
lain adalah:
1. Bagaimana dinamika dakwah dalam seni qasidah Islam di kota Ambon.
2. Bagaimana peran seni qasidah Islam dalam menggerakkan dakwah di kota Ambon.
C. Definis Operasional dan ruang lingkup kajian.
Terminologi Seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi
kehalusannya, keindahannya, karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa,
seperti tari,7 lukisan, ukiran; bangunan seni tentang keindahan dalam membuat
bangunan; belanja seni cara berbelanja; budaya perihal kesenian dan kebudayaan; lukis
seni mengenai gambar-menggambar dan lukis-melukis; pahat seni mengenai pahat-
memahat (membuat patung dsb); seni ukir; rupa seni pahat dan seni lukis; sastra seni
mengenai karang-mengarang (prosa dan puisi); suara seni olah suara atau bunyi
(nyanyian, musik, dsb); tari seni mengenai tari-menari (gerak-gerik yang berirama);
berseni mempunyai rasa seni; mengandung nilai pengabdian pada Tuhan.8
Seni yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah; keindahan ekspresi nilai kearifan
dalam menggunakan peralatan musik dan melantunkan lagu yang berisi pujian pada
Rasulullah saw dalam perayaan maulid Nabi Besar Muhammad saw. Unsusr-unsurnya
yang terdiri dari peralatan musik, penyanyi, dan materi puji-pujian Rasulullah saw.
Ekspresi jejak Seni budaya Islam di Maluku yang dimaksudkan dalam judul ini adalah;
Ekspresi kejiawaan manusia yang diaktualisasikan dalam nyanyian (qasidah) dalam
memainkan, melagukan, dan mengekspresikan kecintaanya pada Rasulullah saw
khususnya saat melakukan perayaan hari besar Islam. Hal inilah yang akan dieksplorasi di
7Ibid.
8Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta:
Balai Bahasa, 2009), h. 1414.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 8
kalangan praktisi seni budaya Islam di Maluku yang dianggap memahami seni budaya
Islam di Maluku khususnya seni qasidah.9
D. Tujuan dan Kegunaan
a. Tujuan
1. Untuk mengungkap kapan seni budaya Islam khususnya dinamika dakwah
dalam seni qasidah di Maluku, dan bagaimana perkembangan seni budaya
Islam di Maluku.
2. Untuk mengetahui siapa motor penggerak dinamika dakwah dalam seni
qasidah yang sering mengajarkan seni budaya Islam di pelataran Jeziratul
Muluk sehingga gelombang realitasnya tertanam dalam mencetak ekspresi
seni qasida di tengah masyarakat.
b. Kegunaan
1. Secara metodologis berguna bagi ilmuan dan praktisi seni budaya Islam bagi
pengembangan dan pertumbuhan seni budaya Islam melalui kajian seni budaya
Islam dan pertumbuhan dan perkembangan seni budaya Islam di Maluku.
Berguna bagi generasi muda agar warisan seni budaya Islam melalui tokoh-
tokoh sebagai motor penggerak yang sering mengajarkan seni budaya Islam di
pelataran Jeziratul Muluk.
2. Memberikan pemahaman kepada ilmuan dan praktisi seni budaya Islam dan
praktisi untuk mengetahui asimilasi seni budaya dinamika dakwah dalam seni
qasidah Islam sebagai model pengembangan dakwah dalam perspektif seni
budaya Islam di Maluku.
E. Signifikansi Penelitian
1. Jika penelitian ini dapat dilakukan maka akan memberikan gambaran seni budaya
Islam di Maluku yang selama ini tersebar tetapi belum didokumentasikan dalam
bentuk buku. Jika kekayaan khazanah intelektual seni budaya Islam di Maluku
9Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta:
Balai Bahasa, 2009), h. 624.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 9
dapat di buat database-nya maka LASQI mendapatkan banyak informasi tentang
tentang seni budaya Islam di Provinsi Maluku.
2. Penelitian ini akan memberikan dan mendapatkan khazanah keilmuan dalam bidang
dakwah dalam tinjauan seni budaya Islam yang selama ini belum di bukukan dalam
satu paradigma keilmuan sehingga tim LASQI berusaha menata, mengolah, dan
mendokumentasikan dokumen-dokumen seni budaya Islam yang tercecer di
Provinsi Maluku yang dikenal dengan seribu pulau.
3. Masyarakat Maluku khususnya kalangan akademik, praktisi, budayawan, seniman,
mengetahui gelombang perkembangan seni budaya Islam di maluku. Selain itu
mengetahui seni budaya yang telah berakulturasi dengan peradaban budaya global
baik yang ada di Timur Tengah dan Eropa yang telah lama bercocok tanah di
Provinsi Maluku. Selain LASQI Mendapat referensi yang akurat tentang mata air
seni budaya Islam di Maluku dan perkembangannya di tengah masyarakat.
F. Kajian Riset Sebelumnya
Menurut Direktur PT. Dian Pertiwi yang berlokasi di jalan Diponegoro bahwa
referensi lima tahun terakhir tentang Buku dan tema seni budaya Islam di Maluku secara
faktual belum pernah dibukukan.10
Kenyataan ini terbukti tidak ada buku yang dijual
bertemakan seni buaya Islam di Maluku.
Referensi dalam riset penelitian yang pernah dilakukan dikemukakan dalam
penelitian para ahli seni budaya Islam di Indonesia dapat digambarkan untuk
menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan penelitian tentang seni budaya Islam
dalam perspektif dakwah. Kajian seni budaya Islam khususnya qasidah dalam perspektif
dakwah agar tidak tumpang tindih dalam riset ini perlu dijelaskan kajian sebelumnya
sehingga paradigma penelitian ini dapat dicermati secara sistematis berdasarkan tahun
penelitian yang penulis dapatkan naskah akademiknya.
1. Pada tahun 2001,Yakob Sumarjo, Filsafat Seni ia menemukan bahwa seni itu
adalah realitas kelembutan manusia yang tergambar dalam ekspresi prilakunya.
10 The Liang Gie, Filsafat Seni: Sebuah Pengantar (Cet. II; Bandung, Teraju, 2005), h. 88.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 10
2. Pada tahun 2002, Zainal Arifin Toha menelaah Eksetisme Seni Budaya Islam, yang
diteliti pada Pesantren. Ia menemukan bahwa khazanah peradaban seni budaya
Islam di serambi pesantren memiliki paradigma tersendiri dalam menapsirkan seni
qasidah.
3. Pada tahun 2004, Oliver Leman meneliti Estetika Islam: Menapsir Seni dan
keindahan, diterbitkan oleh Mizan. Temuan Oliver Leman yang didapatkan bahwa
seni itu adalah ekspresi seni Qasidah itu adalh cerminan jiwa yang di visualisasikan
lewat nyanyian, tulisan, dan panca indra manusia yang dibantu oleh intrumen alam.
4. Pada tahun 2005; Agus Setiawan Konsep Seni Islam Syekh Hossein Nasr. Pokok
masalahnya menelaah signifikangsi antara seni dan Spiritualitas di Dunia Moderen.
5. Pada tahun 2006; The Liang Gie, Filsafat Seni: Sebuah Pengantar Menelaah
eksistensi seni sebagai sebuah keindahan.
6. Pada Tahun 2007 W.M. Abdul Hadi, Seni Islam dan Akar-akar estetikanya.ia
menapsir seni keindahan karya Oliver Leman terjemahan Irfan Abu Bakar, ia
menemukan bahwa seni itu adalah ketakjuban pada Pencipta alam semesta.
7. Pada Tahun 2007, Agus Setiawan menelaah pemikiran seni Islam Syekh Hossein
Nasr meneliti peran seni dan spiritualitas Islam. Temuan Syekh Hossein Nasr
mengungkapkan bahwa seni itu adalah ekspresi seni budaya untuk melahirkan
ketakjuban pada Allah swt dan Rasulnya.
Dari penelitian sebelumnya yang ditemukan oleh para ahli seni budaya Islam kajian
yang diangkat belum pernah dikaji secara ilmiah khususnya judul yang diangkat dengan
judul Dinamika Dakwah Dalam Seni Qasidah (Studi Kasus pada Sanggar Sari el-Muluk
Provinsi Maluku). Karena kajian tentangnya dianggap baru dan belum pernah dikaji maka
penulis tertarik untuk menelaah secara ilmiah untuk memberikan kontribusi dalam
memperkayah khazanah keilmuan dakwah dan komunikasi. Selain itu memberikan
informasi bagi praktisi dan akademisi bahwa peran Seni Qasidah memiliki peran
signifikan dalam menggerakkan dakwah di tengah masyarakat Maluku.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 11
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan jenis penelitian
deskriptif kualitatif.11
Deskriptif kualitatif yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
menggambarkan data-data yang didapatkan dilapangan dengan merujuk pada kualitas
data yang memiliki validitas yang tinggi dengan dengan memilih narasumber yang
dianggap memiliki kompetensi. Ciri dari penelitian kualitatif lebih menekankan pada
kulitas data dibanding banyaknya data. Penelitian ini akan menelaah fenomena seni
qasidah sebagai ekspresi budaya Islam di kota Ambon untuk mendapatkan suatu model
cara pandang untuk meningkatkan mutu pemahaman seni qasidah dan perkembangan seni
budaya Islam di kota Ambon.
2. Lokasi Penelitian.
Penelitian ini berlokasi di kota Ambon, salah satu argumentasi kota Ambon
menjadi lokasi penelitian karena kota Ambon memiliki banyka sanggar seni qasidah yang
memiliki peran besar dalam menggerakkan seni budaya Islam di kota Ambon. Dengan
menentukan serta menetapkan lokasi penelitian Menurut S. Nasution bahwa tiga unsur
dalam penelitian antara lain penetuan lokasi.12
Syarat yang perlu diperhatikan dalam
penelitian antara lain adalah: menetapkan lokasi, tempat, pelaku, dan aktifitas kegiatan.
3. Metode Pendekatan.
Seperti telah diuraikan pada tujuan penelitian, pendekatan dakwah dan komunikasi
melalui paradigma dakwah dalam paradigmanya tentang dinamika dakwah dalam seni
qasidah oleh Syekh Hossein Nasr. Pendekatan ini sangat menaruh perhatian pada
dinamika dakwah dalam seni qasidah.13
Secara ontologis paradigma Densin
berpandangan bahwa realitas yang diamati adalah realitas semu yakni realitas yang telah
11Kenyataan yang ada tentang berita politik yang ada pada Koran. Depatermen pendidikan dan
Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai Bahasa, 2008), h. 1724.
12S. Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif (Cet. I; Bandung: Tarsito, 1996), h. 43.
13Lihat Guba dan Licon dikutif dalam Ibnu Ahmad, Konstruksi Realitas Pembelajaran
Entrepreneurship: (Cet. I; Jakarta Granit, 2004,), h. 42.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 12
dibentuk dan dipengaruhi oleh berbagai budaya, dan memiliki metadata yang tersimpan
dalam alam bawa sadar manusia.14
Hal ini disebut Ervin Govman sebagai komunikasi
dramaturgi yang akan menelaah apakah tampilan depan dan tampilan belakang sesuai
atau bertentangan dalam ekspresi seni qasidah atau sebaliknya.
4. Sumber Data.
Sumber data dalam kajian ini menggunakan paradigma Densin bahwa setiap data
terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang bersumber dari
pelakon utama dan data sekunder adalah data yang didapatkan pada pelakon kedua yang
memberikan informasi.15
Sumber data akan di dapatkan pada praktisi seni budaya Islam
dan naskah-naskah. Menelaah secara sistematis metode pembelajaran pada praktisi seni
budaya Islam khususnya seni qasidah di kota Ambon.
5. Teknik Pengumpulan data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan meode
Densin dengan melakukan observasi, wawancara mendalam, dokumentasi.16
Menurut
Densin bahwa teknik mengumpulkan data penelitian harus reliable dan valid dapat
dilakukan dengan cara triangulasi(metode konfirmasi). Triangulasi yang dimakasudkan
adalah melakukan konfirnasi setiap data yang didapatkan pada narasumber ahli, dan
narasumber kunci. Instrumen pengumpulan data digambarkan dalam table berikut ini;
14Norman K. Densin dan Yvonnaa S. Licoln, The Handbook of Qalitative Reseacrh diterjemahkan
oleh Dariyanto (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. 194.
15Norman K. Densin dan Yvonnaa S. Licoln, The Handbook of Qalitative Reseacrh diterjemahkan
oleh Dariyanto (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), h. h. 45
16Barr Scates, The Methodology of Educational Research Media Massa (New York: Apleton
Century-Grofts, Inc,. 1936), 404-406 lihat juga dalam Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Cet. XXVII;
Yogyakarta: Andi Offcet, 2022), h.137.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 13
Instrumen Penelitian
Seni Budaya Islam
Narasumber
Notes, Pulpen, LASQI (Lembaga Seni Qasidah Islam) dan Sanggar Sari
El-Muluk:
1. M. Aji Muhammad
2. Hasan Karim
3. Gatot
4. Aba
Camcorder Praktisi Seni Budaya Islam:
1. Saliem hondua
2. Jefri Banama
3. Hamza Silawane
4. Ibnu Jarir
Handphone Cross Iped,
Timer, Notebook
Tokoh Seni Budaya Islam Di Maluku:
1. Nur Tawainellah
2. Soleman Rachman
3. H.R. H. Sanusi
4. Abdullah Pattilow
5. Ajid Bin Taher
6. Abidin Wakano
Tokoh Seniman Kristen:
1. Max Tamaela
Seniman Akademisi
1. Penikmat Seni (Masyarakat)
- Taufik Kamarullah
- Ismail Kaliky, M.H
2. Tokoh Agama,
- Hadi Basalamah
- Soleman Rachman
- H.R. H. Sanusi
3. Pemudah:
- Gabir,
- Husen
- Fahrul Sanusi
4. Tokoh Masyarakat:
- Ketua RT/RW/Camat
5. Partai Politik
- Syahril Rumluan
6. Industri Musik:
- Jefri
- Salim
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 14
6. Teknik Pengolahan dan Analisis data
Teknik analisis dan interpretasi yang digunakan adalah teori Haberman dan Miles
dikutip oleh Bungin.17
Setelah itu dianalisis menggunakan teori Vredenberg yang
berhubungan dengan pesan syair yang dilantunkan baik secara verbal maupun non
verbal.18
Komponen yang akan dianalisis dalam kajian ini adalah pesan-pesan dakwah
dalam lirik lagu qasidah. Setelah itu data diolah disajikan, koleksi data, verifikasi data,
dan mengambil kesimpulan.
17Burhan Bungin, Analisis Data Kualitatif: Pemahaman Filisofis dan Metodologis ke Arah
Penguasaan Model Aplikasi (Cet. III; Jakarta: Rajawali Press, 2009), h. 205.
18Nyoman Kutha Ratna, SU, Teori Metode dan Teknik penelitian Sastra: Dari Strukturalisme Menuju
Postrukturalisme (Cet. X; Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2012), h. 48.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab dua ini akan menyajikan kajian pustaka tentang seni qasidah sebagai bentuk
seni budaya Islam. Bab ini sebagai landasan akademis untuk memotret dinamika dakwah
dalam seni qasidah di Sanggar Sari el-Muluk di kota Ambon. Pada bab ini akan
mengekplorasi teori dakwah dan komunikasi sebagai rujukan untuk memahami realitas
pertumbuhan seni qasidah di kota Ambon. Tujuan dan fungsi eksplorasi teori pada bab
dua ini untuk memberikan gambaran temuan para ahli dalam memahami, menjelaskan
secara metodologis, sistematis dinamika dakwah dalam seni qasidah di kota Ambon.
A. Pengertian Seni Qasidah
Pengertian seni terbagi menjadi dua kategoti. Kategori pengertian seni secara
bahasa dan istilah. Definisi Seni menurut Al-Quran dalam kajian Quraish Shihab adalah
Ekspresi Ruh dan Budaya manusia yang mengandung dan mengungkapkan keindahan.19
Menurut Ensiklopedia Indonesia yaitu penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam
jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang
dapat ditangkap oleh indera pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau
dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari, drama).20
Seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya,
keindahannya, karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, seperti tari,
lukisan, dan ukiran.21
Estetika adalah seni halus (fine art) yang meliputi seni lukis, pahat,
bina tari, musik, pentas, film, dan kesusasteraan. Pengertian halus di sini karena ia
mewujūdkan melalui perasaan) yaitu seni musik, seni suara, dan seni tari (Seri buku
19Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tapsir tematik atas pelbagai Persoalan Umat (Cet. III;
Bandung: Mizan, 2008), h.508
20Depatermen Pendidikan dan kebudayaan Ensiklopedi Indonesia (PT. Ikhtiar Baru-Van Hoeve,
Jakarta: Jilid V), h. 3080 dan 3081
21Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. IV;
Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h.1414
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 16
berikutnya Insya’ Allāh akan dibahas masalah seni panggung yang berupa sandiwara,
tonil, opera, pantom, teather, selain juga akan dibahas pada seri-seri berikutnya berupa
seni pahat, seni halus, dan seterusnya.22
Seni adalah penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia,
dilahirkan dengan perantara alat komunikasi ke dalam bentuk aransemen musik dan
tangga nada tertentu yang dapat ditangkap oleh indra pendengaran, dan pengelihatan
untuk mencerahkan jiwa manusia. Kesenian Islam adalah kesinambungan daripada
kesenian pada zaman silam yang telah berkembang dan dicorakkan oleh konsep tauhid
yang tinggi kepada Allah swt. Kesenian Islam memiliki khazanah sejarah tersendiri dan
unik sebagai pencerah bagi manusia jika sesuai standnar seni budaya Islam.
Seni dijadikan sebagai alat menyebarkan agama dan memperkukuhkan amal
kebajikan dan kebaikan dikalangan umat.23
Hal ini sesuai dengan padangan Syekh
Hossein Nasr Bahwa seni itu adalah instrumen dakwah yang dapat mengajar seseorang
untuk takjub pada Tuhan dari kemampuan seseorang mengolah vokal sehingga
melahirkan bunyi yang merdu.
Selain itu, keindahan adalah sesuatu yang wujud di luar diri manusia yang
menikmati keindahan itu. Ia dapat dirasa, ditanggapi dan dihayati. Allah adalah sumber
daya dan sumber pemikiran manusia manakala imaginasi dalam mencipta lirik, dan bunyi
dari lagu yang dinyanyikan oleh manusia dibantu oleh fasilitas alat musik dalam
mengiringi lirik yang telah ditulis. Kecerdasan mendesain sebuah lirik lagi dan bunyi
dapat dilihat bagaimana qasidah Arab itu mampu memengaruhi jiwa manusia. Nah
bagaimana budaya Islam dan Budaya Arab memberikan kontribusi dan menggerakkan
seni budaya Islam di Maluku. Hal ini perlu ada kajian historis asal usul dari seni qasidah
sebagai bentuk peradaban umat Islam yang akan dijelaskan berikut ini.
B. Perspektif Al-Quran tentang seni Qasidah.
22Syarifudin, Seni Berdakwah Buku Ajar Pada Fakultas Dakwah dan Ushuluddin IAIN Ambon yang
diajarkan pada mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan Jurnalistik.
23A. David, The Arts of Arts: Arms and Armour of the 7th to 19th Centuris AD (The Nasser D.
Khalili Collection of Islamic Art vol. I (Cet. I; London: The Nour Fondation), h. 62.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 17
Terminologi Seni secara etimologi bermakna; halus, kecil, tipis, lembut dan tinggi
suara suara seorang biduan. Secara istilah seni adalah: keahlian membuat karya yang
bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya. Seni adalah karya yang
diciptakan dengan keahlian yang luar biasa, narsi lagu puisi, tari, lukisan, ukiran
bangunan seni tentang keindahan dalam membuat bangunan, belanja seni cara berbelanja,
budaya perihal kesenian dan kebudayaan; lukis seni mengenai gambar-menggambar dan
lukis-melukis, pahat seni mengenai pahat-memahat membuat patung, seni ukir, rupa seni
pahat dan seni lukis.24
Sastra seni mengenai karang-mengarang (prosa dan puisi); suara seni olah suara
atau bunyi nyanyian, musik. Tari seni mengenai tari-menari (gerak-gerik yang berirama)
berseni mempunyai rasa seni, mengandung nilai seni, kesenian perihal seni, keindahan
seni kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi.25
Budaya adalah
pikiran; akal budi: hasil kebudayaan yang sudah berkembang beradab, maju.26
Pengertian
Islami secara bahasa keselamatan.27
Dari pengertian ini dapat dijelaskan bahwa seni yang
dimaksudkan Seni Budaya Islami dalam kajian ini adalah: kemampuan manusia mengolah
budi dan daya melalui instrument musik yang dapat mencerahkan kondisi budaya dan
obat bagi kebersihan batin manusia yang bersumber dari Al-Quran dan Sunnah.
Seni adalah keindahan, ia merupakan ekspresi ruh dan budaya manusia yang
mengandung dan mengungkapkan keindahan. Dorongan keindahan adalah naluri dan
fitrah manusia. Keindahan dalam konsep Al-Qur’an memberikan paradigma keindahan
Allah swt mencipatkan makhlunya dengan nilai-nilai keindahan yang sangat tinggi
dengan mengajarkan manusia melalui bahasa, budaya, dan cara komunikasi. Hal ini
dijelaskan dalam Surah Ar-Rahman /55: 1-4.
24
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. III;
Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h. 1414.
25Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. III;
Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h. 1413.
26Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. III;
Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h. 225
27Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. III;
Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h.601
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 18
Terjemahnya:
1. (Tuhan) yang Maha pemurah,
2. yang telah mengajarkan Al-Quran.
3. Dia menciptakan manusia.
4. Mengajarnya pandai berbicara.
Ayat ini memberikan inspirasi dan inovasi akan kebesaan Allah swt yang
mengajarkan manusia pandai berbicara. Pandai berbicara dapat dipahami bahwa seorang
seniman qasidah perlu memiliki kecerdasan spiritual, intelektual, sosial, dan penataan
suara serta aransemen musik. Dengan seni keindahan mengenal ciptaan melalui bunyi
yang dihasilkan melalui ciptaannya. Bebrbagai macam bunyi dan tangga nada inilah yang
perlu disusun oleh manusia untuk mewujudkan ekspresi seni yang tinggi.
Melalui tangga nada, dan jutaan bunyi yang dihasilkan oleh alam semesta
mamupun karya bunyi yang dihasilkan menalui jenis musik baik elektrik maupun manual
adalah cara Allah dekat dengan manusia sebagai ciptaan-Nya. Penjelasan ayat 1-4
memiliki unsur-unsur sebagai berikut;
1. Allah maha pemurah menciptakan jenis-jenis suara dan jenis-jenis perlatan music
yang bersumber dari ciptaanya kemudian manusia melalui daya yang diberikan oleh
Allah atas kemurahan-Nya sehingga manusia mampu berdaya menemukan alat music
sesuai kebutuhannya.
