1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak jaman dahulu, manusia sangat mengandalkan lingkungan
sekitarnya untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya untuk makan, tempat
berteduh, pakaian, obat, pupuk, parfum, dan bahkan untuk kecantikan dapat
diperoleh dari lingkungan, Sehingga kekayaan alam di sekitar manusia
sebenarnya sedemikian rupa sangat bermanfaat dan belum sepenuhnya digali,
dimanfaatkan, atau bahkan dikembangkan.
Bangsa indonesia telah lama mengenal dan menggunakan
tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi
masalah kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar
pada pengalaman dan ketrampilan yang secara turun temurun telah diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya (Kumala, 2006).
Penggunaan obat herbal sebagai alternatif penyembuhan penyakit
semakin meningkat di indonesia karena sebagian besar masyarakat berpendapat
bahwa obat herbal tidak mempunyai efek samping. Selama kurun waktu 2000 –
2006 terjadi peningkatan penggunaan obat tradisional, yang dilakukan untuk
pengobatan sendiri ( swamedikasi) dari 15,2 % menjadi 38,30 %. Peningkatan ini
terjadi mungkin disebabkan adanya intervensi pemerintah melalui promosi
pemanfaatan obat asli indonesia dan penggalakan TOGA (tanaman obat
1
2
keluarga) atau mungkin juga berkaitan dengan peningkatan jumlah industri obat
tradisional di indonesia. Penyakit yang biasa ditangani secara swamedikasi
dengan obat tradisional biasanya merupakan penyakit-penyakit ringan ( Supardi
& susyanty, n.d.). Tidak menutup kemungkinan penggunaan obat tradisional
dilakukan oleh pengidap penyakit kronis seperti diabetes militus yang periode
pengobatannya cukup lama.
Diabetes millitus atau dikenal juga dengan sebutan penyakit kencing
manis merupakan salah satu penyakit kronis yang mengharuskan pasiennya
selalu memonitoring kadar gula darahnya. Walaupun tidak menyebabkan
kematian secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal jika pengelolanya tidak
tepat. Pengelola diabetes militus memerlukan penanganan secara multidisiplin
yang cukup terapi non-obat dan terapi obat. Pengidap diabetes millitus juga harus
selalu mengkosumsi obat untuk menstabilkan kadar gula darahnya ( Ditjen
Binafar & Alkes, Depkes RI, 2005). Keadaan pasien diabetes millitus yang tidak
kunjung sembuh terkadang menimbilkan rasa bosan dalam berobat dan mulai
mencari-cari alternatif pengobatan lain yang dirasa memberikan kenyamanan
bagi psikis dan mental. Bagi beberapa kalangan, atas dasar ekonomi alasan tidak
mampu mengakses pengobatan moderen, mendorong mereka untuk beralih ke
pengobatan tradisional, salah satunya dengan mengkosumsi obat herbal
(Mosihuzzan & Choudhar, 2008).
Pada kalangan masyarakat Kabupaten Bima Kecamatan Wera Desa
Tawali khususnya, penggunaan tanaman obat sebagai obat tradisional masih
sering digunakan sebagai alternatif pengobatan suatu penyakit. Pengolahan
3
tanaman obat sebagai alternatif pengobatan diabetes militus masilah sangat
sederhana karena pada kalangan masyarakat Kabupaten Bima Kecamatan Wera
Desa Tawali khususnya, masih sering menggunakan tanaman obat sebagai obat
tradisional sebagai antidiabetes.
Ditinjau dari masalah tersebut, maka akan diteliti profil penggunaan
obat tradisional sebagai antidiabetes pada kalangan masyarakat Kabupaten Bima
Kecamatan Wera Desa Tawali.
B. Rumusan masalah
Bagaimana gambaran pengguna dan penggunaan obat tradisonal dan
tanaman obat apa yang masih digunakan sebagai antidiabetes dan apa alasan
masyarakat memilihnya ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk memperoleh gambaran pengguna dan penggunaan obat tradisonal
sebagai antidiabetes dan apa alasan masyarakat memilihnya, dan jenis tanaman
obat apa yang masih digunakan oleh masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera
Kabupaten Bima sebagai obat antidiabetes.
4
D. Manfaat Penelitian
1. Masyarakat
Dapat menjadi bahan kajian untuk penambah wawasan bagi Masyarakat
untuk menggunakan obat tradisional agar tujuan terapi tercapai sesuai yang
diharapkan.
2. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam
menyusun skripsi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tentang Obat
1. Pengertian Obat
Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, obat adalah
bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
Menurut Katzung (1997), obat dalam pengertian umum adalah suatu substansi
yang melaui efek kimianya membawa perubahan dalam fungsi biologik.
2. Peran Obat
Seperti yang telah dituliskan pada pengertian obat di atas, maka peran
obat secara umum adalah sebagai berikut:
a. Penetapan diagnosa
b. Untuk pencegahan penyakit
c. Menyembuhkan penyakit
d. Memulihkan (rehabilitasi) kesehatan
e. Mengubah fungsi normal tubuh untuk tujuan tertentu
f. Penigkatan kesehatan
g. Mengurangi rasa sakit (Chaerunisaa, dkk, 2009)
5
6
3. Penggolongan Obat (Chaerunisaa, dkk, 2009).
a. Obat Bebas
Obat bebas, yaitu obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan di
warung, tanpa resep dokter, ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi
hitam. Obat bebas ini digunakan untuk mengobati gejala penyakit yang
ringan.
Gambar 1. Logo Obat Bebas
b. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat
keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan
disertaidengan tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket
obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna
hitam.
Gambar 2. Logo Obat Bebas Terbatas
7
c. Obat Keras dan Obat Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan
resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam
lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam.
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotik, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan perilaku.
Gambar 3. Logo Obat Keras dan Obat Psikotropika
d. Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan (Depkes,
2006).
Gambar 4. Logo Narkotika
8
B. Obat Tradisional
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan
tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. Obat tradisional dibuat atau diramu dari bahan tumbuh-tumbuhan,
bahan hewan, sediaan sarian (galenik), atau campuran bahan-bahan tersebut. Obat
tradisional secara turun-temurun telah digunakan untuk kesehatan berdasarkan
pengalaman. Obat tradisional telah digunakan oleh berbagai aspek masyarakat
mulai dari tingkat ekonomi atas sampai tingkat bawah, karena obat tradisional
mudah didapat, harganya yang cukup terjangkau dan berkhasiat untuk
pengobatan, perawatan dan pencegahan penyakit (Ditjen POM, 1994).
Untuk meningkatkan mutu suatu obat tradisional, maka pembuatan obat
tradisional haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya mengikutkan pengawasan
menyeluruh yang bertujuan untuk menyediakan obat tradisional yang senantiasa
memenuhi persyaratan yang berlaku. Keamanan dan mutu obat tradisional
tergantung dari bahan baku, bangunan, prosedur, dan pelaksanaan pembuatan,
peralatan yang digunakan, pengemasan termasuk bahan serta personalia yang
terlibat dalam pembuatan obat tradisional (Dirjen POM, 1994).
Obat tradisional mencakup jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.
Perbedaan ketiga jenis obat tradisional ini adalah ada tidaknya data pendukung
terhadap manfaat obat, yaitu data empiris, data preklinik atau data klinik. Dan
ketiga jenis obat tersebut harus melalui standar penilaian yang dilakukan Badan
9
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sehingga khasiat dan keamanannya
terjamin.Pada kategori jamu, biasanya obat tradisional yang satu ini memiliki
bukti berupa data empirik, yaitu bukti akan manfaat yang didasarkan pada
pengalaman masyarakat yang telah mengkonsumsi jamu secara turun-temurun
(Yuningsih, 2012).
1. Penggolongan Obat Tradisional
a. Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang diracik dengan menggunakan
bahan tanaman sebagai penyusun jamu tersebut. Jamu disajikan secara
tradisional dalam bentuk serbuk seduhan, pil, atau cairan. Satu jenis jamu
yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara 5 – 10
macam, bahkan bisa lebih. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah
sampai uji klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Walaupun demikian,
jamu harus memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu (Mutmainah,
2014).
Jamu hanya dapat dikonsumsi sebagai mencegah, mengurangi atau
mengatasi keluhan yang dialami seseorang. Bukan menyembuhkan suatu
diagnosa penyakit. Secara umum, jamu dibedakan menjadi dua yaitu yang
bertujuan untuk menjaga kesehatan dan yang dimanfaatkan untuk
mengobati keluhan penyakit.
