BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi tentang hakikat dan tujuan
pendidikan nasional, bahwa salah satu tujuan nasional adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pasal 28 (ayat 1) UUD 1945 menyatakan bahwa setiap
orang berhak mendapatkan pendidikan dan manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi
kesejahteraan umat manusia. Lebih lanjut dalam pasal 31 UUD 1945
disebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
Berbagai usaha telah dilakukan pemerintah (Kemdikbud) untuk
memperbaiki mutu pendidikan nasional. Upaya-upaya peningkatan mutu
pendidikan nasional yang telah ditempuh diantaranya menerapkan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) yang selanjutnya dikembangkan menjadi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kegiatan lainnya adalah
melaksanakan berbagai pelatihan, bimbingan teknis (bimtek), workshop,
seminar, loka karya baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten sampai pada
tingkat satuan pendidikan. Kegiatan yang telah dilakukan tersebut melibatkan
guru, kepala sekolah, dan stakeholder lainnya dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan nasional (Depdiknas, 2003:23).
1
Perkembangan teknologi modern (Internet), mempunyai peran penting
dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia.
Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini
sangat berdampak pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN).
Siswa seharunya dapat memanfaatkan teknologi modern (internet) sebagai
media untuk memperkaya khsanah ilmu pengetahuan.
Lebih lanjut bahwa Kondisi era globalisasi sekarang ini, mengharuskan
kepada siswa untuk membuka wawasan yang lebih luas (global), sehingga
mereka lebih kreatif, inovatif, dan mampu bekerja sama dengan peserta didik
yang lain. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Untuk mencapai kompetensi tersebut di atas, diperlukan kesungguhan satuan
pendidikan untuk mengoptimalkan layanan pendidikan melalui berbagai upaya
diantaranya dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu cara
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut adalah dengan
mengusahakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan
motivasi siswa dalam pembelajaran.
Zamroni (2000:12) mengemukakan bahwa, salah satu hal yang
menjadi ciri praktik pendidikan di Indonesia selama ini adalah pembelajaran
berpusat pada guru (teacher centre). Ditambah lagi di SMKN 2 Dompu buku-
buku referensi yang tersedia diperpustakaan sangat terbatas. Kenyataan di
lapangan guru-guru masih banyak menggunakan metode ceramah dalam
2
penyampain materi pembelajaran. Akibatnya semangat belajar siswa kurang
dan hasil ulangan rendah.
Melihat kenyataan tersebut, dalam proses belajar mengajar guru
sebagai pelaksana pengajaran harus dapat menciptakan kondisi yang dapat
melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian diharapkan terjadi interaksi
antara guru dan siswa yang pada umumnya akan merasa mendapat motivasi
yang tinggi apabila guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar
mengajar. Selain itu siswa akan lebih memahami dan mengerti konsep-konsep
pendidikan Kewarganegaraan secara benar.
Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
secara konsisten baik bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah, dan resistensi (daya lekat) terhadap materi pelajaran menjadi lebih
panjang (Ellyana, 2007). Pembelajaan kooperatif yang dikemas dalam
kegiatan pembelajaran yang bervariasi dengan model STAD dapat
menumbuhkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKN) yang disajikan dengan model pembelajaran STAD
memungkinkan untuk memberikan pengalaman-pengalaman sosial sebab
mereka akan bertanggung jawab pada diri sendiri dan anggota kelompoknya.
Keberhasilan anggota kelompok merupakan tugas bersama.
B. Rumusan Masalah
3
Apakah penerapan metode kooperatif STAD berbasis Internet dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas.....?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
penerapan metode kooperatif STAD berbasis internet dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa ........
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
a. Semangat belajar siswa meningkat
b. Kerja sama dan hubungan sosial antara siswa semakin kompa.
c. Prestasi siswa semakin baik.
2. Bagi Guru
a. Menambah wawasan guru tentang inovasi pembelajaran di kelas.
b. Meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
3. Bagi sekolah
a. Meningkatkan pelayanan di bidang pendidikan.
b. Memotivasi guru dalam meningkatkan inovasi pembelajaran di
kelas.
4. Bagi peneliti yang lain
a. Mengembangkan penelitian yang sejenis pada subjek dan objek
yang berbeda.
b. Merupakan salah satu referensi dalam melaksanakan penelitian
selanjutnya.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Model pembelajaran STAD termasuk salah satu jenis model
pembelajaran kooperatif. Semua model pembelajaran kooperatif ditandai
dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan.
Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif siswa
didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus
mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah prestasi belajar
akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman
dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.
1. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD
Menurut Wina (2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran menggunakan sistem
pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara 4-5 orang yang mempunyai
latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,ras atau suku yang
berbeda (heterogen).
Johnson (dalam Etin Solihatin, 2005 :4) menyatakan bahwa:
pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam
pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama.
5
Slavin ( dalam Wina, 2008:242) mengemukakan dua alasan bahwa:
pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat
memperbaiki pembelajaran selama ini. Pertama, beberapa penelitian
membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan
diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. kedua,
pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam
belajar,berfikir,memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan
dengan keterampilan.
2. Prinsip Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut.
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua
anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung
jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilanuntuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
6
f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani
dalam kelompok kooperatif.
3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran STAD
Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel 1
seperti berikut.
Langkah Indikator Tingkah laku guru
Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan
mengkomunikasikan
kompetensi dasar yang akan
dicapai serta memotivasi
siswa
Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi
kepada siswa
Langkah 3 Mengorganisasikan siswa
kedalam kelompok-
kelompok belajar
Guru menginformasikan
pengelompokkan Siswa
Langkah 4 Membimbimg kelompok Guru memotivasi serta
memfasilitasi kerja siswa
7
Langkah Indikator Tingkah laku guru
belajar dalam kelompok-kelompok
belajar
Langkah 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang materi
pembelajaran yang telah
dilaksanakan
Lankah 6 Memberikan penghargaan Guru memberi penghargaan
hasil belajar individual dan
kelompok
4. Keuntungan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,
yaitu:
a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.
8
c. Dapat mengembangkan bakat Kepemimpinan dan mengajarkan
keterampilan berdiskusi.
d. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai
individu dan kebutuhan belajarnya.
e. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka
lebih aktif dalam diskusi.
f. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai
pendapat orang lain.
5. Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD
a. Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang.
b. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena
peran anggota yang pandai lebih dominan.
2. PRESTASI BELAJAR SISWA
a. Pengertian
Prestasi dalam belajar merupakan dambaan bagi setiap orangtua
terhadap anaknya. Prestasi yang baik tentu akan didapat dengan proses
belajar yang baik juga. Belajar merupakan proses dari sesuatu yang belum
bisa menjadi bisa, dari perilaku lama ke perilaku yang baru, dari
pemahaman lama ke pemahaman baru.
9
Dalam proses belajar, hal yang harus diutamakan adalah bagaimana anak
dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan rangsangan yang ada,
sehingga terdapat reaksi yang muncul dari anak. Reaksi yang dilakukan
merupakan usaha untuk menciptakan kegiatan belajar sekaligus
menyelesaikannya. Sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang
mengakibatkan perubahan pada anak sebagai hal baru serta menambah
pengetahuan.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa belajar merupakan kegiatan penting baik
untuk anak-anak, bahkan juga untuk orang dewasa sekalipun. Perlunya
perhatian faktor lingkungan dapat mempengaruhi proses belajar. Suasana yang
nyaman dan kondusif mengakibatkan proses belajar akan menjadi lebih baik.