2. Setelah kemurahan Allah swt diberikan kepada manusia maka maka Allah juga
mengajarkan manusia lewat ayat qauniah (alam semesta) dan ayat Al-Quran sebagai
sumber inspirasi seni budaya manusia untuk merasakan, menyaksikan kebesaran
Allah melalui keindahan alamnya yang setiap saat dapat dirasakan, disaksikan dan
dipergunakan untuk kebutuhan hidup manusia.
3. Setelah itu Allah swt mengajar manusia pandai berbicara baik secara verbal maupun
non verbal sehigga mampu melakukan interaksi antar sesama umat manusia sebagai
makhluk sosial melalui keindahan berkomunikasi yang dipopulerkan oleh Aristoteles
yang dikenal dengan ilmu retorika keindahan menyampaikan pesan yang akan
berkembang menjadi seni bernyanyi dan seni musik. Hal ini juga dijelaskan dalam
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 19
hadis Rasulullah saw Sesunggunya Allah Maha Indah dan Allah suka akan
keindahan.
Al-Quran sendiri memberikan penjelasan tentang tata cara membaca Al-Quran
dengan tartil, tilawah, dan Azan. Sumber ini memberikan inspirasi bahwa seni Islam itu
adalah seni yang dapat mencerahkan manusia dari dunia gelap-gulita. Nada dan musik
yang tersurat dan tersirat dalam ayat Al-Quran itu memberikan batasan bahwa seni
budaya Islam itu adalah media untuk mengkomunikasikan pesan-pesan Allah swt yang
ditata dengan rapi yang dapat melahirkan aransemen nada untuk melahirkan jenis musik
yang dapat mencerdaskan jiwa manusia kearah yang lebih baik dihadapan Tuhannya.
Penjelasan seni budaya Islam di atas menurut sayyid Qutub bahwa Islam itu
menceruhakn perasaan seni dalam jiwanya melalui fitrahnya mencipatkan sesuatu yang
indah. Pada masa jahilia karena kemamuan manusia menciptakan patung yang indah
sehingga sesama manusia takjub terhadap karya temannya sesame manusia sehingga
sebagian ada yang menggunakannya sebagai media penyebahan. Hal ini dilarang oleh
Islam karena akan berpotensi mencipatkan kondisi jahilia.
Dalam pandangan Al-Quran ada seni yang dibolehkan dan ada seni yang tidak
diperbolehkan. Secara umum seni yang tidak diperbolehkan adalah seni yang berpotensi
membuat manusia lalai pada Tuhannya dan mengumbar hawa napsunya sehingga dapat
merusak nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Seni yang dibolehkan adalah seni yang dapat
mencerahkan jiwa dan budaya manusia menuju pengabdian apda Allah swbagai pencipta
alaam semesta dengan seala keindahannya. Dalam Al-Quran Surah Luqman seni yang
dilarang adalah perkataan atau narasi lagu yang tidak berguna;
Terjemahnya:
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan Perkataan yang tidak
berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan
menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang
menghinakan.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 20
Kata ‚lahwa‛ dalam ayat tersebut adalah nyanyian yang tiada berguna bagi
pencerahan batin. Ayat ini memberikan isyarat bahwa sebagai seorang seniman hindari
narasi lagu yang kurang mendatangkan pencerahan ruhani karena akan merusak nilai-nilai
kemanusiaan itu sendiri yang dapat memberikan dampak malapetaka bagi manusia itu
sendiri.
Penjelajahan para ulama diantaranya Quraish Shihab dalam Al-Quran mendapatkan
beberapa ayat sebagai dasar pentingnya seni qasida sebagai instrumen dakwah dalam
mencerahkan umat menjadi umat yang memiliki wawasan yang tentang seni suara
khususnya qasidah adalah;
Terjemahnya:
QS Al-Isra/17:64. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan
Suaramu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang
berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri
janjilah mereka. dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan
tipuan belaka.
Kata ‚suaramu‛ dalam ayat ini menurut sebagian ulama adaah nyanyia(qasidah)
yang lebih banyak mengedepankan syahwat emosi dalam bernyanyi sehingga pesan-pesan
pencerahan dari qasidah itu hilang.28
Informasi dalam Al-Quran ini menunjukkan bahwa
ada seni suara yang mengajak pada prilaku syetan sehingga peran dinamika dakwah
dalam seni qasidah memberikan pencerahan kepada masyarakat perlu dikembangkan
untuk memberikan satu paradigma yang berasas seni qasidah keislaman. Selain QS Al-
Isra dalam ayat lain surah al-Mu’minun Allah juga memberikan informasi tentang seni
suara yang diejalskan dalam ayat tiga sebagai berikut;
Terjemahnya:
28
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tapsir tematik atas pelbagai Persoalan Umat (Cet. III;
Bandung: Mizan, 2008), h.520
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 21
dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna.
Secara tersirat ayat ini memberikan isyarat bahwa seni qasidah itu perlu memiliki
lirik yang dapat mencerahkan manusia untuk mendapatkan ridha dari Allah lewat
kualitas suara, musik, dan ekspresi jiwa. Selain itu Allah berjuga berfirman bahwa
Zaiyyinal Qur’ana biaswatikum (hiasilah Al-Quran dengan suara yang merdu). Persepktif
para ulama ini diantaranya Ibnu Kastir dan Quraish Shihab sebagai cerminan bahwa seni
Islam memiliki standar yang tinggi. Standar seni suara yang tinggi yang dimaksudkan
dalam ayat ini adalah suara merdu, aransemen musiknya menggunakan tangga nada
sesuai dengan nafas jiwa dan Al-Quran, kerografi menggambarkan ketakjuban pada Allah
dan Rasulunya serta bersifat universal bagi semua umat manusia yang berprientasi pada
ramahtallalil’alamin.
Keindahan seni qasidah akan terwujud ketika unsur-unsur suara, fasilitas audio
visual, rebana, gitar, keyboar, dan semua fasilitas penunjang lainnya yang digunakan
serta semua intrumen musik seiring seirama dengan lirik yang dinyanyikan oleh
penyanyi. Ketika semua fasilitas musik dan penyanyi qasidah itu dapat memenuhi
standar seni itu dengan kemasan nada dan dakwah sesuai dengan kebutuhan jiwa dan
batin manusia maka seni qasidah telah menjadi kebutuhan manusia sebagai kebutuhan
jiwa dalam menikmati seni Islam.
C. Seni Budaya Islam
Tidak bisa dipungkiri seni qasidah identik dengan budaya Arab tetapi tidak semua
Seni budaya Arab itu seni Islam. Kaitannya dengan dinamika dakwah dalam Seni qasidah
pada dasarnya bersumber pada Manusia, Al-Quran, dan Sunnah yang dapat memberikan
kenyamanan di dunia dan akhirat. Landasan normatif dari seni adalah setiap muslim perlu
memiliki jiwa seni. Dalam konteks ini Nabi bersabda bahwa ان هللا جميل يحب الجمال
(Sesungguhnya Allah Maha Indah dan Menyenangi keindahan).29
29
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tapsir tematik atas pelbagai Persoalan Umat (Cet. III;
Bandung: Mizan, 2008), h.512
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 22
Keadaan ini menjadi tradisi dalam dunia yang berbeda, masing-masing
mempunyai independensi dalam mengekspresikan sesuai kemampuan dan kecerdasan
merespon setiap fenomena Alam disekitar dimana ia dibesarkan.
Kondisi ini dibentuk oleh budaya, tradisi, dan agama. Ketika hal tidak dicermati
secara sistematis maka kerap kali tumpang tindih dalam mendefiniskannya. Satu sisi,
wilayah agama berasal dari ‚ normatifitas wahyu ‚ dan tradisi dan budaya berasal dari
‚kreativitas manusia yang diberikan secara fitrah‛, oleh sebab itu tradisi cenderung
berubah sesuai dengan perkembangan waktu dan perubahan zaman. Nah, hal ini yang
memungkinkan untuk ada asimilasi perilaku beragama dalam kehidupan sehari-hari yang
disesuaikan dengan tradisi yang berlaku. Hal inilah pentingnya kekayaan cara pandang
bagaimana kemasan Dakwah lewat ekpresi seni qasidah dapat memberikan dinamika
peningkatan kesadaran umat manusia.
Mengekpresikan seni qasidah menurut Kuntowijoyo mengemukakan bahwa
kesenian merupakan ekpresi diri manusia dari keislaman. Pemikiran kuntowijoyo ini
setidaknya punya tiga karakteristik: (1) dapat berfungsi sebagai ibadah, tazkiyah, dan
tasbih, (2) dapat menjadi identitas kelompok, dan (3) dapat berfungsi sebagai syiar.
Misalnya nyanyian Shalawat secara khusus merujuk pada berkah yang dimohonkan kaum
Muslimin atas Nabi Muhammad Saw. Hal ini juga dijelaskan dalam Al-Quran dalam QS.
Al-Ahzab, 33:56.
Terjemahnya:
56.Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
Spirit seni dalam ayat ini memberikan pesan bahwa bershalawat adalah
mengeluarkan suara dengan indah melalui rongga mulut manusia pada Nabinya. Dengan
mengucapkan Perkataan seperti: Assalamu'alaika ayyuhannabi artinya: semoga
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 23
keselamatan tercurah kepadamu Hai Nabi.30
Para ahli dan praktisi seni di Indonesia yang
sering menyanyikan ladu qasidah ini adalah; Maher Zein, Haddad Alwi, Jefri Al-Bukhari,
Opik, Group BIMBO, Roma Irama, Ebit Geade, dan masih banyak lagi yang tidak sempat
disebutkan. Realitas ini menunjukkan bahwa semua praktisi ini memiliki komunitas
tersendiri dalam menyanyikan lagu qasidah dalam meggerakkan dakwah di tengah
masyarakat.
Strategi adaptasi dalam suatu masyarakat tercermin pada peta kognitif mereka
yang dipelajarinya melalui proses sosialisasi. Berbagai pengalaman mereka
dikategorisasikan dalam sebuah peta kognitif kebudayaan sehingga memungkinkan
seseorang atau organisai tetap survival. Menurut Talcott Parsons yang dikutip oleh Piotr
Sztompka bahwa ada empat unsur penting yang memengaruhi ekspresi seni budaya
seseorang sistem yakni Adaptation, goal attainment, integration, dan latensi.31
Teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons, kiranya dapat dipakai sebagai
kerangka konseptual untuk menelaah struktur seni qasidah maka dapat dijelaskan
ekspresi seni qasidah di tengah masyarakat sesuai sturktur yang diyakini dan dinyanyikan
sesuai kelestarian Shalawat di suatu tempat. Misalnya Shalawat Gembrungan pada
dasarnya terintegrasi atas dasar komitmen anggotanya akan nilai-nilai ajaran Islam.
Melalui proses nyanyian penyesuaian dan institusionalisasi dengan seni-budaya lokal
Jawa dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan syiar Islam melalui seni vokal dan
musik untuk menghadapi situasi dan kondisi eksternal, agar mampu melangsungkan
kehidupan paguyuban atau organisasinya (survive) dan memungkinkan dapat
mengantisipasi peristiwa-peristiwa yang akan datang.
Banyak hal yang harus kita pertimbangkan dalam hal memposisikan nash dengan
kebudayaan atau tradisi yang berkembang. Bagaimanapun harus ada rekonsiliasi antara
wahyu Tuhan dengan mempertimbangkan faktor budaya, atau yang sifatnya kontekstual.
Ini yang nantinya diperlukan dinamika dakwah meminjam istilah Gus Dur ia berkaitan
30
31Piotr Sztompka, The Sosiology of Social Change diterjemahkan oleh Alimandan dengan judul:
Sosiologi Perubahan Sosial (Cet. IV; (Jakarta: Prenan Media Group, 2008), h. 346.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 24
dengan tata sosial masyarakat dengan keragaman seni budaya Islam yang diekspresikan
melalui gerakan dinamika seni budaya Islam.
Banyak penulis yang mengidentikkan kebudayaan dan peradaban Islam identik
dengan budaya Arab dan Timur Tengah. Gagasan ini tidak bisa dipungkiri karena ia
berhubungan dengan pengaruh peradaban Arab orientead. Pendapat itu mungkin dapat
dibenarkan meskipun sebenarnya antara Arab dan Islam tetap bisa dibedakan. Pada masa
klasik pusat pemerintahan hanya satu dan peran Arab di dalamnya sangat dominan.
Semua wilayah kekuasaan Islam menggunakan bahasa bahasa Arab. Semua ungkapan-
ungkapan budaya yang diekspresikan melalui bahasa Arab. Meskipun ketika itu bangsa-
bangsa non Arab juga sudah mulai berpartisipasi dalam membina suatu kebudayaan dan
peradaban, apalagi orang- orang non muslim juga banyak menyumbangkan karya
budayanya.
Akhir-akhir ini ada semacam gerakan yang cukup masip dan radikal dengan,
Adanya kecenderungan sejumlah pihak yang mengedepankan konstruksi syari’at Islam
dalam wajah Arab sambil menafikan realitas tradisi yang lain. Padahal Islam bukanlah
identik dengan Arab sebagaimana Indonesia bukanlah Arab secara sosiokultural dan
politisinya. Walaupun diakui sebenarnya tidak ada yang salah bila menggunakan
kebudayaan Arab dalam mengekspresikan keberagamaan seseorang, dengan syarat tidak
melahirkan sebuah konflik di tengah masyarakat yang dibingkai dalam pemahaman
konseptual yang kokoh.
Hal ini juga dikhawatirkan oleh tokoh Sufi Ibnu Maskawaih yang dikemukakan
oleh Oliver Leman bahwa seni Islam itu menghindari kesenangan yang berlebihan karena
dapat memberikan penikmatinya tersesat pada prilaku negatif pada manusia.32
Maksud
dari Ibnu Maskawaih ini adalah adanya gerakan yang dapat memberikan syahwat
erotisme sehingga merusak fitrah seni budaya Islam. Ketika fitrah seni budaya Islam itu
rusak maka akan memberikan dampak negatif pada keuniversalan seni budaya Islam,
sehingga ia tidak sama dengan budaya Arab.
32Oliver Leman
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 25
Tetapi yang menjadi masalah adalah manakala penggunaan asumsi bahwa ‛warna
arab‛tersebut merupakan bentuk keberagamaan tunggal yang dianggap paling absah dan
mutlak. Sehingga hukumnya wajib diterapakan pada semua kondisi dan situasi secara
paten. Hal tersebut tentunya berimbas pada keadaan dimana ekspresi Arab menjadi
dominan, bahkan menghegemoni budaya dan tradisi yang berkembang di masyarakat
lokal. Hal yang lebih menggelisakan lagi adalah munculnya justifikasi-justifikasi seperti
kurang sempurna, sesat, bid’ah atau musyrik kepada orang-orang yang tidak
menggunakan ekspresi ‛warna arab‛ tersebut. Perbedaan budaya Arab dan Agama Islam
tampak pada universalitas sebuah produk seni semakin universal sebuah karya seni
berarti itu sebagai gamabran Seni Budaya Islam.
Fenomena tersebut merupakan bagian dari berbagai macam fenomena yang
menggambarkan adanya konflik dan ketegangan antara seni budaya Islam dan budaya
karya manusia kerap kali bertentangan secara kognitif, afektif, dan psikomotorik. Muncul
satu hal yang menjadi persoalan, yaitu apakah budaya yang berkembang dalam
masyarakat harus tunduk dalam ekspresi hukum Islam dalam corak Arab seperti di atas?
Persoalan ini membutuhkan jawaban normatif untuk menjawab seni budaya Islam
khsusunya seni qasidah.
G. Seni Qasidah dalam timbangan Islam Normatif dan Islam Historis
Untuk membedakan wilayah budaya seni qasidah arab dan seni qasidah budaya
Islam dapat ditinjau dengan mengambil sebuah konsep bahwa dalam islam terdapat
kumpulan dogma normatifitas dan Islam pada faktanya merupakan realitas Historis.
Disinilah sehingga Budi munawar rahman dalam (bukunya Islam dan peradaban)
mengatakan bahwa islam itu terdapat dua macam nilai yakni islam berdimensi normatif
dan islam berdimensi historis. Kedua aspek ini terdapat hubungan yang menyatu, tidak
dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan. Pertama; aspek normatif yakni wahyu harus
diterima sebagaimana adanya, mengikat semua pihak dan berlaku universal.Kedua; aspek
historis yakni, kekhalifahan senantiasa dapat berubah, menerinma diskusi karena produk
zaman tertentu, dan hal itu bukan hal yang saklar.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 26
Pengertiaan dari Islam Normatif yakni, Islam dalam dimensi saklar yang diakui
adanya realitas transendemental yang bersifat mutlak dan universal, melampaui ruang
dan waktu atau sering disebut sebagai realitas ke-Tuhan-an. Sedangkan pengertian dari
Islam Historis yakni, islam yang tidak bisa dilepaskan dari kesejarahan dan kehidupan
manusia yang berada dalam ruang dan waktu, Islam yang terangkat oleh konteks
kehidupan pemeluknya, berada di bawah realita ke-Tuhan-an.
Disamping konsepsi normatif dan hostoris untuk menentukan budaya arab dan
budaya Islam memungkinkan juga menggunakan konsepsi Ushul dan furu’. Hal Dogma
agama yang bersifat Ushul adalah normatif yang universal sehingga ini merupakan ruh
ajaran islam . Sementara aspek furu’ adalah nilai – nilai tradisi yang mengandung hal
hal yang bersifat furu’(Cabang) yang tidak bisa diterima secara mentah, akan tetapi harus
diambil nilai substansi yang meliputinya.
H. Sejarah Peradaban Seni Budaya Islam
Pertumbuhan dan perkembangan seni qasidah tidak terlepas dari gerak gerik
sejarah sehingga ia selalu hadir dan berdampingan dengan kebutuhan hidup manusia. Seni
qasidah dalam panggung sejarah terus memiliki dinamika dakwah ketika manusia berada
dalam kesunyian dan kesepian. Keadan inilah lahir seni sebagai penghibur jiwa manusia
yang lara.
Para sejarawan terdapat perbedaan pendapat tentang saat dimulainya sejarah
Islam. Secara umum perbedaan itu dapat dibedakan menjadi tiga macam. Pertama,
sejarah umat Islam dimulai sejak Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama kali.
Menurut pendapat ini, selama tiga belas tahun Nabi di Makkah telah lahir masyarakat
Muslim, meskipun belum berdaulat. Kedua, sejarah umat Islam dimulai sejak Nabi
Muhammad SAW hjrah ke Madinah, karena umat Islam baru berdaulat di Madinah.
Ketiga, Peradaban Islam dimulai sejak Nabi Adam karena semua Nabi yang diutus oleh
Tuhan kepada manusia, semuanya adalah Islam (Muslim).
Di samping perbedaan pendapat itu, sejarawan juga berbeda pendapat dalam
menentukan fase-fase atau periodesasi sejarah Islam yang dibuat oleh ulama Indonesia.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 27
Menurut A. Hasjmy membagi periodesasi sejarah Islam adalah sebagai berikut :33
Permulaan Islam (610-661 M), Daulah Amawiyah (661-750 M), Daulah Abbasiyyah I
(740-857 M), Daulah Abbasiyyah II (847-946 M), Daulah Abbasiyyah III (946-1075 M),
Daulah Mughol (1261-1520 M), Daulah Utsmaniyyah (1520-1801 M), Kebangkitan
(1801–sekarang). Berbeda dengan A. Hasjmy, Harun Nasution membagi sejarah Islam
menjadi tiga periode Yaitu masa Klasik (650-1250 M), Pertengahan(1250-1800 M) dan
Modern(1800-sekarang)34
1. Periode Klasik (650-1250 M)
Periode klasik antara tahun 650 -1250 M. Ini diawali dengan persoalan dalam
negeri Arab sendiri terutama tantangan yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab
yang tidak mau tunduk lagi terhadap pemerintahan Madinah. Hal tersebut disebabkan
Karena orang Arab menganggap bahwa perjanjian yang telah dibuat dengan Nabi
Muhammad telah batal, setelah wafatnya Rasulullah SAW. Setelah persoalan
dalam negeri selesai, maka Abu Bakar mengirim kekuatan keluar Arabia. Pada masa
kepemimpinan Umat Bin Khattab wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah
Arabia, Palestina, Syiria dan Mesir.
Periode klasik yang berlangsung sejak 650-1250 M. Ini dapat dibagi lagi menjadi
dua: pertama, Masa kemajuan Islam I, Masa kemajuan Islam I dimulai sejak tahun 650-
1000 M. Masa kemajuan Islam I itu tercatat sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW
dari tahun 570–632 M. Khulafaur Rasyidin dari tahun 632-661 M, Bani Umayyah dari
tahun 661-750 M., Bani Abbas dari tahun 750-1250 M. Dan Kedua,Masa disintegrasi
yaitu tahun 1000-1250.
2. Periode Pertengahan (1250-1800 M)
Periode pertengahan ini berkisar antara tahun 1250-1800 M. pada masa periode
ini merupakan masa kemunduran, dengan diawali jatuhnya kota Baghdad ke tangan
33 A. Hasjmy Sejarah Kebudayan Islam di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993) 55
34 Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan ((Jakarta:Bulan
Bintang,1982) h. 12 - 14
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 28
bangsa Spanyol, setelah Khilafah Abasyiah runtuh akibat serangan tentara Mongol,
kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis.
Pada tahun 1500-1800 M keadaan politik ummat Islam secara keseluruhan
mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar,
yaitu Kerajaan Utsmani di Turki, Kerajaan Syafawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di
India. Pada tahun 1700-1800 M, terjadilah kemunduran dari tiga kerajaan tersebut.
Selanjutnya periode pertengahan yang berlangsung dari tahun 1250-1800 M, dapat dibagi
ke dalam dua masa, yaitu:
Masa kemunduran I berlangsung tahun 1250-1500 M. Di zaman ini desentralisasi
dan disintegrasi serta perbedaan antara Sunni dengan Syi’ah begitupun juga antara Arab
dan Persia sangat mencolok. Dunia Islam terbagi menjadi dua, pertama, Arab. Bagian
Arab terdiri dari Arabia, Irak, Suria, Palestina, Afrika Utara, dan Mesir sebagai pusatnya.
Kedua, Persia. Kebudayaan Persia mengambil bentuk internasional dan dengan demikian
mendesak lapangan kebudayaan Arab.
