Sekilas Kesehatan
semua hal yang berbau dunia kesehatan. ^_^
Minggu, 09 Desember 2012
OTM Pilokarpin HCl (bagian 1)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sukur Alhamdulilah kita diberi kenimatan berupa panca indera penglihatan yang begitu sempurna.
Allah SWT telah merancang suatu gerbang cakrawala untuk bisa melihat alam semesta dengan kedua
mata yang telah diberikan-Nya. Sehinga sudah semestinya sebagai tanda terimakasih atas nikmat yang
telah diberikan, kita harus menjaga kedua mata yang dianugrahkan ini.
Tetapi memang tidak mudah untuk menjaga mata, terlebih dalam masalah kesehatan. Karena
diperjalanan hidup ini tidak mungkin seorang manusia tidak pernah mengalami sakit(mata). Baik sakit
mata ringan seperti mata merah, iritasi, perih bahkan sampai yang ada menimbulkan kebutaan. Oleh
karena itu diperlukan suatu obat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Salah satu pengobatan
yang bisa digunakan adalah tetes mata karena secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep.
Selain itu tidak menganggu penglihatan ketika digunakan.
Tetes mata juga mempuyai kemampuan lasung untuk bersentuhan dengan kornea mata. Sehingga
sangat efektif digunakan untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi di bola mata.
Salah satu masalah mata yang ada di Indonesia saat ini adalah penyakit glukoma. Glaukoma adalah
suatu keadaan tekanan intraokuler/tekanan dalam bola mata relatif cukup besar untuk menyebabkan
kerusakan pupil saraf optik dan menyebabkan kelainan lapang pandang. Berdasarkan Survei Kesehatan
Indera Penglihatan tahun 1993-1996 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia
didapatkan bahwa glaukoma merupakan penyebab kebutaan nomer 2 sesudah katarak (prevalensi
0,16%). Katarak 1,02%, Glaukoma 0,16%, Refraksi 0,11% dan Retina 0,09%. Akibat dari kebutaan itu
akan mempengaruhi kualitas hidup penderita terutama pada usia produktif, sehingga akan berpengaruh
juga terhadap sumberdaya manusia pada umumnya dan khususnya Indonesia.
Berdasarkan beberapa alasan diatas, maka kami putuskan untuk membuat suatu formula tetes mata
yang mempuyai kemampuan untuk mencegah dan mengatasi glukoma dengan bahan aktif pilokarpin.
Pilokarpin adalah salah satu senyawa yang bisa digunakan untuk untuk penanganan glukoma karena
memiliki efek miosis. Miosi adalah suatu kemampuan obat yang dapat menyebabkan kontraksi dari
pupil mata. Dengan terbukanya pupil maka cairan dalam mata keluar sehingga menurunkan tegangan
intraokular (dalam mata).
Oleh karena itu pengunaa formula obat tetes mata pilokarpin sangat pas untuk mengatasi glucoma.
Dengan harapan akhir bisa menolong para masyarakat penderita glucoma yang saat ini kasusnya masih
banyak terjadi.
1.1 Tujuan
1. Merancang suatu formula dan memperatekan pembuatan sediaan steril tetes mata.
2. Melakukan evaluasi sediaan obat tetes mata.
1.2 Manfaat
1. Bisa memacu semangat untuk terus berkreasi dalam mengembangkan sediaan.
2. Menumbuhkan rasa percaya diri, dan mampu membuat keunikan dalam formulasi yang dapat
diterima
oleh pasar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Difenisi
Obat tetes mata atau Guttae Opthalmicae adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi,
digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata
dan bola mata. (FI III, hal 10).
2.2 Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan
Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep, meskipun salep dengan obat yang larut
dalam lemak diabsorpsi lebih baik dari larutan/salep yang obat-obatnya larut dalam air. Selain itu
tidak menganggu penglihatan ketika digunakan (AMA Drugs : 1624)
Kerugian
Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif singkat antara obat dan
permukaan yang terabsorsi. (RPS 18 th : 1585)
2 . 3 Persyaratan
Persayaratan obat tetes mata harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1 . Steril
Farmakope moderenmensyaratkan sterilitas kuman bagi optimika (angka kuman harus = 0).
Pembuatan tetes mata pada dasarnya dilakukan pada kondisi kerja aseptik.
2. Kerjenihan
Persyaratan larutan bebas partikel bertujuan menghindari ransangan akibat adanya bahan padat.
Fitrasi dengan kertas saring atau kain wol tidak dapat menghasilkan larutan bebas partikel melayang.
Oleh karena itu , sebagai material penyaring kita mengunakan leburan gelas. Misalnya, jeanaer fritten
berkuran poro G3-G5.
3. Pengawetan (antimicrobial preservative)
Bahan pengawet yang digunakan adalah thiomersal 0,002% fenilmuerkuri 0,002%, garam alkonium
dan garam banzalkonium 0,002%-0,001% dalam kombinasinya dengan natrium edetat 0,01%, lalu
yang lainya adalah klorheksidain 0,005-0,01%, klorbutanol 0,5% dan benzillalalkohol 0,5%-1%.
Tabel 2.1 Obat tetes mata menggunakan antimicrobial preservative
Benzalkonium
cholida 0,01%
Chlorhexidine acetat
0,01%
Phenylmercuric
nitrate 0,002%
Atrapon sulfat
Gorbechol
Gycolopentolate
Homatropine
Hyoscine
Hypromellose
Phenylephrine
Physostigmine
Pilocarpine
Prednisolone
Cocaine
Cocain dan homatropine
Tetracaine
Ghloramphenicol
Fluorescein
Hydrocortisone dan
neomycin
Lochesine
Neomicin
Sulfacetaminde
Zinc sulphate
Zinc sulfat dan
adrenalin
Epineprin
4. Tonissitas
Karena kandungan elektrolit dan koloid di dalamnya, cairan air mata memiliki tekanan osmotik, yang
nilainya sama dengan darah cairan jaringan.besarnya adalah 0,065-0,8 M pa (6,5-8 atmosfir),
penurunan titik bekunya terhadap air 0,520K atau kosentrasinya sesuai dengan larutan natrium klorida
0,9% dalam air. Larutan hipertonis relatif lebih dapat diterima daripada hipotonis. Larutan yang
digunakan pada mata luka atau yang telah dioprasi mengunakan larutan isotonis. Pada larutan yang
mengandung perak, kita memakai garam nitrat 1,2-1,6%.