Termasuk juga keaktifan proses mental untuk sering dilatih, sehingga nantinya
menjadi suatu kegiatan yang terbiasa.
Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil
belajar atau prestasi belajar. Orangtua pun perlu untuk mengetahui apa saja
faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar pada anak mereka, sehingga
orangtua dapat mengenali penyebab dan pendukung anak dalam berprestasi.
Berikut adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan menurut Djaali, H. dalam
sebuah bukunya berjudul Psikologi Pendidikan pada tahun 2007, yaitu:
Faktor Dari Dalam Diri
10
Kesehatan
Apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala, pilek, deman
dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak tidak bergairah untuk mau
belajar. Secara psikologi, gangguan pikiran dan perasaan kecewa karena
konflik juga dapat mempengaruhi proses belajar.
Intelegensi
Faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan
belajar anak. Menurut Gardner dalam teori Multiple Intellegence, intelegensi
memiliki tujuh dimensi yang semiotonom, yaitu linguistik, musik, matematik
logis, visual spesial, kinestetik fisik, sosial interpersonal dan intrapersonal.
Minat dan motivasi
Minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan
mengakibatkan proses belajar lebih mudah dilakukan. Motivasi merupakan
dorongan agar anak mau melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam
diri anak ataupun dari luar lingkungan
Cara belajar
Perlu untuk diperhatikan bagaimana teknik belajar, bagaimana bentuk catatan
buku, pengaturan waktu belajar, tempat serta fasilitas belajar.
11
Faktor Dari Lingkungan
Keluarga
Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak. Pendidikan
orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orangtua dan saudara,
bimbingan orangtua, dukungan orangtua, sangat mempengaruhi prestasi
belajar anak.
Sekolah
Tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, relasi teman sekolah,
rasio jumlah murid per kelas, juga mempengaruhi anak dalam proses belajar.
Masyarakat
Apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan moral
yang baik, terutama anak-anak mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak
untuk lebih giat belajar.
Lingkungan sekitar
Bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan iklim juga dapat
mempengaruhi pencapaian tujuan belajar.
Dari sekian banyak faktor yang harus diperhatikan, tentu tidak ada situasi
100% yang dapat dilakukan secara keseluruhan dan sempurna. Tetapi
berusaha untuk memenuhinya sesempurna mungkin bukanlah faktor yang
mustahil untuk dilakukan.
12
3. Internet
a. Pengertian internet
Internet memiliki arti pemahaman yang cukup luas dimana kata
internet itu sendiri merupakan singkatan kata dari interconnection-
networking, bila dijabarkan secara sistem global maka internet merupakan
jaringan komputer diseluruh penjuru dunia yang saling terhubung satu
sama lain dengan menggunakan standar Internet Protocol Suite (TCP/IP)
sehingga antara komputer dapat saling mengakses informasi dan bertukar
data. Internet mencangkup segala sesuatu secara luas baik itu dalam
bidang komputerisasi maupun telekomunikasi.
b.Fungsi Internet
Fungsi internet secara sederhana yaitu sebagai media komunikasi,
akses informasi, berbagi sumber daya atau data, dalam hal ini berarti
dengan internet bisa menyiarkan dan mengakses secara langsung baik
berita informasi dan bertukar data dengan akses internet online ke seluruh
penjuru dunia tanpa ada batasan wilayah geografis dari setiap
penggunanya. Internet bisa diibaratkan seperti komputer yang saling
berbicara satu sama lain dan juga bisa bertukar data secara langsung
setelah komputer terhubung pada jaringan internetmenggunakanTCP/IP.
13
c.Kegunaan internet
Kegunaan Internet dari waktu ke waktu semakin dibutuhkan oleh
berbagai element masyarakat maupun badan usaha untuk berbagai
kebutuhan yang disesuaikan, baik untuk meningkatkan produktivitas
ataupun sarana bertukar data dan juga akses informasi maupun sarana
hiburan online yang sangat lengkap. Berbagai media cetak sudah banyak
yang beralih ke media online dalam memberikan berita dan informasi.
Kegunaan internet juga dirasakan dalam transportasi, seperti kemudahan
dalam pembelian dan informasi harga tiket kereta api ataupun tiket
pesawat terbang sudah bisa dibeli secara online, dan berlaku juga untuk
berbagai hal lainnya semakin memudahkan tentunya dengan kehadiran
internet dan kegunaannya akan terus berkembang semakin banyak dalam
memenuhi tuntutan para penggunanya.
Menjelaskan secara deSTADl definisi internet memang sangat luas
dan bisa mencangkup berbagai elemen penting, namun pada jaman
sekarang ini untuk mempermudah penjelasan mengenai internet akan
diberikan pemahaman awal dari komputer dan jaringan komputer yang
berujung dengan lebih mudah untuk memahami internet.
Diawali Komputer yang merupakan sekumpulan alat elektronik yang
dibuat sedemikian rupa sehingga bisa saling bekerja sama dengan baik
mampu menerima data, mengolah data dan memberikan informasi dalam
kontrol program. Lalu Jaringan komputer merupakan sistem terhubung
14
atas komputer dan perangkat jaringan bekerjasama dalam satu tujuan untuk
bisa berkomunikasi, akses informasi dan juga berbagi sumber daya. Nah,
"internet" merupakan jaringan komputer yang ruang lingkupnya global
dunia atau dengan kata lain sistem jaringan komputer diseluruh penjuru
dunia yang terhubung untuk tujuan seperti yang telah disebutkan yaitu
komunikasi, akses informasi, berbagi sumber daya atau data.
B. Hasil Penelitian Yang Relavan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini, selanjutnya
dijadikan pijakan berpikir secara empirik untuk menjawab permasalahan yang
diajukan dalam penelitian ini. Adapun hasil penelitian yang relevan adalah
sebagai berikut.
a. Penelitian pengembangan metode pembelajaran kooperatif yang telah
dilakukan oleh Budi Adnyana (2004) dan impilakasinya terhadap hasil belajar
PKN siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Banjarangkan Kabupaten Klungkung
Bali . Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa metode pembelajaran
kooperatif berpengaruh positif terhadap hasil belajar PKn siswa kelas VIIIA
SMP Negeri 1 Banjarangkan Kabupaten Klungkung Bali, terutama aspek
kognitif dan sikap siswa terhadap pelajaran PKn. Aspek kognitif yang dapat
ditingkatkan adalah aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Respon siswa
terhadap penggunaan metode pembelajaran kooperatif sangat positif mencapai
94 %.
15
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian yang relevan (kajian empirik)
di atas, dapat dirumuskan kerangka berpikir sebagai berikut.
Salah satu metode pembelajaran yang memberikan ruang lebih banyak untuk
menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran adalah metode pembelajaran
kooperatif. Dari berbagai macam metode pembelajaran kooperatif, dipilih tipe
STAD (Student Teams Achievement Division), mengingat metode ini
mempunyai kelebihan yaitu mengkombinasikan keunggulan pembelajaran
kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi
kesulitan belajar siswa secara individual. Pembelajaran metode kooperatif tipe
STAD juga akan membawa anak dalam pembiasaan hidup berdampingan
dengan orang lain.
