Transcript
Page 1: SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59235/1/NAKSAH PUBLIKASI.pdf · fluorokuinolon dengan mekanisme kerja siprofloksasin mengubah struktur DNA bakteri

SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI, DAUN

MINT, DAUN SERAI, PELEPAH PISANG AMBON DAN RIMPANG JAHE TERHADAP

Salmonella paratyphi A

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi

Oleh:

NISA FAUZIAH

K 100 130 202

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59235/1/NAKSAH PUBLIKASI.pdf · fluorokuinolon dengan mekanisme kerja siprofloksasin mengubah struktur DNA bakteri

i

HALAMAN PERSETUJUAN

SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN

JAMBU BIJI, DAUN MINT, DAUN SERAI, PELEPAH PISANG AMBON DAN

RIMPANG JAHE TERHADAP Salmonella paratyphi A

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

NISA FAUZIAH

K 100 130 202

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Ratna Yuliani, M.Biotech., St.

NIK.957

Page 3: SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59235/1/NAKSAH PUBLIKASI.pdf · fluorokuinolon dengan mekanisme kerja siprofloksasin mengubah struktur DNA bakteri

ii

HALAMAN PENGESAHAN

SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN

JAMBU BIJI, DAUN MINT, DAUN SERAI, PELEPAH PISANG AMBON DAN

RIMPANG JAHE TERHADAP Salmonella paratyphi A

OLEH

NISA FAUZIAH

K 100 130 202

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari ……., ………. 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Maryati, Ph.D., Apt (……..……..)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Agus Purnomohadi, M.Biotech. (……………)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Ratna Yuliani, M.Biotech, St. (…………….)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Azis Saifudin, Ph.D., Apt.

NIK. 956

Page 4: SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59235/1/NAKSAH PUBLIKASI.pdf · fluorokuinolon dengan mekanisme kerja siprofloksasin mengubah struktur DNA bakteri

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang

lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya

pertanggungjawabkan sepenuhnya.

.

Surakarta, 29 November 2017

Penulis

NISA FAUZIAH

K 100 130 202

Page 5: SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59235/1/NAKSAH PUBLIKASI.pdf · fluorokuinolon dengan mekanisme kerja siprofloksasin mengubah struktur DNA bakteri

1

SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI, DAUN

MINT, DAUN SERAI, PELEPAH PISANG AMBON DAN RIMPANG JAHE TERHADAP

Salmonella paratyphi A

Abstrak

Salmonella parathypi A adalah bakteri penyebab demam paratifoid. Penyakit ini merupakan

salah satu masalah utama kesehatan bagi masyarakat negara berkembang seperti Indonesia. Beberapa

antibiotik digunakan untuk menyembuhkan demam paratifoid, misalnya amoksisilin, kloramfenikol,

seftriakson dan siprofloksasin. Penggunaaan antibiotik yang tidak rasional menimbulkan

peningkatkan faktor resistensi bakteri terhadap beberapa obat. Oleh karena itu perlu ada

pengembangan dan penelitian bahan alam yang mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Salmonella

parathypi A. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun

jambu biji, daun mint, daun serai, pelepah pisang ambon, dan rimpang jahe, serta mengetahui

golongan senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri tertinggi terhadap S.paratyphi A.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode difusi disk. Identifikasi golongan

senyawa dalam ekstrak paling aktif menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Uji bioautografi

digunakan untuk mendeteksi golongan senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun jambu biji, daun serai, pelepah pisang ambon dan

rimpang jahe memiliki aktivitas antibakteri terhadap Salmonella paratyphi A, sedangkan ekstrak

daun mint tidak memiliki aktivitas antibakteri. Rimpang jahe memiliki aktivitas antibakteri paling

tinggi dengan diameter zona hambat sebesar 10,83 ± 1,04 mm. Golongan senyawa yang terkandung

dalam ekstrak rimpang jahe adalah alkaloid, polifenol, flavonoid, tanin, saponin, dan terpenoid.

Golongan senyawa yang diduga memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. paratyphi A adalah tanin

dan polifenol.

Kata kunci: antibakteri, Salmonella paratyphi A, ekstrak, KLT, bioautografi.

Abstract

Salmonella parathypi A is a bacteria that causes paratyphoid fever. It becomes one of the

major public health problems for developing countries such as Indonesia. Many antibiotics are used

to cure it, such as amoxicillin, chloramphenicol, ceftriaxone and ciprofloxacin. The use of antibiotics

irrationally leads to increased bacterial resistance against some drugs. Therefore, it is necessary to

develop and study antibacterial compounds against S. parathypi A. The purposes of this study were

to find antibacterial agents from medicinal plants such as guava, mint leaves, lemongrass leaves,

Ambon banana stems, and ginger rhizome, and identify the class of compounds that have the highest

antibacterial activity against S. paratyphi A.

The disc diffusion method was used to determine the antibacterial activity of ethanol extract

of guava leaves, mint leaves, lemongrass leaves, ambon banana stems and ginger rhizome against S.

parathypi A. Identification of compounds were done using Thin Layer Chromatography (TLC).

Bioautography was used to detect classes of compounds that have antibacterial activity.

The results showed that guava leaves, lemongrass leaves, ambon banana bark and ginger

rhizome have antibacterial activity against S. paratyphi A, except mint leaf extract. Ginger rhizome

has the highest antibacterial activity with diameter of inhibition zone of 10,83 ± 1,04 mm.

Compounds identified in ginger rhizome extract were alkaloids, polyphenols, flavonoids, tannins,

saponins, and terpenoids. Groups of compounds suspected of having antibacterial activity against S.

paratyphi A were tannins and polyphenols.