5. Stabilitas (Pendapar, Vikositas, dan Aktivitas`Permukaan)
a. Pendapar
Harga pH mata sama dengan darah, yaitu 7,4. Pada pemakaian tetesan bias, larutan yang nyaris tanpa
rasa nyeri adalah larutan dengan pH 7,3-9,7. Namun, ph 5,5-11,4 masih dapat diterima. Pengaturan ph
sangat berguna untuk mencapai rasa bebas nyeri, meskipun kita sangat sulit merealisasikanya.
Misal: gara alkaloid yang umunya dipakai sebagai tetes mata memiliki stablitas maksimal pada ph 2-4
yang jelas sangat tidak fisiologis. Dengan demikian, kita perlu menaikan pH-nya untuk menunjukkan
peningkatan keseimbangan fisiologis, larutan dibangan dilakkan dengan larutan isotonis.
Larutan dapar berikut digunakan secara internasionak:
Dapar natrium asetat-Asam borat, kapasitasnya tinggi di daerah asam.
Dapar pospha, kapasitanya tinggi di daerah alkalis
Jika harga ph yang ditetapkan atas dasar stabilitas berada di luar daerah yang dapat diterima secara
fisiologis, maka kita wajib menambahkan larutan dapar dan melakukan pengaturan pH melalui
penambahan asam atau basah.
b. Vikositas dan aktivitas permukaan
Tetes mata dalam air mempuyai kekurangan karena dapat ditekan keluar dari saluran konjungtiva oleh
gerakan pelupuk mata. Namun, melalui peningkatan vikositas tetes mata dapat mencapai distribusi
bahan aktif yang lebih baik dalam cairan dan waktu kontak yang lebih panjang. Sebagai peningkatan
vikositas, kita memakai metilselulosa dan polivinilpolidon (PVP) dan dan sangat disarankan
menggunakan polivinilpolidon (PVP) 1-2%. Vikositas sebaiknya tidak melampaui 49-50 mpa detik
(40- 50 cP) sebab jika tidak, maka akan terjadi penyumbatan saluran air mata. Kita memakai larutan
dengan harga vikositas 5-15 mPa detik (5-15 cp). Apabila zat pada sulit larut, maka kita dapat
menambahkan khorida atau benzalkonium bromida.
2.4 Sterilisasi
Sterilisasi yaitu suatu proses atau kegiatan membebaskan bahan atau benda dari semua bentuk
kehidupan. Sterilisasi juga dapat diartikan sebagai proses untuk membunuh semua jasad renik yang
ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat
berkembang.
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.
Sterilisasi mekanik dilakukan secara filtrasi, sterilisasi fisik dilakukan dengan pemanasan dan
penyinaran, dan untuk sterilisasi kimiawi dapat dilakukan menggunakan senyawa disinfektan.
1. Sterilisasi Mekanik
Sterilisasi mekanik, biasa dilakukan dengan filtrasi. Filtrasi disini menggunakan suatu saringan
yang berpori kecil sehingga mikroba dapat tertahan pada saringan tersebut. Ukuran nominal pori
penyaring 0,2 μm atau kurang dan penyaring dibuat dari berbagai jenis bahan seperti selulosa asetat,
selulosa nitrat, florokarbonat, polimer akrilik, polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil, nilon,
politef, dan berbagai tipe bahan lain termasuk memban logam.
2. Sterilisasi Fisik
Pada sterilisasi fisik dapat dilakukan dengan 2 sistem, yaitu system pemanasan dan penyinaran.
System pemanasan sendiri terdiri dari 4 macam, yaitu:
a. Pemijaran (dengan api langsung)
Membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b. Panas kering
Sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari
kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
Prosedur Sterilisasi Panas Kering dengan Oven adalah sebagai berikut:
1) Membuka tutup oven dan masukkan peralatan dari gelas yang sudah dibungkus ke dalam oven.
2) Menutup oven dan mengatur pengontrol suhu pada angka 160-180C selama 1-2 jam.
c. Uap air panas
Konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini
supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Sterilisasi panas dengan Tekanan atau Sterilisasi Uap (Autoklaf)
Pada saat melakukan sterilisasi uap, kita sebenarnya memaparkan uap jenuh pada tekanan tertentu
selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi pelepasan energi laten uap yang
mengakibatkan pembunuhan mikroganisme secara ireversibel akibat denaturasi atau koagulasi sel.
Sterilisasi demikian merupakan metode yang paling efektif dan ideal karena:
1. Uap merupakan pembawa (carrier) energi termal paling efektif dan semua lapisan pelindung luar
mikroganisme dapat dilunakan, sehingga terjadinya koagulasi.
2. Bersifat notoksik, mudah diperoleh, dan relatif mudah dikontrol.
Suhu jenuh uap air (1000C) pada tekanan 1 atmosfir teryata masih kurang dalam membunuh kuman
yang resisten. Oleh karena itu, kita harus mengupayakan agar suhu jenuh uap ditingkatkan dengan cara
meningkatkan tekanannya. Kemudian, kita dapat melakukannya dalam wadah tertutup rapat agar dapat
tercapai suhu sterilisasi, yaitu 1210C atau lebih. Uap jenuh tidak dapat berkurang suhunya tanpa
menurunkan tekanannya dan sebaliknya. Dengan demikian, apabila salah satu parameter yang lain pasti
diketahui pula. Pada praktinya, saat uap memasuki chamber mesin sterilisasi, kondisi uap harus dalam
keadaan baik.
