of 23 /23
INDIIDUAL LEARNING KEGAWAT DARURATAN PSIKIATRI LEARNING TASK SGD SISTEM GAWAT DARURAT KELOMPOK 1 1. Nyoman Sukma Sariani NIM. 1202115001 2. Ni Made Fitriani NIM. 1202115004 3. Ni Wayan Ayu Anggreni Panji NIM. 1202115007 4. Tiwik Setyawati NIM. 1202115011 5. Anastasia Novita Ngera NIM. 1202115012 6. Ni Nengah Sukarni NIM. 1202115014 7. Dewa Ayu Gede Putri Saraswati NIM. 1202115016 8. Cokorda Istri Sri Dewi NIM. 1202115021 9. A.A. Putu Lanang Wikantara NIM. 1202115029 10. Justinus K.J. Liufeto NIM. 1202115037 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 1

Sgd 4 Kegawatdaruratan Psiatri Fi3 Tiwul

Embed Size (px)

Text of Sgd 4 Kegawatdaruratan Psiatri Fi3 Tiwul

INDIIDUAL LEARNING KEGAWAT DARURATAN PSIKIATRI

LEARNING TASK SGD SISTEM GAWAT DARURAT

KELOMPOK 11. Nyoman Sukma Sariani

NIM. 12021150012. Ni Made Fitriani

NIM. 12021150043. Ni Wayan Ayu Anggreni Panji

NIM. 12021150074. Tiwik Setyawati

NIM. 1202115011

5. Anastasia Novita Ngera

NIM. 12021150126. Ni Nengah Sukarni

NIM. 1202115014

7. Dewa Ayu Gede Putri Saraswati NIM. 12021150168. Cokorda Istri Sri Dewi

NIM. 12021150219. A.A. Putu Lanang Wikantara

NIM. 1202115029

10. Justinus K.J. Liufeto

NIM. 1202115037PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2013LEARNING TASK UNTUK INDIVIDUAL LEARNING

PSIK B SEMESTER 3

MA. KEPERAWATAN GAWAT DARURAT.

1. Jelaskan pengertian dari kegawatdaruratan pada psikiatri ?

2. Pada kasus seperti apa yang dapat dikategorikan sebagai kasus kegawat daruratan psikiatri?

3. Buat alur proses penanganan kegawatdaruratan psikiatri?4. Jelaskan pengertian dari Psychiatric Intensif Care Unit (PICU)?

5. Dalam mengukur tingkat kedaruratan pasien psikiatri digunakan metode skala GAF (General Adaptive Function) dan metode penghitungan RUFA (Respons Umum Fungsi Adaptasi). Jelaskan tentang skala GAF dan RUFA?

6. Berdasarkan prinsip tindakan darurat segera, maka penanganan kedaruratan psikiatri dibagi dalam beberapa fase. Jelaskan fase tersebut berikut dengan intervensi yang dapat diberikan dalam masing-masing fase.PEMBAHASAN