Implementasi metode pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan
dapat menumbuhkembangkan sikap mandiri siswa dalam pembelajaran PKn
yang mengedepankan adanya pemahaman terhadap konsep dan hubunngan
sosial kemasyarakatan antar siswa. Dengan metode kooperatif tipe STAD,
diharapkan bahwa siswa mampu mengkonstruksi pemahaman mereka sendiri
melalui serangkaian kerja kelompok yang telah ditetapkan dalam
pembelajaran, sehingga pemahamannya terhadap materi pembelajaran
terintegrasi secara komprehensif dan mendalam. Dengan demikian keaktifan
siswa secara individual dalam pembelajaran dapat dioptimalkan dan prestasi
belajar PKn siswa di kelas X1 TEI SMK Negeri 2 Dompu diharapkan dapat
ditingkatkan.
16
Sejalan dengan landasan teori yang telah dikemukakan di atas, hasil-hasil
penelitian yang relevan dengan penelitian ini, juga mengindikasikan bahwa
metode kooperatif memberikan dampak yang positif terhadap prestasi belajar
siswa terutama aspek kognitif dan sikap siswa. Metode kooperatif juga telah
berhasil meningkatkan daya berpikir kritis siswa. Dengan meningkatnya daya
berpikir kritis siswa diharapkan siswa akan lebih mudah memecahkan
permasalahan yang dihadapi baik dalam pelajaran PKn maupun permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari.
Metode kooperatif secara empirik juga telah teruji dapat meningkatkan
aktivitas siswa. Meningkatnya aktivitas siswa akan meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang berkualitas diharapkan akan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian, diharapkan metode
kooperatif dapat mengurangi kejenuhan siswa serta dapat meningkatkan
komunikasi antar siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru. Sehingga
sikap apatis siswa dan keengganan siswa terhadap pelajaran PKn dapat
diminimalkan.
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut.
1) Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mendorong
siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran.
17
2) Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
prestasi belajar PKn siswa kelas X1 TEI SMK Negeri 2 Dompu semester
tahun pelajaran 2011/2012.
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Seting, Subjek dan Objek Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Dompu yang berlokasi
di Kelurahan Karijawa Kecamatan Dompu. Pada tahun pelajaran 2011/2012, SMAK
Negeri 2 Dompu memiliki 8 rombel yang terdiri dari kelas X sebanyak 3 rombel, kelas
XI 3 rombel dan kelas XII terdiri dari 2 rombel. Oleh karena peneliti adalah guru PKn
di kelas XI, sehingga penelitian tindakan ini dilaksanakan di kelas XI.
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, diawali dengan persiapan yang
dimulai pada minggu pertama bulan Pebruari 2012. Selanjutnya pelaksanaan
tindakan dilaksanakan pada minggu ke 4 bulan Pebruari 2012 sampai dengan
minggu ke 3 bulan Maret 2012. Penulisan laporan penelitian dilaksanakan mulai
minggu ke 4 bulan pebruari 2012 sampai dengan minggu ke 2 bulan Maret 2012.
Jadwal selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI TEI semester
2 SMK Negeri 2 Dompu tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri atas 20 orang siswa.
Pemilihan kelas ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa nilai rata-rata prestasi
belajar PKn kelas XI TEI pada ulangan semester 1 relatif lebih rendah bila
dibandingkan dengan kelas X lainnya.
Objek penelitian ini adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran, prestasi
belajar siswa yang ditandai oleh adanya peningkatan daya serap (DS) dan
19
persentase siswa yang telah mancapai KKM (ketuntasan) serta tanggapan siswa
terhadap penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3.2 Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Suharsimi Arikunto
(2008:16) mengemukakan bahwa dalam penelitian tidakan kelas pada umumnya
rancangan setiap siklus terdiri-dari empat tahapan yaitu: a) perencanaan, b)
pelaksanaan, c) observasi/pengamatan dan d) refleksi. Dalam penelitian ini,
prosedur penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.
3.2.1 Refleksi Awal
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di kelas XI TEI SMK Negeri
2 Dompu, dijumpai beberapa permasalahan yang terjadi antara lain: 1) sebagian
besar guru mengajar menggunakan metode ceramah, hal ini disebabkan oleh
penguasaan guru terhadap metode pembelajaran inovatif relatif masih kurang, 2)
komunikasi dalam pembelajaran cenderung hanya satu arah yaitu dari guru ke
siswa saja, sehingga siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran
(aktivitas dan kreativitas siswa dalam pembelajaran masih rendah), 3) persentase
ketuntasan belajar siswa masih rendah dan 4) prestasi belajar PKn siswa relatif
masih rendah.
Rendahnya prestasi belajar siswa di kelas XI TEI ini kemungkinan juga
disebabkan oleh penyajian materi pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh
guru/peneliti didominasi menggunakan metode ceramah. Penyebab lain yang juga
mempengaruhi prestasi belajar siswa kelas XI TEI ini adalah kurangnya aktivitas
20
dan kreativitas siswa menggunakan media pembelajaran. Untuk mengatasi
masalah ini akan diimplementasikan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
dalam pembelajaran PKn khususnya di kelas XI TEI SMA Negeri 2 Dompu.
3.2.2 Siklus I
a) Perencanaan Tindakan
Beberapa kegiatan yang dilakukan peneliti terkait dengan perencanaan
tindakan adalah sebagai berikut.
1) Menyusun jadwal penelitian.
2) Mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3) Menyusun STAD untuk materi yang akan diajarkan.
4) Menyusun lembar observasi untuk mencatat aktivitas siswa selama
pembelajaran.
5) Menyusun angket untuk menjaring tanggapan siswa terhadap penerapan
metode kooperatif tipe STAD.
6) Menetapkan kelompok heterogen dengan anggota 4-5 orang.
7) Menyusun soal tes akhir siklus I.
b) Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, diimplementasikan metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Secara operasional langkah-langkah pelaksanaannya sebagai berikut.
1. Guru memberikan petunjuk/penjelasan teknis kepada siswa tentang
metode pembelajaran yang akan digunakan.
2. Guru membagikan STAD yang sudah dipersiapkan kepada siswa untuk
dikerjakan secara individual dalam waktu yang telah ditentukan.
21
3. Skor dasar atau skor awal siswa ditetapkan berdasarkan nilai ulangan
semester 1 tahun pelajaran 2011/2012.
4. Setelah siswa selesai mengerjakan STAD dalam waktu yang ditentukan,
guru mengarahkan siswa untuk menuju kelompok yang telah ditentukan.
5. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam
diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban
teman satu kelompok. Guru selalu berupaya mendekatkan diri dengan
siswa sambil mengawasi, membimbing dan melayani siswa yang
mengalami kesulitan, memberikan motivasi dan penguatan, serta
mengajukan pertanyaan yang dapat menciptakan suasana diskusi yang
menggairahkan dan kondusif.
6. Setelah waktu yang ditentukan untuk diskusi berakhir, guru menunjuk atau
meminta kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusinya
di depan kelas, sedangkan kelompok yang lainnya menanggapi. Guru
berperan sebagai mediator dan fasilitator dalam diskusi untuk meluruskan
atau memperbaiki kesalahan yang dilakukan siswa.
7. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan
memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
c) Observasi/Pengamatan
Observasi dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan (proses
pembelajaran berlangsung) dengan kegiatan sebagai berikut.
1. Mengamati aktivitas belajar siswa menggunakan instrumen observasi
yang telah disiapkan. Setiap perilaku siswa yang tampak dicatat dengan
22
memberikan tanda cek pada kolom yang sesuai serta mencatat kendala-
kendala yang dihadapi.
