SKRIPSI
PERANAN AUDIT OPERASIONAL DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS
PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KEGIATAN PENGKREDITAN
PADA PT.BANK SULSELBAR CABANG ENREKANG
WAHYUNI
105730371112
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2016
iii
ABSTRAK
WAHYUNI,2016,Peranan Audit Operasional dalam Meningkatkan
Efektivitas Pengendalian Internal Terhadap Kegiatan Pengkreditan Pada PT.
Bank Sulselbar Cabang Enrekang (dibimbing oleh Bapak Agussalim HR dan
Ibu Mukminati Ridwan).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan audit
operasional dalam meningkatkan efektifitas pengendalian internal terhadap
kegiatan perkreditan pada PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif yaitu dengan memaparkan mengenai audit operasional bank yang
menggunakan tahapan audit yang tertera pada Peraturan Bank Indonesia
No.1/6/PBI/1999 Tgl. 20 Desember 1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan
dan Penerapan Standar Pelaksana Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB), yaitu
tahapan pelaksanaan audit dapat dibedakan dalam 5 (lima) tahap kegiatan yaitu
tahap (1) persiapan audit, (2) penyusunan program audit, (3) pelaksanaan
penugasan audit, (4) pelaporan hasil audit dan (5)tindak lanjut hasil audit.
Hasil dari penilitian ialah bahwa penerapan audit operasional terhadap
kegiatan perkreditan dapat dikatakan cukup memadai. Berdasarkan tahap-tahap
audit operasional bank yang terdiri dari tahap persiapan audit, penyusunan
program audit, pelaksanaan penugasan audit, pelaporan hasil audit, dan tindak
lanjut hasil audit telah dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku. Dan juga
pengendalian internal kegiatan perkreditan dapat dikatakan efektif berdasarkan
pemberian kredit menggunakan prinsip 5C dan upaya penyelamatan kredit dari
kredit macet (non perfomance loan) telah dilaksanakan secara efektif.
Kata kunci: Peranan Audit operasional, Efektivitas, Pengendalian Internal,
Kegiatan Perkreditan
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. yang senantiasa
mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Peranan Audit Operasional dalam
Meningkatkan Efektivitas Pengendalian Internal Terhadap Kegiatan Pengkreditan
Pada PT.Bank Sulselbar Cabang Enrekang”. Salam dan Salawat peneliti
hanturkan kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW, serta keluarga dan
sahabat yang telah membentangkan permadani kehidupan dari alam yang gelap
gulita menjadi alam yang terang benderang.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Ungkapan terima kasih yang tidak terhingga peneliti khususkan
untuk Ayahanda Kasim, Ibunda Masni, dan seluruh keluarga tercinta atas
segala kasih sayang, kesabaran, dan senantiasa mendoakan sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
Sebagai wujud rasa penghargaan, dengan segala kerendahan hati peneliti
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr.H.Abd.Rahman Rahim,SE.,MM Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah menjadikan Unismuh Makassar
terus berkembang dibidang akademik dan melahirkan mahasiswa (i)
berkualitas.
v
2. Bapak Dr.H.Mahmud Nuhung,MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar : Bapak Ismail
Badollahi,SE,.M.Si,CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi
3. Bapak Dr.Agussalim HR.,SE.,MM selaku pembimbing I yang selalu
memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti dengan pengertian.
4. Ibu Mukminati Ridwan SE.,M.Si selaku pembimbing II dalam penulisan
skripsi yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing
peneliti.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar yang dengan ikhlas memberikan ilmunya kepada peneliti dan
juga seluruh staf Jurusan Akuntansi dan Akademik Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Pimpinan Dan Staf Bank SulSelBar Cabang Enrekang yang telah
mengizinkan dam membantu dalam melakukan penelitian di Bank
SulSelBar Cabang Enrekang.
7. Seluruh keluargaku, yang juga telah banyak memberikan motivasi selama
ini terkhusus Saudara Saya Weni dan Zul Kifli yang selama ini banyak
membantu penulis baik berupa materi maupun nonmateri selama penulis
berkuliah di UNISMUH sampai dengan penyusuanan skripsi ini.
8. Teman-teman AK.4.12 dan seluruh teman-teman angkatan 2012
UNISMUH Makassar Fakultas Ekonomi Dan Bisnis yang tidak dapat
peneliti sebutkan satu per satu yang membantu dan memberi dukungan
baik moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini. Peneliti
vi
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena itu
segala saran dan kritik yang membangun peneliti harapkan. Akhirnya,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi peneliti maupun pihak yang
berkepentingan.
Makassar, Juni 2016
wahyuni
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Auditing .......................................................................................... 7
1. Pengertian Auditing ............................................................................. 7
2. Jenis – Jenis Audit ............................................................................... 9
3. Pengertian Audit Operasional ............................................................. 10
4. Jenis – Jenis Audit Operasional .......................................................... 11
viii
5. Kriteria dan Ruang Lingkup Audit Operasional .................................. 12
6. Tujuan dan Manfaat Operasional ........................................................ 15
7. Keterbatasan Audit Operasional ......................................................... 17
8. Tahap – Tahap Audit Operasional ...................................................... 18
9. Pelaksana Audit Operasional .............................................................. 20
B. Pengertian Efektivitas ............................................................................. 21
C. Teori Pengendalian Internal .................................................................... 22
1. Pengertian Pengendalian Internal ....................................................... 22
2. Tujuan Pengendalian Internal ............................................................. 22
3. Komponen Pengendalian Internal ....................................................... 23
4. Keterbatasan Pengendalian Internal .................................................... 25
D. Pengertian Bank ..................................................................................... 27
E. Kredit ..................................................................................................... 28
1. Kegiatan Perkreditan .......................................................................... 31
2. Non Performance Loan (NPL) ........................................................... 37
F. Kerangka Pikir ....................................................................................... 40
G. Hipotesis ................................................................................................ 40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 41
B. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 41
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 42
ix
D. Metode Analisis Data ............................................................................. 42
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah PT. Bank Sulselbar ................................................................... 44
B. Visi dan Misi Organisasi ....................................................................... 46
C. Struktur Organisasi dan Job Description ................................................ 46
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 49
1. Sistem Pemberian Kredit ............................................................ 49
2. Kebijakan Pemberian Kredit ....................................................... 49
3. Pengelolaan Non Performance loan ............................................ 54
4. Upaya Penyelamatan Kredit ........................................................ 54
5. Pelaksanaan Audit Operasional Kredit ........................................ 59
6. Evaluasi Hasil Jawaban Kuesioner .............................................. 65
B. Pembahasan .......................................................................................... 69
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................ 72
B. Saran ...................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar.1.Prosedur Umum Pemberian Kredit .................................................... 37
Gambar.2.Kerangka Pikir ................................................................................... 40
Gambar.3.Upaya Penyelamatan Kredit Bermasalah............................................ 55
xi
DAFTAR TABEL
Tabel.1.Prinsip Pemberian Kredit 5C ................................................................. 53
Tabel.2.Perkembangan NPL............................................................................... 54
Tabel.3.Kategori Debitur dan Langkah Penyelesaian Hutang Debitur................. 55
Tabel.4.Tabulasi Hasil Kuesioner....................................................................... 65
Tabel.5.Tabulasi Hasil Kuesioner....................................................................... 67
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1.Kuesioner Untuk Responden ........................................................................... 76
2.Arus Pengendalian Internal Kredit .................................................................. 82
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini perbankan di Indonesia dihadapkan pada tingkat persaingan
yang semakin ketat. Persaingan tersebut tidak hanya terjadi antar bank, tetapi juga
datang dari lembaga keuangan lain yang berhasil mengembangkan produk-produk
keuangan baru. Persaingan dan perkembangan yang cukup pesat pada usaha
perbankan tersebut membuat masing-masing lembaga perbankan harus berlomba
untuk memenangkan persaingan bisnis. Oleh karena itu, lembaga perbankan perlu
meningkatkan kinerjanya untuk dapat bertahan dalam situasi krisis atau
memenangkan persaingan dalam era globalisasi.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.5/8/PBI/2003 tersebut diketahui
bahwa sebagian besar risiko-risiko bank bersumber dari kegiatan operasional yang
dijalankan. Untuk meminimalkan risiko-risiko tersebut maka perbankan perlu
bertindak rasional dalam arti lebih memperhatikan masalah efektivitas kegiatan
yang dijalankan. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena dunia perbankan
saat ini juga dihadapkan pada kompetisi yang bertambah ketat.
Tingkat persaingan antar bank dan resiko perkreditan yang tinggi
menyebebkan pihak internal bank perlu menerapkan suatu pengendalian internal
yang efektif. Pengendalian internal yang efektif pada dasarnya bertujuan untuk
melindungi harta milik perusahaan dengan meminimalkan kemungkinan
1
2
terjadinya penyelewengan, pemborosan, kemacetan kredit, serta mampu
meningkatkan efektivitas kerja.
Untuk memastikan bahwa kegiatan operasional bank telah berjalan dengan
baik sekaligus memberikan perbaikan atas segala kekurangan yang ditemukan
dalam rangka menunjang efektivitas, maka bank perlu melakukan suatu
pemeriksaan terhadap kegiatan operasional yang dijalankan. Salah satu alat yang
dapat digunakan bank dalam memastikan aktivitas bank telah berjalan dengan
baik dan menunjang terwujudnya efektivitas kegiatan operasional perbankan
adalah audit operasional.
Audit operasional berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan
mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas
dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Audit operasional
menyangkut serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur, dan
terorganisasi. Aspek ini meliputi perencanaan yang baik, serta perolehan dan
evaluasi bukti secara objektif yang berkaitan dengan aktivitas yang diaudit.
Evaluasi atas operasi ini harus didasarkan pada beberapa kriteria yang ditetapkan
dan disepakati. Dalam audit operasional, kriteria seringkali dinyatakan dalam
bentuk standar kinerja yang ditetapkan oleh manajemen (Boynton, Johnson, Kell
2003).
Kegiatan perkreditan merupakan proses pembentukan aset bank. Kredit
merupakan aset bank yang memiliki risiko (risk asset) karena aset tersebut
dikuasai pihak luar yaitu pihak debitur dan dana yang dipergunakan bank untuk
dipinjamkan kepada debitur sebagian besar adalah merupakan titipan masyarakat
3
yang berbentuk deposito, tabungan, dan giro. Oleh karena itu Bank harus berusaha
keras untuk mengelola aset tersebut agar kualitas kredit menjadi sehat dalam arti
produktif dan collectable sehingga bank dapat menjamin keamanan dana
masyarakat yang telah disimpan di bank dan juga dapat memberikan kontribusi
pendapatan yang besar bagi bank.
Bank tidak dapat terlepas sama sekali dari risiko kredit bermasalah. Bank
harus berusaha menekan risiko munculnya kasus itu serendah mungkin. Secara
singkat dapat dikatakan bahwa usaha menekan risiko munculnya kredit
bermasalah dapat dilakukan dengan jalan menjaga mutu kredit yang disalurkan.
Salah satu ketentuan yang mengatur tentang kredit bermasalah di bank adalah
ketentuan dari Bank Indonesia yang menyebutkan bahwa Non Performing Loan’s
(NPL’s) tidak lebih dari 5% terhadap total baki debetnya. Ketentuan ini
mengisyaratkan agar bisnis perbankan bisa tetap berjalan bahkan meningkat jika
bank sebagai lembaga
intermediasi mampu melaksanakan kegiatan perkreditan dengan menganut prinsip
kehati-hatian (prudental principle).
Dengan adanya unsur risiko dan ketidakpastian nasabah dalam
mengembalikan kredit yang telah diterimanya, maka diperlukan suatu
pemeriksaan berkelanjutan atas kegiatan perkreditan untuk memperkecil risiko
yang mungkin timbul. Pihak bank perlu meningkatkan kualitas pemeriksaan
kegiatan penyaluran kredit untuk memperkecil timbulnya kredit bermasalah
sehingga tingkat kolektibilitas kredit dapat ditingkatkan. Salah satunya adalah
dengan menerapkan audit operasional yang memadai atas kegiatan perkreditan
4
yang telah dijalankan.
Meningkatnya aktivitas dunia usaha menimbulkan berbagai kebutuhan,
antara lain kebutuhan dana untuk keperluan membangun atau memperluas bidang
usaha. Tambahan dana kadang tidak seluruhnya dapat diperoleh dari perusahaan
itu sendiri, tetapi juga diperoleh dari pihak luar perusahaan yaitu lembaga
keuangan khususnya perbankan. Dengan demikian perkembangan dunia usaha
harus diikuti dengan perkembangan perbankan sebagai lembaga penunjang dan
pendorong kelancaran usaha.
Seperti halnya Bank Sulselbar Cabang Enrekang yang merupakan lembaga
perbankan yang menyediakan pembiayaan untuk kegiatan usaha nasabahnya, telah
berkomitmen untuk menjadi Bank Pembangunan Daerah yang terkemuka di
Indonesia dan mengembangkan UKM sebagai kekuatan penggerak perekonomian
Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Komitmen dan tekad tersebut diwujudkan
salah satunya dengan menyediakan kredit bagi masyarakat Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Barat yang membutuhkan dana untuk kegiatan usahanya.
Kemampuan Bank Sulselbar Cabang Enrekang sebagai lembaga pemberi
kredit tergantung pada kemampuan bank dalam menarik dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kepada masyarakat atau perusahaan-perusahaan yang
membutuhkan pembiayaan dengan tingkat kolektibilitas kredit yang tinggi. Untuk
mencapai tujuan tersebut sekaligus mewujudkan komitmennya sebagai pendorong
berkembangnya perekonomian Sulselbar khususnya, maka kegiatan perkreditan
merupakan salah satu kegiatan utama Bank Sulselbar Cabang Enrekang yang
5
perlu dievaluasi secara berkelanjutan yaitu dengan melaksanakan audit
operasional. Dengan efektifnya kegiatan perkreditan dalam arti tercapainya
sasaran penyaluran kredit dengan kualitas kredit yang tinggi, diharapkan Bank
Sulselbar mampu untuk tetap menjadi lembaga perbankan yang mendorong
berkembangnya perekonomian di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.