Sterilisasi demikian bisa digunakan untuk mensterilisasikan:
Sedian injeksi dan suspensi : 1210C 15 menit
Baju operasi : 1340C 3 menit
Plastik dan karet : disterilkan terpisah dari kontainer
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi uap adalah:
a. Waktu
Apabila mikroorganisme dalam jumlah besar dipaparkan terhadap uap jenuh pada suhu yang konstan,
maka semua mikroorganisme tidak akan terbenuh pada saat bersamaan. Jumlah mikroganisme yang
bertahan hidup dapat diplot terhadap waktu pemaparan dan akan menghasilkan kurva survivor
(survivor curve). Terminilogi D-value digunakan untuk mendeskripsikan waktu yang diperlukan untuk
membunuh 90% mikroorganisme yang ada. Setiap mikroorganisme akan mempuyai D-value yang
berbeda dan tentunya D-value akan bergantung pada suhu.
Pengujian daya bunuh mesin sterilisasi biasa menggunakan bacillus stearothermophilus karena jenis
mikroganisme ini paling resisten terhadap proses 6 nilai D-value untuk bacillus stearothermophillus
sudah menjamin keamanan proses sterilisasi uap. Pada D-value pertama, jumlah mikroganisme yang
terbunuh adalah 905, pada nilai D-value kedua jumlah mikroganisme yang terbunuh menjadi 99,95,
dan seterusnya hingga pada nilai D-value keenam jumlah mikroganisme yang terbunuh menjadi
99,9999%.
b. Suhu
Peningkatan suhu akan menurunkan waktu proses sterilisasi secara dramatis. Sebagai gambaran , waktu
yang diperlukan untuk membunuh satu juta B.stearothermophillus pada suhu 115,60C adalah 42,6
menit, tetapi dengan menaikan suhu sampai 140,60C waktu yang dibutuhkan hanya 8 detik. Namun, hal
ini tentu terjadi pada kondisi uap jenuh, sedangkan pada kondisi uap tidak jenuh mikroorganisme
mungkin tidak akan terbunuh secara sempurna, walaupun suhu sterilisasi dinaikan.
Hubungan antara waktu dan suhu dalam proses sterilisasi menurut rumus sebagai berikut:
F = t1
c. Kelembapan
Efek penambahan daya bunuh pada sterilisasi uap disebabkan kelembaban akan menurunkan suhu yang
diperlukan agar terjadidenaturasi dan koagulasi protein. Di lain pihak, pada sistem panas kering
mikroorganisme akan terhidrasi terlebih dahulu baru kemudian suhu akan naik agar terjadi denaturasi
protein seluler. Adanya cairan dalam uap mengindikasikan istilah kualitas uap. Untuk proses sterilisasi
uap berada 97%, maka dianggap uap tidak jenuh, sehingga daya bunuh mikroorganisme akan kurang.
3. Sterilisasi Kimia
Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa disinfektan. Senyawa disinfektan yang
biasa digunakan yaitu alcohol. Salah satu kegunaan dari alcohol ini adalah untuk sterlisasi area tempat
kerja, adapun proses penggunaannya adalah sebagai berikut:
1) Memasukkan larutan alkohol dengan kadar 70% ke dalam botol semprot.
Sterilisasi dengan bahan kimia digunakan alkohol 70 %. Menurut Gupte (1990), etil alkohol sangan
efektif pada kadar 70 % daripada 100 % dan ini tidak membunuh spora. Sterilisasi dengan alkohol
dilakukan pada proses pembuatan kultur stok dan teknik isolasi. Alkohol 70 % disemprotkan pada
tangan praktikan dan alat-alat seperti makropipet dan mikropipet. Menurut Volk dan Wheeler (1988),
alkohol bila digunakan pada kulit kontaknya terlalu pendek untuk menimbulkan banyak efek germisida
dan alkohol segera menguap karena sifatnya mudah menguap. Namun alkohol dapat menyingkirkan
minyak, partikel debu, dan bakteri. Menurut Gupte (1990), alkohol 70 % dapat menyebabkan
denaturasi protein dan koagulaasi.
2) Menyemprot udara di sekitar area kerja dengan alkohol tersebut.
3) Menyemprot meja kerja dengan alkohol dan ratakan dengan kertas tissue.
4) Menyemprot juga tangan kita agar steril.
5) Meletakkan alat-alat yang akan digunakan pada meja kerja.
2.5 Perhitungan
Perhitungan yang di maksud disini adalah tonisitas dan kapasitas dapar karena dalam suatu larutan tetes
mata tidak akan lepas dari perhitungan ini.
2.5.1 . Tonisitas
a. metode turunab titik beku
Turunya titik beku serum darah atau cairan lakrimal sebesar-0,520C yang setaradengan 0,9% NaCl.
Makin besar kosentrasi zat terlarut makin besar turunya titik beku.
METODE I (BPC) :
W = Jumlah (g) bahan pembantu isotoni dalam 100 ml larutan
A = Turunnya titik beku air akibat zat terlarut, dihitung dengan
memperbanyak nilai untuk larutan 1% b/v
b = Turunya titik beku air yang dihasilkanoleh 1% b/v bahan pembantu isotoni jika kosentrasi tidak
dinyatakan, a=0 (titik ditambahkan pengisotonis)
METODE II :
Keterangan :
Tb = turunya titik beku larutan terhadap pelarut murninya
K = turunya titik beku pelarut dalam MOLAR (konstanta Kryoskopik air = 1,86 yang menunjukan
turunya titik beku 1 mol zat terlarut dalam 1000 g cairan)
m = zat yang ditimbang (g)
n = jumlah ion
M = berta molekul zat terlarut
L = massa pelarut (g)
b. ekivelensi NaCl
Didefinisikan sebagai suatu faktor yang dikonversikan terhadap sejumlah tertentu zat terlarut
terhadap jumlah NaCl yang memberikan efek osmotik yang sama. Misalnya ekivalensi NaCl asam
borat 0,55 berati 1 g asam borat di dalam larutan memberikan jumlah partikel yang sama dengan 0,55g
NaCl.
METODE WELLS:
Keterrangan :
L = turunnya titik beku MOLOL
I = turunnya titik beku akibat zat terlarut (0C)
C = kosentrasi molal zat terlarut
Oleh karena itu zat aktif dengan tipe ionik yang sama dapat menyebabkan turunya titik beku molal
yang sama besar, maka Wells mengatsinya dengan menggolongkan zat-zat tersebut menjadi beberapa
kelompok sesuai dengan jumlah ion yang dihasilkan. Lihat tabel III di repetitorium teknologi sediaan
steril, hal. 15.
c. metode Liso (Dikta Kuliah Steril, 166)
Rumus ∆Tf = Lisox
d. Metode White –Vincent (Diklat kuliah steril hal, 167)
Tonisitas yang diinginkan ditentukan dengan penambahan air pada sediaan parenteral agar isotonis.
Rumus yang dipakai :
V = w x E x 111,1
Dengan V = ekivelensi naCl
w = berat dalam garam
E = ekivalensi NaCl
Contoh
R/ Phenacaine hidroklorida 0,006 gr
Asam borat 0,30 gr
Aqua bidestilata steril ad 100 ml
Maka : v = ((0,06 x 0,20) + (0.3 x 0,050)) x 111,1 ml = 18 ml
Jadi obat dicampur dengan air sampai 18 ml. Lalu tambah pelarut isotonis sampai 100 ml.
e. Metode Sprowls (Dikta kuliah steril)
Menurut modifikasi dari metode White dan vincet, dimana w dibuat tetap 0,3 gram, jadi V = E x
33,33 ml
2.5.2 Kapasitas dapar
Kapasitas dapar adalah kemampuan tidak berubahnya pH dengan penambahan sedikit asam atau
sedikit basah.
Rumus : β = = 2,303 C
Β = kapasitas dapar
αB = perubahan kosentrasi asam atau basah
αpH = perubahan ph
C = kosentrasi molar larutan dapar
Ka = konstanta disosiasi larutan dapar
Kapasitas dapar dapat dihitung dengan pesamaan Henderson-hasselbach
2.6 Glukoma
Glaukoma adalah penyakit pada saraf utama mata, yang disebut saraf optik. Saraf optik menerima
impuls saraf dari retina dan memancarkannya ke otak, di mana kita mengubah sinyal-sinyal listrik itu
sebagai gambar. Glaukoma ditandai oleh kerusakan progresif pada saraf optik yang umumnya dimulai
dengan kehilangan penglihatan samping halus (peripheral vision). Jika glaukoma tidak didiagnosis dan
diobati maka dapat berkembang menjadi kehilangan penglihatan sentral dan kebutaan.
Glaukoma tetapi tidak selalu, berhubungan dengan tekanan tinggi di mata (tekanan intraokuler). Secara
umum, tekanan mata tinggi ini mengarah ke kerusakan saraf mata (saraf optik). Dalam beberapa kasus,
glaukoma dapat terjadi pada tekanan mata normal namun ada gangguan pengaturan aliran darah ke
saraf optik.
Belum ada obat untuk glaukoma. Namun, obat atau operasi dapat memperlambat atau mencegah
perkembangan kehilangan penglihatan. Pengobatan yang tepat tergantung pada jenis glaukoma dan
faktor-faktor lainnya. Deteksi dini sangat penting untuk menghentikan perkembangan penyakit ini.
( http://kamuskesehatan.com/arti/glaukoma/)
2.7 Patofisiologi Glukoma
Peningkatan tekanan di dalam mata (intraocular pressure) adalah salah satu penyebabterjadinya
kerusakan saraf mata (nervus opticus) dan menunjukkan adanya gangguan dengancairan di dalam mata
yang terlalu berlebih. Ini bisa disebabkan oleh mata yang memproduksicairan terlalu berlebih, cairan
tidak mengalir sebagaimana mestinya melalui fasilitas yang adauntuk keluar dari mata (jaringan
trabecular meshwork) atau sudut yang terbentuk antarakornea dan iris dangkal atau tertutup sehingga
menyumbat/ memblok pengaliran dari pada cairan mata.
Gambar patofisiologi glukoma
Diposkan oleh Moch kharis Suhud di 21.42
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Kharis Perak
Buat Lencana Anda
Media konsultasi
Arsip Blog
► 2014 (2)
► 2013 (3)
▼ 2012 (3)
o ▼ Desember (1)
OTM Pilokarpin HCl (bagian 1)
o ► Mei (1)
o ► Januari (1)
► 2011 (7)
Template Awesome Inc.. Gambar template oleh kcline. Diberdayakan oleh Blogger.
Apr
10
penggolongan obat dan nama obat
Penggolongan dan Nama Obat
No Golongan Obat Jenis Obat Nama Generik Nama Dagang
1 ANALGETIK (Antinyeri) Narkotik Fentanil
Morfin
Pethidine
Tramadol HCl
Kodein
Non Narkotik Acetosal
Ibuprofen
Natrium diklofenak
Parasetamol
Asam mefenamat
Metampiron
Antipirai Allopurinol
Antipirai (NSAID) Meloksikam
Ketoprofen
Piroksikam
Ketorolac
Kolkisin
Indometasin
Fenilbutazon
2 Antiemetik (Antimual/muntah) Dimenhidrinat
Metoklopramid
Domperidon
Ondansetron
3 Anestesi Anestesi lokal Bupivikain
Lidokain
Anestetik umum&
Oksigen
Ketamin
Tiopental
Midazolam
4 Antiepilepsi Mg Sulfat
Diazepam
Fenitoin
Phenobarbital
Karbamazepin
Asam Valproat
5 AntiParkinson Triheksifenidil
Levodopa + Karbidopa
Benserazid + levodopa
Bromokriptin
6 Psikofarmaka Antiansietas & anti
insomnia
Diazepam
Alprazolam
Antidepresi & anti mania Amitriptilin
Fluoksetin
Imipramin
Sertralin
Antipsikosis Flufenasin
Haloperidol
Klorpromazin
Risperidon
Klozapin
Piracetam
7 Kortikosteroid Hidrokortison
Metil Prednisolon
Prednison
Triamsinolon
8 Vitamin Vit A
Vit B1
Vit B6
Vit C
Vit E
Calcitrol
Ca Laktat
Sianokobalamin
Ca karbonat
9 Batuk Antitusif (batuk kering) Dextrometorfan (DMP)
Ekspektoran Gliseril guaiakolat
(GG)
Ambroxol
Bromhekin
10 Antasida dan antiulkus Antagonis reseptor H2 Ranitidin
Simetidin
Antihiperasiditas Magnesium Hidroksida
Alumunium Hidroksida
Ca Karbonat
Antasida
PPI Omeprazol
Lansoprazol
sukralfat Sukralfat
11 Laksativ (pencahar) Bisakodil
Gliserin
Laktulosa
12 Antispasmodik Atropin
Ekstrak Belladon
13 Larutan elektrolit Oral Na bikarbonat
Oralit
Parenteral Ca glukonat
Larutan KCl
Na bikarbonat
Dextrosa
14 Antidiare Kaolin dan pektin
Loperamid Hcl
Attapulgit
15 Antidot/obat lain utk keracunan Khusus Nalokson
Protamin sulfat
Deferoksamin
Kalsium folinat
Metil tionin klorida
(biru metilen)
Natrium tiosulfat
Umum Mg Sulfat
Karbon Aktif
16 Antialergi Cetirizin
Loratadin
Klorfeniramin
Difenhidramin
Ketotifen
17 Diuretik Furosemida
Manitol
Spironolakton
HCT
18 Kardiovaskuler AntiHiperlipidemia Simvastatin
Fenofibrat
Antihipertensi Nifedipin
Amlodipin
Valsartan
Losartan
Nicardipin
reserpin
Antiaritmia Propanolol
Verapamil
Digoksin
Amiodaron
19 Kulit Anti acne Asam Retinoat
Anti fungi Mikonazol
20 Mata Miotik & anti glaukoma Asetazolamid
Pilokarpin
Timolol
21 Antidiabetes Glibenklamid
Metformin
Acarbose
Pioglitazon
Insulin
22 Produk darah dan pengganti
plasma
Dekstran 70
HES
Pengganti plasma
DOEN
Diposkan 10th April 2013 oleh abia agung chandra
Lihat komentar
ILMU dan pengetahuan
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
May
13
DAFTAR DM (DOSIS MAKSIMAL) farmakope indonesia
Inilah Daftar Dosis Maksimal menurut Farmakope Indonesia (FI)
NAMA ZAT PER 1 X (mg) 1 H (mg) SUMBER
Acetarsolum oral 250 1000 EFI
Acidum Acetylsalicylicum oral 1000 8000 FI 3
Acidum Acetylsalicylicum rektal 1000 8000 FI 3
Acidum Aethacrynicum oral 400 EFI
Acidum Nicotinicum oral 200 800 FI 3
Aconiti tct oral 250 750 FI 1 vol 1
Aethinylestradiol oral 0,3 0,3 FI 3
Aethylmorphin HCl oral 30 100 FI 3
Allobarbital oral 300 600 EFI
Aloe oral 300 1000 EFI
Aloe ext oral 200 600 EFI
Aloes aquosum ext oral 1500 FI 1 vol 1
Amidopyrin oral 1000 3000 FI 1 vol 1
Aminophenazon oral 500 1500 FI 2
Aminophyllinum oral, rektal 500 1500 FI 3
Amitripthylini HCl oral 30 300 FI 3
Ammonii Bromidum oral 1000 3000 FI 3
Ammonii Chloridum oral 10000 FI 3
Amobarbital oral 500 1000 EFI
Amobarbital Na sk, iv, im,
rektal
250 750 EFI
Amphetamini sulfat oral 20 40 FI 3
Ampicillinum oral 4000 FI 3
Ampicillinum trihydras oral 4000 FI 3
Amylis Nitris inhalasi 200 1000 EFI
Antimonii Kalii Tartras oral 100 300 EFI
Antipyrin oral 1000 3000 FI 1 vol 1
Antipyrin cum Coffein et
Ac.Citric
oral 1000 3000 FI 1 vol 1
Antipyrin salicylas oral 2000 6000 FI 1 vol 1
Apomorphini HCl oral FI 3
Aprobarbital oral 300 600 EFI
Aqua Laurocerasi
artificialis
oral 2000 10000 FI 1 vol 1
Arseni trioksid oral 5 15 EFI
Atropini sulfat oral, sk 1 3 FI 3
Barbitalum oral 1000 1000 FI 3
Barbitalum Natricum oral, im 1000 1000 FI 3
Belladon tct oral 2000 4000 FI 3
Belladonnae ext oral 20 80 FI 3
Belladonnae Herba oral 250 500 FI 3
Benzhexolii HCl oral 15 EFI
Betamethason oral 8,4 EFI
Biperiden lactas im 8 EFI
Bisacodyl oral 30 FI 3
Bromevalum oral 1500 3000 FI 2
Bromisovalum oral 1500 3000 FI 1 vol 1
Bromoform oral 500 1500 FI 1 vol 1
Buformini HCl oral 300 FI 2
Busulphan oral 6 6 EFI
Butobarbital oral 300 600 EFI
Calcii Bromidum oral 1250 3750 EFI
Calcii Chloridum oral 2000 8000 FI 3
Calcii Lactas oral 15000 FI 3
Calcii pantothenat oral 50 EFI
Camphora monobromata oral 250 1000 FI 1 vol 1
Cantharis oral 25 100 EFI
Carbachol oral 4 6 EFI
Carbachol sk 0,5 1 EFI
Carbamazepin oral 1200 FI 3
Carbarzonum oral 250 500 FI 3
Carbinoxamin maleat oral 8 EFI
Carbromalum oral 1000 3000 EFI
Carcacholum oral 4 FI 1 vol 1
Carcacholum sk 0,5 FI 1 vol 1
Cephalexin oral 1000 4000 FI 3
Chloral hydrat oral, rektal 2000 8000 FI 3
Chlordiazepoxide oral 100 FI 3
Chlordiazepoxide HCl oral 100 FI 3
Chlorotrianisenum oral 50 EFI
Chlorpheniramin maleat oral 40 FI 3
Chlorpromazin HCl oral 250 1000 FI 3
Chlorpropamidum oral 750 FI 3
Cocain HCl oral 60 300 FI 2
Cochici tct oral 1000 5000 FI 1 vol 1
Codein HCl oral 60 300 FI 3
Codein phosphas oral 60 300 FI 3
Codeinum oral 90 270 FI 1 vol 1
Coffein oral 500 1500 FI 3
Coffein citras oral 1000 3000 FI 3
Coffein natrii benzoat oral, sk 1000 3000 EFI
Coffein natrii salicylat oral, sk 1000 3000 EFI
Colchicinum oral 2 6 FI 1 vol 2
Colocynthidis ext oral 150 FI 1 vol 1
Cortison asetat oral 150 400 FI 3
Cotarnin Chloridum oral 100 300 FI 1 vol 1
Cyclobarbital oral 500 1000 FI 1 vol 1
Cyproheptadin HCl oral 20 FI 3
Dapson oral 400 seminggu 2x FI 3
Dexamethason natrii
phosphas
im, iv 50 EFI
Dexamphetamin sulfat oral 20 40 FI 3
Dextromoramid tartras oral, im,
rektal
20 20 EFI
Dextromoramin bitartras oral, im,
rektal
20 20 FI 2
Dextropropoxyphen HCl oral 300 EFI
Diaethylstilboestrolum oral 25 FI 3
Diazepam oral 40 FI 3
Dichlorophenamid oral 300 EFI
Dicyclomin HCl oral 30 120 FI 3
Dienestrolum oral 1500 EFI
Digitalis Folium oral 1000 FI 3
Digitalis injectio oral 5 ml 5 ml FI 1 vol 1
Digitalis sol oral 3000 10000 FI 1 vol 1
Digitalis Tct oral 6000 FI 3
Digitoxin oral 0,5 1 FI 3
Digoxin oral 1,5 2 FI 3
Dihydralazin sulfas oral 300 FI 2
Diiodohydroxyquinolinum oral 1000 2000 FI 3
Dimercaprolum im 300 1500 FI 1 vol 2
Diphenhidramin HCl oral 100 250 FI 3
Diphenhidramin teoclas oral 100 250 FI 3
Doxycyclin oral 100 600 FI 3
Doxycyclin HCl oral 100 600 FI 3
Emetin HCl sk 100 100 FI 2
Ephedrin oral 40 120 EFI
Ephedrin HCl oral 50 150 FI 3
Ephedrin sulfas oral 50 150 EFI
Ephedrin sulfas sk 40 120 EFI
Epinephrin sk 1 4 FI 1 vol 1
Epinephrin bitartras sublingual 1 5 EFI
Ergometrin Maleat oral 1 3 FI 3
Ergometrin Maleat im, iv 0,5 1,5 FI 2
Ergometrin Maleat sk 0,5 1,5 FI 2
Ergotamin tartras oral 2 6 FI 3
Erophonii Chloridum iv 30 30 EFI
Erythromycin oral 500 4000 FI 3
Erythromycin stearat oral 0,5 FI 3
Fibrinogen oral 8000 EFI
Filicis aethereum ext oral 8000 8000 FI 1 vol 1
Flourouracilum iv 1000 EFI
Fluphenazin HCl oral 0,5 6 FI 3
Glycerilis trinitras oral 0,25 1 FI 1 vol 2
Glycerylis trinitratis sol sublingual 2 20 FI 3
Griseovulvin oral 1000 FI 3
Haloperidol oral 15 EFI
Heptobarbital oral 500 1000 FI 1 vol 1
Hexamin oral 1000 4000 FI 3
Hexamin maleat oral 1000 4000 EFI
Hexobarbital oral 2000 FI 1 vol 1
Hexylresorcinol oral 1000 1000 EFI
Histamin phosphas sk 1 2 EFI
Homatropin HCl oral 1 3 FI 3
Hydralazin HCl oral 200 FI 3
Hydrargyri Chloridum ophtalmic <> FI 1 vol 1
Hydrargyri Iodidum rubrum oral 5 20 FI 1 vol 1
Hydrastidis ext oral 1000 4000 FI 1 vol 1
Hydrochlorthiazid oral 100 200 FI 3
Hydrocodoni bitartras oral 20 60 EFI
Hydrocodoni bitartras sk 15 45 EFI
Hydrocodoni HCl sk 15 45 FI 1 vol 1
Hydrocortison oral 100 200 FI 2
Hydrocortison acetas intraartikuler 100 200 FI 3
Hydromorphin HCl oral, sk 5 15 FI 3
Hyoscyami Ext oral 125 500 FI 3
Hyoscyami Herba oral 400 1200 FI 3
Hyoscyni HBr oral 1 3 EFI
Hyoscyni HBr sk 0,5 1 EFI
Hyoscyni KBr oral 1 3 FI 3
Hyoscyni KBr sk 0,5 1 FI 3
Hyoscyni Methylbromid oral 5 15 EFI
Imipramin HCl oral 300 FI 3
Indomethacin oral 200 FI 3
Ipecacuanhae Tct oral 25000 25000 FI 1 vol 2
Ipececuanhae Pulv/Radix oral 2000 2000 FI 3
Isoniazid oral 500 10/kg FI 3
Isoprenalin HCl oral 15 60 FI 3
Isoprenalin HCl sublingual 15 60 FI 3
Isoprenalin HCl inhalasi 10 30 FI 3
Isoprenalin sulfat oral, 15 60 EFI
Isoprenalin sulfat sublingual 15 60 EFI
Isoprenalin sulfat inhalasi 15 60 EFI
Kalii Arsenitis sol oral 100 500 EFI
Kalii benzylpenicillin oral 2 juta UI FI 3
Kalii Bromidum oral 2000 6000 FI 2
Kalii Iodidum oral 2000 6000 FI 2
Kalii sulfaguaiacolat oral 1000 3000 FI 3
Kreosot oral 500 1500 FI 1 vol 1
Kreosot Karbonas oral 1000 3000 FI 1 vol 1
Lanatosid C oral 1 1 FI 1 vol 2
Levodopa oral 8000 FI 3
Levomepromazin oral, rektal 800 FI 2
Lobelin HCl sk 20 50 EFI
Lobelin HCl iv 6 20 EFI
Menadion oral 2 10 FI 1 vol 2
Mepacrin HCl oral 200 1000 EFI
Mepenzolii Bromidum oral 50 EFI
Meprobamatum oral 800 2400 FI 3
Mepyrami maleat oral 50 200 FI 3
Mersalyl im 200 200 EFI
Methadon HCl oral 15 45 FI 3
Methanthelini Bromidum oral 100 EFI
Methimazol oral 60 EFI
Methotrexatum oral, im, iv 10 FI 3
Methylamphetamin HCl oral 20 40 FI 2
Methylphenobarbital oral 500 1000 FI 1 vol 1
Methylthiouracilum oral 200 600 EFI
Metoilasin HCl oral 8 32 FI 3
Minocyclin Hcl oral 300 FI 3
Morphin HCl oral, sk 20 50 FI 3
Morphin sulfat oral 20 50 FI 1 vol 2
Nalorphin HCl oral FI 3
Naphtolum obat luar 500 1000 FI 1 vol 1
Natrii Arsenas oral 10 30 FI 1 vol 1
Natrii Bromidum oral 2000 6000 FI 3
Natrii Cacodylas oral, sk 100 200 FI 1 vol 1
Natrii Citrat iv 80/kg FI 3
Natrii Cloxacilin oral, im, iv 6000 EFI
Natrii Dioctysulfasuccinat oral 500 FI 3
Natrii Iodidum oral 2000 6000 EFI
Natrii Levothyroxin oral 1 ml FI 3
Natrii Methicillin im 8000 EFI
Natrii Methicillin iv 16000 EFI
Natrii Methylarsonas oral, sk 100 200 EFI
Natrii Nafcillin oral, im, iv 1500 6000 EFI
Natrii Oxacillin oral, im, iv 3000 12000 EFI
Natrii Paraminosalicylat oral 15000 FI 3
Natrii Salicylat oral 2000 18000 FI 3
Natrii Sulfobromphtalein iv 2/kg 5/kg FI 3
Neoarsphenamin iv 900 900 EFI
Neoarsphenazin iv 500 500 FI 1 vol 1
Neomycin sulfat im 5/kg 15/kg FI 3
Neomycin sulfat iv 15/kg 30/kg FI 3
Neostigmin Bromidum oral 30 90 FI 3
Neostigmin Methylsulfa iv 5 FI 3
Neostigmin Methylsulfa im, sk 5 FI 3
Nicethamid oral, sk, im,
iv
500 2000 FI 3
Nicotinamid oral 500 1000 FI 3
Nitrofurantoin oral 300 600 FI 3
Nitroglycerin Spirituosa sol oromucosal 100 1000 FI 1 vol 1
Noraethysteron oral 40 FI 3
Noscapinum oral 60 250 EFI
Oleum Chenopodii oral 500 1500 FI 1 vol 1
Opialum oral 45 150 FI 1 vol 1
Opialum sk 30 150 FI 1 vol 1
Opii aquosum ext oral 100 300 FI 1 vol 1
Opii ext oral 100 250 FI 3
Opii pulv oral 200 500 FI 3
Opii Pulvis Compositum oral 1500 5000 FI 3
Opii tct oral 1500 5000 FI 3
Opii Tct Aromatica oral 2000 5000 FI 3
Opium oral 150 500 FI 3
Opium Concentratum oral 45 150 FI 1 vol 1
Opium Concentratum sk 30 150 FI 1 vol 1
Ouabain ?? iv 0,5 1 EFI
Oxyphenisatin acetas oral 25 50 EFI
Papaverin Hcl oral 200 600 FI 3
Pentetrazolum sk, im, iv 200 500 FI 3
Pentobarbital oral, iv 500 1000 EFI
Petidin HCl oral 200 600 FI 3
Petidin HCl sk, im 200 600 FI 3
Petidin HCl rektal 200 600 FI 3
Phenacetin oral 500 1500 FI 3
Phenazon oral 1000 4000 FI 2
Phenobarbital oral 300 600 FI 3
Phenobarbital Na oral 300 600 FI 3
Phenol oral 100 300 FI 1 vol 2
Phenoxymethylpenicillin oral 500 1500 EFI
Phenyl salicylas oral 1000 5000 EFI
Phenylbutazon oral 200 600 FI 3
Phenylephrin HCl sk 10 FI 3
Phenylephrin HCl oral 25 75 EFI
Phenylephrin HCl iv 0,5 EFI
Phenytoin oral 400 800 FI 3
Phenytoin Na oral 400 800 FI 3
Phenytoin Na iv 50 800 FI 3
Pholcodin oral, rektal 60 120 EFI
Physostigmin salicylas oral 1 3 FI 3
Physostigmin sulfat oral 2,5 FI 1 vol 2
Picrotoxin iv 3 6 EFI
Pilocarpin HCl oral 20 50 FI 3
Pilocarpin Nitras lokal 20 50 EFI
Pilocarpin Nitrat oral 20 50 FI 3
Piperazin adipas oral 4500 4500 EFI
Piperazin phospat oral 4500 4500 EFI
Pituitari posterius oral 20 60 EFI
Podophylli resina oral 50 100 EFI
Podophylli rhizoma oral 1250 2500 EFI
Prednisolon asetas oral 100 EFI
Prednisolon Natrii phospat im, iv 100 EFI
Prednisolon pivalas intraartikuler 100 EFI
Prednison asetas oral 100 EFI
Primaquin diphosphas oral 30 50 FI 3
Primidonum oral 30 50 FI 3
Procain benzilpenicillin im 300.000-1.200.000 UI FI 3
Procain HCl sk 250 250 FI 1 vol 1
Procain HCl intrathecal 150 150 FI 1 vol 1
Procain HCl anestesi
infiltrasi
500 500 FI 1 vol 1
Promethazin HCl oral 50 150 FI 3