Gambar 5. Logo Jamu
10
b. Herbal Terstandar
Herbal terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari
ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat,
binatang, maupun mineral. Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan
peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga
kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan
pembuatan ekstrak.
Selain proses produksi dengan tehnologi maju, jenis ini pada
umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-
penelitian pre-klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart
pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang
higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.
Gambar 6. Logo Herbal Terstandar
c. Fitofarmaka
Menurut Badan Pengawasan Obat dan Makanan 2005,
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik,
bahan baku dan produk jadinya telah di standarisasi.
Gambar 7. Logo Obat Fitofarmaka
11
2. Penggolongan Simplisia (Menurut Material Medika, 1995)
a. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tanamannya dan belum berupa zat kimia.
b. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan atau bagian
hewan zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni.
c. Simplisia Pelikan (Mineral)
Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan-bahan pelican
(mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa zat kimia.
Zat kimia berkhasiat (obat) tidak diperbolehkan digunakan dalam
campuran obat tradisional karena obat tradisional diperjual belikan secara
bebas. Dengan sendirinya apabila zat berkhasiat (obat) ini dicampurkan
dengan ramuan obat tradisional dapat berakibat buruk bagi kesehatan
(Dirjen POM, 1986).
C. Tanaman Obat
Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat ini sudah lama dimiliki
oleh nenek moyang kita dan hingga saat ini telah banyak yang terbukti secara
ilmiah. Dan pemanfaatan tanaman obat indonesia akan terus meningkat mengingat
12
kuatnya keterkaitan bangsa indonesia terhadap tradisi kebudayaan memakai jamu,
bagian-bagian yang digunakan sebagai bahan obat yang disebut simplisia.
1. Kulit (cortex)
Kortek adalah kulit bagian terluar dari tanaman tingkat tinggi yang berkayu.
2. Kayu (lignum)
Simplisia kayu merupakan pemanfaatan bagian dari batang atau cabang.
3. Daun (folium)
Folium merupakan jenis simplisia yang paling umum digunakan
sebagai bahan baku ramuan obat tradisional maupun minyak atsiri.
4. Herba
Simplisia herba pada umumnya berupa produk tanaman obat dari jenis
herba yang bersifat herbaceous.
5. Bunga (flos)
Bunga sebagai simplisia dapat berupa bunga tungga atau majemuk,
bagian bunga majemuk serta komponen penyusun bunga.
6. Akar (radix)
Akar tanaman yang sering dimanfaatkan untuk bahan obat dapat
berasal dari jenis tanaman yang umumnya berbatang lunak dan memiliki
kandungan air yang tinggi.
7. Umbi (bulbus)
Bulbus atau bulbi adalah produk berupa potongan rajangan umbi lapis,
umbi akar, atau umbi batang. Bentuk ukuran umbi bermacam-macam
tergantung dari jenis tanamannya.
13
8. Rimpang (rhizoma)
Rhizoma atau rimpang adalah produk tanaman obat berupa potongan-
potongan atau irisan rimpang.
9. Buah (fructus)
Simplisia buah ada yang lunak dan ada pula yang keras. Buah yang
lunak akan menghasilkan simplisia dengan bentuk dan warna yang sangat
berbeda, khususnya bila buah masih dalam keadaan segar.
9. Kulit Buah (perikarpium)
Sama halnya dengan simplisia buah, simplisia kulit buah pun ada yang
lunak, keras bahkan adapula yang ulet dengan bentuk bervariasi.
10. Biji (semen)
Semen (biji-bijian) diambil dari buah yang telah masak sehingga
umumnya sangat keras. Bentuk dan ukuran simplisia biji pun bermacam-
macam tergantung dari jenis tanaman .
D. Diabetes
1. Pengertian
Diabetes memiliki nama lengkap diabetes mellitus yang secara harfiah
bermakna “gula madu”, berasal dari bahasa yunani yang berarti, mengalirkan
melalui pipa dengan tekanan atmosfer. Secara eksplisit, kata tersebut
menggambarkan dengan tepat mengenai penyakit ini, di mana pada tubuh
penderita diabetes, air melewati tubuh seolah-olah dialirkan dari mulut dan
14
langsung keluar melalui saluran kemih. Diabetes juga dikenal kencing manis,
sebab air seni seseorang mengandung gula (Wibowo, 2013).
Diabetes adalah suatu penyakit dimana tubuh tidak dapat
menghasilkan insulin (hormon pengatur gula darah) atau insulin yang
dihasilkan tidak mencukupi atau insulin tidak bekerja dengan baik. Oleh karena
itu akan menyebabkan gula darah meningkat saat diperiksa. Diabetes mellitus
adalah penyakit gangguan metabolisme yang bersifat kronis dengan
karakteristik hiperglikemia. Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar
gula darah yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi, jantung
koroner, retinopati, nepropati, gangren, dan lainnya (Mihardja, 2009).
2. Jenis-Jenis Diabetes
Ada beberapa jenis penyakit diabetes mellitus diantaranya:
a. Diabetes Tipe 1
Diabetes tipe ini disebut insulin dependent diabetes mellitus,
meliputi sistoma ketoasidosis hingga rusaknya sel β di dalam pangkreas,
sehingga pangkreas tidak menghasilkan insulin. Diabetes tipe 1 biasanya
muncul sejak usia kanak-kanak. Ada juga yang menderita penyakit ini sejak
usia di bawah umur 30 tahun.
b. Diabetes Tipe 2
Pada diabetes tipe 2, masalahnya bukan karena pangkreas tidak
membuat insulin. Pangkreas tetap bisa memproduksi insulin tetapi jumlah
tidak mencukupi atau sebagian besar insulin terserap oleh sel-sel lemak
akibat gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat.
15
c. Diabetes Tipe 3
Diabetes tipe ini termasuk kategori gestasional, diabetes tersebut
terjadi selama masa kehamilan, setelah melahirkan kembali pulih seperti
sedia kala ( Wibowo, 2013).
3. Patofisologi (Depkes RI, 2006)
a. Diabetes Mellitus Tipe 1
Diabetes tipe ini umumnya terjadi karena kerusakan sel-sel β pulau
lengerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun. Namun adapula yang di
sebabkan oleh bermacam-macam virus, diantaranya virus Cocksakie,
Rubella, CM Virus, Herpes, dan lainsebagainya.
b. Diabetes Mellitus Tipe 2
Faktor genetik dan pengaruh lingkungan cukup besar dalam
menyebabkan terjadinya diabetes tipe 2 antara lain obesitas, diet tinggi
lemak dan rendah serat serta kurang gerak badan.
c. Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes mellitus gestasional adalah keadaan diabetes atau
intoleransi glukosa yang timbul selama masa kehamilan, dan biasanya
berlangsung hanya sementara atau temporer.
4. Gejala Penyakit Diabetes
Berikut ini merupakan gejala yang umumnya dirasakan oleh penderita
diabetes mellitus (Tobing dkk, 2008):
16
a. Sering buang air kecil. Tingginya kadar gula dalam darah yang
dikeluarkan lewat ginjal selalu diiringi oleh air atau cairan tubuh maka
buang air kecil menjadi lebih banyak. Bahkan tidur di malam hari kerap
terganggu karena ingin buang air kecil.
b. Haus dan banyak minum. Banyaknya urin yang keluar menyebabkan
cairan tubuh berkurang sehingga kebutuhan akan air minum meningkat.
c. Fatigue/ lelah , muncul karena energy menurun akibat berkurangnya
glukosa dalam jaringan dan sel. Kadar gula dalam darah yang tinggi tidak
bisa optimal masuk dalam sel disebabkan oleh menurunnya fungsi insulin
sehingga orang yang menderita diabetes kekurangan energi.
d. Pusing dan berkeringat serta tidak dapat berkonsentrasi. Hal tersebut
disebabkan oleh menurunnya kadar gula. Setelah seseorang mengkonsumsi
gula, reaksi pankreas meningkat menimbulkan hipoglikemik.
e. Meningkatnya berat badan disebabkan terganggunya metabolisme
karbohidrat karena hormone lainnya juga terganggu.
f. Gatal disebabkan oleh mengeringnya kulit akibat gangguan regulasi cairan
tubuh.
g. Gangguan imunitas. Meningkatnya kadar glukosa dalam darah
menyebabkan penderita diabetes rentan terhadap infeksi. Hal tersebut
disebabkan oleh menurunnya fungsi sel-sel darah putih.
h. Gangguan mata. Penglihatan berkurang disebabkan oleh perubahan cairan
dalam lensa mata. Pandangan akan tampak berbayang karena kelumpuhan
pada otot mata.