Dari kondisi yang telah diuraikan di atas, Penulis tertarik untuk
mengetahui lebih jelas mengenai audit operasional pada perbankan yakni Bank
Sulselbar khususnya dalam kegiatan perkreditan. Bertitik tolak dari hal tersebut,
maka Penulis melakukan penelitian dengan judul “Peranan Audit Operasional
dalam Meningkatkan Efektivitas Pengendalian Internal Terhadap Kegiatan
Perkeditan Pada PT.Bank Sulselbar Cabang Enrekang”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka permasalahan yang akan
diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:
“Bagaimana peranan audit operasional dalam meningkatkan efektivitas
pengendalian internal terhadap kegiatan perkreditan pada PT. Bank Sulselbar di
Cabang Kab.Enrekang?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka
penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peranan audit
6
operasional dalam meningkatkan efektifitas pengendalian internal kegiatan
perkreditan pada PT.Bank Sulselbar di Cabang Kab.Daerah.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan, hasil penelitian diharapkan mampu memberikan gambaran
yang dapat digunakan sebagai bahan masukan tentang pentingnya audit
operasional dalam menganalisis dan mengevaluasi pelaksanaan aktivitas
perusahaan dalam mencapai efektivitas pengendalian internal kegiatan
perkreditan.
2. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
tentang audit operasional, khususnya dalam aktivitas kegiatan perkreditan
bank, serta untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana
ekonomi jurusan akuntansi pada UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH di
Makassar.
3. Bagi akademisi, hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
referensi serta dapat menambah pengetahuan, menjadi sumber informasi dan
bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Auditing
1. Pengertian Auditing
Untuk mengetahui dengan jelas pengertian auditing, berikut ini
akan dikemukakan definisi-definisi auditing yang diambil dari beberapa
sumber. “Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk
menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya
kepada pemakai yang berkepentingan.” (Mulyadi,2010 : 9)
Sedangkan “Auditing is the accummulation and evaluation of evidence
about information to determine and report on the degree of
correspondence between the information and estabilished criteria.
Auditing should be done by a competent, independent person.”( Arens et
al ,2008:4)
Auditing adalah suatu proses pengumpulan dan evaluasi bahan
bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi
untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria
yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang
independen dan kompeten.
7
8
Audit adalah : “Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta
mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan
peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara
asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak berkepentingan.”
(Boynton, Johnson, Kell ,2003)
Beberapa ciri penting yang ada dalam definisi tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Suatu proses sistematis berupa serangkaian langkah atau proses yang
logis, terstruktur, dan terorganisir.
2. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif berarti memeriksa
dasar asersi serta mengevaluasi hasil pemeriksaan tersebut tanpa
memihak dan berprasangka, baik untuki atau terhadap perorangan (atau
entitas) yang membuat asersi tersebut.
3. Asersi tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi merupakan representatif
yang dibuat oleh perorangan atau entitas.
4. Derajat kesesuaian menunjuk pada pendekatan di mana asersi dapat
diidentifikasi dan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan.
5. Kriteria yang telah ditetapkan adalah standar-standar yang digunakan
sebagai dasar untuk menilai asersi atau pernyataan.
6. Penyampaian hasil diperoleh melalui laporan tertulis yang
menunjukkan derajat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah
ditetapkan.
9
7. Pihak-pihak yang berkepentingan adalah mereka yang menggunakan
(mengandalkan) temuan-temuan auditor.
2. Jenis-Jenis Audit
Jenis-jenis audit yang dikemukakan oleh Mulyadi (2010 : 30-32)
umumnya digolongkan menjadi 3 golongan yaitu laporan keuangan, audit
kepatuhan, dan audit operasional.
1. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)
Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh
auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh
kliennya untuk menyatakan pendapat menjadi keawajaran laporan
keuangan tersebut. Dalam laporan keuangan ini, auditor independen
menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuaiannya dengan
prinsip akuntansi berterima umum.
2. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)
Audit kepatuhan adalah audit yang tugasnya untuk menentukan
apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu, audit
kepatuhan banyak dijumpai dalam pemerintahan.
3. Audit Operasional (Operational Audit)
Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan
organisasi atau bagian dari padanya, dalam hubungannya dengan tujuan
tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk :
a. Mengevaluasi kinerja
10
b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan
c. Membuat rekomendaasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
3. Pengertian Audit Operasional
Audit operasional adalah “Suatu proses sistematis yang
mengevaluasi efektivitas, efisiensi, dan kehematan operasi yang berada
dalam pengendalian manajemen serta melaporkan kepada orang-orang
yang tepat hasil-hasil evaluasi tersebut beserta rekomendasi perbaikan.”
(Boynton, Johnson, Kell ,2003)
Definisi audit operasional yaitu “An operational audit evaluates the
efficiency and effectiveness of any part of an organization’s operating
procedures and method.” (Arens et al ,2008 : 13)
Audit operasional adalah mengevaluasi efisiensi dan efektivitas
setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Audit
operasional lebih berorientasi ke masa depan, artinya hasil dari penilaian
berbagai kegiatan operasional tersebut diharapkan dapat membantu
manajemen dalam meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan yang
ditetapkan oleh badan usaha.
Setelah mempelajari definisi-definisi di atas terlihat beberapa hal
yang merupakan inti dari pengertian audit operasional, yaitu sebagai
berikut:
11
1. Audit operasional merupakan penelahaan yang sistematis atas kegiatan
atau keadaan pada suatu organisasi dengan tujuan untuk memeriksa
efisiensi dan efektivitas suatu kegiatan.
2. Audit operasional bertujuan menilai cara-cara pengelolaan yang
diterapkan dalam objek audit operasional berupa kegiatan, program,
unit, atau fungsi yang menjadi bagian dari suatu organisasi sudah
berjalan dengan baik.
3. Tujuan pokok diadakannya audit operasional adalah untuk:
a. Menilai efisiensi, efektivitas, dan kehematan ekonomi.
b. Mengidentifikasikan kemungkinan perbaikan.
4. Jenis - Jenis Audit Operasional
Arens et al (2008 : 844-845) mengatakan ada 3 jenis audit
operasional yang terdiri dari:
1. Audit Fungsional (Functional Audits).
`Audit fungsional berkaitan dengan sebuah fungsi atau lebih
dalam suatu organisasi, misalnya fungsi pengeluaran kas, penerimaan
kas, pembayaran gaji. Audit fungsional memungkinkan adanya
spesialisasi oleh auditor. Auditor yang merupakan staf dari internal
audit dapat lebih efisien memakai seluruh waktu mereka untuk
memeriksa dalam bidang tersebut. Tapi disamping itu, audit fungsional
memiliki kekurangan yaitu tidak dievaluasinya fungsi-fungsi yang
saling berhubungan.
12
2. Audit Organisasional (Organizational Audits).
Audit organisasional menyangkut keseluruhan unit organisasi,
seperti suatu departemen, cabang, atau anak perusahaan. Penekanan
dalam audit ini adalah seberapa efisien dan efektif fungsi-fungsi
organisasi yang saling berinteraksi. Rencana organisasi dan metode
untuk mengkoordinasikan aktivitas yang ada merupakan hal yang
penting untuk audit jenis ini.
3. Penugasan Khusus (Special Assigments).
Penugasan khusus muncul atas permintaan manajemen untuk
berbagai jenis audit, seperti menentukan penyebab dari sistem
Electronic Data Processing (EDP) atau teknologi informasi yang tidak
efektif, menyelidiki kemungkinan dilakukannya kecurangan (fraud)
dalam suatu divisi, dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya
pembuatan suatu barang.
5. Kriteria dan Ruang Lingkup Audit Operasional
Salah satu kesulitan yang umum dihadapi dalam audit operasional
adalah menentukan kriteria audit untuk menilai efisiensi dan efektivitas
organisasi. Dalam audit operasional tidak terdapat suatu kriteria tertentu
yang berlaku secara umum untuk setiap audit.
Kriteria adalah nilai-nilai ideal yang digunakan sebagai tolak ukur
dalam perbandingan. Dengan adanya kriteria, pemeriksaan dapat
menentukan apakah suatu kondisi yang ada menyimpang atau tidak dan
kondisi yang diharapkan. Karena pemeriksaan pada intinya merupakan
13
proses perbandingan antara kenyataan yang ada dengan suatu kondisi yang
diharapkan maka pada audit operasional pun diperlukan adanya kriteria.
Arens et al (2008 : 847) menyebutkan beberapa kriteria yang dapat
digunakan dalam audit operasional, yaitu:
1. Kinerja Historis (Historical Performance).
Merupakan kriteria sederhana yang dapat didasarkan pada hasil
aktual audit periode sebelumnya. Gagasan dibalik penggunaan kriteria
ini adalah membandingkan apakah yang telah dilakukan menjadi “lebih
baik” atau “lebih buruk”. Manfaat kriteria ini adalah bahwa kriteria
tersebut mudah dibuat, tetapi mungkin tidak memberikan pandangan
mendalam mengenai seberapa baik atau buruk sebenarnya unit usaha
yang diperiksa dalam melakukan sesuatu.
2. Kinerja yang dapat diperbandingkan (Brenchmarking).
Merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil yang
dicapai oleh organisasi lain yang sejenis. Walaupun penilaian prestasi
masa lalu, tetapi hasil penilaian menggunakan kriteria ini pun belum
tentu memberikan gambaran yang tepat mengenai keadaan organisasi,
karena perbedaan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh dua organisasi
yang berbeda.
3. Standar Rekayasa (Enginereed Standards).
Merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan standar
rekayasa, seperti penggunaan time and motion study untuk menentukan
banyaknya output yang harus diproduksi.
14
4. Diskusi dan Kesepakatan (Discussion and Agreement).
Merupakan kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil diskusi
dan persetujuan bersama antara manajemen dan pihak-pihak lain yang
terlibat dalam audit operasional.
Audit operasional mempunyai ruang lingkup yang lebih luas,
tidak hanya pada masalah keuangan saja tetapi juga mencakup masalah-
masalah diluar keuangan dengan memberikan rekomendasi perbaikan
operasional yang diperlukan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perusahaan.
Ruang lingkup audit operasional untuk suatu perusahaan harus
berdasarkan keputusan manajemen dengan memperhatikan berbagai
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Para pelaksana audit harus
memperhatikan tujuan manajemen perusahaan mengadakan audit ini.
Ruang lingkup audit operasional adalah “Audit operasional
mencakup tujuan perusahaan, lingkungan perusahaan, lingkungan
perusahaan beroperasi, personalia dan kadangkala mencakup fasilitas
fisik” (Widjayanto, Nugroho ,2005:19)
Jadi dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup audit operasional
merupakan seluruh aspek manajemen (baik seluruh atau sebagian dari
program/aktivitas yang dilakukan), tinjauan kebijaksanaan operasinya,
perencanaan, praktik (kinerja), hasil dari kegiatan dalam mencapai
tujuan perusahaan. Oleh karena itu, audit dilakukan tidak terbatas hanya
15
pada masalah akuntasinya saja, melainkan dari segala bidang yang
berhubungan dengan perusahaan seperti kepegawaian.
6. Tujuan dan Manfaat Audit Operasional
Keputusan pihak manajemen untuk mengadakan audit operasional
mempunyai tujuan dan manfaat bagi suatu organisasi. Tujuan dari audit
operasional adalah salah satunya dengan melihat dapat melihat sampai
sejauh mana kemajuan dari perusahaan. Setelah dilakukan audit
operasional bisa dilihat oleh manajemen perusahaan apa saja keterbatasan
dari perusahaan yang di audit.
“Audit operasional bertujuan untuk mengidentifikasi kegiatan,
program, dan aktivitas yang masih memerlukan perbaikan, sehingga
dengan rekomendasi yang diberikan nantinya dapat dicapai perbaikan atas
pengelolaan berbagai program dan aktivitas pada perusahaan tersebut.”
(Bayangkara, IBK (2008)
Tunggal (2000) mengatakan bahwa ada tiga tujuan dilakukannya
audit operasional ini yaitu sebagai berikut:
1. Audit operasional dapat dijadikan sebagai alat untuk mengukur prestasi
dari setiap bidang-bidang yang dijadikan sebagai objek pemeriksaan.
Kriteria prestasi itu dinilai dari tingkat efektivitas dan efisiensi yang
dicapai.
2. Mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan. Pada setiap akhir audit
operasional akan dihasilkan suatu laporan yang menjelaskan mengenai
hasil pemeriksaan yang telah dilaksanakan. Dengan adanya laporan ini,
16
akan membantu pihak manajemen dalam mengidentifikasi masalah
yang timbul di perusahaan.
3. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.
Masalah yang telah diidentifikasi dapat disajikan sebagai dasar bagi
pihak manajemen untuk menyusun langkah-langkah perbaikan atau
tindak lanjut yang diperlukan.
Dengan tercapainya tujuan tersebut, menurut Tunggal (2000),
audit operasional memberikan beberapa manfaat, antara lain sebagai
berikut:
1. Memberikan informasi yang relevan dan tepat waktu untuk
pengambilan keputusan.
2. Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan dalam
pengendalian.
3. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang
diharapkan, rencana-rencana, prosedur serta persyaratan peraturan
pemerintah.
4. Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk
menentukan tindakan yang akan diambil.
5. Menilai efisiensi pengguna sumber daya.
6. Menilai efektivitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan
yang telah ditetapkan.
7. Menyediakan tempat pelatihan personil dalam fase operasi
perusahaan.
17
Dari uraian diatas, manfaat audit operasional berorientasi ke
arah peningkatan prestasi manajemen diwaktu yang akan datang
yang bermanfaat bagi perusahaan itu sendiri. Hasil audit operasional
diharapkan menemui titik fokus permasalahan yang mendasar dalam
pelaksanaan kegiatan perusahaan.
7. Keterbatasan Audit Operasional
Widjayanto (2005 : 23-24) keterbatasan dari audit operasional:
1. Waktu
Waktu menjadi faktor yang sangat membatasi, karena auditor
harus memberikan informasi kepada manajemen secara cepat atau
setidaknya tepat waktu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Sebaliknya audit operasional dilakukan secara teratur untuk menjamin
bahwa permasalahan yang penting tidak menjadi kronis dalam
perusahaan.