Pendapat bahwa pintu ijtihad sudah tertutup makin meluas di kalangan umat
Islam. Demikian juga tarekat dengan pengaruh negatifnya. Perhatian terhadap ilmu
pengetahuan kurang sekali. Umat Islam di Spanyol dipaksa masuk KRISTEN atau keluar
dari daerah itu. Dan Kedua, Masa tiga kerajaan besar Masa Tiga Kerajaan Besar
berlangsung tahun 1500-1800 M yang dimulai dengan zaman kemajuan tahun 1500-1700
M dan zaman kemunduran II tahun 1700-1800 M. Tiga kerajaan yang dimaksud adalah
Kerajaan Ustmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Pada
masa kemajuan tiga kerajaan besar tersebut, masingmasing kerajaan mempunyai
kejayaan, terutama dalam bentuk literatur-literatur dan arsitek.
Di zaman kemunduran, kerajaan Ustmani terpukul oleh kekuatan Eropa, kerajaan
Safawi dihancurkan oleh serangan-serangan suku bangsa Afghan, sedangkan daerah
kekuasaan kerajaan Mughal diperkecil oleh pukulan-pukulan raja-raja India. Umat Islam
dalam keadaan menurun drastis. Akhirnya, Napoleon di tahun 1798 M, dapat menduduki
Mesir, yang pada saat itu sebagai salah satu peradaban Islam yang terpenting.
3. Periode Modern (1800-sekarang)
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 29
Periode Modern dalam sejarah Islam bermula dari tahun 1800 M dan berlangsung
sampai sekarang. Diawal periode ini kondisi Dunia Islam secara politis berada di bawah
penetrasi kolonialisme. Baru pada pertengahan abad ke-20 M Dunia Islam bangkit
memerdekakan negerinya dari penjajahan Barat.
Periode ini memang merupakan kebangkitan kembali Islam, setelah mengalami
kemunduran di periode pertengahan. Pada periode ini dimulai bermunculan pemikiran
pembaharuan dalam Islam. Gerakan pembaharuan itu muncul karena dua hal yaitu:
1. Timbulnya kesadaran di kalangan ulama bahwa banyak ajaran-ajaran asing yang
masuk dan diterima sebagai ajaran Islam.
2. Barat mendominasi Dunia di bidang politik dan peradaban, karena itu mereka
berusaha bangkit dengan mencontoh Barat dalam masalah-masalah politik dan
peradaban untuk menciptakan balance of power.
Periode modern tahun 1800 M dan seterusnya merupakan zaman kebangkitan
umat Islam. Jatuhnya Mesir ke tangan Barat menginsyafkan Dunia Islam akan kelemahan
dan menyadarkan umat Islam bahwa di Barat telah tumbuh peradaban baru yang lebih
tinggi dan merupakan ancaman bagi Islam. Raja-raja dan pemuka Islam mulai
memikirkan bagaimana meningkatkan mutu dan kekuatan umat Islam kembali. Di
periode Modern inilah timbulnya ide-ide pembaharuan dalam Islam.Ulama umumnya
memakai periodenisasi yang digunakan oleh Harun Nasution dalam membagi
periodenisasi sejarah umat Islam (Atang, Hakim dan Mubarok, 2000:139). Harun
Nasution memulai periodenisasi tahun 650 atau pada zaman Ustman karena pada
pemerintahan Ustman timbul berbagai macam pertentangan baik teologi maupun
pertentangan politik.
Berkaitan dengan babakan sejarah diatas ada beberapa catatan yang perlu
dicermati Masalah keterputusan periode klasik dengan masa Rasulullah. Harun memulai
periode klasik dari tahun 650 M, yang terkenal dengan masa Khalifah Usman (644–656
M). Pertanyaannya adalah mengapa tidak mulai sejak zaman Rasulullah (611–634) dan
tidak juga pada masa Khalifah Abu Bakar (632–634) dan Umar ibn Khattab (634–644
M).
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 30
Padahal oleh banyak peneliti sejarah khususnya dari kalangan ummat Islam
sendiri dikatakan bahwa Rasulullah sampai masa Abu Bakar dan Umar merupakan masa
keemasan yang hakiki dari sudut komitmen ummatnya kepada Islam, bukankah
komitmen ke Islaman itulah yang melahirkan produk–produk kebudayaan Islam. Harun
memulai babakan itu dari masa Ustman, karena ia menitik beratkan pada saat dimana
pertentangan teologis dan politik mulai tumbuh dan mewarnai masa berikutnya. Karena
itu periodenisasi yang dirumuskan dimuka cocok bila titik berat diberikan sejarah
perkembangan pemikiran Islam.
B. Konsepsi Sejarah Islam
Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa yang
lampau atau peristiwa penting yang benar-benar terjadi35
. Definisi ini lebih menekankan
pada materi peristiwa tanpa mengaitkan dengan aspek yang lainnya. Sedangkan dalam
pengertian yang lebih luas, sejarah adalah gambaran masa lalu tentang aktivitas
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang disusun berdasarkan fakta dan
interpretasi terhadap objek peristiwa masa lampau36
.
Dari sisi epistimologis sejarah yang dalam bahasa arabnya disebut tarikh,
mengandung arti ketentuan masa atau waktu. Ada pula sebagian orang yang mengajukan
pendapat bahwa sejarah sepadan dengan kata syajarah yang berarti pohon (kehidupan),
riwayat, atau kisah, tarikh, ataupun history dalam bahasa Inggris. Dengan demikian
sejarah berarti gambaran masa lalu tentang aktivitas kehidupan manusia sebagai
makhluk sosial yang disusun berdasarkan fakta dan interpretasi terhadap obyek peristiwa
masa lampau , yang kemudian itu disebut sejarah kebudayaan.37
Sedangkan secara terminologi sejarah diartikan sebagai sejumlah keadaan dan
peristiwa yang terjadi dimasa lampau dan yang benar-benar terjadi pada individu dan
masyarakat. Adapun inti pokok dari persoalan sejarah pada dasarnya selalu berhubungan
dengan pengalaman-pengalaman penting yang menyangkut perkembangan keseluruhan
35Poerwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1992)887
36Sidi Gazalba,Azas Kebudayaan Islam,(Jakarta; Bulan Bintang 1978) 2
37Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah,(Jakarta; LOGos, 1999),2-3
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 31
keadaan masyarakat. Untuk itu sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa itu sendiri
melainkan tafsiran-tafsiran dari peristiwa, dan pengertian mengenai hubungan-hubungan
nyata dan tidak nyata yang menjadi seluruh bagian serta memberikan dinamisme dalam
waktu dan tempat tertentu. 38
Sejarah Islam adalah peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh
terjadi pada masa lampau yang seluruhnya berkaitan dengan agama Islam. Agama Islam
terlalu luas cakupannya, maka sejarah Islam pun menjadi luas cakupannya. Di antaranya
berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan, dan penyebaran Islam,
tokoh-tokoh yang melakukan perkembangan dan penyebaran agama Islam, sejarah
kemajuan dan kemunduran yang dicapai umat Islam dalam berbagai bidang, seperti
dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik,
pemerintahan, peperangan, pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, sejarah Islam adalah berbagai peristiwa atau kejadian yang
benarbenar terjadi yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan Islam dalam
berbagai aspek. Dalam kaitan ini, maka muncullah berbagai istilah yang biasanya
digunakan untuk sejarah itu, di antaranya: Sejarah Islam, Sejarah Kebudayaan Islam dan
Sejarah Peradaban Islam .
C. Identitas Kebudayaan Islam
Dalam ilmu antropologi, kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat
yang mendalam dari suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi dari kemajuan
mekanis dari teknologi hal demikian lebih berkaitan dengan konsepsi peradaban. Kalau
kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, agama dan moral, maka
peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi dan teknologi. Kebudayaan mempunyai tiga
wujud: Pertama, Wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek individu,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya. Kedua, Wujud kelakuan,
yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu komplek aktivitas kelakuan berpola dari manusia
dalam masyarakat. Ketiga, Wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda
38 Sayyid Quthub, Konsepsi Sejarah dalam Islam,(Jakarta;Pedoman ilmu Jaya , 1992, cet II,) 40-55,
Terjemahan Tarikhuna fi dzou’il al Islam, penerjemah Nabhan Husein
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 32
hasil karya.
Para pakar sepakat bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa dan cipta
masyarakat. Karya masyarakat akan menghasilkan tekhnologi dan kebudayaan kebendaan yang
diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat
diabadikan untuk keperluan masyarakat. Karsa merupakan daya penggerak (Drive) untuk
memotivasi manusia dalam memikirkan segala sesuatu yang ada dihadapan dan lingkungannya.
Disamping itu Karsa masyarakat dapat merlahirkan norma dan nilai-nilai yang sangat perlu untuk
tata tertib dalam pergaulan kemasyarakatan. Untuk menghadapi kekuatan-kekuatan buruk, manusia
terpaksa melindungi diri dengan cara menciptakan kaidah-kaidah yang pada hakekatnya
merupakan petunjuk-petunjuk tentang cara bertindak dan berlaku dalam pergaulan hidup.
Kebudayaan pada setiap bangsa atau masyarakat terdiri atas unsur-unsur besar
dan unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari satu keutuhan yang tidak dapat
dipisahkan. Menurut Selo Soemarjan dan Soelaiman unsur-unsur kebudayaan meliputi:
alat-alat teknologi, sistem ekonomi, keluarga dan kekuasaan politik. Sedang unsur-unsur
kebudayaan menurut C.Kluckhon ---sebagaimana dikutip oleh Koentjaraningrat adalah:
a. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, rumah, alat-alat transportasi)
b. Mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
c. Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi, politik, hukum)
d. Bahasa (lisan dan tulisan)
e. Kesenian (seni rupa, seni suara, dan seni gerak)
f. Sistem pengetahuan
g. Religi (sistem kepercayaan).
Effat al-Sharqawi mengatakan bahwa seni budaya adalah bentuk ungkapan
semangat mendalam dari sebuah nilai yang terdapat dan mendarah daging pada suatu
masyarakat. Sedangkan manifestasi kemajuan mekanis dan tekhnologi lebih berkait
dengan peradaban. Selanjutnya Sharqowi berpendapat bahwa kebudayaan adalah apa
yang kita rindukan (ideal), sedangkan peradaban adalah apa yang kita pergunakan (real).
Dengan kata lain, kebudayaan terefleksi dalam seni, sastra, religi dan moral. Sedangkan
peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi, dan tekhnologi.
Dalam kajian anthropologi, kita mengenal pengertian kebudayaan secara khusus
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 33
dan secara umum. Menurut pengertian khusus, kebudayaan adalah produk manusia di
bidang kesenian dan adat istiadat yang unik. Sedangkan kebudayaan dalam pengertian
umum adalah produk semua aspek kehidupan manusia yang meliputi: sosial, ekonomi,
politik, pengetahuan filosofi, seni dan agama.
Taylor seorang ilmuwan Inggris, merumuskan kebudayaan sebagai keseluruhan
yang kompleks yang meliputi pengetahuan, dogma seni, nilai-nilai moral, hukum, tradisi,
sosial, dan semua produk manusia dalam kedudukannya sebagai anggota-anggota
masyarakat, termasuk dalam realitas ini adalah agama.
Adapun yang dimaksud dengan Kebudayaan Islam adalah cara berpikir dan
merasa Islam yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan
manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan suatu waktu inilah
pemahaman integralistik, menempatkan Islam sebagai sumber nilai dan motivasi bagi
tumbuhnya kebudayaan Islam. Dengan demikian yang dimaksud Sejarah Kebudayaan
Islam adalah gambaran produk aktivitas kehidupan ummat Islam pada masa lampau yang
bersumberkan pada nilai–nilai Islam. Hanya saja dalam berbagai risalah teks-teks
literatur yang ada seringkali penulisnya memberi narasinya dari segi politik. Ini
diasumsikan bahwa secara konseptual, dari sisi politik inilah sumber kebudayaan Islam
berputar.
D. Makna Peradaban Islam
Asumsi dasar yang bisa kita bangun, bahwa peradaban berasal dari kata adab yang
dalam pengertian ini mengandung pengertian tata krama, perilaku atau sopan santun.
Dengan demikian peradaban adalah segenap prilaku sopan santun dan tata krama yang
diwujudkan oleh umat Muslim dari waktu ke waktu baik dalam realitas politik, ekonomi
dan sosial lainnya.
Secara harfiah peradaban Islam itu terjemahan dari bahasa Arab al-khadlarah al-
Islamiyah, atau al-madaniyah al Islamiyah39 atau al-tsaqofah al Islamiyah, yang sering
juga diterjemahkan dengan kebudayaan Islam. Dalam bahasa Inggris ini disebut culture,
39 Ahmad Syalaby, Tarikh al Islamiyah al hadzarah al islamiyah,(Kairo; …. cetakan ke IV, 1978),
10
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 34
adapula yang menyebutnya civilization. Di Indonesia, Arab dan Barat masih banyak yang
mensinonimkan antara peradaban dengan kebudayaan.
Disisi yang lain, akar kata madana lahir kata benda tamaddun yang secara literal
berarti peradaban (civilization) yang berarti juga kota berlandaskan kebudayaan (city
base culture) atau kebudayaan kota (cultural of the city). Di kalangan penulis Arab,
sendiri.perkataan tamaddun digunakan-kalau tidak salah-untuk pertama kalinya oleh Jurji
Zaydan dalam sebuah judul buku Tarikh al-Tamaddun al-Islami (Sejarah Peradaban
Islam), terbit tahun 1902-1906. Sejak itu perkataan tamaddun digunakan secara luas
dikalangan umat islam.40
Di dunia Melayu tamaddun digunakan untuk pengertian peradaban. Di Iran orang
dengan sedikit berbeda menggunakan istilah tamaddon dan madaniyat. Namun di Turki
orang dengan menggunakan akar madinah atau madana atau madaniyyah menggunakan
istilah medeniyet dan medeniyeti. Orang-orang Arab sendiri pada masa sekarang ini
menggunakan kata hadharah untuk peradaban, namun kata tersebut tidak banyak
diterima umat Islam non-Arab yang kebanyaan lebih menyukai istilah tamaddun. Di
benua Indo-Pakistan tamaddun digunakan hanya untuk pengetian kultur, sedangkan
peradaban menggunakan istilah tahdhib.
Kata peradaban sering kali dikaitkan dengan kebudayaan, bahkan banyak penulis
barat yang mengidentikan ‚kebudayaan‛ dan ‚peradaban‛ islam. Sering kali peradaban
islam dihubungkan dengan peradaban Arab, meskipun sebenarnya antara Arab dan Islam
tetap bisa dibedakan. Adapun yang membedakan antara kebudayaan tersebut adalah
dengan adanya peningkatan peradaban pada masa jahiliyah yang berasal dari kebodohan.
Hal ini pada akhirnya berubah ketika Islam datang yang dibawa oleh nabi Muhammad
SAW di Arab. Sehingga pada masanya kemudian islam berkembang menjadi suatu
peradaban yang menyatu dengan bangsa Arab, bahkan berkembang pesat kebagian
belahan dunia yang lainnya, Islam tidak hanya sekedar agama yang sempurna melainkan
sumber peradaban islam.Peradaban merupakan kebudayaan yang berhubungan dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimana kebudayaan tersebut tidak hanya
40 Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi islam;dari klasik hingga modern,
(Yakarta;Rajagrafindo, 2004), VII - IX
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 35
berpengaruh di daerah asalnya, tapi juga mempengaruhi daerah-daerah lain yang
menjadikan kebudayaan tersebut berkembang
Dengan merujuk pada narasi diatas, maka dapat dikonsepsikan bahwa Sejarah
Peradaban Islam adalah gambaran produk aktivitas kehidupan umat Islam pada masa
lampau yang benar-benar terjadi dalam aspek politik, ekonomi, dan tekhnologi yang
bersumberkan pada nilai-nilai ajaran Islam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Peradaban Islam merupakan identitas ummat Islam sejak masa lampu.
E. Islam sebagai Sumber Budaya dan Peradaban
Sejumlah pihak mengatakan bahwa agama Islam setingkat dengan kebudayaan
Islam. Dalam frame tertentu ini dinilai para pakar Muslim hal yang dapat menyesatkan
dan mengacaukan citra dan kemurnian Islam. Dengan menyetingkatkan antara Agama
Islam dengan Kebudayaan Islam, maka ini berarti mereka telah menyetingkatkan antara
agama (yang berasal dari Allah) dengan kebudayaan (yang merupakan hasil cipta orang
Islam), yang berarti pula menyetingkatkan antara wahyu dengan akal. Berpendapat
bahwa kebudayaan Islam merupakan bagian dari din Islam ini berarti menunjukkan
bahwa ia telah memasukkan unsur-unsur yang aqli (hasil cipta orang Islam) ke dalam din
Islam, dan ini berarti pula bahwa mereka telah mencampur adukkan antara wahyu dengan
akal manusia.
Dalam pandangan kelompok fundamentalis, pola pemikiran dan ide demikian
dianggap sangat berbahaya dan menyesatkan, karena dalam akidah Islam telah dijelaskan
bahwa Islam seluruhnya adalah wahyu, tidak ada bagian-bagian kebudayaan Islam
didalamnya. Agama atau wahyu tidak setingkat dengan kebudayaan Islam, karena agama
atau wahyu berasal dari Allah sedangkan kebudayaan Islam merupakan hasil cipta, rasa
dan karsa manusia. Oleh karena itu, pemikiran dan ide itu harus ditolak dan tidak dapat
dibenarkan.
Sementara itu, para pemikir Barat juga memandang Islam sebagai produk
kebudayaan, misalnya disampaikan oleh H.A.R. Gibb yang mengatakan bahwa ‚Islam is
indeed much more than a sistem of theology it is a complete civilization‛ .(Islam
sesungguhnya lebih dari satu sistem teologi. Ia adalah satu peradaban yang lengkap).
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 36
Pendapat Gibb ini patut apabila dikemukakan oleh kelompok orientalis, tetapi apabila
begitu saja ditelan mentah–mentah oleh ilmuan Islam akan melahirkan pemahaman yang
cukup rancu,
Memang diakui bahwa antara agama dan budaya adalah dua bidang yang
berhubungan dan tidak dapat dipisahkan, akan tetapi keduanya berbeda. Agama bernilai
mutlak, tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat. Sedangkan budaya ,
sekalipun berdasarkan agama dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke
tempat. Sebagian besar budaya didasarkan pada agama, namun tidak pernah terjadi
sebaliknya, agama berdasarkan pada budaya. Oleh karena itu bisa dikatakan agama
adalah primer dan budaya adalah sekunder. Budaya bisa merupakan ekspresi hidup
keagamaan, karena itu kebudayaan sub ordinat terhadap agama, dan tidak pernah
sebaliknya. Agama pada hakekatnya mengandung dua kelompok ajaran yaitu:
Ajaran dasar yang diwahyukan Tuhan melalui para Rasulnya kepada manusia yang
ajarannya terdapat dalam kitab-kitab suci. Karena merupakan wahyu dari Tuhan,
maka ajaran tersebut bersifat absolut, mutlak benar, kekal, tidak berubah dan tidak
bisa diubah.
Ajaran yang berupa penjelasan dari kitab suci (baik mengenai arti maupun cara
pelaksanaan) yang dilakukan oleh pemuka atau ahli agama. Karena merupakan
penjelasan dan hasil pemikiran pemuka atau ahli agama, maka ajarannya bersifat
relatif, nisbi, berubah dan dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Dalam Islam, kelompok pertama terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist
Mutawatir. Al-Qur’an terdiri dari 6.300 ayat, tetapi yang mengatur tentang keimanan,
ibadah, muamalah dan hidup kemasyarakatan manusia, menurut penelitian ulama tidak
lebih dari 500 ayat. Ajaran dasar Islam (al-Qur’an dan al-Sunnah yang periwayatannya
shahih) bukan termasuk budaya, tetapi pemahaman ulama terhadap ajaran dasar agama
merupakan hasil karsa ulama. Oleh karena itu ia merupakan bagian dari kebudayaan.
Akan tetapi umat Islam meyakini bahwa kebudayaan yang merupakan hasil upaya ulama
dalam memahami ajaran dasar agama Islam, dituntun dan memperoleh petunjuk dari
Tuhan, yaitu al-Qur’an dan Sunnah. Hal inilah yang kemudian disebut sebagai
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 37
kebudayaan Islam.
Islam dikemukakan oleh Bassam Tibi 41
yaitu bahwa Islam merupakan sistem
budaya. Menurutnya Islam sebagai sistem budaya terdiri atas berbagai simbol yang
berkorespondensi dan bergabung untuk membentuk suatu model untuk realitas. Meski
demikian dalam posisi tersebut agama tidak dapat dipenetrasikan secara eksperimental,
tetapi hanya sebatas interpretatif. Dalam agama, konsepsi manusia mengenai realitas
tidak didasarkan pada pengetahuan tetapi pada keyakinan terhadap suatu otoritas
ketuhanan yang terkonsepsikan dalam kitab suci (Al-Qur’an).
Al-Qur’an inilah yang mendasari semua bentuk realitas. Selanjutnya konsep–
konsep realitas yang dihasilkan manusia ini mengalami perubahan yang paralel. Adaptasi
dari konsep–konsep religiokultural dengan realitas yang berubah kemudian membentuk
suatu komponen sentral dalam asimilasi budaya untuk perubahan. Dengan cara itulah
perubahan terarah, karena orang tidak begitu saja memberikan reaksi terhadap proses
perubahan dengan menggunakan inovasi budaya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa hakekat agama memiliki aspek ganda
yakni :
1. Memberikan arti terhadap berbagai aspek realitas sosial dan psikologis bagi para
penganut-penganutnya, sehingga mendapatkan suatu bentuk konseptual yang
obyektif.
2. Agama dapat berwujud oleh realitas dan pada saat yang sama membentuk realitas
yang sesuai dengan realitas. Artinya interpretasi simbol-simbol religiokultural
membentuk bagian realitas, karena simbol–simbol tersebut juga mempengaruhi
realitas. Pada saat yang sama perwujudan (pengamalan) dari simbol–simbol kepada
realitas empirik membentuk sebuah pola yang terstruktur dalam bentuknya yang
biasa dikenal dengan kebudayaan dan peradaban.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam adalah sumber dari kebudayaan
dan peradaban Islam yang ada. Landasan Peradaban Islam adalah Kebudayaan Islam,
terutama wujud idealnya. Jadi, Islam bukanlah kebudayaan akan tetapi dapat melahirkan
41Basssam Tibu, Islam Budaya dan Perubahan Sosial, (Jakarta, Tiara Wacana,…..)….