1. Pengertian kegawatdaruratan psikiatri

Kegawatdaruratan psikiatri adalah tiap gangguan pada pikiran, perasaan dan tindakan seseorang yang membutuhkan intervensi /terapi segera dan intensif agar tidak mengancam keselamatan jiwa penderita, lingkungan / membuat parah penyakit yang dideritanya(Sadock, et al, 2007).Kegawatdaruratan psikiatri adalah cabang psikiatri yang mempelajari tindakan segera dalam rangka upaya penyelamatan nyawa maupun upaya pertolongan segera untuk mencengah terjadinya gangguan berlanjut atau yang bertambah buruk. Tindakan segera untuk menyelamatkan nyawa seperti pada kasus percobaan bunuh diri, melukai diri, mengganggu lingkungan dan masyarakat sekitarnya atau hanya mengalami kegelisahan pribadi. Tingkah laku yang tidak lazim , kacau atau secara sosial tidak dapat diterima atau tidak pantas muncul yang timbul dengan tiba-tiba dapat pula dimasukkan kategori kegawatdaruratan psikiatri (Keputusan Menteri Kesehatan RI,2010)Kegawatdaruratan psikiatri adalah suatu keadaan gangguan dan atau perubahan tingkah laku, alam pikiran atau alam perasaan yang dapat dicengah atau dapat diatasi yang membuat pasien sendiri, keluarga, lingkungan masyarakat atau petugas professional merasa perlu meminta pertolongan medic psikiatrik segera cepat dan tepat karena kondisi itu dapat mengancam integritas fisik keluarga dan lingkungan sosialnya (Keputusan Menteri Kesehatan RI,2010)2. Pada kasus seperti apa yang dapat dikategorikan sebagai kasus kegawat daruratan psikiatriKondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi percobaan bunuh diri, ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya delusi, kekerasan, serangan panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat dan signifikan, serta beberapa kondisi medis lainnya yang mematikan dan muncul dengan gejala psikiatriks umum. Kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk mengidentifikasi dan menangani kondisi ini.

3. Buat alur proses penanganan kegawatdaruratan psikiatri (Keputusan Menteri Kesehatan RI,2010)

IGD /IGD psikiatri

Pelayanan kegawatdaruratan psikiatri meliputi pengkajian, terapi jangka pendek yang efektif, cepat dan tepat, evaluasi dan berbagai problem psikiatrik yang dihadapi. Dalam waktu yang relative singkat harus dapat dikaji masalah dna kebutuhan pasien, menentukan diagnosis dan mengambil tindakan yang sebaik-baiknya. Untuk itu harus dilakukan pemeriksaan pada kepada pasien mulai dari mendapatkan informasi tentang pasien, penilaian ketika kontak langsung dengan pasien, wawancara, dan pemeriksaan fisik (Keputusan Menteri Kesehatan RI,2010). a. Informasi mengenai pasien

Informasi singkat dan diprioritaskan kepada hal-hal yang sangat dibutuhkan

1) Identitas pasien dan keluarga atau orang yang membawanya, bagaimana hubungan dengan pasien, siapa yang bertanggungjawab

2) Alas an dibawa ke rumah sakit dan riwayat singkat keadaan pasien

3) Apakah ada kejadian penting beberapa hari sebelumnya

4) Riwayat tindakan pengobatan sebelumnya termasuk reaksi alergi terhadap obat-obatan baik yang disuntikkan maupun oral

Pada keluarga pasien

1) Informasikan keadaan kegawatdaruratan pasien dan tindakan-tindakan yang mungkin diperlukan, agar keluarga mengerti dan bersedia memberikan bantuan sepenuhnya.2) Menandatangani surat pernyataan (informes consent) bahwa mereka menyetujui semua tindakan medic yang diperlukan untuk menghadapi prilaku pasien dengan kekerasan yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.b. Kontak pertama dengan pasien

Tentukan apakah:

1) Pasien melakukan kekerasan dan berpotensi melakukan kekerasan

2) Pasien dengan problem medis yang mengancam jiwanya yang tampilan gejalanya seperti gangguan psikoatrik

Pengkajian awal :

1) Pasien dengan gangguan mental organic diberikan obat dosis terapiutik minimal agar gejala penting tidak terselubung

2) Pasien dengan kondisi medis umum yang mengancam nyawa yang mula-mula tampilan gejalanya seperti gangguan psikiatrik, terlebih dahulu harus diatasi kondisi medis umumnya.

Pemeriksaan

1) Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik dilakukan sesegera mungkin untuk menyingkirkan kegawatdaruratan yang terkait dengan fungsi organik.