2. Keahlian Auditor
Kurangnya pengetahuan banyak dikeluhkan oleh para auditor
operasional karena tidak mungkin bagi seorang auditor mengetahui dan
menguasai berbagai disiplin bisnis. Auditor operasional hanya lebih ahli
dalam bidang audit daripada dalam bidang bisnis.
“Menurut aturannya auditor operasional hanya ahli dalam suatu
bidang audit daripada dalam bidang bisnis kliennya. Karena bagian
yang bersangkutan diperiksa oleh orang yang tidak ahli secara teknis,
18
maka pemeriksaan itu harus dibatasi pada kekurangan-kekurangan yang
umum saja.” (Widjayanto ,2005:23)
3. Biaya
Biaya juga merupakan salah satu faktor pembatas, karena itu
tentu saja biaya audit harus lebih kecil dari jumlah uang yang dapat
dihemat. Oleh karena itu auditor harus mengabaikan masalah kecil yang
mungkin dapat memakan biaya jika diselidiki lebih lanjut.
8. Tahap – Tahap Audit Opersional
Dalam audit operasional memerlukan sebuah kerangka tugas yang
dijadikan sebagai pedoman kerja, karena tanpa adanya kerangka yang
tersusun dengan baik, maka auditor akan banyak menghadapi kesulitan
dalam melaksanakan pekerjaannya mengingat kegiatan struktur
perusahaan saat ini telah semakin maju dan rumit.
Berdasarkan Bank Indonesia No. 1/6/PBI/1999 Tgl. 20 Desember
1999 tentang Penugasan Direktur Kepatuhan dan Penerapan Standar
Pelaksana Fungsi Audit Intern Bank (SPFAIB), pelaksanaan audit dapat
dibedakan dalam 5 (lima) tahap kegiatan yaitu tahap persiapan audit,
penyusunan program audit, pelaksanaan penugasan audit, pelaporan hasil
audit dan tindak lanjut hasil audit.
1. Persiapan Audit
Pelaksanaan audit harus dipersiapkan dengan baik agar tujuan audit
dapat dicapai dengan cara yang efisien. Langkah yang perlu diperhatikan
19
pada tahap persiapan audit meliputi penetapan penugasan, pemberitahuan
audit dan penelitian pendahuluan.
2. Penyusunan Program Audit
Adanya program audit secara tertulis akan memudahkan
pengendalian internal audit selama tahap-tahap pelaksanaan. Program
audit tersebut dapat diubah sesuai dengan kebutuhan selama audit
berlangsung.
3. Pelaksanaan Penugasan Audit
Tahap pelaksanaan audit meliputi kegiatan mengumpulkan,
menganalisis, menginterpretasikan dan mendokumentasikan bukti-bukti
audit serta informasi lain yang dibutuhkan, sesuai dengan prosedur yang
digariskan dalam program audit untuk mendukung hasil audit.
4. Pelaporan Hasil Audit
Setelah selesai melakukan kegiatan audit, auditor internal
berkewajiban untuk menuangkan hasil audit tersebut dalam bentuk laporan
tertulis. Laporan tersebut harus memenuhi standar pelaporan, memuat
kelengkapan materi dan melalui proses penyusunan yang baik. Proses
penyusunan laporan perlu dilakukan dengan cermat agar dapat disajikan
laporan yang akurat dan bermanfaat bagi auditee.
5. Tindak Lanjut Hasil Audit
SKAI harus harus memantau dan menganalisis serta melaporkan
perkembangan pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang telah dilakukan
auditee. Tindak lanjut tersebut meliputi pemantauan atas pelaksanaan
20
tindak lanjut, analisis kecukupan tindak lanjut dan pelaporan tindak lanjut.
SKAI harus memantau dan menganalisis serta melaporkan perkembangan
pelaksanaan tindak lanjut perbaikan yang telah dilakukan auditee.
9. Pelaksana Audit Operasional
Audit operasional dapat dilaksanakan oleh pihak sebagai berikut :
1. Auditor Internal
Auditor internal memiliki posisi yang unik untuk melaksanakan
audit operasional. Manfaat yang diperoleh jika auditor internal
melakukan audit operasional adalah bahwa mereka menggunakan
seluruh waktu kerja untuk perusahaan yang mereka audit. Untuk
memaksimalkan efektivitasnya, bagian audit harus melapor kepada
dewan direksi atau direktur utama. Auditor internal juga harus
mempunyai akses dan mengadakan komunikasi yang bersinambungan
dengan komite auditor dewan direksi. Struktur organisasi ini membantu
auditor agar tetap independen.
2. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah melaksanakan audit operasional yang
seringkali merupakan bagian dari pelaksana audit keuangan. Auditor
pemerintahan terdiri dari para akuntan dari Badan Pemeriksa Keuangan
dan Pembangunan (BPKP), dahulu Direktorat Jendral Pengawasan
Keuangan Negara (Departemen Keuangan). Auditor pemerintah
biasanya memberi perhatian pada kedua macam pemeriksaan baik
untuk keuangan maupun audit operasional.
21
3. Auditor Eksternal
Pada waktu akuntan publik melakukan audit atas laporan
keuangan historis, sebagian dari audit itu biasanya terdiri dari
pengidentifikasian masalah-masalah operasioanal dan membuat
rekomendasi yang dapat bermanfaat bagi klien audit. Rekomendasi itu
dapat dikatakan secara lisan, tetapi biasanya menggunakan surat
manajemen. Pengetahuan dasar mengenai bisnis klien yang dimiliki
auditor eksternal dalam melaksanakan audit seringkali memberikan
informasi yang berguna dalam memberikan rekomendasi-rekomendasi
operasional.
B. Pengertian Efektivitas
Keberhasilan dan kepemimpinan dalam suatu organisasi seringkali
diukur dengan konsep efektivitas. Walaupun banyak orang setuju bahwa
manajemen berperan dalam mencapai efektivitas organisasi, tetapi sulit
memperinci apa yang dimaksud dengan konsep efektivitas.
Pengertian efektivitas yaitu “Efektivitas dapat dipahami sebagai
tingkat keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya.”
(Bayangkara, IBK ,2008 : 14)
Secara garis besarnya konsep efektivitas mengacu pada pencapaian
tujuan suatu organisasi. Jadi sebenarnya efektivitas berhubungan dengan hasil
operasi. Demikian juga dengan konsep efektivitas kegiatan perkreditan di
22
bank. Jika kita ingin menilai efektivitas kegiatan perkreditan, maka kita dapat
menilai pada pelaksanaan kredit yang telah mencapai sasaran tertentu.
C. Teori Pengendalian Internal
1. Pengertian pengendalian Internal
“Pengendalian internal adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh
dewan komisaris, manajemen, personel satuan usaha yang lainnya, yang
dirancang untuk mendapatkan keyakinan memadai tentang pencapaian
tujuan dalam hal keandalan pelaporan keuangan, kesesuaian dengan
undang-undang dan peraturan yang berlaku, efektivitas dan efisiensi
operasi.” (Mulyadi ,2010 : 171)
2. Tujuan Pengendalian Internal
Pengendalian internal dirancang dengan memperhatikan
kepentingan manajemen perusahaan dalam menyelenggarakan operasi
perusahaannya dan juga memperhatikan aspek biaya yang harus
dikeluarkan, serta manfaat yang diharapkan.
Arens et al (2008 : 270) mengatakan tujuan pengendalian internal adalah:
1. Keandalan Laporan Keuangan (Reliability of financial reporting)
Manajemen bertanggungjawab dalam menyiapkan laporan
keuangan bagi investor, kreditur, dan pengguna lainnya. Manajemen
mempunyai kewajiban hukum dan profesional untuk meminjam bahwa
informasi telah disiapkan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
23
2. Efisiensi dan Efektivitas Operasi (Efficiency and effectiveness of
operation)
Pengendalian dalam suatu organisasi dimaksudkan untuk
mendorong pengguna sumber daya secara efektif dan efisien, untuk
mengoptimalkan tujuan organisasi.
3. Ketaatan Pada Hukum dan Peraturan (Compliance with applicable laws
and regulation)
Banyak hukum dan peraturan yang harus ditaati oleh
perusahaan. Beberapa diantaranya tidak berhubungan langsung dengan
akuntansi, misalnya Undang-Undang Lingkungan Hidup. Sedamgkan
peraturan yang berhubungan langsung dengan akuntansi misalnya
Undang-Undang Perpajakan.
Pengendalian internal tidak dimaksudkan untuk menghilangkan
semua kemungkinan terjadinya kesalahan dan penyelewengan sama
sekali, tetapi pengendalian internal yang memadai akan dapat menekan
atau memperkecil terjadinya kesalahan dan penyelewengan dalam
batas-batas yang layak dan kalaupun sampai terjadi dapat segera
diketahui dan diatasi.
3. Komponen Pengendalian Internal
Komponen pengendalian internal merupakan proses untuk
menghasilkan pengendalian yang memadai. Agar tujuan pengendalian
tercapai, perusahaan harus mempertimbangkan komponen-komponen
pengendalian internal.
24
Komponen-komponen pengendalian internal yang dikemukakan
Arens et al (2008 : 274) adalah “Internal control include five categories of
control taht menegement’s control objectives will be met. There are called
the components of internal control and are (1) the control environtment,
(2) risk assessment, (3) control activities, (4) information and
communication, (5) monitoring.”
Kelima komponen pengendalian internal tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Lingkungan Pengendalian (The control environtment).
Lingkungan pengendalian merupakan landasan untuk semua
unsur pengendalian internal yang membentuk lingkungan pengendalian
dalam suatu entitas.
2. Penaksiran Risiko (Risk assessment).
Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah
identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko entitas yang berkaitan
dengan penyusunan laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia.
3. Aktivitas Pengendalian (Control activities).
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang
dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh
manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberikan
keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk
mengurangi resiko dalam pencapaian tujuan entitas.
25
4. Informasi dan Komunikasi (information and communication).
Sistem akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, merakit,
menggolongkan, menganalisis, mencatat, dan melaporkan transaksi
suatu entitas, serta menyelenggarakan pertanggungjawaban kekayaan
dan utang entitas tersebut. Transaksi terdiri dari pertukaran aktiva dan
jasa antara entitas dengan pihak luar, dan transfer atau penggunaan
aktiva dan jasa dalam entitas.
5. Pemantauan (Monitoring).
Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja
pengendalian internal sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh
personel yang semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada
tahap desain maupun pengoperasian pengendalian pada waktu yang
tepat, untuk menentukan apakah pengoperasian internal beroperasi
sebagaimana mestinya, dan untuk menentukan apakah pengendalian
internal tersebut telah memerlukan perubahan karena terjadinya
perubahan keadaan.
4. Keterbatasan Pengendalian Internal
Pengendalian internal yang bagaimanapun baiknya, tidak dapat
dianggap sepenuhnya efektif, karena selalu ada kemungkinan bahwa data
yang dihasilkannya tidak akurat akibat adanya beberapa keterbatasan yang
melekat pada sistem tersebut.
26
Adapun keterbatasan bawaan yang melekat dalam setiap
pengendalian internal yang dikemukakan Mulyadi (2010:181) sebagai
berikut:
1. Kesalahan dalam pertimbangan
Seringkali manajemen dan personel lainnya dapat mendapatkan
kesalahan dalam mempertimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau
dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi,
keterbatasan waktu, atau tekanan lain.
2. Gangguan
Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi
karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan
karena kelalaian, tidak hanya perhatian, atau kelelahan. Perubahan yang
bersifat dramatis sementara atau permanen dalam personel atau dalam
sistem dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan.
3. Kolusi
Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan
disebut dengan kolusi (collusion). Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya
pengendalian internal yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas
dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya
kecurangan oleh pengendalian internal yang dirancang.
4. Pengabaian oleh manajemen
Manajemen dapat mengakibatkan kebijakan atau prosedur yang
telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi
27
manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan
semu.
5. Biaya lawan manfaat
Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian
internal tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian
internal tersebut. Karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun
manfaat biasanya tidak mungkin dilakukan, manajemen harus
memperkirakan dan mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif
dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian internal.
D. Pengertian Bank
Berdasarkan Undang-Undang Nomor : 2 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor : 10
Tahun 1998 pengertian Bank yaitu “Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Bank adalah badan usaha
yang bergerak di bidang jasa keuangan yang usahanya untuk menghimpun
dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat untuk
meningkatkan taraf hidup orang banyak.
Selanjutnya tujuan bank menurut Undang-Undang Perbankan
Indonesia Nomor : 10 Tahun 1998 yaitu bertujuan untuk menunjang
28
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan
kesejahteraan rakyat banyak. Maksudnya adalah pembangunan nasioanal
yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya pembangunan yang
berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang
adil makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor : 07 tahun
1992, dan ditegaskan lagi oleh Undang-Undang Nomor : 10 Tahun 1998
yakni fungsi utama perbankan adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat. Dalam hal ini, perbankan merupakan salah satu sarana yang
mempunyai strategi dalam menyelesaikan dan menyeimbangkan unsur-unsur
pemerataan pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional.
E. Kredit
Kredit berasal dari bahasa Yunani, credere yang artinya
(“keprcayaan” atau “amanat”) atau dari bahasa latin, creditum (yang artinya
hampir sama, “kepercayaan akan kebenaran” atau “amanat”).