Keywords: antibacterial, Salmonella paratyphi A, extract, TLC, bioautography

Page 6: SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59235/1/NAKSAH PUBLIKASI.pdf · fluorokuinolon dengan mekanisme kerja siprofloksasin mengubah struktur DNA bakteri

2

1. PENDAHULUAN

Demam paratifoid adalah penyakit enterik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella

paratyphi. Bakteri S. paratyphi ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar, infeksi

ditandai dengan demam berkelanjutan, sakit kepala, nyeri perut, denyut jantung lambat, dan

hepatosplenomegali (perbesaran hati atau limpa) (Gerard, 1992). Berdasarkan profil kesehatan

Indonesia tahun 2009, jumlah kejadian demam tifoid dan paratifoid di rumah sakit adalah 80.850

kasus pada penderita rawat inap dan 1.013 diantaranya meninggal dunia. Pada tahun 2010 penderita

demam tifoid dan paratifoid sejumlah 41.081 kasus pada penderita rawat inap dan jumlah pasien

yang meninggal dunia sebanyak 276 jiwa (Depkes RI, 2010). Demam paratifoid terjadi sekitar 6 juta

kasus setiap tahunnya (CDC, 2015).

Beberapa antibiotik yang poten dan dapat menghambat S. parathypi A diantaranya

siprofloksasin, sefotaksim, ampisilin gentamisin, trimetoprim-sulfametoksazol, dan kloramfenikol

(Yenny dan Herwana, 2007). Obat tersebut dapat menekan invasi disentri yang akut dan

memperpendek jangka waktu gejala (Jawetz et al., 2005). Siproflokasasin obat golongan

fluorokuinolon dengan mekanisme kerja siprofloksasin mengubah struktur DNA bakteri dengan

menghambat aktivitas DNA girase pada bakteri sehingga tidak terbentuk DNA superkoil dan DNA

tidak berhasil direplikasi (Rintiswati dan Praseno, 1998). Hasil penelitian Yanti (2007) menunjukan

bahwa dari 317 sampel penelitian, sudah tampak adanya sampel resisten. Maka perlu diperhatikan

penggunaan antibiotik pada demam tipoid dan demam paratipoid secara benar dan rasional.

Penggunaan obat yang tidak rasional dapat meningkatkan resistensi obat. Oleh karena itu, perlu

dilakukan penelitian dan pengembangan senyawa antibakteri yang poten terhadap S. parathypi A.

Alternatif yang dapat digunakan adalah pemanfaatan tanaman obat seperti jambu biji, daun

mint, daun serai, pelepah pisang ambon, dan rimpang jahe. Tanaman tersebut memiliki aktivitas

antibakteri dengan nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) yang berbeda. Daun jambu biji memiliki

nilai KHM terhadap bakteri Staphylococcus aureussebagai bakteri Gram positif dan bakteri

Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa sebagai bakteri Gram negatif sebesar 100 µg/mL

(Fernandes et al., 2014). Daun mint memiliki nilai KHM terhadap bakteri S.aureussebesar 2,20

mg/mL. Rimpang jahe memiliki nilai KHM terhadap bakteri S.aureus sebesar 3,56 mg/mL (Betoni et

al., 2006). Pelepah pisang ambon pada konsentrasi 80% memiliki zona hambat terhadap S.aureus

sebesar 13 mm (Alafiah, 2015) dan memiliki diameter zona hambat terhadap E.coli sebesar 18,962

mm (Ningsih, 2013). Daun serai memiliki nilai KHM terhadap E.coli sebesar 14 µg/mL (Ewansiha

et al., 2012). Kelima tanaman tersebut memiliki potensi sebagai antibakteri terhadap masing masing

bakteri, maka besar kemungkinan kelima tanaman tersebut memiliki aktivitas antibakteri terhadap S.

paratyphi A.

Page 7: SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59235/1/NAKSAH PUBLIKASI.pdf · fluorokuinolon dengan mekanisme kerja siprofloksasin mengubah struktur DNA bakteri

3

2. METODE

Penelitian ini termasuk dalam kategori eksperimental.

2.1 Alat

Alat penelitian yang digunakan adalahtimbangan digital (Ohaus), blender, seperangkat alat

gelas (Pyrex®), Labu Erlenmeyer, rak tabung reaksi, cawan Petri, pinset, ose bulat dan jarum,

mikropipet (Socorex), mikroskop (CX21FS1), bunsen, vorteks (Thermolyne Corporation), oven,

kaca objek, laminar air flow (CV. Srikandi Laboratory), batang pengaduk, neraca analitik (Precisa

XT 120A), kamera, inkubator (Memmert), autoklaf (Hirayama HVE 50), lampu UV 254, UV 366,

dan evaporator (HEIDOLPH Laborato 4000 Efficien WB eco).

2.2. Bahan

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun jambu biji, daun mint, daun serai,

pelepah pisang ambon, rimpang jahe diambil dari daerah Sukoharjo, etanol 96%, etanol 70%,

akuades, kristal gentian violet (Gram A), iodium (Gram B), alkohol 95% (Gram C), larutan safranin

(Gram D), minyak imersi, kertas saring, disk antibiotik siprofloksasin, media Mueller Hinton (MH),

media SIM, media KIA, media Brain Heart Infusion (BHI), hidrogen peroksida, lempeng silika gel

GF 254, blue tip, yellow tip, disk kosong, alumunium foil, spirtus, reagen sitroborat, Dragendorff,

vanillin-H2SO4, dan FeCl3.