17
i. Polyneuropathy atau gangguan sensorik pada saraf peripheral di kaki dan
tangan.
macam keluhan dengan gejala sangat bervariasi. Gejala-gejala tersebut
dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan sampai ketika seseorang pergi ke
pelayanan kesehatan dan diperiksa kadar glukosa darahnya. Terkadang
gambaran klinik dari diabetes mellitus tidak jelas dan baru ditemukan pada saat
pemeriksaan skrining atau pemeriksaan untuk penyakit lain (Misnadiarly,
2006).
5. Diagnosis
Diagnosis klinik umumnya akan diperkirakan apabila ada keluhan
khas diabetes millitus berupa poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan
berat badan yang tidak dijelaskan penyebabnya. Apabila ada keluhan khas,
hasil pemeriksaaan kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl dan hasil
pemeriksaan kadar gula darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis diabetes millitus, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 1 berikut ini (Depkes RI,2006).
Glukosa Plasma
Puasa
Glukosa Plasma 2 jam
setelah makan
Normal <100 mg/dl <140 mg/dl
Pra diabetes 100-125 mg/dl -
IFG atau IGT - 140 – 199 mg/dl
Diabetes ≥ 126 mg/dl > 200 mg/dl
Tabel 1. Kriteria Penegakan diagnosis.
18
6. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi sebagai berikut (Depkes RI, 2005):
a. Hipoglikemia
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita
merasa pusing, lemas, gemetaran, pandangan berkunang-kunang, pitam
(pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung
meningkat, sampai hilang kesadaran. Serangan hipoglikemia pada penderita
diabetes umumnya terjadi apabila penderita lupa makan pagi siang atau
malam, berolah raga terlalu berat, mengkosumsi obat diabetes dalam dosis
lebih besar dari seharusnya, minum alkohol dan mengkosumsi obat-obatan
lain yang dapat meningkatkan hipoglikemia.
b. Hiperglikemia
Hiperglikemia disebabkan antara lain oleh setres, infeksi dan
kosumsi obat-obatan tertentu. Hiperglikemia di tandai dengan poliuria,
polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah dan pandangan kabur.
c. Makrovaskular
Ada 3 jenis komplikasi makrovaskuler yang umum berkembang
pada penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner ( coronary heart
disease), penyakit pembuluh darah otak dan penyakit pembuluh darah
parifer ( peripheral vascular disease).
19
d. Mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita
diabetes tipe 1. Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein
yang terglikasi ( termasuk HbA1c) menyebabkan diding pembuluh darah
menjadi makin lemah, rapuh dan terjadi penyubatan pada pembuluh-
pembuluh darah kecil. Hal ini yang mendorong komplikasi mikrovaskuler
seperti retinopati, nefropati dan neuropati.
7. Faktor Risiko
Faktor risiko atau risk factor merupakan salah satu istilah dari risiko
berupa penjabaran dari faktor-faktor determinan epidemiologi suatu penyakit
yang menentukan kemungkinan terjadinya suatu penyakit. Faktor risiko bisa
berupa karakteristik, perilaku, gejala, atau keluhan dari seseorang yang tidak
menderita yang secara statistik berhubungan dengan peningkatan insiden
sebuah penyakit (Bustan, 2008).
Pengukuran faktor risiko diabetes millitus dilakukan terhadap
masyarakat yang berusia 20 tahun ke atas sesuai dengan jenis faktor risiko
yang disebutkan pada consensus perkenin 2006 (Kemenkes RI, 2008). Ruang
lingkup faktor risiko diabetes millitus dibagi atas dua faktor yaitu faktor yang
dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
a. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi
Faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi (unmodifiable risk
factor), Faktor risiko yang sudah melekat pada seseorang sepanjang
20
hidupnya. Sehingga faktor risiko tersebut tidak dapat dikendalikan. Faktor
risiko diabetes millitus yang tidak dapat di modifikasi antara lain:
1. Ras dan Etnik
Rasa tau etnik yang dimaksud adalah seperti suku atau
kebudayaan setempat dimana suku atau budaya dapat menjadi salah
satu faktor risiko diabetes millitus yang berasal dari lingkungan.
Biasanya, penyakit yang berhubungan dengan ras atau etnik pada
umumnya berkaitan dengan faktor genetik dan faktor lingkungan
(Masriadi, 2012).
2. Umur
Umur merupakan salah satu karakteristik yang melekat pada
host atau penderita penyakit. Umur mempunyai hubungan dengan
tingkat keterpaparan, besarnya fisik, serta sifat resistensi tertentu. Umur
juga berhubungan erat dengan sikap dan perilaku, juga karakteristik
tempat dan waktu. Perbedaan pengalaman terhadap penyakit menurut
usia sangat berhubungan dengan perbedaan tingkat keterpaparan dan
proses patogenesis (Masriadi, 2012). Diabetes seringkali ditemukan
pada masyarakat dengan usia tua karena pada usia tersebut, fungsi
tubuh secara fisiologis menurun dan terjadi penurunan sekresi atau
resistensi insulin sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap
pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal (Gusti & Erna,
2014).
21
3. Riwayat Keluarga Penderita Diabetes Millitus
Seorang anak merupakan keturunan pertama dari orang tua
dengan diabetes millitus (Ayah, ibu, saudara laki-laki, saudara
perempuan). Risikoseorang anak mendapat diabetes millitus tipe 2
adalah 15% bila salah seorang tuanya menderita diabetes millitus dan
kemungkinan 75% bilamana kedua-duanya menderita diabetes millitus.
Pada umumnya apabilaseseorang menderita diabetes millitus maka
saudara kandungnya mempunyai risiko diabetes millitus sebanyak 10%
(Kemenkes RI, 2008).
Risiko untuk mendapatkan diabetes millitus dari ibu lebih besar
10-30% dari pada ayah dengan diabetes millitus. Hal ini dikarenakan
penurunan gen sewaktu dalam kandungan lebih besar dari ibu
(Trisnawati dan Soedijono, 2013).
4. Pernah Melahirkan Bayi Dengan Berat Badan ≥ 4000 gram
Wanita yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan berat
lebih dari 4000 gram dianggap berisiko terhadap kejadian diabetes
mellitus baik tipe 2 maupun gestasional. Wanita yang pernah
melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg (4.000 gram/ 9 pounds)
biasanya dianggap sebagai pra diabetes(Lanywati, 2001).
5. Riwayat Lahir Dengan Berat Badan Lahirdengan Berat Badan <2500
Gram
Riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) ialah
apabila seseorang ketika lahir dengan berat badan <2500 gram.
22
Seseorang yang lahir dengan berat badan lahir rendah dimungkinkan
memiliki kerusakan pankreas sehingga kemampuan pankreas untuk
memproduksi insulin akan terganggu. Hal tersebut menjadi dasar
mengapa riwayat berat badan lahir rendah seseorang dapat berisiko
terhadap kejadian berat badan lahir rendah (Kemenks, 2008).
b. Faktor Risiko Yang Dapat Dimodifikasi
Faktor risiko yang dapat di modifikasi (Modifiable risk factor)
artinya faktor risiko ini akan bisa di hindari dengan memodifikasi atau di
siasati dengan tindakan tertentu sehingga faktor risiko itu menjadi tidak ada
lagi.Faktor risiko yang bisa di modifikasi :
1. Obesitas
Obesitas adalah ketidakseimbangan antara konsumsi kalori
dengan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk lemak (jaringan
subkutan tirai usus, organ vital jantung, paru-paru, dan hati). Obesitas
juga didefinisikan sebagai kelebihan berat badan (Gusti & Erna, 2014).
Indeks masa tubuh orang dewasa normalnya ialah antara 18,5-25
kg/m2. JIka lebih dari 25 kg/m2 maka dapat dikatakan seseorang
tersebut mengalami obesitas.