2) Pemeriksaan psikiatria) Wawancara psikiatrik Pada hakikatnya wawancara psikiatri berbeda dengan anamnesa medis yang rutin. Ajukan pertanyaan yang bersifat terbuka dengan tujuan :

(1) Untuk menentukan problem psikiatri yang mendesak

(2) Untuk menilai pengalaman adaptasi umum pasien terhadap kehidupan(3) Untuk menentukan pengalaman pengalaman pasien sebelum ini dengan psikiatri

(4) Untuk memulai hubungan terapiutik sehingga pasien dapat menerima terapi atau rekomendasi pasien

(a) Amati penampilan, aktifitas psikomotor, pembicaraan alam perasaan, proses piker dan isi pikir pasien disamping usaha memperoleh anamnesis

(b) Tunda keinginan untuk segera memulai penanganan atau mengambil kesimpulan dengan maksud supaya segera memuulai menolong pasien berikutnya.

3) Pemeriksaan status mental

a) Selama pemeriksaan evaluasi status mental pasienb) Status mental pasien dinilai dari :

(1) Deskripsi umum (penampilan, prilaku dan aktivitas psikimotor, sikap terhadap pemeriksa)

(2) Kesadaran

(3) Alam perasaan

(4) Cara pasien bereaksi terhadap pertanyaan

(5) Cara pasien bergaul dengan petugas medic dan dengan keluarga

(6) Kemampuan menanggapi instruksi yang diberikan

c) Status mental selengkapnya dalam instalasi kegawatdaruratan psikiatri, maka perlu diobservasi tingkah laku dan penampilan, orientasi, keadaan afektif, isi dan proses berpikir, persepsi dan fungsi kognitif yang lebih tinggi.

4) Pemeriksaan penunjangDarah lengkap, urin lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah sewaktu, elektrolit, elektrokardiograf, photo thorak.5) PenatalaksanaanIntervensi pengobatan biasanya akan mengikuti diagnosis, akan tetapi kadang-kadang dokter harus memberikan obat sebelum mendapatkan informasi untuk menegakkan diagnosis. Hal ini dapat dibenarkan jika pasien secara fisik harus dikekang karena perilakunya yang berbahaya bagi dirinya sendiri dan orang lain. Pada kebanyakan kasus intervensi yaitu intervensi medic, intervensi krisis dan pendidikan (edukasi).