Sedangkan menurut Undang-Undang RI Nomor : 10 Tahun 1998
tentang Perbankan yaitu kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan dan kesepakatan
pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
29
Tujuan pemberian kredit adalah untuk (1) mendapatkan keuntungan,
(2) membantu usaha nasabah, (3) membantu pemerintah. (Kasmir ,2010 :
100)
“Fungsi kredit pada dasarnya ialah pemenuhan jasa untuk melayani
kebutuhan masyarakat (to serve the society) dalam rangka mendorong dan
melancarkan perdagangan, mendorong dan melancarkan produksi, jasa-jasa
dan bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada akhirnya ditujukan untuk
menaikkan taraf hidup rakyat banyak.” (Rachmat dan Ariyanti ,2004 : 5-6)
Hal yang sama, fungsi dari kredit adalah sebagai berikut: (1) untuk
meningkatkan daya guna uang, (2) untuk meningkatkan peredaran dan lalu
lintas uang, (3) untuk meningkatkan daya guna uang, (4) untuk meningkatkan
peredaran barang, (5) sebagai alat stabilisasi ekonomi, (6) untuk
meningkatkan pemerataan pendapatan, (7) untuk meningkatkan kegairahan
usaha, (8) untuk meningkatkan hubungan internasional.(Kasmir ,2010 : 101)
Adapun jenis-jenis kredit yang dikemukakan oleh Kasmir (2010 : 103-
106) yang diberikan oleh bank umum untuk masyarakat terdiri dari berbagai
jenis kredit antara lain:
1. Kredit dilihat dari segi tujuannya.
a. Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara
pribadi.
b. Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan untuk meningkatkan usaha
atau produksi atau investasi.
30
c. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan kepada pedagang dan
digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk
membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil
penjualan barang dagang tersebut.
2. Kredit dilihat dari jangka waktunya
a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1
tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.
b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu 1 sampai 3
tahun dan biasanya digunakan untuk melakukan investasi.
c. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3
tahun.
3. Kredit dilihat dari segi jaminannya.
a. Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan barang
atau orang tertentu.
b. Kredit jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan menggunakan suatu
jaminan. Jaminan tersebut dapat berupa barang berwujud atau tidak
berwujud atau jaminan orang.
4. Kerdit dari segi kegunaannya.
a. Kredit Modal Kerja, yaitu kredit berjangka waktu pendek yang diberikan
oleh suatu bank untuk membiayai kenutuhan modal kerja perusahaan
sehingga dapat meningkatkan produksi dalam operasionalnya.
b. Kredit Investasi, yaitu kredit jangka menengah atau janga panjang yang
diberikan oleh suatu bank untuk melakukan investasi atau penanaman
31
modal, yang ditunjukkan untuk memperluas usahanya atau membangun
proyek/pabrik baru untuk keperluan rehabilitasi.
1. Kegiatan Perkreditan
Kegiatan perkreditan merupakan proses pembentukan aset bank.
Kegiatan perkreditan diwujudkan dengan menyalurkan dana dari pihak
yang berkelebihan dana (Idle fund / surplus unit) kepada pihak yang
membutuhkan dana / kekurangan dana (requiers fund). (Dendawijaya
,2001). Secara umum kegiatan perkreditan yang dijalankan bank meliputi
kegiatan pemberian kredit, administrasi dan pembukuan serta kegiatan
supervisi dan pelaporan kredit.
Suyatno (2001) menyatakan sistem dan prosedur umum pemberian
kredit adalah sebagai berikut:
1. Permohonan Kredit.
Permohonan fasilitas kredit mencakupi:
a. Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas kredit.
b. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.
c. Permohonan perpanjangan atau pembaharuan masa kredit yang
telah berakhir jangka waktunya.
d. Permohonan-permohonan lainnya untuk perubahan fasilitas kredit
yang sedang berjalan.
2. Penyelidikan dan Analisis Kredit
Yang dimaksud dengan penyelidikan kredit adalah pekerjaan
yang meliputi:
32
a. Wawancara dengan pemohon kredit (debitur).
b. Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit
yang diajukan nasabah.
c. Pemeriksaan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal yang
ditemukan nasabah dan informasi lain yang diperoleh.
d. Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang
telah dilaksanakan.
Sedangkan analisis kredit adalah pekerjaan yang meliputi:
a. Mempersiapkan pekejaan-pekerjaan penguraian dari segala aspek
baik keuangan maupun non keuangan untuk mengetahui
kemungkinan dapat atau tidaknya dipertimbangkan suatu
permohonan kredit.
b. Menyusun laoran analisis yang diperlukan, yang berisi penguraian
dan kesimpulan serta penyajian alternatif-alternatif sebagai bahan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan pimpinan atau
permohonan kredit nasabah.
Kasmir (2010 : 109) mengatakan terdapat prinsip-prinsip
pemberian kredit yang dikenal dengan 5C yaitu:
a. Character, tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada
bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan
kredit benar-benar dipercaya. Karakter merupakan ukuran untuk
menilai kemauan nasabah membayar kreditnya.
33
b. Capacity, untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam
membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya
mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga
pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan
kredit yang disalurkan.
c. Collateral, merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik
yang berupa fisik maupun non fisik. Fungsi jaminan adalah sebagai
pelindung bank dari resiko kerugian.
d. Capital, untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang
dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai bank.
e. Condition of Economy, dalam menilai kredit hendaknya juga
dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk masa yang akan
datang sesuai sektor masing-masing.
Kasmir (2010 : 112-114) mengemukakan bahwa ada
beberapa aspek yang perlu dianalisis secara tepat dan akurat selain
prinsip-prinsip penilaian kredit, diantaranya adalah:
a. Aspek Hukum
Analisis aspek ini pada prinsipnya untuk menilai kebutuhan
ketentuan-ketentuan legalitas oleh perusahaan yang meliputi akte
pendirian serta izin usaha.
b. Aspek Pemasaran
Penilaian aspek pemasaran produk memang perlu diketahui bank
mengenai kemungkinan pangsa pasar yang dicapai oleh produk
34
tersebut terutama bagi produk-produk yang masih baru. Oleh
karena itu dalam menganalisis aspek ini perlu diperhatikan daya
serap, daya konsumen serta prospek produk tersebut di masa yang
akan datang.
c. Aspek Keuangan
Penilaian keadaan keuangan pemohon kredit dapat dilakukan
dengan menganalisis laporan keuangan, analisis laporan keuangan
meliputi arus kas, rasio-rasio keuangan dan modal kerja
perusahaan..
d. Aspek Teknis / Operasi
Tujuan penilaian aspek ini antara lain untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan dan kesiapan teknis perusahaan dalam
melakukan operasinya. Penilaian aspek ini meliputi penilaian alat-
alat produksi, tenaga kerja yang terlatih, proses produksi yang
meliputi rencana dan supervisi serta jaminannya bahan baku secara
kontinyu dan letak lokasi proyek.
e. Aspek Manajemen
Penilaian aspek manajemen perusahaan dimaksudkan untuk
mengetahui kegiatan dan kemampuan juga kecakapan manajemen
perusahaan.
35
f. Aspek Sosial dan Ekonomi
Aspek ini berkaitan dengan lingkungan dimana proyek tersebut
berlokasi yang meliputi reaksi masyarakat setempat atas proyek
yang dibiayai dan kemungkinan kesempatan kerja.
g. Aspek Amdal
Aspek ini berkaitan dengan dampak lingkungan dimana proyek
tersebut berada.
3. Keputusan Atas Permohonan Kredit
Dalam hal ini yang dimaksud dengan keputusan adalah setiap
tindakan pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil
keputusan berupa menolak, menyetujui dan atau mengusulkan
permohonan fasilitas kepada pejabat yang lebih tinggi.
4. Penolakan atas Permohonan Kredit
Penolakan permohonan dapat terjadi apabila:
a. Penolakan permohonan kredit yang secara nyata dianggap oleh
bank secara teknis memenuhi persyaratan.
b. Adanya keputusan penolakan dari direksi mengenai permohonan
kredit.
5. Persetujuan Permohonan Kredit.
Yang dimaksud dengan persetujuan permohonan kredit adalah
keputusan bank untuk menyetujui sebagian atau seluruh permohonan
kredit dari calon debitur. Untuk melindungi kepentingan bank dalam
pelaksanaan persetujuan tersebut, maka biasanya ditegaskan terlebih
36
dahulu syarat-syarat fasilitas kredit dan prosedur yang harus ditempuh
oleh nasabah. Langkah-langkah yang harus diambil antara lain : (1)
Surat penegasan persetujuan permohonan kredit kepada pemohon, (2)
Peningkatan jaminan, (3) Penandatanganan perjanjian kredit, (4)
Informasi untuk bagian lain, (5) Pembayaran bea materai kredit, (6)
Asuransi barang jaminan, dan (7) Asuransi kredit.
6. Pencairan Fasilitas Kredit
Pencairan fasilitas kredit adalah setiap transaksi dengan
menggunakan kredit yang telah disetujui oleh bank. Dalam prakteknya,
pencarian kredit ini berupa pembayaran dan atau pemindahbukuan atau
beban rekening pinjaman atau fasilitas lainnya. Bank hanya menyetujui
pencairan kredit oleh nasabah, bila syarat-syarat yang harus dipenuhi
nasabah telah dilaksanakan. Perlu diketahui bahwa peningkatan jaminan
dan penandatanganan warkat-warkat kredit (perjanjian kredit) mutlak
harus mendahului pencairan kredit.
Apabila calon debitur telah memenuhi semua syarat dan
prosedur kredit, maka bank akan menetapkan waktu kapan kredit
tersebut dapat dicairkan. Pada saat kredit akan dicairkan terlebih dahulu
debitur akan menandatangani surat atas akte perjanjian kredit beserta
lampiran-lampirannya.
7. Pelunasan Fasilitas Kredit
Pelunasan kredit ialah dipenuhinya semua kewajiban nasabah
terhadap bank yang berakibat terhapusnya ikatan perjanjian kredit.
37
Secara garis besar pengajuan permohonan kredit akan
digambarkan seperti berikut ini:
Gambar 1
Gambar 1
Prosedur Umum Pemberian Kredit
2. Non Performance Loan (NPL)
Non Performance Loan’s (NPL) atau kredit bermasalah disebabkan
karena penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan kredit dan lemahnya
sistem administrasi dan pengawasan (supervisi) kredit. Lemahnya sistem
administrasi dan pengawasan (supervisi) kredit menyebabkan kredit yang
secara potensial akan mengalami masalah tidak dapat dilacak secara dini,
sehingga bank terlambat melakukan pencegahan. (Siamat, Dahlan ,2001)
Ismail (2010 : 218) mengatakan ada beberapa faktor penyebab
kredit bermasalah yang berasal dari internal bank yaitu:
Permohonan Kredit
Penyelidikan Analisa Kredit
Keputusan Atas
Permohonan Kredit
Pencairan Fasilitas Kredit
Dito
lak
Pelunasan Fasilitas Kredit
Disetujui
38
1. Analisis yang dilakukan oleh pejabat bank yang kurang tepat, sehingga
tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi dalam kurun waktu
selama jangka waktu kredit.
2. Adanya kolusi antara pejabat bank yang menangani kredit dengan
nasabah, sehingga bank memutuskan kredit yang tidak seharusnya
diberikan.
3. Keterbatasan pengetahuan pejabat bank terhadap jenis usaha debitur,
sehingga tidak dapat melakukan analisis kredit dengan tepat dan
akurat.
4. Campur tangan yang terlalu besar dari pihak terkait misalnya
Komisaris, Direktur Utama Bank sehingga petugas tidak dapan
independen dalam memutuskan kredit.
5. Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring kredit.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tinggi atau
rendahnya tingkat kredit bermaslah sangat dipengaruhi oleh kefektifan
pengendalian internal dalam kegiatan perkreditan yang dijalankan
bank, sehingga tingkat kredit bermasalah dapat digunakan sebagai
analisa dalam menilai kefektifan pengendalian kegiatan perkreditan.
Kolektibilitas/kualitas kredit adalah pengelompokan nasabah
atau peminjaman berdasarkan kemampuan nasabah untuk membayar
pokok dan bunga kredit yang telah diterimanya dari bank. Kualitas
kredit menurut Peraturan Bank Indonesia No.9/6/PBI/2007 Tentang
Penilaian Aktiva Bank Umum yaitu:
39
1. Lancar, merupakan pembayaran tepat waktu, perkembangan
rekening baik dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan
persyaratan perkreditan.
2. Dalam Perhatian Khusus, dimana terdapat tunggakan pembayaran
pokok dan atau bunga sampai dengan 90 hari.
3. Kurang Lancar, dimana terdapat tunggakan pembayaran pokok dan
bunga melampaui 90 hari sampai dengan 120 hari.
4. Diragukan, dimana terdapat tunggakan pe,bayaran pokok dan atau
bunga melampaui 120 hari sampai dengan 180 hari.
5. Macet, dimana terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau
bunga melampaui 180 hari.
Non Performance Loan’s (NPL) merupakan kredit bermasalah
yaitu kredit yang masuk kedalam kategori Kurang Lancar, Diragukan,
dan Macet berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Besarnya rasio NPL suatu bank ditentukan oleh koletibilitas
kreditnya karena rasio NPL adalah perbandingan antara kredit yang
tidak lancar/bermasalah dengan jumlah kredit yang diberikan. Semakin
rendah rasio NPL berarti semakin baik kualitas NPL. Jika kredit yang
diberikan betul-betul tepat sasaran dan tepat guna, maka efektivitas
kegiatan perkreditan akan tercapai dengan kata lain NPL yang dicapai
akan rendah yaitu di bawah standar maksimal, yaitu 5% (Kasmir,
2010).
40
F. Kerangka Pikir
Gambar 2
Kerangka Pikir
G. HIPOTESIS
Berdasarkan pada masalah pokok dan yang telah diuraikan
sebelumnya,maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
diduga bahwa audit operasional berperan dalam meningkatkan efektivitas
pengendalian internal terhadap kegiatan perkreditan pada PT.Bank Sulselbar
Cabang Enrekang.
PT.Bank Sulselbar Cabang Enrekang
EFEKTIVITAS
Audit Operasional Indikator :
1. Independensi 2. Kompetensi 3. Ruang Lingkup 4. Tahap-tahap pemeriksaan
Audit Operasional
Pemberian Kredit Indikator :
1. Prosedur pemberian kredit
2. Prinsip penilaian permohonan kredit
Pemberian Kredit
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di kantor PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang
jl.sultan hasanuddin no.4.Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu bulan
Maret s/d April 2016.
B. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi, dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang
dibutuhkan dengan cara melakukan pengamatan langsung dan teratur pada
PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang . Dari hasil penelitian yang dilakukan
diadakan pencatatan secara sistematis sesuai dengan data yang diperlukan.
b. Wawancara, yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu secara tertulis maupun lisan mengenai rumusan
masalah yang akan diteliti kepada pihak-pihak yang terkait dan dianggap
mampu memberikan data-data atau informasi yang diperlukan dalam
penelitian ini.
c. Kuesioner, yaitu seperangkat pertanyaan yang diberikan peneliti kepada
pihak-pihak yang berkaitan untuk diisi dan berhubungan dengan peranan
audit operasional terhadap efektivitas pengendalian internal atas kegiatan
perkreditan pada PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang yang mewakili
keseluruhan aspek yang menjadi objek penelitian ini.
41
42
C. Jenis Dan Sumber Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis data
kualitatif.Hal ini dikarenakan penelitian ini berupaya untuk memahami bagaiman
peranan audit operasional dalam meningkatkan efektifitas pengendalian internal
terhadap kegiatan pengkreditan pada PT.Bank Sulselbar cabang Enrekang.
Sumber data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau
pihak pertama.
2. Data sekunder, yaitu yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui
media perantara, berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip baik yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analisis yaitu memaparkan mengenai audit operasional pada kegiatan perkreditan
Bank Sulselbar Cabang Enrekang dengan menggunakan tahapan audit
operasional.Untuk mendapatkan hasil yang efektitif, dilakukan dengan
melaksanakan evaluasi hasil jawaban kuesioner. Hasil jawaban kuesioner akan
disajikan dalam presentase. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :
1. Menyebarkan kuesioner kepada responden yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Mengumpulkan kembali seluruh kuesioner yang telah disebarkan kepada
responden.
43
3. Mengelompokkan jawaban berdasarkan jawaban Ya dan Tidak. Kemudian
menghitung jumlah jawaban dan banyaknya pertanyaan.
4. Memasukkan jumlah jawaban dan jumlah pertanyaan ke dalam rumus skor
yang ideal menurut :
5. Menghitung besarnya persentase jawaban. Hasil jawaban kemudian
diimplementasikan berdasarkan kriteria berikut ini :
a. Untuk mengetahui peranan Audit Operasional dalam hal ini Audit Internal
yang memadai:
0 % - 25% Audit Internal tidak memadai
26% - 50% Audit Internal kurang memadai
51% - 75% Audit Internal cukup memadai
76% - 100% Audit Internal sangat memadai
b. Untuk mengetahui efektivitas pengendalian internal terhadap kegiatan
perkreditan:
0 % - 25% pengendalian internal terhadap kegiatan perkreditan tidak efektif
26% - 50% pengendalian internal terhadap kegiatan perkreditan kurang efektif
51% - 75% pengendalian internal terhadap kegiatan perkreditan cukup efektif
76% - 100% pengendalian internal terhadap kegiatan perkreditan sangat efektif
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah PT Bank Sulselbar
Bank pembangunan Daerah Sulawesi Selatan didirikan di Makassar pada
tanggal 13 januari 1961 dengan nama PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi
Selatan Tenggara sesuai dengan Akta notaris Raden Kadiman NO. 67 tanggal 13
juli 1961 nama PT Bank pembangunan Daerah Sulawesi Selatan Tenggara.
Berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara No.
002 tahun 1964 tanggal 12 februari 1964, nama Bank pembangunan Daerah
Tingkat I Sulawesi Selatan Tenggara dengan modal dasar Rp 250.000.000. dengan
pemisahan antara propinsi daerah tingkat I Sulawesi selatan dengan propinsi
tingkat I Sulawesi Tenggara , maka pada akhirnya Bank berganti nama menjadi
Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan.
Dengan lahirnya Peraturan Daerah NO. 01 TAHUN 1993 Dan penetapan
modal dasar menjadi Rp 25 milyar, Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan
dengan seburan Bank BPD Sulsel dan berstatus Perusahaan Daerah (PD).
Selanjutnya dalam rangka perubahan status dari perusahaan daerah (PD) menjadi
Perseroan terbatas (PT) Diatur dalam peraturan daerah (PD) No . 13 tahun 2003
tentang perubahan status Bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah
Sulawesi Selatan dari Pd menjadi PT dengan Modal Dasar rp 650 milyar.
Akta Pendirian PT telah mendapat pengesahan dari menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia RI berdasarkan Surat Keputusan No. C-31541.HT.01.01
tanggal 29 desember 2004 tentang pengesahan Akta Pendirian Perseroan Terbatas
44
45
Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan disingkat Bank Sulsel, dan telah di
umumkan pada Berita Negara Republik Indonesia No. 13 tanggal 15 februari
2005, tambahan No 1655/2005
Pada tanggal 10 Februari 2011 , telah di lakukan rapat umum Pemegang
Saham luar biasa (RUPS LB) Yang di lakukan secara circular resolution dab
keputusan RUPS LB tersebut telah di setujui secara bulat oleh para pemegamg
saham. Keputusan RUPS LB tersebut telah di buatkan aktanya oleh Notaris
Rakhmawati Laica Marzuki, SH dengan Akta pernyataan tentang keputusan para
pemengang saham sebagai pengganti Rapat Umum.
Pemengang saham perseroan terbatas PT. Bank Sulsel , nomor 16 Tanggal
10 Februari 2011. Di mana dalam AKTA tersebut para pemengang saham
memutuskan untuk merubah nama PT. Bank Sulsel menjadi PT. Bank
Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Selatan Barat Dsingkat PT.
Bank Sulselbar.
Perubahan ini telah memperoleh persetujuan dari kementrerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia dengan nomor AHU-11765.AH.01.02. Tahun 2011
Tentang persetujuan perubahan Anggaran Dasar perseroan. Di samping itu,
perubahan nama ini juga telah memperoleh persetujuan Bank Indonesia
berdasarkan kepada keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor : 13/32/KEP.
GBI/ 2011 Tentang Perubahan Penggunaan Izin Usaha Atas nama PT. Bank
Pembangunan Daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat Disingkat PT. Bank
Sulselbar.
46
B. Visi dan Misi Organisasi
1. Visi
Menjadi Bank yang terbaik di kawasan Indonesia timur dengan dukungan
manajemen dan sumber daya manusia yang professional serta memberi
nilai tambah kepada pemuda dan masyarakat.
2. Misi
Penggerak dan pendorong laju pembangunan ekonomi daerah pemegang
kas daerah dan atau melaksanakan penyimpanan uang daerah salah satu
sumber pendapatan asli daerah.
C. Struktur Organisasi dan Job Description
1. Struktur Organisasi
47
2. Job Description
Berdasarkan struktur organisasi tersebut di atas , maka akan di jelaskan
secara singkat uraian tugas dan wewenang dari masing- masing bagian
devisi sebagai berikut:
1. Direktur utama , tugas utama antara lain :
a. Bertanggung jawab memimpin , dan mengkoordinasi seluruh
kegiataan yang berkaitan dengan kepentingan organisasi perusahaan.
b. Mewakili perusahaan atas segala aktivitas dengan pihak lain.
c. Menentukan kebijakan dan strategi operasional perusahaan.
2. Direktur Utama Operasional, tugas utama antara lain :
a. Penanggung jawab terhadap jalanya operasi perusahaan.
b. Mengendalikan perusahaan dengan sebaik-baiknya agar tujuan yang
telah ditetapkan dapat tercapai.
c. Mewakili perusahaan atas segala aktivitas dengan pihak lain.
d. Menentukan kebijakan dan strategi operasional perusahaan.
3. Divisi Pemasaran, yang memiliki tugas sebagai penanggung jawab atas
penyusunan rencana kerja yang berhubungandengan pemasaran serta
pelayanan purna jual.
4. Divisi Keuangan, yang memiliki tugas :
a. Mengkoordinir pengumpulan dan verifikasi data transaksi keuangan
untuk seluruh cabang perusahaan.
b. Mengkoordinir pelaksanaan pengelolaan data transaksi keuangan
perusahaan pusat.
48
c. Mengkoordinir pelaksanaan rekonsiliasi pembukuan dan laporan
akuntansi umum dengan pembukuan.
d. Menyusun laporan keuangan.
5. Divisi Personalia, yang memiliki tugas :
a.Melakukan seleksi penerimaan karyawan baru, pelatihan bagi
karyawan dan pengembangan karyawan.
b. Mengawasi kegiatan seluruh karyawan dalam menjalankan tugasnya.
c. Memberi teguran kepada karyawan yang dianggap tidak disiplin.
6. Divisi Service, yang mempunyai tugas :
a. Memprogram alat-alat wartel
b. Menyediakan tenaga mekanik yang terlatih dan terampil.
c. Menerima perbaikan dari pelanggan yang memiliki keluhan terhadap
perangkatnya.
.
7. Divisi Vsat, yang memiliki tugas :
a. Mengkoordinir pekerjaan Vsat baik yang dilakukan di dalam kota
maupun diluar kota.
b. Mengkoordinir teknisi Vsat di lapangan dalam rangka penyelesaiaan
pekerjaan Vsat.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada PT. Bank Sulselbar
Cabang Enrekang, dapat diambil dan dikumpulkan data-data yang diperlukan,
sebagai berikut:
1. Sistem Pemberian Kredit pada PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang
Di dalam penelitian ini kebijakan pemberian kredit yang diterapkan pada
PT.Bank Sulselbar Cabang Enrekang merupakan salah satu financial institution
milik pemerintah yang tergabung dalam Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Bank ini merupakan satu‐satunya bank umum yang fokus bisnisnya adalah
pembiayaan kredit pegawai dan kredit produktif. Dengan fokus bisnis seperti itu
maka sangat penting untuk mengetahui kebijakan pemberian kredit yang
diterapkan oleh PT Bank Sulselbar Cabang Enrekang. Pada bank sulselbar ada
dua jenis kredit yang ditawarkan kepada masyarakat yaitu Consumer Loan dan
Commercial Loan, dimana pada masing‐msing jenis produk tersebut terdapat
beberapa macam produk kredit. Berikut adalah produk‐produk kredit yang
ditawarkan oleh PT Bank Sulselbar Cabang Enrekang:
a. Kredit Usaha Lainnya (KUL)
b. Kredit Usaha Mandiri (KUM)
c. Kredit Modal Kerja (KMK)
49
50
d. Kredit Investasi Biasa (KIB)
e. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
f. Kredit Konstruksi
Dari setiap produk‐produk kredit Bank Sulselbar di atas terdapat
persyaratan‐persyaratan yang harus di penuhi oleh setiap calon debitur serta suku
bunga pada masing‐masing kredit. Hal ini perlu dalam kebijakan pemberian kredit
pada bank karena menjadi acuan bagi account officer dalam menganalisis
kemampuan calon debitur. Kebijakan ini juga penting sebagai bahan informasi
bagi para calon debitur bank sebelum mengajukan permohonan kredit pada Bank
Sulselbar. Prinsip kehati‐hatian menjadi salah satu pertimbangan Bank Sulselbar
dalam kebijakan pemberian kredit kredit, hal ini terlihat dari besarnya suku bunga
serta adanya batas maksimal pemberian kredit pada masing‐masing produk kredit
yang ditawarkan oleh Bank Sulselbar.
Sebelum kredit diberikan kepada calon debitur, Bank Sulselbar melalui
account officer menganalisis sejauh mana kemampuan calon debitur dalam
membayar pokok pinjaman ditambah dengan biaya bunga atas pinjaman yang
diberikan dengan mengacu pada prinsip 5 C dan syarat‐syarat yang telah
ditetapkan pada masing‐masing produk kredit.
2. Kebijakan Pemberian Kredit pada PT. Bank Sulselbar dengan Prinsip
5C
a. Character
Prinsip yang pertama yang harus dipertimbangkan pihak bank dalam
memberikan kredit kepada calon debiturnya yaitu character. Character merupakan
51
suatu keyakianan bahwa sifat atau watak dari orang‐orang yang akan diberikan
kredit benar‐ benar dapat dipercaya. Pada bank Sulselbar, character ini merupakan
hal yang sangat penting dalam pemberian kredit, namun dalam mempelajari
character seorang calon debitur bukan hal yang mudah dan cepat. Tetapi langkah
awal Bank Sulselbar dalam menilai character calon debiturnya yaitu dengan
melihat data‐data riwayat hidup calon debitur dan wawancara langsung dengan
calon debitur tersebut.
b. Capacity
Prinsip ini untuk melihat kemampuan calon debitur dalam
mengembalikan kredit yang diberikan beserta dengan biaya bunganya. Dalam
menilai capacity calon debitur, Bank Sulselbar dapat melihat hal ini dari pekerjaan
dan penghasilan calon debitur dalam tiap bulannya setelah dikurangi dengan biaya
hidup dari calon debitur. Capacity seorang calon debitur dapat dilihat juga dari
usaha yang dijalankan oleh calon debitur. Jika usaha tersebut mempunyai prospek
yang baik di masa akan datang maka hal ini akan menjadi salah satu pertimbangan
Bank Sulselbar dalam memberikan kreditnya kepada nasabah.
c. Capital
Pada Bank Sulselbar capital hanya berlaku pada kredit usaha rakyat. Di
mana kredit ini diberikan untuk penambahan modal usaha yang dijalankan oleh
calon debitur. Di sini analis kredit dari pihak Bank Sulselbar melihat berapa
modal usaha yang dimiliki oleh calon debitur sebelum kredit diberikan kepada
calon debitur. Hal ini dapat dilihat dari laporan keuangan atau proposal yang yang
dibuat oleh calon debitur. Ini sangat perlu dilakukan agar bank Sulselbar dapat
52
menganalisis berapa banyak kredit yang harus diberikan kepada calon debitur
apabila permohonan kreditnya disetujui. Hali ini penting dilakukan agar
pemanfaatan modal tambahan yang diberikan oleh pihak Bank Sulselbar dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh debitur.
d. Colleteral
Merupakan jaminan/agunan yang diberikan oleh calon debitur kepada
pihak bank. Semua bank yang memberikan kredit kepada nasabah, mensyaratkan
adanya jaminan yang diberikan oleh calon debitur kepada pihak bank. Hal ini
perlu karena pemberian kredit kepada calon debitur mempunyai tingkat risiko
yang tinggi. Begitu pun kebijakan pemberian kredit pada bank Sulselbar. Dalam
tiap produk kredit yang disalurkan kepada nasabahnya, bank Sulselbar
mensyaratkan adanya jaminan/agunan dari calon debitur. Jaminan ini dapat
berupa sertifikat tanah, serifikat rumah. BPKB motor atau mobil, SK pegawai dan
lain sebagainya yang nilainya tidak kurang dari jumlah kredit yang diberikan
kepada calon debitur.
e. Condition of economy
Dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat Bank Sulselbar perlu
melihat kondisi ekonomi Negara Indonesia. Salah satu yang menjadi tolak ukur
Bank Sulselbar yaitu tingkat inflasi.
53
Tabel 1
Prinsip Pemberian Kredit 5C
Prinsip‐prinsip pemberian kredit Tolak ukur pada PT Bank Sulselbar Cabang
Enrekang
Character
1. Dilihat dari aplikasi permohonan kredit yang dibuat oleh calon debitur
2. Dari hasil wawancara antara analisis kredit Bank Sulselbar dengan calon debitur
3. Bank Indonesia Checking
Capacity
1. Dilihat dari penghasilan calon debitur dikurangi dengan biaya hidup/bulan. Biasanya 75% dari penghasilan bersih
2. Dilihat dari usaha yang dijalankan oleh calon debitur apakah usaha tersebut mempunyai prospektif yang baik.
Capital
1. Capital ini hanya berlaku bagi kredit yang diperuntukkan untuk pengembangan usaha rakyat (KUR). Biasanya Bank Sulselbar memberikan 75% kredit dari total modal yang diperlukan. Dengan melihat prospek usaha dan perputaran modal calon debitur
Collateral
1. Dilihat dari sertifikat tanah dan bangunan. Taksasi harga jual tanah dan bangunan ini harus melebihi dari jumlah yang diberikan untuk kredit konsumtif
2. Untuk KUR jaminannya dapat berupa BPKB kendaraan yang harganya melebihi jumlah kredit yang diberikan setealh ditaksasi oleh analisis kredit Bank Sulselbar
Condition of economy
1. Suku bunga Bank Indonesia 2. Tingkat inflasi
Sumber: hasil wawancara dengan account officer PT Bank Sulselbar Cabang Enrekang
54
3. Pengelolaan Non Performing Loan pada PT. Bank Sulselbar Cabang
Enrekang
Pengelolaan kredit bermasalah (non performing loan) menjadi sangat
penting karena hal ini berdampak pada kinerja perusahaan dalam hal ini Bank
Sulselbar. Batas maksimum persentase kredit bermasalah pada setiap perbankan
di Indonesia harus mengacu pada peraturan yang di buat oleh Bank Indonesia
tentang batas kewajaran tingkat non performing loan yaitu sebesar 5%. Peraturan
ini penting agar setiap perbankan yang ada Indonesia tetap menjaga tingkat Non
performing loan.
Tabel 2
Perkembangan Non Performing Loan
PT Bank Sulselbar Cabang Enrekang
Sumber: Kinerja Keuangan PT Bank Sulselbar Cab. Enrekang
4. Upaya Penyelamatan Kredit pada PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang
Salah satu kebijakan pemberian kredit yang harus ada pada setiap bank
yaitu kebijakan dalam penyelamatan kredit bermasalah (non performing loan).
Kebijakan ini perlu dalam suatu bank karena hal ini akan berdampak pada seluruh
aspek pada suatu bank. Berikut ini adalah kebijakan Bank Sulselbar Cabang
Enrekang dalam upaya penyelamatan kredit bermasalah (non performing loan).
Rasio
Tahun
2013 2014 2015
NPL (%) 3.25 3,01 2,25
55
Gambar 3
Upaya Penyelamatan Kredit Bermasalah PT Bank Sulselbar Cabang
Enrekang
Tabel 3
Empat kategori debitur & langkah penyelesaian hutang debitur
Kategori
Itikad Prospek Usaha Langkah penyelesaian hutang debitur debitur
A Baik Ada Restrukturisasi kredit dengan pola yang dapat
disepakati untuk penyelesaian kredit
B Baik Tidak ada Penyelesaian secara komersial, misalnya
dengan penjualan agunan
C Kurang Ada Melalui proses hukum agar menjadi
kooperatif. Apabila tidak kooperatif maka
proses hukum dilanjutkan antara lain dengan
penyerahan ke KPKNL
D Kurang Tidak ada Melalui proses hukum antara lain penyerahan
ke KPKNL Sumber: PT Bank Sulselbar Cabang Enrekang
KREDIT BERMASALAH
(NPL ATAU EKSTRKOMTABLE)
MAPPING / PEMETAAN (berdasarkan tingkat risiko penyelesaian dan biaya)
Analis cost & benefit serta Analisa Resiko
PENYELESAIAN KREDIT
Restrukturisasi Penagihan Penjualan
tunai atau
lelang
Subrogasi Lelang hak
tanggunga
n
Pengadilan
negeri
56
1. Restrukturisasi Kredit
a. Syarat Umum
1) Debitur Kooperatif
2) Debitur kesulitan/mengalami penurunan kemampuan membayar kredit.
b. Pola Restrukturisasi
1) Penjadwalan ulang (PUL)
Adalah penetapan kembali jangka waktu kredit dan jumlah angsuran
bulanan atas sisa kredit dan/atau penetapan pembayaran angsuran atas tunggakan
angsuran yang ada dari kredit bermasalah dan/atau mempunyai potensi
bermasalah, yaitu PUSP (penjadwalan ulang sisa pokok) dan PUST (penjadwalan
ulang sisa tunggakan).
Tujuannya agar debitur memenuhi kewajibannya kepada Bank secara rutin
dan tepat waktu sesuai dengan perjanjian kredit berikut addendumnya.
Jenis PUL antara lain (kebijakan) :
a) PUSP, yaitu menjadwalkan kembali masa angsuran atau sisa pokok kredit.
Dengan dua pilihan yaitu jangka waktu tetap tetapi angsuran bertambah dan
jangka waktu bertambah tetapi angsuran tetap atau mengecil.
b) PUST, menjadwalkan pembayaran tunggakan angsuran (pokok dan atau
bunga) sehingga debitur mempunyai dua angsuran regular dan tunggakan.
Dimungkinkan dapat diberikan diskon tunggakan bunga atau denda sepanjang
debitur melunasi tunggakan bunga dan atau denda.
c) Penundaan pembayaran kewajiban kredit (Grace Period) adalah penundaan
pembayaran atas sejumlah kewajiban kredit untuk jangka waktu tertentu,
57
sesuai hasil analisa kemapuan debitur. Tujuannya agar debitur memenuhi
kewajibannya kepada Bank secara rutin dan tepat waktu sesuai dengan
perjanjian kredit berikut addendumnya.
d) Novasi / Alih Debitur Adalah pengalihan seluruh hutang/kewajiban debitur
(berikut asset) kepada pihak lain yang memenuhi ketentuan bank yang
berlaku. Tujuannya adalah mengganti debitur yang sudah tidak memiliki
kemampuan dengan debitur baru yang memiliki kemampuan dan kredibilitas
yang baik.
2. Penyelesaian Kredit
a. Syarat Umum
1) Debitur tidak kooperatif
2) Debitur tidak mampu membayar angsuran kredit
b. Pola Penyelesaian Kredit
1) Subrogasi
Adalah penggantian hak-hak bank oleh pihak ketiga berdasarkan Akta
Notaris, sehubungan pihak ketiga membayar sebagian atau seluruh sisa hutang
debitur kepada bank. Dengan dibayarnya seluruh hutang debitur maka pihak
ketiga menggantikan kedudukan bank.
Tujuannya untuk mengalihkan hak tagih bank kepada pihak ketiga dengan
kompensasi tunai dan mengurangi kredit bermasalah.
Pelaksanaan subrogasi dilakukan dengan mengacu kepada kebijakan yang
antara lain :
a) Harus dipertimbangkan secara selektif
58
b) Dapat dilakukan tanpa persetujuan debitur
c) Jumlah hutang yang dialihkan sebesar kewajiban debitur, kecuali ada
kebijaksanaan
d) Apabila pihak ketiga mengambila alih sebagian kewajiban debitur, maka
agunan diikat secara paripasu.
2) Penjualan Agunan Kredit
Adalah merupakan kesepakatan antara bank dengan debitur untuk menjual
sebagian dan atau seluruh agunan kepada pihak ketiga sebagai pelunasan sebagian
dan atau seluruh kredit.
Tujuan :
Kredit dapat dilunasi
Bank dapat menerima dana segar (fresh fund)
Pelaksanaan hal ini berdasarkan pertimbangan secara selektif dan
dilakukan berdasarkan kesepakatan dengan debitur.
Krteria :
Diuatamakan jaminan tambahan
Agunan yang tersisa masih dapat mengcover sisa kredit (apabila
tidak melunasi seluruh sisa kredit)
3) Lelang Hak Tanggungan
Adalah upaya penyelesaian kredit bermasalah (macet) dengan melakukan
eksekusi (lelang) terhadap objek yang menjadi agunan kredit.
4) Pengadilan Negeri
Adalah upaya penyelesaian kredit yg dilakukan pihak bank dengan
59
melakukan gugatan wan prestasi (cidera janji) oleh debitur terhadap kewajiban
kredit melalui Pengadilan Negeri.
Dari uraian di atas sebagian besar dari kebijakan yang diterapkan oleh PT
Bank Sulselbar dalam memberikan kreditnya kepada masyarakat telah
menerapkan prinsip 5 C dan prinsip kehatia-hatian sesuai dengan teori yang ada.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kebijakan pemberian kredit PT Bank Sulselbar
Cabang Enrekang sudah baik sesuai dengan teori-teori yang telah dibahas pada
bab II dalam skripsi ini.
5. Pelaksanaan Audit Operasional Kredit
Auditor internal sebagai pelaksana audit operasional pada Bank Sulselbar
membantu pihak manajemen dalam usaha mencapai efektivitas kegiatan
perkreditan, selain itu kegiatan ini dilakukan untuk mendeteksi sedini mungkin
berbagai kemungkinan penyimpangan atau kelemahan yang mungkin ditemukan.
Setelah melakukan penelitian pada PT. Bank Sulselbar mengenai
penerapan audit operasional, maka dapat dilihat unsur-unsur yang menunjang
pelaksanaan audit operasional pada perusahaan yang akan peneliti bahas di bawah
ini.
a. Persiapan Audit
Aktivitas yang dilakukan audtor internal pada tahap persiapan audit adalah
meliputi penetapan penugasan, pemberitahuan audit dan penelitian pendahuluan,
a. Penetapan Penugasan
Penetapan penugasan audit dimaksudkan untuk pemberitahuan kepada
auditor sebagai dasar untuk melakukan audit sebagaimana diterapkan dalam
60
rencana audit tahunan Bank Sulselbar.
b. Pemberitahuan Audit
Pelaksanaan pemeriksaan kredit dilengkapi dengan surat pemberitahuan
audit yang disampaikan kepada PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang sebelum
audit dilaksanakan.
c. Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mengenal dan memahami
setiap kegiatan atau fungsi Auditee secara umum agar audit dapat difokuskan pada
hal-hal yang strategis sehingga auditor dapat merumuskan tujuan audit secara
lebih jelas.
b. Penyusunan Program Audit
Program kerja audit internal kredit di PT. Bank Sulselbar Cabang
Enrekang yaitu program pemeriksaan kredit tahunan. Program yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
1) Disusun berdasarkan rencana kerja manajerial
2) Memuat seluruh kegiatan pemeriksaan kredit yang telah direncanakan.
3) Memuat kegiatan pemeriksaan kredit yang di instruksikan oleh manajemen.
4) Penyusunan memerlukan koordinasi (sinergi) antara bidang-bidang audit
pada internal audit kantor perusahaan dan audit internal divisi.
5) Memuat rencana pemeriksaan kredit yang meliputi:
a) Objek audit (bagian perkreditan)
b) Jadwal dan lokasi waktu
c) Personalia
61
d) Perkiraan biaya
e) Periode
f) Penyusunan program audit, meriview program audit
g) Nomor kertas kerja audit (KKA/KKP)
h) Tujuan audit
i) Langkah-langkah audit
j) Personil yang mengijinkan langkah-langkah tersebut
Program tersebut diatas dibuat di tingkat divisi dan kantor perusahaan
sesuai dengan bidang yang ada dan sebelum dilaksanakan terlebih dahulu harus
disetujui oleh koordinator atau kepala audit internal.
c. Pelaksanaan Penugasan Audit
Prosedur audit internal dalam menjalankan pemeriksaan kredit pada PT.
Bank Sulselbar Cabang Enrekang dijalankan secara bulanan, dimana dalam
menjalankan tugasnya, auditor internal harus memberitahukan terlebih dahulu ke
bagian perkreditan dan berwenang memeriksa dokumen-dokumen buku dan
catatan dibagian perkreditan. Dalam melaksanakan pemeriksaan kredit, auditor
internal juga melakukan semua fungsi audit internal, yang mencakup kegiatan
compliance, verification dan evaluation.
1) Compliance
Audit internal melakukan penilaian ketaatan para karyawan bagian
perkreditan terhadap prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan, apakah telah
dilaksanakan dengan benar. Contohnya antara lain :
a) Memeriksa kebenaran dari pengisian formulir pada bagian analis kredit,
62
apakah data-data yang diisi oleh calon debitur sudah benar dan
persyaratannya sudah lengkap.
b) Memeriksa penandatanganan dokumen calon debitur, apakah telah
ditandatangani oleh bagian analis kredit dan kepala cabang.
c) Menilai apakah prosedur pemberian kredit telah mendapat persetujuan dari
pihak yang berwenang, yang terdiri dari kepala cabang, analis kredit dan
petugas loan service.
2) Verification
Dalam hal verifikasi, auditor internal melakukan audit terhadap kebenaran
dokumen-dokumen, catatan-catatan dan laporan-laporan pemberian kredit,
contohnya antara lain :
a) Memeriksa apakah seluruh dokumen dan catatan perkreditan calon debitur
telah dicatat dengan benar oleh petugas loan service dan bagian analis
kredit, adapun dokumen yang diperiksa seperti: bukti-bukti aplikasi kredit.
b) Memeriksa ketepatan dan kebenaran perhitungan dan penjumlahan serta
perkalian dokumen-dokumen perkreditan calon debitur, adapun dokumen
yang diperiksa seperti : daftar plafond kredit yang telah ditentukan oleh
perusahaan dengan tarif yang tercantum pada ketentuan kredit.
c) Meneliti penentuan harga pemberian kredit yang diberikan dengan
memeriksa penentuan tarif kredit yang telah ditetapkan oleh PT.Bank
Sulselbar.
63
3) Evaluation
Auditor internal mengawasi apakah perkreditan yang telah dilaksanakan
dengan benar sesuai dengan sitem, prosedur dan kebijakan yang telah ditentukan
oleh perusahaan. Apabila terdapat penyimpangan maka auditor internal juga
memberikan saran-saran atau rekomendasi untuk memperbaiki penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi. Auditor internal melakukan penilaian secara terus
menerus terhadap pelaksanaan perkreditan yang terjadi.
d. Pelaporan Hasil Audit
Laporan audit internal dibuat setelah auditor internal selesai melaksanakan
audit, laporan ini akan di arsip oleh audit internal dan selanjutnya diberikan
kepada auditee (tembusan kepada kepala cabang). Laporan yang dibuat
mengandung uraian mengenai kegiatan apa yang dikerjakan dalam audit serta
bagian-bagian mana yang memerlukan perbaikan dan rekomendasi yang
diusulkan.
Langkah-langkah dalam pembuatan laporan audit pada PT. Bank Sulselbar
Cabang Enrekang adalah sebagai berikut :
1) Mengelola data yang diperlukan dari kertas kerja audit menjadi draft laporan
audit (belum ditandatangani).
2) Mendiskusikan temuan-temuan audit dengan bagian yang di audit jika
masih ada hal-hal mendasar yang tidak jelas.
3) Membuat laporan audit yang ditandatangani oleh auditor penanggungjawab
pelaksana, kepala audit internal tersebut harus memuat mengenai :
a) Laporan kegiatan yang diperiksa
64
b) Temuan-temuan hasil audit
c) Kesimpulan serta pendapat atau saran perbaikan mengenai aktivitas yang
di audit.
Laporan audit yang dibuat auditor harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Menjelaskan ruang lingkup audit
2) Dibuat ringkas, namun tanpa mengabaikan kelengkapan sehingga mudah
dimengerti.
3) Menyajikan hal-hal berdasarkan kenyataan, akurat, lengkap dan wajar.
4) Mencantumkan informasi, temuan dan kesimpulan yang benar-benar terjadi
dengan didukung oleh bukti yang cukup dalam kertas kerja auditor guna
membuktikan atau menunjukkan dasar permasalahan yang dilaporkan serta
kebenaran dan kelayakannya.
5) Laporan memuat rekomendasi untuk mengambil tindakan, dan memperbaiki
masalah yang ada.
6) Mengidentifikasi dan menjelaskan masalah-masalah serta pertanyaan yang
memerlukan penelahaan dan pertimbangan tindak lanjut dari auditor.
Setelah laporan hasil audit selesai dibuat dan ditandatangani oleh kepala
auditor dan kepala perkreditan maka pendistribusian laporan tersebut :
1) Dikirim ke bagian yang menjadi objek audit, yaitu bagian perkreditan.
2) Di asip di bagian audit internal.
3) Dikirim ke kepala cabang untuk ditindaklanjuti
Dalam laporan audit tersebut, auditor memberikan pendapat mengenai
pelaksanaan audit internal perkreditan dan terhadap temuan tersebut, auditor
65
memberikan saran-saran perbaikan kepada kepala cabang.
e. Tindak Lanjut Hasil Audit
Setelah laporan audit diberikan kepada auditee, pihak audit internal akan
melakukan follow up sampai tindakan perbaikan berjalan dengan baik. Auditor
akan melaporkan kesalahan-kesalahan yang menyimpang dan yang tidak sesuai
dengan prosedur dan kebijakan perusahaan dalam laporan audit. Laporan audit
yang dilaporkan oleh audit internal akan ditindak lanjuti langsung oleh masing-
masing manajer yang ada ditiap bagian dalam perusahaan. Apabila masing-
masing manajer tersebut tidak melakukan tindak lanjut, maka audit internal
berhak untuk mengingatkan manajer tersebut dapat segera ditindak lanjuti dan
diperbaiki, sehingga tidak menghambat efektivitas perkreditan yang mungkin
dapat merugikan perusahaan.
6. Evaluasi Hasil Jawaban Kuesioner
a. Peranan Audit Operasional
Berdasarkan hasil jawaban kuesioner mengenai peranan Audit Operasional
dalam hal ini Audit Internal yang memadai, maka peneliti menyimpulkan bahwa
peranan Audit Operasional pada PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang cukup
memadai berdasarkan penilaian berikut.
66
Tabel 4
Tabulasi Hasil Kuesioner
Peranan Audit Operasional
NO Responden Jumlah Jawaban
Ya Tidak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
11
10
10
4
9
10
9
9
8
10
9
8
8
7
10
9
10
9
9
8
10
9
9
10
8
10
1
2
2
8
3
2
3
3
4
2
3
4
4
5
2
3
2
3
3
4
2
3
3
2
4
2
Total 312 233 79
67
Berdasarkan hasil jawaban kuesioner yang telah diperoleh yaitu jawaban
“YA” sebanyak 233 dari 312 pertanyaan kuesioner oleh 12 responden pada PT.
Bank Sulselbar Cabang Enrekang, dan dilakukan presentase maka jawaban “YA”
menyatakan bahwa Audit Internal cukup memadai dalam melaksanakan perannya
terhadap kegiatan perkreditan pada PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang.
b. Efektivitas Pengendalian Internal Terhadap Kegiatan Perkreditan
Berdasarkan hasil jawaban kuesioner mengenai efektivitas pengendalian
internal terhadap kegiatan perkreditan, maka peneliti menyimpulkan bahwa
pengendalian internal terhadap kegiatan perkreditan pada PT.Bank Sulselbar
Cabang Enrekang telah efektif berdasarkan penilaian berikut.
Tabel 5
Tabulasi Hasil Kuesioner
Efektivitas Pengendalian Internal Terhadap Kegiatan Perkreditan
NO Responden Ya Tidak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
11
9
10
10
8
10
9
11
10
10
9
8
8
6
7
11
11
10
9
8
10
11
1
3
2
2
4
2
3
1
2
2
3
4
4
6
5
1
1
2
3
4
2
1
68
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
10
10
8
10
9
11
11
8
10
8
9
9
11
10
8
8
9
10
11
2
2
4
2
3
1
1
4
2
4
3
3
1
2
4
4
3
2
1
Total 492 386 106
Berdasarkan hasil jawaban kuesioner yang telah diperoleh yaitu jawaban
“YA” sebanyak 386 dari 492 pertanyaan kuesioner oleh 12 responden pada PT.
Bank Sulselbar Cabang Enrekang, dan dilakukan presentase maka jawaban “YA”
menyatakan bahwa Efektivitas Pengendalian Internal Terhadap Kegiatan
Perkreditan telah efektif dalam melaksanakan kegiatan perkreditan pada PT. Bank
Sulselbar Cabang Enrekang.
69
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT.Bank Sulselbar
Cabang Enrekang mengenai penerapan audit operasional dalam meningkatkan
efektivitas pengendalian internal terhadap kegiatan perkreditan, maka pembahasan
yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Sistem Pemberian Kredit
Sistem pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan operasi tata usaha
bank yang termuat didalam sistem akuntansi manual pada suatu bank. Sistem ini
telah dilaksanakan dengan baik oleh PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang. Hal
ini dapat dilihat dari :
a. Prosedur pemberian kredit yang dilaksanakan oleh PT. Bank Sulselbar sudah
memadai, karena telah sesuai dengan kriteria yaitu tahap-tahap perkreditan
mulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap pelunasan sudah
dijalankan dengan baik dan pemberian kredit juga telah didasarkan pada
prinsip kehati-hatian 5C.
b. Pada PT. Bank Sulselbar sudah terdapat pembagian tugas yang memadai.
c. PT. Bank Sulselbar telah menyusun pembagian wewenang dan pembebanan
tanggung jawab yang dilakukan dengan baik sehingga masing-masing tanpa
saling mencampuri tanggung jawab dan wewenang orang lain.
d. Tercapainya tujuan dari pemberian kredit, yaitu :
1) Adanya keuntungan bagi pihak bank dalam bentuk bunga dan biaya
administrasi yang dibebankan kepada nasabah peminjam kredit,
keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank.
70
2) Dengan adanya bantuan kredit yang disalurkan bank berarti akan terjadi
peningkatan pembangunan diberbagai sektor hal ini akan meningkatkan
penerimaan pajak bagi pemerintah. Dengan begitu pemerintah dapat
membuka kesempatan kerja, meningkatkan jumlah barang dan jasa,
menghemat devisa dan meningkatkan devisa negara.
2. Penerapan Audit Internal Kegiatan Perkreditan pada PT. Bank
Sulselbar Cabang Enrekang.
Dengan adanya audit internal dapat menciptakan suatu pelaksanaan
pemberian kredit yang sehat dan aman sehingga dapat memperkecil risiko tidak
tertagihnya kredit yang diberikan. Penerapan audit internal dalam pemberian
kredit di PT. Bank Sulselbar yang dilaksanakan oleh auditor internal dapat
menekan terjadinya kredit macet. Kegiatan audit internal ini dilakukan setiap
bulan, sehingga apabila ditemukan penyimpangan-penyimpangan dapat segera
dideteksi sedini mungkin dan dilakukan tindakan perbaikan oleh bagian audit
internal.
Berdasarkan hasil penelitian dapat dikatakan bahwa penerapan audit
operasional dalam hal ini audit internal pada PT. Bank Sulselbar khususnya pada
efektivitas pengendalian internal kegiatan perkreditan, telah dilakaukan secara
memadai, hal ini dapat dilihat dari:
a. Persiapan Audit
Aktivitas audit internal yang dilakukan auditor meliputi penetapan
penugasan, pemberitahuan audit, dan penelitian pendahuluan.
71
b. Penyusunan Program Audit
Adanya Program audit yang merupakan pedoman bagi auditor internal
dalam melaksanakan audit agar audit yang dilakukan tersusun dan terncana
dengan baik, maka dapat dikatakan bahwa program audit internal pada PT. Bank
Sulselbar Cabang Enrekang cukup memadai.
c. Pelaksanaan Penugasan Audit
Pelaksanaan audit internal pada PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang
cukup memadai, karena dapat dilihat dari adanya beberapa tahap yang dilakukan
auditor internal dalam melaksanakan auditnya. Tahapan-tahapan ini dilakukan
dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesempurnaan audit internal kredit.
d. Pelaporan Hasil Audit
Laporan hasil audit internal yang dibuat oleh PT. Bank Sulselbar Cabang
Enrekang cukup memadai, karena laporan audit dibuat setelah audit dilakukan dan
laporan tersebut berisi temuan hasil audit, rekomendasi dan saran mengenai
kelemahan yang ditemukan dengan melampirkan bukti-bukti yang diperoleh.
e. Tindak Lanjut Hasil Audit
Adanya tindak lanjut bagian atau objek yang diperiksa atas saran dan
rekomendasi yang diberikan oleh auditor internal dan kemudian dilakukan
pemantauan terhadap tindak lanjut perbaikan yang dilaksanakan bagian yang
bersangkutan oleh auditor internal, maka dapat dikatakan bahwa tindak lanjut
hasil audit internal pada PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang cukup memadai.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT. Bank Sulselbar
Cabang Enrekang serta pembahasan yang dilakukan berdasarkan teori-teori yang
relevan dengan masalah yang dibahas, maka peneliti menyimpulkan bahwa:
1. Peranan audit internal telah dilakukan dengan cukup baik oleh PT. Bank
Sulselbar Cabang Enrekang dan pengendalian internal pada kegiatan
perkreditan telah berjalan cukup efektif berdasarkan hasil dan pembahasan
yang telah dilakukan peneliti.
2. Peranan audit operasional dala m hal ini audit internal terhadap kegiatan
perkreditan yang dilaksanakan pada PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang
telah cukup memadai.
a. Kedudukan audit internal terhadap fungsi lain dalam perusahaan sudah
bersifat independen. Ini terlihat dari kedudukannya yang terpisah dari
bagianlain di perusahaan, pertanggungjawaban yang langsung kepada
kepala cabang mampu memberikan laporan apa adanya tanpa ada
tekanan dari pihak manapun, mendapatkan akses dengan mudah pada
setiap objek yang diperiksanya sehingga membuat auditor internal
mampu memberikan rekomendasi yang diperlukan.
b. Auditor internal yang kompeten, belatar belakang pendidikan akuntansi
dan umumnya telah memiliki pengalaman kerja sebagai auditor internal.
72
73
c. Adanya program audit internal yang disusun dan dilaksanakan dengan
baik oleh auditor internal.
d. Adanya tahap-tahap pelaksanaan audit internal yang telah dijalankan
dengan baik oleh auditor internal.
e. Adanya laporan audit internal yang memuat temuan-temuan hasil audit,
rekomendasi dan saran mengenai kelemahan-kelemahan yang ada.
f. Adanya tindak lanjut dari manajemen perusahaan atas saran yang
diberikan oleh auditor internal dan dilakukan pemantauan oleh auditor
internal terhadap tindak lanjut perbaikan.
3. Efekivitas pengendalian internal terhadap kegiatan perkreditan yang
dilaksanakan pada PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang dapat dikatakan
efektif.
a. Pemberian kredit yang dilakukan didasarkan pada prinsip-prinsip
perkreditan yaitu prinsip 5C.
b. Pemberian kredit dilakukan berdasarkan prosedur pemberian kredit yang
telah ditetapkan mulai dari permohonan sampai dengan tahap pelunasan
c. Tingkat pengembalian kredit pada PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang
telah dilakukan dengan baik karena adanya pengawasan dan pembinaan
kredit sehingga dapat memperkecil kemungkinan terjadinya kredit macet
(non performance loan).