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 38
kebudayaan. Kalau kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka
Islam adalah realitas pewahyuan dari Tuhan.
Dengan mengambil tema Peradaban Islam bukan berarti masalah Kebudayaan
Islam menjadi tidak penting dalam studi Islam (Dirosah Islamiyyah). Masalah
Kebudayaan Islam penting sekali, karena ia merupakan landasannya. Oleh karenanya
mengkaji Peradaban Islam sama halnya juga mengakaji tentang Kebudayaan Islam.
Banyak penulis (Barat ataupun Timur) mengidentikkan antara Kebudayaan dan
Peradaban Islam dengan Kebudayaan dan Peradaban Arab. Pada masa klasik, pendapat
tersebut dapat dibenarkan, meskipun sebenarnya antara Arab dan Islam berbeda. Pada
masa Klasik, pusat pemerintahan hanya satu (yaitu bangsa Arab) dan untuk beberapa
abad sangat kuat. Peran bangsa Arab sangat dominan, sehingga ungkapan budaya yang
ada semuanya diekspresikan melalui Bahasa Arab, pada akhirnya terwujud kesatuan
budaya Islam.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu, muncullah periode pertengahan dan
periode modern, dimana bangsa non Arab mulai berpartisipasi dan membina suatu
kebudayaan dan peradaban. Walaupun pada masa tersebut ummat Islam masih
memandang wilayah kekuasaan Islam adalah sebagai tanah airnya. Agama Islam masih
dilihat sebagai tanah air dan kekuasaan.
Berpartisipasinya bangsa non Arab dalam membina kebudayaan dan peradaban,
bukan disebabkan karena terjadinya disintegrasi antara kekuatan politik Islam dengan
beberapa kerajaan di dalam wilayah yang sangat luas, akan tetapi karena ungkapan-
ungkapan kebudayaan dan peradaban tidak lagi diekspresikan melalui satu bangsa.
Bahasa administratif pemerintahan Islam mulai berbeda-beda, seperti Persia, Turki,
bahkan peran orang Arab sudah menurun. Tiga kerajaan besar Islam pada periode
pertengahan tidak satupun yang dikuasai oleh bangsa Arab. Apalagi Islam sangat toleran
memperlakukan kebudayaan masyarakat setempat. Sejauh tidak menyimpang dari
prinsipprinsip ajaran Islam yang telah ada.42
Orang Islam dalam proses menciptakan dan mengembangkan kebudayaan harus
42 Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta;Rajagrafindo,1993):7
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 39
mampu mempelopori dan membimbing terwujudnya kebudayaan yang belandaskan
Islam. Memelihara dan mempertahankan kebudayaan yang sudah ada selama
menunjukkan nilai yang positif dan berguna bagi kehidupan manusia, membuang nilai-
nilai yang bertentangan dengan ajaran Islam dan menggantikannya dengan yang baru
yang sesuai dengan ajaran Islam (al-muhafadzah ‘ala al-qadim as-shalih, wal akhdzu bil
jadid al–Ashlah).
Inilah nilai dasar yang cukup signifikan untuk dipedomani bagi seorang Muslim
dalam menyajikan seni qasidah yang menaruh simpatik terhadap kajian seni Islam.
Sejarah seni budaya Islam diartikan sebagai perkembangan atau kemajuan kebudayaan
seni qasidah Islam dalam perspektif sejarahnya, dan peradaban Islam mempunyai
berbagai macam pengertian lain diantaranya,
Pertama: sejarah peradaban Islam merupakan kemajuan dan tingkat kecerdasan
akal manusia menemukan tangga nada dan aransemen musik yang dapat
mencerahkan jiwa yang dihasilkan dalam satu periode Nabi Muhammad SAW
sampai perkembangan kekuasaan Islam sekarang.
Kedua: sejarah peradaban seni qasidah Islam merupakan hasil-hasil yang dicapai
oleh umat Islam dalam seni suara, lapangan kesustraan, ilmu pengetahuan dan
kesenian.
Ketiga: sejarah peradaban Islam merupakan kemajuan politik atau kekuasaan
Islam yang berperan melindungi pandangan hidup islam terutama dalam
hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa, nyanyian dan kebiasaan
hidup masyarakat menggunakan seni qasidah adalah cerminan bahwa seni qasidah
ada dinamika dakwah untuk mencerahkan manusia lewat seni qasidah.
Mencermati seni qasidah perlu menggunakan paradigma sebagai insrumen untuk
memotret sebuah realitas. Studi analisis yang akan digunakan adalah teori Ervin Gopman
yang dikenal dengan teori dramaturgis. Menurut Ervin Gopman bahwa prilaku manusia
di panggung belakang dan di panggun depan sangat berbeda, menurut perspektif teori ini
manusia itu seperti orang munafik sangat berbeda tampilan depan dan tampilan dilubuk
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 40
hati yang sebenarnya.43
Teori dramaturgis inilah yang akan dijadikan alat analisis untuk
menganalisis fakta-fakta empiris yang tampak dalam prilaku semiman qasidah dan
penikmat seni. Melalui teori dramaturgis ini dapat diungkap keadaan sanggar sari el-
Muluk yang tampak di tengah masyarakat dalam menggerakkan seni qasidah di Maluku.
Selain itu seni qasidah sebagai dinamika dakwah dalam pagelaran seni qasidah
yang dilakukan Lembaga Seni Qasidah (LASQI) Provinsi Maluku menggelar berbagai
festival dan rapat kerja untuk meperbaiki cara pandang sebuah seni qasidah sebagai
media pencerahan spiritual dapat dijelaskan secara metodologis realitas aktivitas LAQSI
Provinsi Maluku sebagai praktisi seni dalam bentuk lembaga dan masyarakat Maluku
sebagai penikmat seni.
Menurut perspektif Marxian sebagai ahli sosiologi perubahan sosial
mengungkapkan bahwa perubahan tak terelakkan ketika ada kekuatan besar. Kekuatan
besar yang dimaksudkan di sini adalah kepentingan dalam sebuah organisasi. Menurut
Marxian setiap perubahan ada idiologi dan spirit laten yang menggerakkan sebuah
perubahan boleh jadi idiologi hedonisme, materialisme, dan kapitalisme.44
Dalam
paradigma dakwah Syekh Ali Mahfuz konsepnya adalah al-maslaha konsep ini
berpandangan bahwa setiap idiologi yang dianggap baik ketika idiologi itu memiliki
spirit rahmatalil’alamin yakni paradigma yang memiliki idiologi keselamatan secara
universal bagi seluruh umat manusia.45
Ini juga idiologi perubahan sosial.
43
Ervin Gopman, Dramatugis Communication diterjemahkan oleh Dedy Mulyana dengan Judul
Dramaturgi Komunikasi (Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 554.
44Marxian, Sosiologi perubahan Sosial Masyarakat (Cet. I; Yogyakata: Pustaka Pelajar, 2010), h.
213. Bandingkan dengan Pitor Stomka, Sosiologi Perubahan Sosial (Cet. I; Jakarta: Prenada, 2001), h. 351.
45Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah: Edisi Revisi (Cet. Jakarta: Prenada Media Group, 2009), h.
216.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 41
Ekspresi jejak perubahan seni qaidah inilah yang perlu di telaah secara metodologis
apakah sesuai dengan prinsip-prinsip Al-Quran dan Sunnah atau peradaban seni budaya
Islam di Maluku telah terkontaminasi dengan peradaban moderen yang lebih
menonjolkan estetika tanpa menghiraukan pesan-pesan spirit pencerahan. Kajian ini
dieksplorasi dalam pembahasan selanjutnya ketika ingin mendapat petunjuk kondisi seni
qasidah di Maluku.
BAB III
DINAMIKA SENI QASIDAH DI KOTA AMBON
A. Dinamika Dakwah Dalam Seni Qasidah
Secara bahasa dinamika adalah semangat yang menggerakkan suatu benda.46
Sedangkan dakwah ajakan secara bijak kepada pencerahan manusia. Dari kedua kata ini
jika digabungkan menjadi dinamika dakwah yang bermakna pergerakan dakwah. Secara
pasti belum diketahui kapan dan tahun berapa pertama kali seni qasidah di Maluku serta
siapa tokoh utama dalam menggerakkan seni budaya qasidah di Maluku.
Dalam catatan sejarawan Maluku Saleh Putuhena mengungkapkan bahwa dinamika
dakwah dalam seni qasidah di Maluku berbaringan dengan datangnya para pencari
rempah-rempah yang datangan dari berbagai negara seperti dari Timur Tengah, Eropa
dan Asia Pasifik. Pelancong rempah-rempah ini datang di Maluku telah memiliki
peradaban seni budaya yang cukup tinggi sehingga mereka datang di Maluku bukan saja
mencari rempah-rempah tetapi menyebarkan seni budayanya sesuai tradisi dan ekspresi
seni yang dimiliki.47
Pesan-pesan agama ketika disampaikan dengan menggunakan lagu
qasidah akan lebih mudah diterima akrena banyak panca indra yang aktif saat menikmati
lagu qasidah.
Misalnya Islam dengan seni budaya Arab, Cina dengan Barongsainya, dan Eropa
dengan ekspresi kesesiannya yang kerap kali dinyanyikan saat mereka melakukan Ibadah.
46Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet. IV;
Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h.355
47Saleh Putuhena, Makalah Ilmiah dipresentasikan di depan mahasiswa UIN Alauddin Makassar
2010.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 42
Imprealis dari berbagai negara inilah yang menanamkan pengaruh besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan Seni Budaya Islam di Maluku.
Selain itu ekspresi seni qasidah Islam dan Kristen di Maluku menurut Ibnu Jarir
menduga juga bahwa seni budaya Islam di Maluku dipengaruhi oleh budaya-budaya lokal
yakni pengaruh seni budaya Jawa misalnya totobuang itu adalah bentuk kesenian di Jawa
kemudian dikembangan dan disesuaikan dengan kebudayaan di Maluku sehingga lahirlah
seni budaya totobuang. Dalam padangan Hamza Silawane sebagai praktisi seni bahwa
totobuang itu berasal dari nama bunyi dari jenis tipa masjid saat azan mau
dikumandangkan. Seni musik itu yakni tok-tok bum sehingga diberi nama totobuang.48
Dinamika dakwah dalam seni qasidah adalah salah satu pilihan cara berdakwah yang
memiliki komunitas sendiri dalam mencerahkan jiwa masyrakat di kota Ambon.
Pandangan ini relevan dengan paradigma Derida ahli linguistik bahasa yang dikutip
oleh Alex Sober mengungkapkan bahwa budaya yang kuat memiliki potensi besar
memengaruhi budaya yang lemah. Misalnya pengaruh bahasa jawa di Indonesia yang
ditayankan di media massa kerap kali turut membentuk satu budaya baru di Indonesia
karena lebih mendominasi konstruksi informasi di dunia publik.49
Realitas itu tampak dalam ekspresi seni budaya di Maluku terdiri dari pengaruh
Eropa, Cina, dan Timur Tengah. Misalnya toto buang, hadrat, syawat, dan dana-dana.
Perkembangan ini sejalan dengan dinamika ekpresi seni budaya Islam di Maluku
memengaruhi warna seni saat ini. Menurut Budayawan Maluku Nur Tawainella, Des
Alwi, dan Hamadi B. Husain mengungkapkan bahwa Corak seni budaya Islam di Maluku
dilatarbelakangi oleh dua budaya besar yakni budaya Timur Tengah dan budaya lokal
Provinsi Maluku. Kedua seni budaya ini berakulturasi dengan budaya lokal di Maluku
sehingga seni qasidah tumbuh dan berkembangan memembentuk genetic baru yang di
kenal Seni Budaya Islam al-Muluk (SBIM). Semesta seni budaya Islam di Maluku
bersumber dari seni qasidah kemudian berkembang sesuai kebutuhan masyarakat Maluku
48Hamza Silawane, Praktisi Musik dan Ketua Sanggal Sari El-Muluk Provinsi Maluku, Wawancara
di Rumahnya di Keamatan Sirimau 3 Mei 2013.
49Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Cet. III; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h. iii
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 43
ekspresi budaya dan kondisi spiritual masyarakat Maluku yang tumbuh dan berkembang
sesuai konteks budaya masing-masing.
Perkembangan seni budaya Islam di Maluku tahun 70-an menurut tokoh-tokoh dan
praktisi seni budaya Islam di Maluku seperti: K.H Ali Fauji, Soleman Drachman,
Abdurrahman Kho, Ajit Bin Taher, Abdullah Pattilow, Hadi Basalamah, dan H. R Sanusi,
Abdullah Hamid. Mochsen Bahawaeres, Sedangkan kalangan Ibu-Ibu menggerakkan
qasidah lewat majelis ta’lim ketka perayaan maulid Nabi Besar Muhammad saw.50
Dari tokoh dan ulama Maluku ini ada dua tokoh yang berbeda pendapat dalam
mendefinsikan dan menapsirkan seni qasidah. Terminologi qasidah menurut H.R.Sanusi
qasidah itu adalah lagu Arab,51
sedangkan Soleman Drachman seni qasidah adalah semua
jenis lagu yang mengandung pesan pencerahan dan perbaikan jiwa manusia itu adalah
qasidah.52
Perbedaan kedua tokoh dan ulama ini akibat dari adanya perbedaan rumusan
dan definisi tentang qasidah sehingga melahirkan pemahaman yang berbeda tentang seni
qasidah.
Realitas ini menunjukkan bahwa Dinamika dakwah dalam seni qasidah cukup
signifikan ketika ada perayaan Islam. Pertumbuhan dan Perkembangan seni budaya Islam
di Maluku sangat dipengaruhi oleh rawi-rawi dalam nada di Barzanji. Pemikiran ini
sejalan dengan pandangan Hamza Silawane dan Ibnu Jarir sebagai praktisi seni qasidah
mengungkapkan bahwa proses perkembangan Seni Budaya Islam di Maluku diawali
dengan qasidah sebagai sumber mata air seni budaya seni budaya Islam. Qasidah itu
awalnya terdiri dari bacaan rawi barzanji kemudian menggunakan tifa, rebana, dan
gambus. Dari sinilah mulai seni qasidah itu tumbuh dan berkembang. Menurut Syarifudin
sebagai peneliti seni budaya Islam di Maluku bahwa pertumbuhan dan perkembangan
seni budaya Islam di Maluku khususnya Qasidah terdiri dari dua model antara lain;
50Nur Tawainellah, Budayawan Maluku wawancara oleh penulis 23 Januari 2013 di Kementrian
Agama Balai Diklat Provinsi Maluku.
51H.R. Sanusi, Imam Besar Masjid Al-Fatah Ambon Budayawan Maluku wawancara oleh penulis 23
Januari 2013 di Kementrian Agama Balai Diklat Provinsi Maluku.
52Pensiunan Pegawai kementrian Agama Provinsi Maluku wawancara oleh penulis 23 Juli 2013 di
Rumahnya Jalan Permi Ambon Waihaong
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 44
1) Perkembangan secara parsial; yakni perkembangan Seni qasidah Islam yang
tumbuh jika ada momentum perayaan hari besar Islam. Ekspresi seni budaya Islam
tumbuh secara alami saat perayaan Islam tiba. Hal ini tampak saat usai Idul Fitri
lebaran tujuh hari di Desa Mamala Kabupaten Maluku, Abda’u di Desa Tulehu
pasca lebaran Idul Adha, Syawat, hadrat, Dana-dana, Bambu gila, Qasidah
moderen, qasidah klasik, dan Qasidah kolaborasi.
2) Perkembangan secara organisasi; Model perkembangan Seni Budaya Islam di
Maluku dalam bentuk sanggar-sanggar dari komunitas-komunitas musik pada tahuh
1980-an lahir dari komunitas Remaja masjid kemudian membuat sanggar sehingga
muncullah komunitas seni budaya dalam bentuk sanggar. Komunitas sanggar inilah
membentuk satu organisasi dengan nama-nama Sanggar seperti; Sanggar Mawar
Jingga, Sanggar Al-Amri, Mawar Jingga, Sanggar As-Syukur, dan Sanggar el-Sari
Muluk yang dibentuk oleh Ny. Retty Assegaf.
Realitas perkembangan Seni qasidah Islam di Maluku dalam perspektif Muhammad
Aji salah satu Kasubag bidang Kesra di pemerintah mengungkapkan bahwa
perkembangan seni budaya Islam di Maluku tumbuh dan berkembang sesuai momentum
secara alamiah seni budaya qasidah di Maluku belum maksimal dikelolah secara
profesional hal ini terjadi di komunitas Islam dan Kristen. Perkembangan dan
pertumbuhan ini juga menurut pandangan praktisi seni budaya Islam di Maluku yang
banyak menggerakkan dakwah Islam menggambarkan bahwa seni budaya Islam di
Maluku banyak tumbuh dan berkembang secara alamiah berdasarkan respon sosial. Seni
qasidah Islam di Maluku tumbuh berdasarkan kondisi kebatinan dan budaya masyarakat
Maluku saat momentum perayaan dan festival qasidah. Selain itu setiap bulan suci
ramadhan kerap kali dilakukan pertandingan lagu sahur oleh lembaga pemerintah dan
swasta.
Sampai saat ini pertumbuhan dan perkembangan seni budaya Islam di Maluku
belum maksimal dikembangkan sesuai konsep literasi tetapi lebih pada konsep non verbal
secara turun temurung dari warisan dari nenek moyang masyarakat Maluku. Seni budaya
Islam itu lahir secara spontan dari warisan orang tua yang memiliki genetik seni yang
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 45
tinggi sehingga perkembangan dan pertumbuhan seni budaya Islam lebih banyak
diwariskan dalam bentuk non verbal yang diwarsikan secara turun-temurung. Hal itu
tampak di Banda salah satu Kabupaten Maluku Tengah ada tarian nyiru gila, totobuang,
dana-dana, sawat, hadarat, cuci parigi, menggurebe belang(perahu), dan berkembang
menjadi seni qasidah klasik. Semua jenis qasidah ini turut mewarnai pergerakan dakwah
Islam di Maluku.
Seiring dengan perkembangan seni budaya Islam di Maluku Ibnu Jarir salah satu
vokalis qasidah terbaik di zamannya juga mengungkapkan bahwa seni qasidah di Maluku
lahir dari mata air barzanji kemudian didukung oleh instrumen tipa dan rebana sambil
bersalawat kepada Rasulullah saw. Memuji Rasulullah saw dengan menggunakan
instrumen rabana. Perkembangan ini sangat semarak pada saat perayaan hari kelahiran
Rasulullah saw di Maluku.
Istilah Rektor IAIN Ambon Habullah Toisuta ketika memberikan sambutan pada
acara perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad saw mengungkapkan bahwa saat perayaan
kelahiran Rasulullah saw ekspresi masyarakat Maluku khususnya majelis ta’lim seakan-
akan kota Ambon di bungkus dengan berbagai macam perayaan seni budaya Islam
melalui rawi barzanji dengan berbagai jenis lagu, instrumen nada, dan ekspresi seni
budaya Islam sesuai daerah masing-masing.53
Perbedaan nada dan instrumen dalam
mengekspresikan barzanji ini sebagai tanda bahwa Maluku sangat kaya dengan
paradigma seni budaya Islam. Hal ini menunjukkan bahwa dinamika dakwah Islam di
Maluku cukup tinggi lewat qasidah.
Kekayaan seni budaya Islam di Maluku tampak saat raker dan pertandingan pada
even-even nasional baik kristen maupun muslim di Maluku selalu menjadi juara. Realitas
ini menunjukkan bahwa jika praktisi seni budaya Islam di Maluku menata sumber-sumber
seni budaya Islam dan kristen sesuai dengan standar profesionalisme maka tidak mustahil
Maluku menjadi standar seni qasidah terbaik di dunia. Sehingga dapat di gambarkan oleh
Syarifudin bahwa jika Sulawesi terkenal dengan aksara lontara, sastra terpanjang di
53
Sambutan Ketika Majelis Ta’lim Ibu Darmawanita IAIN Ambon memperingati hari kelahiran
Rasulullah saw. 2013 di rektorat IAIN Ambon.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 46
dunia, Jawa terkenal dengan naskah jawinya, wayang maka Maluku terkenal dengan seni
qasidahnya.
B. Lirik Seni Qasidah Mengandung Pesan Dakwah.
Salah satu jenis muzik qasidah dan sastera tertua dalam Islam di Maluku adalah
qasidah. Bahkan jika dikaji dari sejarahnya, nilai-nilai seni ini sudah ada sebelum
kedatangan Islam di Provinsi Maluku. Orang Arab yang terkenal memilik cita rasa tinggi
terhadap puisi dan syair memperkenalkan qasidah sebagai sarana dakwah salah satu
bentuk syair yang diagung-agungkan mereka. Sampai saat ini komunitas turunan Arab di
Maluku masih tampak saat perayaan maulid dengan gambus, marwas, dan jenis musik
laninnya. Dalam masyarakat Islam di Maluku, Qasidah adalah bait-bait syair (terdiri
daripada 6-10 bait) yang memuatkan puji-pujian dan penghormatan kepada Alllah dan
Rasul-Nya.
Ketika Islam datang Maluku, kandungan qasidah berisi puji-pujian kepada Nabi
Muhammad saw. Qasidah kemudiannya dilagukan dengan iringan muzik rebana. Qasidah
moden sering dipertandingkan oleh LASQI Provinsi Maluku yang memiliki lirik bahasa
Arab dan bahasa Indonesia. Qasidah sering dikaitkan dengan muzik Arab atau gambus
yang diiringi rebana atau alat muzik khas Arab lain.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan penerimaan orang Islam terhadap muzik,
qasidah turut mengalami modenisasi sehingga dikenal dengan qasidah moderen dan
qasidah klasik. Qasidah klasik adalah jenis qasidah yang memiliki personil 6-15 orang,
menggunakan rebana dan jenis muzik elektrik, sedangkan jjenis qasidah moderen
menggunakan fasilitas musik elektrik. Kedua jenis musik ini digunakan sebagai media
dakwah oleh komunitas muzik di Maluku.
Al- muhalhal bin rabiah al- tuglabi Para penulis sastera Arab berpendapat, orang
pertama yang mencipta qasidah ialah penyair Arab al- Muhalhal bin Rabiah al- Tuglabi
yang hidup beberapa tahun sebelum Nabi Muhammad SAW lahir.54
Qasidah kemudian
mengalami perkembangan ketika para penyair pra- Islam terkenal seperti Umru al-Qais,
54Oliver Leaman,an Introduction to classical Islamic philosophy ( Cambridge Universty Press,
2001), h. 201.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 47
Alqamah dan ubaid menulis syair-syair qasidah dan membacakannya di depan Kaabah.