2. Kuranya Aktivitas Fisik
Menurut WHO yang dimaksud dengan aktifitas fisik adalah
kegiatan paling sedikit 10 menit tanpa henti dengan melakukan kegiatan
fisik ringan, sedang dan berat.
23
3. Pola Konsumsi Tidak Sehat
Pemberian makanan yang sebaik-baiknya harus
memperhatikan kemampuan tubuh seseorang untuk mencerna makanan,
usia, jenis kelamin, jenis aktivitas, dan kondisi tertentu seperti sakit,
hamil, menyusui. Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap
orang memerlukan 5 kelompok zat gizi (karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral) dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan
tidak juga kekurangan. Disamping itu, manusia memerlukan air dan
serat untuk memperlancar berbagai proses dalam tubuh (Kemenkes RI,
2002).
4. Merokok
Merokok merupakan faktor risiko terkenal dalam banyak
penyakit, termasuk berbagai jenis kanker dan penyakit kardiovaskular
termasuk diabetes millitus. Merokok meningkatkan kejadian diabetes
dan memperburuk homeostasis glukosa dan komplikasi diabetes kronis.
Dalam komplikasi mikrovaskuler, onset dan perkembangan
nefropati diabetes sangat berhubungan dengan merokok. Merokok
dikaitkan dengan resistensi insulin, peradangan dan dyslipidemia.
Dalam komplikasi makrovaskuler, merokok dikaitkan dengan kejadian
2 sampai 3 kali lebih tinggi kematian. Namun, pencegahan merokok
dan berhenti merokok mungkin tidak cukup ditekankan dalam diabetes
klinik (Chang, 2012).
24
8. Pencegahan
Berikut ini hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah diabetes:
a. menurunkan berat badan dan mencegah penumpukan lemak dalam tubuh,
sebab lemak tersebut menyerap insulin.
b. banyak mengkosumsi makanan berserat tinggi yang mengandung banyak
glukosa kompleks.
c. Mengurangi mengkosumsi makanan berlemak, makanan awetan, dan
goreng-gorengan.
d. Banyak minum air putih dan olahraga teratur.
e. Menghindari stres, mengkosumsi alkohol dan softdring.
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian.
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif yang
merupakan suatu pendekatan penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama
untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data-data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku
yang dapat diamati, sehingga data yang dikumpulkan adalah data yang berupa
kata/ kalimat maupun gambar, wawancara, catatan lapangan, foto, video,
dokumen pribadi, memo ataupun dokumen resmi lainnya ( Irawan, 2011).
2. Jenis Penelitian.
Penelitian deskriptif melakukan penelitian taraf deskripsi, yaitu
menyajikan data secara sistematik, sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami
dan disimpulkan. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara akurat
fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai permasalahan yang
akan di teliti. Kesimpulan yang dihasilkan tidak bersifat umum ( Wulandari,
2013).
25
26
B. Lokasi Penelitian.
Penelitian ini dilakukan dikalangan masyaratat Desa Tawali Kecamatan
Wera Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat (NTB).
C. Sumber Data.
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer adalah data yang
diperoleh peneliti secara langsung ( dari tangan pertama), sementara data skunder
adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudh ada ( Sekaran, 2006).
Sumber data dalam penelitian ini adalah yang diperoleh secara langsung
dari masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima yang pernah
ataupun yang sedang mengalami diabetes millitus.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan faktor penting demi keberhasilan
penelitian. Hal ini berkaitan dengan bagaimana cara mengumpulkan data siapa
sumbernya dan apa alat yang digunakan. Jenis sumber data adalah mengenai dari
mana data diperoleh, apakah data diperoleh dari sumber langsung (data primer)
atau data diperoleh dari sumber tidak langsung (data sekunder). Teknik
pengumpulan data yang biasa digunakan adalah angket atau kuesioner dan
wawancara.
1. Teknik Kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan kepada orang lain
27
yang dijadikan sebagai reponden untuk dijawab. Instrumen atau alat
pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden
mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan
persepsinya (Sekaran, 2006).
2. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui tatapmuka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun
peneliti terhadap narasumber atau sumber data (Sekaran, 2006).
Dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan
cara kuisioner dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan kepada orang
lain yang di jadikan sebagai reponden untuk dijawab. Instrumen atau alat
pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Karlina,
2013). Populasi yang digunakan sebagai objek penelitian ini adalah seluruh
masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima, yang berjumlah
500 KK.
28
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2012) Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik sampling dalam
penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu sampel yang telah ditentukan
oleh peneliti seperti masyarakat yang mengidap penyakit diabetes.
Menurut Arikunto (2010) sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga diperoleh sampel yang benar-benar berfungsi sebagai sampel.
Apabila subyek kurang dari 100 maka pengambilan sampel semuanya, apabila
lebih dari 100 maka pengambilan cukup 10 –15 % atau 20 –25 %.
Dimana sampel yang digunakan sebanyak 50 orang yang mewakili
dari 500 populasi.
F. Teknik Analisis data
Data yang diperoleh dikelola secara manual dan dilihat jumlah pengguna,
jenis tanaman, cara penggunaan obat tradisional sebagai antidiabetes dan
dinyatakan dalam bentuk presentase.
G. Definisi Operasional
1. Profil penggunaan obat yaitu data mengenai jumlah pengguna, jenis obat
tradisional dan cara penggunaan obat tradisional anti diabetes di masyarakat
Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima 2015.
2. Obat Tradisional adalah obat secara turun-temurun telah digunakan untuk
kesehatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional telah digunakan oleh
berbagai aspek masyarakat mulai dari tingkat ekonomi atas sampai tingkat
29
bawah, karena obat tradisional mudah didapat, harganya yang cukup
terjangkau dan berkhasiat untuk pengobatan, perawatan dan pencegahan
penyakit
3. Diabetes adalah suatu keadaan dimana tubuh tidak bisa menghasilkan hormon
insulin sesuai kebutuhan atau tubuh tidak bisa memanfaatkan secara optimal
insulin yang dihasilkan sehingga terjadi kelonjakan kadar gula dalam darah
melebih normal.
H. Penggunaan Obat Tradisional
Jumlah pertanyaan tentang menggunakan obat tradisonal sebagai antihi
diabetes dan tidak menggunakan, sebanyak 15 nomor dengan penelitian ini
menggunakan skala Guttman. Menurut Sugiyono (2006) skala Guttman
digunakan apabila ingin mendapatkan jawaban yang jelas terhadap suatu
permasalahan yang ditanyakan, bila jawaban benar diberi skor 1 dan bila jawaban
salah diberi skor nol.
Rumus (Sugiyono, 2006)
I =
Keterangan
I = Interval
R = Range/Kisaran
K = Jumlah Kategori
Skor = 10 x 1 = 10 (100%)
K
R
30
Skor = 10 x 0 = 0 (0%)
Range = skor tertinggi – skor terendah
= 100% - 0% = 100%
Kriteria objektif sebanyak 2 kategori yaitu Ya dan Tidak.
Interval = range
Jumlah Kategori
I = 100%
2
= 50%
Kriteria Objektif :
Ya : Apabila nilai jawaban responden ≥ 50%
Tidak : Apabila nilai jawaban responden ≤ 50 %.
I. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 8. Kerangka Konsep
Pendidikan
Pekerjaan
Umur
Jenis kelaminObat Tradisional
Sebagai AntidiabetesDiabetes
31
keterangan:
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Variabel Yang Diteliti
:Variabel Yang Tidak Diteliti
J. Tahapan –Tahapan Penelitian Dan Jadwalnya.
Tahap kegiatan (Bulan) Tahun 20151 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan.a. Perencanaanb. Penyusunan proposal
2. Pelaksanaana. Peermohonan surat
isin penelitian.b. Pelaksanaan
penelitian3. Penyusunan
a. Pengolahan hasilpenelitian
Tabel 2. Tahapan –Tahapan Penelitian Dan Jadwalnya
Keterangan : : Pelaksanaan Kegiatan
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilaksanakan dilapangan
mulai tanggal 25 Maret sampai 10 April di Desa Tawali Kecamatan Wera
Kabupaten Bima tahun 2015. Penelitian ini dilakukan pada kelompok Masyarakat
dengan menggunakan kuesioner dengan jumlah responden yaitu 50 orang
responden diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Gambaran Umum Responden (Profil Pengguna Obat Antidiabetes)
Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa
Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima. Profil responden dijelaskan berdasarkan
data di bawah ini, data meliputi umur, jenis kelamin, pendidikn dan pekerjaan.
a. Umur
Distribusi responden berdasarkan kelompok umur di Desa Tawali
Kecamatan Wera Kabupaten Bima Tahun 2015 dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 3 dibawah ini.