2.3.1 Penyiapan simplisia

Daun jambu biji, daun mint, daun serai, pelepah pisang ambon, dan rimpang jahe,

dibersihkan dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dalam kondisi yang terlindung dari

cahaya matahari. Simplisia yang telah dikeringkan kemudian dihaluskan menggunakan blender.

2.3.2 Sterilisasi alat

Alat - alat yang digunakan dalam penelitian uji aktivitas antibakteri dicuci dan disterilkan

terlebih dahulu sebelum digunakan. Alat - alat gelas disterilkan di dalam oven pada suhu 170°C

selama 2 jam. Media disterilkan diautoklaf pada suhu 121°C selama 20 menit. Ose dan spreader

glass disterilkan dengan lampu spiritus.

2.3.3 Ekstraksi

Ekstraksi menggunakan metode maserasi. Serbuk kering simplisia ditimbang sebanyak 100

gram kemudian dimaserasi dengan 1500 ml etanol 96%. Proses maserasi dilakukan selama 3 hari.

Proses tersebut berada pada suhu ruang dan tidak terkena sinar matahari. Setelah dimaserasi,

simplisia disaring dengan kertas saring sehingga diperoleh maserat, diperas dengan corong Buchner,

dan ditampung dalam wadah yang tertutup. Filtrat dipekatkan menggunakan vacum rotary

evaporator pada suhu 45ºC hingga diperoleh ekstrak kental etanol 96% (Noorhamdani, 2012). Filtrat

diuapkan dengan waterbath hingga diperoleh ekstrak kental.

Page 8: SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59235/1/NAKSAH PUBLIKASI.pdf · fluorokuinolon dengan mekanisme kerja siprofloksasin mengubah struktur DNA bakteri

4

2.3.4 Pembuatan larutan ekstrak

Setiap Ekstrak tanaman diperlakukan sama yaitu dibuat konsentrasi 80% b/v. Ekstrak kental

setiap ekstrak tanaman ditimbang 1,2 mg dan dilarutkan dalam 1,5 ml etanol 96% di masukan dalam

eppendorf lalu divorteks hingga larut.

2.3.5 Pembuatan Media Bakteri

Media MH dibuat dengan cara melarutkan 38 gram media dengan 100 ml akuades dan

dididihkan. Media disterilkan dengan autoklaf dengan suhu 121°C selama 20 menit. Media tersebut

dituang dalam cawan petri dan disimpan pada suhu 2-8ºC.

Media BHI dibuat dengan cara melarutkan 37 gram media disuspensikan ke dalam 1 liter

akuades dan dididihkan. Media dituang dalam tabung untuk disterilisasi dalam autoklaf 121°C

selama 20 menit.

2.3.6 Uji Kromatografi Lapis Tipis

Ekstrak etanol rimpang jahe dilarutkan dengan pelarut etanol 96%. Larutan ditotolkan pada

fase diam yaitu silika gel GF254, ditunggu sampai kering kemudian dielusi dengan fase gerak n-

heksan:aseton (6:4). Bercak pada plat KLT ditunggu sampai kering, kemudian diamati di bawah

sinar tampak, sinar UV 254 nm dan 366 nm. Plat KLT disemprot reagen sitroborat, Dragendorff,

vanillin-H2SO4, dan FeCl3.

2.3.7 Uji Bioautografi

Uji bioautografi dilakukan untuk mendeteksi senyawa aktif yang memiliki aktivitas

antibakteri. Plat KLT yang telah dielusi ditempelkan pada media MH yang telah diinokulasi dengan

200 µl suspense bakteri. Media didiamkan selama 20 menit kemudian lempeng diambil dan media

diinkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam. Media diamati jika ada bercak pada media maka dengan

difusi akan terbentuk zona jernih yang disebut zona hambat. Golongan senyawa yang mempunyai

aktivitas antibakteri terhadap S. parathypi A dapat diketahui dari nilai Rf bioautografi dan KLT yang

sama.

2.4 Analisis Data

Aktivitas antibakteri tertinggi dilihat berdasarkan besarnya diameter zona hambat pada

bakteri Salmonella parathypi A. Ekstrak tanaman yang memiliki aktivitas antibakteri tertinggi dilihat

dari zona hambat yang paling besar. Ekstrak tanaman tidak memiliki aktivitas antibakteri jika tidak

memiliki zona hambat di sekeliling disk. Hasil uji aktivitas antibakteri baik menghasilkan zona

hambat atau tidak, dilakukan replikasi 3x kemudian dihitung rata-rata dan standar deviasi (SD).

Analisis kandungan senyawa ekstrak etanol yang terdapat dalam daun jambu biji, daun mint,

daun serai, pelepah pisang ambon, dan rimpang jahe menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT).

Bercak elusi pada plat KLT diamati pada sinar tampak, sinar UV 254 nm dan UV 366 nm. Bercak

Page 9: SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59235/1/NAKSAH PUBLIKASI.pdf · fluorokuinolon dengan mekanisme kerja siprofloksasin mengubah struktur DNA bakteri

5

elusi dideteksi dengan pereaksi semprot yaitu sitroborat untuk mendeteksi senyawa flavonoid,

Dragendorff mendeteksi alkaloid, vanillin-H2SO4 untuk mengidentifikasi senyawa golongan saponin

dan terpenoid dan FeCl3 untuk menentukan adanya senyawa tanin dan polifenol.

Uji bioautografi akan menunjukkan golongan senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri

dengan melihat zona hambat dan menghitung nilai Rf pada KLT. Golongan senyawa yang memiliki

aktivitas antibakteri terhadap Salmonella parathypi A ditunjukan dengan nilai Rf bioautografi dan

KLT yang sama.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Ekstraksi

Hasil rendemen ekstraksi lima tanaman bervariasi (Tabel 1). Rendemen simplisia yang

tertinggi adalah daun jambu biji dengan nilai rendemen 6,95% dan yang terendah adalah rimpang

jahe dengan nilai rendemen 1,80%. Perbedaan hasil (%) rendemen diduga karena perbedaan jenis

simplisia dan jumlah senyawa dalam sampel.