2. Pada akhir tindakan siklus I siswa diberikan tes untuk mengetahui prestasi
belajar siswa yang meliputi rerata skor prestasi belajar secara klasikal,
daya serap dan persentase ketuntasan.
d) Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama
proses pembelajaran. Pada tahap ini guru/peneliti mengkaji kekurangan-
kekurangan dan hambatan-hambatan yang dialami dari tindakan yang
dilakukan untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam merancang dan
melaksanakan tindakan pada siklus II.
3.2.3 Siklus II
a) Perencanaan Tindakan
Dalam upaya memperbaiki tindakan yang telah diberikan pada siklus I,
peneliti mempersiapkan hal-hal yang pada dasarnya sama seperti pada siklus
I. Perencanaan tindakan pada siklus II ini disesuaikan dengan rumusan hasil
refleksi pada siklus I.
b) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pada dasarnya sama dengan
pelaksanaan tindakan pada siklus I. Tindakan yang dilaksanakan pada siklus
II ini merupakan upaya perbaikan hasil yang dicapai dari tindakan yang telah
23
dilaksanakan pada siklus I, sehingga pada siklus II dilakukan penyempurnaan
terhadap tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus I.
c) Observasi/Pengamatan
Hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan observasi/pengamatan pada
siklus II pada dasarnya sama dengan observasi/pengamatan pada siklus I.
d) Refleksi
Seperti pada siklus I, pada tahap ini guru/peneliti merefleksi kembali
tindakan yang telah diberikan untuk mengkaji kekurangan-kekurangan dan
kendala-kendala yang dialami serta berbagai keunggulan dari keseluruhan
tindakan yang telah dilakukan dengan harapan diperoleh hasil yang lebih
optimal.
3.3 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
a) Data tentang aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran
dikumpulkan menggunakan lembar observasi.
b) Data tentang prestasi belajar siswa dikumpulkan dengan tes prestasi
belajar.
c) Data tanggapan siswa terhadap penerapan metode pembelajaran tipe STAD
dikumpulkan menggunakan angket.
24
3.3.2 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri-dari lembar
observasi, tes prestasi belajar dan angket. Secara rinci dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a) Lembar Observasi
Lembar observasi berisikan deskriptor yang menyatakan indikator
perilaku siswa yang dimodifikasi dari Tim Instruktur PKG sebagaimana
dikutip oleh Pujawan (2004:12). Adapun indikator-indikator perilaku
siswa tersebut adalah 1) antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
2) interaksi antara siswa dengan guru, 3) interaksi antara siswa dengan
siswa, 4) kerjasama dalam kelompok, 5) aktivitas siswa dalam diskusi
kelompok, dan 6) partisipasi siswa dalam menyimpulkan materi pelajaran.
b) Tes Prestasi Belajar
Tes prestasi belajar yang digunakan, disusun dan dikembangkan
sendiri oleh peneliti mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang telah dituangkan ke dalam silabus dan dijabarkan dalam RPP.
Tes yang digunakan adalah tes bentuk uraian/esai. Hasil yang diperoleh
berupa skor, berpedoman pada rubrik yang telah ditentukan.
c) Angket
25
Angket yang digunakan untuk menjaring data tanggapan siswa
tentang penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD disusun
dan dikembangkan terkait dengan metode pembelajaran yang digunakan.
Angket terdiri atas 10 butir pernyataan, yang berisi pernyataan positif dan
pernyataan negatif.
3.4 Teknik Analisis Data dan Kriteria Keberhasilan
3.4.1 Teknik Analisis Data
a) Analisis Data Aktivitas Siswa
Analisis terhadap data aktivitas siswa dalam pembelajaran
dilakukan secara deskriptif. Kriteria penggolongan aktivitas siswa
ditentukan berdasarkan mean ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi).
Rumus untuk Mi dan SDi adalah sebagai berikut.
Mi = ½ (skor maksimum + skor minimum)
SDi = 1/6 (skor maksimum - skor minimum)
Penggolongan aktivitas belajar siswa secara klasikal menggunakan
kriteria berikut.
Rentang Skor Kriteria
Mi + 1,5 SD ≤ M ≤Mi + 3,0 SD Sangat Aktif
Mi + 0,5 SD ≤ M < Mi + 1,5 SD Aktif
Mi – 0,5 SD ≤ M < Mi + 0,5 SD Cukup Aktif
Mi – 1,5 SD ≤ M < Mi – 0,5 SD Kurang Aktif
Mi – 3,0 SD ≤ M < Mi – 1,5 SD Sangat Kurang Aktif
Sumber : Pujawan (2004 : 26)
26
Lembar observasi tentang aktivitas belajar siswa terdiri atas 6 indikator
dan masing-masing indikator memuat 4 deskriptor. Setiap deskriptor yang
dilakukan siswa diberi skor 1 dan setiap deskriptor yang tidak dilakukan
siswa diberi skor 0. Dengan demikian skor maksimum adalah 24 dan skor
minimum adalah 0. Nilai Mi dan SDi dapat ditentukan sebagai berikut.
Mi = ½ (24 + 0) = 12
SDi = 1/6 (24 - 0) = 4
Berdasarkan perhitungan di atas maka, kriteria aktivitas belajar siswa
secara klasikal adalah sebagai berikut.
Rentang Skor Kriteria
18 ≤ M ≤ 24 Sangat Aktif
14 ≤ M < 18 Aktif
10 ≤ M < 14 Cukup Aktif
4 ≤ M < 10 Kurang Aktif
0 ≤ M < 4 Sangat Kurang Aktif
Tabel 3.1 Kriteria Aktivitas Belajar Siswa
b) Analisis Data Prestasi Belajar Siswa
Data prestasi belajar siswa dianalisis secara deskriptif yaitu dengan
menentukan skor rata-rata kelas dengan rumus : X=∑ X
N
Keterangan :
X = skor rata-rata kelas
∑ X = jumlah skor siswa
N = Banyak siswa
27
Skor rata-rata kelas pada siklus I dibandingkan dengan skor rata-rata
kelas pada siklus selanjutnya. Berhasil atau tidaknya siswa menguasai
materi pelajaran secara klasikal dapat diketahui dari daya serap (DS) dan
persentase siswa yang telah tuntas (KT) atau mencapai nilai kriteria
ketuntasan minimal (KKM). Adapun rumus untuk menghitung DS dan
KT adalah sebagai berikut.
DS = X
100 x 100%
KT = banyak siswa yang telahmencapai KKM
N x 100%
Keterangan :
X = skor rata-rata kelas
DS = Daya serap
KT = Persentase ketuntasan
N = Banyak siswa
c) Analisis Data Tanggapan Siswa
Data tentang tanggapan siswa secara klasikal juga dianalisis secara deskriptif,
untuk mengetahui tanggapan siswa terkait dengan metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Analisis ini didasarkan pada rata-rata kelas dari skor
tanggapan siswa (P), Mi dan SDi. Rata-rata kelas skor tanggapan siswa dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut.
P=∑ X
N
Keterangan :
28
P = skor rata-rata kelas tanggapan siswa
∑ X = jumlah skor tanggapan siswa
N = Banyak siswa
Rumus untuk Mi dan SDi adalah sebagai berikut.
Mi = ½ (skor maksimum + skor minimum)
SDi = 1/6 (skor maksimum - skor minimum)
Penggolongan skor tanggapan siswa secara klasikal menggunakan kriteria
sebagai berikut.