4. Jelaskan pengertian dari Psychiatric Intensif Care Unit (PICU)?

PICU merupakan singkatan dari Psychiatric Intensive Care Unit. PICU dalam bahasa Indonesia di kenal dengan UPIP, yaitu Unit Perawatan Intensif Psikiatri.PICU merupakan pelayanan yang ditujukan untuk klien gangguan jiwa dalam kondisi krisis psikiatri (Keliat, dkk, 2009).PICU merupakan gabungan pelayanan gawat darurat psikiatri dan pelayanan intensif, yang dapat diselenggarakan di rumah sakit jiwa atau unit psikiatri rumah sakit umum (Keliat, dkk, 2009).PICU adalah suatu unit yang memberikan perawatan khusus kepada klien-klien psikiatri yang berada dalam kondisi membutuhkan pengawasan ketat (Maryree, 2010).Kegawat daruratan adalah dimana terjadi suatu kondisi yang mendesak yang membutuhkan penanganan dengan segera. Kegawat daruratan juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang membutuhkan pertolongan dengan segera untuk mempertahankan hidup dan mengurangi resiko kematian dan kecacatan. (http://wanitanyaharris.blogspot.com)Pengertian perawatan intensif berarti memerlukan pengawasan dan pemantauan yang lebih sering dan cermat karena keadaannya berada di antara hidup dan mati. Pelayanan Medis Intensif adalah pelayanan yang secara spesifik dimaksudkan untuk melakukan talaksana pengobatan dan atau perawatan kepada pasien yang mengalami sakit kritis (purnomodrspanblog.blogspot)Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa PICU adalah suatu unit gabungan pelayanan gawat darurat psikiatri dan pelayanan intensif, yang ditujukan untuk klien gangguan jiwa yang dalam kondisi krisis psikiatri dan berada dalam kondisi yang membutuhkan pengawasan ketat, dimana dapat diselenggarakan di rumah sakit jiwa atau psikiatri rumah sakit umum.5. Dalam mengukur tingkat kedaruratan pasien psikiatri digunakan metode skala GAF (General Adaptive Function) dan metode penghitungan RUFA (Respons Umum Fungsi Adaptasi). Jelaskan tentang skala GAF dan RUFAAdapun skala yang digunakan untuk mengukur tingkat kedaruratan pasien adalah skala GAF (General Adaptive Function) dengan rentang skor 1 30 skala GAF. Kondisi pasien dikaji setiap shift dengan menggunakan skor GAF. (tambahkan penjelasan ttg aksis V, sbr Stuart n Larai, 2005)Katagori pasien yang berada dalam rentang skor 1 30 GAF adalah :Skor 30 Perilaku dipengaruhi oleh waham atau halusinasi atau gangguan serius pada komunikasi atau pertimbangan (misalnya kadang kadang inkoheren, tindakan jelas tidak sesuai preokupasi bunuh diri) atau ketidakmampuan untuk berfungsi hampir pada semua bidang (misalnya tinggal di tempat tidur sepanjang hari, tidak memiliki pekerjaan, rumah atau teman)Terdapat bahaya melukai diri sendiri atau orang lain (misalnya usaha bunuh diri tanpa harapan yang jelas akan kematian, sering melakukan kekerasan, kgembiraan manik) atau kadang kadang gagal untuk mempertahankan perawatan diri yang minimal (misalnya mengusap feses) atau gangguan yang jelas dalam komunikasi (sebagian besar inkoheren atau membisu)Bahaya melukai diri sendiri atau orang lain persisten dan parah (misalnya kekerasan rekuren) atau ketidakmampuan persisten untuk mempertahankan hiegien pribadi yang minimal atau tindakan bunuh diri yang serius tanpa harapan akan kematian yang jelas .Pada keperawatan kategori pasien dibuat dengan skor RUFA (Respons Umum Fungsi Adaptif)/ GAFR (General Adaptive Function Response) yang merupakan modifikasi dari skor GAF karena keperawatan menggunakan pendekatan respons manusia dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan fungsi respons yang adaptif. Keperawatan meyakini bahwa kondisi manusia selalu bergerak pada rentang adaptif dan maladaptif. Ada saat individu tersebut berada pada titik yang paling adaptif , namun di saat lain individu yang sama dapat berada pada titik yang paling maladaptif. Kondisi adaptif dan maladaptif ini dapat dilihat atau diukur dari respons yang ditampilkan. Dari respons ini kemudian dirumuskan diagnosa Skor RUFA dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien. Sehingga setiap diagnosa keperawatan memiliki kriteria skor RUFA tersendiri (lihat tabel 1).Tabel 1. Kriteria Kondisi Pasien berdasarkan RUFA (skor 1-30)

NoDiagnosa KeperawatanSkor RUFA 1-10

(Intensif I)Skor RUFA 11-20

(Intensif II)Skor RUFA 21-30

(Intensif III)

1Gangguan persepsi sensori: halusinasi

2Perilaku kekerasan

3Gangguan proses pikir: waham

4Risiko bunuh diri1. Aktif mencoba bunuh diri dengan cara:

a. gantung diri

b. minum racun

c. memotong urat nadi

d. menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi

2. Mengalami depresi

3.Mempunyai rencana bunuh diri yang spesifik4. Menyiapkan alat untuk bunuh diri (pistol, pisau, silet, dll1. Aktif memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri2. Mengatakan ingin bunuh diri namun tanpa rencana yang spesifik3. Menarik diri dari pergaulan sosial

1. Mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri

2. Mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/ sedih / marah / putus asa / tidak berdaya

3. Mengungkapkan hal-hal negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah4. Mengatakan: Tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh! atau Segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.

5Panik

6Gejala putus zat

7Over dosis zat adiktif

8Defisit perawatan diri

9Isolasi social

6. Berdasarkan prinsip tindakan darurat segera, maka penanganan kedaruratan psikiatri dibagi dalam beberapa fase. Jelaskan fase tersebut berikut dengan intervensi yang dapat diberikan dalam masing-masing fase.Kedaruratan psikiatrik adalah suatu gangguan akut pada pikiran, perasaan, perilaku, atau hubungan sosial yang membutuhkan suatu intervensi segera (Allen, Forster, Zealberg, & Currier, 2002). Sedangkan menurut Kaplan dan Sadock (1993) kedaruratan psikiatrik adalah gangguan alam pikiran, perasaan atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik segera. Sehingga prinsip dari kedaruratan psikiatri adalah intervensi atau penanganan segera. Berdasarkan prinsip segera ini maka penanganan kedaruratan dibagi dalam fase intensif I (24 jam pertama), fase intensif II (24-72 jam pertama), dan fase intensif III (72 jam-10 hari).Fase intensif I adalah fase 24 jam pertama pasien dirawat dengan observasi, diagnosa, tritmen dan evaluasi yang ketat. Berdasarkan hasil evaluasi pasien maka pasien memiliki tiga kemungkinan yaitu dipulangkan, dilanjutkan ke fase intensif II, atau dirujuk ke rumah sakit jiwa. Fase intensif II fase perawatan pasien dengan observasi kurang ketat sampai dengan 72 jam. Berdasarkan hasil evaluasi maka pasien pada fase ini memiliki empat kemungkinan yaitu dipulangkan, dipindahkan ke ruang fase intensif III, atau kembali ke ruang fase intensif I. Pada fase intensif III pasien di kondisikan sudah mulai stabil, sehingga observasi menjadi lebih berkurang dan tindakan-tindakan keperawatan lebih diarahkan kepada tindakan rehabilitasi. Fase ini berlangsung sampai dengan maksimal 10 hari. Merujuk kepada hasil evaluasi maka pasien pada fase ini dapat dipulangkan, dirujuk ke rumah sakit jiwa atau unit psikiatri di rumah sakit umum, ataupun kembali ke ruang fase intensif I atau IITriasePada fase ini hal pertama yang harus dilakukan adalah rapid assessment/screening assessment yang dilakukan berdasarkan protap yang telah disepakati. Pengkajian ini harus meliputi nama pasien, tanggal lahir, nomor tanda pengenal (KTP/SIM/Paspor), alamat, nomor telepon, serta nama dan nomor telepon orang terdekat pasien yang dapat dihubungi, tanda vital dan keluhan utama dengan skor RUFA untuk menentukan perlu tidaknya dirawat di unit UPIP dan bila dirawat untuk menentukan level/fase intensif pasien. Sedangkan pihak medis melakukan pengkajian dengan menggunakan skala GAFFase intensif I (24 jam pertama) Prinsip tindakan :

a. Life savingb. Mencegah cedera pada pasien, orang lain dan lingkungan Indikasi :Pasien dengan skor 1-10 skala RUFA PengkajianHal-hal yang harus dikaji adalah:1) Riwayat perawatan yang lalu2) Psikiater/perawat jiwa yang baru-baru ini menangani pasien (bila memungkinkan)3) Diagnosa gangguan jiwa di waktu yang lalu yang mirip dengan tanda dan gejala yang dialami pasien saat ini4) Stresor sosial, lingkungan, dan kultural yang menimbulkan masalah pasien saat ini

5) Kemampuan dan keinginan pasien untuk bekerjasama dalam proses tritmen

6) Riwayat pengobatan dan respons terhadap terapi, mencakup jenis obat yang didapat, dosis, respons terhadap obat, efek samping dan kepatuhan minum obat, serta daftar obat terakhir yg diresepkan dan nama dokter yang meresepkan.