Promethazin HCl im, iv 50 150 FI 3
Promethazin Teoclas oral 50 150 EFI
Propanolol HCl oral 320 FI 3
Propanthelin Bromidum oral 30 150 EFI
Propoxyphen HCl oral 520 FI 3
Propylthiouracilum oral 250 600 FI 3
Pulv Bellad Herba standard oral 150 500 FI 1 vol 2
Pulv Hyoscyami Herba 0,05
%
oral 500 1500 FI 1 vol 2
Pulv Stramonii Herba 0,25
%
oral 250 1000 FI 1 vol 2
Pulv Strychni Seminis
standard
oral 100 300 FI 1 vol 2
Pyridostigmin Bromidum oral 180 450 FI 3
Quinidin HCl oral 500 2000 FI 2
Quinidin sulfat oral 1000 3000 FI 3
Quinin bisulfat oral 500 2000 EFI
Quinin HCl oral 500 2000 FI 3
Quinin sulfat oral 500 2000 FI 3
Quiniophon oral 750 EFI
Reserpin oral 1 5 FI 3
Salicylamid oral 1000 8000 FI 3
Santonin oral 100 300 FI 2
Secale Cornuti tct oral 10000 30000 FI 1 vol 1
Secale Cornutum oral 1000 3000 FI 1 vol 1
Secale Cornutum
desoleatum
oral 650 2000 FI 1 vol 1
Secalis cornuti ext oral 1000 3000 FI 3
Secalis cornuti pulv oral 650 2000 FI 3
Spironolakton oral 50 400 FI 3
Stibii et Natrii tartras iv 120 200 FI 1 vol 2
Stramonii pulvis oral 250 1000 EFI
Strophanti tct oral 500 1500 FI 1 vol 2
Strychni ext oral 50 100 FI 1 vol 1
Strychni tct oral 4000 8000 FI 1 vol 1
Strychnin nitrat oral, sk 5 10 FI 3
Sulfadiazin oral 2000 8000 FI 3
Sulfarsphenamin im 500 500 FI 1 vol 1
Teobromin oral 1000 4000 EFI
Teobromin Na et
Na.Salicylas
oral 2000 4000 FI 1 vol 1
Tetrachloramethylen oral 5000 5000 EFI
Theophyllin oral, rektal 500 1000 FI 3
Thiabendazol oral 1500 3000 EFI
Thiopropazati HCl oral 30 100 EFI
Thyroid oral 150 300 FI 3
Tripelenamin HCl oral 150 450 FI 3
Urethanum oral 1000 6000 EFI
Viomycin sulfat im 2 mega UI EFI
PILOKARPIN
NAMA GENERIK
Pilokarpin
NAMA KIMIA
(3S,4R)-3-ethyldihydro-4-[1-methyl-1-H-imidazol-5-yl]methyl]furan-2(3H)-one
SIFAT FISIKOKIMIA
Pilokarpin HCl :;Hablur tidak berwarna, agak transparan, tidak berbau, rasa agak pahit, higroskopis dan
dipengaruhi oleh cahaya, bereaksi asam terhadap kertas lakmus, sangat mudah larut dalam air, mudah
larut dalam etanol, ;sukar larut dalam kloroform, tidak larut dalam eter. ;Pilokarpin Nitrat : ;Hablur
putih, mengkilat, stabil diudara, dipengaruhi oleh cahaya, mudah larut dalam air, agak sukar larut
dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter
SUB KELAS TERAPI
Obat Mata
FARMAKOLOGI
Onset kerja pada pemberian obat tetes mata : 10-30 menit, ;Penurunan tekanan intraokuler : 1 jam.
STABILITAS PENYIMPANAN
Stabil pada pH asam, namun pernah dilaporkan terjadinya hidrolisis pada pH lebih tinggi. Simpan
dalam wadah tertutup rapat dan hindari dari cahaya.
KONTRA INDIKASI
Hipersensitif terhadap pilokarpin atau komponen lain dalam sediaan; inflamasi akut pada ruang anterior
mata, kondisi konstriksi pupil seperti iritis akut, anterior evetis dan glaukoma sekunder tertutup
EFEK SAMPING
Sakit kepala pada pengobatan 2-4 minggu, ;Pada mata : rasa terbakar, pucat, penglihatan buram,
kongesti vaskuler , perubahan lensa, pendarahan, dan hambatan pada pupil
INTERAKSI OBAT
Tidak dapat bercampur dengan benzalkonium klorida
PARAMETER MONITORING
Tekanan intra okuler, tes visual
BENTUK SEDIAAN
Tetes Mata 2%, 4%
PERINGATAN
Pastikan jenis glaukoma sebelum penggunaan. Bola mata yang berpigmen tua memerlukan konsentrasi
miotika lebih besar atau dengan fekuensi lebih sering. Diperlukan perawatan pada gangguan
kunjungtiva dan kornea. ;Hati hati pada penderita sakit jantung, hipertensi, asma, tukak lambung,
gangguan saluran urin dan penyakit parkinson
INFORMASI PASIEN
Sampaikan kepada dokter atau apoteker kalau anda pernah alergi dengan obat ini. Pada saat akan
memakai obat bersihkan tangan, buka mata dan teteskan obat, biarkan 1-2 menit. Jangan sentuh ujung
penetes untuk menjaga kebersihan.
MEKANISME AKSI
Membuka saluran pengeringan yang tidak efektif dalam trabeculer meshwork melalui kontraksi otot
siliari, menurunkan tekanan intraokuler (dengan menurunkan resistensi aliran pada aqueous humor).
MONITORING
Pengamatan terhadap tekanan intraokuler
Umumnya digunakan untuk glaukoma akut, mengontrol tekanan intraokuler pada simple glaucoma, dapat digunakan sendiri sebelum operasi mendadak atau sebelum pemakaian carbonic anhidrase inhibitor.
enter email address
Recommended