Rentang Skor Kriteria
Mi + 1,5 SD ≤ M ≤Mi + 3,0 SD Sangat PositifMi + 0,5 SD ≤ M < Mi + 1,5 SD PositifMi – 0,5 SD ≤ M < Mi + 0,5 SD Cukup PositifMi – 1,5 SD ≤ M < Mi – 0,5 SD Kurang PositifMi – 3,0 SD ≤ M < Mi – 1,5 SD Sangat Kurang Positif
Sumber : Koyan (2007 : 84)
Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 10 pernyataan,
yang penskorannya menggunakan skala Likert yakni setiap item
mempunyai skor maksimal 5 dan skor minimal 1. Dengan demikian skor
maksimum adalah 50 dan skor minimum adalah 10. Sehingga nilai Mi
dan SDi dapat ditentukan sebagai berikut.
Mi = ½ (50 + 10) = 30
SDi = 1/6 (50 - 10) = 6,67
Berdasarkan perhitungan di atas maka, kriteria tanggapan siswa secara
klasikal adalah sebagai berikut.
29
Rentang Skor Kriteria
40,005 ≤ M ≤ 50 Sangat Positif33,335 ≤ M < 40,005 Positif26,665 ≤ M < 33,335 Cukup Positif19,995 ≤ M < 26,665 Kurang Positif10 ≤ M < 19,995 Sangat Kurang Positif
Tabel 3.2 Kriteria Tanggapan Siswa
3.4.2 Kriteria Keberhasilan
a) Aktivitas Siswa
Kriteria keberhasilan untuk masing-masing siklus adalah aktivitas
belajar siswa minimal cukup aktif.
b) Prestasi Belajar Siswa
Kriteria keberhasilan untuk masing-masing siklus adalah apabila skor
rata-rata kelas (X ), DS dan KT berturut-turut minimal 68,00; 68% dan
85%.
c) Tanggapan Siswa
Kriteria keberhasilan untuk tanggapan siswa adalah minimal cukup
positif.
Secara keseluruhan, penelitian ini dikatakan berhasil jika aktivitas
dan prestasi belajar siswa meningkat dari siklus sebelumnya dan pada
akhir penelitian ini aktivitas belajar siswa minimal tergolong cukup aktif,
rata-rata kelas (X ), DS dan KT berturut-turut minimal 68,00; 68% dan
30
85% serta tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran kooperatif tipe
STAD minimal tergolong cukup positif.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan terhadap kondisi pembelajaran di
SMK Negeri 2 Dompu khususnya di kelas XI TEI, pada umumnya guru menggunakan
metode ceramah. Demikian pula yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, lebih
dominan dalam pembelajaran di kelas menggunakan metode ceramah. Hal ini
dilakukan karena metode ceramah merupakan metode yang paling umum dilakukan
guru mulai dari guru SD sampai dosen di Perguruan Tinggi. Sehingga pengalaman
penerapan metode pembelajaran ini memberi warna tersendiri dalam dunia
pendidikan. Disamping itu, metode-metode pembelajaran inovatif belum banyak
diketahui, sehingga pemahaman peneliti tentang metode pembelajaran inovatif
masih sangat minim.
Penerapan metode ceramah secara turun temurun ini berdampak pada
rendahnya mutu pendidikan, termasuk prestasi belajar siswa dalam pelajaran PKn.
Hal ini disebabkan oleh aktivitas siswa dalam pembelajaran relatif rendah, sehingga
siswa tidak dibiasakan untuk kreatif untuk mengkonstruksi pengalaman belajarnya
sendiri. Demikian pula komunikasi yang terjadi hanya terjadi satu arah yaitu dari
guru ke siswa (lewat ceramah). Hal ini mengakibatkan tumbuhnya budaya apatis di
31
kalangan siswa. Siswa tidak pernah kreatif mencari pengalaman belajar secara
mandiri, karena kebiasaan menunggu penjelasan guru.
Peneliti adalah guru PKn di kelas XI SMK Negeri 2 Dompu. Sehingga penelitian
tindakan ini dilakukan di kelas XI TEI. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK
Negeri 2 Dompu semester 2 tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri atas 20 orang
siswa. Pemilihan subjek penelitian ini dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa
prestasi belajar PKn siswa kelas XI TEI relatif lebih rendah daripada kelas X lainnya.
Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 yang
hanya mencapai rerata 64,84 dengan ketuntasan 68,75%. Berdasarkan observasi
awal yang dilakukan peneliti, ternyata ditinjau dari keaktifan siswa di kelas XI TEI
hanya sebagian kecil siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru. Demikian
pula komunikasi antar siswa dengan siswa terjadi relatif sedikit, karena guru
menyajikan materi pembelajaran dengan metode ceramah. Hal ini juga turut
memberikan andil terhadap rendahnya prestasi belajar PKn kelas XI TEI.
4.2 Gambaran Umum Hasil Penelitian
Setelah dilakukan tindakan terhadap subjek penelitian yaitu penerapan
metode kooperatif tipe STAD, dimana data yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah data tentang aktivitas belajar siswa, data prestasi belajar PKn dan data
tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Data-data
yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan teknik analisis yang telah
ditetapkan. Hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini secara ringkas
dapat disajikan sebagai berikut.
32
Siklu
s
Aktivitas Belajar Prestasi BelajarTanggapa
nRerat
a
Katego
ri
Rerat
a
DS
(%)
KT
(%)
I 11,16Cukup
Aktif67,88
67,8
8
81,2
5-
II 16,38 Aktif 74,6974,6
9
90,6
3
38,78
(Positif)
Tabel 4.1 Ringkasan Hasil Penelitian
4.3 Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
4.3.1 Perencanaan
Sebagai langkah awal dalam mempersiapkan pelaksanaan siklus I,
maka dilakukan perencanaan sebagai berikut:
1) Memilih SK/KD yang akan dikembangkan menjadi materi
pembelajaran, yaitu SK: 1. Memecahkan masalah yang berkaitan
dengan Menganalisis hubungan Internasional dan organisasi
internasional dan KD: 4.1 .Mendeskripsikan pengertian, pentingnya,
dan sara – sarana hubungan internasional bagi suatu negara,
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3) Menyusun STAD untuk materi yang akan diajarkan.
4) Menyusun lembar observasi untuk mencatat aktivitas siswa selama
pembelajaran.
33
5) Menyusun angket untuk menjaring tanggapan siswa terhadap
penerapan metode kooperatif tipe STAD.
6) Menetapkan kelompok heterogen dengan anggota 4-5 orang.
7) Menyusun soal tes akhir siklus I.
4.3.2 Pelaksanaan Tindakan
Sesuai dengan jadwal penelitian, pelaksanaan tindakan siklus I
dilakukan pada minggu ke 2 Januari 2013 dan minggu ke 1 Maret 2013,
yaitu penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD yang sesuai
dengan sintaks pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:
1) Pendahuluan
a) Guru memberikan informasi umum tentang teknis pembelajaran
metode kooperatif tipe STAD.
b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengkomunikasikan
kompetensi dasar yang akan dicapai.
c) Guru memberikan motivasi kepada siswa.
2) Kegiatan Inti
a) Guru memberikan tugas kepada siswa yaitu mengerjakan STAD
yang telah dipersiapkan guru, untuk dikerjakan secara individual.