Tabel 1. Hasil ektraksi lima tanaman Sampel Bobot Serbuk

Simplisia (gram)

Bobot Ekstrak

(gram)

Rendemen (%)

Daun jambu biji 100,09 6,96 6,95

Daun mint

Daun serai

Pelepah pisang ambon

100,14

100,22

101,26

3,83

3,32

5,05

3,37

3,31

4,99

Rimpang jahe 102,11 1,84 1,80

Ekstraksi adalah proses pemisahan bahan dari campurannya menggunakan pelarut yang

sesuai. Proses ekstraksi berhenti jika sudah tercapai kesetimbangan antara konsentrasi senyawa

dalam pelarut dengan konsentrasi sel tanaman. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi.

Maserasi merupakan metode sederhana yang paling banyak digunakan baik untuk skala kecil

maupun skala industri (Agoes, 2007). Etanol 96% adalah pelarut yang digunakan untuk maserasi

karena merupakan pelarut yang paling universal, dapat menyari sebagian besar zat aktif yang

terkandung dalam tanaman (Sarker et al., 2006). Kerugian dari metode maserasi adalah

menghabiskan banyak waktu dan pelarut yang digunakan cukup banyak. Keuntungannya metode

maserasi dapat menghindari rusaknya senyawa yang bersifat termolabil.

3.2 Identifikasi Bakteri

Identifikasi bakteri meliputi pewarnaan Gram dan uji biokimia antara lain uji katalase, uji

motilitas, dan uji fermentasi glukosa. Pengecatan Gram dilakukan untuk menentukan golongan

bakteri.

Page 10: SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59235/1/NAKSAH PUBLIKASI.pdf · fluorokuinolon dengan mekanisme kerja siprofloksasin mengubah struktur DNA bakteri

6

Gambar 1. Hasil pengecatan bakteri Salmonella paratyphi A

Hasil pengecatan bakteri S.paratyphi A menunjukkan warna merah artinya bakteri S.

paratyphi A adalah jenis bakteri Gram negatif, dan berbentuk batang (Gambar 1). Hasil pengecatan

sesuai dengan Jawet’z et al (2005) yang menunjukan bahwa S. parathypi A merupakan bakteri

batang lurus, Gram negatif, tidak berspora, bergerak dengan flagel peritrik. Salmonella paratyphi A

tidak memproduksi H2S (Teh C,S,J, dkk., 2014). Bakteri Gram negatif mampu menghilangkan

kompleks warna ungu kristal cat gram A pada pembilasan dengan alkohol, kemudian terwarnai oleh

cat gram D sehingga sel tampak berwarna merah muda (Hadioetomo, 1985).

Uji biokimia bakteri S. paratyphi A dilakukan dengan media KIA, SIM, dan uji katalase.

Media KIA digunakan untuk mengetahui kemampuan bakteri memfermentasi glukosa, laktosa,

membentuk gas, dan memperoduksi H2S.

Hasil uji biokimia S. paratyphi A dengan menggunakan media KIA menunjukkan bakteri

mampu memfermentasi glukosa, yang ditandai dengan perubahan warna media pada bagian tegak

dari merah menjadi kuning. Bakteri S. paratyphi A juga tidak menghasilkan gas dan tidak

menghasilkan H2S. Berdasarkan penelitian Teh et al (2014) S. paratyphi A tidak memproduksi H2S.

Media SIM digunakan untuk menentukan motilitas suatu mikroorgansime atau bakteri. Uji

motilitas sering kali digunakan dalam diferensiasi Enterobacteriaceae (Shields dkk, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hartoyo et al (2006) S. parathypi A memiliki sifat motilitas

yang positif. Hasil yang diperoleh pada media SIM menunjukkan pertumbuhan bakteri menyebar ke

medium yang jauh dari tusukan hal ini berarti bahwa S. parathypi A bersifat motil. Jika pertumbuhan

bakteri hanya di garis tusukan menunjukkan bahwa bakteri bersifat nonmotil.

Uji katalase dilakukan untuk menunjukkan kandungan enzim katalase pada bakteri S.

paratyphi A yang ditandai dengan adanya gelembung udara di sekitar koloni. Enzim katalase dapat

mendegradasi H2O2 di dalam sel sehingga dapat melepaskan H2O2 menjadi oksigen bebas

(gelembung) dan air (Fall et al., 2011). Hasil uji katalase menunjukkan bahwa bakteri tidak

menghasilkan enzim katalase.

Page 11: SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59235/1/NAKSAH PUBLIKASI.pdf · fluorokuinolon dengan mekanisme kerja siprofloksasin mengubah struktur DNA bakteri

7

3.3 Uji Aktivitas Antibakteri

Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukan 4 tanaman memiliki aktivitas antibakteri terhadap

S.paratyphi A. Ekstrak yang memiliki aktivitas antibakteri tersebut adalah rimpang jahe, daun jambu

biji, daun serai dan pelepah pisang ambon. Daun mint tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap

S.paratyphi A.

Kontrol positif menggunakan disk antibiotik siprofloksasin. Siproflokasin merupakan

generasi pertama golongan fluorokuinolon (Hooper, 2005). Siprofloksasin dipilih sebagai kontrol

positif karena siprofloksasin poten terhadap bakteri Salmonella sp terutama terhadap bakteri

Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi (Yanti, 2007). Mekanisme siprofloksasin menghambat

DNA-girase pada organisme yang rentan yaitu dengan menghambat relaksasi DNA superkoil dan

merusak DNA beruntai ganda (DIH edisi 17, 2009). Kontrol negatif menggunakan etanol 96%.