Umur Jumlah (n) Persen (%)
Dewasa ( 26 – 45 Tahun) 17 34
Lansia awal ( 46 – 55 Tahun) 24 48
Lansia Ahir ( 56-65 Tahun) 9 18
Total 50 100 %
Sumber : Data Primer
32
33
Dari tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa resonden yang memiliki usia
kategori lansia awal dapat beresiko lebih besar terkena diabetes berjumlah
24 orang dengan presentase sebesar (48%), kemudia responden yang masuk
kategori dewasa berjumlah 17 orang dengan presentase sebesar (34%), yang
paling sedikit memiliki reseiko terkena diabetes yang masuk kategori lansia
ahir berjumlah 9 orang dengan presentase sebesar (18%). Hal ini di
sebabkan oleh banyak faktor terutama kebiasaan hidup yang kurang baik (
obesitas, diet tinngi lemak dan rendah serat serta kurang gerak badan).
b. Jenis Kelamin
Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan
antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir.
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Tawali
Kecamatan Wera Kabupaten Bima Tahun 2015 dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 4 dibawah ini.
Jenis Kelamin Jumlah (n) Persen (%)
Laki-laki 17 34
Perempuan 33 66
Total 50 100 %
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah yaitu
(66%) berjumlah 33 responden berjenis kelamin perempuan kemudian
selebihnya berjumlah 17 orang yaitu (34%) berjenis kelamin laki-laki. Hal
ini dikarenakan beberapa faktor di antaranya faktor psikologis dan makanan.
34
c. Pekerjaan
Distribusi responden menurut pekerjaan di Desa Tawali Kecamatan
Wera Kabupaten Bima Tahun 2015 dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 5 dibawah ini.
Pekerjaan Jumlah (n) Persen (%)
Petani 18 36
PNS 12 24
Swasta 7 14
Ibu Rumah Tangga 13 26
Total 50 100 %
Sumber : Data Primer
Dari tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa responden yang tertinggi
yaitu memiliki pekerjaan sebagai petani berjumlah 18 orang dengan
presentase sebesar (36%), kemudian yang memiliki pekerjaan sebagai ibu
rumah tangga berjumlah (26%), kemudian yang memiliki pekerjaan sebagai
pegawe negeri sipil berjumlah 12 orang dengan presentase sebesar (24%),
dan responden yang terendah memiliki pekerjaan sebagai swasta berjumlah
7 orang dengan presentase sebesar (14%).
d. Pendidikan Terakhir
Distribusi responden menurut pendidikan terakhir di Desa Tawali
Kecamatan Wera Kabupaten Bima Tahun 2015 dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 6 dibawah ini.
35
Pendidikan Terakhir Jumlah (n) Persen (%)
Tidak Tamat SD 11 22
SD 3 6
SMP 5 10
SMA 17 34
Perguruan Tinggi 14 28
Total 50 100 %
Sumber : Data Primer
Dari tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa yang tertinggi memiliki
pendidikan terakhir SMA berjumlah 17 responden dengan presentase
sebesar (34%), kemudian yang tamat dari perguruan tinggi berjumlah 14
responden dengan presentase (28%), yang tidak tamat SD berjumlah 11
responden dengan presentase (22%) dan yang masuk dalam kategori
terendan yaitu pendidikan terakhir SMP dan SD berjumlah 5 dan 3
responden dengan presentase sebesar (10%) dan (6%).
e. Penggunaan Obat Tradisional
Distribusi responden menurut penggunaan obat tradisional di Desa
Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima Tahun 2015 dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini.
Jawaban Responden Jumlah (n) Persen (%)
Menggunakan ( ya) 35 70
Tidak Menggunakan (tidak) 15 30
Total 50 100 %
Sumber : Data Primer
36
Dari tabel 7 diatas dapat di lihat hampir sebagian besar responden
yang mengidap penyakit diabetes millitu menggunakan obat tradisional
sebagai terapi penurun gula darah sebesar (70%) berjumlah 35 responden
dan yang tidak menggunakan obat tradisional berjumlah 15 responden
dengan presentase (30%). Hal ini di karenakan faktor ekonomi dan jauhnya
jarak rumah sakit dari tempat tinggal responden.
2. Penggunaan Obat Tradisional
Penggunaan obat tradisional pada masyarakat di Desa Tawali
Kecamatan Wera Kabupaten Bima dilakukan dengan cara memberikan
kuesioner atau pertanyaan kepada responden mengenai tanaman apa yang
digunakan, bagian apanya yang digunakan, cara pengolahanya dan cara
penggunaanyan.
a. Penggunaan Obat Tradisional Tunggal
Tabel 8. Penggunaan Obat Tradisional Tunggal Sebagai Antidiabetes
di Masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera 2015
No Nama Bahan
Yang
digunakan
Bagian yang
digunakan
Cara Pengolahan Atura Pakai
1Anggur Hijau Daun Direbus dengan air sebanyak 2
gelas sehingga menjadi 1 gelaskemudian airnya diminumsetelah didinginkan.
3 x perhari ½gelas
2
Ketumbar Daun Daun ketumbar sebanyak 5-10lembar, kemudian di rebusdengan air secukupnyadidiamkan hingga dinginkanlalu diminum.
2 x perhari 1gelas
37
3 Mimba Daun Daun mimba secukupnyadirebus dengan 4 gelas air laludi minum.
3 x sehari 1gelas
4 Lamtoro/ pete Biji Digoreng hingga berubahwarna kehitaman kemudianditumbuk dan diseduh denganair mendidih.
1 x sehari 1gelas
5 Pinang Buah Direbus buah pinang kemudiandidiamkan hingga dingin dandiminum.
2 x sehari 1gelas
6 Sirsak daun yang muda Direbus dan didiamkan hinggadingin kemudian di minum
1 x sehari ½gelas
7 Pare Biji Direbus dengan airsecukupnya, kemudiandiminum.
2 x sehari ½gelas
8 Sambungnyawa
Daun Ambil daun sambung nyawasecukupnya dicuci bersihdimakan seperti lalapan.
1 x sehari 7-10 helai daun
9 Songga/BidaraLaut
Batang Direbus beberapa potongbatang hingga mendidih,kemudian diminum
3 x sehari ½gelas
10 Manggis Kulit buah Kulit buah manggis yangsudah kering, kemudiandirebus dengan air secukupnya
2 x sehari 1gelas
11 Mengkudu Buah Ambil 1 buah mengkudu,kemudian di blender laludiminum.
1 x sehari 1gelas
12 Sirih Daun Direbus dengan airsecukupnya, kemudiandiminum
1 x sehari 1gelas
13 Songga/Bidara Laut
Batang Hangatkan air secukupnya,kemudian dimasukan ke dalamgelas yang terbuat dari batangsongga didiamkan hinggaberubah warna lalu diminum.
2 x sehari 1gelas
14 Jamblang Biji Sediakan sekitar 15 bijijamblang kemudiandikeringkan, sesudah kering ditumbuk baru dimasakkemudian diminum.
2-3 x sehari 1gelas
15 Lamtoro/pete Biji Digoreng hingga berubahwarna kehitaman, kemudianditumbuk dan diseduh denganair mendidih.
2 x sehari 1gelas
16 Kumis Kucing Daun Ambil beberapa helai daun 1 x sehari 1
38
kumis kucing, kemudian cucibersih lalu direbus, barudiminum.
gelas
17 Sirsak Daun Ambil daun sirsaksecukupnya, direbus dengan 3gelas air, lalu diminum.
2 x sehari 1gelas
18 Lidah Buaya Daun Ambil lidah buaya 1 – 2 helaikemudian di potong dan direbus dengan 2 gelas air laludiminum.
2-1 sehari ½gelas
19 Pare Buah Ambil 1-2 buah pare kemudiandi potong-potong, diblenderdengan 1 gelas air laludiminum.
1 x sehari 1gelas
20 Manggis Kulit buah Sediakan kulit manggis yangsudah kering secukupnya,kemudian dimasak lalu diminum.
3 x sehari 1gelas
21 Songga/Bidara Laut
Batang Hangatkan air secukupnyakemudian dimasukan ke dalamgelas yang terbuat dari batangsongga didiamkan hinggaberubah warna lalu diminum.