Siswa diarahkan melakukan kegiatan eksplorasi menggunakan
STAD dan buku-buku penunjang lainnya.
b) Setelah waktu yang ditetapkan telah berakhir, guru mengarahkan
siswa untuk menuju kelompok yang telah dibentuk sebelumnya
34
yang beranggotakan 4-5 orang, serta membantu setiap kelompok
agar dapat melaksanakan diskusi dengan efektif dan efisien.
c) Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam
kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok
saling memeriksa jawaban teman satu kelompok. Siswa juga
diarahkan untuk melakukan elaborasi terhadap hasil yang
diperoleh melalui kegiatan eksplorasi.
d) Guru menunjuk secara acak beberapa kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja di kelompoknya.
e) Guru memberikan umpan balik dan penegasan pada materi
pembelajaran yang telah dipelajari (kegiatan konfirmasi).
3) Penutup
a) Guru mengarahkan dan memfasilitasi siswa dalam membuat
rangkuman.
b) Guru memberikan tes prestasi belajar kepada siswa secara
individual.
c) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan
nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor
kuis berikutnya (terkini).
4.3.3 Pengamatan/Observasi
Pengamatan dilakukan terhadap aktivitas siswa, menggunakan lembar
observasi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengamatan dilakukan
sendiri oleh peneliti, setiap indikator/deskriptor yang dilakukan oleh siswa
35
diberikan skor 1 dan yang tidak dilakukan diberikan skor nol. Hasil pengamatan
secara rinci tentang aktivitas siswa, dapat dilihat pada lampiran.
Disamping melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa, peneliti juga
mencatat permasalahan dan kendala-kendala yang muncul serta kemajuan-
kemajuan yang telah dicapai selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Beberapa kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan tindakan siklus I adalah
sebagai berikut:
a) Pada siklus I ini siswa belum terbiasa dan belum mempunyai
pengalaman terhadap metode pembelajaran kooperatif tipe STAD,
sehingga pada tahap awal pembelajaran situasi kelas agak ribut.
b) Motivasi belajar siswa masih rendah, hal ini terindikasi dari masih
banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas yang terdapat dalam
STAD.
c) Sebagian besar tugas kelompok dikerjakan secara individual oleh
sebagian anggota kelompok, sehingga diskusi kelompok tidak berjalan
dengan baik.
d) Dalam diskusi maupun menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru,
hanya beberapa siswa saja yang mau mengemukakan pendapat atau
menjawab, hal ini disebabkan oleh karena siswa kurang berani
mengemukakan pendapat atau kurangnya rasa percaya diri.
e) Dalam presentasi hasil kerja kelompok lebih banyak didominasi oleh
anggota kelompok yang kemampuannya lebih.
36
Sedangkan kemajuan-kemajuan yang dapat diamati selama pelaksanaan
tindakan pada siklus I adalah sebagai berikut:
a) Siswa mulai menyadari bahwa dalam eksplorasi perlu kerjasama antara
siswa yang satu dengan siswa lainnya. Pada tahapan ini, telah mulai
terbangun komunikasi antar siswa melalui kegiatan diskusi.
b) Dengan pemberian tugas secara individual, mulai tercipta proses
pemaknaan dalam pembelajaran. Hal ini dapat terindikasi dari adanya
proses konstruksi pengalaman belajar secara mandiri (individual), yang
berdampak pada tumbuhnya rasa percaya diri di kalangan siswa.
c) Aktivitas siswa semakin tampak dalam pembelajaran. Dengan adanya
aktivitas ini, siswa tidak mengantuk.
Hasil pengamatan ini selanjutnya dijadikan bahan pertimbangan dalam
penyempurnaan tindakan dalam siklus berikutnya.
4.3.4 Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan di atas selanjutnya dilakukan refleksi
sebagai langkah untuk penyempurnaan tindakan pada siklus II. Adapun
langkah-langkah penyempurnaan yang dilakukan pada siklus II adalah
sebagai berikut:
a) Guru memberikan arahan kembali kepada siswa dan memberikan
penekanan terhadap hal-hal yang sangat prinsip dari metode kooperatif
tipe STAD, sehingga siswa memahami bagaimana seharusnya
mengikuti pembelajaran menggunakan metode kooperatif tipe STAD.
Untuk mengatasi kelas yang ribut, guru melakukan tindakan
37
pengawasan yang lebih intensif dengan berjalan keliling sambil
memberi petunjuk/bimbingan.
b) Dengan berbagai upaya guru berusaha membangkitkan kesadaran dan
motivasi siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh, misalnya guru
memberikan perhatian dan bantuan yang intensif kepada siswa yang
mengalami kesulitan dalam mengerjakan STAD.
c) Guru menegaskan kembali bahwa tugas kelompok harus dikerjakan
melalui diskusi kelompok dan dilakukan modifikasi kelompok yakni
dengan menukarkan beberapa anggota kelompok sehingga
keanggotaan masing-masing kelompok menjadi lebih heterogen.
Dalam hal ini juga ditegaskan bahwa kerjasama kelompok dan
tanggung jawab individu adalah dua hal yang sangat penting dilakukan
dalam pembelajaran.
d) Guru mendorong siswa yang berkemampuan kurang untuk
berpartisipasi lebih aktif dalam diskusi, dengan memberikan
kesempatan bertanya dan menjawab terlebih dahulu misalnya dengan
menunjuk siswa, sehingga interaksi siswa tidak hanya terbatas pada
siswa yang berkemampuan tinggi.
e) Dalam mempresentasikan hasil kerja kelompok, guru mengarahkan
agar presentasi dilakukan secara bergilir dalam kelompok yang
bersangkutan.
f) Guru memberikan penguatan (pujian) terhadap kemajuan-kemajuan
yang telah dicapai siswa.
38
4.4 Hasil Penelitian Siklus I
4.4.1 Aktivitas Belajar Siswa
Data tentang aktivitas siswa dikumpulkan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disusun. Berdasarkan teknik analisis data
tentang aktivitas belajar siswa yang telah ditetapkan sebelumnya,
diperoleh rerata skor aktivitas belajar siswa pada siklus I sebagaimana
tertera pada lampiran 1 sebesar 11,16. Sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan, maka aktivitas belajar siswa pada siklus I tergolong “cukup
aktif”.
4.4.2 Prestasi Belajar PKn Siswa
Data prestasi belajar siswa disajikan pada lampiran 1. Dari data
tersebut terlihat bahwa jumlah skor siswa (∑ X) pada siklus I adalah
2.172, dan banyak siswa (N) = 20 orang. Sehingga skor rerata kelas (X )
pada siklus I adalah sebagai berikut.
X=∑ X
N = 2.172/20
= 67,88
Berdasarkan skor rerata kelas dapat dihitung daya serap (DS) sebagai
berikut.
DS = X
100x 100%
DS = 67,88%
39
Dari 20 orang siswa kelas XI TEI ternyata yang sudah mencapai kriteria
ketuntasan minimal sebanyak 17 orang siswa. Sehingga persentase siswa
yang telah mencapai KKM (tuntas) dapat dihitung sebagai berikut.
KT = banyak siswa yang telahmencapai KKM
N x 100%
KT = 2620 x 100% = 81,25%
Secara keseluruhan, hasil yang dicapai pada siklus I adalah sebagai berikut: 1)
aktivitas siswa cukup aktif, 2) skor rerata kelas = 67,88, 3) daya serap (DS) = 67,88% dan
persentase siswa yang telah tuntas 81,25%. Berdasarkan kriteria keberhasilan yang
telah ditetapkan sebelumnya, maka skor rerata untuk aktivitas belajar siswa sudah
memenuhi kriteria yang ditetapkan yaitu cukup aktif, tetapi skor rerata prestasi belajar
secara klasikal, daya serap (DS) dan persentase ketuntasan (KT) belum memenuhi
kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan
lanjutan.