Etanol 96% digunakan sebagai kontrol negatif karena disesuaikan dengan pelarut ekstrak tanaman

yang diuji.

Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi disk. Metode disk memiliki

kekurangan yaitu ukuran zona bening yang terbentuk tergantung pada kondisi inkubasi, preinkubasi,

predifusi, dan inokulum, serta ketebalan medium (Bonang, 1992; Pelczar et al., 1988). Kelebihannya

adalah mudah dilakukan dan biaya lebih terjangkau. Terdapat dua macam zona hambat pada metode

difusi disk yaitu zona irradikal dan zona radikal. Zona irradikal merupakan daerah yang didapati

pertumbuhan bakteri di sekitar disk dan dapat menghambat walaupun tidak mematikan bakteri

sedangkan Zona radikal merupakan daerah yang tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri di

sekitar disk (Bauer et al., 1966).

Table 2 Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jambu biji, daun mint, daun serai, pelepah pisang

ambon dan rimpang terhadap Salmonella paratyphi A

Bahan uji Rata-rata diameter zona hambat ± SD (mm)

Ekstrak daun jambu biji 7,58 ± 2,74

Ektrak daun mint 6,00 ± 0

Ekstrak daun serai 7,5 ± 2,59

Ekstrak pelepah pisang ambon 6,83 ± 1,44

Ekstrak Rimpang jahe 10,83 ± 1,04

Etanol 96% (K-) 6,00 ± 0

Siprofloksasin (K+) 29,83 ± 2,46

Keterangan:

Diameter pada zona hambat termasuk diameter disk (6 mm)

Hasil di atas merupakan hasil dari 3x uji

Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun jambu biji, daun mint, daun serai, pelepah

pisang ambon dan rimpang jahe terhadap S. paratyphi A menghasilkan diameter zona hambat paling

besar adalah ekstrak rimpang jahe (Tabel 2). Rata rata diameter zona hambat ekstrak daun jambu biji

7,58 mm, Ekstrak daun serai 7,5 mm, ekstrak pelepah pisang ambon 6,83 mm, ekstrak daun mint

Page 12: SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59235/1/NAKSAH PUBLIKASI.pdf · fluorokuinolon dengan mekanisme kerja siprofloksasin mengubah struktur DNA bakteri

8

tidak memiliki diameter zona hambat dan ekstrak rimpang jahe adalah 10,83 mm. Hal ini

menunjukan esktrak rimpang jahe memiliki aktivitas antibakteri tertinggi terhadap S. paratyphi A.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Hanief (2013) ekstrak etanol rimpang jahe memiliki rata-rata

diameter zona hambat sebesar 11 mm terhadap Streptococcus viridans. Pertumbuhan bakeri

Streptococcus viridans dalam media pertumbuhan agar darah. Berdasarkan hasil penelitian

sebelumnya terdapat sedikit perbedaan dengan penelitian ini. Perbedaan dipengaruhi oleh media

pertumbuhan bakteri dan tempat perolehan tanaman di Bogor. Sedangkan penelitian ini

menggunakan media MH dan tempat perolehan tanaman di Sukoharjo.

3.4 Uji Kromatografi Lapis Tipis

Uji kromatografi lapis tipis bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat

dalam ekstrak etanol rimpang jahe. Kromatografi lapis tipis umum digunakan untuk mengetahui

secara kualitatif senyawa aktif dalam preparasi obat (Wagner dan Bladt, 1996). Hasil uji

pendahuluan fase gerak dengan beberapa perbandingan diperoleh n-heksan:aseton (6:4) yang mampu

memisahkan senyawa yang terkandung dalam ekstrak. Ekstrak yang digunakan untuk uji KLT

adalah rimpang jahe karena memiliki daya hambat paling tinggi. Hasil KLT yang diamati sebelum

diberi pereaksi semprot pada sinar tampak, UV 254 nm, dan 366 nm menunjukkan adanya

pemisahan bercak. Dari hasil elusi KLT dapat ditentukan nilai Retardation factor (Rf) yang

merupakan jarak angka banding antara warna yang timbul dengan jarak batas yang telah ditentukan.

Nilai Rf dapat dihitung dari jarak titik warna dari batas bawah dibagi dengan jarak titik batas bawah

ke batas atas. Senyawa yang memiliki nilai Rf besar maka kepolarannya rendah. Senyawa yang

mempunyai kepolaran tinggi akan tertahan kuat oleh fase diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang

kecil (Gandjar dan Abdul, 2007).

Hasil analisis KLT dan identifikasi golongan senyawa setelah diberi pereaksi semprot

sitoborat UV 366, FeCl3 sinar tampak, Dragendorff sinar tampak, vanillin-H4SO4 menunjukan

ekstrak rimpang jahe mempunyai kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid dan

tannin (tabel 3).