74
B. SARAN
Setelah mengadakan penelitian dan pembahasan, maka peneliti
memberikan saran yang dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan atau
masukan bagi perusahaan:
1. Sebaiknya PT. Bank Sulselbar Cabang Enrekang dapat melaksanakan
kebijakan-kebijakan pemberian kredit yang telah dibuat sehingga tingkat NPL
(Non Performance Loan) dapat diturunkan lagi setiap tahunnya seperti yang
telah ditetapkan Bank Indonesia yaitu maksimum jumlah NPL adalah 5%.
2. Pimpinan PT.Bank Sulselbar Cabang Enrekang dapat memberikan kebijakan
kepada karyawan yaitu memberikan kesempatan untuk mengikuti
pelatihan,workshop,sehingga dapat meningkatkan keterampilan.
3. Sebaiknya jumlah karyawan audit internal ditambah, hal ini dikarenakan
peneliti melihat pada saat ini karyawan audit internal yang ada masih sangat
kurang, sedangkan aktivitas dan kegiatan perkreditan yang semakin luas dan
kompleks.
75
DAFTAR PUSTAKA
Arens, A.Alvin, Elder, J.Randal, Beasley, S.Mark. 2008. Auditing and Assurance
Service an Integrated Approach. 12th Edition, Upper Sadel River, New
Jersey, Pearson Education International.
Bayangkara, IBK. 2008. Audit Manajemen (Prosedur dan Implementasi). Jakarta:
Salemba Empat
Boynton, Johnson, Kell. 2003. Modern Auditing. Jilid I, Edisi ke-7. Jakarta:
Erlangga.
Boynton, Johnson, Kell. 2003. Modern Auditing. Jilid II, Edisi ke-7. Jakarta:
Erlangga.
Dendawijaya, Lukman. 2001. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia
Euis Rosidah dan Prihady Munandar 2008. Peranan Audit Operasional dalam
Menunjang Pengendalian Intern Atas Biaya Pemeliharaan Tanaman
Menghasilkan (TM) Komoditi Teh. Jurnal Akuntansi FE UNSIL, Vol. 3,
No. 2, 2008.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta. Salemba
Empat.
Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Komaruddin, 2005, Ensiklopedia Manajemen, Edisi ke 2 Jakarta: Bina Aksara
Mulyadi. 2010. Auditing. Jilid I, Cetakan ke Tujuh, Jakarta: Salemba Empat.
Strawser, Jerry R and Robert H. Strawser. 2001. Auditing : Theory and Practice.
Ninth Edition. United States of America: Thomson Learning.
Thomas Suyatno, Dkk. 2001. Dasar-Dasar Perkreditan, Jakarta. PT.Gramedia
Pustaka Utama.
Tunggal, Amin Widjaya. 2000. Pendekatan Audit Operasional. Cetakan Pertama,
Jakarta: Bineka Cipta.
Widjayanto, Nugroho, 2005, Pemeriksaan Operasional Perusahaan: Edisi Ke 1,
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
1.Kuesioner Untuk Responden
”DAFTAR PENGISIAN KUESIONER”
Petunjuk Pengisian
Pertanyaan terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian A yang merupakan
pertanyaan umum dan bagian B merupakan pertanyaan khusus. Jika
Bapak/Ibu berkeberatan untuk mencantumkan nama, maka pertanyaan
pertama pada bagian A boleh tidak diisi.
A. Pertanyaan Umum
1. Nama Responden :
2. Jenis Kelamin : Pria / Wanita
3. Umur :
4. Pendidikan Terakhir :
5. Jabatan Fungsional :
6. Lama Bekerja :
B. Pertanayaan Khusus
Pertanyaan kuesioner ini mengenai “Peranan Audit Operasional
dalam Meningkatkan Efektivitas Pengendalian Internal Terhadap Kegiatan
Pekreditan” pada perusahaan tempat Bapak/Ibu bekerja. Bapak/Ibu dimohon
untuk memberi tanda tickmark (√ ) pada jawaban yang menurut Bapak/Ibu
paling sesuai.
Adapun alternatif jawaban adalah sebagai berikut :
Y : Jawaban “Ya”
T : Jawaban “Tidak
KUESIONER
PERANAN AUDIT OPERASIONAL DALAM MENINGKATKAN
EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP
KEGIATAN PENGKREDITAN PADA PT. BANK
SULSELBAR CABANG ENREKANG
1. Audit Operasional
No Pertanyaan Kualifikasi Auditor Internal Jawaban
Ya Tidak
1 Apakah auditor internal terpisah dari bagian
lainnya?
2 Apakah auditor internal dapat dijamin
independensinya?
3 Apakah auditor internal cukup memperoleh
kemudahan dalam pemeriksaan fasilitas dan catatan
dari bagian yang diperiksa?
4 Apakah tujuan menjadi staf audit internal
ditentukan jenjang pendidikan tertentu?
5 Apakah fungsi audit internal dilaksanakan oleh
orang yang cukup berpengalaman?
6 Apakah audit internal memiliki beberapa staf yang
telah bersertifikat kualifikasi auditor internal?
7 Apakah auditor internal diberikan kesempatan
untuk melanjutkan pendidikan dan pelatihan-
pelatihan yang dapat menunjang pekerjaannya?
8 Apakah auditor internal sebelum melaksanakan
tugas auditnya membuat program audit terlebih
dahulu?
9 Apakah program audit yang dibuat mendapat
persetujuan dari manajer yang bersangkutan
sebelum program dijalankan?
10 Apakah terhadap program audit internal selalu
diadakan review secara berkala?
11 Apakah dalam program audit terdapat evaluasi atas
pengendalian internal pemberian kredit?
12 Apakah audit internal dilaksanakan berdasarkan
program audit?
13 Apakah pada setiap tahap pelaksanaan audit internal
terdapat fungsi pengawasan?
14 Apakah pelaksanaan audit internal dibagi dalam
jangka waktu tertentu secara tetap dan berkala?
15 Apakah bagian audit internal melaksankan audit
fisik atas catatan kredit?
16 Apakah bagian audit internal melaksanakan audit
atas buku kredit?
17 Apakah dalam audit internal pemberian kredit
dilakukan audit terhadap ketepatan perhitungan
pokok dan bunga kredit?
18 Apakah dalam audit internal pemberian kredit
dilakukan audit atas bukti pemberian kredit?
19 Apakah laporan hasil audit internal diterbitkan
segera setelah audit internal dilaksanakan?
20 Apakah penyajian laporan hasil audit internal selalu
tepat waktu?
21 Apakah laporan hasil audit internal yang disajikan
bersifat objektif, singkat dan jelas?
22 Apakah laporan hasil audit internal selalu
menyajikan saran-saran atau rekomendasi?
23 Apakah laporan hasil audit internal mampu
memberikan arah bagi manajemen untuk
mengambil keputusan?
24 Apakah saran atau rekomendasi yang diberikan
mendapat tanggapan atau tindak lanjut yang cepat
dari pimpinan bagian yang diperiksa?
25 Apakah auditor internal melakukan pemantauan
sehubungan dengan rekomendasi yang diberikan?
26 Apakah selama ini saran dan rekomendasi yang
diberikan dapat diterima dan dilaksanakan dengan
baik oleh bagian yang diperiksa?
2. Efektivitas Pengendalian Internal
No Pertanyaan Komponen Pengendalian Internal Jawaban
Ya Tidak
Lingkungan Pengendalian
1 Apakah kebijakan dan prosedur pemberian kredit
yang telah ditetapkan dilaksanakan oleh orang-
orang yang kompeten?
2 Apakah ada tindakan manajemen yang
dilaksanakan secara intensif untuk mengurangi
tindakan pegawai yang berbuat tidak jujur?
3 Apakah manajemen memiliki filosofi dan gaya
operasi tertentu yang cukup menunjukkan tindakan-
tindakan yang kreatif?
4 Apakah apakah dalam perusahaan memiliki struktur
organisasi yang jelas menerangkan pembagian
tugas, wewenang dan tanggung jawab?
5 Apakah perusahaan memiliki satuan komite audit?
6 Apakah terdapat deskripsi tugas pegawai dan
kebijakan terkait dalam hubungannya dengan
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab?
7 Apakah terdapat kebijakan dan prosedur
kepegawaian dalam upayanya mendapat SDM yang
jujur dan kompeten terhadap tugasnya?
Penaksiran Risiko
Apakah manajemen melakukan penaksiran resiko
atas kemungkinan salah saji laporan keuangan yang
meliputi kejadian-kejadian internal dan eksternal
yang timbul karena:
8 Perubahan dalam lingkungan operasional atas
pemberian kredit dalam perusahaan?
9 Penempatan karyawan baru dalam aktivitas
pemberian kredit?
10 Perubahan dalam sistem informasi pemberian
kredit?
11 Peningkatan aktivitas pemberian kredit?
12 Sosialisasi penggunaan tegnologi informasi baru
dalam aktivitas pemberian kredit?
13 Perubahan pada penggunaan prinsip-prinsip
akuntansi dalam pemberian kredit?
Aktivitas Pengendalian
14 Apakah kedudukan fungsi administrasi kredit
terpisah dengan fungsi akuntansi kredit?
15 Apakah kedudukan fungsi akuntansi terpisah
dengan fungsi otorisasi pemberian kredit?
16 Apakah pemberian kredit mendapatkan otorisasi
dari pejabat yang berwenang?
17 Apakah bukti pemberian kredit masuk terdiri dari
beberapa rangkapan dan didistribusikan kepada
bagian yang berbeda guna kepentingan pengawasan
internal?
18 Apakah saldo kredit yang ada dapat dijamin
perlindungannya dari kemungkinan penipuan?
19 Apakah pencatatan dalam jurnal pemberian kredit
didasarkan pada bukti kredit masuk yang telah
diotorisasi oleh pejabat yang berwenang dan
dilampiri oleh dokumen yang lengkap?
20 Apakah fungsi pemberian kredit dilengkapi oleh
alat-alat yang dapat mencegah tindakan penipuan
terhadap aktivitas kredit yang dilaksanakan?
21 Apakah kredit yang sedang dalam proses
mendapatkan perlindungan asuranasi?
22 Apakah kredit yang sedang berjalan mendapatkan
perlindungan asuransi?
23 Apakah terdapat fungsi yang tidak terlibat dalam
penyimpanan kredit, pemberian kredit, dan
pencatatan kredit, yang menggunakan rekening
koran bank untuk mengecek ketelitian dan
keakuratan catatan pemberian kredit?
24 Apakah dokumen pemberian kredit telah bernomor
urut dan tercetak?
25 Apakah terdapat pengecekan independen untuk
menguji kesesuaian jumlah pemberian kredit
dengan data penerimaan kas yang diterima?
Informasi dan Komunikasi
26 Apakah terdapat sistem informasi yang mencakup
metode-metode dan catatan-catatan untuk
menunjukkan dan mencatat semua transaksi
pemberian kredit yang sah?
27 Apakah terdapat sistem informasi yang mencakup
metode-metode dan catatan-catatan untuk
menggambarkan dengan dasar yang tepat transaksi-
transaksi yang mencakup rinci untuk membenarkan
pengklasifikasian dari transaksi-transaksi dalam
laporan keuangan secara wajar?
28 Apakah terdapat sistem informasi yang mencakup
metode-metode dan catatan-catatan untuk
mengukur nilai transaksi pemberian kredit yang
benar dalam mencatat nilai moneternya didalam
laporan keuangan yang wajar?
29 Apakah terdapat sistem informasi yang mencakup
metode-metode dan catatan-catatan untuk transaksi
pemberian kredit yang mengungkapkan pemberian
kredit yang berhubungan dengan laporan keuangan
secara wajar dalam perusahaan?
30 Apakah terdapat sistem informasi yang mencakup
metode-metode dan catatan-catatan dalam hal
posting dan pengikhtisaran yang benar atas
transaksi-transaksi pemberian kredit?
31 Apakah sistem informasi yang mencakup metode-
metode dan catatan-catatan dalam pengotorisasian
transaksi-transaksi pemberian kredit oleh pejabat
yang berwenang?
Pemantauan (Monitoring)
32 Apakah manajemen melakukan aktivitas
pemantauan untuk menilai efektivitas rancangan
dan operasi pengendalian internal kegiatan
perkreditan?
Tujuan Pengendalian Internal
Keandalan Pelaporan Pemberian Kredit
33 Apakah data transaksi pemberian kredit telah
disajikan secara teliti dan akurat?
34 Apakah data transaksi pemberian kredit bersifat
dapat diandalkan atau dapat dipercaya?
Efisiensi dan Efektifitas Pemberian Kredit
35 Apakah aktivitas pemberian kredit telah aman dari
risiko kecurangan dan penipuan?
36 Apakah aktivitas pemberian kredit telah aman dari
penyimpangan dan penyalahgunaan dana dari
personel yang tidak bertanggung jawab?
37 Apakah sejauh ini pelaksanaan pemberian kredit
sudah efektif dan efisien?
Ketaatan Pada hukum dan Peraturan
Pemberian Kredit
38 Apakah kebijakan mengenai pemisahan tugas atas
pelaksanaan pencatatan transaksi pemberian kredit
telah ditaati?
39 Apakah kebijakan mengenai otorisasi yang pantas
atas transaksi pemberian kredit telah ditaati?
40 Apakah kebijakan mengenai pengendalian fisik atas
transaksi pemberian kredit teah ditaati?
41 Apakah kebijakan mengenai independensi atas
transaksi pemberian kredit telah ditaati?
Lampiran Arus Pengendalian Internal Kredit
1. Prosedur Permohonan Kredit Langsung Kepada Bank Sulselbar
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Wahyuni, Lahir di Enrekang,1 Mei 1994.Penulis adalah
anak kedua dari lima bersaudara,anak dari pasangan
Ayahanda Kasim dan Ibunda Masni.Jenjang pendidikan
mulai Sekolah tingkat dasar SDN 45 Talaga tamat tahun
2006,kemudian lanjut ke SMP Negeri 2 Enrekang dan
lulus pada tahun 2009,kemudian lanjut ke SMA Negeri
1 Enrekang dan tamat pada tahun 2012.Lalu penulis
melanjutkan study di Makassar tepatnya di Universitas Muhammadiyah Makassar
mengambil jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis,selesai pada tahun
2016.