4.5 Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
4.5.1 Perencanaan
Pada prinsipnya perencanaan yang dilakukan pada siklus II ini hampir
sama dengan perencanaan pada siklus I. KD yang akan dicapai dalam siklus II
adalah: 2 Merancang model PKn dari masalah yang berkaitan dengan sistem
persamaan linier dan 3.32 Menyelesaikan model PKn dari masalah yang
berkaitan dengan sistem persamaan linier dan penafsirannya.
4.5.2 Pelaksanaan Tindakan
40
Langkah-langkan pada pelaksanaan tindakan dalam siklus II pada
dasarnya hampir sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I. Hanya
saja tindakan yang dilakukan dalam siklus II ini mengalami berbagai
penyempurnaan sesuai dengan hasil refleksi dalam siklus I. Tindakan
penyempurnaan dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil yang
ingin dicapai pada siklus II. Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan pada
minggu ke 2 dan ke 4 Maret 2013. Pada akhir siklus II siswa diberikan tes
prestasi belajar untuk mendapatkan data tentang prestasi belajar PKn
siswa. Pada akhir siklus II ini, siswa juga diberikan angket untuk
mengetahui pendapat siswa terhadap penerapan metode kooperatif tipe
STAD.
4.5.3 Pengamatan/Observasi
Seperti pada siklus I, pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan
dalam siklus II ini dilakukan sendiri oleh peneliti menggunakan lembar
observasi. Kemajuan-kemajuan yang dijumpai pada siklus II antara lain
sebagai berikut:
a) Siswa mulai memahami teknis pelaksanaan metode kooperatif tipe
STAD, hal ini dapat dilihat dari kemandirian siswa mulai tampak
ketika siswa ditugasi mengerjakan STAD. Kegiatan eksplorasi
berlangsung dengan baik.
b) Keributan siswa dalam diskusi dapat diminimalkan dengan
pengawasan berkeliling sambil memberikan bantuan secara individual.
41
c) Komunikasi antar siswa dalam kelompok dapat ditingkatkan dengan
memberikan beberapa pertanyaan pancingan, sehingga terjadi diskusi
kelompok yang hangat.
d) Siswa yang jarang berkomentar dalam diskusi, diberikan pertanyaan
dengan cara menunjuk siswa tersebut sehingga dirangsang untuk
mengemukakan pendapatnya.
e) Siswa tampak bersemangat ketika melakukan diskusi dalam
kelompoknya, masing-masing siswa berusaha mengemukakan
pendapatnya.
Walaupun secara umum telah banyak dicapai kemajuan, ternyata masih
dijumpai beberapa kendala antara lain sebagai berikut:
a) Siswa yang memiliki buku penunjang relatif sedikit sehingga dalam
kegiatan eksplorasi, bimbingan individual masih perlu dilakukan guru.
b) Kebiasaan siswa untuk belajar menemukan konsep lewat latihan dan
membaca belum optimal, sehingga guru perlu terus mendorong siswa
untuk membiasakan diri membaca.
c) Motivasi belajar siswa perlu terus ditingkatkan untuk mencapai
prestasi belajar yang optimal.
4.5.4 Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan atas hasil pengamatan yang dilakukan
terhadap pelaksanaan tindakan yang diberikan dalam siklus II. Refleksi
terhadap hasil pengamatan tersebut adalah sebagai berikut.
42
a) Dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa
dilatih untuk mandiri dalam menemukan cara-cara membuat model
PKn dari permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
b) Peran kelompok juga sangat dominan ketika beberapa siswa masih
kesulitan dalam membuat model PKn. Kerjasama dalam diskusi
kelompok sangat membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari.
c) Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, juga
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas-tugas yang
diberikan guru.
d) Siswa yang semula kurang berani mengajukan pendapatnya, dipancing
dengan pertanyaan sehingga siswa yang bersangkutan menjadi terlatih
untuk mengemukakan pendapatnya.
e) Motivasi siswa juga dapat ditingkatkan dengan pemberian tugas-tugas
individu yang akan didiskusikan kembali dalam diskusi kelompok.
f) Dengan diskusi kelompok aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan.
Siswa yang kurang aktif akan mendapat penjelasan dari teman-teman
di kelompoknya sehingga akan meningkatkan pemahamannya terhadap
materi yang dibahas. Komunikasi dalam kelompok ini akan
membangun keyakinan siswa kepada diri sendiri, karena mereka secara
langsung terlibat aktif dalam kegiatan eksplorasi. Dengan demikian
ketuntasan belajar siswa dapat ditingkatkan.
43
4.6 Hasil Penelitian Siklus II
4.6.1 Aktivitas Belajar Siswa
Dengan menggunakan teknik dan rumus yang sama dengan yang
dilakukan pada siklus I, diperoleh rerata skor aktivitas belajar siswa pada
siklus II sebesar 16,38. Sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, maka
aktivitas belajar siswa pada siklus II tergolong aktif.
4.6.2 Prestasi Belajar PKn Siswa
Berdasarkan data hasil penelitian pada lampiran 1, terlihat bahwa jumlah
skor siswa (∑ X) pada siklus II adalah 2.390, dan banyak siswa (N) = 20 orang.
Sehingga skor rerata kelas (X ) pada siklus II adalah sebagai berikut.
X=∑ X
N
= 2.390/20
= 74,69
Berdasarkan skor rerata kelas dapat dihitung daya serap (DS) sebagai berikut.
DS = X
100x 100%
DS = 74,69%
Setelah dilakukan beberapa perbaikan dalam pelaksanaan tindakan pada siklus
II, ternyata banyaknya siswa yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal
meningkat dari siklus I menjadi 19 orang. Sehingga persentase siswa yang telah
mencapai KKM dapat dihitung sebagai berikut.
44
KT = banyak siswa yang telahmencapai KKM
N x 100%
KT = 2920 x 100%
= 90,63%
4.6.3 Tanggapan Siswa
Data tanggapan siswa terkait dengan penggunaan metode kooperatif
tipe STAD, selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1. Berdasarkan data
tersebut, maka rerata kelas untuk skor tanggapan siswa adalah sebagai
berikut.
P=∑ X
N
P=124120
P=38,78
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, maka tanggapan siswa
terhadap penggunaan metode kooperatif tipe STAD tergolong positif.
Secara keseluruhan, hasil yang dicapai pada siklus II adalah sebagai berikut:
1) aktivitas siswa aktif, 2) skor rerata kelas = 74,69, 3) daya serap (DS) = 74,69%,
4) persentase siswa yang telah tuntas 90,63% dan 5) tanggapan siswa terhadap
penerapan metode kooperatif tipe STAD tergolong positif.
Berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka:
1) skor rerata untuk aktivitas belajar siswa sudah memenuhi kriteria yang
45
ditetapkan yaitu aktif, 2) skor rerata prestasi belajar secara klasikal, daya serap
(DS) dan persentase ketuntasan (KT) juga telah memenuhi kriteria keberhasilan
yang telah ditetapkan, serta 3) tanggapan siswa terhadap penerapan metode
kooperatif tipe STAD tergolong positif. Dengan demikian penerapan metode
kooperatif tipe STAD telah berhasil meningkatkan aktivitas siswa dan prestasi
belajar PKn di kelas XI TEI SMKN 2 Dompu.