Page 13: SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59235/1/NAKSAH PUBLIKASI.pdf · fluorokuinolon dengan mekanisme kerja siprofloksasin mengubah struktur DNA bakteri

9

Table 3. Hasil analisis KLT ekstrak etanol rimpang jahe

Warna bercak

Nilai

Rf

Sinar

tampak

Sinar UV Sitroborat Dragendorff Vanilin-

H2SO4

FeCl3 Perkiraan Senyawa

254

nm

366

nm

UV 366

nm

Sinar

Tampak

Sinar

Tampak

Sinar

Tampak

0,15 - - - - OC - - Alkaloid

0,25 - P K KH - - - Flavonoid

0,37 - P - - - - - -

0,42 K P - - - M C -

0,45 - - - C OC - - Alkaloid

0,5 K P Mm - - C A Tanin, Polifenol

0,62 - - B B - K - Saponin,

Terpenoid

0,75 - - - - - U - -

0,87 - - - - U A - -

0,92 - P - - - B - Tanin,

Saponin,

Terpenoid

Keterangan : A = Abu-abu B =Biru KH= Kuning Hijau Mm = Merah muda

H = Hitam K =Kuning P = Pemadaman OC = Orange Coklat

C = coklat U =Ungu M = Merah AH = Abu kehitaman

Analisis golongan senyawa dalam ekstrak rimpang jahe menggunakan KLT dengan melihat

warna bercak yang timbul setelah diberi pereaksi semprot. Pereaksi semprot yang digunakan yaitu

sitroborat, vanilin-H2SO4, Dragendorffdan FeCl3. Deteksi senyawa flavonoid dengan menggunakan

pereaksi sitroborat. Hasil positif rimpang jahe memiliki kandungan senyawa flavonoid setelah diberi

pereaksi sitroborat kemudian diamati di bawah UV 366 nm menunjukan fluoresensi warna kuning

kehijauan pada Rf 0,25. Pereaksi semprot Dragendorff digunakan untuk mendeteksi senyawa

golongan alkaloid. Setelah KLT disemprot pereaksi Dragendorff dan diamati dibawah sinar tampak

menunjukan adanya bercak warna oranye coklat pada Rf 0,15 dan Rf 0,45. Ekstrak etanol rimpang

jahe positif mengandung senyawa alkaloid. Pada sinar tampak, alkaloid setelah diberi pereaksi

semprot Dragendorff berwarna coklat atau oranye-coklat (Wagner and Bladt, 1996). Pereaksi

vanilin-H2SO4 digunakan untuk mendeteksi senyawa golongan saponin dan terpenoid. Deteksi

senyawa saponin dan terpenoid menunjukkan bercak warna biru, biru-ungu, dan kuning-merah atau

kuning pada sinar tampak setelah diberi pereaksi semprot vanillin-H2SO4 (Wagner dan Bladt, 1996).

Setelah plat KLT disemprot vanillin-H2SO4 dan diamati di sinar tampak, tampak adanya bercak pada

Rf 0,92 warna biru, Rf 0,42 warna merah, Rf 0,5 warna coklat, Rf 0,62 warna kuning, Rf 0,75 warna

Page 14: SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59235/1/NAKSAH PUBLIKASI.pdf · fluorokuinolon dengan mekanisme kerja siprofloksasin mengubah struktur DNA bakteri

10

ungu, Rf 0,87 warna abu-abu, Rf 0,92 warna biru. Hasil uji positif ekstrak rimpang jahe memiliki

kandungan senyawa saponin dan terpenoid. FeCl3 dapat mengidentifikasi adanya senyawa tanin dan

polifenol. Senyawa tersebut akan memberi bercak berwarna abu-abu, hijau sampai biru bila

disemprot pereaksi FeCl3 (Harbone, 1996). Hasil penyemprotan FeCl3 menghasilkan bercak pada Rf

0,5 warna abu-abu, artinya etanol rimpang jahe positif memiliki kandungan senyawa tanin dan

polifenol.

Hasil uji KLT ekstrak etanol rimpang jahe, menunjukkan bahwa golongan senyawa yang

terdapat dalam ekstrak rimpang jahe adalah alkaloid, flavonoid, polifenol, tanin, saponin, dan

terpenoid.Menurut penelitian Ma’ruf (2011) terdapat senyawa terpenoid dan flavonoid dalam ekstrak

rimpang jahe. Kandungan golongan senyawa yang terdapat pada jahe adalah alkaloid, flavonoid, dan

tanin (Sangi et al., 2008). Hasil uji KLT menunjukkan adanya kesamaan yaitu adanya kandungan

senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, dan terpenoid. Hasil uji KLT juga memiliki perbedan yaitu

saponin dan polifenol, kemungkinan terjadinya perbedaan karena tanaman yang diambil dari tempat

berbeda, sehingga menyebabkan perbedaan senyawa.

3.5 Uji Bioautografi

Hasil uji bioautografi ekstrak etanol rimpang jahe menunjukkan adanya zona jernih pada

Salmonella paratyphi A pada Rf 0,5. Berdasarkan analisis KLT bercak pada Rf 0,5 merupakan

golongan senyawa tanin dan polifenol.

Gambar 5. Hasil bioautografi ekstrak rimpang jahe

A: Uji 1 B: Uji 2

Bioautografi adalah metode yang spesifik untuk mendeteksi golongan senyawa pada bercak

kromatografi lapis tipis (KLT) yang mempunyai aktivitas antibakteri. Uji bioautografi dilakukan

untuk mengetahui golongan senyawa antibakteri yang terkandung dalam ekstrak etanol rimpang

jahe. Polifenol sebagai agen antibakteri berfungsi sebagai toksin dalam protoplasma, menembus dan

Rf 0,5

Rf 0,5

A B

Page 15: SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59235/1/NAKSAH PUBLIKASI.pdf · fluorokuinolon dengan mekanisme kerja siprofloksasin mengubah struktur DNA bakteri

11

merusak dinding sel serta mengendapkan protein sel bakteri. Polifenol dapat menyebabkan

kerusakan pada sel bakteri, menginaktifkan enzim, denaturasi protein, dan menyebabkan kebocoran

sel (Heyne, 1987).

Mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim DNA topoisomerase

dan reverse transkriptase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk (Nuria et al., 2009). Tanin

mempunyai aktivitas antibakteri yang dapat menginaktifkan sel mikroba dan juga enzim, serta

menghalangi transport protein pada lapisandalam sel (Cowan, 1999).

4. PENUTUP

Ekstrak etanol rimpang jahe memiliki aktivitas antibakteri terhadap Salmonella paratyphi A

dengan diameter zona hambat sebesar 10,83 ± 1,04 mm, daun serai 7,5 ± 2,59 mm, daun jambu biji

7,58 ± 2,74 mm, pelepah pisang ambon 6,83 ± 1,44 mm. Ekstrak yang tidak memiliki aktivitas

antibakteri terhadap Salmonella paratyphi A yaitu daun mint. Golongan senyawa yang memiliki

aktivitas antibakteri tertinggi dalam menghambat Salmonella paratyphi A adalah tanin dan polifenol

pada ekstrak rimpang jahe.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes G., 2007, Teknologi Bahan Alam, ITB, Press Bandung.

Aibinu I., Adenipekun T., Adelowowtan T., Ogunsanya T., Odugbemi T., 2007, Evaluation of The

Antimicrobial Properties of Different Parts of Citrus aurantifolia (lime fruit) as Used

Locally, Afr J. Tradit, CAM, 2, 185-190.

Alafiah, D.T.,2015, Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Pelepah Tanaman Pisang Ambon (Musa

paradisiaca) terhadap Bakteri Escherichia coli ATCC 11229 dan Staphylococcus aureus

ATCC 6538 Secara In Vitro, Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Ali B.H., Blunden G., Tanira M.O., and Nemmar A. 2008, Pharmacological and Toxicological

Properties of Ginger (Zingiber officinale Roscoe), A review of Recent Research. Food

Chem. Toxicol, 46(2), 409-420.

Ayunda R.D., 2014, Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Serai (Cymbopogon citratus) dan

Potensinya sebagai Pencegah Oksidasi Lipid, Skripsi, Departemen Biokimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

African P., 1985, Organization of African Unity, Scientific Technical & Research Commission,

Lagos, 1.

Briggs C., 1993, Peppermint: Medicinal Herb and Flavouring Agent, CPJ 126, 89–92.

Betoni J.E.C., Mantovani R.P., Barbosa L.N., Stasi L.C.D. and Junior A.S, 2006, Synergism

between Plant Extract and Antimicrobial Drugs used on Staphylococcus aureusDiseases,

Page 16: SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59235/1/NAKSAH PUBLIKASI.pdf · fluorokuinolon dengan mekanisme kerja siprofloksasin mengubah struktur DNA bakteri

12

Mem Inst Oswaldo Cruz, 101 (4), 387-390.

Chen I.N., Chang C.C., N.g C.C., Wang C.Y., Shyu Y.T and Chang T.L, 2008, Antioxidant and

Antimicrobial Activity of Zingiberaceous Plants in Taiwan, Plants Foods Hum, 6, 15-20.

Ewansiha J.U., Garba S.A., Mawak J.D. and Oyewole O.A., 2012, Antimicrobial Activity of

Cymbopogon citratus (Lemon Grass) and It’s Phytochemical Properties, Frontiers in

Science, 2(6), 214-220.

Fall, Reynolds J, College R., 2011, Catalase Test, BIOL, 24, 1-2.

Fernandes M.R.V., Dias A.L.T., Carvalho R.R., Souza C.R.V. and Oliveira W.P.,2014, Antioxidant

and Antimicrobial Activities of Psidium guajava L. Spray Dried Extracts, Elsevier

Industrial Crops and Products, 60, 39–44.

Gandjar, I.B. dan Abdul Rohman, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Ghani K.U., Saeed A., and Alam A.T., 1997, Indusyonic Medicine; Traditional Medicine of Herbal,

Animal and Mineral Origin in Pakistan,University of Karachi.

Hadioetomo R.S., 1985, Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek, Teknik dan Prosedur Dasar

Laboratorium, PT Gramedia, Jakarta.

Hanief S., 2013, Efektivitas Eksrak Jahe (Zingiber officinale Roscoe) terhadap Pertumbuhan

Bakteri Streptococcus virdans, Skripsi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Islam Negri Syarif Hidyatullah, Jakarta.

Hermawan R., Prasetyo A., Noorhamdani., 2012, Uji Efektivitas Ekstrak Daun Jambu Biji Sebagai

Antimikroba Terhadap bakteri Penyebab Karies Streptococcus mutans secara in Vitro,

Universitas Brawijaya, Malang.

Heyne K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Jilid III, Badan Litbang Kehutanan, Jakarta.

Hidetoshi A. and Danrio G., 2002, Isolation of Antimicrobial Compounds from Guava (Psidium

guajava L.) and Their Structural Elucidation, Biosci. Biotechno. Biochem.,66, 1727‐1730.

Huynh K.P., Maridable J., Gaspillo P., Hasika M., Malaluan R., Kawasaki J., 2008, Essential Oil

from Lemongrass Extracted by Supercritical Carbon Dioxide and Steam Distillation, The

Phillippine Agric. Sci. 91, 36-41.

Iqbal A., Arina Z.B., 2001, Antimicrobial and Phytochemical Studies on 45 Indianmedicinal plants

against Multi-drug Resistant Human Pathogens. Journal of Ethnopharmacology, 74, 113–

123.

Jawetz, E., Melnick, J.L. and Adelberg, E.A., 2005, Mikrobiologi Kedokteran Edisi 22., EGC

Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

Lawless J, 1995, Illustrated Encyclopedia of Essential Oil : The Complete Guide to use of Oil in

Aromatheraphy and Herbalism, Element Books, Rockport, MA, 56-67.

Page 17: SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59235/1/NAKSAH PUBLIKASI.pdf · fluorokuinolon dengan mekanisme kerja siprofloksasin mengubah struktur DNA bakteri

13

Lutterodt G.D., 1989, Inhibition of Gastrointestinal Release of Acetylcholine by Quercetinas a

Possible Mode of Action of Psidium guajava Leaf Extracts In The Treatment of Acute

Diarrheal Disease, J. Ethnopharmcol, 25, 235‐47.

Megasari N.P., Fatimawali., Bodhi W., 2015, Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Rimpang

Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.var rubrum) terhadap Bakteri Klebsiella pneumoniae

Isolat Sputum Penderita Bronkitis Secara In Vivo, Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi

UNSRAT, 4, 2302 – 2493.

Newton A.E, Routh J.A & Mahon B.E., 2015, Typhoid & Paratyphoid Fever (Chapter 3: Infectious

Diseases Related to Travel), CDC.

Ningsih P.A., Nurmiati., Agustien A., 2013,Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kental Tanaman

Pisang Kepok Kuning (Musa paradisiaca Linn.) terhadap Staphylococcus aureus dan

Escherichia coli, Jurnal Biologi Universitas Andalas, 2 (3), 207-213.

Noorhamdani., Nur P., Annie M., 2012, Ekstrak Metanol Kulit Pisang Ambon Muda (Musa

paradisiaca L.) Sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri Escherichia coli Secara Invitro,

Mikro.

Ochiai R.L., Wang X.Y., Von S.L., Yang J., Bhutta Z.A., Bhattacharya S.K., 2005, Salmonella

paratyphi A Rates, Journal of Emergency Infect Asia, 17 (3), 24-27.

Oktiarni D., Manaf S., Suripno., 2012, Pengujian Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn)

terhadap Penyembuhan Luka Bakar pada Mencit (Mus musculus), Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Bengkulu, 8.

Pelczar, M.C., 2010, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Universitas Indonesia, Jakarta

Pramila D.M., Xavier R., Marimutu K., Kathiresan S., Khoo M.L., Senthilkumar M., Sathya K. and

Sreeramanan S., 2012, Phytochemical Analysis and Antimicrobial Potential of Methanolic

Leaf Extract of Peppermint (Mentha piperita: Lamiaceae), Journal of Medicinal Plants

Research, 6,331-335.

Priosoeryanto B.P., Huminto H., Wietarsih I., Estuningsih S., 2005, Aktivitas Getah Batang Pohon

Pisang Dalam Proses Persembuhan Luka Dan Efek Kosmetiknya pada Hewan, Lembaga

Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat, IPB, Bogor.

Rintiswati N., dan Praseno., 1998, Pengaruh Siprofloksasin terhadap Pseudomonas aerugenosa

terhadap tetrasiklin, Berkala Ilmu Kedokteran, 30, 2:83-87.

Salau B.A., Ajani E.O., Akinlolu A.A., Ekor M.N., dan Soladoye M.O., 2010, Methanolic Extract

of Musa sapientum Sucker Moderates Fasting Blood Glucose and Body Weight of Alloxan

Induced Diabetic Rats, Asian J.Exp. Biol. Sci., I, 30-35.

SangiM., Runtuwenel M.R.J., Simbala H.E.I, Makang V.M.A., 2008, Analisis Fitokimia Tumbuhan

Obat di Kabupaten Minahasa Utara, Chemistry Progress, 1 (1), 47-53.

Sari R., SYF., Fissy N.O., Pratiwi L., 2014, Efektivitas Gel Anti Jerawat Ekstrak Etanol Rimpang

Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc. Var. rubrum) terhadap Propionibacterium acnes dan

Page 18: SKRINING AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL …eprints.ums.ac.id/59235/1/NAKSAH PUBLIKASI.pdf · fluorokuinolon dengan mekanisme kerja siprofloksasin mengubah struktur DNA bakteri

14

Staphylococcus epidermidis, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, 12, 193-201.

Sharma S., Vijayvergia R., and Singh T., 2010, Evaluation Of Antimicrobial Efficacy Of Some

Medicinal Plants, J. Chem. Pharm. Res., 2, 121-124.

Stock I, Wiedemann B., 2000 Natural antibiotic susceptibility of Salmonella enterica strains. Int J

Antimicrob Ag, 16, 211-7.

Tan B.K.H., and Vanitha J.. 2004, Immunomodulatory and Antibacterial Effects of Some

Traditional Chinese Medicinal Herbs: A Review, Curr. Med. Chem.,11, 1423-1430.

Teh C.S.J, Chua K.H, Thong K.L., 2014, Paratyphoid Fever: Splicing the Global Analyses,

International Journal of Medical Sciences, 11, 7, 732-741.

Thiago A.S.A., Nelson L.A., Elba L.C.A., Ulysses P.A., 2008, A New Approach to Study

Medicinal Plants With Tannins And Flavanoids Contents From the Local Knowledge, J.

Ethnopharmacol, 120, 72-80.

Waalkes T.P., Sjoerdsma A., Creveling C.R., Weissbach H., Undenfriend S, 1985, Serotonin,

Norepinephrine, and Related Compounds in Bananas,Science, 127(3299), 648-650.

Wagner H., and Bladt S., 1996, Plant Drugs Analysis: A Thin Layer Chromatography Atlas, 2nd

ed., Germany, Springer.

Yenny, Herwana E., 2007, Resistensi dari Bakteri Enterik Aspek Global terhadap Antimikroba,

Bagian Farmakologi, Fakultas kedokteran, Universitas Trisakti, Jakarta.


Recommended