3 x sehari 1gelas
22 Sirih Daun Direbus daun sirih 7-10 helaidengan air secukupnyakemudian diminum
2 x sehari ½gelas
23 Mimba Daun Daun mimba secukupnyadirebus dengan 2 gelas air, laludiminum.
2 x sehari ½gelas
24 Pinang Buah Ambil 2-4 biji pinangkemudian direbus dengan air 2gelas.
1 x sehari ½gelas
Sumber: Data Primer
39
b. Penggunaan Obat Tradisional Kombinasi
Tabel 9. Penggunaan Obat Tradisional Kombinasi Sebagai
Antidiabetes di Masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera 2015
No Nama Bahan
Yang
digunakan
Bagian yang
digunakan
Cara Pengolahan Atura Pakai
1 Mengkudu Buah Sediakan 1-3 buah mengkudulalu direbus dengan 2 gelas air,kemudian masukan ke dalamgelas, dan ditambahkan madu1-2 sendok makan.
2 x perhari ½gelas
Madu
2 Ketumbar Daun Ambil 10 helai daun ketumbar,kemudian direbus bersamaandengan beberpa potong kayumanis direbus dengan 3 gelasair lalu diminum.
1 x sehari 1gelasKayu manis Batang
3 Kunyit Rimpang Rebus beberapa potong kunyitkering kemudian ditambahkanbawang putih secukupnya laludiminum.
1 x sehari 1gelasBawang putih Umbi
4 Songga/Bidara Laut
Batang Masak batang songga yangsudah dipotong-potong dankulit manggis dengan air 3gelas hingga mendidihdimasukan ke dalam gelasdicampur dengan madu 2sendok
1 x sehari 1gelas
Manggis Kulit BuahMadu
5 Lamtoro/ pete Biji Goreng lamtoro dan kopisecukupnya hingga warnakehitaman, kemudianditumbuk hingga halus, laludiseduh dengan air hangat.
3 x sehari ½gelasKopi Biji
6 Ketumbar Daun Ambil 7-10 helai daunketumbar kemudian direbusbersamaan dengan kayu manisdengan 2 gelas air laludiminum.
2 x sehari 1gelasKayu manis Batang
7 Mimba Daun Sediakan ke tiga jenis daunsecukupnya, lalu direbus
3 x sehari 1gelasBrotowali Daun
40
Kejibeling Daun dengan 3 gelas air kemudiandiminum waktu hangat
8 Ketumbar Daun Ambil beberapa helai daunketumbar, kemudian direbusbersamaan dengan kayu manisdengan 2-4 gelas air laludiminum.
2 x sehari 1gelasKayu Manis Batang
9 Mimba Daun Rebus beberpa helai daunmimba hingga mendidih,kemudian dimasukan ke dalamgelas yang terbuat dari batangsongga.
1 x sehari 1gelasSongga/
Bidara LautBatang
10 Kumis Kucing Daun Sediakan 10 lembar daunkumis kucing, 7 lembar daunsirsak direbus hingga mendidihdengan 4 gelas air.
2 x sehari 1gelas
Daun sirsakDaun
11 Sirsak Daun Ambil 5-7 lembar daun sirsak,kemudian direbus dengan kulitmanggis yang sudah keringsecukupnya sampai mendidih.
3 x sehari 1gelasKulit manggis Kulit buah
Sumber: Data Primer
c. Uraian mekanisme berbagai tanaman obat
Nama TanamanObat Kandungan Untuk Diabetes
Anggur
Kandungan gizi anggur antara lain, energi, protein, lemak,karbohidrat, serat, gula, kalsium, besi, magnesium, fosfor, vitamin,dan kalium.Sebuah penelitian bahkan menunjukkan bahwa konsumsi anggursetiap hari dapat memperlambat perkembangan diabetes tipe I dankonsumsi anggur juga dapat mengurangi tekanan darah pada diabetestipe II dan mencegah resistensi insulin.
Ketumbar
Ketumbar mengandung minyak atsiri tanin asam malat, kalsiumoksalat.Daun ketumbar memiliki efek merangsang kelenjar endokrin, sekresiinsulin meningkat dari pankreas yang kemudian meningkatkan insulindalam darah. Proses ini mengatur asimilasi yang tepat dan penyerapangula dalam darah.
Mimba
Kandungan kimia daun mimba antara lain azachdirichtin, minyakgliserda, asam asetiloksituranoe.Dalam buku yang berjudul mimba tanaman multi fungsi, di tulis olehdr. Sukrasno, tahun 2004. Aktivitas hipoglikemik ekstrak daun mimbasetingkat dengan glibenklamid. Glibenklamid merupakan bahan aktifyang berfungsi sebagai antidiabetes.
Lamtoro/ Pate Biji lamtoro mempunyai beragam kandungan kimia yang sangat
41
bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Diantaranya yaitukarbohidrat,protein,kalsium,kalium,kromium,kalori,hidratarang,fosfor,vitamin A, B1 , C dan zat besi.Kandungan kimia yang paling tinggi dalam Petai Cina adalah Kalsiumdan kalium. Kalium pada Petai cina berperan merangsang pancreasmemproduksi insulin, sedangkan Kalsium dalam Petai cina berfungsiuntuk meningkatkan kepekaan insulin.
Sirsak
Beberapa zat atau senyawa yang terkandung di dalam daun sirsakseperti lemak, vitamin A, vitamin B, fruktosa, protein, kalsiumsenyawa alkaloid, saponin, flavonoid, steroid dan juga asetogenininilah yang membantu tubuh untuk mengendalikan kadar gula darahuntuk tetap berada pada batas normal.Penelitian febbyola S.moniaga,2014.Subjek penelitian berupa tikusWistar jantan berjumlah 18 ekor yang dibagi dalam 6 kelompok,kelompok kontrol negatif dan 5 kelompok tikus Wistar hiperglikemikakibat pemberian alloxan dengan dosis 110 mg/kg berat badan tikus.Tikus hiperglikemik diberi ekstrak daun sirsak dosis 1000, 2000, dan5000 mg/kg BB tikus, kelompok kontrol positif yang diberi novomixflexpen, dan 1 kelompok hanya diberi alloxan. Data diperoleh daripemeriksaan kadar gula darah pada semua kelompok tikus Wistarpada hari pertama, hari kedua , hari ketiga pada menit ke-0 ,30, 60, 90,dan menit ke-120. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberianekstrak daun sirsak mempunyai efek terhadap penurunan kadar guladarah tikus Wistar yang telah diinduksi alloxan.
Pare
Kandungan yang terdapat pada buah pare adalah energi, protein,lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, C danair.Pakar nutrisi mengatakan kandungan sufonylurea pada buah parebersifat hipoglikemik.
Sambung NyawaZat yang terkandung dalam tanaman sambung nyawa di antaranyasenyawa flavanoid, polifenol, minyak atsiridan sterol tak jenuh.Daunsambung nyawa bersifat hipoglikemik.
Songga/Bidara Laut
Menurut penelitian supriadi dari Jurusan Farmasi UniversitasHasanuddin pada 1986. Riset memakai kelinci itu menguji pengaruhkonsentrasi (5, 10, 15, dan 20%) rebusan kayu songga. Hasilnyapemberian konsentrasi 20% sebanyak 5 ml/kg bobot badan (bb)memberikan efek terbesar penurunan gula darah sebesar 43,96%.Penurunan itu terjadi setelah 5 jam konsumsi.
Manggis
Kandungan mangiferin untuk menurunkan kadar gula darah dan bisamenurunkan kadar resistensi insulin dan Anti oksidan pada kulitmanggis bisa mencegah kerusakan pada sel beta pangkreas akibatserangan radikal bebas.Menurut penelitian adinda ayu dyahnugra menunjukkan bahwaekstrak bubuk simplisia kulit manggis mengandung senyawaantioksidan dengan aktivitasnya sebesar 84.42% yang diketahui total
42
fenol sebesar 41.12 mg GAE/g sampel. Dosis ekstrak kulit manggisyang diberikan selama perlakuan berpengaruh sangat nyata (α = 0,01)pada penurunan kadar glukosa darah, peningkatan berat badan sertapeningkatan asupan pakan pada tikus percobaan. Pemberian ekstrakdengan dosis sebesar 250 mg/kg BB dan 500 mg/kg BB selama 4minggu percobaan dapat menurunkan kadar glukosa darah sebesar105.92 mg/dl dan 134.25 mg/dl.