4.7 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan pada siklus I, terlihat bahwa
setelah tindakan dilakukan terjadi kenaikan rerata skor prestasi belajar PKn siswa, daya
serap dan persentase ketuntasan secara klasikal. Rerata skor prestasi belajar PKn secara
klasikal sebelum diberi tindakan (skor awal) sebesar 64,84 dan daya serap 64,84% serta
ketuntasan mencapai 68,75%. Setelah dilakukan tindakan, terjadi kenaikan rerata skor
prestasi belajar secara klasikal menjadi 67,88 dan daya serap 67,88% serta mencapai
ketuntasan 81,25%. Hasil analisis data tentang aktivitas belajar siswa pada siklus I
menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa tergolong cukup aktif dengan skor rerata
aktivitas belajar secara klasikal sebesar 11,16.
Bila dibandingkan dengan kondisi awal (sebelum diberikan tindakan), ternyata
sudah terjadi peningkatan baik dari segi aktivitas, nilai rerata kelas, daya serap dan
ketuntasan. Hal ini sangat masuk akal dan logis karena dengan penerapan metode
kooperatif tipe STAD, siswa dirangsang untuk bekerja secara mandiri. Dimana
sebelumnya siswa terbiasa menunggu penjelasan yang diberikan oleh guru. Dengan
diberikan tugas-tugas secara individual siswa didorong secara aktif untuk melakukan
46
eksplorasi dan elaborasi. Hasil yang mereka peroleh nantinya akan dibahas dalam
kelompoknya, sehingga bila masih ada siswa yang belum bisa mengerjakan tugasnya
secara individual, akan terbantu di dalam kelompoknya. Disinilah terbangun komunikasi
aktif antar siswa dan siswa, antar siswa dan guru. Dalam diskusi kelompok, siswa akan
saling memeriksa jawaban setiap anggotanya dalam kelompok tersebut. Dengan adanya
diskusi tersebut, secara otomatis siswa yang mengalami kesulitan belajar secara
individual akan dibantu oleh teman-teman dalam kelompoknya.
Setelah dilakukan tindakan penyempurnaan dan perbaikan terhadap
pelaksanaan tindakan pada siklus II, ternyata dijumpai banyak kemajuan yang dapat
dicapai dibandingkan dengan hasil yang dicapai pada siklus I. Dalam pembelajaran pada
siklus II ini siswa sudah mulai terbiasa dalam mengikuti pembelajaran menggunakan
metode kooperatif tipe STAD. Hal ini terlihat dari antusiasme siswa setelah diberi tugas
yang tertuang dalam STAD, siswa langsung mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk
tanpa menunggu perintah guru.
Hal nyata yang dapat dilihat sebagai hasil pelaksanaan tindakan pada siklus II
adalah terjadinya peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Skor rerata aktivitas belajar siswa pada siklus I sebesar 11,16 secara
kuantitatif meningkat pada siklus II menjadi 16,38. Sehingga secara kualitatif aktivitas
belajar siswa meningkat dari cukup aktif menjadi aktif pada siklus II. Peningkatan juga
terjadi pada prestasi belajar siswa, yaitu skor rerata prestasi belajar siswa pada siklus I
sebesar 67,88 meningkat menjadi 74,69 pada siklus II. Demikian pula daya serap pada
siklus I sebesar 67,88% meningkat menjadi 74,69% pada siklus II dan persentase
47
ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 81,25% meningkat menjadi 90,63% pada siklus
II.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa skor rerata aktivitas
belajar siswa, skor rerata prestasi belajar siswa, daya serap dan persentase ketuntasan
telah mencapai kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya yakni untuk aktivitas belajar
siswa minimal tergolong cukup aktif, rerata kelas (X I ), DS dan KT berturut-turut
minimal 68,00; 68% dan 85% serta tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran
kooperatif tipe STAD minimal tergolong cukup positif. Sedangkan hasil analisis data
tanggapan siswa terhadap metode kooperatif tipe STAD, mencapai rerata skor 38,78
secara kualitatif tergolong positif.
Dengan demikian penelitian ini secara keseluruhan dapat dikatakan berhasil,
karena pada akhir penelitian ini semua kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan
sebelumnya telah terpenuhi.
Walaupun penelitian ini dikatakan berhasil, namun masih terdapat beberapa
kelemahan antara lain : 1) sumber belajar yang dimiliki siswa dalam hal ini buku-
buku penunjang masih sangat terbatas dimana hal ini tidak terlepas dari tingkat
sosial ekonomi siswa, dan 2) fasilitas pendukung pelaksanaan metode kooperatif
tipe STAD, seperti media pembelajaran berbasis ICT perlu ditingkatkan.
48
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian ini, dapat
dikemukakan simpulan sebagai berikut.
5.1.1 Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa kelas XI SMK Negeri 2 Dompu. Hal ini dapat
dilihat dari peningkatan rerata skor aktivitas belajar siswa yaitu pada siklus
I sebesar 11,16 sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 16,38. Secara
kualitatif, aktivitas belajar siswa pada siklus I tergolong cukup aktif,
meningkat pada siklus II tergolong aktif.
5.1.2 Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas XI TEI SMKN 2 Dompu . Hal ini dapat dilihat
dari peningkatan rerata skor prestasi belajar siswa yaitu pada siklus I
sebesar 67,88 sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 74,69. Daya
serap meningkat dari siklus I sebesar 67,88% menjadi 74,69% pada siklus
II. Sedangkan persentase ketuntasan (KT) meningkat dari siklus I sebesar
81,25% menjadi 90,63% pada siklus II.
49
5.1.3 Tanggapan siswa terhadap metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
sebesar 38,78 tergolong positif.
5.2 Saran
Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini dapat diajukan saran-saran
sebagai berikut.
5.2.1 Kepada guru-guru PKn, diharapkan mengembangkan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran di kelas sebagai
salah satu metode pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
5.2.2 Kepada peneliti lain, diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan
terhadap implementasi metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
tempat dan subjek yang berbeda.
KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN
1. Surat Keterangan Kepala Sekolah
2. JadwalPenelitian
50
3. Silabus
4. RPPlengkapdenganinstrumen
5. Semuainstrumenuntukpengambilan data (tes, lembarobservasi, kuesioner,
angket, dll).
6. Semua data hasilpenelitian
7. STADSiklus I (bila ada)
8. STADSiklus II (bila ada)
9. CatatanHarianSiklus I
10. CatatanharianSiklus II
11. Foto-fotoKegiatanPembelajaran
12. Contohhasilkerjasiswa per siklus (@ 5 orang)
DAFTAR TABEL
3.1 CatatanHarian
4.1 RingkasanHasilPenelitian
51
DAFTAR GAMBAR
4.1 Gambar 1 KerangkaBerpikir
52
Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel 2.1
seperti
berikut.
Tabel 2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran STAD
Langkah Indikator Tingkah laku guru
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 3
Menyampaikan tujuan
dan
memotivasi siswa
Menyajikan informasi
Mengorganisasikan
siswa ke
dalam kelompok-
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan
mengkomunikasikan
kompetensi dasar
yang akan dicapai serta
memotivasi siswa
Guru menyajikan
informasi kepada siswa
Guru menginformasikan
pengelom-pokkan
Siswa
Guru memotivasi serta
53
Langkah 4
Langkah 5
Langkah 6
kelompok belajar
Membimbimg kelompok
belajar
Evaluasi
Memberikan
penghargaan
memfasilitasi kerja siswa
dalam kelompok-
kelompok belajar
Guru mengevaluasi hasil
belajar tentang
materi pembelajaran
yang telah dilaksanakan
Guru memberi
penghargaan hasil belajar
individual dan kelompok
54