7) Pemeriksaan kognitif untuk mendeteksi kerusakan kognitif atau neuro psikiatrik

8) Tes kehamilan untuk semua pasien perempuan usia subur

Pengkajian lengkap harus dilakukan dalam 3 jam pertama. Selain itu pasien harus sudah diperiksa oleh seorang psikiater/dokter umum kesehatan jiwa (Psikiater/Medical Officer Mental Health/MOMH/GP+/GP++) dalam 8 jam pertama dengan prioritas pertama adalah psikiater. Bila tidak ada psikiater maka pasien dapat ditangani oleh MOMH. Selanjutnya bila tidak ada MOMH dapat ditangani GP+ atau GP++. Pasien-pasien yang berada dalam kondisi membutuhkan penanganan sangat segara harus dikaji dan bertemu dengan psikiater/MOMH dalam 15 menit pertama.Intervensi untuk fase ini adalah:a. Observasi ketat

b. Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar (makan, minum, perawatan diri)

c. Manajemen pengamanan pasien yang efektif (jika dibutuhkan).

d. Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik.

e. Evaluasi

f. Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi pasien memungkinkan untuk dipindahkan ke ruang intensif II.

g. Bila kondisi pasien diatas 10 skala RUFA maka pasien dapat dipindahkan ke intensif II.

Fase Intensif II (24-72 jam pertama)Prinsip tindakan

a. Observasi lanjutan dari fase krisis (Intensif I)

b. Mempertahankan pencegahan cedera pada pasien, orang lain dan lingkungan

Indikasi :

a. Pasien dengan skor 11-20 skala RUFA

b. Intervensi untuk fase ini adalah:

1) Observasi frekuensi dan intensitas yang lebih rendah dari fase intensif I

2) Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik dan terapi olah raga.

3) Evaluasi

4) Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi pasien memungkinkan untuk dipindahkan ke ruang intensif III.

5) Bila kondisi pasien diatas skor 20 skala RUFA maka pasien dapat dipindahkan ke intensif III. Bila dibawah skor 11 skala RUFA maka pasien dikembalikan ke fase intensif IFase Intensif III (72 jam-10 hari)Prinsip tindakan

a. Observasi lanjutan dari fase akut (Intensif II)

b. Memfasilitasi perawatan mandiri pasien Indikasi :

a. Pasien dengan skor 21-30 skala RUFA

b. Intervensi untuk fase ini adalah:

1) Observasi dilakukan secara minimal

2) Pasien lebih banyak melakukan aktivitas secara mandiri

3) Terapi modalitas yang dapat diberikan pada fase ini adalah terapi musik, terapi olah raga dan life skill therapy.

4) Evaluasi

5) Evaluasi dilakukan setiap shift untuk menentukan apakah kondisi pasien memungkinkan untuk dipulangkan.

6) Bila kondisi pasien diatas skor 30 skala RUFA maka pasien dapat dipulangkan dengan mengontak perawat CMHN terlebih dahulu. Bila dibawah skor 20 skala RUFA pasien dikembalikan ke fase intensif II, dan dibawah skor 11 skala RUFA pasien dikembalikan ke fase intensif I.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat dkk .2009. Model praktik Keperawatan Profesional jiwa. Jakarta : EGC.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomer 1627/MENKES/SK/XI/2010 Sadock et al .2007.Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry 10th Edition.Stuart and Sundeen S.J. 1995. Principles and practice of phychiatric nursing. Sixth edition. St. Louis Mosby Year Book.http://wanitanyaharris.blogspot.comhttp:// purnomodrspanblog.blogspot.comDirujuk dari bagian lain

Datang sendiri

Diantar ambulan

Triase /triase psikiatri

Evaluasi psikiatri

Evaluasi medis

Observasi lebih lanjut

Kegawatdaruratan medis

Rawat jalan

Rujuk ke spesialis lain

Pelayanan sosial

Rawat inap

Tanda vital

Status lama

Penetapan status kegawatdaruratan

3