Mengkudu
Dalam penelitian vivi 2013. hasil analisis sesudah perlakuandidapatkan bahwa rerata kadarglukosa darah sewaktu untuk kelompokkontrol adalah 321,01±12,08 mg/dL dan untuk kelompok perlakuanadalah 272,70±39,16 mg/dL. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent menunjukkan terdapat perbedaan secara bermakna(p<0,05) yang berarti ekstrak buah mengkudu berkhasiat terhadappenurunan glukosa darah.
Sirih
Para ahli pengobatan tradisional telah banyak menggunakan tanamansirih merah oleh karena mempunyai kandungan kimia yang pentinguntuk menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam daun sirih merahterkandung senyawa fitokimia yakni alkoloid, saponin, tanin danflavonoid. Dari buku ”A review of natural product and plants aspotensial antidiabetic” dilaporkan bahwa senyawa alko-koloid danflavonoid memiliki aktivitas hipoglikemik atau penurun kadar glukosadarah.
Jamblang
Dalam buku fakta ilmiah buah dan sayur di tulis dr setiawandalimartha dan dr. Felix Adrian,2013. Jamblang mengandung fatty oil3-5% oleic acid mampu menurunkan kadar glukosa dara(hipoglikemik).
Kumis Kucing
Tanaman ini mengandung orthosiphon glikosida, zat samak, minyakatsiri, minyak lemak, saponin, garam kalium danmiyoinositol.menurunkan kadar gula darah.Buku atlas tumbuhan obat indonesia. Di tuli oleh dr. Setiawandalimartha. Jilid 2, 2006.Pemberian infusa kombinasi daun kumiskucing dan daun sambiloto 0,129 g/kg bb dan 0,3 g/kg bb mampumenurunkan kadar gula dara.
Lidah Buaya
Mengandung asam amino, air, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral,enzim, hormon dan masih banyak kandungan lainnya.Dalam penelitian arisyi sunu pradono, 2011. Pemberian decocta daunlidah buaya (Aloe vera L.) pada dosis 2,5 ml, 5 ml, dan 10 ml dapatmenurunkan kadar glukosa darah tikus wistar yang diberi bebanglukosa. Efek hipoglikemik decocta daun lidah buaya (Aloe veraL.)dengan dosis diatas kurang kuat bila dibandingkan efekhipoglikemik Glibenklamid 0,126 gr.
KunyitPenelitian khairi amruddin, 2014. Hasil penelitian menunjukkanterdapat penurunan kadar glukosa darah yang signifikan pada semua
43
kelompok perlakuan. Terdapat kematian hewan uji pada kelompokkontrol positif (dosis tungal glibenklamid) dan kelompokperlakuan 3 (kombinasi glibenklamid+ekstrak 500 mg).Prosespenurunan kadar glukosa darah cukup baik dan efektif terjadi pada kelompok perlakuan 1 (kombinasi glibenklamid+ekstrak 150 mg).Kombinasi glibenkalimid dan ekstrak kunyit cukup efektif untukmenurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih sebagai modeldiabetes tipe 2.
Kayu Manis
Kayu manis mengandung minyak atsiri, damar, zat penyamak,eugenol, dafrole, tannin, kalsium oksanat dan sinamadehid.Kayu manis mampu meningkatkan sentivitas insulin dalam darah,sehingga akan banyak glukosa yang digunakan darah untuk diubahmenjadi energi.
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan obat
tradisional sebagai antidiabetes di masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera
Kabupaten Bima 2015. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada
50 responden yang diambil secara Purposive Sampling menggunakan 15
pertanyaan masing-masing pada penggunaan obat tradisional sebagai antidiabetes.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, faktor yang
mempengaruhi masyarakat Desa Tawali Kecamatan Wera Kabupaten Bima
menggunakan obat tradisional sebagai antidiabetes karena mudah didapatkan dan
ekonomis, didukung oleh hasil penelitian Santoso dkk, (2000) menunjukkan
bahwa alasan pasien diabetes melitus berobat ke pengobatan tradisional karena
biaya yang lebih murah dibandingkan pengobatan konvensional,cocok, pelayanan
yang baik, biasa kepengobatan tradisional, takut ke pelayanan kesehatan
konvensional, ketakuan akan efek samping karena obat konvensional yang
44
mengandung bahan kimia, dan ke pelayanan kesehatan konvensional belum
sembuh.
Pengobatan tradisional yang dilakukan penderita diabetes melitus dengan
menggunakan tanaman obat mempunyai fungsi untuk mengendalikan atau
mengontrol gula darah, mencegah timbulnya komplikasi diabetes dan
memperbaiki kerusakan jaringan sel (Pahandayani, 2014).
Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian menunjukkan bahwa
responden yang menggunakan obat tradisional lebih tinggi jumlahnya sebesar
70% dibandingkan yang tidak menggunakan obat tradisional sebesar 30%
responden.
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah dilakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa tanaman yang
banyak digunakan sebagai antidiabetes adalah bidara laut, sirsak, ketumbar,
lamtoro, mimba dan mengkudu.
B. SARAN
Adanya penelitian lebih lanjut mengenai profil penggunaan obat tradisional anti
diabetes yang komplikasi dengan penyakit lain.
45
46
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
BPOM RI. (2005). Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan MakananRepublik Indonesia Nomor HK 00.05.41.1384 tentang Kriteria danTata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandardan Fitofarmaka. Jakarta : Kepala BPOM.
Bustan, Nadjib. 2008. 505 Tanya Jawab Epidemiologi. Makassar:Putra AsaadPrint.
Chaerunisaa, Y. A. Surahman, E. dan Soeryati, S. 2009. Farmasetika Dasar,Konsep Teoritis Dan Aplikasi Pembuatan Obat. Widya Padjadjaran.Bandung.
Chang, Sang Ah. 2012. Smoking and Type 2 Diabetes Mellitus. Diabetes &Metabolism Journal. Volume 36 :399-403.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit DiabetesMellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit DiabetesMellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan.
Depkes RI, 2006, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas,Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen BinaKefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI.CetakanKeenam.Jakarta:Direktorat Jenderal Pengawasan Obat DanMakanan. Halaman 92-94, 195-199.
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen KesehatanRI.(2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Militus.Jakarta.
Dirjen POM, (1994) “ Petunjuk Pelaksanaan Cara Pembuatan Obat TradisionalYang Baik (CPOTB)”, Jakarta.
Ditjen POM.(1986). Sediaan Galenik. Jilid II.Departemen Kesehatan RI. Jakarta.Halaman 19 - 22.
46
47
Gusti & Erna. 2014. Hubungan Faktor Risiko Usia, Jenis Kelamin, Kegemukandan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di WilayahKerja Puskesmas Mataram. Media Bina Ilmiah.Volume 8. No.1 : 39-44.
Hungu. 2007. Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta:Penerbit Grasindo
Irawan Edi. 2011. Pola Penggunaan Obat Anti Hipertensi Pada Pasien UmumRawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Provinsi NTB. Mataram.Universitas Muhammadiyah Mataram.
Karlina Nova. 2013. Evaluasi Ketepatan Obat Anti Dislipidemia Pada PasienDislipidemia Rawat Inap di RSUD dr.Moewardi Surakarta Periode Januari– Desember 2013. Surakarta. Universitas Sebelas maret Surakarta.
Katzung, Bertram, G. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik , EdisiKe6. PenerbitBuku Kedokteran EGC, Jakarta : 737-741.
Kemenkes RI. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Direktorat Jenderal BinaKesehatan Masyarakat.
Kemenkes RI. 2008. Pedoman Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes elitus.Direktorat PPTM Ditjend PP&PL.
Kumala Sari,L.O. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan PertimbanganManfaat Dan Keamanannya. Program Studi Farmasi universitas Jember.Jember.
Ladywati, Endang. 2001. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta:Penerbit Kanisius.
Masriadi. 2012. Epidemiologi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Mihardja, Laurentia. 2009. Faktor yang Berhubungan dengan Pengendalian GulaDarah pada Penderita Diabetes Mellitus di Perkotaan Indonesia.Majalah Kedokteran Indonesia. Vol.59. No.9 : 418-424.
Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, Infeksi. MengenalGejala,Menanggulangi, dan Mencegah Komplikasi. Jakarta:PustakaPopuler Obor.
Mosihuzzaman, M., Choundary M. I. (2008). Protocols on Safety, Efficacy,Standardization, and documentation of Herbal Medicine. IUPACTechnical Report,80,2195-2230.
48
Mutmainah, 2014. Karakteristik penggunaan obat modern dan obat tradisionalberdasarkan pengetahuan masyarakat di desa teteuri kecamatanSabbang kabupaten luwu utara Tahun 2014. Sekolah tinggi ilmukesehatan (stikes)Bhakti pertiwi luwu raya : Palopo.
Pahandayani, putri.2014 faktor - faktor yang berhubungan dengan pemilihanpengobatan alternatif jamu pada pasien diabetes melitus di rumahriset jamu hortus medicus tawangmangu. Program studi kesehatanmasyarakatfakultas ilmu kesehatan universitas muhammadiyahsurakarta.
Santoso, S. S, Imam. W dan Kasnodiharjo. 2000. Profil Penderita DiabetesMelitus yang Berobat ke PengobatTradisional di DKI Jakarta,diYogyakarta, dan Surabaya. Bulletin Penelitian Kesehatan, Vol. 27.No. 3 dan 4- 1999/2000.
Sekaran Uma.2006.Metode Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta :Selemba Empat.
Sugiono, 2006. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R n D. Alfabeta.Bandung.
Supardi, S., & Susyanty, A.L (n.d). Penggunaan Obat Tradisional dalam UpayaPengobatan Sendiri Di Indonesia.
Tobing, Ade dkk. 2008. Care Your Self : DiabetesMellitus. Jakarta: Penebar Plus.
Trisnawati , Shara Kurnia dan Soedijono Setyorogo. 2013. Faktor Risiko KejadianDiabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Kecamatan CengkarengJakarta Barat Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan. Vol.5 No.1 : 6-11.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang KesehatanKatzung, Bertram, G. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik , EdisiKe6. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 737-741.
Wulandari Putri. 2013. Studi Pengobatan Hipertensi Pada Pasien DiabetesMilitus Tipe 2 Di Instalasi Rawat Inap dr. Soebandi. Jember.Universitas Jember.
Wibowo S. 2013. Herbal Ajaib Tumpas Macam-Macam Penyakit (Asam URat,Diabetes, Darah Tinggi, Ginjal, Liver, Kanker, dll). Jakarta: PustakaMakmur.
Yuningsih, Rahmi.2012.Pengobatan Tradisional di Unit Pelayanan Kesehatan.Infosingkat Kesejahteraan sosial.
49
L A M P I R A N
50
Lampiran 1. Surat Tugas
51
Lampiran 2. Rekomendasi Ijin Penelitian dari Kecamatan Wera Kabupaten Bima
52
Lampiran 3. Quiesioner Gambaran Profil Pengguna Obat Tradisional
QUESIONER I
GAMBARAN PROFIL PENGGUNA OBAT TRADISIONAL DIDESA TAWALI KECAMATAN WERA KABUPATEN BIMA
No. Urut Responden :
Tanggal Wawancara :
Karakteristik Responden (√ )
1) Nama :2) Alamat :3) Jenis Kelamin : L/P4) Umur : ……….. Tahun
5) Pendidikan :tidak tamat SDSDSMPSMAPerguruan Tinggi / Akademi
6) Jenis Kelamin:Laki-lakiPerempuan
7) PekerjaanMahasiswa/mahasiswiPetaniPegawai negeri sipilPegawai swastaIbu rumah tanggaLain-lain
53
NO PERTANYAANJAWABAN
YA TIDAK
1 Apakah anda tahu tentang penyakit diabetes?
2 Apakah anda menggunakan obat tradisional untuk penyakit diabetes?
3 Apakah anda sering menggunakan obat tradisonal sebagai penurun gula
darah?
4 Apakah anda mengetahui secara jelas khasiat / kegunaan dari tanaman
obat yang anda gunakan?
5 Apakah anda mengetahui cara mengolah bahan tersebut sehingga
dapat dijadikan obat tradisional?
6 Apakah ada efek samping yang anda rasakan setelah mengkonsumsi
obat tradisional tersebut?
7 Apakah setelah anda menggunakan obat tradisional, gula darah anda
normal?
8 Apakah anda lebih memilih obat tradisional dibandingkan obat kimia
(moderen) sebagai penurun gula darah?
54
Lampiran 4. Quiesioner Penggunaan Obat Tradisional
QUESIONER II
PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL SEBAGAI ANTIDIABETES
1. Tanaman obat apa yang sering anda gunakan sebagai antidiabetes?
........................................................................................................................
.....
2. Apakah satu tanaman obat saja yang anda gunakan dan tidak ada
campuran dari tanaman lainnya yang anda gunakan sebagai antidiabetes?
........................................................................................................................
.....
3. Bagaimana cara pengolahan tanaman obat tradisional yang anda lakukan
agar tanaman tersebut dapat digunakan sebagai antidiabetes?
........................................................................................................................
.....
4. Bagaimana aturan pakai penggunaan obat tradisional yang anda terapkan?
........................................................................................................................
.....
5. Apakah hanya tanaman obat tradisional saja yang anda gunakan sebagai
antidiabetes dan tidak ada obat lain yang anda gunakan?
......................................................................................................................
6. Bagian apa yang anda manfaatkan dari tanaman tersebut sebagai obat
antidiabetes?
........................................................................................................................
.....
7. Kenapa memilih obat tradisional sebagai terapi antidiabetes?
........................................................................................................................
.....
55
Lampiran 5. Master Tabel Profil Penggunaan Obat Tradisional Sebagai AntiDiabetes di Masyarakat Desa Tawali.
MASTER TABEL
No JenisKelamin
Umur Pendidikan JenisPekerjaan
Penggunaanobat tradisional
Kriteria(1 dan 0)
1 P 36 Peguruan Tinggi PNS 02 L 49 Tidak Sekolah PETANI 13 P 40 Peguruan Tinggi PNS 14 P 62 SMA PETANI 15 P 53 Peguruan Tinggi SWASTA 16 P 50 SMA PETANI 17 L 44 SMA PETANI 18 L 49 SD PETANI 19 P 65 Tidak Sekolah PETANI 110 P 40 SMA IBU RT 011 L 35 Peguruan Tinggi PNS 112 P 53 SMA PETANI 113 P 55 SMA PETANI 014 L 42 SMA PETANI 015 P 50 Tidak Sekolah IBU RT 116 P 56 Tidak Sekolah IBU RT 117 P 50 SMA IBU RT 118 L 45 SMA PNS 119 P 35 Peguruan Tinggi SWASTA 020 L 48 Peguruan Tinggi PNS 021 L 46 Peguruan Tinggi PNS 122 L 38 SD SWASTA 123 P 36 SMP PETANI 124 P 51 Tidak Sekolah PETANI 125 P 49 Tidak Sekolah PETANI 126 L 60 SD SWASTA 027 P 47 SMA IBU RT 128 P 51 Peguruan Tinggi SWASTA 029 P 40 Peguruan Tinggi PNS 130 L 49 SMP SWASTA 031 P 48 SMP IBU RT 132 P 63 Tidak Sekolah PETANI 133 L 34 SMA SWASTA 0
56
34 P 44 Tidak Sekolah PETANI 135 P 65 SMP IBU RT 136 L 60 Peguruan Tinggi PETANI 137 P 48 SMA IBU RT 138 P 46 SMA IBU RT 139 L 55 SMA PETANI 140 P 50 Peguruan Tinggi PNS 041 P 54 Peguruan Tinggi PNS 042 P 40 SMA IBU RT 143 P 35 Tidak Sekolah IBU RT 144 P 51 Peguruan Tinggi PNS 045 P 39 Tidak Sekolah IBU RT 146 L 59 SMA PETANI 047 L 35 SMA PETANI 148 P 51 SMP PNS 049 P 56 Tidak Sekolah IBU RT 150 L 36 Peguruan Tinggi PNS 1
Keterangan:
Penggunaan Obat Tradisional Sebagai Anti Diabetes
Kreteria SkorYa 1
Tidak 0
57
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian