INDIIDUAL LEARNING KEGAWAT DARURATAN PSIKIATRI
LEARNING TASK SGD SISTEM GAWAT DARURAT
KELOMPOK 1
1. Nyoman Sukma Sariani NIM. 1202115001
2. Ni Made Fitriani NIM. 1202115004
3. Ni Wayan Ayu Anggreni Panji NIM. 1202115007
4. Tiwik Setyawati NIM. 1202115011
5. Anastasia Novita Ngera NIM. 1202115012
6. Ni Nengah Sukarni NIM. 1202115014
7. Dewa Ayu Gede Putri Saraswati NIM. 1202115016
8. Cokorda Istri Sri Dewi NIM. 1202115021
9. A.A. Putu Lanang Wikantara NIM. 1202115029
10. Justinus K.J. Liufeto NIM. 1202115037
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2013
1
LEARNING TASK UNTUK INDIVIDUAL LEARNING
PSIK B SEMESTER 3
MA. KEPERAWATAN GAWAT DARURAT.
1. Jelaskan pengertian dari kegawatdaruratan pada psikiatri ?
2. Pada kasus seperti apa yang dapat dikategorikan sebagai kasus kegawat daruratan psikiatri?
3. Buat alur proses penanganan kegawatdaruratan psikiatri?
4. Jelaskan pengertian dari Psychiatric Intensif Care Unit (PICU)?
5. Dalam mengukur tingkat kedaruratan pasien psikiatri digunakan metode skala GAF (General
Adaptive Function) dan metode penghitungan RUFA (Respons Umum Fungsi Adaptasi).
Jelaskan tentang skala GAF dan RUFA?
6. Berdasarkan prinsip tindakan darurat segera, maka penanganan kedaruratan psikiatri dibagi
dalam beberapa fase. Jelaskan fase tersebut berikut dengan intervensi yang dapat diberikan
dalam masing-masing fase.
2
PEMBAHASAN
1. Pengertian kegawatdaruratan psikiatri
Kegawatdaruratan psikiatri adalah tiap gangguan pada pikiran, perasaan dan tindakan
seseorang yang membutuhkan intervensi /terapi segera dan intensif agar tidak mengancam
keselamatan jiwa penderita, lingkungan / membuat parah penyakit yang dideritanya(Sadock, et
al, 2007).
Kegawatdaruratan psikiatri adalah cabang psikiatri yang mempelajari tindakan segera
dalam rangka upaya penyelamatan nyawa maupun upaya pertolongan segera untuk mencengah
terjadinya gangguan berlanjut atau yang bertambah buruk. Tindakan segera untuk
menyelamatkan nyawa seperti pada kasus percobaan bunuh diri, melukai diri, mengganggu
lingkungan dan masyarakat sekitarnya atau hanya mengalami kegelisahan pribadi. Tingkah laku
yang tidak lazim , kacau atau secara sosial tidak dapat diterima atau tidak pantas muncul yang
timbul dengan tiba-tiba dapat pula dimasukkan kategori kegawatdaruratan psikiatri (Keputusan
Menteri Kesehatan RI,2010)
Kegawatdaruratan psikiatri adalah suatu keadaan gangguan dan atau perubahan tingkah
laku, alam pikiran atau alam perasaan yang dapat dicengah atau dapat diatasi yang membuat
pasien sendiri, keluarga, lingkungan masyarakat atau petugas professional merasa perlu meminta
pertolongan medic psikiatrik segera cepat dan tepat karena kondisi itu dapat mengancam
integritas fisik keluarga dan lingkungan sosialnya (Keputusan Menteri Kesehatan RI,2010)
2. Pada kasus seperti apa yang dapat dikategorikan sebagai kasus kegawat daruratan
psikiatri
Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh diri,
ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi, kekerasan, serangan panik,
dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan, serta beberapa kondisi medis lainnya
yang mematikan dan muncul dengan gejala psikiatriks umum. Kegawatdaruratan psikiatrik ada
untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini.
3
3. Buat alur proses penanganan kegawatdaruratan psikiatri (Keputusan Menteri Kesehatan
RI,2010)
IGD /IGD psikiatri
Pelayanan kegawatdaruratan psikiatri meliputi pengkajian, terapi jangka pendek yang
efektif, cepat dan tepat, evaluasi dan berbagai problem psikiatrik yang dihadapi. Dalam waktu
yang relative singkat harus dapat dikaji masalah dna kebutuhan pasien, menentukan diagnosis
dan mengambil tindakan yang sebaik-baiknya. Untuk itu harus dilakukan pemeriksaan pada
kepada pasien mulai dari mendapatkan informasi tentang pasien, penilaian ketika kontak
4
Dirujuk dari bagian lain Datang sendiri Diantar ambulan
Triase /triase psikiatri
Evaluasi psikiatri
Evaluasi medis
Observasi lebih lanjut
Kegawatdaruratan medis
Rawat jalan
Rujuk ke spesialis lain
Pelayanan sosial
Rawat inap
Tanda vital
Status lama
Penetapan status kegawatdaruratan
langsung dengan pasien, wawancara, dan pemeriksaan fisik (Keputusan Menteri Kesehatan
RI,2010).
a. Informasi mengenai pasien
Informasi singkat dan diprioritaskan kepada hal-hal yang sangat dibutuhkan
1) Identitas pasien dan keluarga atau orang yang membawanya, bagaimana hubungan
dengan pasien, siapa yang bertanggungjawab
2) Alas an dibawa ke rumah sakit dan riwayat singkat keadaan pasien
3) Apakah ada kejadian penting beberapa hari sebelumnya
4) Riwayat tindakan pengobatan sebelumnya termasuk reaksi alergi terhadap obat-obatan
baik yang disuntikkan maupun oral
Pada keluarga pasien
1) Informasikan keadaan kegawatdaruratan pasien dan tindakan-tindakan yang mungkin
diperlukan, agar keluarga mengerti dan bersedia memberikan bantuan sepenuhnya.
2) Menandatangani surat pernyataan (informes consent) bahwa mereka menyetujui semua
tindakan medic yang diperlukan untuk menghadapi prilaku pasien dengan kekerasan
yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.
b. Kontak pertama dengan pasien
Tentukan apakah:
1) Pasien melakukan kekerasan dan berpotensi melakukan kekerasan
2) Pasien dengan problem medis yang mengancam jiwanya yang tampilan gejalanya
seperti gangguan psikoatrik
Pengkajian awal :
1) Pasien dengan gangguan mental organic diberikan obat dosis terapiutik minimal agar
gejala penting tidak terselubung
2) Pasien dengan kondisi medis umum yang mengancam nyawa yang mula-mula tampilan
gejalanya seperti gangguan psikiatrik, terlebih dahulu harus diatasi kondisi medis
umumnya.
5
Pemeriksaan
1) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan sesegera mungkin untuk menyingkirkan kegawatdaruratan
yang terkait dengan fungsi organik.
2) Pemeriksaan psikiatri
a) Wawancara psikiatrik
Pada hakikatnya wawancara psikiatri berbeda dengan anamnesa medis yang rutin.
Ajukan pertanyaan yang bersifat terbuka dengan tujuan :
(1) Untuk menentukan problem psikiatri yang mendesak
(2) Untuk menilai pengalaman adaptasi umum pasien terhadap kehidupan
(3) Untuk menentukan pengalaman pengalaman pasien sebelum ini dengan
psikiatri
(4) Untuk memulai hubungan terapiutik sehingga pasien dapat menerima terapi
atau rekomendasi pasien
(a) Amati penampilan, aktifitas psikomotor, pembicaraan alam perasaan,
proses piker dan isi pikir pasien disamping usaha memperoleh anamnesis
(b) Tunda keinginan untuk segera memulai penanganan atau mengambil
kesimpulan dengan maksud supaya segera memuulai menolong pasien
berikutnya.
3) Pemeriksaan status mental
a) Selama pemeriksaan evaluasi status mental pasien
b) Status mental pasien dinilai dari :
(1) Deskripsi umum (penampilan, prilaku dan aktivitas psikimotor, sikap terhadap
pemeriksa)
(2) Kesadaran
6
(3) Alam perasaan
(4) Cara pasien bereaksi terhadap pertanyaan
(5) Cara pasien bergaul dengan petugas medic dan dengan keluarga
(6) Kemampuan menanggapi instruksi yang diberikan
c) Status mental selengkapnya dalam instalasi kegawatdaruratan psikiatri, maka perlu
diobservasi tingkah laku dan penampilan, orientasi, keadaan afektif, isi dan proses
berpikir, persepsi dan fungsi kognitif yang lebih tinggi.
4) Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap, urin lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah sewaktu, elektrolit,
elektrokardiograf, photo thorak.
5) Penatalaksanaan
Intervensi pengobatan biasanya akan mengikuti diagnosis, akan tetapi kadang-kadang
dokter harus memberikan obat sebelum mendapatkan informasi untuk menegakkan
diagnosis. Hal ini dapat dibenarkan jika pasien secara fisik harus dikekang karena
perilakunya yang berbahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain. Pada kebanyakan kasus
intervensi yaitu intervensi medic, intervensi krisis dan pendidikan (edukasi).
4. Jelaskan pengertian dari Psychiatric Intensif Care Unit (PICU)?
PICU merupakan singkatan dari Psychiatric Intensive Care Unit. PICU dalam bahasa
Indonesia di kenal dengan UPIP, yaitu Unit Perawatan Intensif Psikiatri.
PICU merupakan pelayanan yang ditujukan untuk klien gangguan jiwa dalam kondisi
krisis psikiatri (Keliat, dkk, 2009).
PICU merupakan gabungan pelayanan gawat darurat psikiatri dan pelayanan intensif,
yang dapat diselenggarakan di rumah sakit jiwa atau unit psikiatri rumah sakit umum (Keliat,
dkk, 2009).
PICU adalah suatu unit yang memberikan perawatan khusus kepada klien-klien psikiatri
yang berada dalam kondisi membutuhkan pengawasan ketat (Maryree, 2010).
Kegawat daruratan adalah dimana terjadi suatu kondisi yang mendesak yang
membutuhkan penanganan dengan segera. Kegawat daruratan juga dapat diartikan sebagai suatu
7
kondisi dimana seseorang membutuhkan pertolongan dengan segera untuk mempertahankan
hidup dan mengurangi resiko kematian dan kecacatan. (http://wanitanyaharris.blogspot.com)
Pengertian perawatan intensif berarti memerlukan pengawasan dan pemantauan yang
lebih sering dan cermat karena keadaannya berada di antara hidup dan mati. Pelayanan Medis
Intensif adalah pelayanan yang secara spesifik dimaksudkan untuk melakukan talaksana
pengobatan dan atau perawatan kepada pasien yang mengalami sakit kritis
(purnomodrspanblog.blogspot)
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa PICU adalah suatu
unit gabungan pelayanan gawat darurat psikiatri dan pelayanan intensif, yang ditujukan untuk
klien gangguan jiwa yang dalam kondisi krisis psikiatri dan berada dalam kondisi yang
membutuhkan pengawasan ketat, dimana dapat diselenggarakan di rumah sakit jiwa atau
psikiatri rumah sakit umum.
5. Dalam mengukur tingkat kedaruratan pasien psikiatri digunakan metode skala GAF
(General Adaptive Function) dan metode penghitungan RUFA (Respons Umum Fungsi
Adaptasi). Jelaskan tentang skala GAF dan RUFA
Adapun skala yang digunakan untuk mengukur tingkat kedaruratan pasien adalah skala
GAF (General Adaptive Function) dengan rentang skor 1 – 30 skala GAF. Kondisi pasien dikaji
setiap shift dengan menggunakan skor GAF. (tambahkan penjelasan ttg aksis V, sbr Stuart n
Larai, 2005)
Katagori pasien yang berada dalam rentang skor 1 – 30 GAF adalah :
Skor 30 Perilaku dipengaruhi oleh waham atau halusinasi atau gangguan serius pada
komunikasi atau pertimbangan (misalnya kadang – kadang inkoheren, tindakan jelas tidak sesuai
preokupasi bunuh diri) atau ketidakmampuan untuk berfungsi hampir pada semua bidang
(misalnya tinggal di tempat tidur sepanjang hari, tidak memiliki pekerjaan, rumah atau teman)
Terdapat bahaya melukai diri sendiri atau orang lain (misalnya usaha bunuh diri tanpa
harapan yang jelas akan kematian, sering melakukan kekerasan, kgembiraan manik) atau kadang
– kadang gagal untuk mempertahankan perawatan diri yang minimal (misalnya mengusap feses)
atau gangguan yang jelas dalam komunikasi (sebagian besar inkoheren atau membisu)
8
Bahaya melukai diri sendiri atau orang lain persisten dan parah (misalnya kekerasan
rekuren) atau ketidakmampuan persisten untuk mempertahankan hiegien pribadi yang minimal
atau tindakan bunuh diri yang serius tanpa harapan akan kematian yang jelas .
Pada keperawatan kategori pasien dibuat dengan skor RUFA (Respons Umum Fungsi
Adaptif)/ GAFR (General Adaptive Function Response) yang merupakan modifikasi dari skor
GAF karena keperawatan menggunakan pendekatan respons manusia dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan fungsi respons yang adaptif. Keperawatan meyakini bahwa kondisi
manusia selalu bergerak pada rentang adaptif dan maladaptif. Ada saat individu tersebut berada
pada titik yang paling adaptif , namun di saat lain individu yang sama dapat berada pada titik
yang paling maladaptif. Kondisi adaptif dan maladaptif ini dapat dilihat atau diukur dari
respons yang ditampilkan. Dari respons ini kemudian dirumuskan diagnosa Skor RUFA dibuat
berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien. Sehingga setiap diagnosa
keperawatan memiliki kriteria skor RUFA tersendiri (lihat tabel 1).
9
Tabel 1. Kriteria Kondisi Pasien berdasarkan RUFA (skor 1-30)
No Diagnosa
Keperawatan
Skor RUFA 1-10
(Intensif I)
Skor RUFA 11-20
(Intensif II)
Skor RUFA 21-30
(Intensif III)
1 Gangguan persepsi
sensori: halusinasi
2 Perilaku kekerasan
3 Gangguan proses pikir:
waham
4 Risiko bunuh diri 1. Aktif mencoba bunuh
diri dengan cara:
a. gantung diri
b. minum racun
c. memotong urat nadi
d. menjatuhkan diri
dari tempat yang
tinggi
2. Mengalami depresi
3. Mempunyai rencana
1. Aktif memikirkan rencana
bunuh diri, namun tidak
disertai dengan percobaan
bunuh diri
2. Mengatakan ingin bunuh diri
namun tanpa rencana yang
spesifik
3. Menarik diri dari pergaulan
sosial
1. Mungkin sudah memiliki ide untuk
mengakhiri hidupnya, namun
tidak disertai dengan ancaman dan
percobaan bunuh diri
2. Mengungkapkan perasaan seperti
rasa bersalah/ sedih / marah / putus
asa / tidak berdaya
3. Mengungkapkan hal-hal negatif
tentang diri sendiri yang
10
bunuh diri yang spesifik
4. Menyiapkan alat untuk
bunuh diri (pistol,
pisau, silet, dll
menggambarkan harga diri rendah
4. Mengatakan: “Tolong jaga anak-
anak karena saya akan pergi jauh!”
atau “Segala sesuatu akan lebih
baik tanpa saya”.
5 Panik
6 Gejala putus zat
7 Over dosis zat adiktif
8 Defisit perawatan diri
9 Isolasi social
11
6. Berdasarkan prinsip tindakan darurat segera, maka penanganan kedaruratan psikiatri
dibagi dalam beberapa fase. Jelaskan fase tersebut berikut dengan intervensi yang
dapat diberikan dalam masing-masing fase.
Kedaruratan psikiatrik adalah suatu gangguan akut pada pikiran, perasaan, perilaku, atau
hubungan sosial yang membutuhkan suatu intervensi segera (Allen, Forster, Zealberg, & Currier,
2002). Sedangkan menurut Kaplan dan Sadock (1993) kedaruratan psikiatrik adalah gangguan
alam pikiran, perasaan atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik segera. Sehingga
prinsip dari kedaruratan psikiatri adalah intervensi atau penanganan segera. Berdasarkan prinsip
segera ini maka penanganan kedaruratan dibagi dalam fase intensif I (24 jam pertama), fase
intensif II (24-72 jam pertama), dan fase intensif III (72 jam-10 hari).
Fase intensif I adalah fase 24 jam pertama pasien dirawat dengan observasi, diagnosa,
tritmen dan evaluasi yang ketat. Berdasarkan hasil evaluasi pasien maka pasien memiliki tiga
kemungkinan yaitu dipulangkan, dilanjutkan ke fase intensif II, atau dirujuk ke rumah sakit jiwa. Fase
intensif II fase perawatan pasien dengan observasi kurang ketat sampai dengan 72 jam. Berdasarkan hasil
evaluasi maka pasien pada fase ini memiliki empat kemungkinan yaitu dipulangkan, dipindahkan ke
ruang fase intensif III, atau kembali ke ruang fase intensif I. Pada fase intensif III pasien di kondisikan
sudah mulai stabil, sehingga observasi menjadi lebih berkurang dan tindakan-tindakan keperawatan lebih
diarahkan kepada tindakan rehabilitasi. Fase ini berlangsung sampai dengan maksimal 10 hari. Merujuk
kepada hasil evaluasi maka pasien pada fase ini dapat dipulangkan, dirujuk ke rumah sakit jiwa atau unit
psikiatri di rumah sakit umum, ataupun kembali ke ruang fase intensif I atau II
Triase
Pada fase ini hal pertama yang harus dilakukan adalah rapid assessment/screening
assessment yang dilakukan berdasarkan protap yang telah disepakati. Pengkajian ini harus
meliputi nama pasien, tanggal lahir, nomor tanda pengenal (KTP/SIM/Paspor), alamat, nomor
telepon, serta nama dan nomor telepon orang terdekat pasien yang dapat dihubungi, tanda vital
dan keluhan utama dengan skor RUFA untuk menentukan perlu tidaknya dirawat di unit UPIP
dan bila dirawat untuk menentukan level/fase intensif pasien. Sedangkan pihak medis melakukan
pengkajian dengan menggunakan skala GAF
12
Fase intensif I (24 jam pertama)
Prinsip tindakan :
a. Life saving
b. Mencegah cedera pada pasien, orang lain dan lingkungan
Indikasi :
Pasien dengan skor 1-10 skala RUFA
Pengkajian
Hal-hal yang harus dikaji adalah:
1) Riwayat perawatan yang lalu
2) Psikiater/perawat jiwa yang baru-baru ini menangani pasien (bila memungkinkan)
3) Diagnosa gangguan jiwa di waktu yang lalu yang mirip dengan tanda dan gejala yang
dialami pasien saat ini
4) Stresor sosial, lingkungan, dan kultural yang menimbulkan masalah pasien saat ini
5) Kemampuan dan keinginan pasien untuk bekerjasama dalam proses tritmen
6) Riwayat pengobatan dan respons terhadap terapi, mencakup jenis obat yang didapat,
dosis, respons terhadap obat, efek samping dan kepatuhan minum obat, serta daftar obat
terakhir yg diresepkan dan nama dokter yang meresepkan.
7) Pemeriksaan kognitif untuk mendeteksi kerusakan kognitif atau neuro psikiatrik
8) Tes kehamilan untuk semua pasien perempuan usia subur
Pengkajian lengkap harus dilakukan dalam 3 jam pertama. Selain itu pasien harus sudah
diperiksa oleh seorang psikiater/dokter umum kesehatan jiwa (Psikiater/Medical Officer Mental
Health/MOMH/GP+/GP++) dalam 8 jam pertama dengan prioritas pertama adalah psikiater. Bila
tidak ada psikiater maka pasien dapat ditangani oleh MOMH. Selanjutnya bila tidak ada MOMH
dapat ditangani GP+ atau GP++. Pasien-pasien yang berada dalam kondisi membutuhkan
13
penanganan sangat segara harus dikaji dan bertemu dengan psikiater/MOMH dalam 15 menit
pertama.
Intervensi untuk fase ini adalah:
a. Observasi ketat
b. Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar (makan, minum, perawatan diri)
c. Manajemen pengamanan pasien yang efektif (jika dibutuhkan).
d. Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik.
e. Evaluasi
f. Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi pasien memungkinkan
untuk dipindahkan ke ruang intensif II.
g. Bila kondisi pasien diatas 10 skala RUFA maka pasien dapat dipindahkan ke intensif II.
Fase Intensif II (24-72 jam pertama)
Prinsip tindakan
a. Observasi lanjutan dari fase krisis (Intensif I)
b. Mempertahankan pencegahan cedera pada pasien, orang lain dan lingkungan
Indikasi :
a. Pasien dengan skor 11-20 skala RUFA
b. Intervensi untuk fase ini adalah:
1) Observasi frekuensi dan intensitas yang lebih rendah dari fase intensif I
2) Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik dan terapi olah
raga.
3) Evaluasi
4) Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi pasien
memungkinkan untuk dipindahkan ke ruang intensif III.
14
5) Bila kondisi pasien diatas skor 20 skala RUFA maka pasien dapat dipindahkan ke
intensif III. Bila dibawah skor 11 skala RUFA maka pasien dikembalikan ke fase
intensif I
Fase Intensif III (72 jam-10 hari)
Prinsip tindakan
a. Observasi lanjutan dari fase akut (Intensif II)
b. Memfasilitasi perawatan mandiri pasien
Indikasi :
a. Pasien dengan skor 21-30 skala RUFA
b. Intervensi untuk fase ini adalah:
1) Observasi dilakukan secara minimal
2) Pasien lebih banyak melakukan aktivitas secara mandiri
3) Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik, terapi olah
raga dan life skill therapy.
4) Evaluasi
5) Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi pasien
memungkinkan untuk dipulangkan.
6) Bila kondisi pasien diatas skor 30 skala RUFA maka pasien dapat dipulangkan dengan
mengontak perawat CMHN terlebih dahulu. Bila dibawah skor 20 skala RUFA pasien
dikembalikan ke fase intensif II, dan dibawah skor 11 skala RUFA pasien dikembalikan
ke fase intensif I.
15
DAFTAR PUSTAKA
Keliat dkk .2009. Model praktik Keperawatan Profesional jiwa. Jakarta : EGC.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomer 1627/MENKES/SK/XI/2010
Sadock et al .2007.Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry 10th Edition.
Stuart and Sundeen S.J. 1995. Principles and practice of phychiatric nursing. Sixth edition. St. Louis Mosby Year Book.
http://wanitanyaharris.blogspot.com
http:// purnomodrspanblog.blogspot.com
16