Bahkan ada beberapa qasidah yang ditulis oleh Umru al- Qais yang menjadi sebahagian
daripada syair yang digantung di dinding Kaabah.
C. Rebana dan SDM Praktisi Seni Qasidah.
Pengertian rebana menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah gendang pipih
bundar yang dibuat dari tabung kayu pendek dan agak lebar ujungnya, pada salah satu
bagiannya diberi kulit.55 Fasilitas inilah yang digunakan untuk mengiringi shalawat dan
Barzanji. Biasanya lagu-lagu qasidah diiringi rebana dan tamborin. Rebana berfungsi
sebagai alat muzik yang mengiringi nyanyian lagu berlirik Islami berupa pujian terhadap
Allah swt dan Rasul-Nya. Sebagian besar kalangan praktisi qasidah di Maluku belum
memahami hakikat dan fungsi qasidah mereka sekedar bermain muzik tetapi pesan-pesan
ruhani belum diaktualisasikan seacra maksimal dalam prilaku kehidupan sehari-hari.
Dalam sejarah qasidah pelajaran yang didakwahkan oleh para ulama yang datang di
Maluku seperti Ibnu Batuta yang dikutip oleh Faisal bakti mengungkapkan bahwa
fungsinya adalah dakwah dan doa.56
Hal ini relevan dengan nama musik rebana. Rebana
berasal daripada kata rabbana, yang maksudnya wahai Tuhan kami (suatu doa atau pujian
terhadap Tuhan).
Qasidah mencapai kemuncaknya pada zaman Abbasiyah. Para penyair Islam
seperti al-Mutanabbi, tidak hanya mencipta syair qasidah, tetapi juga mengembangkan
ilmu yang menjadi kaedah penulisannya, yaitu 'ilm 'arud. Pada zaman Mamluk, qasidah
mendapat perhatian bersungguh-sungguh. Al-Busyiri, seorang penyair, mengarang
himpunan qasidah yang dikenali dengan qasidah Burdah. Qasidah ini memuatkan pujian
kepada Nabi Muhammad SAW. Penulisan syair lagu Qasidah berzanji yang kini popular
di kalangan masyarakat di Indonesia dan Malaysia, banyak dipengaruhi oleh buku
karangan al-Busyiri.
55Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan ( Cet. IV;
Jakarta: Balai Bahasa, 2010), h . 1275. 56
Andi Faisal Bhakti, Nation and Bilding Ulama Nusantara (Cet. II; Bandung: Teraju, 2010), h. 34.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 48
Seni Qasidah, Bertahan Ditengah Persaingan Industri Musik. Seni musik qasidah
atau irama gambus merupakan seni yang bernuansa Islam. Jenis musik ini dikenal juga
dengan sebutan musik padang pasir. Sebutan ini mengingat seni musik qasidah
bercirikan lagu-lagu dari Arab. Perkembangan seni musik qasidah di kota Ambon ini
cukup pesat sekitar era tahun 70-80 an. Lagu-lagu qasidah seperti Perdamaian, Indung-
indung, atau Jilbab-jilbab Putih masih populer di kalangan masyarakat. Seiring dengan
itu, pertumbuhan grup qasidah di kota Ambon juga banyak bermunculan. Namun
demikian, seiring dengan perkembangan industri musik, mulai tahun 90-an, perlahan-
lahan musik qasidah setelah pasca konflik mulai meredup dan secara otomatis pergerakan
dakwah juga kurang berkembang.
Bahkan hingga era tahun 2000-an hingga kini musik qasidah belum bisa
menggeser musik Islami seperti musik nasyid, dan pop Islami. Harus diakui, musik
religius makin kondusif dengan hadirnya nasyid sebagai perkembangan seni qasidah di
Maluku. Terutama setelah muncul kelompok vokal Raihan dari Malaysia yang turut
mempopulerkan nasyid di Ambon tahun 2003. Tak lama kemudian, grup nasyid asal
Malaysia pun membanjiri Indonesia. Sebut saja Rabbani, Hijjaz, Brothers, In-Team, atau
The Zikr dan masih banyak lagi. Grup nasyid domestik yang mengemas lirik religius
dengan pendekatan pop juga kian berkibar. Keadaan ini para praktisi muzik di maluku
sulit bersaing dengan musik di kota besar karena secara fasilitas mereka kurang
mendukung.
Ada Senandung Nasyid dan Dakwah alias Snada, Suara Persaudaraan, Izzatul
Islam, ar-Ruhul Jadid, atau Shoutul Harakah. Oya, Ruhul Jadid dan Izzatul Islam
terkenal sebagai grup nasyid yang mengobarkan semangat juang. Sejak saat itu,
popularitas nasyid kian booming. Bagi remaja muslim, nasyid udah jadi bagian dari
keseharian mereka. Gimana nggak, dengan variasi jenis musik, nasyid kini mampu
mewakili budaya remaja yang beragam. Semua aliran musik mampu diselami grup-grup
nasyid baru.57
57Ny. Rety Assagaf, Ketua Lembaga Seni Qasidah Provinsi Maluku Periode 2013-2017, wawancara
oleh penulis di Gedung Ismaic center Waihaong Ambon 12 Juli 2013.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 49
Lalu bagaimana perkembangan musik qasidah di Maluku? Ketua Lembaga Seni
Qasidah Indonesia (Lasqi) Provinsi Maluku Ibu Ny. Hj. Retti Assegaf mengungkapkan,
masyarakat Maluku sejak dulu sangat menggandrungi seni musik qasidah. Namun
demikian, harus diakui, penghargaan terhadap pelaku seni musik qasidah belum muncul.
Akibatnya, pelaku seni musik qasidah belum bisa hidup dari hasil bermusik qasidah.
‛Kalau mengandalkan penghasilan dari qasidah tentu tidak mencukupi. Hal ini juga
berdampak dalam industri lagu qasidah di Maluku sangat kurang.
Oleh karena itu, banyak grup-grup qasidah yang jatuh bangun. Bertahan saja
sudah cukup bagus,‛ kata pimpinan kata pimpinan LASQI Provinsi Maluku. Menurut dia,
hal ini berbeda dengan di Provinsi lain, terutama di Sumatera. Ia menyatakan,
penghargaan masyarakat terhadap musik qasidah sangat tinggi sehingga personilnya
mampu hidup dari bermain qasidah. Pandangan Rety Asagaf ini bahwa musik qasidah di
Maluku bisa bertahan lebih karena aktualisasi terhadap jiwa seninya. Menurutnya,
dirinya mengakui jika musik qasidah bagian dari ‛ruh dakwah‛ ketika ia terus
dikembangkan di Maluku dengan meningkatkan Sumber Daya Praktisi Musik di Maluku
maka kemasan dakwah juga ikut berkembang.
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) para pelaku seni qasidah haruslah
ditingkatkan agar mampu bertahan dan berkembang di tengah seni musik moderen yang
menekankan pada antroposentrism atau syahwat (emosi seni) dan melupakan seni
spiritualitas. Persaingan ini sangat berpengaruh pada seni qasidah yang didalamnya
mengandung pensa-pesan spiritualitas.
‚Untuk meningkatkan dan mengembangkan performance vokalis qasidah gambus
agar menjadi profesional dan mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan musik
qasidah di Indoensia maka media massa sebagai media dakwah perlu dimanfaatkan
pencitraan seni qasidah sebagai bagian dari industri musik Indonesia. Kualitas SDM para
pelaku seni qasidah harus ditingkatkan,‛ menurut Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP
Lembaga Seni Qasidah Indonesia (LASQI), Euis Sri Mulyani, dalam sambutannya saat
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 50
membuka Festival LASQI tingkat Provinsi Maluku tahun 2012, yang berlangsung di
Gedung Ashari, Al-Fatah Selasa (10/4) malam.58
Menurutnya, LASQI tidak hanya sebatas papan nama, tempat berkumpul para
seniman qasidah untuk kemudian menghibur dan menyenangkan diri, namun sejarahnya
memiliki visi dan misi sesuai Trilogi LASQI, yakni instrumen pengembangan
memasyarakatkan dan mempertahankan salah satu cabang seni sebagai salah satu alat
dakwah. Menjalin dan memperkokoh ukhuwah islamiyah, serta memantapkan wawasan
nusantara. ‚Karena itu, sadar akan hal ini, maka ini merupakan tanggungjawab setiap
umat muslim untuk membuka diri terhadap kehadiran dan eksistensi LASQI di tanah
air,‛ ujarnya.
Sementara itu Wakil Gubernur Maluku, Said Assagaf, dalam sambutannya
mengatakan, festival ini terselenggara sebagai momentum untuk memilih duta-duta
qasidah terbaik yang akan dipersiapkan untuk mengikuti Festival Seni Qasidah Tingkat
Nasional, sekaligus untuk mempersiapkan group qasidah terbaik Maluku yang nantinya
akan ditampilkan pada event MTQ Nasional XXIV, baik pada saat acara pembukaan dan
penutupan MTQ, maupun pada saat lomba MTQ berlangsung.59
‚Syair-syair yang terdapat dalam Seni Qasidah yang bernuansa islami, berisikan
tentang hal-hal positif yang mengajak orang untuk taat kepada ajaran-ajaran agama,
membangun budi pekerti dan akhlaq, serta melarang kepada bentuk kejahatan dan
kemungkaran,‛ tandasnya. Dalam hubungan ini, kata dia, jika Seni Qasidah dapat
tumbuh dan berkembang secara leluasa, maka tidak mustahil akan tumbuh nilai-nilai
yang bermanfaat bagi perkembangan tatanan dan sikap hidup dalam masyarakat, yang
penuh dengan cinta kasih, kebersamaan, etika, dan moral.
Seni Qasidah yang terwadahi dalam LASQI, memiliki peran strategis dalam
pembinaan generasi muda bangsa. Disisi lain melalui pengembangan seni qasidah ini,
diharapkan dapat menghasilkan musisi-musisi handal dan berkualitas serta mampu
bersaing di event nasional maupun internasional, sebagaimana yang telah ditunjukkan
58Aji Muhammad, Pegawai bidang Kesra provinsi Maluku dan sekretaris Sanggar Sari El-Muluk
Provinsi Maluku, wawancara oleh penulis 19 Agustus 2013.
59http://www.siwalimanews.com/post/kualitas_sdm_pelaku_seni_qasidah_harus_ditingkatkan#sthash
.7sHfwWFd.dpuf.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 51
oleh duta-duta qasidah Maluku pada Festival Qasidah Tingkat Nasional di Kota Ambon
Tahun 2007 dengan meraih predikat sebagai juara umum.60
‚Saya sangat berharap agar kiprah DPW LASQI Provinsi Maluku perlu terus
ditingkatkan lewat sanggar sari el-Muluk. LASQI sebagai lembaga membina qasidah
diprovinsi Maluku tidak sekedar membina generasi muda yang hanya bertumpu pada
prestasi dalam bidang seni qasidah semata, akan tetapi yang tidak kalah penting adalah
bagaimana melalui seni qasidah ini, LASQI dapat menciptakan generasi-generasi yang
berkualitas, berakhlaq mulia, berbudi pekerti luhur, kreatif dan inovatif, serta mampu
mendukung program-program pemerintah dibidang pembangunan mental spiritual, sesuai
azas dan tujuan keberadaan lembaga LASQI itu sendiri sebagai penggerak dakwah di
kota Ambon.
60http://www.siwalimanews.com/post/kualitas_sdm_pelaku_seni_qasidah_harus_ditingkatkan#sthash
.7sHfwWFd.dpuf
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 52
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Lokasi Penelitian
Secara geografis Provinsi Maluku berjejer pulau-pulau kecil dengan panorama
alamnya yang indah. Provinsi ini memiliki berbagai macam bunyi, tangga nada, tarian
syawat, hadrat, dan berbagai macam tarian yang memiliki ekspresi seni yang cukup
tinggi. Khazanah seni budaya Islam yang tumbuh secara alamiyah ketika masyarakat
Maluku melakuakan Perayaan Hari Besar Islam.61
Kekayaan seni budaya ini
membutuhkan inventarisasi, penjelajahan, yang mendalam untuk mengeja dan memberi
nama, pengertian, dan definisi dari realitas seni budaya Islam yang tampak dalam lakon
pagelaran seni budaya Islam di Maluku. Karena luasnya ruang lingkup kajian seni budaya
islam maka penelitian ini terfokus pada seni qasidah saja yang sering dipentaskan
masyarakat Maluku saat perayaan hari besar Islam di Maluku.
Kota Ambon tempat LASQI menggerakkan seni budaya Islami yang berada di
tengah kota sepanjang pesisir dan dalam teluk Ambon, dan luas teluk Baguala yang
luasnya 277 km2 ini merupakan ibu Provinsi Kepulauan Maluku. Maluku dikenal di
dunia Internasional dikenal dengan nama Jaziratul Mulk(tanah raja-raja).62 Setiap
kepulauan di Maluku memiliki keragaman seni budaya budaya, kekayaan budaya ini
menunjukkan adanya dinamika sosial yang terpancar dari ekspresi seni budaya Islam
yang tampak pada di tengah masyarakat. Maluku pada masa lalu telah banyak bangsa
dari berbagai negara dari Timur Tengah, Eropa,63
dan yang bercocok tanam kebudayaan
dari berbagai negara sehingga banyak dialektika seni budaya Islam dan peristiwa sejarah
kemanusian dalam bidang seni budaya Islam.
Buah pikiran bangsa-bangsa dari berbagai negara seperti Arab, Cina, Portugis,
Inggris, India, Belanda, dan Jepang turut mewarnai sejarah seni budaya Islam di
61Muhammad Aji, Pengurus Sanggar Sari el-Muluk, wawancara oleh penulis di Rumahnya Kota
Ambon 19 Januari 2013.
62M. Shaleh Jamal (84 Tahun) Mantan Raja Larike di Kecamatan Leihitu Barat Wawacara tanggal
5 Januari 2012.
63Des Alwi, Sejarah Banda Neira; edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: Pustaka Al-Bayan, 2010), h.vii.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 53
Maluku.64
Hal inilah yang akan menjadi kajian dalam penelitian untuk merekam
pertumbuhan dan perkembangan seni budaya Islam di Maluku.
Maluku yang memiliki kekayaan khazanah kesenian yang bertebaran di berbagai
Kabupaten Kota sampai saat ini belum di inventarisir berapa jumlah jenis seni budaya di
Maluku yang dapat memberikan kontribusi kekayaan seni budaya Islam di Maluku. Jika
hal ini dapat dilakukan secara sistematis maka Provinsi Maluku dapat menjadi gudang
jenis musik qasidah terlengkap di dunia.65
Sampai saat ini jenis musik di Maluku belum
maksimal diinventarisir secara baik sehingga dikhawatirkan pertumbuhan dan
perkembangan seni budaya Islam di Maluku akan punah, dan diganti dengan seni modern
yang mengutamakan pola hidup materialistic, hedonisme, dan kapitalisme. Jenis muzik
ini kering dengan nilai-nilai spiritual yang dapat mencerdaskan jiwa manusia.
Demi mendapatkan satu paradigma baru cara menyuguhkan seni untuk kebutuhan
budaya dan batin maka perlu dilakukan inventarisasi seni budaya Islam di Maluku untuk
memberikan kontribusi arah yang jelas tentang seni budaya Islam di Maluku. Hal ini
perlu menjadi konsentrasi untuk meningkatkan pertumbuhan seni budaya qasidah Islam
di Maluku.
Secara historis masa budaya kolonialisme meninggalkan artefak sejarah sebagai
salah satu bentuk seni budaya. Kota Ambon sebagai tempat berdirinya LASQI telah
berdiri pada tahun 1500-1600 setelah benteng Nossa Seinhora da Annuciada didirikan
oleh penjajahan bangsa Belanda artefak benteng tersebut dirubah pada tahun 1602
menjadi Benteng Kastel Victoria.66
LASQI sebagai penggerak utama pergerakan seni
qasidah di Maluku akibat keterbatasan sumber daya sehingga banyak artefak seni budaya
yang belum terdokumentasikan akibat kurangnya dana dan sumber daya untuk
memetakan, menginventarisasi dan merekam jejak sejarah seni qasidah di Maluku.
Secara pasti belum diketahui kapan dan tahun berapa pertama kali seni qasidah
datang di Maluku, dan siapa tokoh utama dalam menggerakkan seni budaya qasidah di
Maluku. Tetapi dalam catatan sejarawan Maluku yakni Bapak Saleh Putuhena
64Abdullah Lausepa Mantan Raja Larike periode 1960-1998, wawancara dirumahnya 17 Oktober
2011. 65
Des Alwi, Sejarah Banda Neira; edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: Pustaka Al-Bayan, 2010), h.vi
66Des Alwi, Sejarah Banda Neira; edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: Pustaka Al-Bayan, 2010), h.11.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 54
mengungkapkan bahwa pengaruh seni budaya Islam di Maluku berbaringan dengan
datangnya para pencari rempah-rempah yang datang dari berbagai negara seperti dari
Timur Tengah, Eropa, dan Asia Pasifik.67
Pelancong rempah-rempah ini datang di Maluku telah memiliki peradaban seni
budaya yang cukup tinggi sehingga mereka datang di Maluku bukan saja mencari
rempah-rempah tetapi menyebarkan seni budayanya sesuai tradisi dan ekspresi seni yang
dimiliki. Misalnya Islam dengan seni budaya Arab, Cina dengan Barongsainya, dan Eropa
dengan ekspresi kesesiannya yang kerap kali dinyanyikan saat mereka melakukan Ibadah.
Imprealis dari berbagai negara inilah yang menanamkan pengaruh besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan Seni Budaya Islam di Maluku.
Perkembangan seni budaya Islam di Maluku dalam penelitian ini dipetakan menjadi
tiga gelombang. Pertama sebelum konflik dimulai pada tahun 1970, saat konflik pada
tahun 1999, dan sesudah konflik 2003 sampai sekarang 2013. Perkembangan sebelum
konflik seni qasidah cukup signifikan perkembangannya karena sanggar dan festival
tumbuh disemua Kabupaten/Kota dan tingkat kecamatan di Maluku. Khususnya di
Ambon Sanggar Al-Amri, Mawar Jingga, Asyukur, dan Sanggar Ponegoro. Semua
sanggar ini memiliki peran strategis menggerakkan dakwah melalui lirik lagu yang
dinyanyikan.68
Pada saat konflik pentas seni qasidah selama tiga tahun praktisi seniman
qasidah antara lain Hamza Silawane, Jefri banama, dan Salem hondua kurang melakukan
pentas sebagaimana meriahnya sebelum konflik.
Pada saat konflik sanggar ini mengalami degradasi yang cukup serius karena
hampir semua sanggar kurang mampu berkembang seperti sebelum terjadinya konflik.
Perkembangan sanggar pasca konflik mulai berkurang akibat tokoh-tokoh yang
menggerakkan seni qasidah eksodus ke berbagai daerah seperti Sulawesi, ternate, dan
Bau-bau. Menurut praktisi yang berkecimpung di dunia qasidah lebih banyak memikirkan
kebutuhan dasar dibanding membuat sanggar seni karena biaya yang cukup mahal dalam
membeli peralatan seni yang memenuhi standar. Selain itu peran pemerintah dalam
67
Saleh Putuhena, Sejarah Islam di Maluku di kuliahkan di Pascasarjana UIN Alaudddin Makassar
2010.
68Ibnu Jarir, Pengurus Sanggar Sari el-Muluk, wawancara oleh penulis di Rumahnya Kota Ambon 9
juli 2013.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 55
menggerakkan seni qasidah mulai berkurang sehingga para praktisi seni qasidah mulai
berkurang karena kompetisi dalam bentuk festival mulai berkurang.
Menurut Hamza Silawane sebagai praktisi seni qasidah Islam di Maluku, jika
mengungkapkan bahwa, jika kita ingin mengiventarisasi seni budaya qasidah kemudian
membuat database seni budaya Islam maka kita akan mendapatkan kurang lebih 99 jenis
qasidah rebana yang ada di Maluku. Kreativitas ini bertebaran diberbagai pulau-pulau
kecil di Maluku.69
Kekayaan seni budaya ini cukup besar ketika pemerintah melakukan
inventarisasi seni qasidah dengan berbagai macam coraknya yang tumbuh secara alamiah
di seluruh Kabupaten/Kota di Maluku.
Pernyataan Silawane ini jika dilihat dari aspek historisnya maka sangat
memungkinkan Maluku menjadi pusat kebudayaan dunia khususnya seni qasidah karena
Jeziratul Muluk pernah ditempati oleh berbagai ekspresi budaya dari berbagai negara. Hal
inilah yang menjadi asumsi bahwa kekayaan seni budaya Islam di Maluku diwarnai oleh
dari berbagai negara yang pernah bercocok tanam karifan seni budaya di Jeziratul
Muluk.70
Jejak seni qasidah itu tampak saat perayaan hari besar Islam dan kemerdekaan
Republik Indonesia ekspresi seni dipentaskan secara baik sehingga mampu menarik
perhatian masyarakat untuk menikmatinya.
Kondisi ini yang memacu motivasi pengurus LASQI (Lembaga Seni Qasidah Islam)
Provinsi Maluku. Ide ini lahir dari pertemuan Café Lela pada tanggal 19 Januari saat
melakukan diskusi untuk membicarakan konser pagelaran seni budaya Islam untuk
merayakan hari kelahiran Rasulullah saw. Dalam diskusi tersebut hadir pengurus LASQI
Provinsi Maluku antara lain saudara Ibnu Jarir, Hamza Silawane, Aji, dan Hasan Karim,
Manan Kiat, Gatot, dan Syarifudin.71
Materi pembicaraan seputar pagelaran seni budaya
Islam sebagai media dakwah karena mampu menggerakkan masyarakat Maluku
menikmati seni qasidah. Walalupun dalam penerimaan qasidah bagi masyarakat Maluku
69Hamza Silawane Praktisi Seni Lagu, wawancara oleh penulis di café Lela di Kota Ambon 20
Januari 2013.
70Abdul Latif, wawancara oleh penulis di Rumahnya di Batu Merah Kota Ambon 20 Januari 2013.
71Endang Giming, Praktisi Seni Tari, wawancara oleh penulis di café Lela di Kota Ambon 19 Mei
2013.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 56
cukup bervariasi sesuai kondisi kebatinan seseorang yang terpenting seni qasidah cukup
memberikan hiburan Islami di tengah masyarakat Maluku.
Kearifan yang Tuhan anugrahkan melalui seni qasidah di Maluku sampai saat ini
masih perlu dikembangan dan di dokumentasi dalam bentuk tulisan untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan seni qaidah dari tahun-ke tahun. Karena jika tidak
ditulis realitas perkembangan dan pertubuhan seni qasidah dikhawatrikan seni qasidah di
Maluku tidak bisa diprediksi perkembangannya secara baik diseluruh Kabupaten/Kota.
Inventarisasi seni qasidah di Maluku melalui riset akan memberikan kontribusi besar bagi
ilmuan dan praktisi seni melalui dokumentasi jejak masyarakat Internasional yang pernah
menjadikan Maluku sebagai pusat perdagangan rempah-rempah dan tempat menanamkan
seni budayanya di Maluku. Seni qasidah di Maluku sangat urgent dikembangkan sebagai
bentuk kekayan seni budaya Islam di Maluku yang memiliki peran dalam menggerakkan
dakwah di Maluku.
LASQI (Lembaga Seni Qasidah Islam) Provinsi Maluku berkeyakinan bahwa jika
peradaban seni budaya Islam ini tidak direkam dalam sebuah tulisan yang rapi, maka
karunia Tuhan yang besar itu akan punah dan didominasi oleh imprealisme budaya global
yang menekankan seni hedonisme semata yang kering dengan semangat spiritualitas.
Kerpihatinan ini lembaga LASQI Provinsi Maluku perlu memliki kepekaan budaya untuk
merekam kembali jejak-jejak seni budaya Islam di Maluku yang akan diwariskan bagi
generasi selanjutnya.72
Tak dapat dipungkiri bahwa seni qasidah adalah jawaban dari seni
muzik yang dukonstruksi oleh peradaban dunia global yang terus berkembang melalui
berbagai multimedia.
Sampai saat ini, entah kapan peradaban moderen menyudahi gerakannya di dunia
ketiga termasuk Maluku. Ketika seni qasidah kurang mampu mempertahankan
eksistensinya maka gerakan seni dari imprealisme budaya global memporak-porandakan
struktur kearifan lokal seni budaya Islam di Indonesia termasuk seni budaya Islam di
Maluku. tujuannya para kapitalis dan imprealisme untuk merusak struktur sosial di
72Gatot Praktisi Seni, wawancara oleh penulis di café Lela di Kota Ambon 20 Januari 2013.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 57
tengah masyarakat dengan budaya materialisme dan cenderung melupakan semangat
spiritual.
Karena banyaknya artefak sejarah seni budaya Islam yang tersebar secara verbal di
kalangan umat Islam di Maluku maka LASQI provinsi Maluku berusaha
mendokumentasikan semua artefak seni budaya Islam di Maluku yang telah berproses
panjang di atas panggung peradaban sejarah kemanusiaan. Dari perjalanan sejarah
kemanusiaan dalam dunia seni budaya Islam di Maluku tidak semua dibahas dalam
kajian ini, karena pertimbangan waktu dan keterbatasan pembiayaan sehingga akan
merumuskan beberapa tema yang menjadi konsentrasi penelitian antara lain adalah:
B. Dinamika Dakwah dalam Seni Qasidah di Maluku
Sejak kedantangan bangsa-bangsa di Jeziratul Muluk sebagian kalangan
menjulukinya kota seni karena memiliki artefak seni budaya dan spirit pencerahan yang
dapat membentuk karakter masyarakat menuju sebuah peradaban yang berkeadaban
melalui karya-karya Ibnu Batuta yang mempersatukan para ulama nusantara melalui seni
qasidah yang bernuansa Arab.73
Fakta bahwa ada warisan budaya dari jaringan ulama
timur tengah dan nusantara yakni ungkapan budaya melalui nyanyian petuah-petuah
bijak orang Maluku atau disebut dengan istilah kafata/kabata.74
Ketika seni budaya Islam
di Maluku yang disusun secara maka ia memiliki sastra yang cukup tinggi. Realitas ini
menunjukkan bahwa dinamika dakwah dalam Seni Qasidah di Maluku cukup
memberikan kontribusi dalam mempertahankan nilai-nilai spiritualnya sebagai seni yang
Islami.
LASQI provinsi Maluku sebagao motor penggerakkan seni budaya Islami yang
berada di tengah kota memiliki peran yang cukup besar sehingga maju-mundurnya seni
qasidah di Maluku sangat tergantung pada semangat dari pengurus Lembaga Seni
Qasidah.75
Salah satu buah pikiran Ny Rety Assagaf adalah membuat sangar Sari el-
73
Andi Faisal Bhakti, Jaringan Ulama Nusantara (Cet. II; Bandung, Teraju, 2011), h. 201.
74Nur Tawainella, Budayawan dan Dosen Luar Biasa IAIN Ambon, wawancara oleh penulis di IAIN
Ambon 19 Desember 2012.
75M. Shaleh Jamal (84 Tahun) Mantan Raja Larike di Kecamatan Leihitu Barat Wawacara tanggal
5 Januari 2012.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 58
Muluku sebagai media praktisi seni untuk mencurahkan kemampuan seninya melalui
karya-karya seni yang dapat mencerhakan masyarakat Maluku. Gagasan ini kurang
berjalan secara maksimal karena biaya untuk menumbuhkan sanggar belum maksimal
sehingga sanggar-sanggar seni qasidah di Maluku belum berkembang secara maksimal.
Karya seni qasidah yang dipentaskan di maluku tidak terlepas dari warisan budaya
para leluhur dari Arab, Cina, Portugis, Inggris, India, Belanda, dan Jepang.76
Semua
bangsa-bangsa ini turut mewarnai citra seni qasidah Islam di Maluku.77
Hal inilah
dinamika dakwah dalam Seni Qasidah di Maluku cukup memberikan kontribusi nilai-
nilai spiritualnya sebagai seni yang Islami.
Maluku yang memiliki kekayaan khazanah kesenian yang bertebaran di bebragai
Kabupaten kota sampai saat ini belum di inventarisisr berapa jumlah jenis seni budaya di
Maluku yang dapat memberikan kontribusi kekayaan seni budaya Islam di Maluku. Jika
hal ini dapat dilakukan maka Provinsi Maluku dapat menjadi gudang jenis musik qasidah
terlengkap di dunia. Sampai saat ini jenis musik di Maluku belum maksimal
diinventarisir secara baik sehingga dikhawatirkan pertumbuhan dan perkembangan seni
budaya Islam di Maluku akan punah, dan diganti dengan seni modern yang
mengutamakan pola hidup materialistic dan gersang nilai-nilai spiritual. Demi
mendapatkan satu paradigma baru cara menyuguhkan seni untuk kebutuhan budaya dan
batin maka perlu dilakukan inventarisasi seni budaya Islam di Maluku untuk memberikan
kontribusi arah yang jelas tentang seni budaya Islam di Maluku. Hal inilah yang perlu
menjadi konsentrasi untuk meningkatkan pertumbuhan seni budaya Islam di Maluku
khususnya di Kota Ambon.
Proses penerimaan seni qasidah pada masa lalu melalui komunikasi verval dengan
menekankan pada sistematika syair yang disusun secara rapi dan pilihan kalimat yang
merdu. Selain itu dibawakan oleh para sastrawan yang memiliki citra baik dari aspek
keilmuan, budipekerti, dan akhlaq. Menurut pemikiran mereka bahwa karya dan ide yang
baik akan bisa keluar dari pribadi-pribadi manusia yang memiliki kecerdasan spiritual,
76Des Alwi, Sejarah Banda Neira; edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: Pustaka Al-Bayan, 2010), h.vii.
77Abdullah Lausepa Mantan Raja Larike periode 1960-1998, wawancara dirumahnya 17 Oktober
2011.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 59
intelektual dan moral yang tinggi. Ketika para semiman memiliki kompetensi ini maka
karya seni dapat memudahkan penerimaanya di tengah masyarakat. Ketika moral tidak
diindahkan lagi maka akan lahir karya seni yang hanya mengandalkan muzik tetapi pesan
spiritualnya dilupakan. Kondisi ini menjadi tantangan bagi LASQI Provinsi Maluku
dalam menggerakkan seni qasida sebagai sarana dakwah di Maluku yang cukup efektif
menggerakkan massa.
Pergeseran ini tampak dalam pertumbuhan dan perkembangan seni budaya Islam di
Maluku mengalami pergeseran nilai-nilai spiritualitas dan diduga adanya peran seni
budaya Eropa karena kekuasaan yang cukup sistematis dan didukung oleh kekuatan
politik yang cukup lama di Maluku maka seni qasidah di Maluku mulai berkurang
semangat spiritual dari khas musik Maluku. Realitas ini menjadi tantangan LASQI
Provinsi Maluku sebagai lembaga yang berkecimpung di dunia seni qasidah. Ketika
realitas ini dibiarkan pertumbuhan dan perkembangannya maka seni budaya Islam di
Maluku kurang berdampak pada media perbaikan spiritual tetapi akan memberikan ajang
perkelahian jika terjadi persaingan secara kompetitif. Hal ini tidak boleh terjadi untuk
mempertahankan identitas seni sebagai pusat pencerahan rohani bukan sekedar pentas
lirik dan musik tetapi ada semangat spiritual yang menjadi ruh dari sebuah seni qasidah
yang original.
Persaingan yang tidak sehat ketika potensi sektarianisme dalam memahami seni
mulai berubah menjadi superioritas seseorang. Provinsi yang berjejer pulau-pulau dan
teratur panorama alamnya oleh pulau-pulau kecil dan dipisah oleh lautan yang biru
memiliki berbagai macam bunyi, tangga nada, tarian syawat, hadrat, dan berbagai macam
tarian yang memiliki citra seni yang cukup tinggi ketika penerimanya memahami dan
memaknai seni itu sebagai media mencapai ketakjuban pada Pencipta Seni yaitu Allah
swt. Dikatakan memiliki citra seni yang cukup tinggi karena banyak pesan dialektika seni
qasidah yang membutuhkan penjelasan, penjelajahan, yang mendalam untuk mengeja dan
memberi nama, pengertian, yang tampak dalam lakon seni budaya Islam di Maluku.
Keadaan ini membutuhkan seniman yang pandai menyuguhkan seni qasidah yang dapat
memberikan pencerahan kepada masyarakat.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 60
Menurut Hamza Silawane sebagai praktisi seni budaya Islam di Maluku
mengungkapkan bahwa, jika kita ingin membuat database seni budaya Islam maka kita
akan mendapatkan kurang lebih 99 jenis bunyi musik yang ada di Maluku yang
bertebaran diberbagai pulau-pulau kecil di Maluku.78
Jumlah ini cukup besar, inilah yang
disebut oleh para peneliti seni bahwa Maluku adalah perpustakaan hidup yang
monumental. Kekayaan paradigma seni qasidah Islam bila didokumentasikan secara rapi
dan sistematis sebagai warisan generasi selanjutnya. Ketika seni qasidah ini menjadi
warisan maka pentas seni pada generasi selanjutnya juga akan disemangati oleh nuansa
dakwah sebagai alat komunikasi spiritual bagi umat Islam di Maluku.
Pentas seni budaya di Maluku masih banyak seni qasidah yang orisinil dan dapat
dipentaskan berdasarkan klaster dan daerah masing-masing di Maluku. Misalnya seni
qasidah hadrat, syawat, samra, semua daerah memiliki corak tersendiri. Kemajemukan
karakter seni ini membuktikan bahwa Maluku adalah gudangnya seni yang tidak pernah
dieja fakta-faktanya secara cermat dan sistematis. Hal inilah yang menjadi karifan seni
budaya sebagai dinamika dakwah yang efektif dan mudah diterima oleh masyarakat
lewat keindahan syair dan kemerduan arnasemen musik.
LASQI Provinsi Maluku berkeyakinan bahwa jika peradaban kearifan seni budaya
Islam ini tidak dihiraukan, tidak direkam dalam sebuah narasi, tidak dikembangkan maka
karunia Tuhan yang besar itu akan punah ditelan dan didominasi oleh penjajahan
moderen. Kerpihatinan ini tentunya tidak berbuah peradaban bagi generasi selanjutnya
jika LASQI Provinsi Maluku tidak memliki kepekaan budaya untuk merekam kembali
jejak-jejak seni budaya Islam di Maluku. Bagi praktisi dakwah Maluku adalah kota seni
dan pendekatan dakwah yang baik ketika mubalig menyampaikan dengan seni qasidah.
Sebagai contoh imam besar masjid al-fatah ketika mendengar lagu qasidah dari Umi
Kalsum jiwanya selalu bergetar memuji Allah, ini contoh bahwa seni memiliki citra
tersendiri dalam menyebarkan pesan-pesan dakwah di Maluku.
Kearifan dawkah yang berbasisi seni qasidah sampai saat ini, menghadapi tantagan
yang cukup berat dari imprealisme peradaban moderen dengan suguhan seni yang kering
78Hamza Silawane Praktisi Seni Lagu, wawancara oleh penulis di café Lela di Kota Ambon 20
Januari 2013.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 61
dengan semangat spiritual sehingga praktisi dan ilmuan seni qasidah menjaga budayanya
agar tetap lestari dan dapat dirasakan oleh generasi selanjutnya. Tak dapat dipungkiri
penjajahan budaya dari dunia global di dunia ketiga (negara muslim) termasuk Maluku
memporak-porandakan struktur kearifan lokal ketika seni budaya Islam tidak mampu
mempertahankan eksistensinya.
Maluku yang berjejer pulau-pula kecil yang bergandeng mesra laksana percikan
sorga yang itu dan sampai saat ini belum di data, ditata, dan belum ada sistem ketahana
budaya yang kuat dari penggalian ekspresi seni budaya Islam secara maksimal. Semangat
seni yang dinamika dakwah dalam Seni Qasidah di Maluku cukup memberikan kontribusi
dalam mencerahkan masyarakat Maluku.
1. Hubungan Seni qasidah dan Spiritualitas di Kota Ambon
Hubungan secara tidak langsung antara seni qasidah dengan karakter keagamaan
praktisi seni qasidah di kota Ambon secara sepintas tidak dapat dirasakan tetapi secara
parsial dapat dideskripsikan bahwa ada pergerakan dinamika dakwah dalam beberapa
aspek di kota Ambon misalnya aspek pada busana, aspek lirik lagu, dan aspek aransemen
musik. Hubungan spiritualitas antara lagu qasidah dan agama ketika menjelang bulan
suci ramadhan rekaman lagu qaisdah mulai semarak dipasaran. Hal ini menunjukkan
bahwa ada hubungan erat antara seni qasidah dengan pemahaman spiritualitas di tengah
masyarakat Maluku.
Ketika menggunakan reception theory Syekh Ali Mahfuz dalam menelaah ekspresi
seni qasidah di kota Ambon maka ada beberapa hal yang dapat diketahui antara lain;
Pertama, praktisi seni di Kota Ambon belum sampai pada level keyakinan pada
Tuhan. Hal ini berarti peran seni yang mereka lakoni belum maksimal
mencerdaskan kondisi spiritual.
Kedua; pada level prilaku praktisi dan penikmat seni belum mampu merubah pola
pikir dan tradisi hidup sesuai dengan tuntutan lirik lagu yang dinyanyikan lagu dan
instrumen musik hany sampai pada tepian jiwa dan akal semata, sehingga kurang
berimplikasi pada tata-tertib hidup atau bisa disebut belum maksimal memberikan
kontribusi pada kecerdasan syari’ah.
Ketiga; praktisi dan penyanyi serta penikmat seni belum mampu secara maksimal
merubah prilaku akhlaq. Realitas ini membuktikan bahwa seni qasidah di Maluku
hanya sebatas pentas. Dalam aspek lain seni qasidah mampu memengaruhi
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 62
masyarakat untuk menyaksikan pentas tersebut. Gambaran realitas tersebut dalam
perspektif para ahli sastra qasidah memberikan gambaran bahwa pentas seni
qasidah mampu memberikan kontribusi dalam dinamika dakwah dalam beberapa
aspek tetapi belum mampu berimplikasi pada kecerdasan psikomotorik sesuia
pesan-pesa dakwah dalam syair-syair lagu yang dikemas dengan aransemen muzik
yang baik.
C. Peran Seni Qasidah Dalam Menggerakkan Dakwah
Penerimaan penikmat seni dari ketiga faktor tersebut menurut para ahli seperti
Hans Georg Gadamer yang dikutip oleh Nyoman Kutha Ratna memberikan gambaran
dan penjelasan bahwa peranan penikmat seni lebih memperhatikan pada sarana bahasa
tetapi belum pada implikasi pada prilaku, tetapi mampu memberikan pencerahan secara
kognitif.79
Pandangan menurut para ahli sasrta seni qasidah ini jika dilihat dari aspek
dakwah cukup memberikan dinamika dalam proses penyadaran busana, lirik lagu maka
syair lagu tersebut bisa dilagukan sehingga dapat berimplikasi pada level kognitif secara
efektif.
Dinamika dakwah dalam seni budaya qasidah di Maluku secara historis telah
berdiri pada tahun 1500-1600 setelah benteng Nossa Seinhora da Annuciada didirikan.
Saat didirikan pertunjukkan seni qasidah sudah mulai diperkenalkan oleh bangsa
Belanda.80
Karena banyaknya artefak sejarah seni budaya Islam yang tersebar secara
verbal di kalangan umat Islam di Maluku maka kami dari LASQI berusaha
mendokumentasikan semua artefak seni budaya Islam di Maluku yang telah berproses
panjang di atas panggung peradaban sejarah kemanusiaan.
Pemerintah kota Ambon menyiapkan konsep pagelaran seni budaya lokal sebagai
wujud implementasi penetapan Ambon sebagai kota musik. "Kami sedang menyiapkan
konsep pagelaran seni budaya lokal dengan menampilkan musisi lokal setiap bulan.
Kegiatan ini dilakukan sebagai wujud penetapan Ambon sebagai kota musik oleh
Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu dan Wali kota Ambon, Richard Louhenapessy
pada 8 Oktober 2011," kata Wakil Wali kota Ambon, Sam Latuconsina, Rabu.
79
Nyoman Kutha Ratna, Teori Metode dan teknik Penelitian Sastra: Dari Strukturalisme Hingga
Possturkturalisme Perspektif Wacana Naratif (Cet. X; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 164
80Des Alwi, Sejarah Banda Neira; edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: Pustaka Al-Bayan, 2010), h.11.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 63
Menurut dia, kegiatan ini berbentuk pagelaran seni budaya dan akan berlangsung
setiap bulan dan difokuskan di kawasan taman Pattimura dan Monumen Gong
Perdamaian Dunia (GDP). "Kegiatan yang dijadwalkan setiap awal bulan itu akan
dikoordinasikan dengan pihak ketiga, sehingga diharapkan menjadi industri baru bagi
pelaku seni di kota ini," katanya.
Pagelaran seni ini, kata Latuconsina, akan menampilkan beragam tarian,
kebudayaan dan musisi lokal sehingga dapat dinikmati warga kota maupun wisatawan
mancanegara. "Warga kota dapat menyaksikan pagelaran ini sebagai wujud pelestarian
budaya, sekaligus ajang promosi kepada wisatawan yang sedang berkunjung di Ambon,"
katanya.
Ia menjelaskan, kegiatan ini juga akan menjadi program pemerintah ke depan
sebagai sarana pengembangan pariwisata Ambon. "Fakta membuktikan orang Ambon
memiliki talenta bermusik dan kearifan lokal yang tinggi, karena itu kegiatan ini tidak
hanya menjadi wacana tetapi akan diwujudkan dalam atraksi seni," ujarnya. Diakuinya,
musik adalah bahasa universal yang mampu menembus segala perbedaan dan sekat yang
memisahkan hubungan persaudaraan.
"Musik juga mampu menjembatani hubungan serta perbedaan bahasa, suku dan
agama. Karena itu musik serta kebudayaan lokal harus dilestarikan dengan baik agar
tidak tergerus arus modernisasi," kata Latuconsina. Ia menambahkan, kegiatan ini juga
diharapkan menjadi pemersatu hubungan Pela Gandong antar warga kota Ambon paska
konflik antarwarga 11 September 2011. "Kita akan pakai ini sebagai saran pemersatu
hubungan persaudaraan sehingga segala bentuk upaya provokasi dapat ditepis dengan
kegiatan seni budaya," ujar Sam Latuconsina.
Dari perjalanan sejarah seni qasidah di Maluku dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel Sejarah Pertumbuhan dan perkembangan Sanggar dan LASQI Provinsi Maluku.
Tahun Nama Sanggar Nama Seniman
1970 Sanggar Angin Mamiri:
Pembinaan dalam sanggar ini lebih banyak
didominasi dari tradisi seni dari Sulawesi
Selatan yang dikenal dengan Seni
Orkestra.
Akmal,
Ibu Andi Firman
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 64
1980 Sanggar Al-Munir:
Pembinannya di Gropu Qasidah di
Ponegoro dan Air Mata Cina. Tim ini
pertama kali berjumlah 60 peserta dalam
satu group kolaborasi. Dan batu Merah
Nn Nena, dan Husein
Jawana
Latif Wala, Ibu Lili
Kusuma
Abd. Rahman Kho
1980 Sanggar Air Salobar Pak Semarang
1980 Dalam group ini berkembangan menjadi
Group Nurul Bahri, dan Ristce di tana
lapang kecil (talake) dengan groupnya
mayangsari.
Jufri Walupi,
Ahmad Bahaweres,
Efendi Patti
1990 Pada tanhun ini Sanggar yang
bermunculan antara lain adalah :
- Sanggar Mawar Jingga di Tanah
Lapangan Kecil (Talake).
- Sanggar al-Amri di Poka yang
dimpimpin oleh Ibu Amiruddin
- Sanggar As-Syukur di ASTER
Ibu Amiruddin
1993 Semenjak dibentuknya Lembaga Seni
Qasidah Islam sistem perubahan
pembinaan mulai berubah menjadi sistem
seni qasidah klasik yang dikolaborasikan.
Ny. Hani Latuconsina
1996 Sejak on airnya TVRI Ambon
perkembangan seni budaya Islam di
Maluku Khusunya seni qasidah tumbuh
bagaikan jamur karena akan
mengekspresikan sanggarnya di dunia
pertelevisian.
Ny. Hani Latuconsina
1. Prestasi Seni Qasidah sebelum Konflik dan Pasca Konflik
Perkembangan seni budaya Islam khususnya Qasidah saat kerusuhan macet total,
hal ini disebabkan tidak adanya konsentrasi pada seni budaya saat itu karena semua
umat Islam di Sibukkan dengan peran antar agama yang di awali dengan kesenjangan
sosial dan politik turunnya Suharto sebagai presiden RI. Pada tahun 2000 Sekolah Tinggi
Agama Islam (STAIN Ambon) mempelopori munculnya kembali seni budaya Islam
dengan membuat tiga Group yang dikembangkan oleh Ibnu Jarir salah satu pegawai
STAIn yang mempunyai konsentarsi untuk mengembangan seni budaya Islam di Maluku.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 65
Pembinaan ini memberikan dampak positif karena dapat meraih juara 2 sebagai group
teraik pada pertandingan qasidah tingkat Nasional di Jakarta.
Setelah munculnya Lembaga pembinaan Qasidah yang bernama LASQI (Lembaga
Seni Qasidah Islam) pada tahun 2005 yang dipimpin oleh Ibu Hani Latukonsina Istri
wakil Gubenrnur Maluku (Memet Latuconsina) pada masa kepemimpinan Ibu hani
Latuconsina ini peserta Qasidah Provinsi Maluku mendapat juara III untuk qasidah
kolaborasi.
Pada tahun 2006 LASQI Provinsi Maluku mengikuti festival qasidah bintang
vokalis mendapat juara 1(satu) Putri (Fika Rumadai) dan juara III putra dan juara harapan
II. Pada tahun 2007 festival qasidah yang diadakan di Provinsi Maluku sebagai tuang
rumah mengikuti semua kategori dan Provinsi Maluku berhasil mendapat juara umum
dan pelaksanaan LASQI terbaik sejak adanya festival LASQI di Indonesia. Dengan
prestasi yang didapatkan sebagai berikut;
a. Festivasl Qasidah di Provinsi Maluku.
Juara I Kolaborasi Putri Kontingen Maluku
Juara I Bintang Vokalis Putra Dewasa Kontingen Maluku
Juara I Bintang Vokalis Putri Dewasa Kontingen Maluku
Juara Harapan III Bitang Vokalis Dewasa Putra Kontingen Maluku
Juara Harapan III Bitang Vokalis Dewasa Putri Kontingen Maluku
Juara Harapan I Klasik Remaja Putra dan Putri Kontingen Maluku
Juara Harapan I Klasik Dewasa Putri Kontingen Maluku
b. Festivasl Qasidah di Batam pada tahun 2009
Juara I Putra anak-anak (Abd. Rahman
Waraiya)
Kontingen Maluku
Juara I Bintang Vokalis Remaja Putri
(Nurul Toisuta)
Kontingen Maluku
Juara III Bintang Vokalis Remaja Putri Kontingen Maluku
Juara II Bintang Vokalis Anak-anak putra Kontingen Maluku
Juara III Qasidah Klasik Putra Kontingen Maluku
Juara Harapan I Remaja Klasik Putri Kontingen Maluku
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 66
c. Festivasl Qasidah di Batam pada tahun 2010.
Juara III Bintang Vokalis Remaja Putra Kontingen Maluku
Juara III Bintang Vokalis anak-anak Putra Kontingen Maluku
Juara Harapa I Bintang Vokalis Anak-anak putra Kontingen Maluku
Juara Harapa I Bintang Vokalis Anak-anak putri Kontingen Maluku
Juara Harapa I Bintang Vokalis Dewasa Putri Kontingen Maluku
Dari penampilan dari tahun ke tahun provinsi Maluku mampu berkompetisi di
nasional bahkan di dunia Internasional di Turki.
2. Makna Filosofis Sanggar Sari el-MULUK.
Pengertian Sanggar Sari el-Muluk dari aspek etimologi terdiri dari kata ‚sari‛,
‚el‛, dan Muluk. Kata ‚SARI‛ dapat dimaknai bahwa seni itu lahir dan hadir dari budi
dan daya. Menurut Kamus besar bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai bahasa
bahwa kata budi itu adalah; membalas jasa, berbuat kebaikan untuk tanda terima kasih
atas kebaikan yang lahir dari sari patih nurani yang suci. yang bersumber dari sukma
yang murni dan mencerahkan. "el‛ dapat diartikan dalam filosofinya adalah spirit
kecerdasan spiritual, kecerdasan intelektual, dan kecerdasan sosial. Ketiga kekuatan
inilah yang menjadi spirit memperjuangan dalam melayani dan memperjuangkan hak-hak
orang lain melalui pendekatan dan pelayanan seni budaya di Maluku. Dari nama ini
secara kognitif memiliki dinamika dakwah dalam Seni Qasidah di Maluku cukup
memberikan kontribusi dalam mempertahankan nilai-nilai spiritualnya sebagai seni yang
Islami.
Sementara makna ‚MULUK‛ dalam literasi Arab dimulai dari huruf ‚M‛yang
bermakna sesuatu tumpuan, dalam bahasa Inggris disebut something artinya sesuatu yang
penting. Tetapi jika disambung bermakna Kerajaan. Tepi spirit Muluk ini yang menarik
dimulai dari huruf ‚M‛ dalam huruf hijaiyyah ‚Mim‛ yang memiliki makna sesuatu
dalam sesuatu. Secara terminologi adalah ‚MULUKU‛ seseorang yang memiliki
kemampuan dan akan menjadi tumpuan umat manusia, karena spirit perjuangannya lahir
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 67
dari keyakinan sugesti kemuliaan dan mampu menjadi payung keselamatan pada sesama
umat manusia.
Dari pergertian terminologi di atas dapat difahami bahwa Sari el-Muluk adalah;
Organisasi Seni Budaya yang memiliki spirit perjuangan yang memiliki kepedulian tinggi
untuk merawat, menjaga, mencerahkan, dan memelihara kekayaan peradaban seni budaya
di Provinsi Maluku. Argumentasi dari makna etimologi Sari el-Muluk tersebut sehingga
secara terminologi Sari el-Muluk adalah kreativitas yang lahir dari pikiran yang jernih
(saripatih madu) sehingga menghasilkan produk seni budaya yang lahir dari jiwa yang
bersih, memiliki berbudi pekerti yang dapat membuahkan karya seni yang memiliki
nilai-nilai etika dan estetika serta bermanfaat bagi pengembangan khazanah seni budaya
di Maluku.
Selain makna itu juga spirit kata sari el-Muluk lahir dari dua tokoh besar yang cinta
pada seni budaya di Maluku yaitu; Ir. Said dan Retty dari nama ini muncullah kata
‚SARI‛ sementara kata Al-Muluku itu Mereka berdua tinggal lama berkelana dengan
dunia seni sehingga dalam kondisi apapun kedua tokoh ini sangat peduli terhadap
pengembangan seni budaya di Maluku.81
Dari nilai-nilai etika dan estetika tersebut di atas sehingga dapat di makna secara
filosofis bahwa ‚saripatih seni budaya‛ adalah spirit yang lahir dari akar budaya yang
universal yang lahir dari rahim kebudayaan masyarakat Maluku sebagai kekayaan
peradaban di Indonesia.
Khazanah kekayaan seni budaya inilah sebagai salah satu pilar kekuatan
menggerakkan dan menjadikan Maluku sebagai destinasi wisata seni budaya di bagian
timur Indonesia. Hal ini sesuai tertuang dalam perjuangan sanggar LASQI Sari el-Muluk
di bawah pimpinan Ny. Hj. Retty Assagaf sebagai salah satu destinasi wisata spiritual,
intelektual, dan sosial, bagi dunia internasional dalam menggerakkan seni budaya di
Maluku sebagai salah satu kekayaan peradaban seni budaya di Indonesia.
3. Jejak Historis Ide dan Gagasan Sanggar
81
Muhammad Aji, Sekretaris Sanggar Sari El-Muluk Provinsi Maluku, wawancara oleh Penulis di
Rumahnya di BTN Kanawa 23 Mei 2013.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 68
LASQI Provinsi di bawah Pimpinan Ny. Hj. Retty Assagaf sebagai salah satu
destinasi wisata spiritual, intelektual, dan sosial. Hal ini tampak dari pikiran-pikirannya
dalam dunia seni budaya dalam menggerakan seni budaya khususnya seni budaya Islami
pada tanggal 4 Mei 2012. Materi rapat itu membahas tentang pemanfaatan kreativitas
pemuda yang tergabung dalam sanggar Sari el-Muluk dalam mengisi acara di MTQ ke-24
tingkat Nasional di kota Ambon. Hasil rapat tersebut melahirkan program sanggar Sari
el-Muluk untuk mengisi acara ramah tamah dan pawai ta’ruf pada pembukaan MTQ
Nasional di Provisi Maluku.
Pada tanggal 10 Mei 2012 di rumah kediaman Ketua LASQI Provinsi Maluku Ny.
Hj. Retty Assagaf menyepakati untuk dibentuk Sanggar yang diberi nama ‚Sari el-
Muluk‛ . Kata Sari adalah akronim dari nama tokoh besar di Maluku sejak kecil bergelut
dengan seni budaya dan ide-ide pikirannya dan petuah-petuah bijaknya selalu memiliki
filosofi yang lahir dari kapata-kapata dari warisan para leluhur yang memiliki kedalaman
spiritual seni yang sangat tinggi. Kesibukan yang padat tetapi pendekatan kearifan seni
budaya lewat sentuhan pikiran yang indah di tengah derasnya persoalan sehingga ia
digelar sebagai seniman Maluku.82
Di sebut seniman Maluku berdasarkan dilektika
kesenian dalam menata pikirannya dalam melayani sesama umat manusia.83
Setiap
pikirannya berakar dari mata air seni budaya Maluku, Pikiran-pikiran yang eksotik itu
sehingga direkam oleh Ny. Retty Assagaf bahwa nama Sangga tersebut adalah Sanggar
Sari el-Muluk.
Sanggar Sari el-Muluk ini lahir pada tanggal 19 Mei 2012 di rumah kediaman
Wakil Gubernur Provinsi Maluku Ir. Said Assagaf. Karena kepedulian yang tinggi pada
seni dan budaya maka para praktisi semiman di Maluku bersepakat memilih Ny. Hj.
Retty Assagaf sebagai ketua sanggar Sari el-Muluk di Provinsi Maluku. Pada hari itu
juga praktisi semiman Maluku yang telah lama bergelut di dunia seni Qasidah bernama
Hamja Silawane ditunjuk langsung oleh Ny. Hj. Retty Assagaf sebagai ketua Sanggar
dan Ibnu Jarir sebagai sekretaris sanggar. Setelah terbentuknya sanggar tersebut maka
82Ir. Said Assagaf dan Ny. Hj. Retty Assagaf
83Ibnu Jarir, Sekretaris Umum Sanggar Sari El-Muluk Provinsi Maluku, wawancara oleh Penulis di
Rumahnya 12 Mei 2013.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 69
ketua dan sekretaris yang telah ditunjuk segera membuat program untuk mengisi acara di
MTQ ke-24 di Kota Ambon.
4. Konsep Seni Qasidah
Jeziratul Muluk adalah kota seni karena memiliki artefak budaya dan spirit yang
tampak dalam ekspresi masyarakat Maluku. Secara geografis Provinsi ini berjejer teratur
panorama alamnya oleh pulau-pulau kecil, yang memiliki berbagai macam bunyi, tangga
nada, tarian sawat, hadrat, dan berbagai macam tarian yang memiliki ekspresi seni yang
cukup tinggi. Dikatakan memiliki ekspresi seni yang cukup tinggi karena banyak nilai
yang berlapis-lapis dialektika ekspresi seni yang membutuhkan penjelajahan untuk
mengeja dan memberi nama, pengertian, dan definisi yang tampak dalam lakon seni
budaya Islam.
Menurut Hamja Silawane sebagai praktisi seni budaya Islam di Maluku
mengungkapkan bahwa jika kita ingin membuat database seni budaya Islam maka kita
akan mendapatkan 500 jenis bunyi musik yang ada di Maluku yang bertebaran diberbagai
pulau-pulau kecil di Maluku.84
Jumlah ini cukup besar dan akan memberikan banyak
paradigma seni budaya Islam bila didokumentasikan secara rapi dan sistematis.
Pernyataan Silawane ini jika dilihat dari aspek historisnya maka sangat memungkinkan
karena Jeziratul Muluk pernah ditempati oleh berbagai ekspresi budaya dari berbagai
negara. Hal inilah yang menjadi asumsi bahwa kekayaan seni budaya Islam di Maluku
diwarnai dari berbagai warna negara yang pernah bercocok tanam seni budaya sehingga
Jeziratul Muluk kaya dengan paradigma dialetika khazanah eksotis dan resonansi budaya.
Kekayaan itu bisa musnah jika tidak ada kepedulian dari masyarakat, dan
pemerintah untuk mengumpulkan dan mendokumentasikan melalui riset ilmiah secara
maksimal. Kondisi ini yang memacu motivasi pengurus sanggar sari el-Muluk Provinsi
Maluku. Ide ini lahir dari pertemuan Café Lela pada tanggal 19 Januari saat melakukan
diskusi untuk membicarakan konser pagelaran seni budaya Islam, untuk perayaan maulid
Nabi Muhammad saw. Dalam diskusi tersebut hadir pengurus sanggar sari el-Muluk
84Hamza Silawane Praktisi Seni Lagu, wawancara oleh penulis di café Lela di Kota Ambon 20
Januari 2013.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 70
Provinsi Maluku antara lain saudara Ibnu Jarir, Hamja Silawane, Aji, Hasan Karim,
Gatot, Manan Kiat, Endang Gimin, Gatot, Salem Risa Hondua, dan Dr. Syarifudin.
Diskusi tersebut menarik untuk mencermati dalam meningkatkan khazanah seni
budaya Islam di Maluku dan di Indonesia pada umumnya. Ekspresi seni budaya Islam
sebagai kekayaan peradaban umat Islam di Maluku sebagai bentuk karunia Tuhan yang
perlu di dokumentasikan lewat diskusi ilmiah untuk memberikan pelajaran hikmah pada
umat manusia melalui pendekatan seni budaya. Semua kearifan yang Tuhan anugrahkan
kepada manusia melalui ekspresi seni budaya di Maluku sampai saat ini belum dikemas
secara baik sehingga destinasi budaya di Maluku masih perlu dikembangkan.
Pengembangan seni budaya di Maluku menurut Ny. Hj. Retty Assagaf sebagai
pembina mengungkapkan bahwa jika kearifan lokal seni budaya ini tidak dihiraukan dan
tidak direkam dalam sebuah tulisan maka karunia Tuhan yang besar itu akan punah.
Kerpihatinan inilah sehingga pemuda yang cinta pada seni budaya mulai digerekkan
sehingga lahirlah sanggar Sari el-Muluk di Provinsi Maluku. Melalui sanggar Sari el-
Muluk inilah kita memiliki kesadaran dan kepekaan seni budaya dengan merekam
kembali jejak-jejak seni budaya Islam di Maluku.
Sampai saat ini, entah kapan peradaban moderen menyudahi gerakannya di dunia
ketiga termasuk Maluku memporak-porandakan struktur kearifan lokal seni budaya Islam
di Indonesia termasuk seni budaya Islam di Maluku tujuannya para kapitalis dan
imprealisme untuk merusak struktur sosial di tengah masyarakat. Maluku yang berjejer
pulau-pula kecil yang bergandeng mesra laksana taman sorga sampai saat ini belum di
data, ditata, dan belum ada penggalian ekspresi seni budaya Islam secara maksimal.
Kota Ambon tempat sanggar Sari el-Muluk menggerakkan seni budaya Islami yang
berada di tengah kota sepanjang pesisir dan dalam teluk Ambon, dan luas teluk Baguala
yang luasnya 277 km2 ini merupakan ibu Provinsi Kepulauan Maluku. Maluku di dunia
Internasional dikenal dengan nama Moluccas (Seribu Pulau) atau Jaziratul Mulk(tanah
raja-raja).85 Setiap kepulauan di Maluku memiliki keragaman seni budaya budaya,
85M. Shaleh Jamal (84 Tahun) Mantan Raja Larike di Kecamatan Leihitu Barat Wawacara tanggal
5 Januari 2012.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 71
kekayaan budaya ini menunjukkan adanya dinamika sosial yang terpancar dari ekspresi
seni budaya Islam yang tampak pada di tengah masyarakat.
Maluku pada masa lalu telah banyak bangsa dari berbagai negara baik dari Timur
Tengah, Eropa, dan yang bercocok tanam kebudayaan dari berbagai negara sehingga
banyak dialektika seni budaya Islam dan peristiwa sejarah kemanusian dalam bidang seni
budaya Islam.
Buah pikiran bangsa-bangsa dari berbagai negara tersebut pentas sejarah di Maluku
sebagai pusat rempah-rempah dunia pada masa itu para pedagang dari Arab, Cina,
Portugis, Inggris, India, Belanda, dan Jepang.86
Semua bangsa-bangsa ini bermukim
dihampir seluruh pelosok Maluku yang juga turut mewarnai sejarah seni budaya Islam di
Maluku.87
Hal inilah yang akan menjadi kajian sanggar Sari el-Muluk Provinsi Maluku
untuk merekam pertumbuhan, perkembangan, dan keruntuhan seni budaya Islam di
Maluku.
Secara historis masa budaya kolonialisme meninggalkan artefak sejarah sebagai
salah satu bentuk seni budaya. Kota Ambon sebagai tempat berdirinya sanggar Sari el-
Muluk telah berdiri pada tahun 1500-1600 setelah benteng Nossa Seinhora dan
Annuciada didirikan oleh penjajahan bangsa Belanda. Artefak benteng tersebut dirubah
pada tahun 1602 menjadi Benteng Kastel Victoria.88
Semua bentuk arkeologi ini
merupakan artefak sejarah seni budaya Islam yang tersebar secara non verbal dan verbal
di tengah umat Islam di Maluku. Kekayaan inilah yang akan dijadikan sumber energi
untuk menggerakkan sanggar Sari el-Muluk serta berusaha untuk mendokumentasikan
semua artefak seni budaya di Maluku. Peradaban seni budaya ini jika di mulai pada tahun
1500 maka karya-karya seni budaya yang telah berproses panjang berumur 153 tahun,
telah berkipra di atas panggung peradaban sejarah kemanusiaan di Maluku, tetapi sampai
saat ini belum digali dan dikemas menjadi kekayaan seni budaya dan khazanah
intelektual bagi kemaslahan umat manusia.
86Des Alwi, Sejarah Banda Neira; edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: Pustaka Al-Bayan, 2010), h.vii.
87Abdullah Lausepa Mantan Raja Larike periode 1960-1998, wawancara dirumahnya 17 Oktober
2011.
88Des Alwi, Sejarah Banda Neira; edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: Pustaka Al-Bayan, 2010), h.11.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 72
5. Konsep Pagelaran Seni Budaya
Sanggar Sari el-Muluk binaan Ny. Retty Assagaf ini pertama kali dibahas
konsepnya pada tanggal 29 Desember 2012. Pengurus setelah mendapat ide-ide brilian
dari Ny. Retty Assagaf sebagai pembina sanggar Sari el-Muluk para pengurus sanggar
melakukan brainstorming untuk mencurahkan pemikiran yang cemerlang dari para
anggota sanggar yang telah memiliki pengalaman dalam membuat pagelaran seni. Model
diskusi yang dilakukan cukup tertib karena ada penetuan tema/topik oleh H. Muhammad
yang sering akrab dipanggil Aji ini cerdas menata diskusi sehingga setiap tema-tema
pembahasan mendapatkan kesimpulan yang berisi, padat, dan terukur dalam memaknai
ide dan gagasan Ny. Retty Assagaf dalam mengembangkan seni budaya Maluku dalam
sebuah pentas seni.
Selain itu juga gagasan-gagasan yang dilontarkan oleh Saudara Aji, Ibnu Jarir,
Hasan karim, Endang Gimin, Hamja Silawane, dan Nan kiat. Praktisi seni ini banyak
pengalamannya dalam membuat pagelaran sehingga semua ide itu disaring dan didebat
sehingga mendapatkan konsep pagelaran yang maksimal. Walaupun memang tidak
mudah menterjemahkan pemikiran dan keinginan Ibu Retty Assagaf dalam mewujudkan
sebuah pagelaran yang indah ditonton dan masyarakat mendapat pencerahan untuk selalu
menjadikan Rasulullah saw sebagai panutan dalam mendesain pola hidup yang damai
serta mengedepankan sifat akhlaqkul qarimah.
Para anggota sanggar Sari el-Muluk ini pertama kali melakukan diskusi penguatan
program di rumah café kampung Raja kopi Doloe yang berlokasi di Jl. A.M. Sangaji.
Ditempat inilah para pengurus sanggar yang juga sebagian besar adalah praktisi seni
budaya Islam masing-masing mencurahkan idenya dan pemikiran untuk mendapatkan
konsep yang terbaik tentang bagaimana cara mengemas kelahiran Rasulullah saw sampai
Nabi meninggal dunia.
Mendesain satu pegelaran akbar memang membutuhkan konsep pagelaran seni
budaya yang dapat memanjakan mata, telinga, dan perasaan para penontong untuk
mengingatkan kembali rasa cintanya pada Rasulullah saw sebagai suri tauladan dalam
memimpin alam semesta sehingga menguasai 1/5 isi permukaan bumi dalam jangka
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 73
waktu 23 tahun. Menurut Ny. Retty Assagaf bahwa inspirasi spirit ketauladan-Nya
Rasulullah saw adalah kekuatan untuk membangun bangsa jika kita mampu menggali
sebagian spirit akhlak Rasulullah dalam memimpin maka masyarakat semua pasti
terlindungi hak-haknya sebagai umat manusia. Dari gagasan Ny. Retty Assagaf inilah
sehingga pagelaran sendratari dapat dikemas dalam retorika pagelaran kolosal.
No Materi Diskusi Kesepakatan Langkah yang
dilakukan
Duras
i
waktu
1 Penentuan
tema/topik
diskusi
Pegelaran sendratari
yang menceritakan
kelahiran Rasulullah
saw sampai beliau
meninggal dunia.
Semua pemikiran dan
argumentasi tidak
keluar dari tema yang
sudah ditentukan
5
Menit
2 Menentukan
target pencapaian
Acaranya harus besar
dan meriah serta
mampu memikat tamu
yang menyaksikan
pagelaran dakwah
melalui peringatan
Maulid Nabi besar
Muhammad saw.
Targetnya
mendramatisir keadaan
sejarah Nabi untuk
membangkitkan rasa
cinta masyarakat pada
Nabinya yang telah
memberi suritauladan
kepemimpinan yang
mengayomi semua
warna, suku, agama,
dan golongan.
Semua anggota
sanggar Sari el-Muluk
berhak mengeluarkan
ide agar untuk
tercapainya acara
pagelaran sendratari
maulid Nabi
Muhammad saw.
7
Menit
3 Penentuan
pendukung acara
pagelaran
Disepakati pendukung
acara sendratari kolosal
sebanyak 350
pendukung acara yang
diambil sekolah SMU
dengan kerjasama
dengan guru yang
menjadi pendamping
siswa saat melakukan
Membuat surat ke
sekolah-sekolah untuk
diadakan seleksi
peserta pendukung
acara sendra tari. 1
hari mengantar surat,
dan hari ke 3 datang
seleksi
3 Hari
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 74
latihan.
5 Diskusi mencari
pendukung acara.
SMU, SMK
Muhammadiyah, SMK
Al-Wathan, Madrasah
Aliyah Wara (Kembang
Buton), SMU Al-Fatah,
SMU 13, SMU 11, dan
SMU Muhammadiyah.
Datang kesekolah
dengan melakukan
pendekatan
komunikasi empati
yang dipimpin oleh
Hamja Silawane
sebagai ketua Sanggar
Sari el-Muluk.
3 Hari
6 Mengelompokka
n pendukung
acara sesuai
bakatnya masing-
masing
Menyerahkan pada
pelatih masing-masing
agar dapat mengajar,
mengkoordir
pasukannya masing-
masing dalam
mendukung acara.
Memilih pendukung
acara yang tipe
penari, penyanyi, dan
tipe pembaca puisi
sesuai kebutuhan
acara yang dibuat dan
target pencapaian
yang akan di jangkau
sesuai kompetensi
siswa yang ada.
1 Jam
7 Penentuan uang
transport, dan
jadwal latihan.
Memaksimalkan
penggunaan dana
transportasi dengan
baik agar efisiensi dan
efektifitas dana bisa
mendukung acara lebih
maksimal
Membuat daftar hadir
agar uang transportasi
bisa maksimal
berfungsi dengan
baik.
15
Menit
8 Gladi kotor Semua pendukung
acara tampil maksimal
untuk mendukung acara
pagelaran sendra tari
yang baik
Melakukan korodinasi
sesuai tanggung
jawab-masing-masing
9 Pentas Sendratari Membangkitkan
semangat cinta
rasulullah saw
Tampil maksimal
dengan adanya
percaya diri
selesa
i
Dari ide-ide segar dari berbagai anggota sanggar sehingga langkah-langka program
untuk menyukseskan acara tersebut dengan jadwal latihan sebagai berikut:
No Materi Latihan Penanggung Jawab Tempat Latihan
1 Musik Salim Riza Hondua Islamic Center
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 75
2 Tari Endang Gimin, Hasan Karim Islamic Center
3 Pengarah latihan Hamza Silawane Islamic Center
4 Koordinator Latihan Ibnu Jarir,
Abd. Muhammad (Aji)
Islamic Center
5 Pembuat Naskah
Latihan
Fahrurazi, Syarifuddin Islamic Center
6 Penata Rabbana Nan Kiat Islamic Center
Selain itu yang membentuk ekspresi seni budaya Islam dan Kristen di Maluku
menurut Ibnu Jarir menduga juga bahwa seni budaya Islam di Maluku dipengaruhi oleh
budaya-budaya lokal yakni pengaruh Jawa misalnya totobuang itu adalah bentuk
kesenian di Jawa kemudian dikembangan dan disesuaikan dengan kebudayaan di Maluku
sehingga lahirlah seni budaya totobuang. Dalam padangan Hamza Silawane sebagai
praktisi seni bahwa totobuang itu berasal dari nama bunyi dari jenis tipa masjid saat azan
mau dikumandangkan.
Seni musik itu yakni tok-tok bum sehingga diberi nama totobuang. Pandangan ini
relevan dengan paradigma Derida ahli linguistik bahasa mengungkapkan bahwa budaya
yang kuat memiliki potensi besar memengaruhi budaya yang lemah. Misalnya pengaruh
bahasa jawa di Indonesia yang ditayankan di media massa kerap kali turut membentuk
satu budaya baru di Indonesia karena lebih mendominasi konstruksi informasi di dunia
publik.
Realitas itu tampak dalam ekspresi seni budaya di Maluku terdiri dari pengaruh
Eropa, Cina, dan Timur Tengah. Misalnya toto buang, hadrat, syawat, dan dana-dana.
Perkembangan ini sejalan dengan dinamika ekpresi seni budaya Islam di Maluku
memengaruhi warna seni saat ini. Menurut Budayawan Maluku Nur Tawainella, Des
Alwi, dan Hamadi B. Husain mengungkapkan bahwa Corak seni budaya Islam di Maluku
dilatarbelakangi oleh dua budaya besar yakni budaya Timur Tengah dan budaya lokal
Provinsi Maluku.
Kedua seni budaya ini berinkulturasi sehingga tumbuh dan berkembangan satu
genetic baru yang di kenal Seni Budaya Islam al-Muluk (SBIM). Semesta seni budaya
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 76
Islam di Maluku bersumber dari seni qasidah kemudian berkembang sesuai dengan
ekspresi budaya dan kondisi spiritual masyarakat Maluku yang tumbuh dan berkembang
sesuai konteks budaya masing-masing.
Perkembangan seni budaya Islam di Maluku tahun 70-an menurut tokoh-tokoh dan
praktisi seni budaya Islam di Maluku seperti: K.H Ali Fauji, Soleman Drachman,
Abdurrahman Kho, Ajit Bin Taher, Abdullah Pattilow, Hadi Basalamah, dan H. R Sanusi,
Abdullah Hamid. Mochsen Bahawaeres, Sedangkan kalangan Ibu-Ibu.89
Pertumbuhan dan Perkembangan seni budaya Islam di Maluku sangat dipengaruhi
oleh rawi-rawi dalam nada di Barzanji. Pemikiran ini sejalan dengan pandangan Hamza
Silawane dan Ibnu Jarir sebagai praktisi seni qasidah mengungkapkan bahwa proses
perkembangan Seni Budaya Islam di Maluku diawali dengan qasidah sebagai sumber
mata air seni budaya seni budaya Islam.
Qasidah itu awalnya terdiri dari bacaan rawi barzanji kemudian menggunakan tifa,
rebana, dan gambus. Dari sinilah mulai seni qasidah itu tumbuh dan berkembang.
Menurut Syarifudin sebagai peneliti seni budaya Islam di Maluku bahwa pertumbuhan
dan perkembangan seni budaya Islam di Maluku khususnya Qasidah terdiri dari dua
model antara lain;
3) Perkembangan secara parsial; yakni perkembangan Seni Budaya Islam yang tumbuh
jika ada momentum perayaan hari besar Islam. Ekspresi seni budaya Islam tumbuh
secara alami saat perayaan Islam tiba. Hal ini tampak saat usai Idul Fitri lebaran
tujuh hari di Desa Mamala Kabupaten Maluku, Abda’u di Desa Tulehu pasca
lebaran Idul Adha, Syawat, hadrat, Dana-dana, Bambu gila, Qasidah moderen,
qasidah klasik, dan Qasidah kolaborasi.
4) Perkembangan secara organisasi; Model perkembangan Seni Budaya Islam di
Maluku dalam bentuk sanggar-sanggar dari komunitas-komunitas musik pada tahuh
1980-an lahir dari komunitas Remaja masjid kemudian membuat sanggar sehingga
muncullah komunitas seni budaya dalam bentuk sanggar. Komunitas sanggar inilah
membentuk satu organisasi dengan nama-nama Sanggar seperti; Sanggar Mawar
89Nur Tawainellah, Budayawan Maluku wawancara oleh penulis 23 Januari 2013 di Kementrian
Agama Balai Diklat Provinsi Maluku.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 77
Jingga, Sanggar Al-Amri, Mawar Jingga, Sanggar As-Syukur, dan Sanggar el-Sari
Muluk yang dibentuk oleh Ny. Retty Assegaf.
Realitas perkembangan Seni Qasidah Islam di Maluku dalam perspektif
Muhammad Aji salah satu Kasubag bidang Kesra di pemerintah mengungkapkan bahwa
perkembangan seni budaya Islam di Maluku tumbuh dan berkembang sesuai momentum
secara alamiah seni budaya qasidah di Maluku belum maksimal dikelolah secara
profesional hal ini terjadi di komunitas Islam dan Kristen.
Perkembangan dan pertumbuhan ini juga menurut pandangan praktisi seni budaya
Islam di Maluku yang banyak menggerakkan seni budaya Islam menggambarkan bahwa
seni budaya Islam di Maluku banyak tumbuh dan berkembang secara alamiah
berdasarkan respon sosial sehingga seni budaya Islam di Maluku tumbuh berdasarkan
kondisi kebatinan dan budaya masyarakat Maluku.
Sampai saat ini pertumbuhan dan perkembangan seni budaya Islam di Maluku
belum maksimal dikembangkan sesuai konsep literasi tetapi lebih pada konsep non verbal
secara turun temurung dari warisan dari nenek moyang masyarakat Maluku. Seni budaya
Islam itu lahir secara spontan dari warisan orang tua yang memiliki genetik seni yang
tinggi sehingga perkembangan dan pertumbuhan seni budaya Islam lebih banyak
diwariskan dalam bentuk non verbal yang diwarsikan secara turun-temurung.
Hal itu tampak di Banda salah satu Kabupaten Maluku Tengah ada tarian nyiru
gila, totobuang, dana-dana, sawat, hadarat, cuci parigi, menggurebe belang(perahu), dan
berkembang menjadi seni qasidah klasik. Semua jenis qasidah ini turut mewarnai
pergerakan seni budaya Islam di Maluku.
Seiring dengan perkembangan seni budaya Islam di Maluku Ibnu Jarir salah satu
vokalis qasidah terbaik di zamannya juga mengungkapkan bahwa seni qasidah di Maluku
lahir dari mata air barzanji kemudian didukung oleh instrumen tipa dan rebana sambil
bersalawat kepada Rasulullah saw. Memuji Rasulullah saw dengan menggunakan
instrumen rabana. Perkembangan ini sangat semarak pada saat perayaan hari kelahiran
Rasulullah saw di Maluku. Istilah Rektor IAIN Ambon Habullah Toisuta ketika
memberikan sambutan pada acara perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad saw
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 78
mengungkapkan bahwa saat perayaan kelahiran Rasulullah saw ekspresi masyarakat
Maluku khususnya majelis ta’lim seakan-akan kota Ambon di bungkus dengan berbagai
macam perayaan seni budaya Islam.
Fenomena ini tampak saat perayaan hari kelahiran Rasulullah saw ekspresi seni
qasidah sebagian masyarakat Maluku melalui qasidah rawi barzanji dengan berbagai jenis
lagu, instrumen nada, dan ekspresi seni budaya Islam sesuai daerah masing-masing.
Perbedaan nada dan instrumen dalam mengekspresikan barzanji ini sebagai tanda bahwa
Maluku sangat kaya dengan paradigma seni budaya Islam. Hal ini menunjukkan bahwa
dinamika dakwah dalam potensi seni budaya Islam di maluku cukup tinggi.
Kekayaan seni budaya Islam di Maluku tampak saat raker dan pertandingan pada
even-even nasional baik kristen maupun muslim di Maluku selalu menjadi juara. Realitas
ini menunjukkan bahwa jika praktisi seni budaya Islam di Maluku menata sumber-sumber
seni budaya Islam dan kristen sesuai dengan standar profesionalisme maka tidak mustahil
Maluku menjadi standar seni qasidah terbaik di dunia. Sehingga dapat di gambarkan oleh
Syarifudin bahwa jika Sulawesi terkenal dengan aksara lontara, sastra terpanjang di
dunia, Jawa terkenal dengan naskah jawinya, wayang maka Maluku terkenal dengan seni
qasidahnya.
Pengertian seni secara etimologi bermakna; halus, kecil, tipis, dan halus; 2 lembut
dan tinggi suara): suara biduanita itu sungguh -mungil dan elok, menyeni halus, lembut:
Lagunya seni adalah keahlian membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi
kehalusannya, keindahannya. Seni adalah karya yang diciptakan dengan keahlian yang
luar biasa, seperti tari, lukisan, ukiran bangunan seni tentang keindahan dalam membuat
bangunan, belanja seni cara berbelanja, budaya perihal kesenian dan kebudayaan; lukis
seni mengenai gambar-menggambar dan lukis-melukis, pahat seni mengenai pahat-
memahat membuat patung, seni ukir, rupa seni pahat dan seni lukis; sastra seni
mengenai karang-mengarang (prosa dan puisi); suara seni olah suara atau bunyi
(nyanyian, musik, dsb). Tari seni mengenai tari-menari (gerak-gerik yg berirama) berseni
mempunyai rasa seni, mengandung nilai seni, kesenian perihal seni, keindahan seni
kesanggupan akal untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi (luar biasa); 2 orang
yang berkesanggupan luar biasa.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 79
Setiap raker yang dilakukan LASQI Provinsi pada tanggal 28 Mei 2013
memberikan gambaran dari lima Kabupaten/Kota belum tampak secara jelas memberikan
hasil yang maksimal pembinaan seni budaya Islam di Maluku akibat belum ada
manajemen sistem, panduan, dan silabi pembinaan yang permanen baik di tingkat madya,
muda, dan utama. Hal ini tampak saat raker LASQI di Kabupaten Buru banyak aifsial
memberikan masukan tentang tata cara pembinaan dan berbagai macam jenis seni
budaya Islam di Maluku masih berserahkan. Kekayaan seni budaya Islam di Maluku ini
belum ada inventarisasi jumlah dan jenis serta model pembiayaan di Kabupaten/kota.
Karena belum jelasnya sistem pembinaan dan pendanaan maka membutuhkan konsep
pembinaan dalam berbagai level perlu ada standar untuk menggerakkan seni Budaya
Islam di Maluku.
Peningkatan seni budaya Islam di Maluku dalam raker di Kabupaten Buru yang di
ikuti lima Kabupaten kota yaitu; kota Ambon, Kabupaten Buru, Buru Selatan, Seram
bagian Timur, dan Maluku Tengah. Dalam festival Qasidah pada tahun 2013 ini ada
enam Kabupaten yang belum ikut serta dalam festival Qasidah. Hal ini menjadi
tantangan bagi DPW LASQI Provinsi Maluku sehingga dalam festival berikutnya
diharapkan semua Kabupaten Kota ikut serta dalam festival Qasidah tersebut sebagai
tanda bahwa semua kabupaten/kota telah mengalami perkembangan Seni Qasidah.
Pengaruh budaya seni qasidah telah memberikan nilai-nilai dakwah dan komunikasi
untuk mencerahkan masyarakat melalui busana, karakter lagu, dan nada yang Islami.
Membuat masyarakat memahami agama, memberikan dampak silaturrahmi sosial antar
Kabupaten kota baik muslim mapun Kristen yang turut serta dalam memeriahkan
dakwah dalam media lagu Qasidah, melatih makharaj huruf para penyanyi tentang lagu
bahasa Arab.
1. Program pembinaan Sanggar el-Sari al-Muluk
a. Panduan Pembinaan Seni Budaya Islam di Maluku
- Panduan pembinaan Qasidah
- Panduan pembinaan Tari
- Panduan pembinaan syawat, hadarat, dan toto buang
- Panduan pembinaan sendratari.
b. Panduan baku tentang RENSTRA LASQI
c. Panduan Baku tentang festival.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 80
d. Standar Penilaian Seni Qasidah
2. Unsur-unsur penilaian dalam seni qasidah:
a. Power/bobot suara.
b. Teknik vokal
c. Artikulasi (fashaha).
d. Inprovisasi: mengembangkan lagu yang suda ada untuk lebih indah di didengar
e. Aksentuasi (pressering).
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Semakin halus teknik memainkan alat musik yang baik suaranya semakin tinggi
respon penonton dalam menikmati seni qasidah. Seni qasidah sekedar hiburan
biasa dan tidak memiliki peran apa-apa dalam mencerahkan jiwa. Seni qasidah
memiliki peran tersendiri dalam menggerakkan motivasi umat mencitai Nabi
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 81
Muhammad saw. Realitas ini memiliki Dinamika Dakwah dalam mencerahkan
umat.Seni qasidah telah menjadi kebutuhan untuk mencerahkan dan
menggerakkan jiwa untuk takjub pada Allah swt. Level ini peran seni qasidah
dalam menggerakkan dakwah sangat efektif.
2. Peran seni qasidah Islam dalam menggerakkan dakwah sangat signifikan saat
datang bulan suci ramadhan dan ketika perayaan hari besar Islam. Dinamika
dakwah dalam seni qasidah memiliki peran strategis menyebarkan pesan-pesan
agama melalui lirik yang indah. Efektifitas seni qasidah dalam berdakwah karena
semua panca indra manusia diaktifkan untuk menikmati aransemen musik dan
lirik lagu yang dipentaskan oleh sanggar seni qasidah di Maluku.
Rekomendasi
1. Memasukkan Bahasa Daerah (petuah bijak, puisi dan peribahasa) sebagai mutan
lokal dalam pendidikan sekolah dasar sampai menengah, khususnya bagi daerah yang
belum merealisasikan.
2. Diknas dan lembaga yang terkait hendaknya dilakukan pendidikan dan pelatihan
pembuatan kurikulum penyusunan bahasa daerah dan memasukkan pembahasan
sastra lisan didalamnya (petuah bijak, puisi dan peribahasa).
3. Hendaknya kementrian agama, Pemprov, dan pemkab menabah atau mengadakan
kouta pengankatan guru bahasa daerah pada tingkat provinsi atau kabupaten di
wilayah KTI.
4. Guru mata pelajaran muatan lokal dapat diperhitungkan sebagai kewajiban jam mata
pelajaran di sekolah-sekolah (sertifikasi).
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 82
5. Mengadakan diklat bagi guru bahasa Indonesia untuk mengintegrasikan petuah bijak,
puisi dan peribahasa daerah dalam materi pelajaran.
6. Melaksanakan program ‚ Gerakan Sehari Berbahasa Daerah‛ pada sekolah dan
intansi-instansi pemerintah.
7. Menggunakan petuah bijak, puisi dan peribahasa daerah dalam pidato atau
sambutan-sambutan pada acara pemerintahan.
8. Menggunakan bahasa daerah pada papan inforamasi di tempat-tempat strategis
9. Mengadakan lomba karya tulis ilmiah dengan tema petuah bijak, puisi dan
peribahasa daerah.
10. Seyogyanya dilakukan penelitian lanjutan tentang sastra lisan yang mendalam dan
lebih spesifik pada satu tema.
11. Kepada Lembaga Sekolah. Menggalakkan kegiatan perlombaan degan tema petuah
bijak, puisi, pantun dan peribahasa bagi anak-anak sekolah.
12. Perlu ada Peraturan Daerah tentang pemeliharaan petuah bijak, puisi dan peribahasa
daerah.
Daftar Pustaka
A. Hasjmy Sejarah Kebudayan Islam di Indonesia,Jakarta: Bulan Bintang, 1993
Ahmad Syalaby, Tarikh al Islamiyah al hadzarah al islamiyah,(Cet. IV; Kairo; 1978
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah,Jakarta; Logos, 1999
Poerwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1992
Sayyid Quthub, Konsepsi Sejarah dalam Islam,Jakarta;Pedoman ilmu Jaya , 1992, cet II,
Terjemahan Tarikhuna fi dzou’il al Islam, penerjemah Nabhan Husein
Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi islam;dari klasik hingga modern,
Yakarta;Rajagrafindo, 2004
Ade, Yusnita dkk., Rudat Mutiara Budaya yang Tersembunyi, dalam http.
Anonim, Kitab Sholawat Khotaman Nabi Muhammad Saw. Gembrungan Klorogan,
Geger, Madiun, (t.ttp.:t.th.).
Drewes, G.W.J. 1977. Directions for Travellers on The Mystic Path, Zakariyya al-Ansaris
Kitab Fath al-
Hague-Nijhoff: Verhandelingen van Het Koninlijk Instituut voor Taal, Land and
Volkenkunde.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2009.
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 83
Nasikun.. Sistem Sosial Indonesia. Rajawali Press: Jakarta. 1984
Parsons, Talcott. ‚Prologomena to a Theory of Social Institutions‛, American
Sociological Review. 1990.
Parsons, Talcott, and Shils, Edward A. (eds.).. Toward a General Teory of Action.
Cambridge, Hardvard University Press. 2001
Ritzer, George & Douglas J. Goodman, Modern Sociological Theory, terj. Alimandan,
Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana, 2004.
Rocher, Guy, 1975, Talcott Parsons and American Sociology, New York: Barnes and
Noble.
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tapsir tematik atas pelbagai Persoalan Umat (Cet.
III; Bandung: Mizan, 2008.
Depatermen Pendidikan dan kebudayaan Ensiklopedi Indonesia (PT. Ikhtiar Baru-Van
Hoeve, Jakarta: Jilid V), h. 3080 dan 3081
Kamus Besar Bahasa Indonesia Digital, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Cet.
IV; Jakarta: Balai Bahasa, 2010.
A. David, The Arts of Arts: Arms and Armour of the 7th to 19th Centuris AD (The
Nasser D. Khalili Collection of Islamic Art vol. I (Cet. I; London: The Nour
Fondation), h. 62.
Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tapsir tematik atas pelbagai Persoalan Umat (Cet.
III; Bandung: Mizan, 2008.
Piotr Sztompka, The Sosiology of Social Change diterjemahkan oleh Alimandan dengan
judul: Sosiologi Perubahan Sosial (Cet. IV; (Jakarta: Prenan Media Group, 2008.
A. Hasjmy Sejarah Kebudayan Islam di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993) 55
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan
((Jakarta:Bulan Bintang,1982.
Poerwadarminto,Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1992)887
Sidi Gazalba,Azas Kebudayaan Islam,(Jakarta; Bulan Bintang 1978.
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah,(Jakarta; LOGos, 1999.
Sayyid Quthub, Konsepsi Sejarah dalam Islam,(Jakarta;Pedoman ilmu Jaya , 1992, cet
II,) 40-55, Terjemahan Tarikhuna fi dzou’il al Islam, penerjemah Nabhan Husein
Ahmad Syalaby, Tarikh al Islamiyah al hadzarah al islamiyah,(Kairo; …. cetakan ke IV,
1978.
Yusri Abdul Ghani Abdullah, Historiografi islam;dari klasik hingga modern,
(Yakarta;Rajagrafindo, 2004.
Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta;Rajagrafindo,1993):7
Syarifudin: Dinamika Dakwah Dalam seni budaya Islam diMaluku 84
Ervin Gopman, Dramatugis Communication diterjemahkan oleh Dedy Mulyana dengan
Judul Dramaturgi Komunikasi (Cet. II; Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.
Marxian, Sosiologi perubahan Sosial Masyarakat (Cet. I; Yogyakata: Pustaka Pelajar,
2010), h. 213. Bandingkan dengan Pitor Stomka, Sosiologi Perubahan Sosial (Cet.
I; Jakarta: Prenada, 2001.
Mohammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah: Edisi Revisi (Cet. Jakarta: Prenada Media Group,
2009..
Recommended